Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN KAMAR BEDAH

DI SUSUN OLEH
Sri Damayanti
18180000051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

TAHUN 2019
Laporan Pendahuluan
Manajemen Kamar Operasi

I. Definisi Manajemen Kamar Operasi


Manajemen merupakan suatu proses pengaturan berbagai sumberdaya organisasi
untuk mencapai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan
melalui fungsi-fungsi tertentu atau suatu pengorganisasian aktivitas kerja beberapa
orang, sehingga kerja bisa terselesaikan secara efektif dan efesien.
Manajemen Kamar Operasi adalah pengkoordinasian aktifitas kerja beberapa orang
atau merupakan bagian integral yang penting dari pelayanan suatu rumah sakit
berbentuk suatu unit yang terorganisir dan sangat terintegrasi, dimana didalamnya
tersedia sarana dan prasarana penunjang untuk melakukan tindakan pembedahan.
Manajemen kamar operasi meliputi bagaimana seorang pemimpin yaitu seorang
dokter bedah, perawat instrumen, anastesi dan asisten dokter lainnya secara bersama-
sama melakukan perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian sehingga tercapai
suatu tujuan.

II. Instalasi Kamar Operasi


Merupakan bagian integral yang penting dari pelayanan suatu rumah sakit berbentuk
suatu unit yang terorganisir dan sangat terintegrasi, dimana didalamnya tersedia
sarana dan prasarana penunjang untuk melakukan tindakan pembedahan. Bagian
kamar operasi dalam peraturan kemenkes :
a. Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu
keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor. Zone ini mempunyai jumlah partikel
debu per m3 > 3.520.000 partikel dengan diameter 0,5 μm
b. Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri petugas,
ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker (ruang ganti pakaian dokter
dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan zone 2. Zone ini mempunyai
jumlah maksimal partikel debu per m3 3.520.000 partikel dengan dia.
c. Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan (preparation),
peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up, ruang pemulihan (recovery),
ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang
penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di
dalam kompleks ruang operasi.
d. Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter,
Hepa Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini mempunyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 μm
e. Area Nuklei Steril
Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (;laminair air flow) dimana bedah
dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 3.520
partikel dengan dia. 0,5 μm.

Alasan mempunyai sistem zona pada bangunan ruang operasi rumah sakit adalah untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi (infection control) oleh micro-organisme dari
rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi.
Konsep zona dapat menimbulkan perbedaan solusi sistem air conditioning pada setiap
zona, Ini berarti bahwa staf dan pengunjung datang dari koridor kotor mengikuti
ketentuan pakaian dan ketentuan tingkah laku yang diterapkan pada zona.

III. Bagian-bagian Kamar Operasi :


a. Kamar bedah
b. Kamar untuk cuci tangan
c. Kamar untuk gudang alat-alat instrument
d. Kamar untuk sterilisasi
e. Kamar untuk ganti pakaian
f. Kamar untuk laboratorium
g. Kamar arsip
h. Kamar recovery
i. Kamar gips
j. Kamar istirahat
k. Kamar mandi atau WC dan spoelhok atau tempat cuci alat
l. Kantor
m. Gudang
n. Kamar tunggu
o. Ruang srerilisasi

IV. Alur Pasien, Petugas dan Peralatan


Alur Sirkulasi kegiatan Ruangan Operasi.
Alur sirkulasi (pergerakan) ruang pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dijelaskan
sebagai berikut :
a. Pasien
1. Pasien, umumnya dibawa dari ruang rawat inap menuju ruang operasi menggunakan
transfer bed.
2. Perawat ruang rawat inap atau perawat ruang operasi, sesuai jadwal operasi,
membawa pasien ke ruang pendaftaran untuk dicocokkan identitasnya, apakah sudah
sesuai dengan data yang sebelumnya dikirim ke ruang administrasi ruang operasi dan
sudah dipelajari oleh dokter bedah bersangkutan. Pengantar pasien dipersilahkan
untuk menunggu di ruang tunggu pengantar.
3. Dari ruang pendaftaran, pasien dibawa ke ruang transfer, di ruang ini, pasien
dipindahkan dari transfer bed ke transfer bed ruang bedah menuju ruang persiapan.
4. Di ruang persiapan pasien dibersihkan, misalnya dicukur pada bagian rambut yang
akan dioperasi, atau dibersihkan bagian-bagian tubuh lain yang dianggap perlu,
5. Apabila, pada saat pasien selesai dibersihkan ruang operasi masih digunakan untuk
operasi pasien lain, pasien ditempatkan di ruang tunggu pasien yang berada di
lingkungan ruang operasi.
6. Setelah tiba waktunya, pasien dibawa masuk ke ruang induksi (bila ada), yang mana,
pasien diperiksa kembali kondisi tubuhnya, menyangkut tekanan darah, detak
jantung, temperatur tubuh, dan sebagainya.
7. Apabila kondisi tubuh pasien cukup layak untuk dioperasi, pasien selanjutnya masuk
ke ruang bedah, untuk dilakukan operasi pembedahan.
8. Selesai dilakukan pembedahan, pasien yang masih dipengaruhi oleh bius dari zat
anestesi, selanjutnya dibawa ke ruang pemulihan (recovery room). Ruang ini sering
juga dinamakan ruang PACU (Post Anesthesi Care Unit). Bila dianggap perlu, pasien
bedah dapat juga langsung dibawa ke ruang perawatan intensif (ICU).
9. Apabila bayi yang dioperasi, setelah dioperasi bayi tersebut selanjutnya dibawa
masuk ke ruang resusisitasi neonatal (dibeberapa rumah sakit, jarang ruang resisutasi
neonatal ini berada di ruang operasi, biasanya langsung dibawa ke ruang perawatan
intensif bayi (NICU), yang berada di bagian melahirkan (Ginekologi).
10. Apabila pasien bedah kondisinya cukup sadar, pasien dibawa ke ruang rawat inap.

b. Perawat dan Dokter Bedah/Anestesi.


1. Perawat
a. Petugas mengganti baju dan sepatu/sandalnya di ruang loker, yang mana
dokter/paramedis selanjutnya mengenakan baju, penutup kepala dan penutup
hidung/mulut yang sebelumnya sudah disterilkan.
b. Paramedis selanjutnya melakukan kegiatan persiapan perlengkapan operasi,
meliputi penyiapan peralatan bedah, pembersihan ruang bedah, mensterilkan
ruang bedah dengan penyemprotan fogging, menyeka (mengelap) meja bedah,
lampu bedah, mesin anestesi, pendant, dengan cairan atau lap yang sesuai.
Memeriksa seluruh utilitas ruang operasi (tekanan gas medis, vakum, udara tekan
medis, kotak kontak listrik, jam dinding, tempat sampah medis, dan sebagainya).
c. Untuk penyiapan peralatan bedah, dilakukan di ruang peralatan bedah yang
letaknya dekat dengan kamar bedah. Set peralatan bedah diambil dari ruang
penyimpanan steril, dan disiapkan di atas troli bedah,
d. Setelah siap, Dokter bedah akan memeriksa kembali seluruh peralatan bedah
yang diperlukan, dan mengujinya bila diperlukan.
e. Selanjutnya peralatan bedah ini dimasukkan ke kamar bedah. Apabila pengadaan
ruang persiapan peralatan bedah ini karena sesuatu hal tidak dimungkinkan, maka
persiapan peralatan bedah dapat dilakukan di kamar bedah.
2. Dokter.
a. Di ruang Dokter, Dokter beserta stafnya, termasuk dokter anestesi, melakukan
koordinasi tindakan bedah yang akan dilakukan terhadap pasien, termasuk
kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
b. Selesai melakukan koordinasi, Dokter bedah menuju ruang persiapan peralatan
bedah, memeriksa dan menguji apakah seluruh peralatan sudah sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan untuk pembedahan.
c. Dokter selanjutnya ke ruang induksi, memeriksa kondisi pasien apakah sudah
cukup siap untuk operasi.
d. Dokter anestesi, memeriksa peralatan mesin anestesi apakah sudah berfungsi
dengan baik, termasuk zat anestesi yang akan digunakan.
e. Dokter bedah dan staf yang membantu operasi, sebelum melakukan pembedahan,
mencuci tangan terlebih dahulu di tempat cuci tangan yang disebut dengan
“Scrub Up”. Tempat cuci tangan ini terdiri dari air biasa, sabun dan zat anti septik
(biasa digunakan betadine). Selanjutnya dokter dan staf yang terlibat
pengoperasian menggunakan sarung tangan yang telah disterilkan.
f. Dokter, staf yang membantu operasi selanjutnya masuk ke ruang operasi untuk
melakukan pembedahan. Sebelum melakukan operasi, Dokter biasanya
melakukan penyesuaian posisi meja operasi dan lampu operasi yang lebih
nyaman, demikian pula dengan posisi troli peralatan operasi.
g. Selesai melakukan operasi, Dokter beserta stafnya kembali mencuci tangan di
scrub up, dan Dokter kembali ke ruang Dokter untuk membuat laporan.

3. Alur Material/bahan.
a. Material/bahan bersih/steril.
Material/bahan bersih untuk kebutuhan kamar bedah diambil dari :
i. ruang penyimpanan bersih/steril, seperti linen, peralatan kebutuhan
bedah, dan sebagainya.
ii. Untuk kebutuhan farmasi (obat-obatan), diambil dari ruang
penyimpanan farmasi, termasuk bahan/material yang sekali pakai.
Bila ruang farmasi tidak tersedia, dapat digunakan ruang persiapan
peralatan.
iii. Zat anestesi, umumnya disimpan di ruang penyimpanan anestesi.
b. Material kotor/bekas.
i. Material kotor, terdiri dari :
1. Material kotor/bekas yang digunakan dan sifatnya habis
pakai, di masukkan ke dalam tempat sampah berupa
kontainer kotor, selanjutnya ditutup rapat, dan dibawa ke
area kotor untuk selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan
yang khusus digunakan untuk ini.
2. Material kotor/bekas yang masih dapat digunakan kembali,
seperti linen, peralatan kedokteran dan sebagainya dibawa ke
ruang spool hook, setelah dibersihkan dan dikemas dikirim
ke ruang laundri atau CSSD.

V. Persyaratan kamar operasi


a. Letak
Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan
unit gawat darurat, IRD, ICU, dan Unit Radiologi.
b. Bentuk dan ukuran
 Bentuk
Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai dinding langit-langit
berbentuk lengkung dan warna tidak mencolok. Lantai dan dinding
harus terbuat dari bahan yang rata, kedap air, mudah dibersihkan dan
menampung debu.
 Ukuran kamar operasi
Minimal 5,6 m x 5,6 m ( -29, 1 m2)
Khusus atau besar 7,2 m X 7,8 m ( -56 m2)
c. Sistem ventilasi
 Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan
penyaringan udara dengan menggunakan filter, idelnya menggunakan
sentral AC.
 Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda.
d. Suhu dan kelembaban
 Suhu ruangan antara 190C – 220C
 Kelembaban 55%
e. Sistem penerangan
 Lampu operasi
Lampu operasi menggunakan lampu khusus sehingga tidak
menimbulkan panas, cahaya terang tidak menyilaukan dan arah sinar
mudah diatur posisinya.
 Lampu penerangan, menggunakan lampu pijar putih, mudah
dibersihkan.
f. Peralatan
 Semua peralatan yang ada didalam kamar operasi harus berada dan
mudah dibersihkan.
 Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaannya harus menempel pada
alat tersebut agar mudah dibaca.
 Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda
untuk memusatkan arus listrik, mencegah bahaya gas anastesi.
g. Sistem instalasi gas medis
Pipa (outlet) dan connector N2O dan oksigen, dibedakan warnanya dan
dijamin tidak bocor serta dilengkapi dengan sistem pembuanagan atau
penghisapan udara untuk mencegah penimbunan gas anastesi.
Instalasi gas medik dan vakum medik, meliputi :
(a) Gas Oksigen;
(b) Gas Nitrous Oksida;
(c) Gas Carbon dioksida;
(d) Udara tekan medis dan udara tekan instrumen;
(c) Vakum bedah medik dan vakum medik.
Dalam sentral gas medik, Oksigen, Nitrous Oksida, Carbon dioksida, udara tekan
medik dan udara tekan instrumen disalurkan dengan pemipaan ke ruang operasi.
Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada langit-langit, atau digantung di
langit-langit (ceiling pendant).

Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang lain,
sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel berbunyi, pasokan
oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari panel-panel yang berada di
koridor-koridor, Bel dapat dimatikan, tetapi lampu indikator yang memonitor
gangguan/ kerusakan yang terjadi tetap menyala sampai gangguan/kerusakan
teratasi.

h. Pintu
 Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda
 Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri.
 Setiap pintu menggunakan door closer ( bila memungkinkan )
 Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa
membuka pintu
i. Pembagian area
 Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat.
 Ada ruangan persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan
kepada perawat kamar operasi.
j. Air bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan:
 Tidak berwarna, berbau dan berasa.
 Tidak mengandung kuman pathogen.
 Tidak mengandung zat kimia.
 Tidak mengandung zat beracun
k. Pembersihan Kamar Operasi
Pemeliharan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruang berserta
alat-alat standar yang ada dikamar operasi yang dilakukan teratur sesuai
jadwal tujuannya untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta
mempertahankan sterilitas. Cara pembersihan kamar operasi:
 Cara pembersihan rutin atau harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah
penggunaan kamar operasi agar siap pakai dengan ketentuan sebagai
berikut :
o Semua permukaan peralatan yang terdapat didalam kamar
operasi harus dibersihkan dengan menggunakan desinfektan
atau dapat juga menggunakan air sabun.
o Permukaan meja operasi dan matras harus diperiksa dan
dibersihakan
o Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai dipakai
kemudian pasang plastik yang baru.
o Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan
dibersihkan.
o Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan.
o Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan cairan
desinfektan.
o Lubang angin kaca jendela dan kosen harus dibersihkan
o Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar operasi jika
alat tenun tersebut bekas pasien infeksi maka penanganannya
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
o Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari pada waktu
membersihakan lampu harus dalam keadaan dingin.
o Alas kaki ( sandal ) khusus kamar operasi harus dibersihkan
setiap hari
 Pembersihan mingguan
o Dilakukan secara teratur setiap seminggu sekali.
o Semua peralatan yang ada dalam kamar bedah dikeluarkan dan
diletakkan di koridor atau didepan kamar bedah.
o Peralatan kamar bedah harus dibersihkan atau dicuci dengan
memakai cairan desinfektan atau cairan sabun . perhatian harus
ditunjukan pada bagian peralatan yang dapat menjadi tempat
berakumulasinya sisa organis seperti bagian dari meja operasi
dibawah matras
o Permukaan dinding dicuci dengan menggunakan air mengalir
o Lantai disemprot dengan menggunakan detergen kemudian
permukaan lantai disikat setelah bersih dikeringkan.
o Setelah lantai bersih dan kering peralatan yang sudah
dibersihkan dapat dipindah kembali dan diatur dalam kamar
operasi.
 Pembersihan sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan bila kamar operasi digunakan untuk
tindakan pembedahan pada kasus infeksi dengan ketentuan sbb:
o Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh meliputi
dinding meja operasi, meja instrument dan semua peralatan
yang ada dikamar operasi.
o Intrumen dan alat bekas pakai harus dipindahkan atau tidak
boleh campur dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
o Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya di ijinkan
setelah pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi selesai.
VI. Penanganan Limbah Kamar Operasi
a) Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ke tempat pengelolaan limbah cair rumah sakit
b) Limbah padat atau anggota tubuh ditempatkan dalam kantong atau tempat
tertutup yang selanjutnya dibakar atau di kubur dirumah sakit sesuai ketentuan
yanag berlaku atau diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.
c) Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ketempat
pembuangan rumah sakit.
d) Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah bocor
serta diberi label warna merah untuk dimusnahkan.

VII. Manajemen Kamar Operasi (Persiapan Pre, Intra, dan Post Operasi)
Persiapan Fisik Sebelum Operasi
Selain mempersiapkan mental, waktu, dan biaya, pembedahan berencana juga
mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan
berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang
akan dibedah tersebut, dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar
obat-obat bius yang nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat
kemampuan respon tubuh yang tidak normal lagi.
Diagnosis suatu penyakit diupayakan sejelas mungkin sebelum terapi pembedahan
dijalankan. Dan bagi operator atau dokter bedah sendiri, tentu tidak akan memiliki
arah yang pasti di saat berlangsungnya operasi jika informasi atau assesment belum
optimal. Sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar pemeriksaan fisik untuk
menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan pemeriksaan laboratorium saja atau
dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih taraf sederhana sampsi sudah
canggih. Misalnya pemeriksaan rontgen atau xray atau CT scan dengan kontras,
biopsi, endoscopy (colonoscopy, ureteroscopy, arthroscopy, bronchoscopy,
laparoscopy dll). Memang semakin maju perkembangan teknologi, semakin canggih
pula alat pemeriksaan di bidang medis yang membuat pasien semakin nyaman. Tapi
apapun pemeriksaan itu, tidak selalu harus suatu penyakit langsung dideteksi dengan
peralatan yang canggih.
VIII. INTERVENSI KLIEN INTRA OPERATIF
A. Anggota Tim Pembedahan
Tim pembedahan terdiri dari:
1. Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah
melakukan operasi.
2. Asisten pembedahan (1 orang atau lebih)
Terdiri dari asisten bius dokter, residen, atau perawat, di bawah petunjuk ahli
bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
3. Anaesthesologist atau perawat anaesthesi
Perawat anaesthesi memberikan obat-obat anaesthesi dan obat-obat lain untuk
mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
4. Circulating nurse
Peran vital sebelum, selama, dan setelah pembedahan.
Tugas:
- Set up ruangan operasi
- Menjaga kebutuhan alat
- Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan, posisi
klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping
- Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien
Selama pembedahan:
- Mengkoordinasikan aktivitas
- MengimplementasikanNCP
- Membantu anesthetic
- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll
5. Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan
mengendalikan peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten.
Pengetahuan anatomi fisiologi dan prosedur pembedahan memudahkan antisipasi
instrumen apa yang dibutuhkan.
IX. ANASTHESIA
Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total, dengan
atau tanpa disertai kehilangan kesadaran.
Tujuan: Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan
relaksasi otot. Pemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi
dengan ahli bedah dan factor klien.
TYPE ANASTHESIA:
Perawat perlu mengenal ciri farmakologic terhadap obat anesthesia yang
digunakan dan efek terhadap klien selama dan sesudah pembedahan.
1. Anasthesia Umum
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse
saraf otak. Misal : bedah kepala, leher, klien yang tidak kooperatif.
1) Stadium Anesthesia
- Stadium I : Relaksasi
Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahap.
- Stadium II : Excitement
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregulair
dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
- Stadium III : Ansethesi pembedahan
Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan
sensasi nyeri.
- Stadium IV : Bahaya
Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.

2. Metode Pemberian
Inhalasi , IV injection. Instilasi rectal
(1) Inhalasi
Metode yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer
oleh paru.
Obat anesthesia inhalasi yang diberikan:
1. Gas: Nitrous Axida (N2O).
Paling sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan
masa induksi dan pemulihan yang cepat.
a. Folatile: Cairan yang dapat menguap.
b. Halotan: Non iritasi terhadap saluran pernafasan dan menghasilkan mual dan
muntah yang minimal pada post op. Halotan dapat menekan pada system
cardiovaskuler (Hypotensi dan Bradicardia). Dan berpengaruh terhadap
hypotalanus.
c. Ethrane: Anasthesi inhalasi yang menghasilkan relaksasi otot yang adekwat.
Ethrane mengurangi ventilasi klien.dan menurunkan tekanan darah.
d. Penthrane: Pelemas otot yang efektif dan memberikan efek analgetik pada
konsentrasi rendah, toksik pada ginjal dan hanya digunakan untuk pembedahan
waktu pendek.
e. Forane: Muscle relaksan, cardio vascular tetap stabil.

(2) Anesthesi Injeksi IV


Memberikan perasaan senang, cepat dan pelepasan obat secara pelan.
a. Barbiturat. Sering digunakan, bekerja langsung pada CNS dari sedasi sedang
sampai kehilangan kesadaran, sedikit mengurangi nyeri.
Thiophental sodium;
- Skart acting
- Suplement N2O pada operasi singkat.
- Hipnotik pada anesthesia regional.
- Depresan paten terhadap sistem jantung dan paru
b. Narcotik
- Suplement anesthesia inhalasi
- Narkotik yang sering digunakan Morphin Sulfat, Meperidine, dan Fentanil
Sitrate.
- Analgesia post op yang adekwat.
- Menurunkan ventilasi alveolar dan depresan pernafasan.
c. Inovar
- Kombinasi Fentonil sitrat dan Tranguilizer Dropreridol.
- Digunakan dosis kecil untuk supplement N20 dan anesthesia regional.
- Durasi panjang depresi pernafasan, hypoventilasi, apnea, hypotensi selama posat
op.
d. Ketamine
- Obat anesthesia yang tersendiri.
- Bekerja pada bagian syaraf tertentu.
- Diberikan pada IV atau IM.
- Menyebabkan penurunan kesadaran secara cepat, analgetika tanpa depresi
pernafasan atau kehilangan tonus otot.
- Merangsang sitem cardiovascular.
- Digunakan : Diagnostik, pembedahan singkat, supplement N20.
- Selama pemberian: mimpi buruk, halusinasi, tindakan irrational.
e. Neuromusculer Brochler
- Muscle relaksan selama pembedahan.
- Mempermudah pemasangan GT Tube
- Bekerja pada garis otot tubuh dengan mempengaruhi impuls pada motor end
plate.
Komplikasi anesthesia umum:
Komplikasi jarang tetapi dapat mengancam jiwa.
- Komplikasi sebagian besar minor sebagai akibat tehnik intubasi seperti gigi
patah atau trauma vocal cord. Dapat terjadi akibat hiperektensi leher, rongga
mulut kecil, sendi mandibuler yang kaku.

2. Anestesi Local Atau Regional


Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls saraf
menuju dan dari lokasi khusus. Luas anestesi tergantung:
- Letak aplikasi
- Volume total anestesi
- Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat
Penggunaan regional anestesi:
- Kontra indikasi general anestesi
- Klien mengalami reaksi yang merugikan dengan general anestesi
- Pilihan klien
Komplikasi:
- Over dosis
- Teknik pemberian yang salah
- Sensitifitas klien terhadap anestesi
Tanda:
Stimulasi CNS diikuti depresi CNS dan cardio:
Gelisah, pembicaraan incoherent, sakit kepala, mata kabur, mual, muntah,
tremor,konfulsi dan peningkatan nadi respirasi , tekanan darah
Komplikasi local: Edema, peradangan, abses, necrosis,gangren.
Daftar Pustaka

Berman, A.J., & Snyder, S.J. (2012). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practice, 9th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
DeLaune, S.C., & Ladner, P.K. (2011). Fundamentals of Nursing: Standards & Practice, 4th
ed.
USA: Delmar Cengage Learning.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing, 7th ed. Singapore: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai