A. PENDAHULUAN
Sistem pengisian merupakan bagian dari sistem kelistrikan yang
terdapat pada kendaraan baik mobil ataupun sepeda motor, dimana sistem
pengisian ini mensuply kebutuhan listrik pada kendaraan. Seperti di ketahui
bahwa pada sebuah kendaraan terdapat sebuah komponen yang berfungsi
menyimpan arus listrik yaitu battery. tapi apa jadinya apabila battery tu
kehabisan listrik karena terpakai untuk kepeluan kendaraan, apakah kita
harus mengganti batere setiap battery kehabisan listrik? tentu tidak oleh
karena itu di perlukan sebuah sistem untuk mengisi kembali battery di saat
battery telah lemah atau kosong. Dan sistem ini di sebut sistem
pengisian (Charging Syste).
Alternator
1. Voltage regulator
2. Battery
3. Ignition switch (kunci kontak)
B. PRINSIP DASAR
Prinsip dasar pengbangkitan arus listrik adalah Hukum Faraday yang
berbunyi :
Bila sebuah konduktor digerakkan di dalam medan magnet, maka akan tim-bul
arus induksi pada konduktor terse-but.
E = N x dÂ
dt
E = Gaya gerak listrik yang dibangkitkan
N = Jumlah gulung
d = Perubahan flux magnet
dt = Waktu
E. PRINSIP ALTERNATOR
Magnet Berputar Dalam Kumparan
Saat magnet berputar di dalam kum-paran maka akan timbul arus bolak-balik
pada kumparan.
Hubungan antara arus yang dibangkit-kan dengan posisi magnet adalah :
- Pada 0° dan 180° arus yang di-bangkitkan adalah nol
- Pada 90° arus yang dibangkitkan adalah maksimum positif
- Pada 270° arus yang dibangkitkan adalah maksimum negatif
Arus Bolak-balik 3 Phase
Ujung dari tiap-tiap kumparan dihu-bungkan ke awal dari kumparan lain. Ini
berarti ketiga kumparan dihubung-kan secara seri
Kelistrikan mobil membutuhkan arus searah, oleh karena itu arus yang di-
hasilkan oleh alternator tidak dapat langsung digunakan. Untuk itu diperlu-
kan proses penyearahan yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (AC)
menjadi arus searah (DC), dimana proses penyearahan ini menggu-nakan
dioda Pada alternator menggunakan dioda sebanyak 6,8,9,11.
Pada diagram (a) tegangan di-bangkitkan diantara phase 1 & 2. Arus mengalir
melalui dioda 1 la-lu ke beban dan kembali melalui dioda 5. Pada langkah
selanjutnya arus yang dibangkitkan pada tiap-tiap kumparan arahnya
berubah, te-tapi arus yang ke beban selalu mengalir dengan arah yang sama.
Gelombang Output Setelah Penyearahan
2) Stator
Pulley berfungsi untuk menerima te-naga mekanis dari mesin untuk me-
mutarkan rotor.
Rasio pulley alternator terhadap pulley mesin adalah 1,8 – 2,2 : 1.
4) Rectifier/Dioda
5) Hausing/rumah alternator
Hausing berfungsi untuk pemegang bagian-bagian alternator. Pada Hausing
terdapat lubang venti-lasi untuk tempat mengalirnya udara pendingin.
6) Brus / Sikat
7) Fan Alternator
2. Baterai
Fungsi baterai pada sisitem pengisian sebagai sumber arus pembangkit medan
magner pada rotor saat alternator belum menghasilkan listrik, stabilizer dan
penyimpan arus dari alternator.
.
3. Ignition switch (kunci kontak)
4. Regulator
Cara Kerja
Kecepatan Rendah ke Sedang
Saat kecepatan rendah arus yang dihasilkan alternator masih kecil sehingga
yang mengalir ke voltage regulator juga masih ke-cil, sehingga kemagnetan
pada voltage regulator (M) belum mampu menarik P0. Arus yang mengalir ke
rotor coil (F) melalui P1 > P0
Saat kecepatan mesin naik arus yang dihasilkan alternator juga naik, se-
hingga yang mengalir ke voltage regulator juga naik, sehingga kemag-netan
pada voltage regulator (M) sudah mampu menarik P0 lepas dari P1. Arus yang
mengalir ke rotor coil (F) melalui tahanan (R), sehingga arus yang dihasilkan
alternator menjadi turun dan menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator
(M) turun dan P0 kembali berhubungan dengan P1.
Cara kerja
Kunci kontak “on” mesin belum berputar
Saat kunci kontak “ON” mesin belum berputar pada stator coil belum ada
tegangan induksi, sehingga terjadi aliran arus :
Saat mesin hidup dengan putaran rendah pada stator coil terjadi tegangan
induksi, sehingga terjadi aliran arus :
Saat mesin hidup dengan putaran sedang pada stator coil terjadi tegangan
induksi, sehingga terjadi aliran arus :
Saat mesin hidup dengan putaran tinggi pada stator coil terjadi tegangan
induksi, sehingga terjadi aliran arus :
Konstruksi
Alternator dengan IC regulator (small alternator) terdiri dari :
1. Front end frame 8. Brush (sikat)
2. Rear end frame 9. Slip ring
3. Stator 10. Rectifier
4. Terminal B 11. Rear end cover
5. Konektor 12. Rotor
6. IC regulator 13. Bearing
7. Brush spring 14. Pulley
Rotor
Pada beberapa jenis alternator, rotor ada yang dijadikan satu dengan fan,
sehingga memungkinkan ukuran alter-nator menjadi lebih kompak.
Rectifier
IC REGULATOR
Tegangan output belum dapat melewati ZD, sehingga Tr2 “Off”.Tegangan output
mengalir ke ba-se Tr1 melalui resistor R1 dan Tr1 “On”. Arus yang mengalir ke
rotor coil melalui B - rotor coil - F - Tr1 (On) - E (massa).
Tegangan output sudah dapat melewati ZD, sehingga Tr2 “On” dan Tr1 “Off”.
Dan arus yang ke rotor coil terputus.
Tipe IC Regulator
IC Regulator Tipe A
Saat kunci kontak “ON” mesin belum berputar pada stator coil belum ada
tegangan induksi, sehingga terjadi aliran arus :
4. Battery - fuse - starter switch - charge light - plat kontak CHG relay - massa.
· Charge light menyala.
Saat mesin hidup pada stator coil terjadi tegangan induksi, sehingga terjadi
aliran arus :
Saat mesin hidup pada stator coil terjadi tegangan induksi, sehingga terjadi
aliran arus :
3. Stator coil - field dioda - L alternator - kumparan charge relay - ZD ”ON” - massa
· Kumparan charge relay menjadi magnet menarik plat kontak ke atas, sehingga
charge light mati karena tidak ada beda potensial.
IC Regulator Tipe M
Tr1 tetap pada posisi ON tegangan pada terminal B meningkat sesuai dengan
naiknya putaran mesin. Saat tegangan mencapai 14,5 ! 0,1 volt rangkaian MIC
akan mendeteksinya dan mematikan Tr1 sehingga arus pada rotor coil
terputus.
Akibatnya tegangan pada terminal B akan drop, dan MIC akan menghidup-kan
Tr1 lagi dan arus pada rotor coil meningkat dan tegangan di terminal B akan
naik. Dengan proses ini maka tegangan di B dapat dipertahankan pada nilai
konstan.
Kumparan Rotor Coil Putus
Bila karena sesuatu hal hubungan ke kumparan rotor putus ketika alternator
berputar, tegangan pada terminal P IC regulator adalah 0 volt. Rangkaian MIC
akan mendeteksi serta mematikan Tr2 dan menyalakan Tr3 sehingga lampu
CHG akan menyala.
Cara Kerja
tegangan pada titik netral bukan hanya DC tetapi juga AC. Tegangan AC
timbul di N sebagai hasil dari tegangan harmonik ketiga yang diinduksikan
pada tiap phase oleh aliran output dan tepat pada phase yang sama. Jadi
tegangan pada titik netral lebih tinggi atau lebih rendah dari tegangan output,
arus akan mengalir melalui dioda yang dipasang antara titik netral serta
terminal output.
· Tegangan Titik Netral Melebihi 14 Volt
· Tegangan Titik Netral Turun Di Bawah 0 Volt
Hubungan Ohm
Tujuan pemeriksaan meter Spesifikasi
(+) (-)
Memeriksa rotor koil, sikat 3,9 – 4,1 Ohm
F E
dan slip ring (tahanan rotor coil)
Diode positip dan Stator B N Jarum bergerak
coil N B Jarum tidak bergerak
Diode negatip dan Stator N E Jarum bergerak
coil E N Jarum tidak bergerak
Pengetesan hubungan kawat lilitan dari kemungkinan putus atau terbuka dan
pemeriksaan kebocoran kawat ke bodi stator coil.
Pemeriksaan Stator Coil
Ukur panjang sikat, panjang sikat yang menonjol minimal 5,5 mm. Bila
panajang siakt kurang dari standar maka perlu diganti. Cara mengganti sikat:
Keluarkan sikat lama dengan cara memanaskan terminal siakat menggunakan
solder kemudian ganti dengan siakt yang baru. Panajang sikat baru pada
alternator regulator mekanik: 12,5 mm sedangkan alternator IC regulator
sepanjang 16,5 mm.
Periksa semua diode menggunakan ohm meter seperti gambar di bawah ini.
Pemeriksaan diode negatif
1. Hubungkan clem positif ohm meter dengan bodi negatif (terminal negatif)
dan hubungkan clem negatif ohm meter dengan salah satu ujung stator
(seperti gambar a dan b). ohm meter harus menunjukan tidak bergerak.
2. Balik posisi, hubungkan clem positif ohm meter dengan salah satu
ujung stator dan hubungkan clem negatif ohm meter dengan bodi negatif
(terminal negatif) seperti gambar c. Jarum ohm meter harus bergerak.