Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN UNIT KERJA TB

RUMAH SAKIT TENTARA TK IV


Jl. Jendral Sudirman No 37
BUKITTINGGI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

TB merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat selain merugikan


secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial
stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Tuntutan masyarakat akan mutu,
transparansi, dan akuntabilitas program akan semakin meningkatkan
kompleksitas kegiatan program TB. Kegiatan program dilapangan maupun
bukti-bukti ilmiah juga sangat berguna dalam menunjang efektifitas pelaksanaan
program. Untuk itu puskesmas perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan
pedoman dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien
pada umumnya dan khususnya pasien TB di RST TK.IV Bukittinggi.

B. Tujuan
Sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan program TB sehingga
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah
1. Petugas TB
2. Petugas poli dan dokter yang berkaitan dengan kegiatan TB
3. Pasien yang terdiagnosa TB

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
(1) Penemuan kasus
(2) Ketersediaan obat dan sarana
(3) Sumber daya manusia
(4) Peran serta stakeholder
(5) Monitoring dan evaluasi TB

E. Batasan Operasional
1.) Berhubungan dengan pasien
- Pasien datang dengan mendaftar di loket.
- Penjaringan suspek dilakukan di semua poli terkait yang menemukan
pasien dengan gejala TB, yaitu : batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih, diikuti gejala tambahan yakni batuk bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan turun, berat badan turun,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari
satu bulan. Setiap orang yang datang ke Puskesmas dengan gejala
tersebut dianggap sebagai suspek pasien TB.
- Pemeriksaan dahak dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen
berupa SPS.
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan saat datang berkunjung pertama kali.
P (pagi) : dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,segera setelah
bangun tidur.
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
- Spesimen dikirim ke PRM untuk diperiksa dan hasilnya akan
disampaikan ± 1 minggu setelah dahak di berikan.
- Poli P2TB bagi pasien yang sudah terdiagnosa TB di buka setiap hari
pada jam pelayanan pukul 08.00 – 10.00 WIB.
- Bagi pasien TB yang datang dengan membawa rujukan TB 09 dari RS
atau Puskemas lain bisa langsung diterapi OAT sesuai klasifikasi dan
ketentuan yang sudah jelas tanpa harus melalui pemeriksaan dahak lagi.
2.) Berhubungan dengan pengobatan
- Pasien TB di terapi OAT sesuai klasifikasi dan kategorinya. Petugas TB
menyediakan OAT untuk langsung diberikan kepada pasien.
- Bagi pasien yang membutuhkan konsultasi dokter untuk keluhan yang
terjadi, maka petugas membawa ke dokter pemeriksa tanpa antri terlalu
lama untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial terhadap
pengunjung di poli.
- Pasien yang mendapat resep obat di kamar obat diberi tulisan Cito pada
pojok atas resep, supaya petugas kamar obat segera mendahulukan
untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial terhadap pengunjung di
yang antri di kamar obat.
3.) Berhubungan dengan petugas
- Sebelum menghadapi penderita, petugas harus menggunakan masker
khusus N95 untuk melindungi diri
- Pasien menggunakan masker biasa untuk mencegah penularan pada
petugas.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Petugas pengelola program TB ada 1 orang. Dengan kualififikasi SDM sebagai


berikut :

No. Jenis Kompetensi Kompetensi tambahan Jumlah


ketenenagaan (Ijazah) (pelatihan)
1. Fungsional S1 Kedokteran Pelatiahan TB DOTS 1
Dokter tahun 2006

Distribusi Ketenagaan
Petugas TB 1 orang dengan standar minimal sudah melaksanakan
pelatihan TB DOTS.

Kategori :
1 orang dokter
BAB III

STANDAR FASILITAS

I. Fasilitas & Sarana


Poli P2 berlokasi di RST TK.IV Bukittinggidan hanya terdiri dari 1 ruangan , dimana
pelayanan poli TB. Dibangun dari bahan partisi.
- Alat-alat P2 TB :
1. Tensimeter
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Pot sputum
5. Masker N95
6. Masker surgical
- Perlengkapan :
1. Tempat sampah medis tertutup dengan injakan pembuka penutup
2. Tempat sampah non medis tertutup dengan injakan pembuka penutup
- Mebeler :
1. Meja tulis
2. Kursi kerja
3. Lemari arsip
4. Meja tromol
- Pencatatan dan pelaporan :
1. TB 05
2. TB 06
3. TB 01
4. TB 02 ( untuk pasien / PMO )
5. TB 03
6. TB 09
7. TB 10
8. Buku Kegiatan
9. Leaflet
10. Status Rekam Medis (di loket)

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN P2TB

A. KETENTUAN UMUM
 Pasien datang dengan hasil laborat dan atau rujukan BTA / Rontgen / PA
yang menyatakan pasien sakit TB, oleh petugas dicatat pada status
Rekam Medis dan TB01
 Petugas memberikan konseling tentang penyakit TB, lamanya
pengobatan, efek samping obat, serta pentingnya kepatuhan dalam
pengobatan.
 Petugas anamnesa keluhan pasien saat ini dan melakukan pemeriksaan
TTV
 Petugas menimbang berat badan pasien untuk menentukan jumlah OAT
yang akan diminum
 Petugas konsultasikan pada dokter bahwa pasien tersebut menjalani
pengobatan TB dan dokter memberi resep obat lain sesuai keluhan
pasien.
 Petugas mengambilkan OAT di kamar obat
 Petugas kamar obat menyediakan obat tambahan dan diberikan pada
pasien / keluarga
B. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB P2TB
- Perawat
C. TATA LAKSANA PELAYANAN P2TB
1.) Petugas menyiapkan alat tulis dan TB 01 kunjungan dan masker
2.) Petugas mengambil rekam medis penderita TB di loket bagi pasien
kontrol
3.) Petugas memakai APD masker N95 dan masker surgical untuk pasien
4.) Petugas memanggil nama pasien TB dan mempersilahkan duduk
5.) Petugas meminta kartu TB 02 yang dibawa pasien / PMO untuk dilihat
kembali ketepatan tanggal kontrol dan OAT habis
6.) Mengisi Rekam Medis ; anamnesa keluhan pasien, TTV, timbang badan (
tiap bulan ) dan identitas pada resep dokter
7.) Memberikan OAT yang sudah disediakan sesuai nama dan jumlah yang
diminum penderita
8.) Menuliskan berapa hari OAT diberikan, tanggal kontrol pada RM dan TB
02 serta memberi tanda pada TB 01
9.) Bagi pasien yang tidak mepunyai keluhan, cukup diberikan OAT dan
motivasi agar pasien banyak makan ( kecuali DM ) yang bergizi
10.) Bagi pasien yang akan di periksa follow up, petugas menuliskan
blangko pemeriksaan dahak ulang pada tanggal yang ditentukan.
11.) Bagi pasien yang mempunyai keluhan sehingga membutuhkan obat
yang lain maka petugas mengkonsulkan pada dokter untuk diperiksa dan
diberi obat tambahan
BAB V

LOGISTIK

A. Logistik OAT
Program menyediakan paket OAT dewasa dan anak dalam bentuk
Kombinasi Dosis Tetap ( KDT ) atau Fixed Dose Combination ( FDC )
B. Logistik Non OAT
Cetakan seperti buku pedoman, formulir pencatatan dan pelaporan ( TB
01, 02, 03, 05, 06 ) serta bahan KIE
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

1. Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana


puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh Kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
2. Tujuan penerapan keselamatan paisen adalah terciptanya budaya
keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap
pasien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di
puskesmas, terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

 Pelayanan laboratorium memperhatikan keselamatan pasien dengan cara :


a. Identifikasi Potensi
- Kemungkinan kesalahan identifikasi pasien
- Kemungkinan kesalahan pengulangan suspek
- Kemungkinan pengukuran berat badan untuk dosis FDC
- Kemungkinan kesalahan pencatatan
- Kemungkinan kesalahan pelaporan

b. Pencegahan terjadinya kesalahan


- Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas
pasien
- Petugas dalam melakukan pelayanan harus sesuai dengan SOP
- Monitoring secara berkala oleh Tim Mutu Puskesmas Industri

c. Pelaporan
- Setiap adanya kesalahan pelayanan poli P2TB dilaporkan kepada
Tim Mutu Puskesmas Industri
- Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan poli P2TB
dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Industri

d. Penanganan/tindak lanjut
- Hasil identifikasi, temuan audit internal, pelaporan dan keluhan atau
pengaduan dibahas dan ditindaklanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat
Tinjauan Manajemen
Hasil rapat dilakukan umpan balik kepada penanggung jawab P2TB
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

B. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan masker yang kurang tepat.
3. Tata ruang yang tidak tepat
4. Suhu ruangan yang tidak tepat
5. Ventilasi dan cahaya masuk di ruangan yang kurang
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. Prinsip Keselamatan Kerja


1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung yaitu pemakaian masker N95 bagi petugas dan
masker surgical bagi pasien
3. Pengaturan tata ruang poli P2TB
4. Pengelolaan limbah ; sampah medis dan non medis
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan program P2TB Puskesmas Industri dalam


memberikan pelayanan adalah Kesembuhan pasien TB BTA (+) ≥80 %. Yang
dimaksud Kesembuhan pasien TB BTA (+) adalah dari penderita TB BTA (+) yang
diobati, semua terpantau pengobatan dari awal sampai akhir ditunjukkan denga
adanya hasil sputum follow up F-2 (2 bulan pengobatan), F-5 (bulan ke-5
pengobatan) dan F-AP (Akhir pengobatan) dengan hasil laborat mikroskopis negatif
Indikator mutu akan dipantau oleh Tim Mutu Puskesmas melalui monitoring dan
evaluasi pelaksanaan. Pencapaian indikator mutu dibahas dalam pertemuan
tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

BAB IX

PEMANTAPAN MUTU P2TB


Pemantapan Mutu P2TB adalah suatu keadaan tentang kualitas penatalaksanaan
TB yang meliputi penemuan pasien TB dan pengobatan dengan strategi DOTS.

A. Penemuan pasien TB
Dilakukan di UPK dengan gejala utama TB Paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Diikuti gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
aktifitas, demam mriang lebih dari satu bulan. Maka, perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (SPS).
B. Diagnosis TB

Suspek TB Paru

Pemeriksaan dahak mikroskopis SPS ( sewaktu, pagi, sewaktu )

Hasil BTA Hasil BTA Hasil BTA


+ + + + - - - - -
+ + -

Antibiotik Non - OAT

Tidak ada Ada


perbaikan perbaikan

Foto toraks dan Pemeriksaan dahak


pertimbangan dokter mikroskopis

Hasil BTA
Hasil BTA
- - -
+ + +
+ + -
+ - - Foto toraks dan
pertimbangan dokter

C. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penyakit


TB
Klasifikasi organ tubuh yang terkena : paru atau extra paru BUKAN TB
Klasifikasi hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis : BTA positif atau
BTA negatif
Klasifikasi tingkat keparahan penyakit : - TB paru BTA (-) Ro toraks (+)
-Bentuk berat bila foto toraks
menggambarkan
Far advanced atau keadaan umum
pasien buruk
-TB Extra paru
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya : Baru, Kambuh,
Pengobatan setelah putus berobat ( Default ), Gagal, Pindahan, Lain-lain
D. Pengobatan TB
Dosis obat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping.
Kategori 1 diberikan untuk pasien baru

Berat badan Tahap Intensif RHZE Tahap lanjutan RH


tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16
minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Kategori 2 diberikan pada pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

Berat Tahap intensif tiap hari RHZE + S Tahap lanjutan 3 x


badan seminggu
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
+ 500 mg streptomicin inj. + 2 tablet Etambutol
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
+ 750 mg streptomicin inj. + 3 tablet Etambut
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
+ 1000 mg streptomicin + 4 tablet Etambut
inj.
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
+ 1000 mg streptomicin + 5 tablet Etambut
inj.

E. Tatalaksana TB Anak
Diagnosa sistem skoring ditegakkan oleh dokter
Pasien dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6 ( ≥6 ), harus
ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT.

Sistem scoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB

Parameter 0 1 2 3 Jumla
h
Kontak TB Tidak jelas Lapora BTA positif
n klg,
BTA (-)
atau
tdk
tahu,
BTA
tdk
jelas
Uji Tuberkulin Negatif Positif (≥10
mm, atau
≥5 mm pd
keadaan
imunosupre
si
Berat badan / KMS BGM Klinis
keadaan gizi atau BB/U gizi
<80% buruk
(BB/U
<60%)
Demam tanpa ≥2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥3 minggu
Pembesaran ≥1 cm, jumlah
kelejar limfe >1, tidak
nyeri
Pembengkak Ada
an pembengkak
tulang/sendi an
panggul, lutut,
falang
Foto toraks Normal/tid Kesan TB
ak jelas
Jumlah

F. Pengawasan menelan Obat


Salah satu komponen DOTS adalah paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung yaitu PMO.
a. Syarat PMO :
 Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik
petugas kesehatan maupun pasien.
 Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
 Bersedia membantu pasien dengan sukarela
 Bersedia dilatih atau mendapat penyuluhan bersama-
sama

b. Tugas PMO
 Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur
sampai selesai pengobatan
 Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat
teratur
 Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada
waktu yang telah ditentukan
 Memberi penyuluhan pada anggota keluaga pasien TB yang
mempunyai gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan
diri ke Unit Pelayanan Kesehatan

TIPE PASIEN URAIAN HASIL BTA TINDAK LANJUT


TB
Pasien baru BTA Akhir tahap Negatif Tahap lanjutan dimuali
Positif Dilanjutkan OAT sisipan 1
positif dengan Intensif
bulan. Jika setelah sisipan
pengobatan
masih tetap positif, tahap
kategori 1
lanjutan tetap diberikan
Sebulan Negatif OAT dilanjutkan
Positif Gagal, ganti dengan OAT
sebelum Akhir
Kat. 2 mulai dari awal
Pengobatan
Akhir Negatif dan minim Sembuh
pengobatan 1 pemeriksaan
(AP) sebelumnya
negatif
Positif Gagal, ganti dengan OAT
Kategori 2 mulai dari awal
Pasien baru BTA Akhir Intensif Negatif Berikan pengobatan tahap
neg. & foto lanjutan sampai selesai,
toraks kemudian pasien
mendukung TB dinyatakan Pengobatan
dengan Lengkap
Positif Ganti dengan Kat.2 mulai
pengobatan
dari awal
kategori 1
Pasien BTA Akhir intensif Negatif Teruskan pengobatan
positif dengan dengan tahap lanjutan
Positif Beri sisipan 1 bulan. Jika
pengobatan
setelah sisipan masih
kategori 2
tetap positif, teruskan
pengobatan lanjutan. Jika
ada fasilitas, rujuk untuk
uji kepekaan obat
Negatif Lanjutkan pengobatan
hinggan selesai
Sebulan Positif Pengobatan gagal, disebut
sebelum Akhir kasus kronis, bila
Pengobatan mungkin dilakukan uji
kepekaan obat, bila tidak,
rujuk ke unit pelayanan
spesialistik
Akhir Negatif Sembuh
Positif Pengobatan gagal, disebut
Pengobatan
kasus kronik. Jika
mungkin, lakukan uji
kepekaan obat, bila tidak,
rujuk ke unit pelayanan
spesialistik

Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur


Tindakan pada pasien yang putus berobat kurang dari 1 bulan
5. Lacak pasien
6. Diskusikan dengan pasien untuk mencari penyebab berobat tidak teratur
7. Lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai

G. Menghitung dan Analisa Indikator

Angka Penjaringan Suspek


Jumlah suspek yang diperiksa x 100.000
Jumlah Penduduk

Proporsi TB BTA Positif diantara Suspek


Jumlah pasien TB BTA positif yang ditemukan x 100
%
Jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa

Angka Kesembuhan ( Cure Rate )


Jumlah pasien baru TB BTA positif yang sembuh x
100 %
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang diobati

Angka Keberhasilan Pengobatan


Jumlah pasien baru BTA positif ( sembuh + pengobatan lengkap ) x
100 %
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang diobati

BAB VI

PENUTUP

Pedoman ini sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan upaya


Pemberantasan Penyakit Menular Tuberkulosis di UPT. Puskesmas
Kencong, terutama bagi pelaksana program dan pendukung program
pengendalian TB di lapangan.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim

Assalamualaikum WR.WB

Segala puji bagi Allah SWT , Pedoman kegiatan Program TB RST TK.IV Bukittinggi
telah selesai disusun .

Pedoman ini dibuat untuk melaksanakan kegiatan program TB di RST TK.IV


Bukittinggi sebagai unit penyelenggara pelayanan publik .

Selain itu , penyusunan pedoman ini bertujuan untuk memberikan petunjuk cara
pelaksanaan program TB di RST TK.IV Bukittinggi bagi seluruh staf RST TK.IV
Bukittinggi.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna layanan RST TK.IV
Bukittinggi dan pihak – pihak lain yang berkepentingan .

Wassalam

Kepala Rumah Sakit RST TK.IV

Dr. I Gede Wardhana Tohjiwa,Sp.PK

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. sasaran

D. Ruang Lingkup Pedoman

E. Batasan Operasional

BAB II STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

B. Distribusi ketenagaan

C. Jadwal Kegiatan

BAB III STANDART FASILITAS

A. Denah Ruang

B .Standart Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan

B. Metode

C. Langkah Kegiatan

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

BAB IX PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai