Disusun oleh:
Kania Agustina Santoso
20110310094
Diajukan kepada:
dr. Dedy Sp. An
ALAT-ALAT
Hal Yang Harus Diperhatikan
Alat-alat resusitasi harus sudah lengkap dan siap pakai saat prosedur evakuasi dan
transportasi dilaksanakan. Kemasan medis (medical pack) beratnya tidak melebihi 40 kg. Usungan
(stretcher) untuk pasien dalam pesawat atau ambulans sudah masing-masing tersedia. Selimut
khusus untuk pasien yang ditransport melalui pesawat udara untuk memproteksi dari perubahan
suhu harus disediakan; bila tidak ada alternatifnya dengan memakai lembar plastic transparan yang
cukup kuat untuk selimut pasien. Alat-alat perlindungan diri yang cukup untuk staf dari material
pencetus infeksi misalnya sarung tangan steril dan gaun sekali pakai,alat proteksi mata, tempat
penampungan alat-alat tajam dan peralatan injeksi non jarum.
Transport monitor, infusion pumps, ventilator harus sudah ada baterenya, dalam keadaan
siap pakai dan mudah dibawa (portable). Pemilihan sumber tenaga listrik dari batere dianjurkan
memilih tipe lithium karena dapat discharge berkali-kali tanpa mengalami gangguan performa
yang nyata. Batere cadangan harus selalu disediakan apabila jarak tempuh tempat rujukan
diperkirakan lebih dari setengah kemampuan batere. Tenaga listrik suplemen juga harus tersedia
didalam kendaraan transport atau evekuasi medis.
Portabilitas alat bantu medis pada kendaraan transport medis dapat digolongkan menjadi
dua yaitu: alat yang dapat dipasang dan dilepaskan dari kendaraan medis atau disebut dengan
modular unit. Dan mobile intensive care module dimana alat-alat bantu tersebut menempel pada
usungan pasien (stretcher) bisa terpasang dibagian bawah atau ditengah-tengah (stretcher bridge).
Desain inilah yang sekarang banyak dipakai dalam transportasi medis oleh karena mempercepat
waktu dalam memindahkan pasien, meminimalkan masalah konektivitas alat yang memerlukan
tenaga listrik dan mengurangi resiko tertinggalnya alat-alat bantu medis tersebut setelah prosedur
evakuasi selesai.
2. Efedrin
Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan yang disebut efedra
atau ma-huang. Ma-huang mengandung banyak alkaloid mirip efedrin yang
kemudian dapat diolah menjadi efedrin. Bahan herbal yang mengandung efedrin telah
digunakan di Cina selama 2000 tahun, dan sejak puluhan tahun merupakan komponen
obat herbal Cina untuk berbagai klaim misalnya obat pelangsing, obat penyegar atau
pelega napas.
Efedrin mulai diperkenalkan di dunia kedokteran modern pada tahun 1924
sebagai obat simpatomimetik pertama yang dapat dikonsumsi secara oral. Karena
efedrin adalah suatu non-katekolamin maka efedrin memiliki bioavailabilitas yang
tinggi dan secara relative memiliki durasi kerja yang lama selama berjam-jam.
Efedrin belum secara luas diteliti pada manusia, meskipun sejarah
penggunaanya telah lama. Kemampuannya untuk mengaktivasi reseptor β mungkin
bermanfaan pada pengobatan awal asma. Karena efeknya yang mencapai susunan
saraf pusat maka efedrin termasuk suatu perangsang SSP ringan. Pseudoefedrin yang
merupakan satu dari empat turunan efedrin, telah tersedia secara luas sebagai
campuran dalam obat-obat dekongestan. Meskipun demikian penggunaan efedrin
sebagai bahan baku methamfetamin meyebabkan penjualannya telah dibatasi.
5. Deksamethason (Kortikosteroid)
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak;
dan mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf
dan organ lain. Korteks adrenal berfungsi homeostatis, artinya penting bagi
organisme untuk dapat mempertahankan diri dalam menghadapi perubahan
lingkungan.
Glukokortikoid memiliki efek yang tersebar luas karena mempengaruhi fungsi
dari sebagian besar sel-sel tubuh. Dampak metabolik yang utama dari sekresi atau
pemberian glukokortikoid adalah disebabkan karena kerja langsung hormon-hormon
ini pada sel. Tetapi dampak pentingnya adalah dalam menghasilkan respon
homeostatik pada insulin dan glucagon. Meskipun banyak efek dari glukokortikoid
berkaitan dengan dosis dan efeknya membesar ketika sejumlah besar glukokortikoid
diberikan untuk tujuan terapi.
Peralatan Tambahan
1. Pacu jantung dan transvenous temporary pacing kit.
2. Darah (biasanya golongan darah O rhesus negatif dan atau produk darah lain.
3. Infusion pump cadangan dan peralatan pemasangan kanulasi vena cadangan.
4. Peralatan untuk melahirkan.
5. Peralatan khusus pediatrik tambahan.
6. Anti bisa atau anti racun binatang/serangga.
7. Obat-obatan spesifik lain dan antagonisnya.
________________________________________________________________
MONITORING
Observasi ketat tanda vital pasien oleh personel yang sudah mendapat pelatihan khusus
dan berpengalaman adalah yang paling penting dalam monitoring, beberapa penilaian klinis seperti
auskultasi tidak mungkin bisa dilakukan didalam kendaraan transport medis. Oleh karena itu,
monitoring dengan alat yang tepat minimal harus sama atau kalau bisa lebih canggih didalam
kendaraan transport medis. Rumah sakit yang merujuk harus tidak mengijinkan pasien bila
ditransport oleh anggota team yang memiliki kemampuan yang rendah dalam monitoring pasien.
Keistimewaan monitor transport medis berupa EKG, Saturasi O2, pemantauan tekanan darah
invasif dan non invasif, kapnografi dan temperature telah menggantikan tehnik lama dalam
pemantauan pasien kritis seperti perkiraan tekanan darah sistolik dengan palpasi dan monitoring
MAP (mean arterial pressure) dengan menggunakan pengukur tensi aneroid dan gauge.
Beberapa tehnik lain yang bisa dipakai sebagai cadangan misalkan alat defibrilator bisa
dipakai pengganti EKG, alat pengukur saturasi oksigen dan kapnograf portabel. Alat pengukur
tekanan darah non invasif dan probe pulse oksimetri dapat menimbulkan kesalahan pengukuran
sehingga lebih dianjurkan penggunaan monitor arteri invasif dan pemberian alat pelapis probe
pulse oksimetri. Alat yang mengandung mercury lebih baik tidak dipergunakan bila memakai
pesawat udara sebagai sarana transport. Apabila waktu transport atau evakuasi medis memakan
waktu yang cukup lama maka pasien dengan masalah gangguan pernafasan dan masalah biokimia
dianjurkan membawa pula alat analisa gas darah dan biokimia yang portabel.
PERTIMBANGAN LAIN
Suhu akan turun 2°C setiap kenaikan ketinggian terbang 300 m (1000 ft).
Tekanan parsial air juga akan turun dan hal ini tidak terkoreksi oleh pengaturan tekanan kabin.
Sistem respirasi dan mukosa yang terekspos akan menjadi dehidrasi dan akan menimbulkan akibat
hipovolemia sistemik. Pasien yang terintubasi harus paling tidak memiliki pasif humidifikasi. Pada
perjalan yang cukup jauh anggota team transport-evakuasi medis akan terpengaruh juga.
Anggota team evakuasi medis sehari sebelum keberangkatan harus menjalani latihan ketahanan
terhadap perubahan tekanan dalam penerbangan.
STABILISASI PASIEN
A. Airway & B. Ventilasi
– Jalan napas aman/terintubasi
– Tracheal tube terfiksasi baik, posisi diyakini benar dengan Chest X-ray
– Sedasi, paralisis, ventilasi
– Ventilasi dengan ventilator portable
– Cek AGD untuk menilai ventilasi dan oksigenasi adekuat
C. Sirkulasi
– Laju nadi dan Tekanan darah stabil
– Adekuat perfusi jaringan dan organ
– Perdarahan terkontrol
– Resusitasi cairan adekuat
– Minimal 2 akses vena
– Bila diperlukan arteri line dan central venous line
D. Neurologi
– Kejang teratasi, masalah metabolik disingkirkan
– Peningkatan Tekanan intra kranial diatas E. Metabolik
– Gula Darah> 70 mg/dl – Kalium < 6 mmol/L
– Gangguan asam basa tidak ada-ringan
E. Trauma
– C-spine aman/terproteksI
– Pneumotorak terpasang drain
– Perdarahan intratorak/abdominal terkontrol
– Cidera intraabdominal telah diperiksa dan diatasi
– Fraktur tulang panjang dan pelvis telah difiksasi
KLASIFIKASI PASIEN
• Stabil tanpa resiko perburukan
• Oksigen, iv line, monitor
• Stabil dengan resiko rendah
• Iv fluid, iv obat anlagetik, pulse oxymetri
• Stabil dengan resiko tinggi
• Terintubasi, on ventilator, obat vasoaktif, riwayat tidak stabil dan kemungkinan
memburuk
• Pasien tidak stabil
• Tidak dapat distabilkan ditempat asal pasien, membutuhkan monitor invasive,
balloon pump, membutuhkan tim critical care.
Keseimbangan Asam Basa dalam Darah
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh
lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH:
1. pH 7,0 adalah netral
2. pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
3. pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat
memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45. Keseimbangan
asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat
memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya
berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara
kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting
dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam
kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke
dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-
paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan) pusat pernafasan di otak mengatur
jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan
paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau
alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari
adanya masalah metabolism yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung
kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-
paru atau kelainan pernafasan.
Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang
lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Gejala:
Asidosis respiratorik ditandai dengan sakit kepala dan rasa kantuk. Jika keadaanya
memburuk rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma.
Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernapasan terhenti atau jika pernapasan
sangat terganggu atau setelah berjam-jam jika pernapasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha
untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan
waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:
1. Emfisema
2. Bronkitis kronis
3. Pneumonia berat
4. Edema pulmoner
5. Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami
asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Asidosis Metabolik
Defenisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan
asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa
terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Gejala:
Gejala Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit
lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk,
semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat
turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku
(etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme. Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
di antaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik,
tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis
jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis
tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita
gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
1. Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid
atau amonium klorida
6. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomy
atau kolostomi.
Alkalosis Respiratorik
DefInisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Gejala:
Alkalosis secara primer dimanifestasikan oleh gejala-gejal yang berhubungan dengan
penurunan ionisasi kalsium, seperti kesemutan pada jari-jari tangan dan kaki, pusing, dan
hipertonik otot. Fraksi terionisasi kalsium serum menurun pada adanya alkalosis karena lebih
banyak kalsium berkaitan dengan protein serum. Karena fraksi kalsium terionisasi yang
mempengaruhi aktivitas neuromuskular, gejala-gejala hipokalsemia sering merupakan gejala-
gejala yang menonjol pada alkalosis. Pernapasan terdepresi sebagian akibat aksi kompensatori
oleh paru-paru. Takikardia atrium dapat terjadi, dengan meningkatnya pH diatas 7,6 dan terjadi
hipokalemia, dapat terjadi ganguan ventrikel. Penurunan motilitas dan paralisis ileus juga dapat
terjadi.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi
yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Alkalosis Metabolik
Defenisi :
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila
asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah
sakit, terutama setelah pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi
pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam
basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Analisis Gas Darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk mengukur
jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat digunakan untuk menentukan
tingkat keasaman atau pH darah.
A. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH
Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen
dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam keto).
Nilai normal pH serum :
Nilai normal : 7.35 - 7.45
Nilai kritis : < 7.25 - 7.55
Implikasi Klinik
1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan pembentukan
asam)
2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)
3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga untuk
memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam
basa
B. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam plasma. Dapat
digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam basa dalam darah.
Nilai Normal : 35 - 45 mmHg SI : 4.7 - 6.0 kPa
Implikasi Klinik :
1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan emboli paru.
Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus.
2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat
pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai
menunjukkan hiperventilasi.
4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1.3 mmHg.
C. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut
dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi
darah.
Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg SI : 10 - 13.3 kPa
Implikasi Klinik
1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit
obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neoromuskular dan
gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian
khusus.
2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu
(contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan
sel darah merah dan daya angkut oksigen)
D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen
yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik
1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan
kecakupan oksigen pada jaringan
2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang
terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat
E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5% sebagai
larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat,
suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat
asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi
bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L SI : 22 - 32 mmol/L
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur
oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh
karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Implikasi Klinik
1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan
aldosteronisme
2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan
hiperventilasi
3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin
Penatalaksanaan
© Rehidrasi
§ NaCl ; bisa diberikan cairan isotonic atau hipotonik ½ normal, diguyur 1000 ml/jam
sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru
diperhitungkan kekurangannya dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberiancairan isotonic
harus mendapat pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal atau
hipernatremia.
§ Glukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa darah sekitar 200-250 mg%
© Insulin
Pada pasien dengan HONK sensitive terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan
dengan insulin dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu
penatalaksanaan pengobatan dapat menggunakan skema mirip protocol ketoasidosis diabetik
© Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat fungsi ginjal membaik, perhitungan
kalium harus segera diberikan
© Hindari infeksi sekunder
Hati- hati dengan pemasangan infus, kateter dll
Prognosis
Biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian pada pasien ini bukan disebabkan oleh sindom
hiperosmolarnya sendiri tetapi oleh penyakit yang mendasar atau menyertainya. Angka kematian
masih berkisar 30-50%. Di negara maju dapat dikatakan penyebab utama kematian adalah infeksi,
usia lanjut dan osmolaritas darah yang sangat tinggi. Di negara maju angka kematian dapat ditekan
menjadi sekitar 12%.
HIPERTENSI EMERGENSI DAN HIPERTENSI URGENSI
1. Hipertensi emergensi (darurat) Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target. Hipertensi
emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu jam dengan memberikan
obat-obatan anti hipertensi intravena.
2. Hipertensi urgensi (mendesak) Peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi
emergensi namun tanpa disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah
harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi oral.
PENATALAKSANAAN
1. Hipertensi Urgensi
A. Penatalaksanaan Umum
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi urgensi tidak
membutuhkan obat-obatan parenteral. Pemberian obat-obatan oral aksi cepat akan memberi
manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal Mean Arterial Pressure (MAP) dapat
diturunkan tidak lebih dari 25%.
Pada fase awal standard goal penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai 160/110
mmHg. Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral maupun oral bukan tanpa risiko dalam
menurunkan tekanan darah. Pemberian loading dose obat oral anti-hipertensi dapat menimbulkan
efek akumulasi dan pasien akan mengalami hipotensi saat pulang ke rumah. Optimalisasi
penggunaan kombinasi obat oral merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.
B. Obat-obatan spesifik untuk hipertensi urgensi
1) Captopril adalah golongan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dengan onset
mulai 15-30 menit. Captopril dapat diberikan 25 mg sebagai dosis awal kemudian
tingkatkan dosisnya 50-100 mg setelah 90-120 menit kemudian. Efek yang sering terjadi
yaitu batuk, hipotensi, hiperkalemia, angioedema, dan gagal ginjal (khusus pada pasien
dengan stenosis pada arteri renal bilateral).
2) Nicardipine adalah golongan calcium channel blocker yang sering digunakan pada pasien
dengan hipertensi urgensi. Pada penelitian yang dilakukan pada 53 pasien dengan
hipertensi urgensi secara random terhadap penggunaan nicardipine atau placebo.
Nicardipine memiliki efektifitas yang mencapai 65% dibandingkan placebo yang mencapai
22% (p=0,002). Penggunaan dosis oral biasanya 30 mg dan dapat diulang setiap 8 jam
hingga tercapai tekanan darah yang diinginkan. Efek samping yang sering terjadi seperti
palpitasi, berkeringat dan sakit kepala.
3) Labetalol adalah gabungan antara α1 dan β-adrenergic blocking dan memiliki waktu kerja
mulai antara 1-2 jam. Dalam penelitian labetalol memiliki dose range yang sangat lebar
sehingga menyulitkan dalam penentuan dosis. Penelitian secara random pada 36 pasien,
setiap grup dibagi menjadi 3 kelompok; diberikan dosis 100 mg, 200 mg dan 300 mg secara
oral dan menghasilkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan.
Secara umum labetalol dapat diberikan mulai dari dosis 200 mg secara oral dan dapat
diulangi setiap 3-4 jam kemudian. Efek samping yang sering muncul adalah mual dan sakit
kepala.
4) Clonidine adalah obat-obatan golongan simpatolitik sentral (α2-adrenergicreceptoragonist)
yang memiliki mula kerja antara 15-30 menit dan puncaknya antara 2-4 jam. Dosis awal
bisa diberikan 0,1-0,2 mg kemudian berikan 0,05-0,1 mg setiap jam sampai tercapainya
tekanan darah yang diinginkan, dosis maksimal adalah 0,7 mg. Efek samping yang sering
terjadi adalah sedasi, mulut kering dan hipotensi ortostatik.
5) Nifedipine adalah golongan calcium channel blocker yang memiliki pucak kerja antara
10-20 menit. Nifedipine kerja cepat tidak dianjurkan oleh FDA untuk terapi hipertensi
urgensi karena dapat menurunkan tekanan darah yang mendadak dan tidak dapat
diprediksikan sehingga berhubungan dengan kejadian stroke.
2. Hipertensi Emergensi
Penatalaksanaan Umum Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu
tergantung pada kerusakan organ target. Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan
parenteral secara tepat dan cepat. Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring
tekanan darah bisa dikontrol dan dengan pemantauan yang tepat. Tingkat ideal penurunan tekanan
darah masih belum jelas, tetapi penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal
dan 15% pada 2-3 jam berikutnya. Penurunan tekanan darah secara cepat dan berlebihan akan
mengakibatkan jantung dan pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi.
KESIMPULAN
1. Team transportasi-evakuasi medis menyediakan pelayanan pra-rumah sakit khususnya
untuk trauma mayor berupa: intubasi yang difasilitasi dengan obat sedatif dan relaksan,
krikotirotomi, thorakostomi dengan pemasangan pipa, vena seksi dan pemasangan kateter
vena sentral dan pemberian tranfusi darah sekaligus mentriase pasien dirujuk ketempat
tujuan pusat pelayanan kesehatan yang tepat. Team ini sangat berguna apabila terjadi
permasalahan medis di daerah perkotaan yang sangat sibuk disertai dengan kombinasi
penggunaan pesawat helikopter dapat memberikan hasil yang maksimal.
2. Team ini juga berguna pada keadaan bencana alam. Untuk hal ini Disaster Medicine sangat
ditekankan untuk diketahui prinsipnya oleh team yaitu memberikan atau melakukan
pertolongan dasar keselamatan jiwa (basic life support) yang sederhana pada sejumlah
besar korban. Personel yang sudah terlatih dalam transportasi-evakuasi medis sangat baik
dipilih dan dilatih untuk masalah penanggulangan bencana. Prioritas yang harus selalu
diingat dalam hal ini adalah: triage, treatment dan transport.
3. Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan di bidang neuro-cardiovaskular yang
sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis terdiri dari hipertensi emergensi
dan hipertensi urgensi. Keduanya harus ditangani dengan tepat dan segera sehingga
prognosisnya terhadap organ target (otak, ginjal dan jantung) dan sistemik dapat
ditanggulangi.
DAFTAR PUSTAKA