Kabupaten pangandaran merupakan salah satu daerah otonom baru di provinsi Jawa
Barat. Sebelum menjadi kabupaten, pangandaran merupakan bagian dari Kabupaten Ciamis.
Pembentukan Kabupaten Pangandaran tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses
panjang yang melelahkan dan pengorbanan yang cukup besar. Kegigihan masyarakat
Pangandaran didorong oleh enam faktor, yaitu ingin mendekatkan pelayanan publik karena
jarak yang cukup jauh dengan kota ciamis, ingin mengelola potensi daerah yang tidak
dilakukan secara optimal oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis, ingin membuka lapangan
kerja karena tingkat pengangguran di Ciamis yang masih cukup tinggi, ingin
menyejahterakan masyarakat pangandaran, ingin melakukan penataan kewilayahan sesuai
dengan kebutuhan, dan meningkatkan stabilitas pertahanan keamanan karena Pangandaran
memiliki garis pantai cukup panjang dan langsung berhadapan dengan perairan
Internasional. Keenam potensi tersebut belum secara optimal dirasakan oleh masyarakat
pangandaran karena keterbatasan anggaran dan wilayah kabupaten ciamis yang begitu luas.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, pada tanggal 25 Oktober 2012, DPR
RI yang diketuai oleh Marzuki Ali dengan pemerintah pada rapat paripurna menyetujui
rancangan Undang-Undang tentang pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa
Barat menjadi Undang-Undang. Pada tanggal 16 november 2012 Presiden H. Susilo
Bambang Yudhoyono mengesahkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2012 tentang
pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat, dan diundangkan pada
tanggal 17 November 2012.
1
Lihat di situs resmi Bagian Humas Sekretaris Daerah Kabupaten Pangandaran,
http://humaspangandarankab.blogspot.co.id/ (diakses pada 28 Desember 2016, pukul 19.27 WIB)
Pemekaran Wilayah dan Desentralisasi
Pemekaran daerah pada dasarnya merupakan efek samping yang logis dari kebijakan
desentralisasi. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara
sederhana didefinisikan sebagai penyerahan kewenangan2 . Cepatnya pertumbuhan daerah
administratif baru di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota terjadi karena saat ini lebih
banyak sumberdaya yang telah dialihkan oleh pemerintah pusat ke daerah. Desentralisasi
merupakan salah satu reformasi yang terjadi di Indonesia setelah sebelumnya negara
Indonesia menggunakan sistem pemerintahan yang terpusat.
2
Syamsuddin haris. 2007. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta. LIPPI press. Hal 52.
3
Abdul Gaffar Karim. 2006. Kompleksitas Persoala Otonomi Daerah di Indonesia. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar
4
Lihat di www.undp.or.id , diakses pada 28 Desember 2016 pukul 20.05 WIB.
Jadi pada intinya, sistem desentralisasi di Indonesia merupakan bentuk perbaikan
dari sistem sebelumnya yaitu sistem sentralisasi5. Sistem desentralisasi memberikan
wewenang pada tiap masing-masing daerah untuk mengelola rumah tangga wilayahnya
sendiri. Desentralisasi wilayah memberikan kesempatan bagi tiap wilayah untuk
kemandirian bagi suatu wilayah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Desentralisasi wilayah berkaitan dengan pemekaran wilayah, pemekaran wilayah bertujuan
untuk pemerataan pembangunan namun pada pelaksanaannya banyak terjadi
ketidaksesuaian yang disebabkan belum siapnya suatu daerah untuk menjalankan otonomi
daerah melalui pemekaran wilayah tersebut. Supaya tercapainya tujuan dalam proses
desentralisasi khususnya dalam hal pemekaran wilayah diperlukan adanya kerjasama antara
masyarakat dan aparat pemerintah baik pusat maupun daerah agar tujuan dari pemekaran
tersebut dapat berjalan dan penyalahgunaan terhadap wewenang dapat dihindari.
5
Tri Ratnawati, 2009. Pemekaran Daerah : Politik Lokal dan Beberapa Isu Terseleksi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Daftar Pustaka
Buku :
Syamsuddin haris. 2007. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta. LIPPI press.
Abdul Gaffar Karim. 2006. Kompleksitas Persoala Otonomi Daerah di Indonesia.
Jogjakarta:Pustaka Pelajar.
Tri Ratnawati, 2009. Pemekaran Daerah : Politik Lokal dan Beberapa Isu Terseleksi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Internet :