Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Electroencephalogram


Perkembangan di bidang teknik khususnya
dalam bidang pengukuran dan perekaman listrik di
akhir abad ke-19 memberikan suatu sumbangan yang
besar di bidang modern neuroscience. Pada tahun
1929, seorang psikiater Jerman yang bernama Hans
Berger, yang bekerja di kota Jena, mengumumkan
bahwa adalah mungkin untuk merekam arus listrik
yang lemah yang dihasilkan pada otak, tanpa
membuka tengkorak, dan untuk melukiskannya ke
suatu kertas. Berger menamakan format perekaman
yang baru ini sebagai Electroencephalogram (EEG).
Ini adalah suatu penemuan revolusioner, dan
sesungguhnya, Berger menemukan suatu cabang
yang sangat penting dan baru dari ilmu pengetahuan
medis yang dinamakan neurophysiology klinis.

7
Gambar 1. Gelombang yang Dihasilkan oleh
Otak

Terkesan dengan berbagai kemungkinan


untuk membangun peta bidimensional menyangkut
aktivitas EEG di atas permukaan otak, W. Gray
Walter menemukan toposcope pada tahun 1957.

Toposcope ini adalah suatu alat yang


kompleks. Toposcope itu mempunyai 22 tabung sinar
katoda (yang serupa dengan tabung TV), masing-
masing di antara tabung sinar katoda itu dihubungkan
ke sepasang elektroda yang dipasang ke tengkorak..
Elektroda diatur di dalam suatu susunan geometri,
sehingga masing-masing tabung bisa melukiskan
intensitas dari beberapa irama yang menyusun EEG
di dalam area otak tertentu. Susunan tabung CRT ini,
sedemikian rupa sehingga display phosphorescent
spiral menunjukkan secara serempak irama yang
menunjukkan bagian tertentu dari otak.

Gray Walter meminta pasiennya untuk


melaksanakan beberapa tugas mental dengan hasil
8
bahwa irama EEG diubah ke dalam jalan berbeda,
waktu dan bagian-bagian dari otak. Gray Walter
menjadi yang pertama yang membuktikan, bahwa
yang disebut sebagai irama alfa (memperlihatkan
status beristirahat) menghilang dari hampir semua
otak selama suatu tugas mental yang menuntut
kesadaran, diganti oleh suatu irama lebih cepat, yaitu
gelombang beta.

Hal itu dengan seketika nyata ke ahli saraf


bahwa toposcope bisa memberikan suatu bantuan
untuk menemukan lokasi epilepsi (poin-poin dimana
suatu gangguan hebat dimulai di dalam otak, dalam
kaitan dengan suatu luka lokal, tumor atau perubahan
fungsional).

2.2 Otot Menghasilkan Listrik


Hans Berger menyatakan bahwa otak
manusia mempunyai aktivitas listrik yang kontinyu
dan hal ini bisa direkam. Alat perekam EEG ini
biasanya memerlukan elektroda (lempengan besi
kecil) yang dilekatkan ke permukaan kulit kepala
dengan menggunakan gel yang menghantarkan aliran
listrik. Amplifier yang cukup kuat digunakan untuk
9
meningkatkan amplitudo hingga beratus-ratus bahkan
beribu-ribu kali dari sinyal yang lemah (sinyalnya
beberapa mikrovolt).
Suatu alat yang disebut Galvanometer yang
mempunyai tinta pena yang ujungnya bertugas untuk
menulis pada kertas khusus yang bergerak kontinyu
dengan kecepatan tetap yang telah diatur sebelumnya.
Hasilnya berupa gelombang. Satu pasang dari
elektroda biasanya membentuk satu channel dimana
alat perekam EEG sangat bergantung pada hal ini dan
EEG dapat membentuk 8 – 40 channel yang terekam
secara paralel. Ini disebut alat perekam EEG
multichannel.
Sejak dari penemuan alat ini, dapat diketahui
bahwa karakteristik dari aktivitas EEG ini dapat
berubah-ubah di berbagai situasi, utamanya pada saat
sadar, istirahat, tidur, dan mimpi, dimana terjadi
perubahan gelombang otak baik frekuensi maupun
amplitudonya dan gelombang-gelombang itu diberi
nama seperti alfa, beta, theta, dan delta. Utamanya
sifat seseorang juga dapat mengubah pola gelombang
di bagian-bagian yang berbeda dari otak. EEG juga
digunakan di bidang neurologi dan psikiatri,
10
utamanya untuk mendiagnosa penyakit otak, seperti
epilepsi (gangguan serius yang disebabkan oleh
adanya aktivitas yang terganggu di neuron),
gangguan tidur, dan tumor otak.

2.3 Sinyal Electroencephalogram


Sinyal EEG dapat diketahui dengan
menggunakan elektroda yang dilekatkan pada kepala.
Tegangan sinyalnya berkisar 2 sampai 200 μV, tetapi
umumnya 50 μV. Frekuensinya bervariasi tergantung
pada tingkah laku. Daerah frekuensi EEG yang
normal rata-rata dari 0,1 Hz hingga 100 Hz, tetapi
biasanya antara 0,5 Hz hingga 70 Hz. Variasi dari
sinyal EEG yang terkait dengan frekuensi dan
amplitudo mempengaruhi diagnostik. Daerah
frekuensi EEG dapat diklasifikasikan menjadi lima
bagian untuk analisis EEG, yaitu :
Delta (δ) (1 – 4) Hz
Theta (θ) (4 – 8) Hz
Alpha (α) (8 – 13) Hz
Beta (β) (13 – 22) Hz
Gamma (γ) (22 – 30) Hz

11
 Gelombang delta terdapat pada rentang dari 1 - 4
Hz. Gelombang ini terjadi pada dalam kondisi
tidur yang lama dan gelombang ini sangat mudah
dilihat ketika respon terjadi diakibatkan oleh
pergerakan yang berlebihan.
 Gelombang theta dalam rentang dari 4 – 8 Hz.
Gelombang theta berperan penting pada masa
pertumbuhan dan masa kecil. Dalam kondisi ini
pikiran menjadi lebih kreatif dan inspiratif.
 Gelombang alpha dalam rentang 8 – 13 Hz
terlihat dari setengah bagian kepala dan biasanya
ditemukan di daerah bagian belakang otak.
Gelombang alpha menghasilkan kondisi yang
sedang rileks, melamun, berkhayal dan bahkan
merupakan kondisi bawah sadar yang dapat
mengoptimalkan kerja otak.
 Gelombang beta dalam rentang dari 13 - 30 Hz
merupakan aktivitas elektrik dari otak dengan
kondisi terjagadan sadar penuh].

12
2.3 Prinsip Kerja dari EEG
Elektroda EEG ukurannya lebih kecil
daripada elektroda ECG. Elektroda EEG dapat
diletakkan secara terpisah pada kulit kepala atau
dapat dipasang pada penutup khusus yang dapat
diletakkan pada kepala pasien.

Gambar 2. Elektroda EEG

Untuk meningkatkan kontak listrik antara


elektroda dan kulit kepala digunakan elektroda jelly
atau pasta. Bahan elektroda yang umumnya
digunakan adalah perak klorida. EEG direkam
dengan cara membandingkan tegangan antara
elektroda aktif pada kulit kepala dengan elektroda
referensi pada daun telinga atau bagian lain dari
tubuh. Tipe merekam ini disebut monopolar. Tetapi
tipe merekam bipolar lebih populer dimana

13
tegangan dibandingkan antara dua elektroda pada
kulit kepala.
2.4 Tepografi Otak EEG
Dengan adanya kemungkinan untuk
merekam secara simultan angka-angka dari channel
EEG, teknik baru telah ditemukan, yaitu topografi
otak EEG pada akhir tahun 1980. Pada teknik ini,
angka-angka dari elektroda ditempatkan pada
kepala, mengikuti urutan geometrical. Sebuah
software khusus dalam komputer membuat peta
dari aktivitas otak yang ditampilkan dalam layar
komputer atau berupa print out dengan cara
menandai jumlah aktivitas beberapa bunyi dari
warna (sebagai contoh, hitam dan biru mungkin
menghasilkan amplitudo EEG yang rendah, kuning
dan merah menghasilkan amplitudo yang besar).
Jarak antara tiap-tiap elektroda dikalkulasi dengan
menggunakan teknik matematika (mengkalkulasi
nilai rata-rata dari nilai-nilai seluruhnya) dan
perubahan-perubahan warna yang terjadi.

14
Gambar 10. Peta Topografi EEG
Cara ini memberikan hasil yang lebih
akurat dan representative dalam memperlihatkan
lokasi dimana terjadi perubahan ritme, amplitudo,
dan lain-lain. Para ahli neurologi dengan
menggunakan sistem topografi otak EEG ini tidak
lama lagi mampu mendiagnosa berbagai macam
penyakit (termasuk beberapa gangguan kejiwaan
dengan kelainan biologi atau dengan kelainan lain
yang sebelumnya tidak diketahui). Adanya alat
penunjuk yang langsung menunjuk ke arah

15
perubahan EEG juga akan lebih mempermudah.
Dalam penggunaannya juga digunakan semacam
cinema (berupa animasi yang menggunakan
berbagai gambar yang diambil dari peta otak)
memungkinkan adanya studi yang dinamis dari
fungsi otak.
Topografi otak EEG tidak digunakan
untuk semua kasus. Indikasi utamanya adalah
untuk menentukan ada tidaknya tumor dan penyakit
fokus dari otak (termasuk epilepsi, arteriovenous
malformasi, dan stroke). Juga digunakan jika ada
gangguan pada kesadaran seperti narcolepsi
(gangguan tidur), koma, dan lain-lain. Lebih lanjut
lagi, topografi otak EEG ini juga digunakan untuk
menilai atau memonitor efek withdrawal dari obat-
obat psikoaktif dan penyakit infeksi otak seperti
meningitis, dan juga bisa digunakan untuk follow
up pasien operasi otak. Dalam bidang psikiatri,
topografi otak EEG ini telah digunakan untuk
mengidentifikasi adanya disorders dari kelainan
biologi, seperti skizofrenia, dementia, hiperaktif,
dan depresi serta atrofi otak dan gangguan
perhatian pada anak-anak.
16
Sekarang ini, telah begitu banyak sistem
topografi otak EEG komersial yang telah
digunakan, dimana alat ini diinstall dalam PC atau
macintosh berdasarkan platform mikrokomputer
dan dapat dioperasikan dengan mudah oleh teknisi,
berdasarkan windows menggunakan software.
Software ini memiliki fleksibilitas yang tinggi,
mampu memprogram berbagai konfigurasi dan
parameter rekaman untuk membentuk referensi
database, dari berbagai macam pasien dengan
kelainan yang berbeda-beda. Biasanya, rekaman
multichannel ini dapat dilihat dengan topografi peta
otak yang direkonstruksi.

17

Anda mungkin juga menyukai