Info Sawit Berita
Info Sawit Berita
pengekspor terbesar minyak sawit mentah (CPO) di dunia. Selain bisa untuk
menjadi bahan baku untuk sector makanan juga bisa untuk bahan baku
pembuatan energi terbarukan (renewable energy), atau yang tren dikenal
dengan biodiesel.
Ini pula yang menjadi salah satu faktor paling berpengaruh penyebab
tingginya permintaan minyak kelapa sawit di pasar dunia. Namun, dalam
perdagangan internasional, konsumen yang memilih untuk membeli CPO
sensitif terhadap berbagai isu negatif atau kampanye hitam (black campaign).
Isu yang mengemuka adalah produksi kelapa sawit yang terus mengalami
peningkatan di Indonesia dan Malaysia telah menimbulkan berbagai dampak
negatif terhadap lingkungan, antara lain konversi lahan dari hutan tropis,
pemusnahan beberapa spesies fauna, efek rumah kaca dan perubahan iklim.
Isu-isu ini berdampak pada tidak stabilnya harga CPO dunia.
Ada beberapa bentuk kampanye negatif minyak sawit. Pertama, di era 1980-
an, minyak sawit dituding mengandung kolestrol tinggi sehingga
membahayakan kesehatan konsumen. Namun, hal ini dapat dipatahkan oleh
hasil penelitian lembaga riset Malaysia.
Selain itu Indonesia juga mendapat tuduhan dari UE atas produk biodiesel
dan fatty alcohol. Kementerian Perdagangan RI telah mempertanyakan hal
tersebut kepada Pemerintah UE seperti Perancis atau Italia. Hasilnya, kedua
negara itu mengaku bahwa aturan pelabelan itu bukan peraturan pemerintah
tapi peraturan yang dibuat dan diterapkan oleh swasta.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Seiring meningkatnya dominasi minyak
sawit pada perdagangan minyak nabati dunia, ada yang merasa terancam
eksistensi bisnisnya. Hal ini memicu sengitnya persaingan minyak sawit dari
Asia Tenggara dan minyak kedelai dari Eropa dan Amerika Serikat.
Saat ini, persaingan bisnis head to head tidak dapat melawan minyak sawit,
karena tanaman kelapa sawit paling produktif dan biaya produksinya paling
ekonomis. Ada dugaan kuat negara-negara penghasil minyak nabati non-sawit
menggunakan alasan lingkungan dan kebijakan ekonomi-politik negara untuk
menghambat ekspansi minyak sawit.
Riset ini memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun, dengan
besarnya hasil yang diperoleh minyak sawit di Indonesia dan Malaysia serta
komitmen pemerintah akan dapat mendukung biaya yang dikeluarkan.
Sebagian bea keluar CPO dapat dialokasikan untuk riset ini.
Berbagai isu dari kampanye negatif dan diskriminasi terhadap industri sawit
ini dapat dianggap sebagai upaya menghambat pemanfaatan keunggulan
sumber daya lahan dan akan menurunkan devisit pendapatan ekspor negara
yang berujung juga merugikan industri sawit Indonesia. Maka dari itu
perlunya upaya yang lebih keras dalam membangun citra positif industri sawit
di dunia.