TINJAUAN PUSTAKA
Sifat kimia :
Mempunyai rumus molekul N2
Nitrogen ditambah dengan hidogen akan menghasilkan panas dalam pembuatan ammonia.
Reaksinya sebagai berikut :
katalis
N2(g) + 3H2 2NH3(g) = -Q
Nitrogen bereaksi dengan oksigen membentuk Nitrogen oksida
N2 + O2 → 2NO
Nitrogen bereaksi dengan asetilena pada suhu 1.500oC membentuk hidrogen sianida
N2 + C2H2 → 2HCN
(Patnaik Pradyot, 2002)
b. Oksigen
Sifat fisika :
Titik didih : - 183ºC
Titik Leleh : - 218 ºC
Berat molekul : 32 gr/mol
Berupa gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
(Perry RH, 2008)
Sifat kimia :
Mempunyai rumus molekul O2
Oksigen direaksikan dengan karbon menghasilkan karbon dioksida. Reaksinya sebagai berikut
:
C(g) + O2(g) CO2(g)
2.1.2.2. Air
Proses pembuatan asam sulfat membutuhkan air dalam proses pengencerannya, untuk
didapatkan konsentrasi yang diinginkan. Air merupakan zat yang paling penting dalam proses
produksi baik dalam industri asam sulfat maupun dalam industri – industri lain. Baik atau tidaknya
produk dihasilkan yang menggunakan air dalam produksinya. Air mempunyai pengaruh yang sangat
besar sehingga air merupakan zat yang perlu mendapat perhatian. Air yang sering digunakan dalam
industri yaitu air tanah. Air tanah ini mempunyai kekurangan yaitu dapat menimbulkan kerak yang
menyebabkan proses terganggu sehingga perlu ditangani agar air yang digunakan tersebut benar –
benar murni. Air tanah yang langsung diambil biasanya digunakan dalam pendinginan karena
suhunya yang relatif konstan baik pada musim hujan atau kemarau.
Sifat fisika dan sifat kimia dari air yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Sifat fisikaair (H2O) adalah sebagai berikut:
Berupa gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Titik didih : 100oC
Titik Beku : 0oC
Densitas : 0,998 g/cm3
(Perry RH, 2008)
b. Sifat kimia (H2O) adalah sebagai berikut:
Air direaksikan dengan kalium menghasilkan hidrogen dan kalium hidroksida. Reaksinya
sebagai berikut :
K(s) + H2O(l) KOH(aq) + H2(g)
Air bereaksi dengan banyak oksida logam dan oksida logam non membentuk basa dan asam,
masing-masing:
CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2 (s)
N2O5(s) + H2O(l) → 2HNO3(l)
a. Proses Frasch
Belerang merupakan suatu bahan yang susah untuk didapatkan karena bentuknya yang padat dan
susah dalam pengangkutannya. Pada akhir tahun 1890-an seorang ilmuwan bernama Herman Frasch
mempunyai ide dalam pengambilan belerang yaitu dengan cara melebur belerang dan mengubah
belerang yang berupa padatan menjadi belerang cair dengan cara pemanasan sehingga mudah dalam
pengambilannya dari dalam bumi. Batuan yang mengandung belerang di sekitar sumur
penambangan, dilalui oleh sirkulasi air panas dengan suhu sekitar 160OC. Sirkulasi air panas
tersebut akan menaikkan suhu sampai di atas titik cair belerang, yaitu sekitar 115OC. Belerang cair
yang lebih berat dari air akan melalui perforasi bagian bawah, lalu naik ke atas. Belerang didorong
ke atas oleh tekanan air panas sampai kira-kira setengah ketinggian permukaan.Udara tekan juga
dipompakan ke permukaan. Air ditarik keluar dari formasi dengan laju aliran kira-kira sama dengan
laju injeksinya.
Belerang yang telah dipompa ke permukaan dalam keadaan cair, kemudian dialirkan melalui
pipa – pipa yang dipanaskan menuju sebuah pemisah (separator) untuk dipisahkan dari pengotornya.
Belerang yang telah dipisahkan dari pengotornya kemudian ditampung dan dibiarkan memadat atau
dibiarkan dalam keadaan cair dengan cara pemberian panas.
b. Proses Clauss
Hidrogen sulfide (H2S), banyak dihasilkan pada pemurnian gas buihasam, gas tanur kokas, dan
gas kilang minyak. Hidrogen sulfide (H2S) ini dipisahkan dengan cara melarutkannya di dalam
kalium karbonat (K2CO3), diikuti dengan pemanasan untuk regenerasi. Hidrogen sulfida (H2S) yang
dihasilkan dengan cara dibakar untk menghasilkan asam sulfat. Namun sebagian besar diantaranya
dikonversi menjadi unsur belerang melalui Proses Clauss. Reaksinya adalah sebagai berikut :
H2S (g) + 3/2O2 SO2 (g) + H2O (l) ∆H = -518,8 kJ
Reaksi keseluruhan :
SO2 (g) + ½ O2(g) + H2O (l) H2SO4(aq)
Pendaurulangan oksida nitrogen sangat mengurangi konsumsi natrium nitrat atau kalium nitrat, yang
sekarang hanya diperlukan untuk menggantikan kehilangan dalam proses. Di samping itu, menara
Glover memproduksi asam sulfat yang lebih pekat 75-85% H2SO4 berdasar massa dibandingkan 60-
70% yang diperoleh dengan metode terdahulu.
(Oxtoby David W, 2003)
b. Proses Kontak
Selain proses kamar timbal terdapat metode yang modern dan lebih efisien untuk membuat asam
sulfat. Metode tersebut dikenal dengan Proses Kontak. Pada proses ini suatu campuran kering SO2
dan molekul oksigen dilewatkan melalui suatu reaktor yang berisi katalis pada suhu 450oC gas
masuk dan kontak dengan katalis.
Menurut azas Le Chatelier, agam jumlah SO3 (konversi SO3) yang terbentuk tinggi, maka pada
kesetimbangan tersebut harus dilakukan aksi yaitu suhu harus rendah dan tekanan harus tinggi. Jika
suhu rendah, reaksi berjalan lambat. Selain itu, biaya menjadi sangat mahal karena proses dalam
suatu pabrik berlangsung pada tekanan tinggi. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan
katalis vanadium pentaoksida (V2O5) dimana apabila menggunakan katalis ini temperatur
optimumnya harus 450o C. Prosedur ini dapat dipilih untuk meningkatkan laju pembentukan SO3.
Selain vanadium, katalis lain yang dapat digunakan pada proses kontak ini adalah platina (Pt).
Namun, platina mudah teracuni, sehingga tidak dapat digunakan proses dalam waktu yang cukup
lama.
SO3 yang terbentuk larut dalam asam sulfat pekat membentuk oleum (H2S2O7). Reaksi yang
terjadi sebagai berikut:
SO3 (g) + H2SO4 (aq) H2S2O7 (aq)
Kemudian Oleum tersebut diolah dengan air untuk membentuk asam sulfat. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut:
H2S2O7 (aq) + H2O (l) 2H2SO4 (aq)
(Chang R dan Wayne T, 1988)
Proses pembentukan asam sulfat dengan proses kontak dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada mulanya , sekitar tahun 1970-an, banyak digunakan proses Kontak dengan konfigurasi
Absorbsi Tunggal dengan konversi yang dapat dicapai berkisar 97 – 98 %. Proses Kontak
kemudian mengalami modifikasi secara berangsur – angsur, dan kemudian absorsi Tunggal
diganti dengan Absorbsi Ganda (katalis Ganda). Dengan menggunakan proses baru ini
didapatkan hasil yang lebih tinggi dan emisi gas buangan seperti SO2 yang belum terkonversi
dapat berkurang.
(Austin George T, 1996)
2.3 Produk Utama dan Produk Samping
2.3.1 Produk Utama
Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan zat kimia yang sangat aktif, paling banyak dipakai dan merupakan
produk teknik yang amat penting. Zat ini digunakan sebagai bahan untuk pembuatan garam- garam
sulfat dan untuk sulfonasi. Bahan ini dipakai dalam berbagai macam industri pupuk, kulit, plat
timah, pengolahan minyak dan dalam pewarnaan tekstil.
Spesifikasi Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan salah satu asam anorganik yang kuat. Asam sulfat ini berguna dalam aksi
dehidrasi dan sangat penting menyerap air yang terbentuk dalam konversi kimia seperti nitrasi,
sulfonasi dan esterifikasi, sehingga hasilnya lebih besar. Larutan asam sulfat dapat dipekatkan
secara ekonomi sekitar 93 persen berat H2SO4 dalam asam sulfat 98 – 99%.
Secara komersial asam sulfat dijual dalam bentuk larutan H2SO4 yang didasarkan atas
konsetrasinya. Besar kecilnya konsentrasi ditentukan oleh pelanggan sesuai permintaannya. sewaktu
masih menggunakan Proses Kamar Timbal, larutan asam sulfat di dalam air dijual atas dasar specific
gravity yang diukur dengan derajat Baume (oBe).
(Austin George T, 1996)
Karena proses kamar timbal telah digantikan dengan proses kontak maka kekuatan asam
sekarang dinyatakan dengan menggunakan angka prosentasi H2SO4.
a. Sifat Fisika
Tabel 13. Sifat Fisika dari asam sulfat
Sifat Nilai
Rumus Molekul H2SO4
Wujud Cair
Berat Molekul 98,08 gr/mol
Spesific Gravity 1,834
Titik Leleh 10,490C
Titik Didih 3400C
Gas hasil pembakaran kemudian di dinginkan menggunakan Waste Heat Boiler, sampai suhu
420oC, dengan harapan didapat konversi yang maksimal saat akan diubah menjadi gas SO3.
Belerang dioksida kemudian dimasukkan ke dalam sebuah konverter untuk dioksidasi lebih lanjut
dengan udara menjadi gas belerang trioksida (SO3(g)). Pada tahap ini diharapkan gas sulfur trioksida
memiliki konversi yang tinggi.Reaksi yang terjadi adalah eksotermis yang reversible sebagai
berikut:
2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g) ΔH= -98 kJ (2)
Reaksi ini berlangsung pada suhu sekitar 500oC, tekanan 1 atm dengan katalisator V2O5.
Kemudian gas SO3(g) dilarutkan ke dalam absorber untuk dikontakkan secara langsung dengan
asam sulfat pekat hingga menjadi asam sulfat pekat berasap (oleum dengan rumus kimia
H2SO4.SO3 atau H2S2O7)
SO3 (g) + H2SO4 (l) → H2S2O7 (l) (3)
Oleum hasil dari absorber dimasukkan ke dalam tangki mixing. Oleum akan diencerkan dengan
air sehingga kelebihan SO3 akan terlarut di dalam air, dan didapat asam sulfat pekat yang tidak
berasap.
H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2 H2SO4 (l) (4)
Dari proses kontak ini lalu akan terbentuk asam sulfat pekat dengan kadar 98-99%. Tahap
penting dalam proses ini adalah reaksi (2). Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan reversible
dan eksoterm. Sama seperti pada sintesis amonia, reaksi ini hanya berlangsung baik pada suhu
tinggi. Akan tetapi pada suhu tinggi justru kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga suhu gas harus
dijaga konstan.
Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500oC dengan katalisator V2O5. Sebenarnya tekanan
besar akan menguntungkan produksi SO3, tetapi penambahan tekanan ternyata tidak diimbangi
penambahan hasil yang memadai. Oleh karena itu, pada proses kontak tidak digunakan tekanan
besar melainkan tekanan normal yaitu 1 atm.
(Chang R dan Wayne T, 1988)
Austin George T. 1996. “Industri Proses Kimia : Jilid 1 Edisi 6”. Erlangga. Jakarta
Badger Walter L. 1955. “Introduction to Chemical Engineering”. Mc Graw Hill Book Company. New
York
Chang Raymond. 2005. “Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edidi Ketiga Jilid 2”. Erlangga. Jakarta
Chang Raymond dan Wayne Tiklanen. 1988. “The Top Fifty Industrial Chemicals”. Random
Markham Smith. 1995. “General Chemistry”. The Riverside Press. Cambridge Massachusetts USA
Patnaik Pradyot. 2002. “Handbook of Inorganic Chemicals”. Mc Graw Hill Book Company. New
York
Perry RH. 2008. “Perry’s Chemical Engineers’Handbook,8th ed”. Mc Graw Hill Book Company.
New York
Treyball Robert. 1981. “Mass-Transfer Operations Third Edition”. Mc Graw Hill Book Company.
New York
Wignjosoebroto Sritomo. 2003. “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”. Guna Widya.
Surabaya