Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

METODE TAMBANG BAWAH TANAH


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tambang Bawah Tanah II

DISUSUN OLEH :
AJI PRATAMA PUTRA
1504024

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA


POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tambang bawah tanah merupakan salah satu metode penambangan
yang tidak langsung bersentuhan dengan atmosfer atau udara bebas. Dalam
proses penambangannya, tambang bawah tanah memiliki banyak metode
dalam mengambil bahan endapan seperti batubara dan biji ( emas ).
Batubara dalam proses pengendapannya memiliki arah dan kemiringan
serta ketebalan yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan proses
pengendapannya yang di pengaruhi oleh keadaan geologi. Maka dari sudut
pandang keadaan pengendapan batubara, dalam penambangan batubara tidak
hanya tambang terbuka.
Karena terkadang terkendala terhadap kondisi serta faktor-faktor
ekonomis dalam pengambilang batubara. Sehingga diambilah langkah dengan
penambangan bawah tanah. Metode-metode dalam penambangannya memiliki
macam-macamnya sesuai dengan keadaan dan faktor-faktor penting yang
menjadi tolak ukur serta pertimbangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu tambang bawah tanah ?
2. Apa saja metode-metode yang ada pada tambang bawah tanah ?
3. Apa saja ciri-ciri dari tambang bawah tanah ?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian dari tambang bawah tanah.
2. Mampu memjelaskan metode-metode tambang bawah tanah secara jelas
dan lengkap.
3. Mampu menyebutkan ciri-ciri dari tambang bawah tanah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tambang Bawah Tanah


Secara umum pengertian tambang bawah tanah adalah suatu sistim
penambangan mineral atau batubara dimana seluruh aktivitas penambangan tidak
berhubungan langsung dengan udara terbuka

B. Tahap Utama Dalam Metode Tambang Bawah Tanah


Ada dua tahap utama dalam metode tambang bawah tanah: development
(pengembangan) dan production (produksi). Pada tahap development, semua yang
digali adalah batuan tak berharga. Tahap development termasuk pembuatan jalan
masuk dan penggalian fasilitas-fasilitas bawah tanah lain.
Sedang tahap production adalah pekerjaan menggali sumber bijih itu sendiri.
Tempat bijih digali disebut stope (lombong). Disini uang mulai bisa dihasilkan.
Dengan semua pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan panjang
terowongan yang mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus untuk
mengalirkan udara ke semua sudut terowongan. Pekerjaan ini menjadi tugas tim
ventilasi tambang.
Selain mensuplai jumlah oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti
memastikan agar semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas
beracun yang ditimbulkan oleh peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk
memaksa agar udara mengalir ke terowongan, digunakanlah fan (kipas) raksasa
dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.
Untuk menjaga kestabilan terowongan diperlukan pula penyangga-penyangga
terowongan. Berbagai metode penyanggaan (ground support) telah
dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan
kinerja dan juga keselamatan semua pekerja.

C. Syarat-Syarat Penerapan Tambang Bawah Tanah


Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode
penambangan yang paling cocok dengan keunikan karakter (sifat alamiah,
geologi, lingkungan, dll) endapan mineral dan batuan yang akan ditambang,
dengan memperhatikan batasan tentang keamanan, teknologi dan ekonomi.
Batasan keekonomian berarti bahwa dengan biaya produksi yang rendah tetapi
diperoleh keuntungan pengembalian yang maksimum (return the maximum profit
ataupun rate of return ROR) serta lingkungan.
Untuk menentukan tambang bawah tanah harus memperhatikan:
1. Karakteristik penyebaran deposit atau geometri deposit (massive, vein,
disseminated, tabular, platy, sill, dll)
2. Karakteristik geologi dan hidrologi (patahan, sesar, air tanah,
permeabilitas)
3. Karakteristik geoteknik (kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, Rock
Mass Rating, Q-System, dll)
4. Faktor-faktor teknologi (hadirnya teknologi baru, penguasaan teknologi,
Sumber Daya Manusia, dll)
5. Faktor lingkungan (limbah pencucian, tailing, amblesan, sedimentasi,
dll).

D. Ruang Lingkup Tambang Bawah Tanah


Jenis-jenis pekerjaan pada tambang bawah anah antara lain:
1. Penyiapan sarana dan prasarana di permukaan
2. Penyiapan sarana dan pekerjaan bawah tanah, meliputi
a. pembuatan jalan masuk utama (main acces pada primary development)
b. pembuatan lubang-lubang sekunder dan tersier (secondary
development dan tertiary development)
3. Kegiatan eksploitasi: breaking (loosening) dengan pemboran dan
peledakan, pemuatan(loading), pengangkutan (hauling, tranporting)
4. Penanganan dan operasi pendukung: penyanggaan, penerangan, ventilasi,
penirisan, keselamatan kerja, dll).

E. Keunggulan Dan Kelemahan Tambang Bawah Tanah Secara Umum


Keunggulan tambang bawah tanah
a. Tidak terpengaruh cuaca karena bekerja dibawah permukaan tanah
b. Kedalaman penggalian hampir tak terbatas karena tidak berkait dengan
SR
c. Secara umum beberapa metode tambang bawah tanah lebih ramah
lingkungan (misal: cut and fill, shrinkage stoping, stope and pillar)
d. Dapat menambang deposit dengan model yang tidak beraturan
e. Bekas penggalian dapat ditimbun dengan tailing dan waste.
Kelemahan tambang bawah tanah
a. Perlu penerangan
b. Semakin dalam penggalian maka resiko ambrukan semakin besar
c. Produksi relatif lebih kecil dibandingkan tambang terbuka
d. Problem ventilasi, bahan peledak harus yang permissible explossive,
debu, gas-gas beracun.
e. Masalah safety dan kecelakaan kerja menjadi kendala
f. Mining recovery umumnya lebih kecil
g. Losses dan dilusi umumnya lebih susah dikontrol

F. Jalan Masuk Tambang Bawah Tanah


Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan
mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral
tersebut. Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti
emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal. Karena letak cadangan yang
umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat untuk
mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk dapat dibedakan menjadi beberapa:
 Ramp, jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari
permukaan tanah menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya
digunakan untuk jalan kendaraan atau alat-alat berat menuju dan dari
bawah tanah.
 Shaft, yang berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan
menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift
yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.
 Adit, yaitu terowongan mendatar (horisontal) yang umumnya dibuat disisi
bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.

G. Pembagian Metode Tambang Bawah Tanah


Metode tambang bawah tanah terbagi mejadi:
 Open Stope Methodes
 Supported Stope Methodes
 Caving Methodes
 Coal Mining Methodes
Berdasarkan pembagian metode penambangan di atas, dapat kita
ketahui bahwa penambangan metode penambangan batubara dipisahkan dari
metode-metode yang lain. Hal ini dikarenakan :
 Batubara berupa lapisan sedimen.
 Penyusunnya berupa Karbon, dan banyak mengandung Methane
(gas beracun).
Selanjutnya, metode tambang bawah tanah tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Open Stope Methodes


Open Stope Methodes adalah sistem tambang bawah tanah dengan ciri-ciri :
 Sedikit memakai penyangga, atau hampir tidak tidak ada.
 Umumnya merupakan cara penambangan sederhana, atau tradisional.
 Bisa menggunakan buruh-buruh yang tidak terlatih.
 Cocok untuk endapan bijih dengan ciri-ciri:
 Endapan bijih dan batuan induk relatif keras, sehingga tidak
mudah runtuh.
 Endapan bijih memiliki kemiringan lapisan (dip) lebih dari 70o.
 Ukuran bijih tidak terlalu besar.
 Tebal endapan bijih kurang dari 5 m.
 Antara batuan induk dan bijih mudah dibedakan atau terlihat
jelas.
Sedangkan metode Open Stope Methode sendiri dibedakan menjadi:
 Gophering Coyoting
 Glory Hole Methode
 Shrinkage Stoping
 Sublevel Stoping
Berdasarkan pembagian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Gophering Coyoting
Metode Gophering Coyoting mempunyai ciri-ciri:
 Arah penambangan hanya mengikuti arah endapan bijih.
 Cara pengerjaannya tidak sistematis.
 Alat dan cara penambangnya sangat sederhana.
 Tanpa perencanaan rinci, karena dalam penambangnya hanya
mengikuti arah endapan.
b. Glory Hole Methode

Metode Glory
Hole Methode merupakan sistem penambangan dengan cara bebas
membuat lubang bukaan, dikarenakan baik batuan induk maupun
endapan bijih relatif kuat. mempunyai ciri-ciri:
 Metode ini cocok untuk endapan yang sempit atau relatif sedikit.
 Lebar endapan antara 1 – 5 m, tetapi dengan arah memanjang ke
bawah berbentuk bulat atau elips.
 Endapan bijih dan batuan induk kuat.
c. Shrinkage Stoping
Metode Shrinkage Stoping mempunyai syarat atau ciri-ciri:
 Cocok untuk batuan kuat.
 Endapan mempunyai kemiringan lebih dari 70o.
 Tebal endapan tidak lebih dari 3 m.
 Endapan bijih memiliki nilai yang tinggi baik kadar maupun
harganya.
 Endapan bijih harus homogen atau uniform.
 Penambangan tidak selektif.
 Bukan merupakan endapan Sulfida (Fe), karena endapan Sulfida
harus dengan metode selektif mining, hal ini guna menghindari
pengaruhnya pada asam tambang.
d. Sublevel Stoping
Sublevel Stoping adalah penambangan bawah tanah dengan cara
membuat level-level, kemudian dibagi menjadi sublevel-sublevel.
Sedangkan syarat-syaratnya sebagai berikut:
 Ketebalan cebakan antara 1 – 20 m.
 Kemiringan lereng sebaiknya lebih dari 30o.
 Baik endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan keras.
 Batas endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan tidak ada retak-
retak ketika dilakukan penambangan. Hal ini diperlukan agar tidak
terjadi dilusi atau pencampuran dua material. Dalam hal ini
pencampuran endapan bijih dengan batuan induk.
 Penyebaran kadar bijih sebaiknya homogen.

2. Supported Stope Methode


Supported Stope Methode adalah metode penambangan bawah tanah yang
menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Secara umum ciri-
ciri Supported Stope Methode antara lain:
 Cocok untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak.
 Cara penambangannya secara sistematis.
Supported Stope Methode dibedakan menjadi:

a. Shrink and Fill Stoping


Merupakan metode penambangan dengan cara membuat level-
level, dimana level-level tersebut merupakan endapan bijih yang
ditambang. Di dalam level-level tersebut dibuat Stope-stope atau
ruangan-ruangan. Setelah selesai menambang dalam satu level, maka
level tersebut diisi kembali dengan material lalu dilanjutkan dengan
membuat level baru. Arah tambang pada metode ini relatif horizontal.
b. Cut and Fill Stoping

Merupakan metode penambangan dengan cara memotong batuan


untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam
satu stope, maka stope tersebut diisi kembali tanpa menunggu selesai
dalam satu level. Ini yang membedakan dengan Shrink and Fill Stoping.
Syarat Cut and Fill Stoping antara lain:
 Endapan bijih tebalnya antara 1 – 6 m.
 Arah endapan relatif mendatar tapi cukup tebal.
 Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45o.
Dan untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45o
 Endapan bijih keras, tapi batuan induknya lunak.
 Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.
c. Square Set Stoping

Pada dasarnya, sistem penambangan ini dengan cara membuat


penyangga yang lebih sistematis, dimana penyangganya berbentuk ruang
(tiga dimensi). Baik berupa kubus ataupun balok. Penyangganya sendiri
dapat berupa kayu maupun besi.
Ciri-ciri Square Set Stoping antara lain:
 Ongkos penyangganya sangat mahal.
 Kemiringan endapan lebih dari 45o
 Ketebalan bijih minimal 3,5 m.
 Baik endapan bijih maupun batuan induk mudah runtuh.
 Endapan tidak perlu memiliki batasan yang jelas antara endapan
bijih dan batuan induknya.
d. Stull Stoping
Sistem penambangan ini merupakan sistem penambangan yang
memasang penyangga dari footwall ke hanging wall. Stull sendiri berarti
kayu, sehingga pada sistem penambangan ini penyangganya
menggunakan kayu.
Ciri-ciri sistem penambangan ini antara lain:
 Bijih cukup kuat, sehingga tidak perlu langsung disangga, tapi
batuan induk mudah pecah menjadi bongkahan-bongkahan.
 Kemiringan endapan bijih tidak terlalu berpengaruh.
 Ketebalan endapan bijih antara 1 – 5 m.
 Bijih harus bernilai tinggi.
 Recovery harus tinggi dan looses factor harus rendah, mengingat
biaya yang dibutuhkan untuk penyangga sangat mahal.

3. Caving method
Caving method disebut juga metode ambrukan, yang dibagi menjadi 2 :
a. Top slicing
Top Slicing adalah suatu penambangan untuk endapan-endapan
bijih dan lapisan penutup (overburden) yang lemah atau mudah runtuh.
Penambangan dilakukan selapis demi selapis dari atas ke bawah
pada lombong yang disanggah. Kalau lombong sudah selesai digali, maka
penyanggah diatasnya dibiarkan runtuh sedikit demi sedikit atau secara
bertahap. Metode ini akan memungkinkan perolehan tambang yang tinggi
walaupun sering terjadi “dillution”
Upaya untuk meningkatkan efisiensi sistem penambangan ini
adalah :
 Untuk memperbesar produksi, daerah penggalian diperbesar di
beberapa permukaan kerja (front).
 Mengurangi jumlah “raise” berarti jarak antara raise dapat
diperbesar.
 Mengurangi pekerjaan, persiapan harus diimbangi dengan
pengangkutan yang lebih efisien
Untuk menghindari bahaya dan mengurangi keselamatan kerja,
proses ambrukan sebaiknya dibuat secara pelan-pelan agar tidak runtuh
dalam skala besar.
Keuntungan Top Slicing :
 Jika batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran
jarang terjadi.
 Dapat mengadakan pengambilan conto batuan (sampling)
didalam lombong secara teratur untuk mengetahui batas
endapan yang pasti.
 Dapat menghasilkan produksi yang besar.
 Jika endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka
perolehan tambangnya sangat tinggi (90-95).
Kerugian Top Slicing :
 Pada saat hujan, air masuk melalui retakan-retakan.
 Dapat menyebabkan amblesan yang merusak topografi dan tata
lingkungan
 Ventilasi lombong menjadi sukar, sehingga perlu peralatan
khusus.
 Membutuhkan persiapan kerja yang lama dan banyak
 Banyak menggunakan penyangga kayu sehingga dapat
menyebabkan kebakaran dan menimbulkan gas-gas beracun
dari proses pembusukan kayu penyangga.
b. Sub Level Caving
Sub Level Caving merupakan suatu cara penambangan yang
mirip top slicing tetapi penambangan dari sub level, artinya
penambangan dari atas ke bawah dan setiap penambangan pada suatu
level dilakukan lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan
bijih antara dua sub level ditambang dengan cara diruntuhkan atau
diambrukkan. Suata tumpukan bekas penyangga (timber mat) akan
dibentuk di bagian atas dari ambrukan, sehingga akan memisahkan
endapan bijih yang pecah dari lapisan penutup di atasnya.
Metode ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki
sifat sebagai berikut :
 Bentuk endapan tidak homogen.
 Kekuatan batuan samping lemah dan dapat pecah menjadi
bongkahan-bongkahan dan akan menjadi penyangga batuan terhadap
timber dibawahnya.
 Kekuatan bijih lemah tetapi batuan dapat bertahan untuk tidak runtuh
selama beberapa waktu bengan penyanggahan biasa walaupun tetap
akan runtuh bila penyanggahan ini diambil.
Sub Level Caving merupakan salah satu metode penambangan untuk
tambang bawah tanah yang berproduksi besar, tetapi cukup berbahaya.
Umumnya kecelakaan yang terjadi adalah tertimpa penyangga.
Keuntungan Sub Level Caving :
 Cara penambangannya agak murah
 Tidak ada pillar yang ditinggalkan
 Kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, karena penggunaan
penyangga kayu sedikit, kecuali pada endapan-endapan
sulfida.
 Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing.
 Bias mengadakan pencampuran dengan memilih penambangan
dari berbagai lombong yang berbeda kadarnya.
 Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan
bijih, sehingga sekaligus dapat berproduksi.
Kerugian Sub Level Caving :
 Sukar untuk mengadakan tambang pilih (selektif mining),
karena tak dapat ditambang bagian demi bagian
 Perolehan tambang tidak terlalu tinggi
 Dillution sering terjadi sampai 10%. Bila dillution harus
rendah maka mining recoverynya juga menurun.
 Merupakan cara penambangan yang kurang luwes karena
terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah
diubah ke metode lain.
4. Stope dengan Penyanggahan Alamiah
 Gophering
Gophering adalah cara penambangan untuk endapan bijih yang kecil yaitu
lebih dari 3 meter, bentuknya tidak teratur dan terpisah-pisah tapi batuannya
keras dan bijihnya memiliki nilai tinggi.
Penambangan metode gophering yang baik dilakukan dengan ketentuan:
a. Jalan masuk menuju urat bijih emas harus dibuat lebih dari satu buah, dan
dapat dibuat datar/horizontal, miring/inclined maupun tegak lurus/vertikal
sesuai dengan kebutuhan.
b. Ukuran jalan masuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan, disarankan
diameter > 100 cm.
c. Lokasi jalan masuk berada pada daerah yang stabil ( kemiringan < 30o )
dan diusahakan tidak membuat jalan masuk pada lereng yang curam.
d. Lubang bukaan harus dijaga dalam kondisi stabil/tidak runtuh, bila
diperlukan dapat dipasang suatu sistem penyanggaan yang harus dapat
menjamin kestabilan lubang bukaan ( untuk lubang masuk dengan
kemiringan > 60o disarankan untuk selalu memasang penyangga ).
e. Kayu penyangga yang digunakan disarankan kayu kelas 1 ( kayu jati,
kihiang, rasamala, dll ). Ukuran diameter/garistengah kayu penyangga
yang digunakan disarankan tidak kurang dari 7 cm. Jarak antar penyangga
disarankan tidak lebih dari 0.75 x diameter bukaan ( tergantung kelas kayu
penyangga yang digunakan dan kekuatan batuan yang disangga ).
f. Sirkulasi udara harus terjamin sehingga dapat menjamin kebutuhan
minimal 2 m3 /menit, bila perlu dapat menggunakan blower / kompresor
untuk men-supply kebutuhan oksigen ke dalam lubang
g. Disekitar lubang masuk dibuat paritan untuk mencegah air masuk, dan
paritan diarahkan menuju ke kolam pengendap dengan pengendapan
dilakukan bertahap, bila perlu dapat menggunakan pompa air submersible
untuk membuang genangan air dari dalam lubang.
Gambar : Gophering

 Underground glory hole adalah suatu sistem penambangan yang merupakan


kombinasi antara open pit dengan underground.
1. Room dan Pillar
Metode penambangan ini dicirikan dengan meninggalkan pilar-pilar
batubara sebagai penyangga alamiah. Metode ini biasa diterapkan pada daerah
dimana penurunan (subsidence) tidak diijinkan. Layout Metode Room and
Pillar dapat dilihat pada Gambar 12. Penambangan ini dapat dilaksanakan
secara manual maupun mekanis.

Metode Room and Pillar


2. Sub Level Stoping
Sub level stoping adalah sistem dimana dibuat sublevel-sublevel dengan
jarak tertentu. Pada metode ini, blok bijih dibagi sepanjang jurus cebakan, dan
diantara 2 buah stope yang terbentuk dipisahkan oleh pillar. Ketinggian stope
dibatasi oleh kekuatan batuan dan lebar stope yang kadang-kadang mencapai
500 feet. Sub level stoping termasuk kedalam penyanggaan yang dilakukan
secara overhand. Dengan menggunakan pillar buatan dari waste rock dan stull
timber yang menyanggan dan melintang pada Sub level stoping dipasang pada
geometri yang sistematis.berfungsi sebagai berpijak pekerja dan sebagai
peluncur bijih, membentuk corong dan manway lining, dan sebagai penyangga
lekat.

Metode Sub Level Stoping


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
3. Tambang bawah tanah adalah suatu sistim penambangan mineral atau
batubara dimana seluruh aktivitas penambangan tidak berhubungan
langsung dengan udara terbuka .
4. Metode tambang bawah tanah terbagi mejadi:
 Open Stope Methodes
 Supported Stope Methodes
 Caving Methodes
Coal Mining Methodes
3. Untuk menentukan tambang bawah tanah harus memperhatikan:
 Karakteristik penyebaran deposit atau geometri deposit (massive, vein,
disseminated, tabular, platy, sill, dll)
 Karakteristik geologi dan hidrologi (patahan, sesar, air tanah,
permeabilitas)
 Karakteristik geoteknik (kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, Rock
Mass Rating, Q-System, dll)
 Faktor-faktor teknologi (hadirnya teknologi baru, penguasaan teknologi,
Sumber Daya Manusia, dll)
4. Berdasarkan pembagian metode penambangan, dapat kita ketahui bahwa
penambangan metode penambangan batubara dipisahkan dari metode-metode
yang lain. Hal ini dikarenakan :
a. Batubara berupa lapisan sedimen.
b. Penyusunnya berupa Karbon, dan banyak mengandung Methane (gas
beracun).

DAFTAR PUSTAKA

http://dynosidiq.blogspot.com/p/tambang-bawah-tanah.html
http://infotambang.com/tambang-bawah-tanah-ii-p331-86.htm
http://rizkimartarozi.blogspot.com/2011/03/metode-tambang-bawah-tanah.html
http://waiiand-miner.blogspot.com/2012/06/tambang-bawah-tanah.html
http://www.najibpanjah.com/2011/02/tambang-bawah-tanah-underground-
mine.html

Kecelakaan Kembali Terjadi di Tambang Bawah Tanah Freeport

Nurseffi Dwi Wahyuni


31 Mei 2013, 17:50 WIB
PT Freeport Indonesia (PTFI) melaporkan insiden kecelakaan yang terjadi di
tambang bawah tanah Doz pada saat kegiataan pemeliharaan tambang sedang
dilakukan.
Seperti dikutip dari keterangan tertulis Freeport, Jumat (31/52013), materi
bijih basah (wet muck) terus mengalir dari wadah penampung dan kemudian
menutupi truk berikut operatornya.
Menurut Freeport aspek-aspek yang terlibat dalam kecelakaan ini tidak
sesuai dengan panduan keselamatan perusahaan, dalam hal penanganan wet
muck. Perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut kini sedang dilakukan
proses investigasi terkait dengan kejadian itu.
Kejadian ini tidak disebabkan oleh runtuhnya area tambang seperti yang
telah dilaporkan secara tidak akurat dan tidak dapat merefleksikan integritas yang
telah selalu dilaksanakan di area tambang.Manajemen Freeport menuturkan,
operator truk yang terlibat dalam kejadian ini telah dibawa ke Rumah Sakit
Tembagapura dan kini dalam kondisi kritis.
"Kami sangat sedih dengan adanya kejadian ini dan mendoakan yang terbaik
untuk kondisi rekan kerja kami dan semoga keluarganya dapat
menghadapi keadaan yang sulit ini," tutur dia.Sekadar informasi, sebelumnya
sebanyak 38 pekerja Freeport berada di dalam kelas fasilitas pelatihan bawah
tanah saat atap runtuh pada Selasa 14 Mei 2013, pukul 07.30 WIT.
Anggota tim tanggap darurat telah berhasil menyelamatkan 10 pekerja,
namun tak bisa menyelamatkan 28 orang lainnya yang terkubur di bawah puing-
puing reruntuhan.(Ndw)

Freeport Indonesia mengatakan dalam pernyataan terdapat sekitar 40


pekerja di terowongan yang runtuh Selasa (14/05) pagi. Tiga di antaranya
berhasil menyelamatkan diri.

"Empat pekerja lain berhasil dievakuasi pada sekitar pukul 20:00 (WIT).
Salah seorang di antaranya dilaporkan stabil dan dirawat di rumah sakit
Tembagapura. Dua tengah diperiksa dan yang keempat tengah diperiksa
luka-lukanya. Tidak ada korban meninggal dilaporkan sejauh ini," kata
Freeport dalam pernyataan yang dikirimkan ke BBC Indonesia.

Terowongan tiba-tiba runtuh Selasa (14/05) sekitar pukul 07.30 waktu


setempat dan menjebak puluhan pekerja yang sedang menjalani pelatihan
di salah satu ruang bawah tanah.

Sementara itu, Humas Polda Papua, Gede Sumerta Jaya mengatakan


evakuasi memakan waktu karena medan yang cukup sulit.

"Korban bernama Ahmad Rusli diselamatkan sekitar pukul 14.05, sudah


dibawa keluar dari TKP dan dilarikan ke rumah sakit," kata Gede Sumerta
Jaya, kepada Dewi Safitri dari BBC Indonesia.

Dari penuturan korban, tambah Sumerta, pekerja yang masih berada di


bawah tanah mencapai sekitar 30 orang.

"Tapi tim evakuasi dari ERG (Emergency Respons Grup) Freeport masih
berupaya. Harus diingat medannya sulit dan berbahaya karena berupa
terowongan," tambah Sumerta.

Namun dari penjelasan korban belum didapat keterangan penyebab


longsor.

"Pokoknya sekitar sebelum pukul 08.00 itu tiba-tiba terowongan runtuh,


mereka terjebak itu saja."

Butuh waktu
Mengingat tingkat kesulitan yang dihadapi, maka proses penyelamatan akan
membutuhkan waktu.Freeport

Kantor Berita Antara menyebut titik runtuh berada di bawah tambang Big
Gossan, namun belum ada konfirmasi resmi dari Freeport.

Sebuah pernyataan tertulis yang diterima BBC dari Freeport hanya


menyebutkan reruntuhan menimpa terowongan di fasilitas pelatihan
tambang bawah.

"Mengingat tingkat kesulitan yang dihadapi, maka proses penyelamatan


akan membutuhkan waktu."

Segera setelah longsor tersiar, Serikat Pekerja Freeport menyatakan


kepada BBC bahwa seluruh aktivitas tambang di lokasi dihentikan untuk
mencegah terjadinya longsor susulan.
Longsor di lokasi tambang Freeport bukan sekali ini terjadi, namun
kecelakaan semacam ini diklaim jarang menyebabkan jatuhnya korban
jiwa di perusahaan yang memiliki tambang emas terbesar di dunia itu.

TIMIKA, KOMPAS.com - PT Freeport Indonesia menggelar evaluasi menyeluruh


menyusul runtuhnya terowongan di areal penambangan bawah tanah Big Gossan di
Mil 74 Distrik Tembagapura. Struktur geologi lokasi terowongan pun dikaji kembali.
"Pasti sudah ada penyelidikan geoteknik di lokasi itu, sebelum dilakukan
pembangunan yang dimulai pada tahun 1997," kata Presiden Direktur PT Freeport
Indonesia, Rozik B Soetjipto saat ditemui sejumlah wartawan di Hotel Rimba Papua,
Sabtu (18/5/2013) malam. Peninjauan, sebut dia, akan dilakukan atas struktur
geologi yang menjadi dasar penentuan lokasi pembangunan terowongan tersebut.
Hingga saat ini, aku Rozik, penyebab runtuhnya terowongan tersebut belum dapat
dipastikan. Dia juga memastikan bahwa evaluasi menyeluruh juga mencakup fasilitas
keamanan tambang bawah tanah. Menurut dia, sebelum insiden ini evaluasi berkala
sudah rutin digelar. Rozik menyebutkan setiap hari tidak kurang dari 3.000 orang
bekerja di tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia. Saat ini, ujar Rozik, seluruh
aktivitas perusahaan pertambangan dihentikan. Tapi dia meminta para pekerja untuk
mau memulai kembali kegiatan perawatan. "Maintenance itu kan seperti air yang
harus dialirkan. Kalau sampai tidak terurus justru bisa berbahaya," kata dia. Dengan
alasan itu, Rozik mengatakan kegiatan di areal tambang terbuka Grasberg yang
semula juga berhenti sebagai tanda solidaritas dan duka cita, telah diminta memulai
kembali aktivitas. "Sekarang kami urus produksi lagi, lebih menjaga masalah
keselamatan juga ke depan," ujar dia. Punya opini tentang artikel yang baru Kamu
baca? Tulis pendapat

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Struktur Geologi Terowongan
Bawah Tanah Freeport Dikaji
Ulang", https://nasional.kompas.com/read/2013/05/19/05573017/struktur.geologi.tero
wongan.bawah.tanah.freeport.dikaji.ulang.
Penulis : Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mensinyalir
runtuhnya pelatihan tambang tersebut murni kejadian alam. Menurutnya, kondisi terowongan
tersebut sudah dinilai cukup kuat untuk didiami. Namun, adanya deformasi dari batuan
terowongan, mengakibatkan bebatuan di atas terowongan rubuh.

Susilo menyatakan, untuk melakukan evakuasi, pihak Freeport dan inspektur tambang
membutuhkan penyangga dengan besi kuat untuk menahan ambrukan batu. "Kita beri
penyangga besi agar kita bisa masuk dan lakukan evakuasi," tutur dia di kantor Kementerian
ESDM, Jakarta, Senin (27/5/2013).

Lalu pertanyaannya adalah, mengapa penyangga dari besi tersebut baru diimplementasikan
jika memang lambat laun terjadi deformasi?

Sebagaimana pernyataan Susilo, bahwa indikasi rubuhnya terowongan seharusnya tidak


mungkin terjadi. Sebab, batuan dari atap terowongan memiliki struktur bebatuan yang cukup
keras. Apalagi pascainsiden, getaran ataupun fenomena gempa bumi tidak terjadi sehingga
mendorong ambruknya terowongan.

"Tidak ada getaran ataupun gempa bumi pascainsiden. Semua terjadi karena memang sudah
dipakai 10 sampai 11 tahun. Makanya kami lakukan investigasi penyebab ambruknya
terowongan tersebut," tutur dia.

Susilo menyampaikan, kini pihaknya bersama tim investigasi yang terdiri tujuh peneliti dari
Institut Teknologi Bandung (ITB), serta peneliti tambang yang dibantu Inspektur Tambang
Kementerian ESDM.

Mereka akan mengambil sampel bebatuan untuk menyelidiki dampak crack yang dihasilkan
atap bebatuan sehingga memicu runtuhnya terowongan Big Gossan.

Jika memang ada kejadian akibat deformasi bebatuan, maka sesungguhnya perlu ada tindakan
mengenai fungsi keamanan di tiap terowongan. Perlu fungsi keamanan atap penyangga
sehingga insiden yang sama tidak terjadi kembali.

"Satu dua bulan mudah-mudahan bisa ditemukan hasilnya seperti apa. Yang jelas hasil
sementara memang berdasarkan fenomena alam," tutur Susilo.

Di samping memiliki tim investigasi dari pemerintah, Freeport sendiri memiliki tim internal
untuk mengecek lokasi proyek tambang bawah tanah yang kini masih aktif dieksplorasi.

"Freeport mengecek semua terowongan-terowongan lain agar tidak terjadi insiden serupa.
Semua dipastikan harus aman dan selamat," tutur Susilo.

Terkait hal ini, Dirjen Minerba, Kementerian ESDM, Thamrin Sihite menyampaikan, operasi
kinerja pertambangan ke depannya, perlu kajiaan kembali mengenai ketentuan standarisasi
keselamatan kerja dan keamanan lokasi proyek.

"Tentu itu akan ada semacam kajian kembali. Cuma kita perlu lihat kembali bagaimana
insiden ini bisa terjadi. Bagaimanapun fungsi pengawasan dan lokasi tambang memang perlu
diperhatikan agar kaidah kemanan dan keselamatan juga tetap ada," ujar dia. [hid]
Analisis sementara dari para ahli geologi PTFI, penyebab runtuhnya atap
terowongan Big Gossan adalah akibat menurunnya daya dukung atau kohesivitas
batuan. Penurunan kohesivitas diduga disebabkan oleh pelapukan kimiawi akibat air
hujan dan udara yang meresap melalui struktur rekahan alami. Wahyu mengatakan,
air hujan pada dasarnya bersifat mendekati asam, dengan indikator pH sekitar 5.
Dengan tingkat keasaman tersebut, menurut dia, air hujan akan mudah bereaksi
dengan batuan gamping yang banyak terdapat di Papua, termasuk di lokasi
tambang. Air hujan juga gampang bereaksi dengan zona termineralisasi seperti
sulfida tembaga. Kedua hal itu memungkinkan terjadinya reaksi kimia yang berujung
pelapukan batuan. "Pelapukan kimiawi secara alami pada rekahan batuan di atas
atap terowongan akibat rembesan air hujan dan udara yang terus-menerus
mengakibatkan kekuatan batuan menjadi sangat lemah. Kenapa bisa jatuh dalam
hitungan detik atau menit, karena ada rekahan yang berbentuk biji yang bentuknya
melebar di bawah, dan karena daya dukung rekahan sudah sangat rendah sehingga
batuan runtuh, memenuhi dan menutup seisi ruangan kelas," jelas Wahyu di Guest
House, Senin (20/5/2013). Meski sudah ada analisis awal dari para geolog PTFI,
tetapi Presiden Direktur PTFI Rozik B Soetjipto mengatakan tetap akan melakukan
investigasi internal yang menyeluruh serta memberikan kesempatan kepada
investigator dari Kementerian ESDM. Rozik juga berencana mendatangkan
investigator independen untuk memastikan penyebab insiden runtuhnya atap
terowongan Big Gossan yang menelan puluhan korban jiwa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Reaksi Kimia Air Hujan dan
Batuan, Penyebab Runtuhnya Terowongan
Freeport?", https://regional.kompas.com/read/2013/05/22/07082236/Reaksi.Kimia.Air
.Hujan.dan.Batuan..Penyebab.Runtuhnya.Terowongan.Freeport.
Penulis : Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono

Anda mungkin juga menyukai