Anda di halaman 1dari 3

.

serta dari satu institusi ke institusi lainnya.


Penanganan kasus tawuran dan kekerasan secara represif, cenderung mendapat perlawanan serta
penolakan dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Oleh karena itu, perlu upaya persuasif yang
lebih mengedepankan hati nurani dalam membangun kesadaran. Salah satu cara yang dilakukan
melalui penanaman dan pelembagaan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang saat ini mulai
terkikis. Nilai-nilai luhur yang berwujud nyata sebagai kearifan lokal mulai mendapatkan
tekanan akibat derasnya arus informasi dan globalisasi. Dalam konteks inilah, perlunya
membangkitkan kembali nilai-nilai karakter bangsa Indonesia yang adi luhung. Lalu, siapa yang
harus memulai proses penanaman dan pelembagaan nilai-nilai luhur itu?

Sekolah sebagai satuan pendidikan merupakan garda terdepan dalam melawan sikap anarkisme
di kalangan pelajar dan mahasiswa. Sekolah hendaknya menjadi lembaga yang mampu
menumbuhkembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Sekolah diyakini memiliki
potensi besar dalam pembentukan karakter, karena merupakan lembaga yang melakukan proses
pembelajaran, pembinaan, dan pelatihan. Oleh karena itu, seluruh komponen sekolah harus
menyatukan langkah dan menyamakan persepsi untuk mengikis habis tindak kekerasan di
kalangan pelajar. Berbagai upaya yang dapat dilakukan, antara lain mengintegrasikan pendidikan
budi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran, memunculkan kegiatan ekstrakurikuler yang
mengedepankan pengembangan jiwa kemanusiaan, serta membentuk forum komunikasi antar
pelajar untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta meningkatkan rasa persaudaraan di
kalangan pelajar.

Pengintegrasian pendidikan budi pekerti dalam setiap mata pelajaran hendaknya dilakukan
secara sungguh sungguh. Semua guru diwajibkan menilai budi pekerti siswa dengan
menggunakan indikator yang sederhana, seperti kebersihan, kerapian, sopan santun, rasa hormat
kepada sesama pelajar dan guru serta pegawai. Penilaian seluruh guru yang berbasis perilaku
siswa diyakini lebih menyentuh dan bersifat massif, sehingga penilaian budi pekerti siswa lebih
bermakna. Setiap guru akan selalu memberikan penekanan tentang pentingnya budi pekerti yang
luhur. Akibatnya, akan menjadi kebiasaan di kalangan siswa dan guru untuk selalu menunjukkan
perilaku yang terpuji dalam berinteraksi di sekolah maupun di masyarakat.

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar kegiatan pembelajaran efektif.


Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler berpotensi mengarahkan waktu luang pelajar untuk
kegiatan yang bersifat positif. Dalam konteks inilah sangat mendesak dimunculkan berbagai
jenis ekstrakurikuler yang bernuansa kemanusiaan dan kecintaan terhadap alam serta lingkungan.
Berbagai kegiatan ekstrakurikuler ini sesungguhnya telah ada di sekolah, seperti PMR, palang
merah Indonesia (PMI), pramuka, dan pecinta alam. Namun, banyak ditemukan ekstrakurikuler
tesebut tidak efektif dalam memprogramkan berbagai kegiatan yang bersifat kemanusiaan. Oleh
karena itu, sekolah hendaknnya memberikan dorongan yang kuat agar beberapa ekstrakurikuler
memprogramkannya. Berbagai kegiatan yang sangat efektif dalam mendegradasi sikap
anarkisme antara lain, program bantuan penanganan bencana alam, kegiatan rutin donor darah,
kunjungan dan bantuan kepada panti sosial atau panti jompo, dan melakukan bakti sosial di
tempat peribadatan atau tempat publik lainnya. Semua kegiatan ini diyakini mampu
memunculkan rasa persaudaraan dan kemanusiaan yang tinggi sehingga mampu menekan dan
bahkan menghilangkan sikap egois dan anarkis di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Pelajar dan mahasiswa adalah kalangan intelektual yang masih memiliki idealisme dan semangat
tinggi melakukan perubahan demi masa depan lebih baik. Jika kondisi ini diracuni, tidak
menutup kemungkinan sikap idealisme dan kritis ini berubah menjadi fanatisme sempit yang
justru merugikan diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, dipandang perlu membentuk forum
komunikasi antarpelajar secara nasional sehingga imbas nasionalisme dan idealisme tidak mudah
digoyahkan. Forum komunikasi ini dibentuk mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi,
dan nasional. Anggota dari forum komunikasi antarpelajar ini beranggotakan para pemimpin di
sekolah-sekolah atau kampus. Forum komunikasi ini bertujuan untuk membangun generasi yang
bertanggung jawab dalam mewujudkan kecerdasan kehidupan bangsa dengan tetap
mengedepankan akhlak mulia. Jika forum ini efektif, maka antarsekolah akan terjadi komunikasi
sehingga diyakini dapat meminimalkan konflik. Muara dari semua ini adalah berkurangnya
bahkan hilangnya fenomena tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Semua upaya tersebut tidak akan berhasil secara optimal manakala tidak mendapat dukungan
dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kendali regulasi sudah saatnya
mencurahkan fokus perhatian terhadap pembentukan karakter bangsa. Dukungan diwujudkan
baik dalam bentuk material maupun nonmaterial. Pemerintah pusat dan daerah, hendaknya
mengalokasikan anggaran yang signifikan dalam rangka pembinaan karakter bangsa kepada
generasi muda. Alokasi anggaran saja tidaklah cukup agar pembinaan ini berjalan optimal,
diperlukan payung hukum sehingga upaya pembinaan lebih terarah, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengalokasian anggaran dan dukungan payung hukum yang memadai
merupakan langkah tepat dalam memacu dan memicu pembinaan karakter kalangan pelajar dan
mahasiswa. Pengalokasian anggaran hendaknya langsung kepada sekolah atau lembaga
pendidikan sehingga lebih efektif dan efisien. Jika dukungan ini dapat
diwujudnyatakan, diyakini upaya pembentukan karakter bangsa di kalangan pelajar dan
mahasiswa tepat guna dan tepat sasaran.

Lingkungan masyarakat merupakan bagian tak terpisahkan dari pembentukan karakter bangsa.
Hal ini karena pelajar dan mahasiswa selalu berinteraksi dengan masyarakat. Bahkan, interaksi
ini lebih banyak di lingkungan masyarakat dari pada lingkungan sekolah atau kampus. Oleh
kaerna itu, tidak dapat dimungkiri masyarakat harus memberi dukungan positif terhadap
pembentukan karakter bangsa. Masyarakat memberikan kesempatan kepada pelajar dan
mahasiswa untuk terlibat aktif di tengah-tengan masyarakat. Kegiatan kemanusiaan dan bakti
sosial adalah kegiatan yang menyentuh langsung pembentukan karakter bangsa. Interaksi
masyarakat dengan pelajar dan mahasiswa dapat dilakukan dengan memberikan dukungan
tenaga maupun fasilitas akomodasi lainnya. Disamping itu, masyarakat harus melakukan
pengawasan atau kontrol sosial terhadap setiap penyimpangan yang dilakukan. Kontrol
berkelanjutan dan melekat dari masyarakat diyakini mampu mengurangi dan bahkan
menghilangkan prilaku menyimpang di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa merupakan gejala destruktif yang harus diantisipasi
dengan bijaksana. Adalah tidak bijaksana jika mencari siapa yang salah dan siapa yang
bertanggung jawab atas fenomena tawuran pelajar. Sangatlah bijaksana jika mencarikan solusi
terhadap permasalahan tersebut. Salah satu solusi itu adalah dengan menanamkan dan
melembagakan nilai-nilai karakter bangsa yang adi luhung. Kegiatan yang menyentuh langsung
pembentukan karakter bangsa hendaknya dilakukan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya. Pemerintah dan masyarakat juga bersinergi dan bersungguh-sungguh untuk
melembagakan nilai-nilai karakter bangsa di kalangan pelajar dan mahasiswa. Jika kondisi ini
dapat diwujudnyatakan maka sangat diyakini tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa dapat
direduksi, bahkan dihilangkan demi pendidikan dan masa depan bangsa. Semoga. (Penulis: Guru
SMAN 2 Busungbiu, Buleleng, Bali).

Anda mungkin juga menyukai