Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GPS

GPS merupakan alat untuk pengambilan data spatial yang paling mudah, cepat,
murah dan akurasinya bisa dipertanggung jawabkan. Saat ini GPS bukan lagi merupakan
alat survey yang mahal atau terlalu rumit untuk diaplikasikan. Dengan menggunakan GPS
genggam saja sudah bisa dilakukan kegiatan survey dan hasil dari survey dapat
digunakan sebagai data dasar dalam melakukan kegiatan perencanaan. GPS dapat
menghasilkan data spatial berupa titik, garis dan polygon. Data-data menyangkut lokasi
seperti lokasi infrastruktur seperti jembatan, gardu listrik, lokasi pusat pemerintahan mulai
dari desa sampai ke pprovinsi, lokasi pusat pelayanan seperti puskesmas. Pada survey
untuk fitur line dilakukan pada survey jalan, sungai atau juga perencanaan untuk saluran
air dan batas wilayah dengan menggunakan GPS. Sementara data polygon atau area
dapat dilakukan pada survey untuk landuse, survey untuk perencanaan wilayah lindung
dan banyak lagi (Soetomo,1964)

Kemudahan teknologi menjadi factor penunjang lainnya sehingga penggunaan


GPS menjadi pilihan yang paling mudah dalam mengambil data GPS. Saat ini GPS
terkoneksi dengan software GIS sehingga bisa mempermudah pengolahan data dari GPS
untuk langsung menjadi data digital peta dalam software GIS. Setelah data GPS
dikonversi dalam peta digital, langkah selanjutnya adalah menambahkan database
sebanyak mungkin yang dilakukan dengan menggunakan survey. Teknologi online saat ini
dengan menggunakan google earth atau bing map memungkinkan plot titik GPS langsung
ditampilkan. Menampilkan data GPS dalam google earth akan sangat efektif untuk
membuat perencanaan secara cepat dengan data dasar citra satelit. (Soetomo,1964)

Global Positioning System (GPS) adalah system navigasi berbasis satelit yang
menyediakan informasi mengenai lokasi dipermukaan bumi. Sistem GPS menggunakan
pengukuran geometris dari empat atau lebih hasil tangkapan sinyal satelit ke alat yang
digunakan. Satelite untuk GPS merupakan miliki pemerintah Amerika dan dapat diakses
dari lokasi manapun didunia. Proyek GPS pertama kali dibangun tahun 1973 untuk
mengatasi masalah navigasi, menggabungkan ide-ide yang sebenarnya sudah ada sejak
perang dunia II dan riset militer sejak tahun 60-an. Saat ini sudah ada 24 satelit yang
berjalan dan beroperasi secara penuh sejak tahun 1994. Satelit GPS mengorbit
mengelilingi bumi dalam 6 bidang orbit dengan tinggi rata-rata setiap satelit ± 20.200 Km
dari permukaan bumi. Sistem pengambilan data menggunakan peralatan (Receiver GPS)
yang dipakai pengguna satelit GPS, baik di darat, laut, udara maupun di angkasa. Alat
penerima sinyal GPS (Receiver GPS) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal-
sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, maupun
waktu. (Soetomo,1964)

B. TRACKER

Tracker adalah sebuah alat yang digunakan untuk melacak posisi kendaraan. Tracking
adalah suatu usaha untuk mengetahui posisi suatu target yg telah ditentukan dan posisi
target itu selanjutnya (real time) berdasarkan data yg diterima dlm suatu sitem koordinat
tertentu. GPS tracker yang akan dipasang pada kendaraan, akan mengirimkan data GPS
melalui GPRS (General Packet Radio Service) ke sebuah server, kemudian data tersebut
akan disimpan ke dalam database server. User dapat memperoleh informasi data GPS ini
melalui sebuah aplikasi mobile yang terhubung ke server dengan menggunakan layanan
web service dengan media Extensible Markup Language (XML). Aplikasi mobile ini
menggunakan Google Map API sehingga aplikasi juga terhubung ke server Google Map
untuk mendapatkan data peta digital. (Evans,2018)

Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut:


1. GPS Tracker Device menerima sinyal GPS dari beberapa satelit GPS.
2. Berdasarkan sinyal-sinyal tersebut, GPS Tracker menghitung posisinya.
3. GPS Tracker mengirim data posisinya tersebut serta secara online ke Tracking
Server Tracking System melalui jaringan GSM.
4. Pemakai dapat menggunakan web browser untuk melakukan pelacakan dan
pemantauan kendaraan yg akan ditampilkan pada peta digital melalui jaringan
internet.

C. WAYPOINT

Waypoint adalah set koordinat yang mengidentifikasi titik dalam ruang fisik. Koordinat
yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada aplikasi. Untuk navigasi terestrial,
koordinat ini dapat mencakup bujur dan lintang. Navigasi udara juga termasuk ketinggian.
Waypoints hanya menjadi luas untuk penggunaan navigasi oleh orang awam sejak
pengembangan sistem navigasi canggih, seperti Global Positioning System (GPS) dan
jenis lainnya navigasi radio. Titik arah yang terletak di permukaan Bumi biasanya
didefinisikan dalam dua dimensi (mis.bujur dan lintang); yang digunakan di atmosfer bumi
atau di luar angkasa didefinisikan setidaknya dalam tiga dimensi
(empat jika waktu adalah salah satu koordinat, karena mungkin untuk beberapa titik jalan
di luar Bumi) (Cruz,2013).

Meskipun istilah waypoint hanya mulai umum digunakan dalam beberapa tahun terakhir,
setara dengan waypoint di semua kecuali nama telah ada selama manusia telah
menavigasi. Waypoint secara tradisional dikaitkan dengan fitur khas dari dunia nyata,
seperti formasi batuan, mata air, oasis, gunung, bangunan, jalan raya, saluran air, kereta
api, dan sebagainya. Saat ini, asosiasi ini tetap ada, tetapi titik arah lebih sering dikaitkan
dengan artefak fisik yang dibuat khusus untuk navigasi, seperti suar radio, pelampung,
satelit, titik kontrol, dll. Di dunia modern, titik arah semakin abstrak, seringkali tidak
memiliki hubungan yang jelas dengan perbedaan apa pun
fitur dari dunia nyata. Titik arah ini digunakan untuk membantu menentukan jalur rute yang
tidak terlihat untuk navigasi. Untuk misalnya, saluran udara buatan— “jalan raya di langit”
yang dibuat khusus untuk keperluan navigasi udara — sering kali tidak memiliki koneksi
yang jelas ke fitur dari dunia nyata, dan hanya terdiri dari serangkaian titik arah abstrak di
langit melalui pilot yang menavigasi; saluran udara ini dirancang untuk memfasilitasi
kontrol lalu lintas udara dan rute lalu lintas antara lokasi yang sering dilalui, dan tidak
merujuk fitur medan alami. Titik arah abstrak semacam ini telah dibuat praktis oleh
teknologi navigasi modern, seperti suar radio berbasis darat dan GPS berbasis satelit.
Titik arah abstrak biasanya hanya memiliki koordinat garis bujur dan lintang atau UTM plus
referensi datum, dan sering sebuah nama jika ditandai pada grafik, dan terletak
menggunakan sistem navigasi radio (Cruz,2013).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum dilakukan pada hari Selasa, 10 September 2019, pukul 16.00 – 18.00
WITA. Bertempat di Pelataran Gedung Baru Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. ALAT DAN BAHAN


a.Theodolite

Gambar 1. Theodolite

Bagian - bagian theodolite

1. Pengarah kasar
2. Klem pengunci vertikal
3. Penggerak halus vertikal
4. Tempat baterai
5. Klem pengunci lingkaran horizontal
6. Penggerak halus lingkaran horizontal
7. Sekrup pengatur Nivo
8. Handle
9. Pengatur fokus lensa okuler
10. Nivo tabung
11. Display dan papan tabung
12. Nivo kotak
13. Plat dasar
14. LensaVerticaliza

b.Waterpass

Gambar 2. Waterpass

Bagian – bagian Waterpass


1. Penggerak halus diafragma
2. Vizier
3. Pengarah lensa
4. Nivo
5. Klem penggerak horizontal
6. Plat dasar
7. Sekrup pengatur dasar
8. Lensa objektif
9. Lensa okuler
c. Tripod

Gambar 3. Tripod
Bagian – bagian Tripod
1. Bidang level
2. Sekrup pengunci
3. Tali pembawa
4. Sekrup penyetel
5. Kaki tripod

d.Kompas

Gambar 4. Kompas

Bagian – bagian Kompas

1.Dial
2.Visir
3.Kaca pembesar
4.Jarum petunjuk
5.Tutup dial
6.Alat pengangkut
e. Bak Ukur

Gambar 5. Bak Ukur

Bagian – bagian Bak Ukur

1. Skala
2. Pengunci

f. Unting – Unting

Gambar 6. Unting – unting

Bagian – bagian Unting – unting

1. Lubang pengait
2. Tali
.
C. Prosedur Kerja

a. Theodolite
Cara menggunakan Theodolite, yaitu:
Mengendurkan sekrup pengunci perpanjangan. Meninggikan setinggi dada.
Mengencangkan sekrup pengunci perpanjangan. Membuat kaki statif berbentuk
segitiga sama sisi. Menguatkan (injak) pedal kaki statif. Mengatur kembali ketinggian
statif sehingga tribar plat mendatar. Meletakkan theodolite di tribar plat.
Mengencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite. Mengatur (levelkan) nivo
kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak/vertical dengan menggerakkan
secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut. Mengatur
(levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
Memosisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering
kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat
(BM), dilihat dari centering optic. Melakukan pengujian kedudukan garis bidik
dengan bantuan tanda T pada dinding. Memeriksa kembali ketepatan nilai index
pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut
luar biasa untuk mengetahui nilai kesalahan index tersebut.

b. Waterpass
Cara menggunakan waterpass :
Meletakkan Waterpass di atas Tripod. Mengatur sekrup A, B dan C supaya
gelembung nivo berada di tengah. Menaruh Bak Ukur di suatu tempat yang ingin di
ukur elevasinya. Arahkan Waterpass ke arah objek. Mengatur tombol focus /
Mikrometer agar objek yang di bidik terlihat jelas. Setelah itu lakukan pengukuran
dengan benar.

c.Kompas
Cara menggunakan kompas :
Buka kompas bidik. Masukkan jempol kanan ke handle pengait. Arahkan posisi kita
keobjek yang akan dibidik. Dekatkan mata kita pada lensa kompas untuk
mempermudah bidikanobjek. Arahkan kompas (kawat pisir) pada objek yang akan
dibidik setepat mungkin. Lensa pembidik, kawat pisir, dan objek bidik harus satu
garis lurus atau sejajar. Setelah dipastikan sejajar, pertahankan bidikan sambil
melihat (membaca) hasil yang ditunjukkan pada skala derajat. Hasil penunjukan
tersebut merupakan sudut objek bidik (Azimut) yang digunakan sebagai dasar
perhitungan untuk mengetahui posisi kita dan objek itu sendiri.

d. Bak Ukur
Cara menggunakan Bak Ukur :
Mengantur ketinggian bak ukur dengan menarik batangnya sesuai dengan
kebutuhan. Mengunci bak ukur. Meletakkan dasar bak ukur tepat di atas tengah-
tengah patok (titik) yang akan dibidik. Mengatur ketegakkannnya agar rambu ukur
tidak miring karena dapat mempengaruhi hasil bacaan.

e.Unting – unting
Cara menggunakan Unting – unting :
Memasang balok atau kayu panjang yang akan diukur ketegakkannya secara
horizontal. Meletakkan atau menggantung unting – unting pada balok atau kayu
tersebut memakai tali. Mengatur jarak antara media pemasangan dan unting –
unting dengan jarak yang cukup tinggi atau jauh. Menunggu hingga unting – unting
yang menggantung berhenti bergoyang.

Anda mungkin juga menyukai