Anda di halaman 1dari 7

PENGKAJIAN

Gangguan citra tubuh : Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang
sering kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh
sangat mungkin terjadi.

Stressor pada tiap perubahan adalah

 Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit


 Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infuse.
 Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn alat di
dalam tubuh.
 Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
 Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
 Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada
tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).
a. Gangguan Identitas diri : Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri
sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

 Tidak ada percaya diri


 Sukar mengambil keputusan
 Ketergantungan
 Masalah dalam hubungan interpersonal
 Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
 Projeksi ( menyalahkan orang lain )

Masalah keperawatan yang mungkin timbul :

 Gangguan identitas personal


 Perubahan penampilan peran
 Ketidakberdayaan
 Keputusasaan
Kepribadian Yang Sehat:

 Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal – hal berikut ini :
 Citra tubuh yang positif dan sesuai
 Ideal diri yang realistic
 Konsep diri yang positif
 Harga diri yang tinggi
 Penampilan peran yang memuaskan
 Rasa identitas yang jelas
b. Gangguan harga diri ( Self-Esteem) : Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
 Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
o Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
o Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
o Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik
 Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat.
Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negarif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi
ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.
Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah
sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri
 Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa.
 Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain,
lebih suka sendiri.
 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif
tindakan
 Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
ingin mengakhiri kehidupan.
c. Gangguan peran : Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi
peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
 Peran dalam keluarga
 Peran dalam pekerjaan/sekolah
 Peran dalam berbagai kelompok

Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat dirumah sakit. Atau
setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran


2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung jawab
6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa

Masalah keperawatan yang mungkin muncul :

1. Perubahan penampilan peran


2. Gangguan harga diri rendah
3. Keoutusasaan
4. ketidakberdayaan
d. Gangguan ideal diri: Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu.
Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

 Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena
sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang
dioperasi tidak dapat main bola.
 Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh padahal
prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya
mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.

2. DIAGNOSA
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan
dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan perubahan
penampilan (Keliat, 1998).
Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul diantaranya:

1) Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh

2) Isolasi social : menarik diri

3) Deficit perawatan diri

3. INTERVENSI
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan
keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya,
menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber
pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat,
1998).

Diagnose I : gangguan citra tubuh


SP Pasien

Tujuan Umum :

 Kepercayaan diri klain kembali normal

Tujuan khusus :

 Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .

 Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).

 Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.

 Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi

 Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan
yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.

 Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.

 Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.

 Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.

 Gunakan protese, wig,Gunakan protese, wig,kosmetik atau yg lainnya sesegera mungkin,gunakan


pakaian yang baru.

 Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.

 Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.

 Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada pembentukan tubuh yang ideal.

 Lakukan interaksi secara bertahap

 Susun jadual kegiatan sehari-hari.

 Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan sosial.keluarga dan sosial.
 Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran pentingbaginya.

 Beri pujian thd keberhasilan pasienmelakukan interaksi.

SP keluarga

Tujuan umum :

• Kluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien

Tujuan khusus :

 Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.

 Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.

 Keluarga mengetahui cara mengatasi.

 Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuhmasalah gangguan citra tubu.

 Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.

 Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanKeluarga mampu mengevaluasi kemampuanpasien


dan memberikan pujian ataspasien dan memberikan pujian ataskeberhasilannya.keberhasilannya.

Intervensi

 Jelaskan dengan keluarga ttg ggn citra tubuh yang tjd pada pasien.

 Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.

 Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.

 Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.

 Menfasilitasi interaksi dirumah.

 Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.

 Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

Anda mungkin juga menyukai