Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS

PANGAN DI JAWA TIMUR


Khanifan Setiawan
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Tangerang Selatan
E-mail: khanifansetiawan44@gmail.com
Abstrak

Informasi cuaca khususnya curah hujan sangat penting bagi petani dalam menentukan
pola tanam yang baik untuk meningkatkan produktivitas. Intensitas dan pola curah hujan tidak
selalu sama sepanjang tahun, maka kita harus mengkaji lebih dalam pola tersebut.Untuk
mengetahui hasil produktivitas pangan per tahun dilakukan dengan cara membentuk persamaan
regresi linier sederhana berdasarkan curah hujan tahunan wilayah Jawa Timut. Persamaan
regresi tersebut digunakan untuk mengisi kekosongan data produktivitas pangan yang ada di
kecamatan-kecamatan Jawa Timur Data estimasi produktivitas pangan di wilayah Jawa Timur
(1991-2010) dikorelasikan terhadap curah hujan tahunan (1991-2010) berdasarkan kalender
tanam untuk mengetahui pola hubungannya. Setiap wilayah yang ada di Jawa Timur memiliki pola
hubungan yang berbeda-beda antara curah hujannya dan produktivitas pangan di masing-masing
kecamatan.Dari hasil korelasi antara curah hujan terhadap produktivitas padi bahwa korelasi
positif yang paling kuat terjadi di Bojonegoro sebesar 0,59 sedangkan korelasi negatif yang paling
kuat terjadi di Sumenep sebesar -0,36. Korelasi antara curah hujan terhadap produktivitas jagung
bahwa korelasi positif yang paling kuat terjadi di Bondowoso sebesar 0,56 sedangkan korelasi
negatif yang paling kuat terjadi di Banyuwangi sebesar -0,70. Korelasi antara curah hujan
terhadap produktivitas jagung bahwa korelasi positif yang paling kuat terjadi di Banyuwangi
sebesar 0,51 sedangkan korelasi negatif yang paling kuat terjadi di Tuban sebesar -0,55.

Kata Kunci : Iklim, Curah Hujan, Korelasi, Produktivitas pangan.

Abstract

Weather information especially rainfall is very important for farmers in planting pattern is
good for improving productivity. The intensity and pattern of rainfall is not always the same
throughout the year, then we must examine more deeply the pattern.To know the results of food
productivity per year carried out by forming a simple linear regression equation based on annual
rainfall East Java. The regression equation used to fill the data gaps food productivity in sub-
districts in East Java.Data estimates of food productivity in East Java (1991-2010) correlated to
the annual rainfall (1991-2010) by planting calendar to determine the relationship patterns. Every
region in East Java has different pattern relationship between rainfall and food productivity in
each sub-district.From the results of correlation between rainfall on the productivity of rice that the
strongest positive correlation occurred in Bojonegoro of 0.59 whereas the strongest negative
correlation occurred in Sumenep amounted to -0.36. Correlation between rainfall on the
productivity of maize that the strongest positive correlation occurs in Bondowoso of 0.56 whereas
the strongest negative correlation occurred in Banyuwangi of -0.70. Correlation between rainfall
on the productivity of maize that the strongest positive correlation occurred in Banyuwangi of 0.51
whereas the strongest negative correlation occurred in Tuban of -0.55.

Keywords: Climate, Rainfall, Correlation, Food productivity

1
1. PENDAHULUAN petani dalam menentukan pola tanam yang
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS,2011) sesuai.
sektor pertanian merupakan salah satu
kontributor tertinggi Produk Domestik Regional 2.2 Metode Penelitian
Bruto (PDRB) di Jawa Timur sebesar 15,39%. Data yang digunakan dalam penelitian ini
Berbagai macam jenis komoditas yang adalah data curah hujan harian dari tahun 1991
diproduksi antara lain padi, jagung, kedelai, ubi, s/d 2010 yang didapat dari pos-pos hujan di
dan kacang-kacangan. Produksi terbesar di Jawa Propinsi Jawa Timur. Untuk data produktivitas
Timur adalah tanaman padi. Masih menurut BPS dan luas lahan tanaman pangan selama tahun
(2011), sebesar 30,74% Jawa Timur 1991-2010 di Jawa Timur di download dari situs
menyumbang hasil produksi padi terhadap Jawa resmi Departemen Pertanian Indonesia.
dan sebesar 16,09% berkontribusi terhadap Dalam tulisan ini, penelitian yang dilakukan
nasional. Pada tahun 2011 jumlah padi yang adalah untuk mengetahui pengaruh curah hujan
dihasilkan sebesar 10.576.543 ton/tahun dengan terhadap produktivitas pangan di Jawa
luas lahan panen 1.926.796 ha (BPS, 2012).. Timur.Tulisan ini nantinya bisa digunakan
Iklim berkaitan erat dengan kegiatan untuk membantu petani dalam menentukan pola
pertanian, karena dapat berpengaruh terhadap tanam yang baik. Data curah hujan di Jawa
pertumbuhan serta hasil produksi tanaman. Timur tahun 1991-2010 digunakan untuk
Curah hujan merupakan unsur iklim yang paling membangun persamaan regresi yang akan
dominan terhadap tanaman (Triadmojo, 2008). digunakan untuk memprakirakan produktivitas
Informasi cuaca khususnya curah hujan sangat pangan yang kosong atau tidak tercatat oleh
penting bagi petani dalam menentukan pola Departemen Pertanian.
tanam yang baik untuk meningkatkan Metode ini dilakukan dengan cara
produktivitas. Intensitas dan pola curah hujan membentuk persamaan regresi linier sederhana
tidak selalu sama sepanjang tahun, maka kita agar dapat melakukan estimasi terhadap hasil
harus mengkaji lebih dalam pola tersebut. produksi jagung berdasarkan data curah hujan
Padi, jagung dan ubi jalar memiliki pola awal dan mengisi data kekosongan pada tahun-tahun
tanam yang berbeda, hal ini disebabkan karena sebelum dan yang akan datang. Adapun
tingkat kebutuhan air yang berbeda-beda, seperti persamaan umum yang digunakan dari metode
padi membutuhkan curah hujan rata-rata 200 ini adalah sebagai berikut:
mm/bulan dan biasanya dilakukan pada awal y = a + bx + e (1)
musim hujan. Sedangkan untuk tanaman jenis Keterangan :
palawija seperti jagung dan ubi jalar relatif y = variabel yang akan diperhitungan
membuktuhkan air yang lebih sedikit (predictant / dependent)
dibandingkan padi, sehingga tanaman palawija a = konstanta
lebih cocok untuk ditanami pada saat musim b = koefisien regresi
kemarau. Ketersediaan di masing-masing x = variabel penduga (predictor /
wilayah juga beraneka ragam, hal ini bisa independent)
disebabkan oleh faktor topografi maupun faktor Data curah hujan yang tidak memiliki pos
lain, yang mengakibatkan awal tanam di tiap- hujan diprakirakan dengan menggunakan
tiap wilayah berbeda. Inverse Distance Weighted. Dari data curah
Hal ini kemudian menimbulkan pemikiran hujan tersebut akan dikorelasikan terhadap hasil
lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh produksi pangan di Jawa Timur, untuk
intensitas curah hujan terhadap produktivitas mengetahui curah hujan yang cocok untuk
tanaman padi, jagung dan ubi jalar di Jawa meningkatkan produktivitas pangan.
Timur. Dengan demikian, untuk meningkatkan Metode korelasi ini digunakan untuk
produktivitasnya maka diperlukan penelitian menentukan besarnya hubungan atau kedekatan
tentang pengaruh curah hujan terhadap hasil antara hasil produksi jagung yang telah
produksi yang digunakan untuk membantu diprediksi dengan curah hujan rata-rata wilayah
yang terjadi. Berikut ini adalah rumus korelasi

2
yang akan digunakan (Wilks, 1995). Koefisien hitungan secara teoritik sehingga mendapatkan
korelasi dapat dicari dengan rumus di bawah ini nilai estimasi (Gambar 1).
: Nilai hasil estimasi produksi yang telah
didapatkan kemudian diurutkan berdasar tahun
r(x,y) = (2) sesuai urutan data curah hujan yang tersedia
sehingga mendapatkan nilai hasil produksi di
dimana, wilayah Jawa Timur periode 1990 – 2010.
Sehingga data yang kosong dapat terisi dengan
r(x,y) = Koefisien korelasi menggunakan pendekatan sebagai berikut :
x = Curah hujan (mm) Tabel 2 Data curah hujan dan hasil produksi jagung
y = Hasil produksi (ku/ha) tahunan yang telah dilakukan quality control
n = banyak data Curah Produksi
Tahun
Hujan (mm) Jagung (Ku/Ha)
1991 454,0 16,5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1992 205,0 17,7
a. Missing Value Analisis Hasil Produksi 1993 110,0 18,9
Dari data yang tersedia untuk menentukan 1994 212,0 18,1
nilai estimasi hasil produksi jagung pada tahun- 1995 80,4 21,1
tahun yang kosong (2001, 2002) dapat dicari 1996 47,3 22,5
1997 73,7 21,2
dengan metode pendekatan perhitungan teoritik, 1998 113,8 19,7
yaitu hasil produksi diperoleh dengan 1999 956,0 17,5
menggunakan metode persamaan regresi 2000 204,0 19,4
sederhana seperti terlihat pada Tabel 1 di bawah 2001 146,2 19,8
ini: 2002 584,0 17,4
2003 254,0 16,3
Tabel 1 Data curah hujan dan hasil produksi jagung
2004 804,0 16,1
tahunan 2005 535,0 17,6
Curah Produksi
Tahun 2006 403,0 17,6
Hujan (mm) Jagung (Ku/Ha)
1991 454,0 16,5 2007 318,8 18,4
1992 205,0 17,7 2008 268,0 21,3
1993 110,0 18,9 2009 86,0 22,82
1994 212,0 18,1 2010 658,0 16,5
1995 80,4 21,1
1996 47,3 22,5
1997 73,7 21,2 b. Menentukan unsur iklim
1998 113,8 19,7 Berdasarkan hasil pengolahan data antara
1999 956,0 17,5
2000 204,0 19,4 curah hujan tahunan (Tabel 3), suhu dan
2001 146,2 ? kelembaban terhadap produktivitas pangan di
2002 584,0 ?
2003 254,0 16,3
wilayah Banyuwangi. Maka di dapatkan hasil
2004 804,0 16,1 korelasi curah hujan tahunan terhadap padi,
2005 535,0 17,6
2006 403,0 17,6
jagung dan ubi jalar berturut-turut sebesar 0,17 ;
2007 318,8 18,4 -0,70 ; 0,51, hasil korelasi suhu terhadap padi,
2008 268,0 21,3 jagung dan ubi jalar berturut-turut sebesar 0,12 ;
2009 86,0 22,8
2010 658,0 16,5 0,12 ; -0,06,dan hasil korelasi kelembaban
terhadap padi, jagung dan ubi jalar berturut-
Data yang digunakan sebagai contoh dalam turut sebesar 0,14 ; -0,11 ; -0,46. Hal ini
perhitungan adalah data curah hujan tahunan dan menunjukkan bahwa dari beberapa unsur iklim,
data produktivitas padi di wilayah Banyuwangi. maka unsur iklim yang paling berpengaruh
Setelah mendapatkan nilai persamaan regresi adalah curah hujan.
dari data curah hujan dan hasil produksi yang c. Korelasi curah hujan terhadap
ada (Gambar 1), kemudian dengan produktivitas pangan
menggunakan persamaan tersebut data curah Korelasi curah hujan terhadap
hujan yang tidak memiliki nilai hasil produksi produktivitas pangan di Jawa Timur berguna
jagung pada tahun-tahun yang kosong (2001, untuk mengetahui pola hubungan di antara
2002) dapat diketahui dengan pendekatan

3
keduanya, penulis menggunakan Kab. untuk mengetahui pola hubungan di antara
Bangkalan sebagai contoh : kedua variabel tersebut seperti :
1) Korelasi curah hujan terhadap produktivitas 1) Peta korelasi curah hujan terhadap
padi produktivitas padi
Berdasarkan (Gambar 2) dapat di lihat bahwa Dari pemetaan korelasi curah hujan terhadap
hubungan produktivitas padi dan curah hujan di produktivitas padi di Jawa Timur (Gambar 5),
wilayah Bangkalan tidak terlalu kuat, hal ini dapat dilihat bahwa korelasi di wilayah-wilayah
dikarenakan curah hujan selain faktor hujan tersebut cenderung lemah. Hal ini bisa
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi disebabkan oleh banyak faktor yang
produksinya. Padi membutuhkan curah hujan mempengaruhinya seperti jumlah curah hujan
bulanan rata-rata 200 mm/bulan selama masa selama masa tanam, padi membutuhkan curah
tanam, apabila curah hujannya ekstream baik itu hujan rata-rata 200 mm/bulan. Apabila curah
lebih kecil maupun lebih besar hal itu dapat hujan ekstrem selama masa tanam dapat
mengurangi hasil produksi padi di wilayah mempengaruhi produktivitas padi di wilayah
tersebut. tersebut.
2) Korelasi curah hujan terhadap produktivitas 2) Peta korelasi curah hujan terhadap
jagung produktivitas jagung
Berdasarkan (Gambar 3) dapat di lihat bahwa Dari pemetaan korelasi curah hujan terhadap
hubungan produktivitas jagung dan curah hujan produktivitas jagung di Jawa Timur(Gambar 6),
di wilayah Bangkalan cukup kuat, hal ini dapat dilihat bahwa korelasi di wilayah-wilayah
dikarenakan curah hujan selain faktor hujan tersebut cenderung lemah. Hal ini bisa
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi disebabkan oleh banyak faktor yang
produksinya. Jagung merupakan tanaman mempengaruhinya seperti jumlah curah hujan
palawija sehingga tidak terlalu membutuhkan selama masa tanam, jagung membutuhkan curah
banyak air, rata-rata curah hujan bulanan yang hujan rata-rata 85-200 mm/bulan. Jagung
dibutuhkannya 85-200 mm/bulan selama masa merupakan salah satu jenis tanaman palawija
tanam, apabila curah hujannya ekstream baik itu sehingga relatif lebih sedikit membutuhkan air
lebih kecil maupun lebih besar hal itu dapat daripada padi, apabila curah hujan ekstrem
mengurangi hasil produksi jagung di wilayah selama masa tanam dapat mempengaruhi
tersebut. produktivitas jagung di wilayah tersebut.
3) Korelasi curah hujan terhadap produktivitas 3) Peta korelasi curah hujan terhadap
ubi jalar produktivitas ubi jalar
Berdasarkan (Gambar 4) dapat di lihat bahwa Dari pemetaan korelasi curah hujan terhadap
hubungan produktivitas ubi jalar dan curah produktivitas ubi jalar di Jawa Timur (Gambar
hujan di wilayah Bangkalan sangat kecil, hal ini 7), dapat dilihat bahwa korelasi di wilayah-
dikarenakan curah hujan selain faktor hujan wilayah tersebut cenderung lemah negatif. Hal
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor yang
produksinya. Ubi jalar merupakan tanaman mempengaruhinya seperti jumlah curah hujan
palawija sehingga tidak terlalu membutuhkan selama masa tanam, ubi jalar membutuhkan
banyak air, rata-rata curah hujan bulanan yang curah hujan rata-rata 70-150 mm/bulan.
dibutuhkannya 70-150 mm/bulan selama masa Walaupun ubi jalar juga merupakan salah satu
tanam, apabila curah hujannya ekstream baik itu jenis tanaman palawija, akan tetapi relatif lebih
lebih kecil maupun lebih besar hal itu dapat sedikit membutuhkan air daripada jagung.
mengurangi hasil produksi ubi jalar di wilayah Apabila curah hujan ekstrem selama masa tanam
tersebut. Oleh karena itu pada musim kemarau dapat mempengaruhi produktivitas ubi jalar di
lebih cocok menanam ubi jalar. wilayah tersebut.

d. Pemetaan korelasi curah hujan


terhadap produktivitas pangan
Peta korelasi curah hujan terhadap
produktivitas pangan di Jawa Timur berguna

4
Gambar 1 Menentukan nilai persamaan regresi
Tabel 2 Data suhu dan kelembaban hasil produksi jagung tahunan
Hujan Kalender Tanam
Tahun Padi Jagung Ubijalar Padi Jagung Ubijalar Suhu RH
  Ku/Ha   Ku/Ha   Ku/Ha
1991 42,4 16,5 363,0 680,6 454,0 141,6 27,1 74,6
1992 20,2 17,7 81,0 341,0 205,0 253,2 27,5 74,3
1993 69,1 18,9 103,0 592,0 110,0 264,0 27,6 73,8
1994 42,4 18,1 103,0 938,0 212,0 326,0 27,0 74,1
1995 42,5 21,1 104,0 685,2 80,4 352,1 27,0 78,6
1996 42,7 22,5 334,0 461,8 47,3 295,1 27,4 74,2
1997 42,9 21,2 107,0 418,8 73,7 285,0 27,3 75,0
1998 42,5 19,7 104,0 455,4 113,8 63,0 28,1 78,1
1999 43,5 17,5 105,0 1034,0 956,0 212,9 27,1 78,8
2000 41,2 19,4 106,0 786,7 204,0 351,7 27,0 80,0
2001 40,6 19,8 161,0 655,2 146,2 85,0 27,3 79,1
2002 42,0 17,4 45,0 979,0 584,0 131,3 27,4 77,9
2003 49,8 16,3 90,3 780,0 254,0 352,1 27,1 79,4
2004 42,0 16,1 77,1 971,0 804,0 116,6 27,2 78,9
2005 42,2 17,6 71,7 479,9 535,0 266,7 27,4 77,7
2006 44,6 17,6 85,8 741,5 403,0 79,6 26,9 79,1
2007 40,8 18,4 83,3 876,3 318,8 127,9 27,2 78,8
2008 53,3 21,3 86,2 694,0 268,0 191,2 27,2 79,9
2009 56,8 22,8 88,2 653,1 86,0 179,2 27,5 79,1
2010 50,8 16,5 84,9 879,4 658,0 205,0 27,8 81,6
KORELASI CH 0,17 -0,70 0,51
KORELASI SUHU 0,12 0,12 -0,06
KORELASI RH 0,14 -0,11 -0,46

5
Gambar 2 Grafik hubungan produktivitas padi dan curah hujan

Gambar 3 Grafik hubungan produktivitas jagung dan curah hujan

6
Gambar 4 Grafik hubungan produktivitas ubi jalar dan curah hujan

Gambar 5 Peta korelasi curah hujan terhadap produktivitas padi di Jawa Timur

7
Gambar 6 Peta korelasi curah hujan terhadap produktivitas jagung di Jawa Timur

Gambar 7 Peta korelasi curah hujan terhadap produktivitas ubi jalar di Jawa Timur

8
KESIMPULAN Universitas Negeri Semarang, Vol. 1
Dari hasil pengolahan data dan analisis No.2.
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Jackson, L.J., 1979. Climate, Weather and
1. Hubungan curah hujan tahunan di wilayah Agriculture in The Tropics. Longm Corp
Jawa Timur dengan produksi padi dapat dilihat Ltd, London and New York, 229 p.
bahwa korelasi positif yang paling kuat terjadi di Kramer, P.J., 1980.Water Requirement of Plant,
Bojonegoro sebesar 0,59 sedangkan korelasi Academic Press, New York, 300 p.
negatif yang paling kuat terjadi di Sumenep Rukmana, R., 1997. Ubi Jalar Budidaya dan
sebesar -0,36. Pasca panen, Kanisius, Yogyakarta.
2. Hubungan curah hujan tahunan di wilayah Sipayung, B., 2010. Dampak Variabilitas Iklim
Jawa Timur dengan produksi jagung dapat Terhadap Produksi Pangan di Sumatera,
dilihat bahwa korelasi positif yang paling kuat Jurnal Lapan, Vol. 2 No.2.
terjadi di Bondowoso sebesar 0,56 sedangkan Sosrodarsono dan Takeda, 2005. Pemanfaatan
korelasi negatif yang paling kuat terjadi di Air Alami Untuk Irigasi Dengan
Banyuwangi sebesar -0,70. Berdasarkan Metode-metode Neraca
3. Hubungan curah hujan tahunan di wilayah Air, Institut Teknologi Bandung.
Jawa Timur dengan produksi ubi jalar dapat Siswoputranto, 1976. Komoditi Ekspor
dilihat bahwa korelasi positif yang paling kuat Indonesia, Jakarta: Gramedia.
terjadi di Banyuwangi sebesar 0,51 sedangkan Triatmodjo, B., 2008. Hidrologi Terapan, Beta
korelasi negatif yang paling kuat terjadi di Offset Yogyakarta, Yogyakarta.
Tuban sebesar -0,55. Wakman, W. dan Burhanuddin, 2007.
4. Nilai korelasi positif berarti semakin tinggi Pengelolaan Penyakit Prapanen
curah hujan di wilayah ini, maka semakin besar Jagung,
produksi pangan di wilayah tersebut. Nilai Balai Penelitian Tanaman Serealia,
korelasi negatif berarti semakin tinggi curah Maros.
hujan di wilayah ini, maka semakin kecil Wibisono, Y., 2005. Metode Statistik, Gadjah
produksi pangan di wilayah tersebut. Mada University Press, Yogyakarta.
5. Setiap jenis tanaman pangan membutuhkan Wilks, D.,S., 1995. Statistical Methods in The
ketersediaan curah hujan yang berbeda-beda, Atmospheric Sciences, Academic Presss,
sehingga jenis tanaman dapat disesuaikan USA.
dengan jumlah curah hujan tersebut agar Wirjohamidjojo, S. dan Swarinoto, Y.S., 2007.
didapatkan produksi yang maksimal. Praktek Meteorologi Pertanian, BMG,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Pustaka dari internet
Bayong, T.H.K., 2004. Klimatologi, Institut http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/newko
Teknologi Bandung, Bandung. m.asp diakses 21 Desember 2014.
Bayong, T.H.K., 2008. Sains Atmosfer, BMKG,
Jakarta.
Dewi, K., 2005. Kesesuaian Iklim Terhadap
Pertumbuhan Tanaman, Jurnal

Anda mungkin juga menyukai