Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
La Ode Dedi Abdullah (1) Endang Tri Pratiwi (2) Yanti Dja’wa (3) Rudi Abdullah(4)
Abdullah, Rudi, Asrianti Dja'wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T Pratiwi.
(2018, June 9) “Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum.” OpenAbdullah, Rudi et
al. “Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum”. INA-Rxiv, 10 May 2018. Web.
Paper DOI https://dx.doi.org/10.17605/OSF.IO/RVUYM.
Retrieved from https://osf.io/preprints/inarxiv/rvuym
Klasifikasi Hukum
Tujuan Hukum
Tujuan hukum yang bersifat universal adalah ketertiban, ketenteraman,
kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Dalam perkembangan masyarakat fungsi hukum terdiri dari :
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
Hukum sebagai norma merupakan petunjuk untuk kehidupan. Manusia dalam
masyarakat, hukum menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk, hukum
juga memberi petunjuk, sehingga segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur.
Begitu pula hukum dapat memaksa agar hukum itu ditaati anggota masyarakat.
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin
– Hukum mempunyai cirri memerintah dan melarang
– Hukum mempunyai sifat memaksa
– Hukum mempunyai daya yang mengikat fisik dan Psikologis
Karena hukum mempunyai ciri, sifat dan daya mengikat, maka hukum dapat
memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dan siapa yang
benar.
c. Sebagai penggerak pembangunan
Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau di daya gunakan
untuk menggeraakkan pembangunan. Disini hukum dijadikan alat untuk
membawa masyarakat kearah yang lebih maju.
d. Fungsi kritis hukum
Dr. Soedjono Dirdjosisworo, S.H dalam bukunya pengantar ilmu hukum, hal 155
mengatakan:
“Dewasa ini sedang berkembang suatu pandangan bahwa hukum mempunyai
fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan
pada aparatur pemerintah (petugas) saja melainkan aparatur penegak hukum
termasuk didalamnya”.
Sumber-sumber Hukum
Beberapa pakar secara umum membedakan sumber-sumber hukum yang ada ke
dalam (kriteria) sumber hukum materiil dan sumber hukum formal, seperti ;
a. Hukum materiil : yakni sumber-sumber hukum yang ditinjau dari berbagai
perspektif.
b. Hukum formal : yakni UU, kebiasaan, jurisprudentie, traktat dan doktrin.
Namun terdapat pula beberapa pakar yang membedakan sumber-sumber hukum
dalam kriteria yang lain, seperti :
1. Menurut Edward Jenk, bahwa terdapat 3 jenis sumber hukum atau yang biasa
disebut “Forms Of Law”, antara lain :
• Statutory
• Judiviary
• Literaty
2. Menurut G.W. Keeton, sumber hukum terbagi menjadi :
• Binding sources (formal) yang terdiri dari :
– Custom
– Legislation
– judical precedents
• Persuasive sources (materiil) yang terdiri dari :
– principles of morality or equity
– professional opinion
Kaidah hukum
Kaidah merupakan patokan atau ukuran sebagai pedoman bagi manusia dalam
bertindak dapat dikatakan juga sebagai yang mengatur prilaku manusia dan
prilaku kehidupan bermasyarakat. Secara umum kaidah dibedakan atau dua hal
yaitu kaidah etika atau kaidahhukum.
Kaidah etika merupakan kaidah yang
meliputi norma susila, norma agama dan normakesopanan. Pada dasarnya
kaidah etika datang dari diri dalam manusia itu sendiri. Contohnya menghormati
orangnya yang lebih tua, berbuat baik pada orang tua, saling menghargai, atau
malu jika berbuat salah. Namun tidak jarang kaidah etika merupakan kaidah yang
datang dari diri manusia misalnya dari ajaran agama contohnya tidak boleh
berprilaku jahat pada orang lain.
4. Subjek Hukum
Subyek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam
kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam sistem hukum
Indonesia ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi,
institusi).
1. Manusia (naturlife persoon)
Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah menjadi subyek hukum secara
kodrati atau secara alami. Anak-anak serta balita pun sudah dianggap sebagai
subyek hukum. Manusia dianggap sebagai hak mulai ia dilahirkan sampai dengan
ia meninggal dunia. Bahkan bayi yang masih berada dalam kandungan pun bisa
dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat urusan atau kepentingan yang
menghendakinya. Namun, ada beberapa golongan yang oleh hukum dipandang
sebagai subyek hukum yang "tidak cakap" hukum. Maka dalam melakukan
perbuatan-perbuatan hukum mereka harus diwakili atau dibantu oleh orang lain.
seperti:
1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa, atau belum menikah.
2. Orang yang berada dalam pengampunan yaitu orang yang sakit
ingatan, pemabuk, pemboros.
3. Badan Hukum (recht persoon).
Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan orang yang diberi
status "persoon" oleh hukum sehingga mempunyai hak dan kewajiban. Badan
hukum dapat menjalankan perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia.
Seperti melakukan perjanjian, mempunyai kekayaan yang terlepas dari para
anggotanya dan sebagainya. Perbedaan badan hukum dengan manusia sebagai
pembawa hak adalah badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan, tidak
dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum dimungkinkan dapat
dibubarkan. Selain itu Subyek hukum disebut benda (zaak). Menurut hukum
perdata, bendaadalah segala barang dan hak yang dapat dimiliki orang (Pasal 499
KUH Perdata). Menurut Pasal 503 KUH Perdata, benda dapat dibagi menjadi
benda berwujud dan tidak berwujud.
1. Benda yang berwujud (lichamelijke zaken) yaitu segala sesuatu yang dapat diraba
oleh pancaindra seperti: rumah, gedung, tanah dan lain-lain.
2. Benda yang tidak berwujud (onlichamelijke zaken) yaitu segala macam hak
seperti: saham-saham atas kapal laut, hipotek, hak merek, hak cipta dan lain-lain.
Selanjutnya dalam pasal 504 KUH Perdata benda juga dapat dibagi atas benda
bergerak dan tidak bergerak.
1. Benda bergerak (rorende zaken) meliputi :
Bergerak karena sifatnya
Benda tersebut bergerak karena sifatnya sendiri menggolongkannya ke dalam
golongan itu sendiri. Misalnya mobil.
Bergerak karena undang-undang
Mengolongkannya kedalam golongan itu. Misalnya hak piutang dan hak gadai.
2. Benda Tidak Bergerak (onreorende zaken) meliputi :
Benda tidak bergerak karena sifatnya sendiri yang menggolongkan ke dalam
golongan ini. Contohnya tanah dan segala sesuatu yang tetap ada didalam
lingkungan tanah tersebut. Seperti bangunan, tanaman, pohon, serta kekayaan
alam yang ada di dalam kandungan bumi dan barang-barang lain yang belum
terpisah dari lingkungan tanah tersebut.
Benda tidak bergerak karena tujuannya menggolongkannya kedalam golongan
ini. Maksudnya segala barang yang senantiasa digunakan oleh yang mempunyai
dan yang menjadi alat tetap pada suatu benda yang tidak bergerak. Contohnya
mesin penggilingan padi yang ditempatkan didalam gedung perusahaan beras
tersebut.
Benda tidak bergerak karena undang-undang menggolongkannya kedalam
golongan itu. Contohnya hak bina usaha, hak hipotek dan hak guna bangunan.
Sumber-sumber hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang jika di
langgar mengakitbatkan sanksi tegas dan nyata.
Hakekatnya: tempat menemukan dan menggali hukum
arti sumber hukum:
1. Sebagai asas hukum, sesuatu yang merupakan permulaan hukum.
2. Menunjukkan hukum terdahulu menjadi/memberi bahan hukum yang kemudian.
3. Sumber berlakunya yang memberikekuatan berlaku secara formal kepada
peraturan hukum.
4. Sumber dari mana kita dapat mengenal hukum.
5. Sumber terjadinya hukum. Sumber yang menimbulkan hukum.
Sumber hukum ada 2 yaitu:
1. Suber hukum materiil: tempat dari mana materi hukum di ambil, jadi merupakan
faktor pembantu permbertukan hukum, dapat di tinjau dari berbagai sudut.
2. Sumber hukum formil ada 5 yaitu:
1) UU (statute)
2) Kebiasaan (custom)
3) Keputusan hakim (jurisprudentie)
4) Trakta
5) Pendapat sarjana hukum (doktrin)
UU adalah perturan negara yang mempunyai kekuatan hukum mengikat yang
diadakan dan di pelihara oleh negara.
Tingkatan pertuaran: UU45-UU-PERPU-KEPRES-PERDA-PERDES
SUMBER-SUMBER HUKUM
1. UU ADA 2 YAITU:
1. UU (formil) keputusan pemerintah yang merupakan UU karena cara
pembuatannya. UU dibuat oleh president dan DPR.
2. UU (Materil) adalah setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat
langsung setiap penduduk.
Berlakunya UU: menurut tanggal yang ditentukan sendiri oleh UU itu sendiri:
a) Pada saat di undangkan
b) Pada tanggal tertentu
c) Ditentukan berlaku surut
d) Ditentukan kemudian/dengan peraturan lain
Berakhirnya UU.
a) Ditentukan oleh UU itu sendiri
b) Di cabut secara tegas
c) UU lama bertentangan dengan UU baru
d) Timbulnya hukum kebiasaan yang bertentangan dengan UU/UU sudah tidak di
taati lagi
Sebuah peraturan hukum biar berlaku terus harus (extraordineri)
Di indonesia hanya ada 2 yaitu: 1. Pembrantasan teroris. 2. Pelanggaran ham.
Asas-asas berlakunya UU
a) LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIORI: UU yang kedudukannya lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan UU yang kedudukannya lebih tinggi
dalam mengatur hal yang sama.
b) LEX SPECIALE DEROGAT LEGI GERERALI: UU bersifat khusus
mengesampingkan UU yang bersifata umum, apabila UU tersebut sama
kedudukannya.
c) LEX POSTERIOR DEROGAT LEGI PRIORI: UU yang berlaku belakangan
membatalakan UU terdahulu sejauh UU itu mengatur hal yang sama
d) NULLUM DELICTIM NOELLA POENA SINC PRAEVIA LEGI POENATE:
tidak ada pembuatan dapat di hukum kecuali sudah ada peraturan sebelum
perbuatan dilakukan.
Jadi UU yang telah diundangkan di anggap telah di ketahui setiap orang sehingga
pelanggar UU mengetahui UU yang bersangkutan.
2. KEBIASAAN
Kebiasaan merupakan sumber hukum tertua. Kebiasaan adalah perbuatan
manusia yang tetap dan berulang. Sehingga merupakan pola tingkah laku yang
tetap, ajeg, lazim, dan normal/perilaku yang di ulang yang mnimbulkan kesadaran
bahwa perbuatan itu baik.
Kebiasaan/adat/custom akan menimbulkan hukum jika UU menunjukkan
pada kebiasaan untuk di berlakukan. Pasal 15 AB: kebiasaan tidak menimbulkan
hukum, kecuali jika UU menunjuk pada kebiasaan untuk di berlakukan kebiasaan
dapat menjadi sumber hukum,
Syarat-syaratnya yaitu:
1) Perbuatan itu harus sudah berlangsung lama.
2) Menimbulkan keyakinan umum bahwa perbuatan itu merupakan kwajiban
hukum.
“Demikian Selanjutnya”
3) Ada akibat hukum jika kebiasaan hukum dilanggar.
Pasal 1339 “BW” persutujuan tidak hanya mengikat untuk apa yang telah di
tetapkan dengan tegas oleh persetujuan, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut
sifat persetujuan itu di wajibkan oleh kebiasaan.
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu
perkara yang diajukan, dengan dalih bahwa hukum tidak/ kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
3. YURRISPRUDENTIE (presedent)
MATERI-MATERI TREATY:
a) Masalah-masalah politik/yang lain yang dapat mempengaruhi haluan politik
negeri.
b) Ikatan-ikatan sedemikian rupa yang mempengaruhi haluan politik negara.
c) Masalah-masalah yang menurut UUD/peraturan perundang-undangn harus diatur
dengan UU.
AGREMENT merupakan perjanjian dengan menteri-menteri lain yang hanya
disampingkan kepada parlement/DPR untuk di ketahui setelah di shkan kepala
negara.
Fase/tahap traktat.
a) Sluiting: penetapan isi perjanjian oleh delegasi pihak-pihak yang bersangkutan,
melahirkan/menghasilkan konsep trakta/sluiting soor konde.
b) Persutujuan masing-masing parlement yang bersangkutan.
c) Ratifikasi (pengesahan) oleh masing-masing kepala negara. Maka berlaku untuk
semua wilayah negara.
Di afkondiging (pengumuman) saling menyampaikan piagam perjanjian.
Traktat berlaku setelah ratifikasi.
5. DOKTRIN
Doktrin menjadi sumber hukum karena UU perjanjian internasional dan
yurisprudensi tidak memberi jawaban hukum sehingga di carilah pendapat ahli
hukum.
Berlaku: communis opinio doctorum: pendapat umum tidak boleh
menyimpang dari pendapat para ahli.
a) Commentaries on the laws at england oleh sir william black stone.
b) Ajaran imam syafi’i, banyak di gunakan oleh PA (pengadilan agama) dalam
putusan
c) Trias politika
Lock: LEF (LEGISLATIF, EXSEKUTIF, FEDERATIF)
QUIEU: LEY (LEGISLATIF, EXDEKUTIF, YUDIKATIF)
KANT: TRIAS POLITIKA.
PENDEKATAN HUKUM
A. MENURUT ISINYA:
1. HUKUM PUBLIK: hukum yang mengatur hubungan hukum yang
menyangkut kepentingan umum.
2. HUKUM PRIVAT: hukum yang mengatur hubungan-hubungan
hukum yang menyangkut kepentingan pribadi.
B. Menurut bentuknya:
1. Hukum tertulis: hukum sebagaimana tercantum dalam peraturan perundangan-
undangan.
2. Hukum tidak tertulis: hukum yang terdapat dalam masnyarakat di taati dalam
pergaulan.
G. Menurut penerapannya:
1. Hukum In Abstracto[1]: semua peraturan hukum yang berlaku
pada suatu negara yang belum di terapkan terhadap sesuatu
kasus oleh pengadilan
2. Hukum In Conerito[2]: peraturan hukum yang berlaku pada
suatu negara yang telah di terapkan oleh pengadilan terhadap
suatu khasus yang terjadi dalam masyarakat
MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM
Match Day 2
KONSEP ILMU, ILMU HUKUM DAN HUKUM
A. ILMU
Apa ilmu itu?. Dalam thesaurus Bahasa Indonesia, Il
mu diartikan sebagai (1) bidang,
disiplin, keahlian, lapangan, lingkungan, sains; (2
) kemahiran, kepandaian, kesaktian,
keterampilan, pengetahuan.
1
Sjachran Basah mengatakan: “ilmu ialah sesuatu yang
didapat dari pengetahuan dan
pengetahuan ini diperoleh dengan berbagai cara. Tid
ak semua pengetahuan itu merupakan
ilmu, sebab setiap pengetahuan itu baru dinamakan i
lmu kalau ia memenuhi syarat-
syaratnya”.
2
Pengetahuan itu banyak ragamnya,meliputi berbagai h
al yang sejauh mungkin orang
dapat mengetahui dari pengalaman-pengalaman dan ket
erangan-keterangan. Pada tahap
permulaan memang setiap ilmu yang melaiputi berbaga
i masalah dirangkum dalam falsafah.
Falsafah inilah yang harus menjawab pertanyaan-perta
nyaan pendahuluan dari ilmu itu. Ia
menjawab masalah, apa sebenarnya ilmu pengetahuan i
tu.
3
Dalam berbagai referensi mengenai filsafat ilmu dia
jarkan bahwa “ilmu
pengetahuan” dibagi atas 2 bagian, yaitu: (1) ilmu
itu sendiri, yakni terdiri atas teori-teori
sebagai hasil renungan (kontemplasi) dan hasil-hasi
l penelitian ilmiah, misalnya ilmu sosial,
ilmu alam dan sebagainya; (2) Pengetahuan, yakni ke
terampilan-keterampilan yang berhasil
dimiliki manusia untuk kehidupannya, seperti ketera
mpilan menjahit pakaian, keterampilan
mengemudikan mobil dan sebagainya. Pada dasarnya se
tiap “ilmu” memiliki 2 macam objek,
yaitu objek materiel dan objek formal. Objek materi
il adalah sesuatu yang dijadikan sasaran
penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek ma
terial ilmu kedokteran, megara adalah
objek material ilmu negara, norma adalah objek mate
rial ilmu hukum. Adapun objek
formalnya adalah metode untuk memahami objek materi
al tersebut, seperti pendekatan
induktif dan deduktif.
4
1
Tim Redaksi Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
, 2008,
Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa
. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, hlm.198.
2
I Gde Pantja Astawa&Suprin Na’a, 2009,
Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara
, Refika Aditama,
Bandung, hlm.19.
3
Ibid
.
4
Ibid
., hlm.20.
Dalam bagian akhir sub-bab, I Gde Pantja Astawa dan
Suprin Na’a, setelah
memberikan uraian mengenai perbedaan antara “ilmu”
dan “teori” menyimpulkan bahwa
“teori adalah elemen dari ilmu, sedangkan ilmu adal
ah kumpulan dari teori-teori”.
5
Tidak bijak jika hanya memahami “ilmu” dari satu li
teratur saja. Soedjono
Dirdjosisworo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum ju
ga memberikan pemahaman
terhadap ilmu pengetahuan. Adapun salah satu defini
si tentang ilmu adalah bahwa ilmu
merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisas
ikan. Atau ilmu adalah kesatuan
pengetahuan yang terorganisasikan. Ilmu dapat pula
dilihat sebagai suatu pendekatan atau
suatu metoda pendekatan terhadap seluruh dunia empi
ris, yaitu dunia yang terikat oleh
faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya
dapat diamati oleh pancaindera
manusia.
6
Masih dalam Buku yang sama, ciri-ciri yang pokok ya
ng terdapat pada pengertian
ilmu itu adalah:
7
1.
Bahwa ilmu itu rasional (dihasilkan dari sebuah ket
ertundukan kepada logika formal)
2.
Bahwa ilmu itu bersifat empiris (harus dapat ditund
ukkan kepada pemeriksaan atau
pada verifikasi pancaindera manusia)
3.
Bahwa ilmu itu bersifat umum (kebenaran-kebenaran y
ang dihasilkan oleh ilmu itu
dapat diverifikasikan oleh peninjau-peninjau ilmiah
yang mempunyai hak dan
kemampuan melakukan itu. Kebenaran-kebenaran yang d
ihasilkan tidak bersifat
rahasia dan tidak dirahasiakan, melainkan memiliki
nilai sosial dan kewibawaan
ilmiah serta diselidiki dan dibenarkan validitasnya
oleh sebanyak mungkin ahli dalam
bidang ilmu tersebut)
4.
Bahwa ilmu itu bersifat akumulatif (kelanjutan dari
ilmu yang telah dikembangkan
sebelumnya).
B. ILMU HUKUM
Setelah memahami yang dimaksud dengan ilmu atau ilm
u pengetahuan, maka
saatnya untuk memasuki area yang lebih dalam lagi y
aitu memahami “Ilmu Hukum”. Apa itu
ilmu hukum?. Terdapat beberapa pemahaman yang diber
ikan oleh beberapa ahli hukum
untuk mendefinisikan atau menjelaskan “ilmu hukum”.
Berikut definisi/penjelasan yang
dimaksud sebagaimana dikutip dari beberapa literatu
r:
5
Ibid
., hlm.25.
6
Soedjono Dirdjosisworo, 2010,
Pengantar Ilmu Hukum
, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.63-64.
7
Ibid
., disarikan dari hlm.64-69.
1. Buku Pengantar Ilmu Hukum (Peter Mahmud Marzuki)
8
Dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum, Peter Mahmud Ma
rzuki memulai dengan
menuliskan ungkapan lama
quot homines, tot sententiae
yang artinya “sebanyak jumlah
manusia itulah banyaknya pengertian”. Dalam Bahasa
Inggris ilmu hukum disebut
jurisprudence
, dalam Bahasa Belanda ilmu hukum adalah
rechtwetenchap
, dalam Bahasa
Prancis disebut
theorie generale du droit
, Bahasa Jerman secara bergantian menyebutnya
sebagai
jurisprudenz
dan
rechtswissenschaft
. Beberapa penulis berbahasa Inggris ada yang
menyebut ilmu hukum sebagai
the science of law
atau
legal science.
Membaca keseluruhan Bab 1 tentang Karakteristik Ilm
u Hukum dalam buku Peter
Mahmud Marzuki ini akan diketemukan berbagai pergul
atan mengenai makna atau esensi
ilmu hukum itu sendiri. Sejarah timbulnya ilmu huku
m dan berbagai pendapat berikut tokoh-
tokoh yang mencetuskannya diulas dalam bab tersebut
. Dari penelusuran sejarah
perkembangan ilmu hukum, terdapat 3 hal penting yan
g dikemukakan, pertama, ilmu
hukum lahir sebagai suatu ilmu terapan. Kedua, ilmu
hukum mempelajari aturan-aturan
yang ditetapkan oleh penguasa, putusan-putusan yang
diambil dari sengketa yang timbul,
dan doktrin-doktrin yang dikembangakan oleh ahli hu
kum. Ketiga, metode yang digunakan
di dalam ilmu hukum adalah penalaran (analisis, sin
etsis, dan dialektika) yang menghasilkan
prinsip-prinsip hukum yang bersifat umum.
Selain itu, Peter Mahmud Marzuki berpendapat bahwa
ilmu hukum merupakan
disiplin bersifat
sui generis
(bahasa Latin yang artinya hanya satu untuk jenisny
a sendiri).
Peter Mahmud Marzuki menolak ilmu hukum dimasukkan
dalam klasifikasi studi yang
bersifat empiris, ilmu sosial atau ilmu humaniora.
Titik anjak dalam mempelajari hukum
adalah memahami kondisi intrinsik aturan-aturan huk
um. Hal inilah yang membedakan ilmu
hukum dengan disiplin-disiplin lain yang objek kaji
annya juga hukum. Disiplin-disiplin lain
tersebut memandang hukum dari luar, dengan melihat
kondisi intrinsik aturan hukum, ilmu
hukum mempelajari gagasan-gagasan hukum yang bersif
at mendasar, universal, umum, dan
teoritis serta landasan pemikiran yang mendasarinya
. Karakter ilmu hukum bersifat
preskriptif dan terapan.
2. Buku Pengantar Ilmu Hukum (Soedjono Dirdjosiswor
o)
Secara garis besar ilmu hukum dapat dijelaskan seba
gai berikut:
9
a.
Ilmu hukum adalah pengetahuan mengenai masalah yang
bersifat manusiawi,
pengetahuan tentang benar dan yang tidak benar menu
rut harkat kemanusiaan;
b.
Ilmu yang formal tentang hukum positif;
8
Disarikan dari Peter Mahmud Marzuki, 2009,
Pengantar Ilmu Hukum
, Kencana, Jakarta, hlm.1-39.
9
Soedjono Dirdjosisworo,
op.cit.,
hlm 46-48.
c.
Sintesa ilmiah tentang asas-asas yang pokok dari hu
kum;
d.
Penyelidikan oleh para ahli hukum tentang norma-nor
ma, cita-cita dan teknik-teknik
hukum dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh
dari berbagai disiplin di luar
hukum yang mutakhir;
e.
Ilmu hukum adalah nama yang diberikan kepada suatu
cara untuk mempelajari hukum
suatu penyelidikan yang bersifat abstrak, umum, dan
teoritis, yang berusaha
mengungkapkan asas-asas yang pokok dari hukum;
f.
Ilmu hukum adalah ilmu tentang hukum dalam seginya
yang paling umum. Segenap
usaha untuk mengembalikan suatu kasus kepada suatu
peraturan, adalah kegiatan ilmu
hukum, sekalipun nama yang umumnya dipakai dalam ba
hasa Inggris dibatasi pada
artiannya sebagai aturan-aturan yang paling luas da
n konsep yang paling fundamental;
g.
Teori ilmu hukum menyangkut pemikiran mengenai huku
m atas dasar yang paling luas.
h.
Suatu diskusi teoritis yang umum mengenai hukum dan
asas-asas sebagai lawan dari
studi mengenai peraturan-peraturan hukum yang konkr
it;
i.
Ia meliputi pencarian ke arah konsep-konsep yang tu
ntas yang mampu untuk
memberikan ekspresi yang penuh arti bagi semua caba
ng ilmu hukum;
j.
Ilmu hukum adalah pengetahuan hukum tentang hukum d
alam segala bentuk dan
manifestasinya;
k.
Pokok bahasan ilmu hukum adalah luas sekali meliput
i hal-hal yang filsafati, sosiologis,
historis maupun komponen-komponen analitis dari teo
ri hukum;
l.
Ilmu hukum berarti setiap pemikiran yang teliti dan
berbobot mengenai semua tingkatan
kehidupan hukum, asal pemikiran itu menjangkau kelu
ar batas pemecahan terhadap
suatu problem yang konkrit, jadi ilmu hukum meliput
i semua macam generalisasi yang
jujur dan dipikirkan masak-masak di bidang hukum.
Dengan berbagai pendapat tersebut (f dan l adalah p
andangan Satjipto Rahardjo)
maka akan semakin jelaslah mengenai ruang lingkup y
ang dipelajari oleh ilmu hukum.
Termasuk dalam ilmu hukum ini adalah:
a.
Ilmu kaidah, yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai
kaidah atau sistem kaidah-kaidah
dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum.
b.
Ilmu pengertian, yakni ilmu tentang pengertian-peng
ertian pokok dalam hukum, seperti
misalnya subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa
hukum, hubungan hukum, dan
obyek hukum.
c.
Ilmu kenyataan, yakni menyoroti hukum sebagai kelak
uan atau sikap tindak, yang antara
lain dipelajari dalam sosiologi hukum, antropologi
hukum, psikologi hukum, perbandingan
hukum dan sejarah hukum (Purnadi Purbacaraka, Soerj
ono Soekanto, 1978).
C. HUKUM
Tidak mudah untuk merumuskan definisi atau menjawa
b pertanyaan “apakah hukum
itu?”. Dalam perkembangannya justru memunculkan dua
kubu yang berbeda pendapat.
Pendapat pertama diantaranya menyatakan bahwa tidak
mungkin memberikan definisi
tentang hukum, yang sungguh-sungguh dapat memadai k
enyataan. Kubu ini dipengaruhi
oleh pendapat beberapa pakar hukum, salah satunya a
dalah I.Kisch yang mengatakan
“
doordat het recht onwaarneembaar is onstaat een moe
lijkheid bij het vinden van een
algemeen bevredigende definitie
”, “Oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap
pancaindera, maka sukar membuat suatu definisi huku
m yang memuaskan umum”.
10
Kubu
ini dapat dibenarkan, apalagi jika kembali ke ungka
pan lama yang ditulis oleh Peter Mahmud
Marzuki di atas, ditanyakan pada 100 orang tentang
definisi hukum bisa jadi 100 definisi
yang didapatkan. Sulit untuk mencari definisi hukum
yang definitif atau tunggal. Coba simak
buku berjudul Teori Hukum;Strategi Tertib Manusia L
intas Ruang dan Generasi yang ditulis
oleh Bernard L.Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Mark
us Y.Hage, dalam buku tersebut
terdapat sekitar 48 definisi hukum yang berbeda sat
u dengan yang lainnya.
Pendapat kedua mengatakan bahwa definisi itu ada m
anfaatnya, sebab pada saat itu
juga dapat memberi sekedar pengertian pada orang ya
ng baru mulai tentang apa yang
dipelajarinya, setidak-tidaknya digunakan sebagai p
egangan.
11
Kubu ini juga benar adanya,
penting bagi seseorang yang baru memulai belajar il
mu hukum atau bagi masyarakat awam
mengetahui atau setidaknya memiliki gambaran yang jelas mengenai
definisi hukum. Oleh karena itu lebih bijak jika dirumuskan unsur-unsur
dan ciri-ciri yang terkandung dari beraneka ragam pendapat tentang definisi
hukum. Unsur-unsur tersebut antara lain:
12
1.peraturan mengenai tingkah laku manusia;
2.peraturan itu dibuat oleh badan berwenang;
3.peraturan itu bersifat memaksa, walaupun tidak dapat dipaksakan;
4.peraturan itu disertai sanksi yang tegas dan dapat dirasakan oleh yang
bersangkutan.
Sedangkan ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
13
1.adanya suatu perintah, larangan, dan kebolehan;
2.adanya sanksi yang tegas. MP7™
10
Dudu Duswara Machmudin, 2010, Pengantar Ilmu Hukum, Refika Aditama, Bandung,
hlm.6-7.
Hukum Pidana
Wishnu Kurniawan, SH.
1
Hakekatnya
Hukum
Pidana
merupakan
rangkaian
peraturan yang mengatur pelbagai macam
perbuatan yang wajib dilakukan dan yang
dilarang, siapa yang melakukan, serta akibat
hukumnya (sanksi), dan apa yang diberikan
apabila terjadi pelanggaran.
4
PDF processed with CutePDF evaluation edition
www.CutePDF.com
2
Sifat Hukum Pidana
Dua Unsur Pokok Hukum Pidana
1.
Adanya Suatu Norma yaitu adanya larangan atau
suruhan (kaidah)
2.
Adanya Sanksi atas pelanggaran norma itu berupa
ancaman dengan hukuman pidana
Sifat Pidana Terhadap Kejahatan
Kejahatan adalah pelanggaran dari norma-norma yang
telah disebutkan dalam unsur-unsur hukum pidana diatas
yang berlaku juga bagi bidang hukum lain yaitu perdata,
tata negara, administrasi negara.
5
Pendahuluan
Sebagai hukum yang bersifat publik, hukum pidana menemukan arti
pentingnya dalam wacana hukum di Indonesia. Bagaimana tidak, di dalam
hukum pidana itu terkandung aturan-aturan yang menentukan perbuatan-
perbuatan yang tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman berupa
pidana (nestapa) dan menentukan syarat-syarat pidana dapat dijatuhkan.
1
Sifat publik yang dimiliki hukum pidana menjadikan konsekuensi bahwa
hukum pidana itu bersifat nasional. Dengan demikian, maka hukum
pidana Indonesia diberlakukan ke seluruh wilayah negara Indonesia.
Di samping itu, mengingat materi hukum pidana yang sarat dengan
nilai-nilai kemanusian mengakibatkan hukum pidana seringkali
digambarkan sebagai pedang yang bermata dua. Satu sisi hukum pidana
bertujuan menegakkan nilai kemanusiaan, namun di sisi yang lain
penegakan hukum pidana justru memberikan sanksi kenestapaan bagi
manusia yang melanggarnya. Oleh karena itulah kemudian pembahasan
mengenai materi hukum pidana dilakukan dengan ekstra hati-hati, yaitu
dengan memperhatikan konteks masyarakat di mana hukum pidana itu
*
Dosen Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
1
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), p. 1
Ahmad Bahiej
Abstract
Abstrak Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang masih diberlakukan
di Indonesia saat ini merupakan salah satu dari sekian ratus peraturan hukum
warisan kolonial Belanda. KUHP ini mulai diberlakukan secara resmi di Indonesia
sejak tanggal 1 Januari 1918. Namun sebelum KUHP itu diberlakukan sebenarnya
bangsa Indonesia telah mengenal aturan hukum pidana dalam kehidupan hukum
adatnya. Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang pernah menduduki
Indonesia pada tahun 1602-1799 dan masa kolonial sebelum 1918 pun pernah
memberlakukan hukum pidananya. Perjalanan historis hukum pidana materiel di
Indonesia tersebut membawa dinamika dan problematika tersendiri yang
diharapkan dapat dijadiklan pijakan dalam pembaharuan hukum pidana materiel
saat ini. Kata kunci: KUHP, sejarah KUHP, problematika hukum pidana A.
Pendahuluan Sebagai hukum yang bersifat publik, hukum pidana menemukan arti
pentingnya dalam wacana hukum di Indonesia. Bagaimana tidak, di dalam hukum
pidana itu terkandung aturan-aturan yang menentukan perbuatan-perbuatan yang
tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman berupa pidana (nestapa) dan
menentukan syarat-syarat pidana dapat dijatuhkan. 1 Sifat publik yang dimiliki
hukum pidana menjadikan konsekuensi bahwa hukum pidana itu bersifat nasional.
Dengan demikian, maka hukum pidana Indonesia diberlakukan ke seluruh
wilayah negara Indonesia. Di samping itu, mengingat materi hukum pidana yang
sarat dengan nilai-nilai kemanusian mengakibatkan hukum pidana seringkali
digambarkan sebagai pedang yang bermata dua. Satu sisi hukum pidana bertujuan
menegakkan nilai kemanusiaan, namun di sisi yang lain penegakan hukum pidana
justru memberikan sanksi kenestapaan bagi manusia yang melanggarnya. Oleh
karena itulah kemudian pembahasan mengenai materi hukum pidana dilakukan
dengan ekstra hati-hati, yaitu dengan memperhatikan konteks masyarakat di mana
hukum pidana itu
Full-text (PDF)
[6] Baubau, Perusahaan Daerah Air Minum Pdam Kota, And Rudi Abdullah.
(2018, Juni 9) "Tinjauan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai
Pengukur Prestasi Manajer Pusat Laba Pada Baubau Perusahaan Daerah Air
Minum Pdam Kota." Retrieved from :
http://polgan.ac.id/files/journals/2/articles/50/submission/50-13-143-1-2-
20180119.doc.
[7] Abdullah, Rudi, 2018. (2018, June 9) “Sistem Pencatatan Dan Pelaporan
Akuntansi Persediaan Pada CV. Citra Niaga Cemerlang Baubau”. INA-Rxiv.
May 11. Paper DOI. 10.17605/OSF.IO/N8S4H. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/n8s4h/.
[9] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja'wa, Endang T Pratiwi, and La Ode Dedi
Abdullah 2018. (2018, June 9) “Sumber Hukum Dalam Aspek Bisnis”. INA-
Rxiv. May 10. Paper DOI. 10.17605/OFS.IO/BE7H9. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/be7h9
[10] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja'wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T
Pratiwi. (2018, June 9) “Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum.”
OpenAbdullah, Rudi et al. “Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum”. INA-
Rxiv, 10 May 2018. Web. Paper DOI
https://dx.doi.org/10.17605/OSF.IO/RVUYM. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/rvuym
[11] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja’wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T
Pratiwi. 2018. (2018, June 9) “Hukum Dan Ruang Lingkup Hukum Bisnis.”
Open Science Framework. June 9. osf.io/tzrpa. Paper DOI :
http://10.17605/OSF.IO/TZRPA. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/gfm84/
[12] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja’wa, Endang T Pratiwi, and La Ode Dedi
Abdullah. 2018. (2018, June 9) “Pengantar Hukum Bisnis.” Open Science
Framework. June 9. osf.io/d79nu. Paper DOI:
http://10.17605/OSF.IO/D79NU. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/txuvw/
[13] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja’wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T
Pratiwi. 2018. (2018, June 9) “Sumber Hukum Dalam Hukum Bisnis.” Open
Science Framework. June 9. osf.io/4rv37. Paper DOI :
http://10.17605/OSF.IO/4RV37. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/ez473/