Satuan Acara
Satuan Acara
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan”.
Seorang lansia merupakan orang yang sudah menginjak umur diatas 65 tahun ke atas.
Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari kehidupan
manusia yang ditandai dengan menurunnya fungsi tubuh untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan (Efendy, 2009). Usia lanjut usia dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak
semua orang bisa mencapai tahap ini (Maryam, 2008).
Indonesia merupakan negraka ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di Dunia
dengan jumlah penduduk mencapai 246,9 juta jiwa pada tahun 2012. Indonesia termasuk
negara berstruktur tua karena memiliki jumlah penduduk lansia mencapai 7,56% (18,7 juta
jiwa) di tahun 2012. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk lansia laki-laki mencapai
6,9% dan penduduk lansia perempuan mencapai 8,2% di tahun 2012 (Pusat data dan
Informasi Kementrian kesehatan RI 2013).
Ketika memasuki masa lansia, seseorang akan mengalami perubahan fisiologis.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia bukan merupakan proses patologis, melainkan
proses secara alami. Perubahan ini pada setiap orang tidaklah sama dan tergantung dari
keadaan dalam kehidupan seseorang. Proses Perubahan Fisiologis pada lansia dapat
menyebabkan gangguan kesehatan (Potter dan Perry, 2005).
Nyeri sendi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami lansia. Menurut
Pusat data dan Informasi Kementrian kesehatan RI tahun 2013 menjelaskan bahwa keluhan
kesehatan paling tinggi pada lansia salah satunya adalah nyeri sendi akibat asam urat. Kadar
asam urat yang tinggi bisa masuk ke dalam organ tubuh salah satunya adalah sendi yang bisa
menyebabkan terjadinya nyeri sendi (Kertia, 2009).
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kasus :
Tn A seorang duda yang berusia 64 tahun tinggal dengan anaknya yang bekerja dari pagi
hingga sore. Tn A bertemu dan berkomunikasi dengan anaknya hanya malam hari dan pada
hari libur kerja. Tn A post op katarak pada mata kiri dua belas hari yang lalu. Saat ini, Tn A
mengeluh susah tidur karena nyeri pada mata sebelah kiri, secret + dan berair, mata kelihatan
memerah. Tn A mengatakan ia membersihkan secret matanya hanya dengan sapu tangan
yang digunakannya dari kemarin. Penerangan dalam rumh kurang memadai. Tn A melakukan
aktiviatasnya sendiri
2
c. Lingkungan
Pencahayaan didalam rumah kurang memadai
d. Status fungsional
Tidak ada masalah dalam status fungsional Tn A karena Tn A melakukan
aktivitasnya sendiri tanpa bantuan anaknya.
e. Fasilitas penunjang kesehatan
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
6) Tingkat kesadaran : compos mentis
7) GCS : 15
8) TTV :
9) BB & TB :
10) Postur tulang belakang: 1. Tegap 2. Membungkuk 3. Kifosis 4. Scoliosis 5.
Lordosis
11) Keluhan : nyeri mata sebelah kiri
12) Pemeriksaan fisik head to toe
13) Kepala :
14) Mata : Tn A post op katarak pada mata kiri , secret +, berair ,
memerah. Keluhan : nyeri pada mata kiri { post op }
15) Hidung :
16) Mulut :
17) Leher :
18) Dada :
19) Abdomen :
20) Genetalia :
21) Ekstermitas :
22) Integument :
. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. Ds : Inflamasi pada Nyeri akut
a. Tn A mengeluh susah tidur karena nyeri mata
pada mata sebelah kiri.
b. Tn A mengatakan post op katarak pada
mata 12 hari yang lalu.
Do :
a. Terlihat mata Tn A berair dan memerah.
b. Sekret (+)
2. Ds : Agen ceders Resiko
a. Tn A mengatakan membersihkan sekret biologis Infeksi
4
matanya dengan sapu tangan yang digunakan
dari kemaren.
b. Tn A mengatakan post op katarak pada
mata 12 hari yang lalu.
Do :
a. mata Tn A tampak berair dan memerah.
b. Sekret (+)
3. Ds : Lingkungan Resiko
a. Tn A mengatakan melakukan aktifitasnya kurang memadai cidera
sendiri.
b. Tn A mengatakan penerangan di rumah
kurang memadai.
Do :
a. Tampak mata Tn A berair dan memerah.
b. Sekret (+)
4. Ds : Nyeri Gangguan
a. Tn A mengatakan susah tidur karena nyeri. pola tidur
Do :
a. Tampak mata Tn A berair dan memerah.
b. Sekret (+)
5. Ds : Perubahan peran Risiko
a. Tn A mengatakan tinggal bersama anaknya dan struktur kesepian
yang bekerja di pagi hari hingga sore hari. keluarga
b. Tn A mengatakan bertemu dan
berkomunikasi dengan anaknya hanya malam
hari dan pada hari libur kerja.
Do :
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada mata.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan agen biologis.
3. Resiko cidera berhubungan dengan lingkungan kurang memadai.
5
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
5. resiko kesepian berhubungan dengan perubahan peran dan struktur keluarga.
6
resiko infeksi
c. Pasien dapat
mengidentifikasi tanda dan
gejala infeksi
7
dengan keperawatan 3x24 jam di harapkan a. bantu perkembangan harapan yang
perubahan masalah resiko kesepian dapat realistis
peran dan teratasi dengan baik dengan kriteria b. identifikasi alami dukungan spiritual
struktur hasil : bagi keluarga
keluarga. a. keluarga menetapkan c. berikn kepercayaan dalam hubungan
fleksibilitas peran dengan keluarga
b. keluarga menunjukkan sikap d. dengarkan untuk berhubungan
peduli ke anggota keluarga dengan keluarga, perasaan dan
c. keluarga dapan beristirahat pertanyaan
dan mengatur jadwal
d. keluarga dapat membantu
anggota keluarga
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Implementasi
Nyeri berhubungan dengan inflamasi 1. Menyelidiki keluhan nyeri dan skala nyeri
pada mata. 2. Membersihkan area infeksi
3. Mengajarkan tentang teknik relaksasi pada
pasien
4. Membantu pasien dan keluarga
untuk mencari dukungan
5. mengevaluasi pengalaman nyeri pada masa
lampau
6. menganjurkan pasien beristirahat
7. berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik
Resiko infeksi berhubungan dengan 1. mengganti perlatan perawatan
agens cedera biologis 2. mendorong pasien untuk istirahat
3. megajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
4. mengajarkan pasien dan infeksi bagaimana
menghindari infeksi
8
Resiko cidera berhubungan dengan 1. mengidentifikasi kebutuhan keamanan
lingkungan kurang memadai. pasien berdasarkan funsi fisik dan kognitif
2. mengidentifikasi hal-hal yang
membahayakan dilingkungan
3. menyingkirkan hal-hal yang berbahaya dari
lingkungan
4. memonitor lingkungan terhadap terjadinya
perubahan stats keselamatan
Bantu psaien saat melakukan perpindahan
Resiko cidera berhubungan dengan 1. mengidentifikasi kebutuhan keamanan
lingkungan kurang memadai. pasien berdasarkan funsi fisik dan kognitif
2. mengidentifikasi hal-hal yang
membahayakan dilingkungan
3. menyingkirkan hal-hal yang berbahaya dari
lingkungan
4. memonitor lingkungan terhadap terjadinya
perubahan stats keselamatan
Bantu psaien saat melakukan perpindahan
Resiko kesepian dengan perubahan 1. membantu perkembangan harapan yang
peran dan struktur keluarga. realistis
2. mengidentifikasi alami dukungan spiritual
bagi keluarga
3. memberikn kepercayaan dalam hubungan
dengan keluarga
dengarkan untuk berhubungan dengan
keluarga, perasaan dan pertanyaan
9
hari
O : mata kiri pasien tapak merah dan bersecret
serta berair
A : gangguan rasa nyaman nyeri
P : intervensi manajemen nyeri dilanjutkan
Resiko infeksi berhubungan dengan S : pasien mengatakan membersihkan secret pada
agens cedera biologis mata menggunakan sapu tangan yang juga dipakai
semenjak kemaren
O : mata pasien tampak merah bersekret dan berair
A : resiko infeksi
P : intervensi dilanjutkan, control tanda-tanda
infeksi
Resiko cidera berhubungan dengan S :
lingkungan kurang memadai. 1. pasien mengatakan melakukan aktivitas
hanya sendiri
2. Pasien mengatakan penerangan dirumah
pasien kurang memadai
O : terdapat secret pada mata pasien, memerah dan
berair
A : resiko cedera
P : intervensi dilanjutkan,
10
H. DOKUMENTASI HASIL DAN PROSES ASUHAN KEERAWATAN LANSIA
Keperawatan merupakan profesi yang kompleks dan beragam. Perawat selaku pelaku
profesi memiliki tanggung jawab dan tanggunggugat terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikannya kepada individu, kelompok, dan masyarakat, tuntutan terhadap profesionalisme
perawat harus disertai dengan adanya dokumentasi yang baik dan benar.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada
lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga,
Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat.
Dalam keperawatan lanjut usia diperlukan pendekatan baik fisik, psikis,
social maupun spiritual. Keperawatan lanjut usia berfokus pada peningkatan kesehatan
(helth promotion), pencegahan penyakit (preventif), mengoptimalkan fungsi mental, dan
mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
12
DAFTAR PUSTAKA
Efendy, Ferry., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Maryam, R., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol. 2. Jakarta: EGC
Sunaryo, dkk. 2015. Asuhan keperawatan gerontik. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET
13