TINJAUAN PUSTAKA
Secara regional endapan emas Cibaliung berada pada kompleks Honje yang
arah barat dan terpisah dari Kubah Bayah tempat deposit emas Gunung Pongkor
Kompleks Honje sendiri terdiri dari Formasi Honje yang merupakan akumulasi
dari batuan vulkanik andesit basalt sampai dengan lava andesit dan breksi
Angeles, 2001).
Formasi Honje ditindih secara tidak selaras oleh lapisan tipis tuf, lapisan tipis
ini dinamakan Cibaliung Tuf. Kearah timur, batuan vulkanik ini ditindih oleh
batuan sedimen dengan arah kemiringan kearah timur. Batuan sedimen ini
7
8
2.1.2.1 Morfologi
sedang dengan elevasi 150 mdpl sampai 250 mdpl dan kemiringan lereng 7-20%.
pada daerah ini membentuk pola pengaliran rektangular dengan sungai utama
yang mengalir di daerah ini adalah Sungai Citeluk, Sungai Cikoneng, dan Sungai
Cibeber yang mengalir dari utara ke selatan dan bermuara sampai di pantai
selatan.
2.1.2.2 Stratigrafi
Secara regional daerah penelitian tersusun oleh Formasi Honje. Formasi Honje
terdiri atas lava basaltik dan andesitik, breksi gunungapi, aglomerat, tuf lapili, tuf
batuapung dan breksi tuf. Lava basaltik berwarna abu-abu gelap, afanitik kadang
dengan masa dasar gelas, menyisip diantara lava basalt, breksi gunungapi atau
Breksi maupun aglomerat bertekstur laharik. Tuf lapili bersifat litik mengandung
perlapisan sejajar, berbutir halus. Breksi tuf berwarna kehijauan, berfragmen tuf
Satuan batuan dapat dibagi menjadi dua unit batuan yaitu pre-mineraliasi dan
pile dari sekuen tebal aliran basaltik-andesitik, andesitik tuf, dan breksi vulkanik
dengan interkalasi sedimen tufaan dibeberapa tempat. Semua unit batuan pre-
Cibaliung Tuff tersusun atas tuf dasitik dan batupasir vulkanik dengan kandungan
kayu terkarbonkan dan kayu terkersikkan, tertutup oleh tuff pumisan (Gambar
2.1).
10
struktur yang berarah barat-baratlaut dengan lebar 3,5 km dan panjang 6 km. Dua
struktur arah utara-baratlaut yang kaya cadangan emas dengan posisi relatif tegak
sebagai sistem urat kuarsa, adalah Cikoneng disebelah utara dan Cibitung
disebelah selatan yang berjarak 400 m. Tubuh yang kaya cadangan emas ini
memiliki ukuran tebal 1-10 m, panjang 140-200 m, kedalaman sampai lebih 300
m dan masih menerus kebawah. Tubuh yang kaya cadangan emas Cikoneng-
Cibitung ini berupa dilational jogs dan sigmoid bends yang terbentuk dari
2010) berdasarkan temperatur dari mineral-mineral lempung dan zeolit, dan juga
tersebut adalah :
12
Cibaliung.
yang umum terdapat pada zona ini seperti kuarsa dan smektit berasosiasi
kuarsa, albit, adularia, pirit, kalsit dengan sedikit smektit dan kaolinit pada
tersebar setempat pada daerah yang terbatas. Diktit dan nakrit terbentuk
SDGD WHPSHUDWXU \DQJ OHELK WLQJJL GDUL NDROLQLW PXODL Û& VDPSDL OHELK
GDUL Û&.
13
pendinginan magma yang mampu merubah mineral yang telah ada sebelumnya
tipe ini merupakan kelanjutan dari sistem hidrotermal tipe porfiri, dan terbentuk
alterasi hidrotermal yang terdapat di dalam vein dan batuan induknya. Dalam hal
1997).
14
Gambar 2.3 Sistem vulkanik hidrotermal (Hedenquist, 1997 dalam Nagel, 2008)
Menurut Corbett dan Leach (1996), ada enam faktor utama yang
1. Suhu
3. Konsentrasi/kepekatan
6. Permeabilitas
1. Suhu
mineral yang lebih sedikit kandungan airnya. Ini khususnya terlihat pada
15
lebih tinggi akan membentuk fasa yang lebih kristalin. Kaolin dengan bentuk
tidak teratur terbentuk pada suhu rendah, pada suhu yang tinggi akan terbentuk
yang akan mempengaruhi posisi batas phase. Yang lebih penting dari konsentrasi
3. Konsentrasi / Kepekaan
mineral-mineral tertentu.
Komposisi batuan induk juga berpengaruh sangat luas pada tipe mineralogi
Adularia sebagai bentuk sekunder dari k-feldspar akan dijumpai pada batuan
induk yang kaya potasium (contoh: riolit atau sosonit). Paragonit (Na-mika) pada
kondisi tertentu merupakan produk alterasi dari albit, seperti juga muskovit yang
Durasi dari sistem hidrotermal atau waktu selama permeabilitas masih terbuka,
batuan induk.
6. Permeabilitas
argilik biasanya berbatasan langsung dengan struktur utama atau dengan sistem
17
vein dimana fluida memiliki pH dibawah normal dikarenakan gas-gas yang larut,
Menurut Corbett dan Leach (1996) temperatur dan pH fluida merupakan dua
Merupakan mineral yang stabil pada pH rendah < 2. Pada kondisi yang sangat
asam ini, silika opalin, kristobalit, dan tULGLPLW WHUEHQWXN SDGD VXKX ÛC.
Kuarsa merupakan fase utama pada suhu yang tinggi. Pada kondisi pH fluida yang
lebih tinggi, silika amorf terbentuk pada suhu yang lebih dingin.
Alunit terbentuk pada pH yang sedikit lebih besar dari 2, terbentuk bersama
dengan group silika dalam rentang temperatur yang besar, berasosiasi dengan
andalusit pada temperatur yang tinggi (>300-ÛC) dan korundum hadir pada
suhu yang lebih tinggi lagi. Ada 4 macam alunit, alunit steam-heated, alunit
korundum pada pH 3-4. Halloysit merupakan produk supergene utama group ini.
Kaolinit terbentuk pada kedalaman dangkal dan temperatur yang rendah. Dikit
terbentuk pada suhu yang tinggi dan pada suhu yang lebih tinggi lagi akan
18
terbentuk pirophilit. Diaspor setempat dijumpai dalam zona silifikasi yang intens
Terbentuk pada fluida dengan pH yang lebih tinggi (4-6). Smektit terbentuk
alterasi yang dominan illit menunjukkan temperatur fluida pada NLVDUDQ Û&-
Û&. Sebagaimana illit umumnya stabil pada temperatur OHELK WLQJJL GDUL ÛC,
illit banyak dijumpai pada zona permeabel dan permeabilitas berkurang dengan
menjadi dominan, dimana mineral ini terbentuk bersama dengan group illit pada
temperatur rendah, dan klorit akan dominan pada suhu yang lebih tinggi. Klorit
dapat dijumpai pada temperatur rendah sampDL WHPSHUDWXU OHELK WLQJJL GDUL ÛC,
sistem prehnit atau pumpellyit dijumpai berasosiasi dengan epidot. Epidot dengan
yang lebih baik pada suhu yang lebih tinggi (>220Û&-ÛC). Amfibol sekunder
didalam atau disekitar intrusi porfiri dan terbentuk pada suhu 300Û&-ÛC.
Tabel 2.2 Pembagian tipe alterasi menurut Corbett dan Leach (1996)
20
membentuk mineral baru yang lebih stabil di dalam kondisi temperatur, tekanan
Gambar 2.5 Jenis mineral dengan interval suhu dan keasaman lingkungan
pembentukan (Hedenquist, 1996)
logam yang terkonsentrasi dari satu atau lebih mineral yang dapat dimanfaatkan
(Bateman dan Jensen, 1981). Emas pada mineralisasi ini umumnya berassosiasi
dengan galena, spalerit, kalkopirit, dan sedikit pirit (Corbett dan Leach 1996).
Pola mineralisasinya yaitu mineral bijih yang mengisi rongga-rongga dan rekah
(open space & cavity filling). Zona bijih biasanya dibatasi oleh struktur, tetapi
juga bisa muncul pada litologi yang bersifat permeable. Urat yang lebar (memiliki
22
lebar >1m dengan beberapa ratus meter searah jurus) sampai urat-urat kecil dan
Mineral penyerta yang umum dijumpai pada sistem epitermal sulfidasi rendah
yaitu kuarsa, ametis, kalsedon, struktur kalsit yang kemudian digantikan oleh
kuarsa, kalsit, adularia, serisit, barit, fluorit, rodokrosit, hematit, dan klorit.
arah kerak yang lebih dangkal dan semakin jauh dari sumber intrusi dibagi
menjadi:
rock batuan vulkanik yang bersifat asam sampai menengah. Kontrol struktur
berupa sesar atau zona rekahan yang tertutup oleh batuan vulkanik. Kedalaman
zona endapan atau formasi batuan sekitar 0-1000 meter dengan temperatur
pH mendekati netral, kandungan sulfida dan mineral logam dasar (base metal)
rendah.
24
(arsenopirit)
Sistem epitermal sulfidasi rendah zona alterasi potasik dan filik tidak
ditemukan. Zona alterasi yang umum dijumpai pada epitermal sulfidasi rendah
adalah sebagai berikut: silisifikasi, ini banyak terdapat bersama mineral bijih
sebagai generasi multiple dari kuarsa dan kalsedon yang umumnya disertai dengan
adularia dan kalsit. Silisifikasi dalam urat biasanya diapit oleh serisit-illit-kaolinit.
SDGD WHPSHUDWXU NXUDQJ Û& XPXPQ\D Û&-Û& GDQ GDUL IOXLGD DVDO
dan peraknya, komposisi batuan induk, dan tatanan geologinya. Banyak peneliti
membedakan tipe deposit emas epitermal menjadi dua yang pada awalnya
yang naik melalui zona rekah dan bereaksi dengan batuan samping dan air
epitermal sulfidasi rendah ini dicirikan oleh sulfur yang berkurang dan
volcanic island, busur magmatik pada batas lempeng dan continental volcanic