net/publication/309740039
CITATIONS READS
5 309
6 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
The Role of Metal Ions to Improve Yeast Cell Tolerance Against Environmental Stress Factors View project
All content following this page was uploaded by Dani Permana on 08 November 2016.
ABSTRAK
Microbial fuel cell (MFC) merupakan salah satu teknologi sel bahan bakar alternatif
yang dapat diperbarui. MFC memanfaatkan proses oksidasi senyawa kimia oleh biokatalis
untuk menghasilkan energi listrik daya rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui kinerja MFC dengan dan tanpa mediator elektron metilen biru (MB)
menggunakan biokatalis Acetobacter aceti dan substrat glukosa agar diperoleh energi
listrik. Metode yang dilakukan adalah peremajaan kultur A. aceti, persiapan inokulum,
persiapan reaktor MFC, persiapan media MFC dengan substrat glukosa 2% dengan dan
tanpa mediator MB, pencuplikan secara periodik, penentuan kurva pertumbuhan, arus,
potensial, kerapatan daya, energi, kadar glukosa dan tingkat keasaman (pH). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa MFC dengan mediator menghasilkan kuat arus sebesar
0,040 mA, potensial 878 mV, kerapatan daya 0,395 mW/cm2, energi maksimum 3,685 kJ,
pemanfaatan glukosa 93,02% dan pH akhir 3,33, sedangkan MFC tanpa mediator
menghasilkan kuat arus 0,035 mA, potensial 773 mV, kerapatan daya 0,290 mW/cm2,
energi maksimum 2,434 kJ, pemanfaatan glukosa 90,16% dan pH akhir 3,24. Perolehan
kerapatan daya pada kedua jenis MFC masih tergolong kecil dan tidak berbeda secara
signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan mediator
MB hanya berpengaruh terhadap perolehan potensial pada MFC dengan kondisi perlakuan
yang diterapkan dalam penelitian ini.
Kata kunci: Microbial fuel cell, Acetobacter aceti, metilen biru, mediator elektron
ABSTRACT
Microbial fuel cell (MFC) is one of alternative renewable fuel cell technologies. MFC
utilizes oxidation processes of chemical compounds by biocatalyst to produce low power
electrical energy. The objective of the present study was to investigate the performance of
MFC with and without methylene blue (MB) as electron mediator utilizing Acetobacter
aceti as biocatalyst and glucose as substrate to generate electrical energy. Methods
performed comprise of the A. aceti bacterial culture rejuvenation, preparation of the
inoculum, preparation of the MFC reactor, preparation of MFC media 2% of glucose with
78
Evaluasi Penggunaan Metilen Biru sebagai Mediator Elektron… (Dani Permana, dkk.)
79
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 78 - 88
Gambar 1 (A) Diagram susunan alat yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan
bagan yang di sarankan oleh You et al. (2006) (B) Susunan alat yang
digunakan pada penelitian ini.
80
Evaluasi Penggunaan Metilen Biru sebagai Mediator Elektron… (Dani Permana, dkk.)
81
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 78 - 88
Gambar 2 Kurva pertumbuhan A. aceti pada media YEP dengan dan tanpa penambahan
MB.
Gambar 3. Kuat arus yang dihasilkan pada MFC dengan dan tanpa penambahan MB
82
Evaluasi Penggunaan Metilen Biru sebagai Mediator Elektron… (Dani Permana, dkk.)
Kuat Arus dan Potensial (2003) bahwa potensial dan kuat arus
berbanding lurus dengan konsentrasi
Kuat arus dan potensial ditentukan
substrat yang tersedia untuk dioksidasi
menggunakan multimeter yang
oleh biokatalis.
dihubungkan dengan kedua elektrode pada
reaktor MFC. Anoda dihubungkan dengan Kuat arus yang diperoleh tergolong
kutub negatif pada mutimeter dan katoda kecil dibandingkan hasil yang diperoleh
dihubungkan dengan kutub positif. Arus Walker dan Walker Jr. (2006) yang
listrik dihasilkan akibat adanya memperoleh kuat arus lebih dari ~0,5 mA.
pergerakan muatan-muatan dalam sistem, Meskipun demikian potensial yang
perbedaan potensial redoks pada anoda diperoleh cukup besar. Hal ini
dan katoda dan perbedaan komposisi serta kemungkinan disebabkan oleh harga
reaksi kimia dalam larutan anolit dan hambatan internal yang besar pada kedua
katolit di dalam sistem MFC. jenis MFC. Berdasarkan hukum Ohm, V =
I x R (dengan V, potensial; I, kuat arus dan
Gambar 3 menunjukkan kurva
R, hambatan) (Rabaey et al., 2003),
kuat arus yang diperoleh. Secara
hambatan internal kedua jenis MFC ini
keseluruhan, kuat arus yang dihasilkan
sangat besar melebihi 11.000 Ω. Besarnya
pada MFC dengan dan tanpa mediator MB
hambatan internal dapat disebabkan
tidak berbeda secara signifikan (P > 0,05).
beberapa faktor, diantaranya karena
Hal ini menunjukkan bahwa MB tidak
adanya oksigen pada sistem aerobik yang
berpengaruh terhadap proses transfer
dapat mereduksi elektron sebelum dapat
elektron, sehingga tidak dapat
ditransfer ke permukaan anoda. Oksigen
meningkatkan kuat arus yang dihasilkan.
berperan penting dalam respirasi sel A.
Kuat arus maksimum yang dihasilkan
aceti, namun dapat menghambat proses
MFC dengan mediator sebesar 0,040 mA
transfer anion dan kation. Selain itu, asam
pada jam ke-0 sampai jam ke-12, turun
asetat dan gas karbon dioksida hasil
pada jam ke-16 dan konstan sampai jam
fermentasi dapat menghambat pergerakan
ke-48. Adapun pada MFC tanpa mediator
proton yang akan terdifusi menuju ruang
menghasilkan kuat arus maksimum
katoda untuk bereaksi dengan kalium
sebesar 0,035 mA pada jam ke-0 sampai
permanganat. Terbentuknya lapisan
jam ke-8, kemudian turun pada jam ke-12
bakteri (biofilm) pada permukaan anoda
dan ke-16 yang selanjutnya bernilai
juga menghambat proses transfer elektron
konstan sampai jam ke-48.
karena dapat memperkecil luas permukaan
Potensial yang diperoleh dari MFC anoda yang dapat mengalirkan elektron
dengan dan tanpa mediator MB menuju katoda. Hal ini sesuai dengan
menunjukkan perbedaan yang signifikan pendapat You et al. (2006) bahwa pada
(P < 0,05), yang ditunjukkan pada Gambar umumnya sistem MFC dua ruang
4. Potensial terus meningkat dari jam ke-0 memiliki hambatan internal yang besar,
sampai jam ke-28 pada MFC dengan hingga 1.000 Ω dan A. aceti cenderung
mediator (878 mV). Sedangkan kenaikan membentuk lapisan pada permukaan
potensial pada MFC tanpa mediator anoda (Karthikeyan et al., 2009).
terjadi dari jam ke-0 sampai jam ke-24 Hambatan internal yang besar dari kedua
(773 mV). Pada jam berikutnya, potensial jenis MFC berlangsung pada jam ke-12
yang dihasilkan dari kedua jenis MFC sampai jam ke-28 yang sejalan dengan
turun seiring dengan berkurangnya jumlah harga pH yang semakin rendah.
glukosa yang tersedia. Hal ini sesuai
dengan kesimpulan Chaudhuri dan Lovley
83
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 78 - 88
Gambar 4. Potensial listrik yang dihasilkan pada MFC dengan dan tanpa penambahan MB
84
Evaluasi Penggunaan Metilen Biru sebagai Mediator Elektron… (Dani Permana, dkk.)
semakin tinggi, seiring lamanya waktu pada MFC tanpa mediator MB sebesar
fermentasi yang berlangsung dan secara 2,434 kJ selama 48 jam waktu fermentasi.
keseluruhan energi yang dihasilkan pada Energi yang digunakan untuk
kedua MFC tidak berbeda signifikan (P > memproduksi elektron masih tergolong
0,05), perbedaan nyata terjadi pada jam kecil karena sebagian energi digunakan
ke-12 ketika perolehan daya di antara untuk pertumbuhan sel. Hal ini dibuktikan
kedua jenis MFC berbeda secara oleh Park dan Zeikus (2000) bahwa sel
signifikan. Energi maksimum yang dapat rehat bakteri dapat memproduksi elektron
dihasilkan A. aceti pada MFC dengan lebih baik dibandingan sel tumbuh bakteri.
mediator sebesar 3,685 kJ, sedangkan
Gambar 5. Kerapatan daya yang dihasilkan pada MFC dengan dan tanpa penambahan MB
Gambar 6. Energi yang dihasilkan pada MFC dengan dan tanpa penambahan MB
85
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 78 - 88
Kadar Glukosa dan Tingkat Keasaman dapat melebihi 90%. Kadar dan persentase
(pH) residu glukosa pada MFC dengan dan
tanpa mediator secara keseluruhan tidak
Konsumsi glukosa oleh A. aceti dalam
menunjukkan perbedaan yang signifikan
media YEP ditunjukkan pada Gambar 7.
(P > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
A. aceti memanfaatkan glukosa sebagai
mediator hanya berperan pada proses
sumber energi untuk pertumbuhan sel dan
transfer elektron dan tidak mempengaruhi
produksi elektron. Pemanfaatan glukosa
konsumsi glukosa.
secara cepat pada MFC dengan mediator
terjadi pada jam ke-28 sebanyak 16,91%, Oksidasi glukosa 2% yang dilakukan
sedangkan pada MFC tanpa mediator oleh A. aceti melalui proses fermentasi
sebanyak 13,69%. Pada jam ke-48, kadar asam asetat akan menghasilkan etanol,
glukosa yang masih tersisa dalam media kemudian diubah menjadi asam asetat.
MFC dengan mediator sebanyak 1,50 Diproduksinya asam asetat selama proses
mg/mL, sedangkan pada MFC tanpa fermentasi akan menurunkan tingkat
mediator sebanyak 2,90 mg/mL. keasaman yang ditandai dengan harga pH.
Harga pH dapat menunjukkan
Pemanfaatan glukosa selama proses
meningkatnya kadar asam asetat.
fermentasi ditunjukkan secara baik oleh
Meskipun ada kemungkinan asam organik
A. aceti pada MFC dengan mediator
lain juga dihasilkan, karena kedua jenis
sebesar 93,02% dan pada MFC tanpa
MFC menggunakan sistem aerobik,
mediator MB sebesar 90,16%. Hal ini
namun nilai pH dapat dianggap sebagai
sesuai dengan yang dibuktikan oleh
indikator konsentrasi total produk asam.
Karthikeyan et al. (2009) bahwa
pemanfaatan glukosa 0,5% oleh A. aceti
Gambar 7. Konsumsi glukosa selama proses fermentasi pada MFC dengan dan tanpa
penambahan MB
86
Evaluasi Penggunaan Metilen Biru sebagai Mediator Elektron… (Dani Permana, dkk.)
Gambar 8. Perubahan pH selama proses fermentasi pada MFC dengan dan tanpa
penambahan MB
87
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 78 - 88
88