Anda di halaman 1dari 12

Latar belakang adat

Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau hukum adat yang berlaku dalam
kehidupan sosial masyarakat Minangkabau, sebagian besar yang bertempat tinggal di Ranah Minang
atau Sumatera Barat. Dalam batas tertentu, Adat Minangkabau juga dipakai dan berlaku untuk
masyarakat Minang yang bisa di pantau di luar wilayah Minangkabau.

Adat adalah rencana bagi para raja dan Penghulu, dan digunakan untuk menjalankan pemerintahan
sehari-hari. Semua peraturan hukum dan peraturan-undangan disebut Adat, dan landasannya adalah
tradisi yang diwarisi dan syariat Islam yang sudah dianut oleh masyarakat Minangkabau.

Seorang Raja atau Penghulu memegang kekuasaan karena pemerintahan, dan kekuasaan itu menjadi sah
didukung oleh para ulama yang memegang otoritas agama dalam masyarakat. Dari ide ini muncul
adagium Adat basandi syarak; Syarak basandi Kitabullah.

Sesudah datang kolonialis Eropa, wilayah hukum Adatputaran hanya pada saat persiapan, Penghulu,
kekuasaan atas Tanah Ulayat, peraturan waris, perkawinan, dan adat istiadat saja. Kekuasaan hukum,
keamanan dan teritorial diambil alih oleh pemerintah kolonial.

Keadaan ini berhasil sampai pada zaman kemerdekaan. Setelah berlakunya Undang-undang Otonomi
Daerah tahun 1999 dan gerakan Kembali ka Nagari, Adat Minang mendapat tempat yang lebih baik dan
memuat salah satu pemerintahan Nagari, Pemerintahan Daerah Kabupaten, dan Pemerintahan Daerah
Provinsi, UUD 1945.

Di bawah ini adalah ikhtisar Adat Minang, sering disebut Undang Nan Empat, dibahas dan hidup dalam
masyarkat Minangkabau

Undang-undang Luhak dan Rantau


Undang-undang Nagari

Undang-undang dalam Nagari

Undang-undang nan Duapuluh

Budaya unsur-uns

Bahasa

Bahasa Minangkabau atau dalam bahasa asal,

Baso Minang adalah bahasa Austronesia yang digunakan oleh kaum Minangkabau di Sumatra Barat, Riau
barat, Negeri Sembilan (Malaysia), dan juga oleh penduduk yang telah merantau ke daerah-daerah lain di
Indonesia. Ada beberapa kontroversi tentang hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa
Melayu.Hal ini merupakan kemiripan dalam tata bahasa mereka. Ada pendapat yang mengatakan bahasa
Minangkabau sebenarnya adalah dialek yang lain dari bahasa Melayu, sedangkan pendapat lain
mengatakan bahasa Minangkabau adalah bahasa yang bukan dialek.Secara garis besar, penggunaan
bahasa Minangkabau dibedakan dalam dua daerah besar, yaitu daerah / a / dan daerah / Hai/.

Berikut ini adalah contoh dialek bahasa Minangkabau:

bahasa Melayu Dialek / a / Dialek / o /

Penat Panek Ponek

Apa SEBUAH Ano

Mana Bu Mano
Lepas Lapeh Lopeh

Sistem Pencarian

Sebagian besar masyarakat Minangkabau hidup dari bercocok tanam. Di daerah yang subur dengan
ketersediaan udara yang cukup, kebanyakan orang mengusahakan sawah, sementara di daerah pinggiran
yang lebih tinggi orang menanam sayur mayur untuk perdagangan daerah Pesisir mereka bisa menanam
kelapa. Disamping hidup dari pertanian, penduduk yang tinggal di pinggir laut atau danau juga dapat
hidup dari hasil penangkapan ikanAda berbagai hal yang menyebabkan banyak orang Minangkabau
kemudian meninggalkansektor pertanian. Ada yang menyebabkan karena tanah mereka memberikan
hasil yang kurang baik karena kesadaran itu dengan pertanian mereka tidak dapat menjadi kaya. Orang-
orang sejenis ini biasanya beralih ke sektor perdagangan dan merantau dengan harapanmereka akan
kembali sebagai orang dewasa dan bertanggung jawab. Kehidupanperdagangan di Minangkabau
sebagian besar dikuasai oleh penduduk Minangkabau sendiri.Selain itu ada juga masyarakat yang hidup
dari kerajinan tangan. Seperti kerajinan perakbakar dari Koto Gadang, sebuah desa dekat Bukittinggi dan
pembuatan kain songket dariSilukang, sebuah desa dekat Sawah Lunto.

Sistem Religi

Hampir seluruh masyarakat Minangkabau menganut agama Islam, Sementara sebagian besar mereka
hanya menganut agama sebagai simbolis tanpa melakukan ibadah dankewajibannya. Boleh diberikan
mereka yang tidak mengenal, tidak lain dari yang lain selain diminta oleh agama Islam. Namun demikian
masih banyak juga orang yangpercaya akan hal-hal yang tidak disetujui oleh Islam, seperti hantu-hantu
dan kekuatangaib. Selain itu, banyak orang menganggap sistem matrilineal yang ada di
masyarakatMinangkabau terkait dengan Islam yang mendukung sistem patrilineal.Padahal mungkin juga
banyak dikunjungi antara faham Islam dengan fahamMinangkabau.Berikut ini adalah contoh dari
beberapa kesepakatan faham Islam dan Minangkabau:
Faham Islam: Menimba ilmu adalah wajib

Faham Minangkabau: Anak-anak lelaki harus meninggalkan rumah untuktinggal dan belajar di surau
(langgar, masjid)

Islam: Mengembara adalah bantuan untuk tamadun-tamadunyang kekal dan binasa untuk meningkatkan
iman kepada Allah

Faham Minangkabau: Para remaja harus merantau (pergi kampunghalaman) untuk menimba ilmu dan
bertemu dengan orang dari berbagai tempatuntuk mencapai perbincangan, dan untuk mencari
penghidupan yang lebih baik. Berangkatkampungnya, dia hanya membawa bekal seadanya.

Faham Islam: Tidak ada wanita yang boleh meminta menikah dengan lelakiyang tidak dia cintai

Faham Minangkabau: Wanita yang menentukan siapa yang ingin menikah

Faham Islam: Ibu berhak menerima 3 kali lebih tinggi dari bapak

Faham Minangkabau: Bundo Kanduang adalah pemimpin / pengambil keputusan di Rumah Gadang.

Ciri-ciri Islam begitu mendalam di dalam adat Minangkabau sehingga mereka tidak mengamalkan Islam
dianggap telah keluar dari masyarakat Minang .

Kesenian

Berikut ini adalah kesenian tradisonal Minangkabau:

Randai, teater rakyat yang membahas pencak silat, musik, tarian dan drama

Saluang Jo Dendang, serunai bambu dan nyanyian

Talempong, musik bunyi gong

Tari Piring, Gerakan Tarian Gerakan para petani semasa bercocok tanam

Tari Payung, menceritakan kehidupan muda-mudi Minang yang selalu riang gembira
Tari Indang

Pidato Adat, juga dikenali sebagai

Sambah Manyambah (sembah-menyembah), upacara berpidato, dilakukan di setiap upacara-upacara


adat, seperti rangkaian acarapernikahan (baralek), upacara pengangkatan pangulu (penghulu), dan lain-
lain

Pencak Silat, tarian yang gerakannya adalah gerakan silat tradisional Minangkabau
BAB 2

Makna dari tradisi pernikahan

Dalam masyarakat dengan susunan kekerabatan, perkawinan dibutuhkan dalam banyak hal. Perkawinan
yang memunculkan hubungan baru antara pribadi yang mengundang, antara marapulai dan anak dara
tetapi juga antara kedua keluarga Latar belakang antara keluarga kedua bisa sangat berbeda baik asal
usul, kebiasaan hidup, pendidikan, tingkat sosial, tatakrama, bahasa dan lain sebagainya. Karena itu
persyaratan utama yang harus diselesaikan dalam perkawinan, kesediaan dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dari masing-masing pihak. Pengenalan dan Dukungan untuk Watak Masing-Masing
Masing-masing dan Informasi Penting untuk Menerima Keserasian atau Keharmonisan Dalam Keluarga
Antara Keluarga Kelak Kemudian

Perkawinan juga meminta pertanggungjawaban, meminta pertolongan lahir dan batin, Jaminan hidup
dan tanggung jawab pendidikan anak-anak yang akan disetujui. Berpilin duanya antara adat dan agama
Islam di Minangkabau membawa konsekwensi sendiri. Baik adat, baik ketentuan agama dalam
kehidupan masyarakat Minang, tidak dapat diabaikan dalam pelaksanaan perkawinan. Kedua aturan itu
harus dipelajari dan dilaksanakan dengan cara serasi, selesai dan sepakat. Pendanaan pendobrakan
terhadap salah satu ketentuan adat atau ketentuan agama Islam dalam masalah perkawinan, akan
membawa konsekwensi yang pahit sepanjang hayat dan bahkan dikelola dengan menggunakan.

Hukuman yang dijatuhkan masyarakat adat dan agama, walau tak pernah diundangkan sangat berat dan
kadangkala jauh lebih berat dari pada hukuman yang dijatuhkan Pengadilan Agama atau Pengadilan
Negara. Hukuman itu bukan kentara dalam bentuk pengucilan dan pengasingan dari pergaulan
masyarakat Minang. Karena itu dalam perkawinan orang Minang selalu memenuhi semua persyaratan
perkawinan yang lazim di Minangkabau. Syarat-syarat yang menurut Fiony Sukmasari dalam bukunya
Perkawinan Adat Minangkabau adalah sebagai berikut: Kedua calon mempelai harus beragama Islam.

* Kedua calon mempelai bukan sedarah atau tidak berasal dari suku yang sama, kecuali pesukuan yang
berasal dari nagari atau luhak yang lain.

* Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan menerima orang tua dan keluarga kedua belah
pihak.

* Calon suami (marapulai) harus sudah memiliki sumber untuk dapat menjamin kehidupannya.

Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi semua persyaratan diatas dianggap perkawinan sumbang,
atau perkawinan yang tidak memenuhi persyaratan menurut adat Minang. Selain itu masih ada
tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam yang harus seperti tatakrama jopuik manjopuik,
pinang meminang, batuka tando, akad nikah, baralek gadang, jalang manjalang dan sebagainya.
Tatakrama dan upacara adat perkawinan inipun tidak mungkin diremehkan karena semua orang Minang
menganggap "Perkawinan itu sesuatu yang agung", yang sekarang hanya menampilkan "sekali" dulu
hidup sehat. (Sumber: Adat Minangkabau, Pola & Tujuan Hidup Orang Minang)
Sementara tata cara adat perkawinan di mingkabau, antara lain :

MARESEK

Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan dari rangkaian tata cara pernikahan. Sesuai
dengan sistem kekerabatan di Minangkabau yaitu matrilineal, pesta keluarga wanita mendatangi pesta
keluarga pria. Lazimnya pihak keluarga yang datang membawa buah-buahan berisi kue atau buah-
buahan. Pada awalnya beberapa wanita yang berhasil diutus untuk mencari tahu apakah pemuda yang
dituju tertarik untuk menikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi dapat dilanjutkan beberapa kali
perundingan hingga disetujui oleh kedua belah pihak keluarga.

MAMINANG / BATIMBANG TANDO (BERTUKAR TANDA)

Keluarga calon mempelai wanita mendatangi keluarga calon mempelai pria untuk meminang. Bila
pinangan diterima, maka akan dilanjutkan ke proses bertukar tanda sebagai simbol pengikat perjanjian
dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. Acara ini, mendukung pihak ketiga dan para sesepuh dari
pihak kedua. Rombongan keluarga calon mempelai wanita datang membawa sirih pinang lengkap
disiapkan dalam carano atau kampia (tas yang dibuat dari daun pandan) yang disuguhkan untuk dicicipi
keluarga pihak pria. Selain itu juga membawa antaran kue-kue dan buah-buahan. Menyuguhkan sirih di
awal pertemuan mengandung makna dan harapan. Bila ada kekurangan atau kejanggalan tidak akan
menjadi gunjingan, dan hal-hal yang manis dalam pertemuan akan melekat dan perbincangan
selamanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara batimbang tando / batuka tando (bertukar tanda).
Benda-benda yang dipertanyakan tentang benda-benda pusaka seperti keris, kain adat, atau benda lain
yang menjadi sejarah bagi keluarga. Selanjutnya berembuk soal tata cara penjemputan calon mempelai
pria.

MAHANTA SIRIAH / MINTA IZIN


Calon mempelai pria mengabarkan dan memohon doa restu tentang rencana pernikahan kepada
Mamak-Mamak-nya, saudara-saudara setuju, kakak-kakaknya yang telah berkeluarga dan para sesepuh
yang mendukung. Hal yang sama dilakukan oleh calon mempelai wanita, diwakili oleh kerabat wanita
yang sudah berkeluarga dengan cara mengantar sirih.

Calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (sekarang diganti dengan
rokok). Sementara bagi keluarga calon mempelai wanita, untuk ritual ini mereka akan diberikan sirih
lengkap. Ritual ini dibuat untuk disetujui dan diucapkan untuk rencana pernikahannya. Khusus keluarga
yang didatangi akan memberikan bantuan untuk memikul beban dan biaya pernikahan sesuai
kemampuan.

BABAKO-BABAKI

Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut bako) Acara ini biasanya berlangsung beberapa
hari sebelum acara akad nikah. Mereka datang membawa berbagai macam antaran. Perlengkapan yang
termasuk biasanya terdiri dari sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan
adat), barang-barang yang dibutuhkan calon mempelai wanita, perhiasan emas, lauk-pauk baik yang
sudah disesuaikan maupun yang masih mentah, kue -kue dan sebagainya). Sesuai tradisi, calon
pengantin wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga diundang. Kemudian para tetua memberi
nasihat. Keesokan harinya, calon mempelai wanita kembali ke rumah diiringi keluarga sambil membawa
berbagai macam barang bantuan tadi.

MALAM BAINAI

Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon
pengantin wanita. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai balas kasih
sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Perlengkapan lain yang digunakan
antara udara lain yang berisi keharuman tujuh macam kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain
jajakan kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita dengan baju tokah
dan bersunting dibawa keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi simbolik dengan
memercikkan udara harum tujuh jenis kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya,
kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.
6.MANJAPUIK MARAPULAI

Ini adalah acara adat yang paling penting dalam rangkaian acara perkawinan menurut adat
Minangkabau. Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk
melangsungkan akad nikah. Prosesi ini juga dibarengi untuk memberikan gelar kepada calon mempelai.
Lazimnya pihak keluarga calon pengantin wanita harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang
menandakan penerimaan mereka yang penuh tata krama (beradat), pakaian pengantin pria lengkap, nasi
kuning singgang ayam, lauk-pauk, kue-kue serta buah-buahan. Untuk daerah Pesisir Sumatra Barat
biasanya juga memuat payung kuning, tombak, pedang serta uang jemputan atau uang hilang.
Perwakilan dari keluarga calon mempelai wanita menjemput calon mempelai pria sambil membawa
perlengkapan.

Setelah prosesi-tambahkan dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang yang diterima. Calon
Pengantin pria bergabung rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.

PENYAMBUTAN DI RUMAH ANAK DARO

Tradisi menyambut datang calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita lazimnya merupakan
momen meriah dan besar. Diiringi bunyi musik tradisional Minang yaitu talempong dan gandang tabuk,
serta barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari pemuda-pemuda yang mengatur silat, serta
menyelesaikan para dara menggunakan adat yang menyuguhkan sirih. Sirih dalam adat lengkap, payung
kuning keemasan, beras kuning, kain jajakan putih merupakan perlengkapan yang biasanya digunakan.
Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria menang dengan tari gelombang Adat Timbal
Balik. Dibagikan, barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh
wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum membuka pintu rumah, calon kaki
mempelai pria diperciki untuk lambang,
TRADISI USAI AKAD NIKAH

Ada lima acara adat Minang yang lazim dilaksanakan setelah akad nikah:

Mamulangkan Tando

Setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji diberikan setelah
lamaran diterima oleh kedua belah pihak.

Malewakan Gala Marapulai

Mengumumkan gelar untuk pengantin pria. Gelar ini sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan yang
disandang mempelai pria. Lazimnya diumumkan langsung oleh ninik mamak kaumnya.

Balantuang Kaniang atau Mengadu Kening

Pasangan mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka satu sama lain.
Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan wajah dilepaskan dengan kipas, lalu kipas tangkis
sepenuhnya. Setelah itu kening pengantin akan saling bersentuhan.

Mangaruak Nasi Kuniang

Prosesi ini memenuhi persyaratan kerjasama antara suami isri harus selalu saling mendukung dan
melengkapi. Ritual diawali dengan kedua pengantin berebut mengambil daging ayam yang diletakkan di
dalam nasi kuning.
Bamain Coki

Coki adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan catur yang dilakukan oleh
dua orang, papan permainan preferensi halma. Permainan ini menarik agar kedua mempelai bisa saling
meluluhkan kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta kemesraan.

Anda mungkin juga menyukai