Anda di halaman 1dari 10

HIRARC PADA BAGIAN MINI BUS PT MEKAR ARMADA JAYA MAGELANG

MINI BUS HIRARC AT PT MEKAR ARMADA JAYA MAGELANG

Agustina, Mulyono
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: justthyna99@gmail.com

ABSTRACT
Occupational health and safety is mandatory for every worker. Various tools and advanced technology to simplify and
speed up an industrial activity. However, these activities also have negative impacts which may cause harm to workers.
The purpose of this study was to identify the Hazards, Assessment and Risk Management Section Mini Bus (body) in PT
Mekar Armada Jaya Magelang. This research was carried out for 8 weeks. This type of research was observational with
cross sectional study. Primary data obtained by observation. While secondary data obtained from the company. The
results of this research are largely derived from the potential danger of equipment and working environment and risks to
each post identification work almost the same as the activity and the equipment used. The conclusion is that there a risk
of potential hazards in PT Mekar Armada Jaya Magelang. It is recommended to give a special welding training for the
regular welder, periodic health examinations and provide cover protector as well as provide smoking areas (in units )that
separate from the main work sites.

Keywords: hazard identification, risk assessment, risk control of mini bus

ABSTRAK
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang wajib bagi setiap pekerja. Berbagai alat dan teknologi canggih dapat
mempermudah dan mempercepat suatu kegiatan industri, namun di sisi lain kegiatan tersebut juga mempunyai dampak
negatif yang dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Bahaya,
Penilaian dan Pengendalian Risiko pada Bagian Mini Bus (body) di PT Mekar Armada Jaya Magelang. Penelitian ini
dilakukan selama 8 minggu. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan cross sectional study.
Data primer didapatkan dengan cara observasi. Sedangkan data sekunder didapatkan dari perusahaan. Hasil penelitian
ini adalah sebagian besar potensi bahaya berasal dari peralatan dan lingkungan kerja dan risiko yang teridentifikasi pada
setiap pos kerja hampir sama karena aktivitas dan peralatan yang digunakan. Kesimpulan yang didapat adalah terdapat
risiko potensi bahaya di PT Mekar Armada Jaya Magelang. Disarankan untuk memberikan training khusus pengelasan
untuk para welder secara berkala, pemeriksaan kesehatan berkala, dan menyediakan cover/pelindung serta menyediakan
smoking area (dalam unit kerja) yang terpisah dari lokasi kerja utama.

Kata kunci: identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko mini bus

PENDAHULUAN inilah yang mendasari munculnya konsep K3 dan


Keselamatan dan kesehatan adalah kebutuhan menjadikan aspek keselamatan dan kesehatan
setiap manusia. Berbagai alat dan teknologi sebagai kebutuhan yang wajib dipenuhi di tempat
buatan manusia disamping memberi manfaat bagi kerja. Di negara berkembang seperti Indonesia,
kehidupan manusia, juga dapat menimbulkan sangat sulit menentukan jumlah kerugian materi
berbagai dampak negatif termasuk di tempat kerja. yang muncul akibat kecelakaan kerja.
Penggunaan peralatan-peralatan kerja yang canggih Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
dapat memberi dampak terhadap risiko kecelakaan, tidak dikehendaki terjadi dan seringkali tidak terduga
kerugian dan PAK (penyakit akibat kerja). Setiap sebelumnya karena dapat menimbulkan kerugian
tempat kerja mengandung risiko dan sumber baik harta benda, korban jiwa ataupun kerusakan
bahaya. lingkungan yang terjadi di dalam proses kerja
Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali industri atau yang berkaitan dengannya (Suma’mur,
bebas dari sumber bahaya (Syukri, 1997). Kondisi 2009). Menurut Silalahi (1995) terdapat empat faktor
yang bergerak dalam satu kesatuan berantai dan

©2017 IJOSH. Open access under CC BY NC-SA license doi: 10.20473/ijosh.v6i2.2017.177-186. Received 9
January 2017, received in revised form 15 February 2017, Accepted 26 March 2017, Published online: 30 August 2017
178 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 177–186

merupakan faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu ataupun kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang
lingkungan, bahaya, peralatan, dan manusia. dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal
Menurut Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan dari berbagai kegiatan atau aktivitas kerja baik yang
oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia berasal dari dalam atau luar proses kerja (Tarwaka,
(unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh 2008).
hal-hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan Untuk dapat mengendalikan sumber-sumber dan
manusia, yaitu 10% disebabkan kondisi yang tidak potensi bahaya yang ada di tempat kerja, maka harus
aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir dilakukan penilaian bahaya dan penilaian risiko yang
Tuhan. Heinrich menekankan bahwa kecelakaan ada di tempat kerja.
lebih banyak disebabkan oleh manusia, karena Pengendalian terhadap sumber-sumber
tindakan dan kondisi yang tidak aman akan dan potensi bahaya bertujuan untuk mengurangi
terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan serta kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan
faktor karakteristik yang dipengaruhi keturunan penyakit akibat kerja (Syukri,1997). Kerugian
dan lingkungan manusia itu sendiri. Selain itu hal yang disebabkan oleh kecelakaan ada dua macam,
ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dari yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi.
perusahaan tersebut terhadap penerapan K3 yang Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung
baik sehingga mereka tidak berkenan menyampaikan dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian
kerugian materi dan non materi yang dialami. Pada non ekonomi antara lain adalah rusaknya lingkungan
tahun 2012, diperkirakan kerugian tidak langsung dan citra perusahaan.
akibat kecelakaan kerja dari seluruh sektor formal PT Mekar Armada Jaya Magelang (New
di Indonesia lebih dari 2 triliun rupiah (Jamsostek, Armada) merupakan salah satu perusahaan karoseri
2012). Berdasarkan survei International Labour terbesar di Indonesia. Aktivitas kerja dan proses
Organization (ILO) pada tahun 2011, disebutkan produksi yang dilakukan oleh perusahaan sangat
bahwa tingkat penerapan keselamatan dan kesehatan berisiko terhadap kemungkinan kecelakaan
kerja di Indonesia termasuk dalam 2 terbawah kerja, PAK (penyakit akibat kerja) dan kerusakan
dibandingkan lebih dari 100 negara yang disurvei. lingkungan.
Kerugian akibat kecelakaan dikategorikan Proses kerja di perusahaan masih bersifat padat
atas kerugian langsung (direct cost) yaitu kerugian karya sehingga cukup berisiko terhadap kecelakaan
akibat kecelakaan yang langsung dirasakan serta kerja dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan laporan
membawa dampak terhadap organisasi dan kerugian perusahaan pada tahun 2014, jumlah kecelakaan
tak langsung (indirect cost) yang dampaknya tidak ringan mencapai 10 kasus dan kecelakaan sedang
dirasakan secara langsung. sebanyak 2 kasus. Sedangkan tahun 2015, jumlah
Selama periode Januari hingga November kecelakaan ringan mencapai 8 kasus dan kecelakaan
2012 telah tercatat 65.474 kasus kecelakaan kerja di sedang sebanyak 4 kasus. Selain itu, keluhan
seluruh Indonesia. Kecelakaan kerja di luar tempat gangguan otot dan tulang (MSDs) serta gangguan
kerja sebesar 60% dan kecelakaan di tempat kerja sistem pernapasan menjadi gangguan kesehatan
sebesar 40%. Dari data tersebut dijelaskan bahwa yang paling sering dikonsultasikan pekerja kepada
sebanyak 5326 orang cacat tetap, 58.697 orang dokter klinik perusahaan ataupun supervisor di
sembuh tanpa cacat dan 1451 orang meninggal bagian produksi.
dunia (Jamsostek, 2012). Berdasarkan data ini dapat Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu
disimpulkan selama tahun 2012, setiap harinya dilakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko
pekerja yang tewas akibat kecelakaan kerja di dari proses kerja (proses produksi) yang ada di
Indonesia sebanyak empat orang. Setiap 1 orang perusahaan untuk menekan bahkan menghilangkan
pekerja tewas akibat kecelakaan kerja termasuk berbagai dampak risiko dari proses-proses
kategori sangat berat, karena nilai sebuah nyawa tersebut, menurut OHSAS 18001, manajemen
tidak bisa digantikan dengan apapun (Anshori, K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko
2008). yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat
Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan mengakibatkan cidera pada manusia, kerugian pada
untuk mengurangi kerugian baik nyawa ataupun perusahaan ataupun kerusakan pada lingkungan.
harta benda. Selain sumber bahaya, terdapat Salah satu upaya pencegahan yang dapat
potensi bahaya (hazard) tertentu yang apabila dilakukan adalah dengan melakukan manajemen
tidak mendapat perhatian khusus akan kerugian risiko di tempat kerja. Manajemen risiko dalam
Agustina dan Mulyono, HIRARC pada Bagian Mini Bus… 179

konteks keselamatan dan kesehatan kerja mengenai aktivitas/proses, peralatan, material dan
didefinisikan sebagai langkah antisipasi dari sistem kerja pada unit kerja masing-masing. (2)
timbulnya suatu kejadian yang berdampak negatif, Observasi, yaitu melaksanakan pengamatan secara
yaitu: menimbulkan gangguan kesehatan atau luka langsung terhadap bahaya dan risiko-risiko yang
pada manusia, kerusakan harta benda, peralatan dan dihasilkan dari aktivitas/proses kerja, peralatan,
lingkungan (Siswanto, 2009). material dan sistem kerja di setiap unit kerja. (3)
Manajemen risiko K3 adalah upaya mengelola Pengambilan data, dilakukan secara langsung melalui
risiko K3 secara komprehensif, terencana dan analisis bahaya dan risiko pada setiap unit kerja. Dan
terstruktur dengan suatu kesisteman yang baik secara tidak langsung melalui laporan-laporan dan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang dokumen perusahaan yang terkait. (4) Partisipasi,
tidak diinginkan (Ramli, 2010). Manajemen yaitu ikut serta dalam pelaksanaan inspeksi unit
risiko K3 meliputi (Siswanto, 2009) Pengenalan kerja, penilaian dan analisis risiko di tempat kerja
dan identifikasi berbagai bahaya yang ada dan secara rutin. Data yang telah dikumpulkan kemudian
risiko yang mungkin terjadi (hazard and risk diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk
identification), Menilai tingkat risiko, dengan narasi.
melakukan antara lain analisis tingkat kefatalan,
kerusakan atau kesakitan akibat pengaruh dari
HASIL
risiko, Analisis tingkat kemungkinan terjadinya
suatu risiko, yaitu dengan mempertimbangkan Menurut OHSAS 18001 (2007), potensi bahaya
tingkat keseringan (frekuensi suatu kejadian) dan adalah sumber atau situasi dengan kemungkinan
keparahan, bila suatu risiko terjadi dan Menentukan mencelakai atau melukai dalam hal cideranya
tingkat risiko berdasarkan dari hasil analisis yang manusia atau menurunnya kesehatan. Tarwaka
dilakukan dengan membandingkan tingkat risiko (2008) mendefinisikan potensi bahaya adalah
yang diperoleh dengan kriteria risiko yang dibuat sesuatu yang memiliki potensi untuk menyebabkan
atau disepakati oleh manajemen, memutuskan hasil terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit,
analisis risiko dapat diterima atau tidak, sehingga kecelakaan, atau bahkan dapat mengakibatkan
perlu dilakukan tindakan pengendalian yang dapat kematian yang berhubungan dengan proses dan
mengurangi pengaruh dari bahaya dan risiko sistem kerja.
tersebut dan menetapkan upaya pengendalian risiko Pada penelitian kali ini hasil akan dibagi dalam
berdasarkan nilai risiko yang teridentifikasi agar sub bidang pada setiap kegiatan antara lain bagian
risiko yang mungkin terjadi dapat ditekan sekecil komponen, bagian lambung, bagian roof, door dan
mungkin dan/atau dihilangkan, serta pemantauan inner, bagian grinding, sub bagian pengemalan,
berkelanjutan terhadap upaya pengendalian risiko pengendalian risiko K3L di bagian mini bus (body),
yang dilakukan oleh perusahaan. pengendalian risiko K3L di bagian mini bus (body)
dan risiko sisa.
METODE Sub Bagian Komponen dan Floor
Penelitian ini dilakukan di PT Mekar Armada Berdasarkan identifikasi bahaya dan penilaian
Jaya Magelang yang beralamat di Jl Mayjen risiko pada Unit Mini Bus (body) didapatkan hasil
Bambang Soegeng No. 7, Magelang-JawaTengah. sebagai berikut:
Penelitian dilakukan selama 8 minggu yang dimulai Pada bagian komponen dan floor setelah
tanggal 22 Agustus 2016 sampai dengan 14 Oktober dilakukan identifikasi bahaya, ditemukan bahwa
2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah sumber bahaya didapatkan dari palu, penggaris
observasional dengan rancangan cross sectional dan rol meter, mesin cutting, mesin bor tangan,
study. Data primer didapatkan dengan cara observasi. instalasi listrik, mesin bubut, posisi kerja, plat,
Sedangkan, data sekunder didapatkan dari dokumen kabel, iklim kerja, dan kebisingan yang masing-
perusahaan. masing mempunyai potensi bahaya. Potensi
Metode pelaksanaan kegiatan identifikasi bahaya dari yang dapat terjadi adalah (1) terpukul
bahaya dan pengendalian risiko di PT Mekar palu (2) tergores penggaris dan rol meter (3) jari
Armada Jaya Magelang, terdiri dari (1) pengamatan terpotong oleh mesin cutting dan bubut (4)getaran
secara langsung Pengarahan serta penjelasan dari dan kebisingan yang diakibatkan oleh mesin bor
pembimbing lapangan dan kepala setiap departemen tangan (5) tersengat listrik dan kebakaran yang
180 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 177–186

Tabel 1. Risk Matrix Kemudian dilakukan penilaian risiko dengan


mengalikan kemungkinan dan keparahan sehingga
Keparahan (Severity)
Risk Matrik dapat dikategorikan jenis risikonya. Setelah
1 2 3 4 5 melakukan penilaian tersebut didapatkan risiko
1 L L L L H bahaya dengan kategori low risk pada sumber bahaya
(Likelihood)

2 L L L M H yang berasal plat dan kabel.


Peluang

3 L L M M H Pada bagian lambung/ panel ini ditemukan


4 L M M H H
kategori extremely high risk dengan score 20 yaitu
sumber bahaya las C2H2 yang mempunyai potensi
5 M M H H H
bahaya terhirup uap fume dan terkena radiasi
Sumber: APE Group, 2013
pengelasan yang dapat membahayakan kesehatan
pekerja atau orang di sekitar area pekerjaan
diakibatkan karena pemasangan instalasi listrik yang tersebut.
kurang baik. (6) keluhan otot dan tulang (keluhan
musculoskeletal) yang disebabkan karena posisi Sub Bagian Roof, Door dan Inner
kerja yang tidak baik (7) tersandung kabel yang Pada bagian roof, door dan inner dilakukan
tidak ditata rapi (8) panas, pengap, sesak nafas identifikasi bahaya dan ditemukan sumber bahaya
hingga dehidrasi yang disebabkan karena minimnya yang didapatkan dari mesin gerinda, palu, plat, tang,
ventilasi (9) penurunan fungsi dengar atau ambang tangga, kabel, las plasma, penerangan yang kurang,
dengar yang disebabkan oleh kebisingan. iklim kerja, kebisingan, dan posisi kerja. Potensi
Kemudian untuk dapat mengetahui kategori bahaya yang dapat terjadi adalah (1) percikan gram
risiko maka dilakukan penilaian risiko dengan dari mesin gerinda (2) terpukul palu (3) tergores
menggunakan Risk Matriks yaitu dengan cara plat apabila plat diletakkan sembarangan (4) terjepit
mengalikan kemungkinan dan keparahan sehingga tang (5) jatuh dari ketinggian apabila tangga tidak
dapat dikategorikan jenis risikonya. aman dan stabil (6) tersandung kabel yang tidak
Setelah dilakukan penilaian tersebut maka di tata rapi (7) terhirup uap fume dari las C2H2
didapatkan risiko bahaya dengan kategori medium (8) radiasi pengelasan (9) dapat berpotensi timbul
risk pada sumber bahaya yang berasal dari palu, plat, kebakaran apabila pemasangan instalasi listrik tidak
kabel dan didapatkan kategori high risk pada sumber baik (10) kelelahan dan kerusakan mata karena
bahaya mesin cutting, mesin bor, instalasi listrik, penerangan pada ruang kerja tidak memadai (11)
posisi kerja dan iklim kerja. panas, pengap, sesak akibat kurangnya ventilasi
pada ruang kerja (12) penurunan fungsi dengar dan
Sub Bagian Lambung/Panel penurunan ambang dengar akibat kebisingan (13)
Pada bagian lambung dan panel dilakukan keluhan musculoskeletal karena posisi kerja yang
identifikasi bahaya dan ditemukan sumber bahaya tidak benar. Kemudian dilakukan penilaian risiko
dari mesin bor, palu, las C2H2, tang, tangga, instalasi dengan mengalikan kemungkinan dan keparahan
listrik, gunting, plat, kabel, mesin gerinda, iklim sehingga dapat dikategorikan jenis risikonya.
kerja, kebisingan. Potensi bahaya yang dapat terjadi Setelah melakukan penilaian tersebut didapatkan
adalah (1) getaran dan bising dari mesin bor (2) risiko bahaya dengan kategori low risk pada sumber
terpukul palu (3) terhirup uap fume dari las C2H2 bahaya yang berasal plat, kabel, dan penerangan
(4) radiasi pengelasan (5) terjepit tang (6) jatuh dari kurang, sedangkan pada kategori extremely high
ketinggian apabila tangga tidak aman dan stabil (7) risk yang berasal dari sumber bahaya las plasma
tersengat listrik dan berpotensi terjadinya kebakaran dan mempunyai potensi bahaya berupa terhirup uap
apabila pemasangan instalasi listrik tidak baik (8) fume, radiasi pengelasan, dan kebakaran.
tergunting (9) tergores plat apabila plat diletakkan
sembarangan (10) tersandung kabel yang tidak Sub Bagian Grinding
ditata rapi (11) terkena percikan gram dari mesin Pada bagian grinding dilakukan identifikasi
gerinda (11) panas, pengap, sesak nafas, dehidrasi bahaya dan ditemukan sumber bahaya yang
akibat kurangnya ventilasi pada ruang kerja (12) didapatkan dari mesin gerinda, tangga, kabel
penurunan fungsi dengar atau ambang dengar akibat instalasi listrik/las, iklim kerja, kebisingan, dan
kebisingan. posisi kerja. Potensi bahaya yang dapat terjadi adalah
Agustina dan Mulyono, HIRARC pada Bagian Mini Bus… 181

(1) percikan gram dari mesin gerinda (2) tersandung Risiko kesehatan kerja juga mungkin
kabel yang tidak tertata rapi (3) panas, pengap, sesak, ditimbulkan dari proses produksi Mini Bus.
dehidrasi disebabkan karena kurangnya ventilasi (4) Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, risiko yang
penurunan fungsi pendengaran dan ambang dengar dapat ditimbulkan dari peralatan dan proses produksi
akibat kebisingan (5) keluhan otot dan tulang akibat diantaranya adalah (1) penurunan fungsi dengar
posisi kerja yang tidak benar. Kemudian dilakukan akibat kebisingan (2) dehidrasi akibat paparan panas
penilaian risiko dengan mengalikan kemungkinan lingkungan kerja (3) sesak nafas dan gangguan faal
dan keparahan sehingga dapat dikategorikan jenis paru seperti pneumokoniosis akibat paparan uap
risikonya. Setelah melakukan penilaian tersebut pengelasan/fume (4) kelelahan dan kerusakan pada
didapatkan risiko bahaya dengan kategori low risk mata (5) keluhan otot dan tulang (MSDs) akibat
pada sumber bahaya yang berasal dari sumber posisi kerja yang tidak benar.
bahaya kabel sedangkan risiko dengan kategori Berdasarkan hasil penilaian risiko, tingkat
high risk berasal dari sumber bahaya berupa mesin risiko aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada
gerinda, iklim kerja, kebisingan, dan posisi kerja. Bagian Mini Bus (Body) beraneka ragam mulai dari
low risk, medium risk, high risk, hingga extremely
Sub Bagian Pengemalan high risk. Tingkatan risiko tersebut dapat digunakan
Pada bagian pengemalan dilakukan identifikasi perusahaan untuk melakukan pengendalian yang
bahaya dan ditemukan sumber bahaya yang sesuai pada setiap bagian yang membutuhkan.
didapatkan dari mesin las, palu, tangga, gunting,
instalasi listrik, kunci T, obeng, mesin gerinda, PEMBAHASAN
jagrak dan posisi kerja. Potensi bahaya yang dapat
terjadi adalah (1) terhirup uap fume dari las C2H2 Pengendalian Risiko pada Sub Bagian Komponen
(2) radiasi pengelasan (3) terpukul palu (4) jatuh dan Floor
dari ketinggian akibat tangga tidak aman dan stabil Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan,
(5) tergunting (6) tersengat listrik dikarenakan manajemen dan bagian K3L sudah menerapkan
pemasangan instalasi listrik tidak benar (7) pengendalian berupa briefing K3, SOP kerja,
kebakaran (8) tergores (9) percikan gram dari mesin maintenance alat secara berkala, penyediaan APD
gerinda (10) penurunan fungsi dengar dan ambang berupa sarung tangan. Hal ini telah sesuai dengan
dengar akibat kebisingan (11) jatuh dari ketinggian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
yang dapat disebabkan jagrak tidak aman dan stabil Keselamatan Kerja.
(12) munculnya keluhan musculoskeletal akibat Pengendalian yang dapat diusulkan adalah
posisi kerja yang tidak benar. (1) pada bahaya terpukul palu sebaiknya pekerja
Kemudian dilakukan penilaian risiko dengan konsentrasi saat kerja dengan tidak merokok/
mengalikan kemungkinan dan keparahan sehingga bercanda selama bekerja, pengawasan pekerja
dapat dikategorikan jenis risikonya. Setelah secara berkala, pekerja harus bekerja dengan posisi
melakukan penilaian tersebut didapatkan risiko ergonomis agar tidak cepat lelah. (2) pada bahaya
bahaya dengan kategori extremely risk berasal dari tergores penggaris atau rol meter sebaiknya pekerja
mesin las. konsentrasi saat kerja dengan tidak merokok/
bercanda selama bekerja, pengawasan pekerja
Risiko K3L di Bagian Mini Bus (Body) secara berkala, pekerja harus bekerja dengan
Proses produksi PT Mekar Armada Jaya posisi ergonomis agar tidak cepat lelah. (3) pada
Magelang terdiri dari sekumpulan kegiatan yang bahaya jari terpotong mesin cutting, sebaiknya
bertujuan untuk menggabungkan komponen- pekerja disediakan SOP alat, sosialisasi K3 pada
komponen produksi menjadi satu kesatuan yang operator, konsentrasi saat kerja dengan tidak
utuh. Dari hasil identifikasi bahaya terdapat potensi merokok/bercanda selama bekerja, pengawasan
bahaya keselamatan kerja yang dapat ditimbulkan pekerja secara berkala. (4) pada bahaya getaran
dari peralatan yang dipakai dalam proses produksi dan bising, sebaiknya melakukan pemasangan
tersebut, diantaranya adalah kebakaran, tersengat pelindung (cover) pada mesin bor, penyediaan dan
listrik, tepercik gram, tersandung, tergores hingga sosialisasi SOP bor tangan, penyediaan earplug,
tersayat dan jatuh dari ketinggian. pengaturan waktu kerja, gunakan mesin bor
182 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 177–186

standing (tidak harus dipegang tangan pekerja). blower atau membuat lokasi pengelasan terbuka,
(5) pada bahaya tersengat listrik atau kebakaran, training khusus pengelasan untuk para welder secara
sebaiknya memastikan instalasi listrik terpasang berkala, pemeriksaan kesehatan berkala, penyediaan
dengan aman, jauh dari air atau bahan-bahan yang welding cap, penetapan sanksi bagi welder yang
berisiko menimbulkan percikan listrik, pemasangan tidak menggunakan goggles saat kerja. (3) pada
sign di sekitar lokasi instalasi, pengawasan lokasi bahaya jatuh dari ketinggian, sebaiknya dipastikan
kerja secara berkala, penggunaan baju kerja terlebih dahulu tangga terpasang dengan aman dan
lengkap dengan safety shoes dan sarung tangan. stabil, kurangi angkat angkut material dan bahan
Membentuk tim kebakaran pada unit body mini saat diatas tangga, pastikan pijakan tangga aman/
bus, simulasi kebakaran secara berkala, pemasangan stabil, gunakan safety shoes agar tidak licin. (4)
APAR setiap 15 meter area kerja, pemasangan pada bahaya keluhan muskulokeletal sebaiknya
instalasi hidran di setiap unit kerja, pengecekan pastikan posisi kerja (baik duduk/berdiri) stabil dan
APAR secara berkala. (6) pada bahaya keluhan diselingi waktu istirahat (5) pada bahaya tersengat
muskuloskeletal sebaiknya menyediakan kursi yang listrik dan kebakaran sebaiknya memastikan instalasi
dilengkapi sandaran pada operator mesin, penetapan listrik terpasang dengan aman, jauh dari air atau
waktu istirahat selama 5–10 menit/jam untuk bahan-bahan yang berisiko menimbulkan percikan
peregangan, mengurangi pengangkatan material listrik, pemasangan sign di sekitar lokasi instalasi,
secara manual/manual handling. (7) pada bahaya pengawasan lokasi kerja secara berkala, penggunaan
tersandung kabel sebaiknya digalakkan penerapan baju kerja lengkap dengan safety shoes dan sarung
5R pada setiap aktivitas kerja, konsentrasi saat kerja tangan. Selain itu yang dapat dilakukan adalah
dengan tidak merokok/bercanda selama bekerja, membentuk tim kebakaran pada unit body mini bus,
pengawasan pekerja secara berkala, penyediaan simulasi kebakaran secara berkala, pemasangan
safety shoes. (8) Pada bahaya dehidrasi sebaiknya APAR setiap 15 meter area kerja, pemasangan
re-design unit kerja dengan membuka beberapa instalasi hidran di setiap unit kerja, pengecekan
atap dan dinding untuk memperluas ventilasi unit APAR secara berkala. (6) pada bahaya tersandung
kerja, penambahan blower, pengurangan penerangan kabel sebaiknya diterapkan 5R pada setiap aktivitas
buatan untuk menghindari panas tambahan. (9) pada kerja, konsentrasi saat kerja dengan tidak merokok/
bahaya kebisingan sebaiknya menyediakan earplug, bercanda selama bekerja, pengawasan pekerja
pemasangan penutup (cover) pada mesin bor, gerinda secara berkala, penyediaan safety shoes. (7) pada
tangan, pengukuran audiometri pada pekerja secara bahaya kebisingan sebaiknya disediakan earplug,
berkala, pengukuran intensitas kebisingan secara pemasangan penutup (cover) pada mesin bor, gerinda
berkala untuk aktivitas pemantauan. tangan, kemudian dapat juga dilakukan pengukuran
audiometri pada pekerja secara berkala, pengukuran
Pengendalian Risiko di Sub Bagian Lambung/ intensitas kebisingan secara berkala untuk aktivitas
Panel pemantauan dan lain-lain.
Perusahaan sudah melakukan pengendalian
Pengendalian Risiko di Sub Bagian Roof, Door
berupa briefing K3, SOP kerja, penyediaan APD
dan Inner
berupa masker kain. Hal ini telah sesuai dengan
Permenaker No 13 Tahun 2011 dan Undang-Undang Untuk mengendalikan bahaya yang terdapat di
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. tempat kerja, maka perusahaan telah melaksanakan
Pengendalian tambahan yang dapat diusulkan adalah pengendalian dengan pembentukan SOP, briefing
(1) pada bahaya kebisingan diperlukan pemasangan K3, penyediaan Alat Pelindung Diri (APD),
pelindung (cover) pada mesin bor, penyediaan dan penyediaan ventilasi alami dan blower, penyediaan
sosialisasi SOP bor tangan, penyediaan ear plug, air minum di tempat kerja, penyediaan kapas sebagai
pengaturan waktu kerja, konsentrasi saat bekerja sumbat telinga, menyediakan penerangan tambahan
dengan tidak merokok/bercanda selama bekerja, di tempat kerja. Hal ini telah sesuai dengan Undang-
pengawasan pekerja secara berkala, pekerja harus Undan Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
bekerja dengan posisi ergonomis agar tidak cepat Kerja dan Permenaker No. 13 Tahun 2011.
lelah. (2) pada bahaya terhirup fume dari las Pengendalian tambahan yang dapat diusulkan
sebaiknya disediakan masker dengan cartridge adalah (1) pada bahaya percikan gram dari mesin
(respirator), pemeriksaan kesehatan berkala pada gerinda sebaiknya pemasangan cover/penutup pada
welder untuk memantau kondisi paru, penyediaan mesin gerinda, pemeliharaan alat secara berkala,
Agustina dan Mulyono, HIRARC pada Bagian Mini Bus… 183

usahakan penggerindaan jauh dari pekerja lain dan penyediaan air minum di tempat kerja, penyediaan
badan operator, konsentrasi saat kerja dengan tidak kapas sebagai sumbat telinga serta briefing tentang
merokok/bercanda selama bekerja, konsentrasi aktivitas angkat dan angkut. Hal ini telah sesuai
saat kerja dengan tidak merokok/bercanda selama dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
bekerja, pengawasan pekerja secara berkala, pekerja tentang Keselamatan Kerja dan Permenaker No. 13
harus bekerja dengan posisi ergonomis agar tidak tahun 2011.
cepat lelah. (2) pada bahaya tersandung kabel Langkah pengendalian usulan yang dapat
sebaiknya digalakkan penerapan 5R pada setiap dilaksanakan adalah (1) pada bahaya percikan gram
aktivitas kerja, konsentrasi saat kerja dengan tidak dari mesin gerinda sebaiknya dilakukan pemasangan
merokok/bercanda selama bekerja, pengawasan cover/penutup pada mesin gerinda, pemeliharaan
pekerja secara berkala, penyediaan safety shoes, alat secara berkala, usahakan penggerindaan jauh
pastikan tangga terpasang dengan aman dan stabil, dari pekerja lain dan badan operator, konsentrasi
kurangi angkat angkut material dan bahan saat saat kerja dengan tidak merokok/bercanda selama
diatas tangga, pastikan pijakan tangga aman/stabil, bekerja (2) pada bahaya jatuh dari ketinggian
gunakan safety shoes agar tidak licin. (3) pada sebaiknya pastikan tangga terpasang dengan aman
bahaya keluhan muskuloskeletal sebaiknya pastikan dan stabil, kurangi angkat angkut material dan bahan
posisi kerja (baik duduk/berdiri) stabil dan diselingi saat diatas tangga, pastikan pijakan tangga aman/
waktu istirahat. (4) pada bahaya terhirup asap fume stabil, gunakan safety shoes agar tidak licin (3) pada
dari las sebaiknya pekerja disediakan masker dengan keluhan musculoskeletal sebaiknya pastikan posisi
cartridge (respirator), pemeriksaan kesehatan kerja (baik duduk/berdiri) stabil dan diselingi waktu
berkala pada welder untuk memantau kondisi paru, istirahat (4) pada bahaya tersandung kabel sebaiknya
penyediaan blower atau membuat lokasi pengelasan digalakkan penerapan 5R di lokasi kerja dengan
terbuka, training khusus pengelasan untuk para merapikan kabel-kabel dan menggunakan pelindung
welder secara berkala, pemeriksaan kesehatan pada kabel, pemasangan sign di sekitar lokasi
berkala, penyediaan welding cap, penetapan sanksi instalasi, pengawasan lokasi kerja secara berkala.
bagi welder yang tidak menggunakan goggles saat (5) pada bahaya iklim kerja dapat dilakukan dengan
kerja (5) pada bahaya tersengat listrik dan kebakaran, cara re-design unit kerja dengan membuka beberapa
sebaiknya memastikan pemasangan instalasi atap dan dinding untuk memperluas ventilasi unit
listrik baik dan benar dan dapat juga membentuk kerja, penambahan blower, pengurangan penerangan
tim kebakaran pada unit body mini bus, simulasi buatan untuk menghindari panas tambahan (6) pada
kebakaran secara berkala, pemasangan APAR bahaya getaran dan kebisingan dapat dilakukan
setiap 15 meter area kerja, pemasangan instalasi dengan penyediaan earplug, pemasangan penutup
hidran di setiap unit kerja, pengecekan APAR secara (cover) pada mesin bor, gerinda tangan, pengukuran
berkala. (6) pada bahaya iklim kerja, dapat dilakukan audiometri pada pekerja secara berkala, pengukuran
re-design unit kerja dengan membuka beberapa intensitas kebisingan secara berkala untuk
atap dan dinding untuk memperluas ventilasi aktivitas pemantauan. (7) pada bahaya keluhan
untuk sumber penerangan alami, pengukuran musculoskeletal dapat dilakukan dengan penyediaan
intensitas penerangan secara berkala untuk aktivitas kursi yang dilengkapi sandaran pada operator mesin,
pemantauan. penetapan waktu istirahat selama 5–10 menit/jam
Hal lain yang dapat dilakukan adalah untuk peregangan, mengurangi pengangkatan
penyediaan kursi yang dilengkapi sandaran pada material secara manual/manual handling.
operator mesin, penetapan waktu istirahat selama
5–10 menit/jam untuk melakukan peregangan, Pengendalian di Sub Bagian Pengemalan
mengurangi pengangkatan material yang dilakukan Pengendalian yang dilakukan perusahaan di
secara manual/manual handling. bagian pengemalan adalah briefing mengenai K3,
penyediaan SOP di tempat kerja, penyediaan alat
Pengendalian di Sub Bagian Grinding
pelindung diri, penyediaan kapas sebagai sumbat
Pengendalian yang telah dilakukan oleh telinga dan briefing mengenai aktivitas angkat dan
perusahaan untuk mengurangi potensi bahaya di angkut. Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang
tempat kerja adalah dengan briefing dan training No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
tentang K3, penyediaan alat pelindung diri, Pengendalian usulan yang dapat dilakukan
penyediaan ventilasi dan blower di tempat kerja, adalah (1) pada bahaya keluhan musculoskeletal
184 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 177–186

dapa dilakukan dengan penyediaan kursi yang


dilengkapi sandaran pada operator mesin, penetapan
waktu istirahat selama 5–10 menit/jam untuk
peregangan, mengurangi pengangkatan material
secara manual/manual handling. (2) pada bahaya
terpukul palu dan tergores penggaris/rol meter,
sebaiknya pekerja konsentrasi saat kerja dengan
tidak merokok/bercanda selama bekerja, pengawasan
pekerja secara berkala, pekerja harus bekerja
dengan posisi ergonomis agar tidak cepat lelah.
(3) pada bahaya tersengat listrik dan kebakaran
sebaiknya memastikan instalasi listrik terpasang
dengan aman, jauh dari air atau bahan-bahan yang
berisiko menimbulkan percikan listrik, pemasangan
sign di sekitar lokasi instalasi, pengawasan lokasi
kerja secara berkala, penggunaan baju kerja lengkap
dengan safety shoes dan sarung tangan.

Pengendalian Risiko K3L di Bagian Mini Bus


(Body) Gambar 1. Kondisi Lingkungan Kerja Bagian Mini
Bus (Body)
Menurut OHSAS 18001 (2007), jenis
pengendalian risiko di tempat kerja terbagi menjadi ( ), j
2 yaitu pengendalian yang sudah ada (existing nddalian risikoo di tempat kerja terbaagi
adii 2 yaitu peengendalian n yang suddah
controls) dan pengendalian yang direkomendasikan
exxisting conttrols) dan pengendali an
setelah penilaian risiko selesai dilakukan (additional ddirekomendaasikan seteelah penili an
controls recommended). Menurut Suardi (2007), selesai dilakukan (additionnal
existing controls dapat meliputi semua jenis olss recommeended). Meenurut Suarrdi
pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan baik ), existing controls
c daapat melipuuti
teknik, administratif ataupun APD (alat pelindung a jenis penngendalian yang suddah
ukaan perussahaan baaik tekniik,
diri). nisstratif atauppun APD (aalat pelindunng
Berdasarkan hasil identifikasi dan observasi
langsung pada Unit Mini Bus (Body), upaya Berdasarkan hasil iden ntifikasi ddan
pengendalian bahaya dan risiko yang sudah ada vaasi langsungg pada Un nit Mini B Bus
(existing controls) masih belum maksimal sehingga y), upaya-upaaya pengend dalian bahay aya
hasil penilaian risiko masih cukup tinggi. Bentuk rissiko yang sudah ada a (existinng
olss) masih beelum maksimal sehing ga
pengendalian risiko yang sudah dilakukan adalah peenilaian risiiko masih cukup
c tingggi.
penyediaan SOP (standard operational procedure), uk pengendallian risiko yang suddah
briefing sebelum kerja, maintenance peralatan, ukaan adalaah penyed diaan SO OP
penerapan 5R dan penyediaan APD. Penerapan darrt operationnal proceduure), briefinng
5R dalam upaya pengendalian risiko K3, belum umm kerja maintenanc
m ce peralataan
dilaksanakan dengan maksimal dan belum ada Gambar 2. Kondisi Lingkungan Kerja Bagian Mini
pemantauan secara berkala sehingga di lokasi Bus (Body)
produksi banyak material dan peralatan yang
tidak tertata dan diatur dengan baik serta berisiko APD berupa masker kain dan kapas sebagai sumbat
menyebabkan kecelakaan kerja. Foto kondisi telinga untuk paparan fume dan bising.
lingkungan kerja Bagian Mini Bus (Body) pada Manajemen dan bagian K3L juga menyediakan
Gambar 1 dan 2. APAR sebagai sarana pemadaman kebakaran, namun
Penyediaan dan pendistribusian APD belum simulasi kebakaran dengan menggunakan APAR dan
dilakukan dengan baik. Jenis APD yang disediakan pemeriksaan terhadap APAR belum terjadwal dengan
perusahaan kurang sesuai sehingga tidak dapat baik. Perusahaan juga belum memiliki instalasi
mengurangi nilai risiko dari potensi bahaya yang hydrant dan sprinkler yang merupakan sistem
teridentifikasi. Perusahaan hanya menyediakan
Agustina dan Mulyono, HIRARC pada Bagian Mini Bus… 185

proteksi kebakaran aktif dan sangat dibutuhkan harus dilakukan pengendalian tambahan/additional
dalam kondisi kebakaran besar. Kondisi ini juga controls agar risiko sisa dari setiap bahaya yang
sangat berisiko tinggi terhadap keselamatan jiwa teridentifikasi dapat diterima (acceptable risk)
pekerja dan aset-aset perusahaan karena berdasarkan tanpa menimbulkan gangguan, kerusakan, dan/
jenis aktivitasnya, PT Mekar Armada Jaya adalah atau kecelakaan kerja dan low residual risk dari
perusahaan dengan risiko kebakaran yang cukup identifikasi bahaya dan penilaian risiko dapat
tinggi. tercapai bila manajemen perusahaan dan bagian K3L
bekerja sama menerapkan upaya-upaya pengendalian
Risiko Sisa (Residual Risk) risiko yang cepat dan tepat.
Risiko sisa adalah risiko yang masih ada Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan
setelah dilakukan pengendalian terhadap bahaya penilaian risiko pada Bagian Mini Bus (body) di
yang teridentifikasi. Pengendalian bahaya yang PT. Mekar Armada Jaya Magelang, saran yang bisa
sudah dilakukan perusahaan (existing controls) diberikan adalah training khusus pengelasan untuk
dan yang direkomendasikan (additional controls) para welder secara berkala, pemeriksaan kesehatan
tidak menjamin risiko dan bahaya dapat hilang berkala, penyediaan welding cap, penetapan sanksi
100%. Masih ada risiko sisa yang harus ditanggung bagi welder yang tidak menggunakan goggles
perusahaan, namun harus diusahakan agar risiko saat bekerja, penyediaan blower atau re-lokasi
sisa tersebut seminimal mungkin sehingga dapat aktivitas pengelasan ke tempat yang lebih terbuka,
diterima (acceptable) tanpa menimbulkan kerugian, menyediakan cover/pelindung pada mesin-mesin
kerusakan atau kecelakaan kerja. kerja (mesin cutting, mesin bor, mesin bubut)
Berdasarkan identifikasi bahaya dan penilaian dan menyediakan gerinda tangan. Menyediakan
risiko pada Bagian Mini Bus (body), risiko sisa smoking area (dalam unit kerja) yang terpisah dari
setiap bahaya yang teridentifikasi pada setiap pos lokasi kerja utama sebagai lokasi merokok pekerja,
kerja diusahakan untuk ditekan seminimal mungkin menetapkan peraturan/punishment untuk pekerja
(acceptable risk). Skor residual risk maksimal borong yang tidak menggunakan APD dan/atau
yang teridentifikasi pada bagian Mini Bus (body) yang tidak bekerja sesuai SOP, sosialisasikan secara
adalah 4, yang artinya rendah dan dapat diterima berkala dan terus menerus tentang pentingnya K3
tanpa menimbulkan konsekuensi yang berarti. saat bekerja sehingga terbentuk safety mindset pada
Low residual risk dapat tercapai apabila upaya- seluruh pekerja dan sosialisasikan 5R secara terus
upaya pengendalian risiko yang direkomendasikan menerus dan terapkan secara bertahap pada area
dilakukan secara maksimal oleh perusahaan. kerja agar lebih tertata rapi, resik dan ringkas.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi APE Group. 2013. Hazard Identification, Risk
yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Assessment and Risk Control (HIRARC).
sebagian besar potensi bahaya yang teridentifikasi Surabaya.
pada bagian mini bus (body) berasal dari peralatan Jamsostek. 2012. Laporan Kecelakaan Kerja dan
dan lingkungan kerja seperti palu, tang, pengungkit, Asuransi Kesehatan tahun 2012. Jamsostek.
tangga, mesin las, mesin bor, gerinda, kebisingan, OHSAS 18001: 2007. Occupational Health and
iklim kerja panas, penerangan yang kurang dan Safety Management System Requirements.
posisi kerja yang tidak ergonomis. Permenakertrans RI Nomor Per 13/MEN/X/ 2011
Risiko yang teridentifikasi pada setiap pos kerja tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisik
hampir sama karena aktivitas dan peralatan yang dan Kimia di Tempat Kerja.
digunakan di setiap pos kerja juga serupa seperti Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko
tergores, tersayat, tersandung, terpukul, terpotong, dalam Perspekstif K3 (OHS Risk Management).
terjatuh/ terpeleset, kebakaran, electrical shock, Jakarta: Dian Rakyat.
gangguan pendengaran (tuli), sesak nafas dan Siswanto. 2009. Manajemen Risiko. Balai Hiperkes
gangguan faal paru, dehidrasi serta musculoskeletal dan Keselamatan Kerja. Surabaya.
disorders (MSDs), Silalahi, B. 1995. Manajemen Keselamatan dan
Sebagian besar hasil penilaian risiko pada Kesehatan Kerja. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
bagian mini bus (body) adalah high risk sehingga Suardi, Rudi. 2007. Manajemen Risiko: Panduan
186 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 177–186

Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 dan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung Seto.
Permenaker RI 05/1996. Jakarta: PPM. Tarwaka. 2008. Manajemen Keselamatan dan
Syukri, Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Implementasi
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Bima Sumber K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Daya Manusia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Keselamatan Kerja.

Anda mungkin juga menyukai