Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA

KONSEP TEORI
Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesarea ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat
badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006).
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).

Etiologi
Riwayat SC
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk
melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Risiko ruptur uteri
meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan
perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah, kemungknan mengalami
robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang
mengalami ruptur uteri berisiko mengalami kekambuhan, sehingga tidak
menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan
beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
Indikasi Ibu:
Panggul sempit
Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
Stenosis serviks uteri atau vagina
Plassenta praevia
Disproporsi janin panggul
Rupture uteri membakat
Partus tak maju
Incordinate uterine action
Indikasi Janin
Kelainan Letak:
Letak lintang
Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
Letak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
Presentasi ganda
Kelainan letak pada gemelli anak pertama
Gawat Janin
Kontra Indikasi (relative)
Infeksi intrauterine
Janin Mati
Syok/anemia berat yang belum diatasi
Kelainan kongenital berat

Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk
mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan
serviks dan segmen bawah rahim.

Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


Abdomen (SC Abdominalis)
Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada corpus
uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin lebih memanjang
Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak
ada reperitonial yang baik.
Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri
karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir
kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas
hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2
tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka
sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.
Sectio caesarea profunda (Ismika Profunda): dengan insisi pada segmen
bawah uterus.Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada
segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum
Perdarahan kurang
Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan:
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
Sectio caesarea ekstraperitonealis.
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis
dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio Caesarea dapat dilakukan
apabila:
Sayatan memanjang (longitudinal)
Sayatan melintang (tranversal)
Sayatan huruf T (T Insisian)

Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,
pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan klien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan klien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri klien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada klien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal
ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
Pathway

Pemeriksaan Penunjang
Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht
bila menggunakan pemindaian CT.
Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
Uji laboratorium
Fungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler
Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematokrit
Panel elektrolit
Skrining toksik dari serum dan urin
AGD
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah

Penatalaksanaan Medis
Perawatan awal
Letakan klien dalam posisi pemulihan
Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian
tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai
sadar
Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan
ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa
air putih dan air teh.
Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, klien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3
sampai hari ke5 pasca operasi.

Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
Pemberian obat-obatan
Antibiotik. Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Supositoria: ketopropen sup 2x/24 jam
Oral: tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
Injeksi: penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti.
Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri. (Manuaba, 1999)
Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa
perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.
Klien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar
diding abdomen tidak tegang.
Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi.
Perhatikan jenis anastesi yang diberikan:
Anastesi umum: mempunyai pengaruh pada pusat pernafasan janin
Anastesi Spiral: baik buat janin tapi tekanan darah klien dapat menurun
Anastesi local: cara yang paling aman tidak mempengaruhi janin dan klien
Komplikasi
Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak
dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya
daripada SC transperitonealis profunda.
Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri
Komplikasi-komplikasi lain seperti :
Luka kandung kemih
Embolisme paru – paru
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan
hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah klien, membuat perencanaan, untuk mengatasi, serta pelaksanaan dan evaluasi
keberhasilan secara efektif, terhadap masalah yang diatasinya (Effedi, Nasrul,1995: 3).
Proses keperawatan pada dasarnya adalah metode pelaksanaan asuhan keperawatan
yang sistematis yang berfokus pada respon manusia secara individu, kelompok dan
masyarakat terhadap perubahan kesehatan baik actual maupun potesial.
Proses keperawatan terdiri dari empat tahap yaitu : Pengkajian, Perecanaan,
Implementasi dan Evaluasi, dimana masing-masing tahap saling berkaitan dan
berkesinambungan satu sama lain.
Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 : 18).
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian untuk mengumpulkan informasi
tentang klien yang akan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-
masalah serta kebutuhan kesehatan klien sehari-hari meliputi:
Identitas
Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, diagnosa medis, status marital, alamat.
Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, suku/bangsa, pendidikan
terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
Status Kesehatan
Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Biasanya klien
akan mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien.
Biasanya nyeri akan bertambah bila bergerak/mengubah posisi, nyeri
berkurang jika klien diam atau istirahat, nyeri dirasakan seperti diiris-
iris/disayat-sayat, nyeri akan megganggu aktivitas terutma pada hari pertama
post operasi, skala yer bervsariasi dari 2-4 (0-5). Dijabarkan dengan PQRST.
Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu pada klien post seksio sesarea,
apakah pernah mengalami operasi sebelumnya, riwayat penyakit infeksi,
alergi obat-obatan, hypertensi, penyakit system pernafasan, diabetes mellitus.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan
seperti diabetes mellitus, hypertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan
riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Riwayat ginekologi
Riwayat menstruasi
Melalui siklus haid, lamanya, jumlahnya, sifat darah (warna, bau,
cair/gumpal), dismenorhea, HPHT (Haid Pertama Haid Terakhir) dan
taksiran persalinan.

Riwayat perkawinan
Riwayat perkawinan (suami dan istri) meliputi usia perkawinan,
umur klien saat menikah, pernikahan ke berapa.
Riwayat keluarga berencana
Apakah klien sudah pernah menggunakan alat kontrasepsi
sebelumnya, jenis kontrasepsi, berapa lama, rencana KB setelah
melahirkan, untk dapat hamil lagi klien post seksio sesarea minimal
3 tahun.
Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Perlu dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu,
apakah kehamilan, tanpa penyulit, control teratur, melahirkan
dimana, ditolong oleh siapa, umur kehamilan, jenis persalinan, berat
anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan keadaan anak. Penyakit
kandungan yang pernah dialami.
Riwayat kehamilan sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil terutama yang dirasakan pada
trimester pertama biasanya akan mengalami morning sikness,
muntah, lesu dan sering kencing. Pada trimester kedua mulai
dirasakan gerakan janin. Apakah ibu control secara teratur, riwayat
pemberian TT dan obat yang dikonsumsi setiap hari, apakah keadaan
janin selama kehamilan tidak ada kelaian, pernah dilakukan
pemeriksaan panggul, keadaan panggulnya, keadaan uterusnya
sehingga klien harus menjalani operasi seksio sesarea.
Riwayat persalinan sekarang
Kaji pengetahuan klien tentang tindakan operasi yang dialaminya.
Kaji jalannya operasi waktu dan lamanya operasi, jenis anesthesi,
jenis operasi seksio sesarea. Kaji keadaan bayi saat partus, berat
badan, panjang badan, kelainan congenital, nilai APGAR dalam satu
menit pertama dan lima menit selanjutnya. Apakah bayi mengalami
aspixia. Bagaimana involusi dan konsistensi uterus, apakah terjadi
perdarahan, jumlahnya, keadaan ibu saat setelah operasi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ibu
Keadaan Umum
Pada klien post operasi seksio sesarea hari kedua biasanya klien masih
lemah, tigkat kesadaran pada umumnya compos mentis, tanda-tanda
vital biasanya sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil dimana ibu mulai
masuk dalam fase taking hold. BB biasanya mendekati BB sebelum
hamil.
Sistem Respirasi
Respirasi kemungkinan meningkat sebagai respon tubuh terhadap nyeri,
perubahan pola nafas terjadi apabila terdapat penumpukan secret akibat
anesthesi.
Sistem Kardiovaskuler
Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan darah biasanya mengalami
penurunan. Bila terjadi peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg
diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia dan membutuhkan evaluasi
lebih lanjut. Observasi nadi terhadap penurunan sehingga kurang dari
50x/menit kemungkinan ada shock hypovolemik, kaji apakah
konjungtiva anemis sebagi akibat kehilangan darah operasi, kaji apakah
ada peningkatan JVP, kaji juga fungsi jantung. Pada tungkai bawah kaji
adanya tanda-tanda tromboemboli periode post partum, seperti
kemerah-merahan, hangat dan sakit di sekitar betis perasaan tidak
nyaman pada ekstremitas bawah, kaji ada tidaknya tanda-tanda humans
positif dorso fleksi pada kaki.
Sistem Saraf
Kaji fungsi persarafan, kesadaran terutama sensasi pada tungkai bawah
pada klien dengan spinal anesthesi.
Sistem Pencernaan
Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan kedua keadaan mulut
biasanya kering arena klien puasa pada klien dengan anesthesi umum,
fungsi menelan baik, kecuali klien merasa tenggorokan terasa kering.
Berbeda pada klien dengan anesthesi spinal tidak perlu puasa, kaji
bising usus, apakah ada tanda distensi pada saluran cerna, apakah klien
sudah BAB, atau flatus.
Sistem Urinaria
Bagaimana pola berkemih klien, berapa kali frekuensinya, kaji keadaan
blass apakah ada distensi, bagaimana pola BAK klien, kecuali terpasang
kateter, kaji warna urine, jumlah dan bau urine.
Sistem Reproduksi
Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah simetris, adakah
hyperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol, apakah ASI sudah
keluar.
Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen, karena pada bagian
tengah abdomen terdapat luka, kaji kontraksi uterus, perasaan mulas
adalah normal karena proses involusi. Tinggi fundus uteri pada post
partum seksio sesarea hari kedua adalah 1-2 jari dibawah umbilicus atau
pertengahan antara sympisis dan umbilical.
Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna da baunya. Biasanya lochea
berwarna merah, bau amis dan agak kental (lochea rubra). Kaji
pengetahua klien tentang cara membersihkannya, berapa kali mengganti
pembalut dalam sehari.
Sistem Integumen
Kebersihan rambut biasanya kurang, karena sejak post operasi klien
belum melakukan aktivitas seperti biasa, kaji muka apakah ada
hyperpigmentasi, kloasma gravidarum, kaji keadaan luka operasi,
balutan dan kebersihannya, luka balutan biasanya dibuka pada hari ke
tiga.
Sistem Muskuloskletal
Bagaimana keadaan klien apakah lemah, adakah pergerakan klien kaku,
apakah ekstremitas simetris, apakah klien mampu melakukan
pergerakan ROM, tonus otot biasanya normal, tapi kekuatan masih
lemah, terutama karena klien dipuasakan pada saat operasi. Pergerakan
sendi-sendi biasanya tidak ada keterbatasan. Kaji apakah ada diastasis
rektus abdominalis.
Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran tyroid, bagaimana produksi ASI, pada post
partum akan terjadi penurunan hormone estrogen dan progesterone
sehingga hormone prolaktin meningkatyang menyebabkan terjadinya
produksi ASI dan hormone oksitosin yang merangsang pengeluaran
ASI. Sehingga pada masa ini akan terjadi peningkatan produksi ASI dan
akan terjadi pembengkakan payudara bila bay tidak segera diteteki.
Pola Aktivitas Sehari-hari
Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah : sebelum hamil, selama hamil, selama
dirawat di rumah sakit.

Nutrisi
Kaji frekuensi makan, jenis makanan yang disukai dan tidak disukai, apakah
makanan pantangan atau alergi, bagaimana nafsu makan klien, porsi makan
(jumlah).
Eliminasi
Kaji frekuensi BAB, warna, bau dan kosistensi feses serta masalah yang
dihadapi klien saat BAB. Kaji frekuensi BAK, warna, bau dan jumlah urine.
Pola tidur dan istirahat
Klien post partum seksio sesarea membutuhkan waktu tidur yang cukup, tapi
sering mengalami masalah tidur karena perasaan yeri dan suasana rumah
sakit.
Personal hygiene
Data yang perlu dikaji adalah mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku.
Pada klien dengan post partum seksio sesarea hari ke 1-2 masih memerlukan
bantuan dalam personal hygiene.
Ketergantungan fisik
Apakah klien suka merokok, minum-minuman keras, serta kaji apakah klien
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Aspek Psikososial
Pola pikir dan persepsi
Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi, respon ibu mengenai
kelahiran, kaji pengetahuan klien tentang kondisi setelah melahirkan/setelah
seksio sesarea. Dan hal apa yang perlu dilakukan setelah operasi seksio
sesarea, kaji pengetahuan klien tentang laktasi, perawatan payudara dan
perawatan bayi.
Persepsi diri
Kaji tingkat kecemasan dan sumber yang menjadi pencetus kecemasan, kaji
rencana ibu setelah pulang dari rumah sakit untuk merawat bayi dan siapa
yang membantunya dalam merawat bayi di rumah.
Konsep diri
Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri
klien setelah menjalani seksio sesarea.
Hubungan komunikasi
Kesesuaian antara yang diucapakan dengan ekspresi, kebiasaan bahasa dan
adat yang dianut.
Kebiasaan seksual
Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum, terutama setelah seksio
sesarea. Biasanya dapat dilakukan setelah melewatiperiode nifas (40 hari).
Sistem nilai dan kpercayaan
Kaji sumber kekuatan klien, kepercayaan klien terhadap sumber kekuatan,
kaji agama yang klien anut, apakah klien suka menjalankan ibadah selama
sakit.
Pemeriksaan penunjang
Klien post partum dengan seksio sesarea perlu pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit dan leukosit.
Therapi
Biasanya klien mendapatkan antibiotic, analgetik dan vitamin.

Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menigkatkan data dengan menghubungkan data
tersebut dengan data dari konsep teori serta prinsip yang relevan untuk mebuat
kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan rencana keperawatan pasien
(Effendi, 1995: 24).
Jadi analisa data adalah membuat kesimpulan dari data-data yang terkumpul. Adapun
masalah-masalah yag ditemukan pada klien post seksio sesarea adalah:

Resiko perdarahan
Adanya tindakan operasi megakibatkan terjadiya perdarahan, yang akan
menurunkan tekanan pengisian sistemik rata-rata dan akan menurunkan aliaran
balik vena. Sebagai akibat, curah jantung turun dibawah normal dan volume
darah berkurang untuk dipompakan ke seluruh tubuh sehingga mengakibatkan
sirkulasi darah tidak memadai yang pada akhirnya terjadi hypovolemik.
Resiko tidak efektifnya jalan nafas
Klien yang dioperasi dengan pemberian anesthesia umumpada saat operasi
dilakukan pemasangan alat dan obat-obatan yang merangsang mukosa yang
mengakibatkan pengeluaran secret dalam jalan nafas yang akan menghalangi
jalan nafas sedang pada klien dengan spinal aesthesi hal ini tidak terjsadi.
Gangguan rasa nyaman nyeri pada daerah operasi
Karena adanya tindakan seksio sesarea menyebabkan terputusnya kontinuitas
jaringan sehingga merangsang pengeluaran zat proteolitik : serotonin dan
bradikinin kemudian impuls nyeri dihantarkan melalui medulla spinalis ke
ganglia radiks posterior (subtansia gelatinosa sebagai reseptor nyeri) diteruskan
ke thalamus melalui conue posterior traktus lateral spinothalamikus dan
diinterpretasikan oleh kortex, sehingga nyeri dipersepsikan sebagai akibatnya
terjadi gangguan rasa nyaman : nyeri.
Resiko terjadinya infeksi
Dengan adanya luka sayatan pada daerah abdomen merupakan media yang baik
untuk invasi mikroorganisme pada daerah luka operasi sehingga resiko untuk
terjadinya infeks
Resiko gangguan elimiasi : BAK
Klien post operasi dilakukan pemasangan kateter, apabila posisi kateter tidak
tepat mengakibatkan pengeluaran urine tidak lancer bahkan tersumbat, sehingga
urine tidak dapat keluar dan tertahan di dalam blass yang mengakibatkan blass
tegang (distensi).
Resiko/actual gangguan proses laktasi
Klien post seksio sesarea diraat terpisah dengan bayinya utuk sementara.
Rangsangan hisapan bay sangat mempengaruhi laktasi. Tidak adanya hisapan
bay mengakibatkan tidak ada rangsangan pada hypothalamus sehingga oksitosi
tidak terangsag untuk dikeluarkan dan tidak dapat mengalir tetapi membendung
dalam duktus laktoferus yang menyebabkan terhambatnya sirkulasi dalam vena
dan limfe sehingga proses laktasi terganggu.
Resiko gangguan involusi uterus
Proses involusi totalnya terjadi dalam 6 minggu yang dimulai segera setelah
melahirkan dengan didahului oleh kontraksi uterus yang kuat. Pada keadaan
subinvolusi yaitu factor yang menyebabkannya antara lain karena ketinggalan
sisa-sisa plasenta dalam uterus dan endometritis, sehingga akan menghambat
kotraksi uterus yang mengakibatkan gangguan involusi.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana pemecahannya
dalam batas wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan yag mungkin muncul pada klien seksio sesarea antara 1 jam
sampai 5 hari post operasi adalahj sebagai berikut : (Dongoes, 2001: 381-413).
Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan pengaruh anesthesi, imobilisasi, infeksi
paru.
Resiko: syock hypovolemik berhubungan dengan perdarahan akibat tindakan operasi
seksio sesarea, kecapaian otot myometrium akibat persalinan lama, pengaruh
oksitosin.
Resiko tromboemboli berhubungan dengan imobilisasi, haemokonsentrasi akibat
kehilangan plasma darah dan peningkatan bekuan darah.
Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after
pains, distensi kandung kemih.
Resiko infeksi: peritonitis, endometritis, cystitis, nefritis berhubungan dengan luka yang
basah, keterlambatan involusi uterus, rupture me,bran lebih dari 6 jam sebelum
seksio sesarea, terpasang dower kateter.
Gangguan pemasukan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Gangguan eliminasi BAB: konstipasi berhubungan dengan penurunan gerakan usus
akibat anesthesia, imobilisasi, penekanan usus akibat penumpukan gas, diet asupan
cairan.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan terpasangnya kateter, retensi urine.
Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.
Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi : perubahan post seksio
sesarea, laktasi, seksual post seksio sesarea, ambulasi dini berhubungan dengan
kurang informasi pada nulipara/primipara.
Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi, peralihan
sebagai orang tua, tidak bisa melahirkan pervaginam dan tindakan seksio sesarea.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah, gambaran diri rendah berhubungan dengan
perasaan tidak adekuat karena melahirkan seksio sesarea.
Actual atau potensial gangguan hubungan orang tua anak berhubungan dengan persepsi
diri yang negative terhadap kelahiran seksio sesarea.

Intervensi
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan
pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan
adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa
keperawatan, rencana asuhan keperawatan pada klien post partum dengan seksio sesarea
menurut (Dongoes, 1994: 417).
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan pengaruh anesthesia, imobilisasi,
infeksi paru.
Tujuan: Dalam waktu 24 jam pertama post operasi, pola nafas tidak terganggu.
Kriteria Evaluasi:
Respirasi rate normal (18-24x/menit), suara paru vesikuler.
Intervensi Rasional
Kaji ulang denyut nadi and frkuensi nafas Tachikardi dan peningkatan
setiap 4 jam sekali dan bila sudah respirasi menandakan
satbil atau kondisi membaik setiap 8 hypoksia.
jam sekali.
Kaji ulang suara nafas tiap 4 jam sekali, Rales menandakan secret
catat adanya rales, dispnea, nyeri bertumpuk dan biasanya terjadi
dada, sputum mukopurulen, serta dalam 24 jam pertama post
retraksi interkostalis atau adakah seksio sesarea. Tiadaka ada
pernafasan cuping hidung. suara paru menandakan
ateleksitasis atau pneumonia.
Adanya retraksi otot pernafasan
yang berlebih.
Intervensi Rasional
Anjurkan nafas dan batuk efektif setiap 2 Nafas dalam dapat meningkatkan
sampai 4 jam sekali sambil menekan volume paru dan batuk efektif
luka insisi dengan tangan atau dapat mengeluarkan secret dari
bantal. bronchus atau jalan nafas.
Untuk meningkatkan diameter dada
Berikan pasien posisi semi fowler (30-45º dan mengurangi penekanan
c) stelah anesthesia hilang. diafragma oleh perut.
Air hangat dapat mengencerkan
secret. Setelah 6 jam reaksi
Berikan pasien minum air hangat setelah atau pengaruh obat anesthesia
6 jam post operasi (setelah klien berkurang shingga aspirasi
boleh minum) sedikt demi sedikit dapat dicegah.
atau bertahap. Aktivitas dapat meningkatkan
kebutuhan oksigen dan
Anjurkan untuk meningkatkan aktivitas
meningkatkan pernafasan.
sesuai dengan kemampuan.

Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan akibat tindakan operasi


seksio sesaria
Tujuan: Dalam waktu 48 jam syok hipovolemik tidak terjadi
Kriteria Evaluasi:
Tanda – tanda vital normal (tensi: Systol tidak kurang dari 100 mmHg, diastole
tidak kurang dari 60 atau 70 mmHg).
Haemoglobin normal 12-16 gr/dl, Hematokrit dalam batas normal (tidak kurang
dari 33%).
Intervensi Rasional
Monitor intake output, catat warna Bila dalam urine ada darah
urine, konsentrasi dan kandungannya. menunjukan trauma kandung
kemih saat bedah atau
pemasangan kateter.
Kaji riwayat sebelumnya tentang Incisi klasik biasanya
kelelahan myometrium, insisi klasik.
Intervensi Rasional
kehilangan darah lebih luas
Observasi ulang tanda-tanda vital dan dan lebih besar.
keadaan kulit setiap 4 jam sekali, bila Peningkatan tekanan darah
stabil setiap 8 jam sekali, serta menunjukan adanya
keadaan konjungtiva dan CRT. hipertensi, hipotensi dan
tachichardi menandakan
dehidrasi atau shock, kulit
dingin menandakan hilangnya
volume darah 30-50%.
Keadaan konjungtiva dan
CRT menunjukan efektif atau
tidaknya aliran darah pada
Kaji luka dari perdarahan, catat jam
perifer.
dan tanggal bila perdarahan banyak.
Luka yang berdarah

Catat jenis dan jumlah lochea yang menandakan adanya

keluar. komplikasi.
Kontraksi uterus yang keras
menandakan perdarahan.
Lochea keluar normal bebas
dari gumpalan, fundus berada
dibawah umbilicus dan
kontraksi teratur.

Resiko Thromboemboli berhubungan dengan immobilisasi, Hemokonsentrasi, akibat


kehilangan plasma darah dari peningkatan darah.
Tujuan: Dalam waktu 2 hari tidak terjadi thromboemboli
Kriteria Evaluasi:
Tidak terdapat tanda-tanda kemerahan, bengkak, panas.
Klien melakukan mobilisasi
Intervensi Rasional
Kaji ulang ekstremitas bawah dari Thromboemboli terjadi bila
Intervensi Rasional
tanda-tanda thromboemboli yaitu kehilangan plasma darah yang
terasa hangat dan merah. banyak pengaruh anesthesia
atau immobilisasi
Anjurkan klien latihan lutut dan kaki Untuk meningkatkan aliran
dan ambulasi dini. darah vena dan mencegah statis
pada ekstremitas bawah untuk
menghindarkan resiko
thromboemboli.

Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after
pains, distensi kandung kemih.
Tujuan: Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi:
Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24 x/menit), tidak
meringis, kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
Intervensi Rasional
Tentukan skala nyeri dan intensitas Untuk mengenal indikasi
nyeri, pantua tekanan darah, nadi dan kemajuan atau penyimpangan
pernafasan setiap 4 jam. dari hasil yang diharapkan.
Anjurkan klien untuk menggunakan Relaksasi dan nafas dalam dapat
teknik relaksasi dan nafas dalam serta mengurangi ketegangan otot
teknik distraksi (untuk nyeri ringan dan menghambat rangsang
dan sedang). nyeri serta menambah
pemasukan oksigen. Distraksi
mengganggu stimulus nyeri
tetapi tidak mengubah intensitas
nyeri, paling baik untuk periode
pendek.
Anjurkan posisi tidur miring.
Mempermudah pengeluaran gas
Berikan obat analgetik sesuai order
Analgetik bersifat menghambat
reseptor nyeri, sehingga
Intervensi Rasional
persepsi nyeri berkurang/hilang

Resiko Infeksi: Peritonitis, Cytitis, Nefritis, berhubungan dengan luka yang basah,
keterlambatan involusi uterus, rupture membrane lebih dari 6 jam sebelum seksio
sesaria
Tujuan: Dalam 3 hari post operasi, infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi:
Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih dari 38
0
C), Insisi kering, lochea tidak berbau busuk, uterus tidak lembek.
Intervensi Rasional
Lakukan perawatan luka dengan Akan meminimalkan dan
teknik aseptic dan anti septic. mencegah kontaminasi dan
atau masuknya
mikroorganisme.
Observasi adanya tanda-tanda infeksi Akan memudahkan intervensi
pada daerah luka : dolor, kalor, rubor lebih dini dan intervensi
dan function laesa. selanjutnya.
Berikan antibiotic sesuai order dan Antibiotik bersifat bakterisida
kolaborasi untuk pemeriksaan dan adanya leukositosis
leukosit. merupakan salah satu tanda
infeksi.
Anjurkan untuk makan makanan Protein dan viatamin C
tinggi protein, vitamin C dan zat dibutuhkan untuk pertumbuhan
besi. jaringan dan zat besi untuk
pembentukan hemoglobin.

Gangguan pemasukan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi
tidak adekuat.
Tujuan: Dalam Waktu 3 Hari nutrisi terpenuhi
Kriteria Evaluasi:
Nafsu makan bertambah dan asupan nutrisi adequate.
Intervensi Rasional
Berikan dan jaga keseimbangan Untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit dengan nutrisi bila lewat oral belum
pemberian infuse memungkinkan atau bising
usus sangat lemah.
Buatkan makanan sedcara bertahap Bising usus normal antara 6-12
dari cair , lunak dan makanan bila x/menit, makanan baru dapat
bising usus sudah normal dicerna.
Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi Untuk menghindari mual,
sering. sehingga intake adequate.

Gangguan eliminasi BAB: konstipasi berhubungan dengan penurunan gerak usus akibat
anesthesia, Immobilisasi, penekanan usus akibat penumpukan gas, diet asupan
cairan.
Tujuan: Dalam waktu 3 hari tidak terjadi konstipasi
Kriteria Evaluasi:
Bising usus normal (6-12 x/menit), klien dapat BAB pada hari ke 3 post partum.
Intervensi Rasional
Auskultasi ulang bising usus pada 4 Bising usus menurun pada hari
area selama 1 menit setiap 4 jam ke 1 post operasi, membaik
sekali. Bila normal tiap 8 jam sekali. pada hari ke 2 dan aktif pada
hari ke 3.
Berikan Hidrasi (minum) setelah Bising usus yang lemah
bising usus terdengar. meningkatkan absorpsi cairan
di usus dan kolon dan cairan
menghindari faeces yang keras.
Anjurkan makanan tinggi serat. Untuk merangsang bising usus
Lakukan enema bila tidak dapat Untuk merangsang
BAB. mengencerkan Faeces.

Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan terpasang kateter, retensi urine.
Tujuan: Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak terganggu.
Kriteria Evaluasi:
Klien dapat Buang air kecil setelah diangkat kateter dan terhindar dari infeksi
system urine.
Intervensi Rasional
Rawat perineum dan kateter secara Mencegah agar tidak
rutin dan teratur. mendukung pertumbuhan
bakteri.
Tempatkan kantung kencing bila Untuk mencegah refluk,
dipasang kateter lebih rendah dari sehingga tidak tumbuh bakteri.
pasien.
Ajarkan teknik merangsang kencing Klien biasanya bisa buang air
setelah diangkat kateter seperti siram kecil setelah 6-8 jam setelah
daerah kandung kemih dengan air pengangkatan kateter. Posisi
dan anjurkal klien duduk. duduik dapatmenimbulkan rasa
penuh sehingga klien
terangsang untuk kencing.
Angkat kateter sesuai ketentuan Untuk menghindari
biasanya 6-12 jam post operasi pertumbuhan bakteri.

Aktifitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infuse.


Tujuan: Dalam waktu 3 hari aktivitas tidak terganggu.
Kriteria Evaluasi:
Klien dapat melakukan personal Hygiene (ADL)
Intervensi Rasional
Rubah posisi klien setiap 1 jam Untuk menghindari komplikasi
sampai 2 jam sekali, anjurkan nafas setelah bedah seperti dekubitus
dalam dan latihan kaki dan tromboemboli.
Bantu dan ajarkan klien dalam Meningkatkan kemandirian
memenuhi ADL. klien dan memenuhi kebutuhan
klien
Kaji tipe anestesi jika epidural Untuk mencegah komplikasi
anestesi anjurkan klien tidur 6-8 jam dan perasaan nyeri
Intervensi Rasional
tanpa bantal

Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi : perubahan post seksio
sesaria, laktasi, seksual post seksio, ambulasi dini berhubungan dengan kurang
informasi nulipara
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan dan demonstrasi (minimal
3 kali pertemuan) pengetahuan klien bertambah tentang perawatan diri dan bayi.
Kriteria evaluasi:
Klien mengetahui dan mendemontrasikan tentang perawatan diri dan bayi.
Intervensi Rasional
Berikan informasi tentang perawatan Untuk mencegah terjadinya
diri seperti perawatan vulva, infeksi dan mempercepat
perawatan luka, dan kebersihan diri. kesembuhan

Berikan informasi perawatan bayi Untuk meningkatkan


seperti tali pusat dan memandikan keterlibatan klien dengan bayi
Berikan penjelasan kembali tentang Membantu klien mempunyai
seksio sesaria pandangan positif tentang
seksio sesaria
Beri penjelasan dan ajarkan tentang Meningkatkan minat untuk
laktasi/menyusui dan perawatan memberikan laktasi dan
payudara mencegah gangguan laktasi
Beri penjelasan tentang hubungan Mencegah kehamilan terlalu
seksual post partum dan pemakaian cepat
alat kontrasepsi

Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi, peralihan
sebagai orang tua
Tujuan: Setelah diberi penjelasan (minimal dalam 2 kali pertemua) rasa cemas
berkurang atau hilang.
Kriteria Evaluasi:
Klien dan keluarga mengungkapkan perasaannya dan mempunyai cara untuk
mengatasinya.
Intervensi Rasional
Anjurkan untuk mengungkapkan Mendukung dan mendorong
perasaanya emosi klien sehingga merasa
diperhatikan
Berikan penjelasan tentang kondisi Memberikan perasaan tenang
klien dan bayinya. karena kondisinya dan bayi
dalam keadaan baik
Anjurkan dan bantu koping untuk Membantu memfasilitasi peran
mengatasi masalah sebagai ibu baru sehingga
cemas berkurang

Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan perasaan tidak adekuat
karena melahirkan melalui seksio sesaria
Tujuan: Setelah diberi penjelasan dan motivasi selama minimal 3 kali pertemuan
harga diri klien tidak terganggu
Kriteria Evaluasi:
Klien dapat mengungkapkan perasaan dan pandangan terhadap kelahiran.

Intervensi Rasional
Kaji respon keluarga tentang seksio Seksio sesaria dilakukan untuk
sesaria dan berikan penjelasan menolong bayinya
tentang seksio sesaria
Berikan penjelasan setelah seksio Untuk meningkatkan harga diri
pada kelahiran selanjutnya yaitu bisa klien dengan tidak
lewat vagina jika tidak ada beranggapan satu kali seksio
komplikasi tetap seksio

Actual atau potensial gangguan hubungan orang tua dan anak berhubungan dengan
persepsi diri yang negative terhadap kalahiran seksio sesaria
Tujuan: Dalam waktu 24 jam tidak ada hubungan antara orang tua dan bayi
Kriteria Evaluasi:
Klien ikut dalam perawatan bayi.
Intervensi Rasional
Dengarkan klien dan pasangan saat Untuk membantu memecahkan
mengungkapkan perasaan negative. masalah hubungan orang tua
dan bayinya
Dengarkan klien dan pasangan saat Untuk meningkatkan hubungan
mengungkapkan perasaan negative klien dan orang tua
tentang bayi dan dirinya
Libatkan orang tua dalam perawatan Orrsng tua akan menerima
bayinya bayinya bila sudah siap
Kaji ulang persiapan orang tua dalam
menerima proses persalinan

Implementasi
Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksaan dari rencana yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaannya perawat menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
berdasarkan Ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu yang terkait secara terintegrasi.

Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur
keberhasilan dari tujuan yang ingin dicapai selanjutnya dilakukan penilaian tiap hari
melalui catatan perkembangan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien post SC adalah
Ibu pulang dengan keadaan kondisi fisik dan emosi yang baik dengan tidak ada tanda-
tanda infeksi.
Involusi berlanjut secara normal.
Bounding telah dilakukan dan dimulai antara ibu dan anak.
Ibu memahami perawatan luka insisi, perawatan payudara, perawatan tali pusat.

Dokumentasi
Setelah melakukan asuhan keperawatan setiap data, rencana maupun tindakan serta
evaluasi yang harus dilakukan harus didokumentasikan.Hal ini dilakukan agar dapat
diketahui bagaimana perkembangan klien tiap harinya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBPSP. Jakarta

Aria wibawa dept obstetri dan ginekologi FKUI-RSUPN CM

Bobak. 2000. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC

Cunningham, F.G., Et all. 2005. William Obstetrics, 22nd edition. Chapter 21 Disorders of
Aminic Fluid Volume. Pages 525-533. USA: McGRAW-HILL

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian


perawatan pasien, Jakarta : EGC

Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
. Jakarta: YBP-SP

Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr. 1992. Ilmu Kebidanan, Edisi III..Jakarta :Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai