Tugas Rutin 4
25 September 2019
Diampu Oleh
Drs. Robenhart Tamba, M.Pd
DISUSUN OLEH :
NIM : 3192431004
Kelas :B
PENDIDIKAN GEOGRAFI
2019
A. Perkembangan Intelektual
2). Suatu rumpun nama untuk proses kognitf, terutama untuk aktifitas yang berkenaan dengan
berpikir
Sejalan dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula kemampuan intelektual
berfikirnya. Kalau pada usia sekolah dasar, kemampuan berpikir anak masih berkenaan dengan
hal-hal yang konkret, pada masa SLTP mulai berkembang kemampuan berpikir abstrak. Berpikir
abstrak adalah berpikir tentang ide-ide. Kemampuan berpikir formal operasional pada remaja
ditandai dengan tiga hal penting :
Perbedaan Profil Perkembangan Intelektual Antara Siswa SLTP dengan Siswa SLTA
1. Tahapan Sensori-Motoris
Tahap ini dimulai dari 0-2 tahun. Pada tahap ini, anak berada dalam suatu masa pertumbuhan
yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Segala
perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut.
c. Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk
mengkategorikan pengalaman
2). Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mampu memperluas skema
yang dimilikinya berdasarkan hereditas
3). Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat memahami
hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu
a. Individu mampu mamahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk sementara waktu
hilang dan akan muncul kembali diwaktu lain
c. Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergatung kepada orang tua
c. Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang bekembang
2. Tahap Praoperasional
Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap instuisi sebab
perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif.
Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan,
kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang yang bermakna, dan
lingkungan sekitarnya.
Pada tahap ini anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga
pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama yang
berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Intuisi membebaskan mereka dari berbicara
semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Sering kita melihat
anak-anak berbicara sendiri dengan benda-benda yang ada disekitarnya, misalnya pohon, kucing,
yang menurut mereka benda-benda tersebut dapat mendengar dan berbicara.
c. Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret,
meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat
1. Berpikir imajinatif
2. Berbahasa egosentris
Misalnya orang tua ingin menolong anak mengerjakan pr, tetapi memakai cara yang
berbeda dengan cara yang dipakai oleh guru sehingga anak tidak setuju. Sementara anak sering
percaya terhadap apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya kedua
cara tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak dimengerti
oleh anak.
Tahap operasional ini ditandai dengan adanya karakteristik menonjol bahwa segala
sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka
alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara berpikirnya
sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat padad
proses mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau penertian konsep itu dapat
diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.
Tahap ini dialami padad usia 11 tahun keatas. Pada masa ini anak telah mampu
mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis.
Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian
tugas-tugasnya
Tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka jug
mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunkan abstraksi. Arti simbolik dan
kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberikan
akibat yang positif bai perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah,
lomba menilis cerpen
a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi
2. Akomodasi, menyesuaikan sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya informasi baru.
Dalam akomodasi terjadi perubahan dalam skema yang sudah ada
1. Faktor hereditas, faktor yang memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya.
Secara potensial anak telah membawa kemunkinan, apakah akan menjadi kemampuan berpikir
setaraf norma, diatas normal, atau dibawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang
atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.
Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak
2. Faktor lingkungan, ada dua unsur lingkungan yang sangat berpengaruh peranannya dalam
mempengaruhi perkembangan intelek anak yaitu :
a. keluarga, faktor ini dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan
pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki
informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara – cara yang
digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya,
menghargai ide-idenya tersebut, memuaskan dorongan keingitahuan anak dengan jalan
seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat
mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut
akan menuntut perhatian orang tua.