Menurut wikipedia : Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat
pelaksanaan dan pendidikan. (sumber; https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan)
Filsafat pendidikan berasal dari dua kata yaitu filsafat, dan pendidikan. Filsafat sendiri berasal dari
bahasa Yunani yaitu “Philos” yang berarti kecintaan dan “Sophia” yang artinya kebijaksanaan. Jika
diterjemahkan dengan dua kata ini, maka filsafat yaitu kecintaan dan kebijaksanaan. Namun, jika
diartikan secara lengkap filsafat merupakan kajian mendalam yang dilakukan terhadap ilmu
pengetahuan didasarkan akan kecintaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan tersebut. Jadi, filsafat
pendidikan artinya adalah ilmu filsafat yang terfokus pada bidang pendidikan. (sumber;
http://pengertiandefinisi.com/pengertian-filsafat-pendidikan/)
Arti filsafat dari segi praktis filsafat artinya alam berfikir atau alam pikiran.
- Ciri-ciri berfikir filosofi
a) Berfikir dengan menggunakan disiplin / berfikir yang tinggi
b) Berfikir secara sistematis
c) Menyusun suatu skema konsepsi, dan
d) Menyeluruh
- Untuk mencapai pemikiran filsafat manusia mempunyai empat pola fikir, yaitu :
a) Pemikiran awam yaitu apa adanya
b) Pemikiran ilmiah yaitu berdasarkan atas teori dan landasan konsep
c) Pemikiran pseudo ilmiah berdasarkan kepada kekuatan tertentu
d) Pemikiran filsafat; pemikiran yang tersusun secara sistematis dan sampai keakar-
akarnya.
• Ilmu Pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah umum pendidikan secara menyeluruh
dan abstrak,selain itu juga bercirikan teoritis dan juga bersiafat praktis yang menunjukkan bagaimana
pendidikan itu dilaksanakan. Untuk memenuhi ketentuan tersebut pendidikan harus memenuhi
landasan konsep yang berfungsi untuk dilapangan pendidikan ,dengan demikian pendidikan perlu
bantuan ilmu yang kaya dengan ide-ide yaitu filsafat. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa
Filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan
dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan.
• Sedangkan Filsafat pendidikan menurut” Al-Syaibany (1973:30) adalah”Pelaksanaan pandangan
falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.filsafat itu mencerminan satu segi dari segi
pelaksanaan falsafah umum dan menitikbertkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang menjadi asar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-
masalah pendidikan secara praktis.
• Menurut Kneller filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan
Lahirnya filsafat pendidikan,sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri,lahir sebagai disiplin
ilmu pendidikan pada tahun 1908 dinegara bagian anglo saxon dengan judul”PHILOSOPHY of
EDUCATION
Di dunia dikenal beberapa aliran utama filsafat pendidikan yang di antaranya dapat disajikan
berikut ini:
1. Perennialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.
Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir
sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh
kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai –
nilai atau prinsip – prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada
zaman kuno dan abad pertengahan.
Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan
penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada
kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik. Mohammad Noor Syam
(1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak
mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan
manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
Plato (427-347 SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan ketidakpastian, yaitu
fisafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral menurut sofisme adalah manusia secara
pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral dan kebenaran, tergantung
pada masing – masing individu. Plato berpandangan bahwa realitas yang hakiki itu tetap tidak
berubah karena telah ada pada diri manusia sejak dari asalnya. Menurut Plato, “dunia idea”, yang
bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan. Manusia menemukan kebenaran, pengetahuan, dan
nilai moral dengan menggunakan akal atau ratio.
Tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative dan
melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan. Masyarakat yang ideal adalah masyarakat adil
sejahtera. Manusia yang terbaik adalah manusia yang hidup atas dasar prinsip “idea mutlak”,
yaitu suatu prinsip mutlak yang menjadi sumber realitas semesta dan hakikat kebenaran abadi
yang transcendental yang membimbing manusia untuk menemukan criteria moral, politik, dan
social serta keadilan. Ide mutlak adalah Tuhan
2. Aristoteles
Aristoteles (384 – 322 SM) adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya ia mereaksi terhadap
filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya disebut filsafat realisme. Ia mengajarkan
cara berpikir atas prinsip realistis, yang lebih dekat pada alam kehidupan manusia sehari – hari.
Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia
menyadari bahwa manusia dalam hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan social.
Sebagai makhluk rohani, manusia sadar ia akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang
menuju kepada manusia ideal
Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat
mencapainya. Ia menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia
muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral. Aristoteles juga menganggap
kebahagiaan sebagai tujuan dari pendidikan yang baik. Ia mengembangkan individu secara bulat,
totalitas. Aspek – aspek jasmaniah, emosi, dan intelek sama dikembangkan, walaupun ia
mengakui bahwa “kebahagiaan tertinggi ialah kehidupan berpikir” (2:317)
3. Thomas Aquinas
Thomas berpendapat pendidikan adalah menuntun kemampuan – kemampuan yang masih tidur
menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap –tiap individu. Seorang guru bertugad
untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi aktif
dan nyata. Menurut J.Maritain, norma fundamental pendidikan adalah:
• Cinta kebenaran
• Cinta kebaikan dan keadilan
• Kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi
• Cinta kerjasama
Kaum perenialis juga percaya bahwa dunia alamiah dan hakikat manusia pada dasarnya tetap
tidak berubah selam berabad – abad : jadi, gagasan – gagasan besar terus memiliki potensi yang
paling besar untuk memecahkan permasalahan – permasalahan di setiap zaman. Selain itu,
filsafat perenialis menekankan kemampuan – kemampuan berpikir rasional manusia sehingga
membedakan mereka dengan binatang – binatang lain.
2. Esensialisme
(a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan
menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan
hidupnya. (b) Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorak vokasional. (c)
Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca, menulis, sastra,
bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik. (d) Pola orientasinya bergerak dari skill
dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks. (e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat
menarik dan efisien. (f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri.
(g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang didiami
serta tertarik pada kemajuan masyarakat teknis.
3. Progresivisme
(a) Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver) yang baik. (b) Oposisi
bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut. (c) Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang
dapat berfungsi dan berguna dalam hidup. (d) Pendidikan dipandang sebagai suatu proses. (e)
Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan
keterampilan yang memadai. (f) Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan
sekolah dan masyarakat bagi humanisasi. (g) Bercorak student-centered. (h) Pendidik adalah
motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan. (i) Bergerak sebagai eksperimentasi
alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.
4. Rekonstruksionisme
(a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian
problema sosial yang signifikan. (b) Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam)
para Progresivist. (c) Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang
dunia masa depan yang perlu diciptakan. (d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih
fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur
kehidupan. (e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi
dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya. (f) Learn by doing! (Belajar sambil
bertindak).
5. Eksistensialisme
(a) Menekankan pada individual dalam proses progresifnya dengan pemikiran yang merdeka dan
otentik. (b) Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai apa adanya dan tidak dengan
kualitas-kualitas abstraknya. (c) Membantu individu memahami kebebasan dan tanggung jawab
pribadinya. Jadi, menggunakan pendidikan sebagai jalan mendorong manusia menjadi lebih
terlibat dalam kehidupan sebagaimana pula dengan komitmen tindakannya. (d) Individu
seharusnya senantiasa memperbaiki diri dalam kehidupan dunia yang terus berubah. (e)
Menekankan pendekatan “I-Thou” (Aku-Kamu) dalam proses pendidikan, baik guru maupun
murid. (f) Promosikan pendekatan langsung-mendalam (inner-directed) yang humanistik; dimana
siswa bebas memilih kurikulum dan hasil pendidikannya.