Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Membaca (Thariqah al Qira`ah)


Metode ini digunakan bagi sekolah-sekolah yang bertujuan mengajarkan
dan melatih kemahiran membaca dalam bahasa Asing. Materi pelajaran
dibagi menjadi seksi-seksi pendek yang setiap seksi diberikan daftar kata- kata
yang artinya diajarkan secara konstektual, dan melalui gambar.

Metode membaca ini lebih memfokuskan siswa dalam memahami teks


yang dibacanya tanpa harus diterjemahkan dan kemudian diungkapkannya
dengan

hati-hati.1

Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pengajaran


bahasa tidak bisa bersifat multi-tujuan, dan bahwa kemampuan membaca
adalah tujuan yang paling realistis ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa
asing. Dengan demikian, asumsinya bersifat pragmatis, bukan filosofis teoritis.

Model pembelajaran metode membaca yang paling terkenal di eropa dan


timur tengah adalah model Michael West. Buku pelajaran bahasa inggris yang
dikembangkan oleh West dipakai secara luas dimesir.buku utamanya adalah
buku reading, kemudian suplemennya terdiri dari;

1) Buku kerja, berisi daftar pertanyaan mengenai isi bacaan dan daftar kosa
kata dan artinya
2) Buku latihan writing
3) Buku latihan conversation dan
4) Buku extansif reading
Buku pelajaran bahasa arab yang mengadopsi model Michael West ini
banyak juga dibuat dan digunakan secara luas di Mesir dan di negeri-negeri
Arab serta Islam lainnya, termasuk Indonesia.

1
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2016), hlm. 36

3
Karakteristik dari metode ini adalah2:

1) Tujuannya utamanya adalah kemahiran membaca,yaitu agar pelajar


mampu memahami teks ilmiah untuk keperluan studi mereka
2) Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan suplemen daftar kosa
kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan,buku bacaan penunjang untuk
perluasan (extensif reading/qira`ah mausi’ah) buku latihan mengarang
terbimbing dan percakapan
3) Basis kegiatan pembelajaran adalah memahami isi bacaan,didahului oleh
pengenalan kosa kata pokok dan maknanya,kemudian mendiskusikan isi
bacaan dengan bantuan guru.pemahaman isi bacaan melalui proses
analisis,tidak dengan penerjemahan harfiah,meskipun bahasa ibu boleh
digunakan dalam mendiskusikan isi teks
4) Membaca diam (silent reading/qira`ah shomitah) lebih diutamakan
daripada membaca keras (loud-reading/qira`ah jahriyyah)
5) Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak boleh berkepanjangan.
Adapun langkah-langkah penyajiannya3:
1) Pelajaran dimulai dengan pemberian kosa kata dan istilah yang dianggap
sulit dan penjelasan maknanya dengan definisi dan contoh dalam kalimat
2) Siswa membaca teks bacaan secara diam kurang lebih 25 menit
3) Diskusi mengenai isi bacaan yang dapat berupa tanya jawab dengan
menggunakan bahasa ibu pelajar
4) Pembicaraan mengenai tata bahasa secara singkat kalau diangggap perlu.
5) Pembahasan kosa kata yang belum dibahas sebelumnya
6) Mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku suplemen,yaitu menjawab
pertanyaan tentang isi bacaan,latihan menulis terbimbing dsb
7) Bahan bacaan perluasan dipelajari dirumah dan dilaporkan hasilnya pada
pertemuan berikutnya.
Kelebihan dari metode ini adalah4:

2
Ahmad Fuad Effendy, Op. cit., hlm. 41
3
Ibid., hlm. 42
4
Ibid.

4
1) Pelajar terlatih memahami bacaan dengan analisis,tidak melalui
penerjemahan.
2) Pelajar menguasai kosa kata dengan baik
3) Pelajar memahami penggunaan tata bahasa.
Sedangkan kelemahan dari metode ini yaitu5:
1). Pelajaran lemah dalam terampil dalam menyimak dan berbicara.

2). Pelajar tidak terampil dalam menyimak dan berbicara.

3). Pelajar kurang terampil dalam mengarang bebas.

4). Karena kosa kata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan
bacaan,maka pelajar lemah dalam memahami teks yang berbeda.

2.2 Metode Komunikatif (at-Thariqah at-Ittishaliyah)


Metode komunikatif didasarkan atas asumsi bahwa setiap manusia memiliki
kemampuan bawaan yang disebut dengan “alat pemerolehan bahasa” (languange
acquisition device ).oleh karena itu kemampuan berbahasa bersifat kreatif dan
lebih ditentukan oleh faktor internal.oleh karena itu relevansi dan efektifitas
kegiatan pembiasaan dengan model latihan stimulus-respense-inforcement
dipersoalkan.
Asumsi berikutnya ialah bahwa pengunaan bahasa tidak hanya terdiri
atas empat keterampilan berbahasa (menyimak,berbicara,membaca,dan
menulis), tetapi mencukup beberapa kemampuan dalam kerangka komunikatif
yang luas,sesuai dengan peran dan partisipan,situasi,dan tujuan interaksi.
Asumsi yang lain ialah bahwa belajar bahasa kedua dan bahasa asing
sama seperti belajar bahasa pertama,yaitu berangkat dari kebutuhan dan minat
pelajar.oleh karena itu analisis kebutuhan dan minat pelajar merupakan
landasan dalam pengembangan materi pelajaran.
Kelahiran pendekatan komunikatif (PK) merupakan hasil dari sejumlah
kajian tentang pemerolehan bahasa (iktisab al-lughah) dan berbagai penelitian
mengenai metode pengajaran bahasa di Eropa dan Amerika pada tahun 70-an.

5
Ibid., hlm. 43

5
Meskipun terdapat beberapa variasi dalam penerapan PK, namun karakteristik
dasarnya tetap sama.
Beberapa karakteristik dalam metode komunikatif6:
1) Tujuaan pengajarannya ialah mengembangkan kompetensi pelajar
berkomunikasi dengan bahasa target dalam konteks komunikatif yang
sesungguhnya atau dalam situasi kehidupan yang nyata.tujuan PK tidak
ditekankan pada penguasaan gramatika atau kemampuan membuat kalimat
gramatikal,melainkan pada kemampuan memproduk ujaran yang sesuai
dengan konteks.
2) Salah satu konsep yang mendasar dari PK adalah kebermaknaan dari setiap
bentuk bahasa yang dipelajari dan keterkaitan bentuk,ragam,dan makna bahasa
dengan situasi dan konteks berbahasa itu.
3) dalam proses belajar mengajar,siswa bertindak sebagai komunikator yang
berperan aktif dalam aktivitas komunikatif yang sesungguhnya.sedangkan
pengajar memprakarsai dan merancang berbagai pola interaksi antar siswa,dan
berperan sebagai falisitator.
4) Aktivitas dalam kelas diwarnai secara nyata dan dominan oleh kegiatan-
kegiatan komunikatif,bukan dril-dril manipulatif dan peniruan-peniruan tanpa
makna (tadrib babgha`iy).
5) Materi yang disajikan bervariasi,tidak hanya mengandalkan buku teks,tapi
lebih ditekankan pada bahan-bahan otentik (berita koran, iklan, menu, KTP,
SIM, formulir, dan sejenisnya) dari bahan-bahan otentik tersebut, pemerolehan
bahasa pelajar diharapkan meliputi bentuk, makna, fungsi, dan konteks sosial.
6) Penggunaan bahasa ibu dalam kelas tidak dilarang tapi diminimalkan.
7) Dalam PK, kekhilafan siswa ditoleransi untuk mendorong keberanian siswa
berkomunikasi.
8) Evaluasi dalam PK ditekankan pada kemampuan menggunakan bahasa dalam
kehidupan nyata, bukan pada penguasaan struktur bahasa atau gramatika.

6
Ibid., hlm. 55

6
Brown (1987) memaknai komptensi komunikatif sebagai “kompetensi yang
memungkinkan seseorang untuk meneruskan pesan,menafsirkannya,dan
memberinya makna dalam interaksi antar individu dalam konteks yang
spesifik”.dengan kata lain,seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi
komunikatif hanya apabila ia dapat menggunakan bahasa dengan ragam yang tepat
menurut situasi dan hubungan pembicara-pendengar.

Beberapa karakteristik KK, Savignon (1983) menyebutkan lima


karakteristik KK, yang diringkaskan sebagai berikut7:

1) KK bersifat dinamis,tergantung kepada negosiasi makna antara dua penutur


atau lebih yang sama-sama mengenal kaidah pemakaian bahasa.
2) KK berlaku untuk bahasa lisan, bahasa tulis, dan berbagai sistem simbol
lainnya.
3) KK bersifat kontekstual.
4) Berkaitan dengan teori yang membedakan kompetensi dan
performansi,kompetensi adalah apa yang diketahui sedangkan performansi
adalah apa yang dilakukan.
5) KK bersifat relatif, tidak absolut, dan tergantung kepada kerjasama diantara
partisipan yang terlibat
Konsep Hymes tentang KK selanjutnya dikembangkan oleh para ahli
linguistik lain, satu diantaranya yang banyak menjadi rujukan adalah Michael
Canal. Menurut Canal, KK mencakup empat ranah pengetahuan dan
keterampilan,yaitu kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, kewacanaan, dan
strategis.8

Sedangkan menurut Thu’aimah (1986) dan Abdurahman Ibrahim al-Fauzan


dan kawan-kawan (2003) dalam pengantar buku al-‘Arbiyah baina Yadaik
merumuskan tujuan buku tersebut adalah agar para pembelajar memiliki
kompetensi kebahasaan, kompetensi komunikatif, dan kompetensi kebudayaan.9

7
Ibid., hlm. 56
8
Ibid., hlm. 57
9
Ibid., hlm. 58

7
Dalam penerapan metode komunikatif, tahapan paling krusial dari
kehadiran sebuah pendekatan atau metode adalah tahap penerapannya.sering
terjadi,meskipun sebuah pendekatan atau metode baru telah ditetapkan
penggunaannya dalam kurikulum,tapi dalam prakteknya pelaksanaan pengajaran
tetap tidak beranjak dari pendekatan atau metode yang lama.10

Dalam bahasan disini mengenai penerapan PK ialah dalam penyusunan


silabus,pemilihan dan pengembangan bahan ajar,serta pengembangan strategi
belajar mengajar.yang dimaksud dengan silabus disini adalah garis-garis besar
program pengajaran atau GBPP yang dalam sistem pendidikan kita bersifat nasional
dan penyusunannya dilakukan oleh balitbang departemen pendidikan nasional dan
departemen agama.sementara pemilihan dan pengembangan bahan ajar dilakukan
oleh penulis buku tes dan/atau pengajar.sedangkan strategi proses belajar mengajar
menjadi kewenangan para pengajar.11

Salah satu prosedur proses belajar mengajar dalam PK dilukiskan oleh


Finochiaro dan Brumfit (Dalan Huda, 1990 ) sebagai berikut. Adapun langkah-
langkah penyajiannya:

a. Dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi –fungsi


ungkapan dalam dialog itu dan situasi dimana dialog itu mungkin terjadi.
b. Latihan mengucapkan kalimat-kalimat pokok secara perorangan, kelompok,
dan klasikal.
c. Pertanyaan diajukan tentang isi dan situasi dalam dialog itu,dilanjutkan
pertanyaan serupa tetapi langsung mengenai situasi masing-masing
pelajar.disini kegiatan komunikatif yang sebenarnya telah dimulai.
d. Kelas membahas ungkapan-ungkapan komunikatif dalam dialog.
e. Siswa diharapkan menarik sendiri kesimpulan tentang aturan tata bahasa yang
termuat dalam dialog.guru menfasilitasi dan meluruskan apabila terjadi
kesalahan dan penyimpulan.

10
Ibid., hlm. 59
11
Ibid., hlm. 60

8
f. Pelajar melakukan kegiatan menafsirkan dan menyatakan sesuatu maksud
sebagai bagian dari latihan komunikasi yang lebih bebas dan tidak sepenuhnya
berstruktur.
g. Pengajar melakukan evaluasi dengan mengambil sampel dari penampilan
pelajar dalam kegiatan komunikasi bebas.
Adapun kelebihan dari metode ini adalah12:
1) Pelajar termotivasi dalam belajar karena pada hari pertama pelajaran,langsung
dapat berkomunikasi dengan BT (dalan batas fungsi, nosi, kegiatan berbahasa,
dan keterampilan tertentu)
2) Pelajar lancar berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi gramatikal,
sosiolinguistik, wacana,dan strategis.
3) Suasana kelas hidup dengan aktivitas komunikasi antar pelajar dengan berbagai
model interaksi dan tingkat kebebasan yang cukup tinggi,sehingga tidak
membosankan.
Sedangkan kelemahan dalam metode ini yaitu13:
1) Memerlukan guru yang menguasai keterampilan komunikatif secara memadai
dalam BT.
2) Kemampuan membaca,dalam keterampilan tingkat ambang,tidak mendapatkan
porsi yang cukup.
3) Loncatan langsung ke aktivitas komunikatif bisa menyulitkan siswa pada
tingkat permulaan.

12
Ibid., hlm. 69
13
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai