Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ACCOUNTING AND AUDITING ORGANISATIONS FOR

ISLAMIC FINANCIAL INSTITUTIONS (A.A.O.I.F.I)

MENGAWASI BERBAGAI NEGARA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sisitem Pengawasan LKS

Dosen Pengampu : Abdul Waid S.H.I.,M.S.I

Disusun Oleh :

Windika Anggraeni Ningsih

17.21109

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA

KEBUMEN

2019

1|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam setiap kegiatan bisnis ataupun non bisnis, setiap lembaga memerlukan
adanya sebuah pengawasan guna melihat apakah kinerja yang selama ini
dijalankan apakah sesuai dengan peraturan yang berlaku secara umum atau
belum. Karena secaara garis besar, tujuan dari perencanaan audit adalah
mendapatkan pemahaman atas bisnis dan resiko klien.
Kegiatan seperti ini dilakukan oleh seorang auditor yang dalam praktiknya
sekaligus sebagai pihak independen dengan tujuan ntuk memberikan opini
terhadap keputusan bisnis. Karenanya, lembaga keuangan syariah memerlukan
auditor syariah untuk bertindak sebagai pengawas dari segi syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan AAIOFI?
2. Apakah tujuan terbentuknya AAIOFI?
3. Apa saja Standar dari AAIOFI?
4. Apa yang dimaksud tata kelola perusahaan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan AAIOFI
2. Utuk mengetahui apa tujuan dari AAOIFI
3. Utuk mengetahui Standar dari AAIOFI
4. Utuk mengetahui tata kelola perusahaan

2|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
BAB II

PEMBAHASAN

A. A.A.O.I.F.I (Accounting And Auditing Organisation Islamic Financial


Institutions)
Yaitu suatu badan otonomi islam internasional nirlaba yang menyediakan
standard accounting, auditing, governance serta syariah bagi lembaga
keuangan Islam. AAOIFI dibentuk berdasarkan kesepakatan yang ditanda
tangani oleh lembaga-lembaga keuangan islam (Islamic Financial
Institution) pada 26 Februari 1991.
Lembaga ini bertanggung jawab untuk menyusun dan menerbitkan
standar internasional, AAOIFI telah menerbitkan 90 standar yang terdiri
dari : 54 standar syariah, 27 standar akuntansi, 7 standar tata kelola
perusahaan, dan 2 standar kode etik).
standar AAOIFI telah diadopsi oleh bank central atau otoritas keuangan di
sejumlah Negara yang menjalankan keuangan islam baik adopsi secara
penuh atau sebagai dasar pedoman. AAOIFI didukung oleh sejumlah bank
central, otoritas keuangan, lembaga keuangan, perusahaan akuntansi, dan
audit, dan lembaga hukum lebih dari 45 negara termasuk Indonesia
menggunakan standar yang dilakukan oleh AAOIFI.
Negara Bahrain, Oman, Pakistan, Sudan, dan Suriah menjadikan standar
syariah dan standar akuntansi AAOIFI sebagai bagian dari peraturan yang
wajib untuk diterapkan. Islamic Development Bank (IDB) juga
menggunakan secara penuh.
Indonesia dan Malaysia menjadikan standar syariah dan standar akuntansi
AAOIFI sebagai dasar pedoman dalam penyusunan standar syariah dan
standar akuntansi syariah. Sedangkan Brunei, Dubai Internasional
Financial Center, Mesir, Perancis, Kuwait, Libanon, Arab Saudi, Afrika
Selatan, Inggris, serta Asia Tengah hanya menerapkan standar AAOIFI
secara suka rela bagi lembaga keuangan syariah.
Mengembangkan accounting, auditing, governance serta etika yang
berkaitan dengan kegiatan lembaga keuangan islam dengan

3|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
mempertimbangkan praktik dan standar internasional yang sesuai dengan
hukum-hukum syariah sebagai berikut :
a) Menyebarluaskan accounting, auditing, governance serta etika yang
berkaitan dengan kegiatan lembaga keuangan islam serta praktik-
praktiknya melalui pelatihan atau seminar, publikasi berkala,
penyiapan laporan serta sarana lainnya.
b) Harmonisasi kebijakan accounting dan prosedur yang diadopsi oleh
lembaga-lembaga keuangan islam melalui penyiapan dan penerbitan
standar yang diinterprestasikan secara sama oleh lembaga-lembaga
tersebut.
c) Meningkatkan kualitas dan uniformalitas terhadap praktik-prakting
auditing dan governance berkaitan dengan kegiatan lembaga keuangan
islam melalui penyiapan dan penerbitan atandar auditing dan
governance yang diinterprestasikan secara sama oleh lembaga tersebut.
d) Meningkatkan praktik-praktik etika yang baik terkait dengan lembaga-
lembaga keuangan islam melalui penyiapan dan penerbitan kode etik
bagi instansi-instansi tersebut.
e) Mengusahakan kesamaan dan kesesuaian sejauh mungkin terhadap
konsep dan aplikasi diantara badan-badan “Supervisor Syariah” pada
lembaga keuangan syariah untuk menghindari kontradiksi dan
inkonsistensi antara fatwa dan pelaksanaan oleh lembaga-lembaga
dengan suatu harapan agar badan-badan “Supervisor Syariah” dari
lembaga-lembaga keuangan syariah serta sentral bank lebih berperan
aktif melalui penyimpanan, penerbitan dan interprestasi terhadap
standar-standar serta hukum-hukum syariah untuk investasi
(investment), pembiayaan (financing) serta asuransi.
f) Melakukan pendekaan kepada badan-badan pembuat kebijakan atau
keputusan, lembaga-lembaga keuangan islam, serta lembaga keuangan
lainnya yang menawarkan jasa-jasa keuangan islam, accounting dan
auditing untuk mengimplementasikan standar sesuai dengan pedoman
dan standar yang diterbitkan oleh AAOIFI.

4|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
Munculnya standar yang dilakukan oleh AAOIFI bukan tanpa alaan
atau semata-mata untuk dibuat akan tetapi hal ini dapat dilihat dari
beberapa hal sebagai berikut:
1. Standar IASB (IFRS) tidak bisa digunakan semua untuk institusi
keuangan Islam. Dalam beberapa kasus, IFRS sesuai dengan
kepatuhan syariah namun di beberapa hal lainnya tidak mengetahui
karakteristik dari sector keuangan dan perbankan Islam. Maka dari
itu, standar AAOIFI diterbitkan untuk mengatasi kendala tersebut.
2. Standar AAIOFI diterbitkan untuk kegiatan perbankan dan
keuangan Islam yang tidak terdapat dalam IFRS.
3. Standar IASB atau IFRS dapat diadopsi oleh industry keuangan
syariah. Beberapa standar dari IFRS dapat diadopsi sepanjang ia
tidak bertentangan dengan prinsip syariah sehingga dalam hal ini
AAOIFI tidak mengeluarkan standar yang serupa.

Dari ketiga poit tersebut, seungguhnya masih terdapat beberapa sebab


lannya. Sector perbankan dan keuangan Islam bukan berdasarkan atas
kapitalis sebagaimana yang terdapat dalam IFRS. Di saat akuntansi
konvensional menggunakan decision usefulness framework, akuntansi
islam menggunakan akuntabilitas berdasarkan shari’a compliance
framework yang menentukan hak dan kewajiban bagi seluruh pihak ,
termasuk hak dan kewajiban atas transaksi yang belum sesuai dengan
peristiwa lainnya yang sesuai dengan primsip syariah serta konsep
keadilan, kedarmawanan dan kepatuhan atas nilai-nilai bisnis islami
(AAOIFI, SFA 1).

Alas an selanjutnya adalah perbedaan standar fungsi dan kontrak yang


digunakan oleh instansi keuangan Islam berbeda dengan bank
konvensional. Kita semua tahu bahwa tujuan inti dari perbankan
modern adalah untuk memobilisasi dana simpanan dan pengucuran
pinjaman berlandaskan bunga.

5|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
Bank islam tidak dapat menerima atau membayar bunga yang
bertentangan dengan hukum islam atau syariah dan ada beberapa
kontrak yang diperbolehkan islam untuk memperoleh keuntungan.

B. Tujuan terbentuknya A.A.O.I.F.I


1. Mengembangkan pemikiran akuntansi dan auditing yang relevan
dengan lembaga keuangan
2. Menyamakan pemiliran di bidang akuntansi dan auditing yang relevan
bagi lembaga keuangan dan penerapannya melalui pelatihan, seminar,
publikasi jurnal yang merupakan hasil aset
3. Menyajikan, mengumumkan, dan menginterpretaskam standar-standar
akuntansi dan auditing bagi lembaga-lembaga keuangan syariah
4. Merivew dan mengamandemen standar-standar akuntansi dan auditing
bagi lembaga-lembaga keuangan syariah.

AAOIFI menyusun tujuan-tujuan tersebut disesuaikan dengan ketentuan-


ketentuan syariah islam yang mencerminkan sebuah sistem yang
komprehensif bagi semua aspek kehidupan manusia, dan juga diselarskan
dengan lingkungan tempat lembaga keuangan syariah dibangun. Kegiatan
ini difokuskan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna-pengguna
laporan keuangan lembaga-lembaga keuangan syariah serta mendorong
masyarakat untuk menginvestasikan da menitipkan danaya melalui bank
dan lembaga keuangna syariah.

Perbankan syariah telah dibagun untuk mendorong umat islam dan


masyarakat musilim dalam menggunakan uang untuk kepentingan yang
konsisten dengan prinsip-prinsip syariah islam. Perbankan ini sekarng
menjadi sarana yang penting dalam menarik simpanan dari para pemilik
dana yang menginginkan utnuk menginvestasikan dana melalui cara dan
sarana yang sesuai dengan prinsip syariah.

Beberapa cara dan prasarana ditujukkan dengan adanya beberpa fitur


produk meliputi pelarangan riba, bagi hasil usaha, dan berbagai sarana
investasi lainnya. Oleh karena itu, upaya perbankan syariah untuk menarik

6|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
calon investor harus senantiasa mengedepankan unsur kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip syariah serta selalu infor,asi yang jelas kepada nasabah
penabung, dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya.

C. Tiga Standar AAOIFI dalam Audit Syariah


Adapun tiga bagian penting yang terkait dengan kepatuhan AAOIFI
seperti halnya Dewan Pengawas Syariah (SSB) apakah sudah melakukan
pengawasan terhadap lembaga dari sisi syariah, pertanggung jawaban
terhadap lingkungan sosial (CSR) apakah telah disalurkan untuk kegiatan
sosial, seperti pemgungkapan dan penyajian dari laporan keuangan apakah
sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
Menurut AAOIFI, sebuah Dewan Pengawas Syariah (SSB) merupakan
badan hukum independensi yang khusus menilai dari segi fiqih muamalah
(hukum komersial islam). Tujuannya adalah untuk memastikan apakah
lembaga keuangan islam (IFI’s) sudah sesuai dengan prinsip syariah.
Sebagai contoh dalam akad praktiknya harus sesuai agar terhindar dari
unsur-unsur yang dilarang seperti maisir, gharar, dan riba dalam
bertransaksi
Sebuah audit syariah harusnya dilakukan ketika produk (bank syariah,
misalnya murabahah) dilakukan dan dijalankan, karena audit syariah
melaporkan dari aspek sosial dan ekonomi dari suatu lembaga. Sehingga,
diperlukan kompetensi pemahaman syariah khususnya bagi para pelaku di
lembaga syariah dapat dikatakan bahwa tugas pertama Dewan Pengurus
Syariah (SSB) adalah memberikan bimbingan dalam arti tidak hanya
memberikan evaluasi atau kritikan saja. ,elainkan juga adanya
pengawasan.
Pola kedua yakni tanggung jawab terhadap lingkungan sosial (CSR), untuk
mengetahui apakah lembaga sudah membuat perencanaan kegiatan sosial
dan merealisasikannya dalam bemtuk penyaluran kepada masyarakat
sekitar. Sehingga manfaat dan keberadaan lembaga dapat lebih dirasakan
salah satunya yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup.
Pola ketiga yakni pengungkapan dan penyajian laporan keuangan
(Financial Syariiah atau FS). Tujuannya adalah untuk memberikan

7|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
informasi terkait dengan kepatuhan lembaga syariah (IFI’s) dengan
prinsip-prinsip syariah. Dari mana sumber kekayaan itu berasal dan
kemana hasil usahanya dikeluarkan.
Dalam konteks islma, model tata kelola perusahaan untuk organisasi bisnis
adalah berasal dari keputusan syariah. Misalnya, mereka harus merancang
sistem yang sesuai dengan prinsip syariah dan memberikan perindungan
terhadap haknya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif antara Dewan
Pengawas Syariah (SSB) dan tingkat pengungkapannya laporan keuangan.
Karena idealnya, Dewan Pengurus Syariah (SSB) dan audit eksternal dapat
saling bersinergim seperti melakukan pengecekan terhadap transaksi yang
ada pada Lembaga Kuangan Syariah (LKS) guna menghasilkan efektivitas
yang lebih, dalam peran pemantauan dan juga pengawsan.

D. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)


Corporate governance adalah sistem hak, proses, dan control secara
keseluruhan yang ditetapkan secara internal dan eksternal oleh manajemen
sebuah intensitas bisnis dengan tujuan untuk melindungi kepentingan-
kepentingan semua pemangku kepentingan (stakeholder).
Selain standar dalam corporate governance LKS, diperlukan juga sebuah
standar etis terhadap sumber daya insani yang meliputi kode etik tambahan
bagi auditor maupun bagi karyawan LKS. Adapun tiga bagian yang
berkaitan dengan kode etik bagi auditor pada LKS , yaitu:
1. Landasan syariah etika seorang akuntan (integritas, prinsip manusia
sebagai khalifah di muka bumi, keikhlasan, kesalehan, kebenaran dan
niat mengerjakan tugas dengan sempurna, takut pada Allah dalam
segala hal, tanggung jawab terlebih dahulu sebelum kepada Allah.
2. Pronsip-prinsip etika bagi akuntan (kepercayaan, legitimasi,
obyektifitas, kompetensi, skill, perilaku berdasar keimanan, perilaku
professional dan standar teknis)
3. Aturan modal bagi akuntan.

Dari paparan tersebut sangat jelas bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
Bank Indenesia (BI), Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan

8|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
Pengawas Syariah (DPS) adalah pihak-pihak yang berperan dalam
pengendalian dan pengawasan Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Dalam
menjalankan fungsinya OJK, BI, dan DSN lebih berperan dalam
pengawasan, sedangkan DPS lebih berperan dalam pengendalian LKS.

Kegiatan audit pada LKS itu sendiri terdiri atas tiga tingkat, yaitu:

1. Audit internal yang dilakukan oleh auditor internal LKS yang bertugas
dalam menguji kesesuaian laporan LKS dengan standar akuntansi yang
berlaku (PSAK) serta menjamin bahwa semua SOP yang telah dibuat
oleh LKS telah dijalankan dengan semestinya.
2. Audit eksternal yang dilakukan oleh akuntan public yang tugasnya
menguji kembali keakuratannya dari hasil audit internal.
3. Auditor yang melakukan audit atas LKS harus seorang auditor
bersertifikasi atau memiliki gelar Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS)
yang bertugas untuk memastikan bahwa produk dan transaksi bank
syariah telah sesuai dengan prinsip dan aturan syariah.

Dalam kerangka tata kelola perusahaan audit eksternal berfungsi untuk


memberikan opini pembanding atas audit internal dalam menjaga
kepatuhan terhadap standar akuntansi dan audit, kesesuaian dengan prinsip
syariah, dan lain-lain.

Dalam prakteknya, audit eksternal dilakukan secara incidental (hanya


sekali dalam setahun), sedangkan audit internal dilakukan secara rutin
karena fungsinya terkait dengan pengendalian di dalam LKS. Auditor
eksternal berpera untuk memastikan bahwa Laporan Kuangan LKS telah
disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan memastikan
bahwa keuntungan benar-benar merefleksikan kondisi LKS sebenarnya
serta memastikan bahwa laba dihasilkan bukan dari usaha yang
bertentangan dengan syariah.

Setelah auditor memberikan hasil audit dengan memberikan opini apakah


LKS yang diaudit dinyatakan shari’a compliance atau tidak, maka tugas

9|Accounting and auditing organisations for


Islamic financial i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
auditor dalam melaksanakan audit telah selesai. Apabila terjadi sesuatu
kesalahan ataupun pelanggaran dalam kegiatan operasi LKS maka pihak
yang harus bertanggung jawab adalah manajemen LKS itu sendiri.
Tanggung jawawb auditor hanya terletak pada opini yang diberikan atas
laporan keuangan, bukan kegiatan atau operasionalnya.

Kegiatan pengawasan dan audit pada bank syariah adalah satu rangkaian
yang saling mendukung dalam kegiatan tata kelola perusahaan (corporate
governance) dan harus dilakukan sesuai standar serta memperhatikan kode
etik. Seluruh kegiatan ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap LKS (Lembaga Keuangan Syariah).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adanaya pengendalian dan pengawasan pada LKS audit dan corporate
governance tidak berarti dapat memindahkan tanggung jawab manajemen
LKS dalam menjalankan operasi LKS. Untuk mewujudkan pengawasan
yang efektif dan berdaya guna hendaknya OJK dan BI Indonesia
mendukung sepenuhnya atas segala kegiatan pengawasan LKS yang
melibatkan DSN dan DPS. Audit atas LKS dan disesuaikan dengan standar
audit AAOIFI. Segala kelemahan yang ada dalam sistem pengendalian dan
pengawsan bisa diminimalkan dengan melakukan tata kelola perusahaan
yang baik.

10 | A c c o u n t i n g a n d a u d i t i n g o r g a n i s a t i o n s f o r
I s l a m i c f i n a n c i a l i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
DAFTAR PUSTAKA

Chapra, M. Umer dan Ahmed, Habib, 2008, Corporate Governance


Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta PT Bumi Aksara
Muhammad Rifqi, 2008, Akuntansi Keuangan Syari’ah, Yogyakarta, P3EI
Press
Muhammad syafi’I Antonio,2007, Bank Syariah, Jakarta, Gama Insani
https://akuntansikeuangan.com

Lampiran

11 | A c c o u n t i n g a n d a u d i t i n g o r g a n i s a t i o n s f o r
I s l a m i c f i n a n c i a l i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
Standar Syariah (sharia standard)
1. Memperdagangkan mata uang (trading in currencies)
2. Kartu debit, dan kartu kredit (debit card, charge card, and credit
card)
3. Debitur procrast (procrastinating debtor)
4. Pelunasan hutang (Settlement of debt by set off)
5. Jaminan (Guarantees)
6. Peliputan bank konvensional menjadi bank islami (Conversion of
a conventional bank to an islami bank)
7. Hawalah
8. Murabahah
9. Ijarah and ijarah muntahia bittamlik
10. Salam and parallel salam
11. Istisna’a and parallel istisna’a
12. Musharokah dan perusahaan modern (Sharikah (musharokah) and
modern corporations)
13. Mudhorobah
14. Documenter kredit (Documentary credit)
15. Jua’lah
16. laporan komersial (Commercial papers)
17. Saham sukuk (Investment sukuk)
18. Kepemilikan (Possession) (qabd)
19. Pinjaman (Loan) (qard)
20. Komoditas pasar (Commodities in organized markets)
21. Laporan keuangan (Financial papers) (shares and bonds)
22. (Concession contracts)
23. Agensi (Agency)
24. Pembiayaan sindikasi (syndicated financing)
25. Kombinasi kontrak (Combination of cotracts)
26. Asuransi islami (Islamic insurance)
27. Indeks (Indices)
28. Layanan bank (Banking service)
29. Ketentuan etika fatwa dalam kerangka kelembagaan (Stipulations
and ethics of fatwa in the institutional framework)
30. Monetisasi (Monetization) (tawarruq)
31. Mengontrol keuangan atas gharar dalam setiap transaksi (Controls
on gharar in financial transactions)
32. Arbitrasi (Arbitration)
33. Wakah (waqf)
34. Memiliki karyawan (Hiring of persons)
35. Zakat (Zakah)

12 | A c c o u n t i n g a n d a u d i t i n g o r g a n i s a t i o n s f o r
I s l a m i c f i n a n c i a l i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
36. Dampak dari insiden kontijensi pada komitmen (impact of
contingent incidents on commitments)
37. (persetujuan kredit (Credit agreement)
38. Transaksi keuangan online (Online financial dealings)
39. Hipotek dan aplikasi kontemporernya (mortgage and its
contemporary applications)
40. Distribusi laba dalam akun investasi mudarabah (Distributions of
profit in mudarabah based investments accounts)
41. Asuransi islami (Islamic reinsurance)
42. Hak keuangan dan bagaimana proses dan transfer (Financial rights
and how they are exercised and transferred)
43. Kepailitan (insolvency)
44. Mendapatkan dan menggunakan likuiditas (Obtaining and
deploying liquidity)
45. Perlindungan modal dan investasi (Protection of capital and
investments)
46. Al-Wakalah Bi Al-Istithmar (Investment Agency)
47. Atuean untuk menghitung profit dalam transaksi keuangan (Rules
for Calculating Profit in Financial Transactions)
48. Pilihan untuk mengakhiri karena pelanggaran kepercayaan
(Options to Terminate Due to Breach of Trust (Trust-Based
Options)
49. Janji sepuhak dan bilateral (Unilateral and Bilateral Promise)
50. Kemitraan irigasi (Irrigation Partnership) (Musaqat)
51. Pilihan mencabut kontrak karena kinerja tidak lengkap (Options to
Revoke Contracts Due to Incomplete Performance)
52. Opsi untuk mempertimbangkan kembali (opsi pendinginan,
pemilihan, atau opsi , dan opsi mencabut karena non pembayaran
(Options to Reconsider (Cooling-Off Options, Either-Or Options,
and Options to Revoke Due to Non-Payment)
53. Arboun (Earnest Money)
54. Pencabutan kontrak dengan opsi cooling off (Revocation of
Contracts by Exercise of a Cooling-Off Option)

Standar Akuntasni (Accounting Standards)


Financial Accounting Statement
Conceptual framework for financial reporting by Islamic financial
institutions

13 | A c c o u n t i n g a n d a u d i t i n g o r g a n i s a t i o n s f o r
I s l a m i c f i n a n c i a l i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
Financial accounting Standards (FAS)
FAS 1- General presentation and disclosure in the financial statements
of Islamic banks and financial institutions
FAS 2- Murabaha and Murabaha to the purchase order
FAS 3- Mudaraba Financing
FAS 4- Musharaka Financing
FAS 7- Salam and Parallel salam
FAS 8- Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek
FAS 9- Zakah
FAS 10- Istisna’a and Parallel Istisna’a
FAS 11- Provisions and reserves
FAS 12- General Presentation and disclosure in the financial
statements of Islamic insurance companies
FAS 13- Disclosure of bases for determining and allocating surplus or
deficit in Islamic insurance companies
FAS 14- Investment Funds
FAS 15- Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies
FAS 16- Foreign Currency Transactions and Foreign Oporations
FAS 18- Islamic Financial Services offered by conventional financial
institutions
FAS 19- Contributins in Islamic insurance companies
FAS 20- Disclosure on transfer of assets
FAS 22- Segment Repoting
FAS 23- Consolidation
FAS 24- Investments in Associates
FAS 25- Investment in sukuk, shares and similar instrument
FAS 26- Investment in real estate
FAS 27- Investment Accounts

Standar Tata Kelola Perusahaan (Governance Standard)


1. Shari’ah supervisory board : appointment, compositin and report
2. Shari’ah review
3. Internal shari’ah review
4. Audit and governance committee for Islamic financial institutions
5. Independence of shari’ah supervisory board
6. Statement on governance principles for Islamic financial
institutions
7. Corporate social responsibility conduct and disclosure for Islamic
financial institutions

Standar kode etik (codes of ethich)

14 | A c c o u n t i n g a n d a u d i t i n g o r g a n i s a t i o n s f o r
I s l a m i c f i n a n c i a l i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )
1. Code of ethics for accoauntants and auditors of islamis financial
institutions
2. Code of ethics for the employees of Islamic financial institutons

15 | A c c o u n t i n g a n d a u d i t i n g o r g a n i s a t i o n s f o r
I s l a m i c f i n a n c i a l i n s t i t u t i o n s ( A . A . O . I . F. I )

Anda mungkin juga menyukai