Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HIDROSEFALUS

Pembimbing Akademik :

Lilis Maghfuroh, S.Kep, Ns, M.Kes

Pembimbing Klinik :

Oleh :

NUKE WIDIYAWATI AYU .P

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS) S1-KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
HIDROSEFALUS

1. Pengertian
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang
subaraknoid atau ruang subdural (Price, 2005).
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebro spinal tanpa atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi
sehingga terdapat pe;ebaran ruang tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,
2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan-jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kepecatan absorbsi oleh
vili aracnoid. Akibat berlebihnya cairan serebrospinal dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya pelebaran ruang-ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010).

2. Klasifikasi
Jenis hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1) Waktu Pembentukan
(1) Hidrosefalus congenital, yaitu hidrosefalus yang dialami sejak dalam kandungan
dan berlanjut setelah dilahirkan.
(2) Hidrosefalus akuisita, yaitu hidrosefalus yang terjadi setelah bayi dilahirkan atau
terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono, 2006)
2) Proses Terbentuknya Hidrosefalus
(1) Hidrosefalus akut, yaitu hidrosefalus yang terjadi secara mendadak yang
diakibatkan karena gangguan absorbsi CSS .
(2) Hidrosefalus kronik, yaitu hidrosefalus yang terjadi setelah cairan CSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim, 2007)
3) Sirkulasi Cairan Serebrospinal
(1) Communicating, yaitu kondisi hidrosefalus dimana CSS masih bisa keluar dari
ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
(2) Non communicating, yaitu kondisi hidrosefalus dimana sumbatan aliran CSS
yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan ventrikel-
ventrikel otak (Anonim, 2007)
4) Proses Penyakit
(1) Acquired, yaitu hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai otak
dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkus otak (meningen).
(2) Ex-vacuo, yaotu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cedera
traumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atau athropy
(Anonim, 2007)

3. Etiologi
Hidrosefalus terjadi jika ada penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antar
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subaracnoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan
aliran cairan CSS sering terjadi pada bayi dan anak ialah:
1) Kongenital: disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim, atau infeksi
intrauterine meliputi:
(1) Stenosis aquaductus sylvi
(2) Spina bifida dan kranium bifida
(3) Syndrom Dandy-Walker
(4) Kista arakhnoid dan anomali pembulu darah
2) Didapat: disebabkan oleh infeksi, neoplasma dan perdarahan.
(1) Infeksi: akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patalogis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar di sterrna basalis dan daerah
lain. Penyebab lain infeksi adalah toksoplasma.
(2) Neoplasma: hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya satu glioma yang
berasal dari cerebrum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disrbabkan
kroniofaringoma.
(3) Perdarahan : perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat dari darah itu sendirui (Nursalam, 2005).

4. Manifestasi Klinis
1) Pembesaran kepala.
2) TIK meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala, oedema papil.
3) Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbital.
4) Gangguan kesadaran, kejang.
5) Gangguan sensorik.
6) Penurunan dan hilangnya kemampuan aktivitas.
7) Perubahan pupil dilatasi.
8) Gangguan pengelihatan (diplopia, kabur, visus menurun)
9) Perubahan TTV (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi / hipotermi).
10) Penurunan kemampuam berfikir.
Hidrosefalus pada dewasa gejalanya antara lain adalah sakit kepala, kesadaran
menurun, kejang, kelemahan saraf, inkontinensia urine (sulit menahan air kencing),
mencong mulut, nyeri kepala diikuti gejala muntah, dan gangguan pengelihatan. Bahkan
hidrosefalus pada dewasa tidak segera diatasi bisa sampai menyebabkan kebutaan. Bila
pasien hidrosefalus sudah buta tidak bisa mengembalikan pengelihatannya lagi dan bila
kesadaran penderita hidrosefalus menurun bisa meniggal (Eko Prasetyo, 2004).

5. Patofisiologi
Jumlah CSF dalamrongga serebrospinal yang berlebih dapat meningkatkan tekanan
hingga dapat merusak saraf. Keadaan ini disebut hidrosefalus yang berarti “ kelebihan air
dalam kubah tengkorak”. Jadi, hidrosefalus dapat disebabkan oleh pleksus koroideus,
absorbsi yang inadekuat, atau obstruksi aliran keluar dari salah satu ventrikel atau lebih.
Ada dua jenis hidrosefalus yaitu nonkomunikans (terjadi sumbatan aliran cairan dari
system ventrikel ke ruang subaraknoid) dan komunikans (tidak ada sumbatan).
Hidrosefalus no komunikans merupakan masalah bedah saraf yang sering terjadi
pada pedeatric, dan awitan terjadi segera setelah lahir. Penyebb lazim adalah
penyempitan akuaduktus sylvii congenital. Oleh karena cairan dibentuk olek pleksus
koroideus dari kedua ventrikel tersebut sangat membesar. Hal ini menyebabkan
penekanan otak terhadap tengkorang sehingga otak menjadi tipis. Tekanan yang
meningkat ini juga mengakibatkan kepala neonatus membesar. Hidrosefalus obstruktif
juga sering disertai meningomielokel (suatu keadaan kongenital dengan tidak
dapatbersatunya tabung neural sehingga medula spinalis terbuka sedangkan saraf spinal,
dural, dan lapisan lain yang lebih supefisial dari medula spinlis susunannya tidak teratur).
Sebagian besar anak yang menderita meningomielokel pada akhirnya mengalami
hidrosefalus, terutama setelah mengalami operasi meningomielokel. Pada orang dewasa
hidrosefalus obstruktif biasanya disebabkan oleh tumor pada fosa posterior, yang
mengakibatkan deformitas akuaduktus sylvii atau ventrikel keempat.
Hidrosefalus komunikans dapat disebabkan oleh pleksus koroideus neonatesyang
berkembang berlebihan sehingga lebih banyak cairan yang berbentuk daripada yang
direarbsorbsi oleh vili araknoidalis. Dengan demikian, cairan terkumpul di dalam
ventrikel maupun di luar otak sehingga kepala membesar dan otak mengalami kerusakan
berat. Akan tetapi, hidrosefalus komunikans justru lebih banyak disebabkan oleh
gangguan reabsorbsi CSF. Keadaan ini biasanya terjadi akibat meningitis atau gangguan
iritasi yang mengakibatkan sumbatan atau jaringan parut pada ruang subaraknoid.
Peningkatan volume yang terjadi akibat CSF yang tidak terabsorbsi mengakibatkan
pembesaran terhadap ventrikel keempat, yang pada gilirannya akan menimbulkan
penekanan destruktif pada jaringan otak disekitarnya. Karena ventrikel membesar, maka
tekanan di dalamnya biasanya normal atau menurun walaupun volumenya meningkat.
Oleh karena itu bentuk hidrosefalus komunikans ini sering disebut hidrosefalus tekanan
normal atau tekanan rendah. Hingga saat ini bentuk ini paling sering terjadi pada dewasa.
Adanya iritasi pada ruang subaraknoid menyebabkan hidrosefalus komunikans segera
diikuti dengan demensia, kelemehan, dan terkadan inkontinensia urine. Sindrom
hidrosefalus tekanan rendah harus diketahui karena penyakit ini merupakan penyebab
demensia yang masih dapat diobati menggunakan pemsangan pirau untuk mengalirkan
CSF ke system venz ekstrakranial (Eko Prasetyo, 2004).
6. WOC
7. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan fisik
(1) Pengukuran lingkar kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal.
(2) Transiluminasi
2) Pemeriksaan darah
Tidak ada pemeriksaan darah khusus hidrosefalus
3) Pemeriksan cairan serebrospinal
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis
untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemunginan ada infeksi sisa.
4) Pemeriksaan radiologi
(1) X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
(2) Usg kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
(3) CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur0struktur intraserebral lainnya (Mualim, 2010).

8. Penatalaksanaan
1) Pencegahan
Dilakukan penyuluhan, penerangan keluarga berencana dan menghindari perkawinan
antara keluarga dekat . menghindari trauma kepala saat proses kelahiran.
2) Terapi medikamentosa
Hidrosefaus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberikan asetazolamid dengan dosis 25-50
Mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberi manitol. Deuretika dan kortikosteroid
dapat diberikan meski hasilnya kurang memuaskan. Pemberian diamox atau
furocemid juga dapat diberikan.
3) Pembedahan
Tujuannya untuk memperbiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Dengan
pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS ke dalam rongga kranial.
4) Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu:
(1) Mengurangi produksi CSS.
(2) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi.
(3) Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ eksternal (Riyadi, 2009).
9. Komplikasi
1) Peningkatan TIK
2) Kerusakan otak
3) Infeksi: sptikemia, endokarditis, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4) Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
5) Hematoma subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi rongga dalam rongga
abdomen, fistula, hernia, dan ileus
6) Kematian (Riyadi, 2009).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
HIDROSEFALUS

1. Pengkajian
1) Identitas: sering terjadi pada bayi dan anak-anak, resiko sering terjadi pada bayi lahir
prematur.
2) Riwayat penyakit / keluhan utama: muntah, gelisa, nyeri kepala, lelah, apatis,
pengelihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi pengelihatan perifer.
3) Riwayat penyakit dahulu:
(1) Antenatal: perdarahan saat hamil, adanya infeksi intra uterin / kongenital
(2) Natal: perdarahan saat melahirka, trauma sewaktu lahir
(3) Posnatal: infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
4) Riwayat tumbuh kembang:
Kelahiran: prematur, lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis dengan
keras atau tidak.
5) Kekejangan: mulut dan perubahan tingkah laku, apakah pernah terjatuh dengan kepala
terbentur, keluhan sakit perut.
6) Riwayat imuiasi:
Pada anak usia 3 bulan, biasanya anak belum mendapat imunisasi yang lengkap,
bahkan belum sempat sama sekali.
7) Pemeriksaan fisik
(1) B1 (Breath): dipsnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
(2) B2 (Blood): pucat, peningkatan systole tekanan darah, penuruan nadi
(3) B3 (Brain): sakit kepala, penurunan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat,
pembesaran kepala, perubahan pupil, pengelihatan ganda, kontruksi pengelihatan
perifer, strabismus (juling), tidak dapat melihat ke atas (sunset eyes), kejang,
perkembangan motorik terlambat, TIK meningkat, tekanan dan penipisan tulang
supra orbital
(4) B4 (Blader): oliguria
(5) B5 (Bowel):mual, muntah, malas makan
(6) B6 (Bone): kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstremitas, hiperfleksi otot
lutut / axiles
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d peningkatan TIK
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan aliran darah ke otak akibat
peningkatan TIK
3) Keterlambatan pertumbuhn dan perkembangan b.d gangguan pertumbuhan fisik
(hidrosefalus)
4) Hambatan mobilitas fisik b.d kepala membesar
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual, muntah
6) Resiko infeksi b.d luka post op
7) Berduka b.d kelahiran anak hidrosefalus
8) Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya info tentang proses penyakit
9) Ansietas b.d ketakutan akan perkembangan anak selanjutnya

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan - Kaji status neurologis yang
perfusi jaringan otak keperawatan 1 x 24 diharapkan berhubungan dengan
b.d gangguan aliran perfusi jaringan serebral efektif. peningkatan TIK, terutama
darah ke otak akibat KH: GCS
peningkatan TIK - Terpelihara status neurologis - Monitor TTV tiap 15 menit
- Tanda vital stabil smpai keadaan pasien
Bayi stabil
TD: 70-90/50 mmHg - Monitor tingkat kesadaran ,
N:120-130x/menit sikap reflek, fungsi
RR:30-40X/menit motorik, sensorik tiap 1-2
S:36,5-37,5ͦC jam
Anak - Naikkam kepala dengan
TD:80-100/60 mmHg sudut 15-45 ͦ, tanpa bantal
N:80-90x/menit (tidak hiperekstensi atau
RR:20-30x/menit fleksi) dan posisi netral
S:36,5-37,5ͦC (posisi kepala sampai garis
lumbal ada dalam garis
lurus)
- Anjurkan anak dan
orangtua untuk mengurangi
aktivitas yang dapat
meningkatkan TIK
- Monitor tanda peningkatan
TIK, misalnya: iritabilitas,
tangis, sakit kepala, mual
muntah
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan - Berikan makanan lunak
nutrisi kurang dari keperawatan 1 x 24 jam diharap TKTP
kebutuhan b.d nutrisi terpenuhi - Beri pasien makan dengan
anoreksia, mual, KH: posisi semi fowler dan
muntah - BB ideal berikan waktu yang cukup
- Tidak muntah untuk menelan
- Tidak terjadi malnutrisi - Timbang BB bila mungkin
- Jaga kebersihan mulut
- Berikan makanan ringan
diantara waktu makan
- Beri penjelasan pada
keluarga tentang makan
yang baik dikonsumsi
untuk anak
Defisiensi Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat pendidikan dan
pengetahuan b.d keperawatan 1 x 24 jam: pengetahuan orangtua
kurangnya info - Orangtua mampu ungkapkan pasien
tentang proses pengertian rencana - Beri penjelasan tentang
penyakit keperawatan hidrosefalus dan prosedur
- Orangtua dapat pembedahan pada orang tua
mendemonstrasikan - Libatka orangtua pada
kemampuan merawat di rumah perawatan pasca opersi
- Orangtua tau cara pengobatan - Jelaskan pada orangtua
dirumah tentang tanda dan gejala
infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prasetyo, 2004. Hidrosefalus Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi: Manado.
http://www.hydroassoc.org Diakses pada tanggal 8 Desember 2015

Nursalam, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika

Price, Sylvia Anderson, 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC

Riyadi, 2009. Asuhan keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

NANDA 2005-2006. Nursing Diagnosa: Deffinition & Classification. Philadhelphia.

Mualim, 2010. Askep Hidrosefalus. http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-


hydrocephalus,html Diakses pada tanggal 8 Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai