Prosesnya diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu harus dalam keadaan
kerentanan sehingga dapat memproses sakit.
Pengertian sakit maupun sehat sebenarnya adalah relatif subjektif. Sebagai fenomena
biologis pengertian ini masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Sebagai
contoh penyakit gigi. Untuk masyarakat strata rendah bisa jadi sakit gigi belum dirasakan
sebagai sesuatu yang menyakitkan yang disebut sebagai “ sakit “ atau “ penyakit “. Mereka
baru mengatakan sebagai sakit jika mereka tidak dapat bangun karenanya serta tidak lagi bisa
bekerja. Lain halnya bagi strata tinggi atau mereka yang berpendidikan. Jangankan sakit gigi,
permulaan pertumbuhan gigi yang kelihatan tidak wajar cepat-cepat sudah dianggap sebagai
permulaan gangguan yang dapat mendatangkan penyakit.
Sakit : adalah kondisi dimana tubuh setidak-tidaknya merasakan adanya perasaan gangguan
fisiologis, psikologis, maupun gangguan berdaptasi secara sosial.
Sehat : keadaan yang qua-prima, meliputi tidak hanya fisik, mental,dan sosial, namun
juga bebas dari arti sakit dan cacat.
1. Konsep Sehat
Sehat dan sakit adalah suatu kejadian yang merupakan suatu rangkaian proses yang
berjalan terus menerus yang berada dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana konsep
sehat sakit dapat dianggap bergerak dari suatu titik sehat ke titik sakit melalui suatu garis
hirizontal. Sebagai ilustrasinya, digambarkan sebagai berikut :
Konsep sederhana ini kemudian mengalami perkembangan yang begitu pesat searah
dengan tuntutan kemajuan iptek dan perkembangan sosial budaya masyarakat. Karena itu,
misalnya, sehat yang dulu dapat dijelaskan hanya sekedar dengan menyatakannya dengan “
tidak sakit “ menajadi suatu hal yang sulit dimengerti. Demikian juga pertanyaan mengapa
terjadi sakit, tidaklah menjadi suatu pertanyaan yang mudah dijawab atau hanya
mempunyai satu jawaban tunggal. Hal itu ditandai dengan berkembangnya konsep sakit
yang semua single-kausa menjadi multi-kausa. D. Konsep Sakit Perubahan status sehat ke
status sakit berkaitan dengan adanya keterpaparan yang dialami dan kerentanan tubuh
manusia dalam menghadapi keterpaparan itu.
Keterpaparan
Ya Ttidak
Sehat Sehat
Tidak
Untuk menderita sakit,seorang harus mengalami keterpaparan, dan rentan / peka
terhadap keterpaparan itu. Konsep ini sekaligus memberikan gambaran bahwa untuk
mencegah penyakit dapat dilakukan dengan dua cara utama :
1. Menghindari keterpaparan, misalnya memberikan desinfektan dan
2. Menurunkan kerentanan, misalnya dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan
imunisasi.
1. Host ( Pejamu )
Pejmu, yakni manusia itu sendiri dikaitkan dengan kerentanan dan sesistesi terhadap
terpaparnya oleh agent maka perlu diketahui ciri-cirinya antara lain usia, jenis kelamin,
etnis , golomgan darah A , B , AB ,atau O , sosial ekonomi , status perkawinan ,
hereditas, nutrisi, imunitas , gaya hidup, penyakit-penyakit yang pernah diderita,
kecelakaan yang pernah dialami. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor
timbulnya suatu penyakit sebagai berikut:
1. Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma,
jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.
2. Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis,
diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang
hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi
pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi,
jantung, dll.
3. Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang
beda kerentangannya terhadap suatu penyakit.
4. Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti
hemofilia,buta warna, sickle cell anemia, dll.
5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll
6. Bentuk anatomis tubuh
7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Penyakit yang diderita sebelumnya
11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
2. Agent (agen)
Agent (agen) adalah salah satu dari sekian banyak faktor- faktor lingkungan hidup
yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit, agent (agen) dalam hal ini bisa
dipandang sebagai unsur yang hidup maupun tak hidup, yang apabila terjadi kontak
dengan manusia secara efektif dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit.
3. Environment
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik, termasuk didalamnya adalah tanah, air, dan udara semua
benda yang terbuat dari hasil interaksi ketiganyaseperti halnya bangunan-bangunan,
sampah dan tempatnya, sistem pengairan, dsb
b. Lingkungan Biologi
Yang termasuk dalam lingkungan biologi ialah semua organisme hidup yakni,
binatang dan tumbuhan termasuk mikroorganisme, kec manusia karna manusia
termasuk kedalam lingkungan sosial,.
c. Lingkungan Sosial
Yang termasuk lingkungn sosial , yakni semua interaksi antar manusia dan
termasuk hasil dari interaksi tersebut meliputi ekonomi, kebudayaan ,
psikososial, kesenian, adat istiadat ,politik, kesehatan, idiologi, agama, dan
sebagaiya.
C. Karakteristik Dari Host, Agent, Environment
Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinterkasi satu
sama lain. Jika interaksinya seimbarig, terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dan perubahan
unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung
pada karakteristik dan ketiganya dan interaksi antara ketiganya.
2. Karakteristik Agent
a. Infektivitas: kesanggupan dan organisma untuk beradaptasi sendiri terhadap
lingkungan dan penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply)
dalam jaringan penjamu. Umumnya diperlukan jumlah tertentu dan suatu
mikroorganisma untuk mampu menimbukan infeksi terhadap penjamunya. Dosis
infektivitas minimum (minimum infectious dose) adalah jumlah minimal
organisma yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. jumlah ini berbeda
antara berbagai spesies mikroba dan antara individu.
b. Patogenesitas: kesanggupan organisma untuk menimbulkan suatu reaksi klinik
khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang.
Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang
terinfeksi, Hampir semua orang yang terinfeksi dengan virus smallpox
menderita penyakit (high pathogenicthy), sedangkan orang yang terinfeksi
poliovirus tidak semua jatuh sakit (low pathogenicity).
c. Virulensi: kesanggupan organisma tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis
yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman
menunjukkan beratnya (severity) penyakit.
d. Toksisitas: kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia yang
toksis dan substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk
menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
e. Invasitas: kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar
setelah memasuki jaringan
f. Antigenisitas: kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi imunologis
dalam penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenisitas Iebih kuat
dibanding yang lain. Jika menyerang pada aliran darah (virus measles) akan
lebih merangsang immunoresponse dan yang hanya menyerang permukaan
membrane (gonococcus).
3. Karakteritik Enveronment
a. Topografi: situasi lokasi tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia
yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit
tertentu.
b. Geograuis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dan bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.
1. Interaksi agent-lingkungan
2. Interaksi host-lingkungan
3. Interaksi host-agen
4. Interaksi agent host-lingkungan
Pada garis besarnya ketiga unsur agent, pejamu dan lingkungan tersebut saling
berkaitan atau saling pengaruh mempengaruhi secara timbal balik. Ketiga unsur harus
dalam bentuk keseimbangan, kalau tidak akan menimbulkan berbagai penyakit. Ini berarti
agen itu tidak akan dapat menimbulkan penyakit bila host memiliki kekebalan yang bagus.
Daya tahan yang optimal. Host ini menjadi sehat bila didukung oleh lingkungan hidup yang
sehat memiliki tanda-tanda lingkungan fisik seperti halnya sanitasi lingkungn dan higine
sehat, sosial budaya dan ekonomi bagus stabil kuat. Lingkungan biologi seperti pepohonan
tertata rapi subur menyebarkan oksigen di udara bebas dan menyerap karbon dioksida (
CO2) dan gas-gas racun lainnya secara optimal, maka jasad renik patogen akan ditekan
sehingga tidak akan dapat menimbulkan penyakit. Sebaliknya lingkungan sosial budaya dan
ekonomi yang buruk,menyebabkan stress pada masyarakat. Stress adalah sumber timbulnya
berbagai, penyakit melalui sistem psikosomastis. Daya tahan menjadi rendah. Didukung
lingkungan fisik yang buruk, berupa sanitasi lingkungan dan higine yang jelek, menambah
kekuatan jasad renik. Patogen dapat beraksi dengan hebat.
َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َّ ي َ َ َ َ ََ ُ َ َْْ َّ َ
ْب عن
ْ ِ ال هريرْة أ
ْ ق: ال
ْ بق ْ عد َوى, ل
ْ ِ الن: ل ْ ل َوأح ي
ْ ط َيْة و, ب ْ َالصالح الفأ
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Tidak ada penyakit menular dan thiyarah (merasa sial
dengan burung dan sejenisnya), dan saya menyukai ucapan yang baik”
Maka kompromi hadits ini:maksud dari hadits pertama yang menafikan penyakit menular
adalah penyakit tersebut tidak menular dengan sendirinya, tetapi menular dengan kehendak
dan takdir Allah. Berikut keterangan dari Al-Lajnah Ad-Daimah (semacam MUI di Saudi):
وأما النهي عن الدخول في البلد، ما كان يعتقده أهل الجاهلية من أن العدوى تؤثر بنفسها:العدوى المنفية في الحديث هي
الذي وقع بها الطاعون فإنه من باب فعل األسباب الواقية.
Wabah yang dinafikan dari hadits tersebut yaitu apa yang diyakini oleh masyarakat jahiliyah
bahwa wabah itu menular dengan sendirinya (tanpa kaitannya dengan takdir dan kekuasaan
Allah). Adapun pelaranan masuk terhadap suatu tempat yang terdapat tha’un (wabah
menular) karena itu merupakan perbuatan preventif (pencegahan). 4
Hal ini diperkuat dengan hadits bahwa Allah yang menciptakan pertama kali penyakit
tersebut. Ia tidak menular kecuali dengan izin Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , bahwa seorang lelaki yang berkata
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa onta yang berpenyakit kudis ketika berada
di antara onta-onta yang sehat tiba-tiba semua onta tersebut terkena kudis, maka beliau
bersabda:
Disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR
Bukhari).