PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang :
1. Apa saja teori asal-usul manusia?
2. Bagaimanakah Adam diciptakan?
3. Adakah Kaitannya Manusia Purba dan Manusia Modern?
1.3 Tujuan
Tujuan dari kami membuat makalah ini untuk memahami teori-teori
tentang asal-usul manusia dan mengetahui kaitan antara manusia purba dan
manusia modern. Dan diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari isi
makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Teori C.Darwin
Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12
Desember 1809 – meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April1882 pada
umur 72 tahun) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya
meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan
yang sama (common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai
mekanismenya (Rizantama Ade 2018:25).
The Origin of Species Mengembangkan Dua Pokok Pikiran Utama:
Terjadinya Evolusi dan Seleksi Alam Sebagai Mekanismenya.Darwinisme
mempunyai arti ganda, pertama pengenalan evolusi sebagai penjelasan untuk
kesatuan dan keanekaragaman makhluk hidup, kedua konsep dasar seleksi
alam sebagai akibat evolusi adaptif. Di sini kita akan mencoba menyoroti
kedua segi utama buku Darwin tersebut (RusnaRistasa 2016).
3
pembagian relative variasi dalam satu populasi selama beberapa generasi.
(RusnaRistasa 2016)
2) Seleksi alam akan memperbesar atau memperkecil variasi yang dapat
diwariskan
Seperti kita lihat, suatu organism bisa dimodifikasi melalui hal-hal
yang dialaminya sendiri selama masah idupnya, dan ciri yang di dapatkan
seperti itu bahkan mungkin lebih mengadaptasikan organism tersebut dengan
lingkungannya, tetapi tidak ada bukti bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat yang
didapat selama hidup itu dapat diwariskan. Kita harus membedakan antara
adaptasi yang didapat oleh organism melalui tindakannya sendiri, dengan
adaptasi yang diwariskan dan berkembang dalam suatu populasi selama
beberapa generasi sebagai akibat dari seleksi alam. (RusnaRistasa 2016)
Ciri khas seleksi alam tergantung pada situasi; faktor lingkungan
berbeda dari suatu tempat ketempat lain dan dari suatu masa ke masal
ain.Suatu adaptasi dalam suatu situasi mungkin tidak berguna atau bahka
nmerugikan pada keadaan lain yang berbeda, beberapa contoh akan
memperkuat kualitas seleksi alam yang tergantung pada situasi. (RusnaRistasa
2016).
4
Menurut penelitian terakhir, makhluk pertama suku primat di muka
bumi sudah ada kira-kira 70.000.000 tahun yang lalu, atau semenjak jaman
paleosen tua. Selanjutnya, primat induk ini terus bercabang lebih khusus lagi,
diantaranya adalah keluarga kera pongit (kera-kerabesar), dan keluarga
hominid, yaitu sebgai anggota makhluk yang dianggap sebagai nenek moyang
manusia. Cabang berikutnya adalah keluarga era pongopygmeus (orang utan),
yang mulai muncul ketika awal kala miosen, kira-kira masa 20.000.000 tahun
yang lalu.Cabang ketiga adalah sejenis makhluk nenek moyang manusia yang
hidup kira-kira 10.000.000 tahun yang lalu, atau sama dengan masa akhir kala
Miosen. Makhluk jenis ini diperkirakan berukuran badan raksasa. Sedangkan
cabang yang keempat adalah cabang-cabang kera pongit lainnya, seperti jenis
gorilla dan simpanse, yang terjadi kira-kira pada 12.000.000 tahun yang lalu,
atau pada masa akhir jaman kala Miosen. Lalu yang masih menjadi
pertanyaan besar adalah, siapakah nenek moyang manusia itu? Untuk
menjawab pertanyaan ini, maka upaya pertama yang dilakukan adalah
mencari penghubung yang hilang (missing link) antara kera dan manusia.
5
Kosep lama Konsep baru
Manusia Manusia
Missing link Kera-kera besar Makhluk induk
Kera . Makhluk induk
6
kalangan ilmuwan biologi. Teori ini menjelaskan berbagai penemuan dalam
biologi dengan lebih baik daripada kerangka penjelasan evolusi yang
sekarang berlaku. (Rizantama Ade 2018:28)
Harun Yahya menjelaskan kajiannya melalui buku Keruntuhan Teori
Evolusi, yang berisi:
1) Jenis-jenis makhluk hidup tak bisa berubah. Tidak mungkin
terjadi perubahan dari satu bentuk makhluk hidup ke bentuk
lainnya, misalnya dari ikan menjadi amfibi dan reptil, reptil ke
burung, atau mamalia darat ke paus. (Rizantama Ade 2018:30)
2) Tiap jenis makhluk hidup tidak bekerabat satu sama lain dan
diturunkan dari leluhur yang sama. Masing-masing merupakan
hasil dari suatu tindakan penciptaan tersendiri. (Rizantama Ade
2018:29)
3) Seleksi alam sebagaimana ditemukan Darwin adalah kaidah yang
berlaku di alam, namun tidak pernah menghasilkan spesies baru.
(Rizantama Ade 2018:29)
4) Tidak ada mutasi yang memberikan keuntungan berupa
peningkatan kelestarian makhluk hidup. Selain itu, mutasi tak
menambah kandungan informasi dalam materi genetis makhluk
hidup. (Rizantama Ade 2018:30)
5) Catatan fosil tak menunjukkan adanya bentuk transisional, serta
menunjukkan penciptaan tiap kelompok makhluk hidup secara
terpisah. (Rizantama Ade 2018:30)
6) Abiogenesis (kemunculan makhluk hidup dari materi tak-hidup)
tak mungkin terjadi. (Rizantama Ade 2018:31)
7) Kerumitan dan kesempurnaan yang ditemukan pada tubuh dan
DNA makhluk hidup tak timbul karena kebetulan, namun
merupakan bukti bahwa ada yang merancang kerumitan tersebut.
8) Materi dan persepsi kita adalah ilusi; yang nyata adalah Allah,
yang meliputi segalanya.
7
Harun Yahya menyimpulkan 4 hal yaitu:
a) Teori Evolusi Telah Runtuh
Sejak langkah pertamanya, teori evolusi telah gagal. Buktinya,
evolusionis tidak mampu menjelaskan proses pembentukan satu
protein pun. Baik hukum probabilitas maupun hukum fisika dan
kimia tidak memberikan peluang sama sekali bagi pembentukan
kehidupan secara kebetulan. (Rizantama Ade 2018:31)
Evolusi lebih merupakan sebuah kepercayaan – atau tepatnya
keyakinan – karena mereka tidak mempunyai bukti satu pun untuk
cerita mereka. Mereka tidak pernah menemukan satu pun bentuk
peralihan seperti makhluk setengah ikan- setengah reptil, atau
makhluk setengah reptil-setengah burung. Mereka pun tidak mampu
membuktikan bahwa satu protein, atau bahkan satu molekul asam
amino penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang mereka
sebut sebagai kondisi bumi purba. Bahkan dalam laboratorium yang
canggih, mereka tidak berhasil membentuk protein. Sebaliknya,
melalui seluruh upaya mereka, evolusionis sendiri malah
menunjukkan bahwa proses evolusi tidak dapat dan tidak pernah
terjadi di bumi ini. (Rizantama Ade 2018:31)
8
ilmu pengetahuan, kemustahilan pernyataan evolusionis akan
semakin terbuka dan semakin jelas. (Rizantama Ade 2018:31)
9
Proses penciptaan secara periodik ini dikuatkan oleh kajian genetika,
yang menyebutkan Adam Kromosom Y hidup pada masa sekitar 60,000
hingga 90,000 tahun. Namun demikian, kejadian Adam Kromosom Y dan
Hawa Mitokondria dikatakan mempunyai jarak masa selama 30,000 tahun
atau mungkin lebih. Ini adalah disebabkan perbedaan dalam strategi sistem
reproduktif lelaki dan perempuan (Aan Parhani 2012:4).
Adam Kromosom Y inilah yang dinamakan Nabi Adam as.,
sebagaimana kepercayaan bagi penganut agama utama di dunia yaitu Islam,
Kristian dan Yahudi, yang mempercayai bahwa Nabi Adam a.s. adalah
manusia pertama yang dijadikan oleh Allah.19Sumber ini pun menyebutkan
sebuah proses awal penciptaan Adam dari tanah, di mana Allah
memerintahkan Malaikat Jibril untuk turun ke bumi mengambil sebahagian
tanah sebagai bahan untuk menjadikan Adam. Akan tetapi, bumi enggan
membenarkan tanahnya diambil malah bersumpah dengan nama Allah yang
dia tidak rela untuk menyerahkannya karena kebimbangannya seperti yang
dibimbangkan oleh para malaikat.
Jibril kembali setelah mendengar sumpah tersebut lalu Allah
mengutuskan pula Malaikat Mikail kemudian Malaikat Israfil tetapi kedua-
duanya juga tidak berdaya hendak berbuat apa-apa akibat sumpah yang
dibuat oleh bumi. Maka, Allah memerintahkan Malaikat Izrail untuk
melakukan tugas tersebut dengan segera agar tidak berundur walaupun bumi
bersumpah karena tugas tersebut dijalankan atas perintah dan nama Tuhan.
Maka, Izrail turun ke bumi dan mengatakan bahwa kedatangannya
adalah atas perintah Allah dan memberi perintah kepada bumi untuk tidak
membantah yang memungkinkan bumi durhaka kepada Allah. Menurut Ibnu
Abbas, tanah bumi dan syurga digunakan untuk dijadikan bahan mencipta
Adam (Aan Parhani 2012:4).
10
2.3 Out of Africa (OA)
Berdasarkan analisis morfologi pada fosil dari Afrika dan Eropa, Bräuer
(1982) mengajukan teori Afro-European-sapiens hypothesis atau yang disebut
juga African hybridization and replacement model . Dalam teorinya Bräuer
menyatakan bahwa sedikitnya ada proses evolusi secara gradual dari awal
sampai pad a akhir archaic Homo sapiens yang pada akhirnya mengarah pada
kemunculan awal dari anatomically modern Homo sapiens di Afrika pada
akhir masa Pleistosin tengah dan Pleistosin atas. Studi tentang kemunculan
populasi modern Eropa, Bräuer mengatakan bahwa anatomically modern
Homo sapiens dari Afrika bermigrasi ke Eropa melalui Timur Tengah.
Populasi pendatang dari Afrika ini kemudian semakin berkembang dan
bertambah banyak serta menggantikan/menghapuskan populasi Neandertal
yang telah hidup terlebih dulu di Eropa. Lebih jauh Bräuer menduga bahwa
periode penggantian ini berlangsung ribuan tahun. Dalam masa ini diduga
telah terjadi hibridisasi dalam derajat yang berbeda –beda. (Bräuer, 1984)
Dengan kata lain Bräuer menerima adanya hibridisasi antara populasi
pend atang dan populasi asli. Pendapat Bräuer ini didukung oleh data genetik
dari Krings et al. (1997). Hasil sekuensi mtDNA dari Neandertal yang
ditemukan pada tahun 1856 di Jerman, menunjukkan bahwa hasil sekuensi
Neandertal berada di luar variasi mtDNA manus ia modern. Dengan kata lain,
Neandertal punah tanpa memberikan kontribusi mtDNA terhadap gene pool
manusia modern (di Eropa). Artinya, kontinuitas genetik tidak terjadi di Eropa
seperti yang dinyatakan oleh MRE. (ToetikKoesbardiati 2001:3)
Bräuer (1992) juga membandingkan karakteris tik morfologi antara
archaic Homo sapiens dan anatomically modern Homo sapiens di Cina. Dia
menemukan adanya beda morfologi antara Dali dan Maba dengan
anatomically modern Homo sapiens . Bräuer tidak menemukan adanya fosil
yang bisa menjembatani perbedaan ( gap) morfologi ini. Temuan fosil di Asia
Tenggara juga menunjukkan gap morfologi antara Ngandong dan spesimen
dari Niah. Hasil pengamatan Santa Luca (1980, dalam Bräuer, 1992) pada
11
spesimen Tabon dan Wajak juga menunjukkan perbedaan morfologi dengan
Ngando ng. Artinya bahwa di Australasia pun tidak ditemukan bukti
kontinuitas genetik. Sebagai tanggapan terhadap studi tentang mtDNA yang
dilakukan oleh Cann et al. (1987), Stringer dan Andrew (1988) mengajukan
hipotesis Recent African Origin yang intinya adalah sebuah test model
mengenai Total replacement. Recent African Origin berbasis pada awal
munculnya manusia modern di Afrika dan pada bukti genetik populasi hidup.
Dalam test model ini Stringer dan Andrew menyatakan bahwa Afrika diduga
adalah tempat yang tep at sebagai sumber berkembangnya manusia modern
sekitar 100.000 tahun yang lalu yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah
di luar Afrika. Berkenaan dengan transisi dari Neandertal danmanusia
modern, Stringer (1992) berpendapat bahwa hibridisasi dan gene flow bisa
jadi muncul, terutama di Eropa tengah. Sekalipun demikian Stringer
menekankan bahwa adanya gene flow dan hibridisasi ini bukan berarti
memberi pengaruh yang berarti terhadap gene pool manusia modern saat
itu(ToetikKoesbardiati 2001:3).
Berkaitan dengan perbandingan variasi morfologi di Asia, Stringer dan
Andrew menyatakan bahwa fosil di Cina dari masa Pleistosin tengah (Yinkou
dan Dali) menunjukkan perubahan menyerupai hominid dari Eropa dan
Afrika, sehingga menunjukkan kontras dengan morfologi dari nenek
moyangnya. Dengan demikian Stringer dan Andrew mempunyai pendapat
sama dengan Bräuer bahwa tidak ada fosil yang diketahui yang bisa
menjembatani gap morfologi pada periode ini (50.000 – 100.000 tahun lalu)
yang mengindikasikan munculnya manusia modern dari Asia. Lebih jauh
Stringer dan Andrew juga menekankan bahwa tidak ditemukan bukti-bukti
fosil hominid di kawasan Australasia dari masa Pleistosin akhir. Willandra
Lakes yang selama ini dianggap sebagai bentuk transisi antara Homo erectus
dari Indonesia dan populasi Australia modern juga bersifat patologis (Brown,
1999)
12
2.4 Hubungan atau keterkaitan antara manusia purba dan
manusia modern
13
(5) Mempunyai bentuk rahim/simpleks.
(6) Dilihat dari segi taksonomi sama-sama memiliki kuku.
(7) Tungkai ibu jari dapat digerakan ke segala arah dengan mudah.
(8) Kedua mata sama-sama menghadap kea rah depan.
3) Persamaan dan perbedaan antara manusia modern dan manusia dan Homo
sapiens purba. Menurut Desmond Morris, dahi yang vertical pada manusia
tidak hanya menaungi otak yang besar, tetapi juga tonjolan dahi
memainkn peran penting dalam komunikasi manusia melalui pergerakan
alis mata dan kerutan kulit dahi. Padaumumnya manusia modern memiliki
dahi vertical, sedangkan Homo sapiens purba memiliki dahi yang miring
kebelakang.
14
manusia modern. Dalam perjalanan waktu manusia modern tersebut
menggantikan populasi Homo neanderthalensis di Eropa dan Homo
erectus di Asia
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah membuat makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa teori asal-
usul manusia beragam. Namun, dari sekianteori yang telah kami pelajari
dapatdisimpulkan bahwa, menurut agama islam manusia pertama adalah Adam, dan
menurut pandangan Charles Darwin mengenai teori evolusi manusia. Manusia
berevolusi dari kera (primata) menjadi manusia yang sesungguhnya (manusiasaatini).
Dan keterkaitan manusia purba dengan manusia modern tidak jauh berbeda
bahkan hampir serupa. Dilihat dari segi fisik, peradaban dan budaya, serta
makanannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17