Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sedikit sekali yang kita ketahui tentang manusia “sejati” yang
pertama. Kita bahkan tidak pernah melihat gambar-gambar mereka. Di dalam
lapisan tanah liat yang paling dalam dari tanah-tanah yang lain, kita kadang
menemukan potongan tulang-tulang mereka.
Manusia awalnya tidak paham makna waktu. Ia tdak menyimpan
catatan tentang hari ulang tahun, atau hari ulang tahun perkawinan, waktu
kematian.Manusia merupakan makhluk yang sempurna karena ia mempunyai
jasad (fisik) yang indah dan dilengkapi dengan jiwa/ruh (psikhis).
Manusia dikaruniai Allah suatu kualitas keutamaan yang membedakan
kualitas dirinya dengan makhluk lain. Dengan keutamaan itu manusia, berhak
mendapatkanpenghormatan dari pada makhluk lain. Sebagai makhluk utama
dan ciptaan terbaik Tuhan,serta dengan bekal kemampuan yang dimiliki,
manusia diberi tugas sebagai khalifatullah filard, yakni menjadi wakil Allah
(Baharuddin, 2007) di muka bumi.
Lalu yang masih menjadi pertanyaan besar adalah, siapakah nenek
moyang manusia itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka upaya pertama
yang dilakukan adalah mencari penghubung yang hilang (missing link) antara
kera dan manusia. Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang
terus bergerak maju, maka konsepsi para ahli mengnai masalah missing link
itupun akhirnya berubah. Makhluk itu sekarang tidak dipandang sebagai
makhluk yang berada di antara kera dan manusia, akan tetapi dipandang
sebagai makhluk pendahuluan atau makhluk yang mendahului baik kera-kera
besar maupun manusia yang merupakan spesialisasi dari makhluk induk tadi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang :
1. Apa saja teori asal-usul manusia?
2. Bagaimanakah Adam diciptakan?
3. Adakah Kaitannya Manusia Purba dan Manusia Modern?

1.3 Tujuan
Tujuan dari kami membuat makalah ini untuk memahami teori-teori
tentang asal-usul manusia dan mengetahui kaitan antara manusia purba dan
manusia modern. Dan diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari isi
makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORI ASAL-USUL TERBENTUKNYA MANUSIA

a. Teori C.Darwin
Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12
Desember 1809 – meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April1882 pada
umur 72 tahun) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya
meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan
yang sama (common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai
mekanismenya (Rizantama Ade 2018:25).
The Origin of Species Mengembangkan Dua Pokok Pikiran Utama:
Terjadinya Evolusi dan Seleksi Alam Sebagai Mekanismenya.Darwinisme
mempunyai arti ganda, pertama pengenalan evolusi sebagai penjelasan untuk
kesatuan dan keanekaragaman makhluk hidup, kedua konsep dasar seleksi
alam sebagai akibat evolusi adaptif. Di sini kita akan mencoba menyoroti
kedua segi utama buku Darwin tersebut (RusnaRistasa 2016).

Beberapa Catatan Tentang Seleksi Alam adalah sebagai berikut.


1) Pentingnya populasi dalam evolusi
Populasi adalah sekumpulan kelompok individu yang saling
mempengaruhi dan termasuk ke dalam suatus spesies tertentu serta berbagi
tempat di daerah geografis yang sama. Suatu populasi adalah satuan terkecil
yang dapat berkembang. Seleksi alam melibatkan interaksi antara individu
dalam lingkungannya, seleksi alam bekerja pada populasi, bukan pada
individu. Evolusi dapat diukur hanya dengan melihat perubahan dalam

3
pembagian relative variasi dalam satu populasi selama beberapa generasi.
(RusnaRistasa 2016)
2) Seleksi alam akan memperbesar atau memperkecil variasi yang dapat
diwariskan
Seperti kita lihat, suatu organism bisa dimodifikasi melalui hal-hal
yang dialaminya sendiri selama masah idupnya, dan ciri yang di dapatkan
seperti itu bahkan mungkin lebih mengadaptasikan organism tersebut dengan
lingkungannya, tetapi tidak ada bukti bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat yang
didapat selama hidup itu dapat diwariskan. Kita harus membedakan antara
adaptasi yang didapat oleh organism melalui tindakannya sendiri, dengan
adaptasi yang diwariskan dan berkembang dalam suatu populasi selama
beberapa generasi sebagai akibat dari seleksi alam. (RusnaRistasa 2016)
Ciri khas seleksi alam tergantung pada situasi; faktor lingkungan
berbeda dari suatu tempat ketempat lain dan dari suatu masa ke masal
ain.Suatu adaptasi dalam suatu situasi mungkin tidak berguna atau bahka
nmerugikan pada keadaan lain yang berbeda, beberapa contoh akan
memperkuat kualitas seleksi alam yang tergantung pada situasi. (RusnaRistasa
2016).

Sekilas mengenai teori evolusi tentang primate dan manusia

Dalam ilmu Antropologi, agar dapat memahami perkembangan


biologis manusia secara jelas diperlukan pemhaman tentang teori evolusi
primate dan manusia. Menurut pemahaman ini, manusia dianggap sebagai
jenis makhluk yang telah bercabang lewat proses evolusi dari makhluk primat.
Atau dengan kata lain, manusia merupakan cabang termuda dari makhluk
primat. Oleh karena itu, untuk mempelajari asal mula serta proses
perkembangan biologis (evolusi) manusia menurut para ahli tidak bisa
terlepas dari pembicaraan mengenai percabangan makhluk primat pada
umumnya.

4
Menurut penelitian terakhir, makhluk pertama suku primat di muka
bumi sudah ada kira-kira 70.000.000 tahun yang lalu, atau semenjak jaman
paleosen tua. Selanjutnya, primat induk ini terus bercabang lebih khusus lagi,
diantaranya adalah keluarga kera pongit (kera-kerabesar), dan keluarga
hominid, yaitu sebgai anggota makhluk yang dianggap sebagai nenek moyang
manusia. Cabang berikutnya adalah keluarga era pongopygmeus (orang utan),
yang mulai muncul ketika awal kala miosen, kira-kira masa 20.000.000 tahun
yang lalu.Cabang ketiga adalah sejenis makhluk nenek moyang manusia yang
hidup kira-kira 10.000.000 tahun yang lalu, atau sama dengan masa akhir kala
Miosen. Makhluk jenis ini diperkirakan berukuran badan raksasa. Sedangkan
cabang yang keempat adalah cabang-cabang kera pongit lainnya, seperti jenis
gorilla dan simpanse, yang terjadi kira-kira pada 12.000.000 tahun yang lalu,
atau pada masa akhir jaman kala Miosen. Lalu yang masih menjadi
pertanyaan besar adalah, siapakah nenek moyang manusia itu? Untuk
menjawab pertanyaan ini, maka upaya pertama yang dilakukan adalah
mencari penghubung yang hilang (missing link) antara kera dan manusia.

Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang terus bergerak


maju, maka konsepsi para ahli mengenai masalah missing link itupun
akhirnya berubah. Makhluk itu sekarang tidak dipandang sebagai makhluk
yang berada di antara kera dan manusia, akan tetapi dipandang sebagai
makhluk pendahuluan atau makhluk yang mendahului baik kera-kera besar
maupun manusia yang merupakan spesialisasi dari makhluk induk tadi. Selain
itu, karena proses perkembangan antara berbagai jenis kera besar dengan
manusia itu tidak terjadi hanya satu kali melainkan beberapa kali dan di
beberapa tempat, maka dengan demikian sebenarnya pula ada lebih dari satu
makhluk induk .Selanjutnya, untuk mengetahui perubahan pemikiran dari
konsepsi lama mengenai missing link dan konsepsi baru mengenai makhluk
induk, dapat dilihat pada bagan berikut

5
Kosep lama Konsep baru

Manusia Manusia

Missing link Kera-kera besar Makhluk induk

Kera . Makhluk induk

b. Asal-Usul Manusia Menurut Konsep Islam

Al-Qur‟an sebagai kitab suci agama Islam menyebutkan beberapa


proses kejadian manusia yang lebih rinci dan jelas. Tiga Kejadian dan Asal-
usul manusia Menurut Islam Al-Quran menjelaskan beberapa tahapan dalam
proses kejadian dan asal-usul manusia secara rinci. Ketiga tahapan tersebut
antara lain kejadian dan asal usul manusia pertama, kedua, dan ketiga.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut. (Rizantama Ade
2018:27)
Kejadian dan asal-usul manusia pertama yang berarti pula proses
penciptaan Adam diawali oleh pembentukan fisik dengan membuatnya
langsung dari tanah yang kering yang kemudian ditupkan ruh ke dalamnya
sehingga ia hidup. Kedua Allah menciptakan segala sesuatu secara
berpasang-pasangan. Begitupun dengan manusia, Adam yang diciptakan
hendak dipasangkan oleh Allah dengan lawan jenisnya yang diciptakan dari
tulang rusuk Adam, yaitu Siti Hawa. (Rizantama Ade 2018:28)
Adapun Asal Usul Manusia menurut Harun Yahya adalah sebagai
berikut, Harun Yahya mengajukan usul untuk menggantikan teori evolusi
Darwin. Teori Harun Yahya berhak menerima pertimbangan serius dari

6
kalangan ilmuwan biologi. Teori ini menjelaskan berbagai penemuan dalam
biologi dengan lebih baik daripada kerangka penjelasan evolusi yang
sekarang berlaku. (Rizantama Ade 2018:28)
Harun Yahya menjelaskan kajiannya melalui buku Keruntuhan Teori
Evolusi, yang berisi:
1) Jenis-jenis makhluk hidup tak bisa berubah. Tidak mungkin
terjadi perubahan dari satu bentuk makhluk hidup ke bentuk
lainnya, misalnya dari ikan menjadi amfibi dan reptil, reptil ke
burung, atau mamalia darat ke paus. (Rizantama Ade 2018:30)
2) Tiap jenis makhluk hidup tidak bekerabat satu sama lain dan
diturunkan dari leluhur yang sama. Masing-masing merupakan
hasil dari suatu tindakan penciptaan tersendiri. (Rizantama Ade
2018:29)
3) Seleksi alam sebagaimana ditemukan Darwin adalah kaidah yang
berlaku di alam, namun tidak pernah menghasilkan spesies baru.
(Rizantama Ade 2018:29)
4) Tidak ada mutasi yang memberikan keuntungan berupa
peningkatan kelestarian makhluk hidup. Selain itu, mutasi tak
menambah kandungan informasi dalam materi genetis makhluk
hidup. (Rizantama Ade 2018:30)
5) Catatan fosil tak menunjukkan adanya bentuk transisional, serta
menunjukkan penciptaan tiap kelompok makhluk hidup secara
terpisah. (Rizantama Ade 2018:30)
6) Abiogenesis (kemunculan makhluk hidup dari materi tak-hidup)
tak mungkin terjadi. (Rizantama Ade 2018:31)
7) Kerumitan dan kesempurnaan yang ditemukan pada tubuh dan
DNA makhluk hidup tak timbul karena kebetulan, namun
merupakan bukti bahwa ada yang merancang kerumitan tersebut.
8) Materi dan persepsi kita adalah ilusi; yang nyata adalah Allah,
yang meliputi segalanya.

7
Harun Yahya menyimpulkan 4 hal yaitu:
a) Teori Evolusi Telah Runtuh
Sejak langkah pertamanya, teori evolusi telah gagal. Buktinya,
evolusionis tidak mampu menjelaskan proses pembentukan satu
protein pun. Baik hukum probabilitas maupun hukum fisika dan
kimia tidak memberikan peluang sama sekali bagi pembentukan
kehidupan secara kebetulan. (Rizantama Ade 2018:31)
Evolusi lebih merupakan sebuah kepercayaan – atau tepatnya
keyakinan – karena mereka tidak mempunyai bukti satu pun untuk
cerita mereka. Mereka tidak pernah menemukan satu pun bentuk
peralihan seperti makhluk setengah ikan- setengah reptil, atau
makhluk setengah reptil-setengah burung. Mereka pun tidak mampu
membuktikan bahwa satu protein, atau bahkan satu molekul asam
amino penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang mereka
sebut sebagai kondisi bumi purba. Bahkan dalam laboratorium yang
canggih, mereka tidak berhasil membentuk protein. Sebaliknya,
melalui seluruh upaya mereka, evolusionis sendiri malah
menunjukkan bahwa proses evolusi tidak dapat dan tidak pernah
terjadi di bumi ini. (Rizantama Ade 2018:31)

b) Di Masa Mendatang pun Evolusi Tidak Dapat Dibuktikan

Menghadapi kenyataan ini, evolusionis hanya dapat menghibur


diri dengan khayalan bahwa suatu saat nanti, entah bagaimana
caranya, ilmu pengetahuan akan menjawab semua dilema ini.
Mengharapkan ilmu pengetahuan akan membenarkan semua
pernyataan tidak berdasar dan tidak masuk akal ini adalah hal yang
mustahil, sampai kapan pun. Sebaliknya, sejalan dengan kemajuan

8
ilmu pengetahuan, kemustahilan pernyataan evolusionis akan
semakin terbuka dan semakin jelas. (Rizantama Ade 2018:31)

Begitulah yang terjadi sejauh ini. Semakin terperinci struktur


dan fungsi sel diketahui, semakin jelas bahwa sel bukan susunan
sederhana yang terbentuk secara acak, seperti pemahaman biologis
primitif masa Darwin.

Rasa percaya diri berlebihan dalam menolak fakta penciptaan


dan menyatakan bahwa kehidupan berasal dari kebetulan-kebetulan
yang mustahil, lalu berkeras mempertahankannya, kelak akan
berbalik menjadi sumber penghinaan. Ketika wajah asli dari teori
evolusi semakin tersingkap dan opini publik mulai melihat kebenaran,
para pendukung evolusi yang fanatik buta ini tidak akan berani lagi
memperlihatkan wajah mereka (Rizantama Ade 2018:31)

2.2 PROSES PENCIPTAAN ADAM A.S


Penjelasan tentang pemilihan Adam di antara alam-alam yang ada
menguatkan pendapat tentang Adam sebagai manusia pertama. Sekalipun
ayat-ayat yang berbicara tentang penciptaan manusia lebih banyak memakai
dhamir yang umum, namun beberapa ayat yang menggunakan dhamir tunggal
yang menunjuk kepada Adam, bisa mengkhususkan yang umum. (Aan
Parhani 2012:4)
Proses penciptaan Adam secara khusus dan manusia secara umum
yang berasal dari tanah dilakukan secara periodik. Beberapa istilah yang
dipakai oleh al-Qur’an adalah thîn lâzib (tanah liat)(Q.s. al-Shaffat/37: 11),
shalshâl (tanah liat kering), hama’ (lumpur hitam) (Q.s. al-hijr/15: 26, 28, 33),
thîn dan Turâb (tanah) (lihat misalnya, Q.s. al-An`am/6: 2; al-A`raf/7: 12; al-
Sajdah/32: 7; Shad/38: 71, 76; Ali Imran/3: 59; al- Kahfi/18: 37), dan sulâlah
al-thîn (saripati tanah) (Q.s. al-Mu’minun/23: 12) (Aan Parhani 2012:4).

9
Proses penciptaan secara periodik ini dikuatkan oleh kajian genetika,
yang menyebutkan Adam Kromosom Y hidup pada masa sekitar 60,000
hingga 90,000 tahun. Namun demikian, kejadian Adam Kromosom Y dan
Hawa Mitokondria dikatakan mempunyai jarak masa selama 30,000 tahun
atau mungkin lebih. Ini adalah disebabkan perbedaan dalam strategi sistem
reproduktif lelaki dan perempuan (Aan Parhani 2012:4).
Adam Kromosom Y inilah yang dinamakan Nabi Adam as.,
sebagaimana kepercayaan bagi penganut agama utama di dunia yaitu Islam,
Kristian dan Yahudi, yang mempercayai bahwa Nabi Adam a.s. adalah
manusia pertama yang dijadikan oleh Allah.19Sumber ini pun menyebutkan
sebuah proses awal penciptaan Adam dari tanah, di mana Allah
memerintahkan Malaikat Jibril untuk turun ke bumi mengambil sebahagian
tanah sebagai bahan untuk menjadikan Adam. Akan tetapi, bumi enggan
membenarkan tanahnya diambil malah bersumpah dengan nama Allah yang
dia tidak rela untuk menyerahkannya karena kebimbangannya seperti yang
dibimbangkan oleh para malaikat.
Jibril kembali setelah mendengar sumpah tersebut lalu Allah
mengutuskan pula Malaikat Mikail kemudian Malaikat Israfil tetapi kedua-
duanya juga tidak berdaya hendak berbuat apa-apa akibat sumpah yang
dibuat oleh bumi. Maka, Allah memerintahkan Malaikat Izrail untuk
melakukan tugas tersebut dengan segera agar tidak berundur walaupun bumi
bersumpah karena tugas tersebut dijalankan atas perintah dan nama Tuhan.
Maka, Izrail turun ke bumi dan mengatakan bahwa kedatangannya
adalah atas perintah Allah dan memberi perintah kepada bumi untuk tidak
membantah yang memungkinkan bumi durhaka kepada Allah. Menurut Ibnu
Abbas, tanah bumi dan syurga digunakan untuk dijadikan bahan mencipta
Adam (Aan Parhani 2012:4).

10
2.3 Out of Africa (OA)
Berdasarkan analisis morfologi pada fosil dari Afrika dan Eropa, Bräuer
(1982) mengajukan teori Afro-European-sapiens hypothesis atau yang disebut
juga African hybridization and replacement model . Dalam teorinya Bräuer
menyatakan bahwa sedikitnya ada proses evolusi secara gradual dari awal
sampai pad a akhir archaic Homo sapiens yang pada akhirnya mengarah pada
kemunculan awal dari anatomically modern Homo sapiens di Afrika pada
akhir masa Pleistosin tengah dan Pleistosin atas. Studi tentang kemunculan
populasi modern Eropa, Bräuer mengatakan bahwa anatomically modern
Homo sapiens dari Afrika bermigrasi ke Eropa melalui Timur Tengah.
Populasi pendatang dari Afrika ini kemudian semakin berkembang dan
bertambah banyak serta menggantikan/menghapuskan populasi Neandertal
yang telah hidup terlebih dulu di Eropa. Lebih jauh Bräuer menduga bahwa
periode penggantian ini berlangsung ribuan tahun. Dalam masa ini diduga
telah terjadi hibridisasi dalam derajat yang berbeda –beda. (Bräuer, 1984)
Dengan kata lain Bräuer menerima adanya hibridisasi antara populasi
pend atang dan populasi asli. Pendapat Bräuer ini didukung oleh data genetik
dari Krings et al. (1997). Hasil sekuensi mtDNA dari Neandertal yang
ditemukan pada tahun 1856 di Jerman, menunjukkan bahwa hasil sekuensi
Neandertal berada di luar variasi mtDNA manus ia modern. Dengan kata lain,
Neandertal punah tanpa memberikan kontribusi mtDNA terhadap gene pool
manusia modern (di Eropa). Artinya, kontinuitas genetik tidak terjadi di Eropa
seperti yang dinyatakan oleh MRE. (ToetikKoesbardiati 2001:3)
Bräuer (1992) juga membandingkan karakteris tik morfologi antara
archaic Homo sapiens dan anatomically modern Homo sapiens di Cina. Dia
menemukan adanya beda morfologi antara Dali dan Maba dengan
anatomically modern Homo sapiens . Bräuer tidak menemukan adanya fosil
yang bisa menjembatani perbedaan ( gap) morfologi ini. Temuan fosil di Asia
Tenggara juga menunjukkan gap morfologi antara Ngandong dan spesimen
dari Niah. Hasil pengamatan Santa Luca (1980, dalam Bräuer, 1992) pada

11
spesimen Tabon dan Wajak juga menunjukkan perbedaan morfologi dengan
Ngando ng. Artinya bahwa di Australasia pun tidak ditemukan bukti
kontinuitas genetik. Sebagai tanggapan terhadap studi tentang mtDNA yang
dilakukan oleh Cann et al. (1987), Stringer dan Andrew (1988) mengajukan
hipotesis Recent African Origin yang intinya adalah sebuah test model
mengenai Total replacement. Recent African Origin berbasis pada awal
munculnya manusia modern di Afrika dan pada bukti genetik populasi hidup.
Dalam test model ini Stringer dan Andrew menyatakan bahwa Afrika diduga
adalah tempat yang tep at sebagai sumber berkembangnya manusia modern
sekitar 100.000 tahun yang lalu yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah
di luar Afrika. Berkenaan dengan transisi dari Neandertal danmanusia
modern, Stringer (1992) berpendapat bahwa hibridisasi dan gene flow bisa
jadi muncul, terutama di Eropa tengah. Sekalipun demikian Stringer
menekankan bahwa adanya gene flow dan hibridisasi ini bukan berarti
memberi pengaruh yang berarti terhadap gene pool manusia modern saat
itu(ToetikKoesbardiati 2001:3).
Berkaitan dengan perbandingan variasi morfologi di Asia, Stringer dan
Andrew menyatakan bahwa fosil di Cina dari masa Pleistosin tengah (Yinkou
dan Dali) menunjukkan perubahan menyerupai hominid dari Eropa dan
Afrika, sehingga menunjukkan kontras dengan morfologi dari nenek
moyangnya. Dengan demikian Stringer dan Andrew mempunyai pendapat
sama dengan Bräuer bahwa tidak ada fosil yang diketahui yang bisa
menjembatani gap morfologi pada periode ini (50.000 – 100.000 tahun lalu)
yang mengindikasikan munculnya manusia modern dari Asia. Lebih jauh
Stringer dan Andrew juga menekankan bahwa tidak ditemukan bukti-bukti
fosil hominid di kawasan Australasia dari masa Pleistosin akhir. Willandra
Lakes yang selama ini dianggap sebagai bentuk transisi antara Homo erectus
dari Indonesia dan populasi Australia modern juga bersifat patologis (Brown,
1999)

12
2.4 Hubungan atau keterkaitan antara manusia purba dan
manusia modern

a. Keterkaitan dalam fisik

Untuk mengetahui keterkaitan dalam fisik antara manusia purba dan


manusia modern, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai cirri-ciri fisik
antara manusia dan primata, cirri-ciri manusia modern, dan perbedaan serta
persamaan antara manusia modern dan homo sapiens purba.

1) Persamaan dan perbedaan antara manusia dan primata


a) Perbedaan cirri-ciri fisik antara manusia dan primate/kera
(1) Manusia masuk ke famili Hominidae, sedangkan kera termasuk
famili Pongidae.
(2) Struktur atau susunan hemoglobin berbeda.
(3) Kera memiliki tangan yang lebih panjang daripada kaki kera,
orang utan dan manusia.
(4) Ukuran otak manusia lebih besar, sedangkan otak kera memiliki
ukuran yang lebih kecil.
(5) Kera tidak mempunyai lekukan bibir, sedangkan manusia
memiliki.
(6) Ukuran tubuh berbeda, manusia lebih ramping.
(7) Tungkai belakang (kaki) manusia lebih panjang daripada tungkai
depan (tengah), sedangkan pada kera tungkai depan sama panjang
atau lebih panjang dari tungkai belakang.
b) Persamaan antara manusia dan primate/kera
(1) Secara umum, sama-sama memiliki bulu rambut.
(2) Memiliki tulang belakang (vertebrata).
(3) Memiliki kerangka kepala.
(4) Menggunakan kaki untuk berjalan (memiliki dua kaki untuk jalan
dan dua tangan).

13
(5) Mempunyai bentuk rahim/simpleks.
(6) Dilihat dari segi taksonomi sama-sama memiliki kuku.
(7) Tungkai ibu jari dapat digerakan ke segala arah dengan mudah.
(8) Kedua mata sama-sama menghadap kea rah depan.

2) Memiliki kelenjar susu yang berada di dada. Secara umum, manusia


modern memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
a) Diperkirakan hidup sekitar 200.000-40.000 tahun yang lalu.
b) Sudah terdapat hubungan sosial dan upacara ritual.
c) Memiliki kegemaran berburu.
d) Memiliki peralatan yang lebih baik.
e) Tinggi badan kurang lebih 1,6 m.
f) Memiliki peradaban yang maju.
g) Memiliki volume otak kurang lebih 1.400-1.500 cc.

3) Persamaan dan perbedaan antara manusia modern dan manusia dan Homo
sapiens purba. Menurut Desmond Morris, dahi yang vertical pada manusia
tidak hanya menaungi otak yang besar, tetapi juga tonjolan dahi
memainkn peran penting dalam komunikasi manusia melalui pergerakan
alis mata dan kerutan kulit dahi. Padaumumnya manusia modern memiliki
dahi vertical, sedangkan Homo sapiens purba memiliki dahi yang miring
kebelakang.

4) Keterkaitan fisikantara manusia purba dan manusia modern


Giorgio Bertorelle melakukan suatu penelitian terhadap DNA dari
beberapa tulang moyang manusia modern Cro-Magnon. Selanjutnya
Giorgio membandingkan manusia Neanderthal yang secara fisik
merupakan manusia purba yang paling dekat bentuknya dengan manusia
modern. Stoneking dan Cann (1987) dalam melakukan studi mengenai
mtDNA berkesimpulan bahwa Afrika adalah sumber gene pool mtDNA

14
manusia modern. Dalam perjalanan waktu manusia modern tersebut
menggantikan populasi Homo neanderthalensis di Eropa dan Homo
erectus di Asia

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah membuat makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa teori asal-
usul manusia beragam. Namun, dari sekianteori yang telah kami pelajari
dapatdisimpulkan bahwa, menurut agama islam manusia pertama adalah Adam, dan
menurut pandangan Charles Darwin mengenai teori evolusi manusia. Manusia
berevolusi dari kera (primata) menjadi manusia yang sesungguhnya (manusiasaatini).
Dan keterkaitan manusia purba dengan manusia modern tidak jauh berbeda
bahkan hampir serupa. Dilihat dari segi fisik, peradaban dan budaya, serta
makanannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hendrik Willem Van Loon. Bukusejarahumatmanusia.


https://s.docworkstace.com/d/AE-9D6-c7swwotHnpr2mFA
Herimanto. 2012. Sejarah Indonesia Masa Praaksara. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Imron, Sasmito, M.Rosyid, Sumargono, Winahyu. Buku Pendamping Sejarah
(Peminatan). Jateng: Media Karya Indah

17

Anda mungkin juga menyukai