Anda di halaman 1dari 9

A.

Model Pembelajaran Sosial

Model Pembelajaran adalah an instructional model is a step-by-step procedure that leads to


specific learning outcomes. (model pembelajaran adalah prosedurlangkah-demi-langkah yang
mengarah ke hasil belajar yang spesifik). Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif (dalam mencapai
tujuan), yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. Dan strategi pembelajaran
adalah An instructional strategy is a method for delivering instruction that is intended to help
students achieve a learning objective. (Strategi pembelajaran adalah metode untuk
memberikan instruksi yang dimaksudkan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran).
Memahami beberapa pernyataan di atas betapa perlu dan penting model pembelajaran dihadirkan
dalam proses pembelajaran agar situasi dan kondisi pemebelajaran menjadi baik dan terarah.
Banyak model pembelajaran yang dapat dipakai oleh seorang guru untuk menunjang
kegiatan pembelajaran untuk menjadi lebih baik, dan jika seorang guru dapat memanfaatkan
media, sumber atau literatur tentang permodelan dalam pembelajaran tersebut, maka guru akan
menjadi profesional dalam menjalankan tugasnya. Satu contoh model yang dapat digunakan
adalah model pembelajaran sosial. Mengapa dikatakan model pembelajaran sosial? “Karena
pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan
individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model dalam kategori ini difokuskan pada
peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses
demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat” Dengan demikian siswa dalam
proses belajar akan memasuki nuansa sebenarnya dimana problem sosial yang mungkin saja
dihadapinya setiap hari. Dalam proses pembelajaran itu siswa mencoba mengatasi sendiri
permasalahan-permasalahannya dengan baik.
Satu sisi dari eksistensi manusia itu adalah sebagai makhluk sosial, maka menjadi sangat
penting bila anak-anak itu diajarkan sedini mungkin pada pola kehidupan sosial.
Bahkan Elizabeth B. Hurlock mengungkapkan bahwa “ karena pola perilaku sosial atau perilaku
yang tidak sosial dibina pada masa kanak-kanak awal atau masa pembentukan, maka
pengalaman sosial itu sangat menentukan kepribadian setelah anak menjadi dewasa”.[5] Untuk
itu model pembelajaran sosial ini menitik beratkan terhadap tingkah laku anak pada peran,
simulasi dan tanggap serta dapat mengatasi problem-problem sosial yang dialami anak dengan
baik.
Konsep Hamzah B. Uno dalam bukunya model pembelajaran, beliau membaginya menjadi 3
model pembelajaran sosial, yaitu:
1. Model pembelajaran bermain peran
2. Model pembelajaran simulasi sosial
3. Model pembelajaran telaah kajian yurisprudensi
Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah:
1. Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan
berhasil.
4. Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Ada Beberapa Teori Model Pembelajaran Menurut Para Ahli


a. Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran
kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
b. Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
c. Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai
dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran
Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning);
dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).
d. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar
atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut:
1) Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model
tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan Weil, 1986:14). Contohnya,
bagaimana kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan
terjadi berikutnya?
2) Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa
selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model
dengan model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada
model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
3) Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru
memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan
siswanya. Pada satu model, guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan
siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak memberikan
penilaian terhadap siswanya, terutama untuk halhal yang berkait dengan kreativitas.
4) Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat
yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.
e. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’
sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga
model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan
yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa. Sedangkan sebagaimana
yang telah disebutkan di atas, bahwa yang akan dibahas dalam makalah ini adalah model
pembelajaran sosial dengan berbagai macam bentuknya.

Ada Macam-Macam Model Pembelajaran


a. Model Pembelajaran Sosial
Mengapa dikatakan model pembelajaran sosial? Karena pendekatan pembelajaran yang
termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau
orang lain. Model-model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu
dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara
produktif dalam masyarakat. Dalam hal ini, akan dipelajari 3 model pembelajaran yang termasuk
ke dalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu (1) model pembelajaran bermain peran, (2)
model pembelajaran simulasi sosial, dan (3) model pembelajaran telaah atau kajian
yurisprudensi.
b. Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Model role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran dengan cara memberikan
peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam
sebuah pentas. Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi
sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar
secara aktif dengan personalisasi.[10] Oleh karena itu, bentuk pengajaran role playing
memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk
keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Selain itu, role playing sering
kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa
tutur.
Model pembelajaran bermain peran (role playing) dibuat berdasarkan asumsi bahwa
sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan
nyata, bermain peran dapat mendorong murid mengekspresikan perasaannya dan bahkan
melepaskannya, dan bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta
mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Model role playing dapat membimbing anak didik untuk memahami prilaku dan peran
mereka dalam interaksi sosial, agar mampu memecahkan masalah-masalah dengan lebih efektif.
Role playing dirancang secara husus oleh Fannie dan George Shaftel untuk membantu anak
didik mempelajari dan merefleksikan nilai-nilai sosial, membantu mereka mengumpulkan dan
mengolah informasi, mengembangkan empati dan memperbaiki keterampilan sosial mereka.
Dengan penyesuaian yang cocok, model ini dapat diterapkan pada siswa di seluruh tingkat umur.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa model role
playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan peran-peran tertentu atau
serangkaian situasi-situasi belajar kepada murid dalam bentuk keterlibatan pengalaman
sesungguhnya yang dirancang oleh guru dan didramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah
pentas.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran bermain peran
menurut Suherman adalah:
1) Menyiapkan skenario pembelajaran
2) Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario tersebut
3) Pembentukan kelompok murid
4) Penyampaian kompetensi
5) Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya
6) Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelaku.
7) Presentasi hasil kelompok
8) Bimbingan penyimpulan dan refleksi.
Sedangkan menurut Hamzah B.Uno, Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah,
yaitu: (1) persiapan/pemanasan, (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat (observer), (4)
menata panggung atau tempat bermain peran, (5) memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7)
memainkan peran ulang, (8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagi pengalaman dan
kesimpulan.
Manfaat yang dapat diambil dari model role playing adalah
1) Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar
menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah baku dan normatif terhadap materi
yang telah dan sedang mereka pelajari.
2) Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
3) Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada
dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain
adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita
c. Model Pembelajaran simulasi sosial
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura- pura atau berbuat seolah- olah. Kata
simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura- pura. Dengan demikian, simulasi dalam
metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran)
melalui perbuatan yang bersifat pura- pura atau melalui proses tingkah laku lak imitasi. Atau
bermain peran mengenai tingkah laku yang dilakukan seolah- olah dalam keadaan yang
sebenarnya.
Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktek interaktif yang melibatkan
penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan.Tujuan dari simulasi adalah
untuk memunculkan pengalaman pembelajaran selama mengikuti program pelatihan. Metode ini
mirip dengan permainan peran, tetapi dalam simulasi, peserta peserta lebih banyak berperan
sebagai dirinya sendiri saat melakukan kegiatan. Misalnya: sebelum melakukan praktek
penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih
dahulu (belum benar-benar terbang).
Metode simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya
adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow. Walaupun model simulasi bukan dari disiplin
ilmu pendidikan, tetapi merupakan penerapan dari prinsip sibernetik, suatu cabang dari psikologi
sibernetik yaitu suatu study perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan
sistem elektro mekanik, seperti komputer. Jadi, berdasarkan teori sibernetika ahli psikologi
menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Menganggap
siswa (pembelajar) sebagai suatu sistem yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self
regulated feedback). Sistem kendali umpan balik ini, baik manusia maupun mesin mempunyai
tiga fungsi, yaitu (1) menghasilkan gerakan/ tindakan sistem terhadap target yang diinginkan,
(2)membandingkan dampak dari tindakannya tersebut, (3) memanfaatkan kesalahan (error) untuk
mengarahkan kembali ke jalur yang seharusnya.
Prosedur Pembelajaran proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat
prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan
simulasi, pemain harus benar- benar memahimi aturan mainnya, oleh karena itu sebelum
permainan dimulai, guru/ fasilitator harus menjelaskan tentang aturan permainan dalam simulasi.
Kedua adalah mengawasi (refeereing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan
dan prosedur permainan tertentu. Oleh karena itu, fasilitator harus mengawasi jalannya
permainan agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Ketiga adalah melatih (Coaching).
Dalam simulasi, pemain akan melakukan kesalahan. Oleh karena itu, fasilitator harus
memberikan bimbingan, saran dan petunjuk agar pemain tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu,
setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain: kesulitan-
kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi dan
sebagainya.
Dalam permainan simulasi, yang harus dilakukan oleh guru adalah: (1) Mempersiapkan
siswa yang menjadi pemeran simulasi, (2) Menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa
terhadap aturan, peran, prosedur, pemberian skor (nilai), tujuan permainan dan lain- lain. Guru
menunjuk siswa untuk memegang peran- peran tertentu dan menguji cobakan simulasi untuk
memastikan bahwa seluruh siswa memahami aturan main simulasi tersebut, (3) Melaksanakan
simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan simulasi dan guru melakukan peranannya
sebagimana mestinya.
Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu guru/fasilitator
harus memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan
kesalahan yang, sama. Dan keempat adalah diskusi.
Kaitannya dengan kelompok model pembelajaran, simulasi diarahkan pada model
pembelajaran sosial. Simulasi sosial adalah simulasi yang dimaksudkan mengajak peserta
melalui suatu pengalaman yang berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial. Menurut
pengalaman sejumlah guru, metode simulasi dalam konteks model pembelajaran sosial sangat
efektif digunakan jika guru menghendaki agar siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam
dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Jenis model pembelajaran
sosial misalnya melalui bermain peran dan atau simulasi. Dalam bermain peran, siswa belajar
menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan
perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Fungsi model pembelajaran sosial adalah (1) untuk
menggali perasaan siswa, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap
sikap, nilai dan persepsi, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan
masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.
Aplikasi permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar
tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan,
kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan dan lain-lain. Namun demikian, model
simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada
pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang, (sistem analis,
programer dan lain-lain), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru dan lain-lain. Dewasa
ini, dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, seperti komputer dan
multimedia, telah banyak permainan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang
mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)
d. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi
Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan menyiratkan metode kasus sebuah
studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi kasus yang melibatkan masalah sosial di daerah-
daerah di mana kebijakan publik harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan
kekuasaan dll) Mereka dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu serta pilihan
yang tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang mendasari orang-orang
pilihan. Model ini dapat digunakan di daerah manapun di mana ada isu-isu kebijakan publik,
karena etika misalnya dalam ilmu pengetahuan, bisnis dan olahraga dan lain-lain.
Model ini didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana orang berbeda pandangan dan
prioritas dan nilai-nilai sosial yang sah bertentangan satu dengan lainnya. Menyelesaikan
kompleks, isu-isu kontroversial dalam konteks tatanan sosial yang produktif membutuhkan
warga negara yang dapat berbicara satu sama lain dan berhasil bernegosiasi tentang perbedaan
mereka.permasalahan daerah umum, masalah ras dan etnis, konflik keagamaan dan ideologis,
konflik keamanan individu, konflik antara kelompok-kelompok ekonomi, kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan keamanan bangsa.
Sintaks Model yurisprudensi:
1. Orientasi untuk kasus
2. Mengidentifikasi masalah
3. Mengambil posisi
4. Menjelajahi sikap yang mendasari posisi yang diambil
5. Refining dan kualifikasi posisi
6. Pengujian asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.
Reaksi dari model Yurisprudensi adalah:
1. Mempertahankan iklim intelektual yang kuat di mana semua pandangan dihormati;
menghindari evaluasi langsung pendapat siswa.
2. Lihat bahwa isu-isu yang benar-benar dieksplorasi
3. Substansi berpikir siswa melalui pertanyaan relevansi, konsistensi, spesifisitas, umum,
kejelasan definisi, dan kontinuitas.
Pengajaran Model yurisprudensi Menjaga gaya dialektis; gunakan dialog konfrontatif,
mempertanyakan asumsi siswa dan menggunakan contoh yang spesifik (analogi) untuk lebih
berfariasi dengan laporan yang umum. Hindari mengambil sikap keras kepala. konteks untuk
mengeksplorasi situasi dari peristiwa sejarah untuk menjelajahi adanya nilai hukum.
Peran guru selama latihan ini sangatlah penting. Siswa sebagai peneliti, juga mendiskusikan,
dan berdebat, guru harus mendorong siswa untuk melibatkan diri ke satu sisi masalah ini, tapi
akan mendukung jika mereka berubah pikiran ketika dihadapkan dengan bukti baru, dan
mendorong mereka untuk mempertimbangkan sudut pandang lain. Pada tiap saat, guru harus
tetap netral terhadap masalah ini, mendorong diferensiasi posisi, dan mempromosikan sintesis
dari posisi yang berbeda yang disajikan di depan kelas.
Aplikasi Akhir dari model ini adalah fase yang paling penting. Dalam fase ini bahwa siswa
mengambil apa yang telah dipelajari dan menerapkannya ke lingkungan mereka. Siswa harus
mampu melihat nilai dalam ilmu yang telah mereka pelajari dan melihat bahwa dengan
pengetahuan ini mereka dapat memiliki dampak yang muncul.
Langkah pertama dari proses ini adalah untuk setiap siswa mengusulkan sebuah rencana aksi
secara keseluruhan dengan resolusi. Beberapa cara siswa telah menerapkan apa yang telah
mereka pelajari dan menjadi terlibat dalam kegiatan masyarakat meliputi:
1. Menulis surat kepada dewan kota, perwakilan negara, negara senator, gubernur, atau
walikota.
2. Terkemuka atau berpartisipasi dalam kegiatan seperti pembersihan masyarakat, kegiatan
daur ulang, atau petition drives.
3. Menghadiri pertemuan atau rapat dewan kota lingkungan lokal.
Apa pun tindakan siswa mengambil harus dinilai dalam keterangan laporan rencana aksi
mereka.
Kunci untuk model instruksi adalah bahwa siswa mendapat kesempatan untuk menerapkan
keterampilan penyidikan dan strategi tindakan untuk masyarakat dimana mereka tinggal.

Anda mungkin juga menyukai