Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PSIKOLOGI

2001, NO. 2, 97 - 104

POLA PERILAKU SEHAT


DAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN REMAJA
Endang Ekowarni
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Behavioral health is one of the many aspects in youth's life. A pattern of


behavior which is more oriented to peer group activities often becomes a factor
draw teenagers to a behavior that is risky to health.
The Subject of the research consist of the teen patient and the doctors of a
chosen hospital. A conclusion has been made that teens do have a behavioral
pattern of health which is less gainful as a result of thinking pattern and a
mistaken undertanding of health, diseases, healthy life pattern, drug abuse, and
premarital sex. Doctors have a positive perception towards their teen patients.
Generally, doctors have good understanding to the needs and the characteristics
of teenagers and have an opinion that teens need a special service which is
divided into promotive, preventive, curative, and rehabilitative programs.
Keywords: Adolescence, behavioral health, risk-taking behavior, health
providers – client interface, peer-pressure, public health service

Dalam kehidupan manusia kesehatan bahwa banyak penyakit yang disebabkan


merupakan sesuatu yang berharga bahkan oleh kebiasaan atau gaya hidup. Pola
tidak ternilai. Pendapat tersebut dibuktikan perilaku sehat (behavioral health) merupa-
oleh penelitian Rokeach (1973) yang kan salah satu aspek perilaku manusia
menghasilkan kesimpulan bahwa dari dalam kaitannya dengan pemenuhan
berbagai hal yang dianggap mempunyai kebutuhan dasar (Sheridan, 1992). Sejalan
nilai maka kesehatan menduduki urutan dengan perkembangan teknologi modern
pertama. Kesehatan bukan hanya berkaitan maka manusia membentuk suatu gaya
dengan penyakit tetapi mempunyai dimensi hidup (lifestyle) yang mengutamakan
yang lebih luas. Yaitu selain dimensi fisik kecepatan mobilitas, efisiensi dan
(biologis), juga berkaitan dengan dimensi berorientasi pada target. Untuk memenuhi
mental (perilaku) dan sosial (lingkungan) tuntutan gaya hidup tersebut maka
yang keseluruhannya saling mempengaruhi berkembang suatu gaya hidup yang tidak
(Kaplan, dkk., 1993). selalu sesuai dengan kaidah perilaku sehat.
Psikologi kesehatan memberi banyak Sarafino (1990) dalam tinjauannya
sumbangan dalam masalah karena terbukti memandang remaja sebagai kelompok yang

ISSN : 0215 - 8884


98 EKOWARNI

mempunyai banyak risiko yang berkaitan tahun (kelas 6 Sekolah Dasar) dan segala
dengan kualitas kesehatannya. Kondisi jennis obat diperoleh dengan mudah
tersebut disebabkan adanya karakteristik dengan harga yang terjangkau. Juga
yang spesifik dalam proses perkembangan- tersedianya minuman beralkohol di warung
nya yaitu dengan tingkat kemampuan sekitar sekolah merupakan kondisi yang
kognitif dan penalarannya telah mampu tidak menunjang perilaku sehat.
memahami dan memutuskan sesuatu secara Dalam kaitannya dengan pelayanan
logis, tetapi di sisi lain mendapat tekanan kesehatan pada remaja, diperlukan suatu
kelompok sebayanya (peer-pressure) yang pendekatan yang lebih bersifat bermuatan
membawa kepada perilaku yang kurang edukatif untuk bimbingan ke arah pola
rasional. Dalam situasi tersebut maka perilaku sehat. Jonas (dalam Prokop, dkk.,
sangat besar kemungkinan remaja lebih 1991) menyatakan bahwa diperlukan suatu
terpengaruh oleh perilaku kelompok interaksi yang komunikatif antara para
sehingga menunjukkan perilaku yang profesional di bidang kesehatan dengan
mengandung risiko (risk-taking behavior). para pasien usia remaja. Dalam melakukan
Faktor lain yang berpengaruh adalah pelayanan kesehatan diperlukan perhatian
gencarnya iklan di media cetak maupun pada aspek personal karena mempunyai
elektronik yang menawarkan produk yang peran yang sama besar dengan kecanggihan
kurang menunjang kesehatan misalnya teknologi di bidang kesehatan.
rokok, minuman maupun makanan yang
dianggap berkhasiat, gaya hidup mewah Mengenai pentingnya peran komunikasi
dengan mengkonsumsi alkohol. dalam pelayanan kesehatan, Simmons
(1993) menggunakan istilah providers-
Data yang dicatat oleh National Center client interface untuk memberi penekanan
for Health Statistic pada tahun 1988 (dalam aspek interpersonal yang mendalam dalam
Prokop, dkk., 1991) terdapat 78,5% dari tata pelaksanaan pelayanan. Oleh Simmons
angka kematian remaja disebabkan oleh dinyatakan bahwa membina hubungan
kecelakaan lalu lintas akibat penyalah- interpersonal bukan sesuatu yang mudah
gunaan obat maupun alkohol yang juga dilakukan karena sangat dipengaruhi oleh
menjadi pemicu timbulnya perkelahian persepsi dan sikap baik para penyaji
yang menyebabkan kematian. Juga (providers) maupun pasien atau kelayan
dilaporkan jumlah 18,1% angka kehamilan (client). Hal yang sama dilaporkan oleh
remaja, aborsi maupun penyakit kelamin. Gamayanti dan Martens (1994) bahwa
Penelitian mengenai kesehatan reproduksi berdasarkan pendapat sampel pasien
remaja (Waluyo, dkk., 1998) melaporkan maupun keluarga pasien di RS dr. Sardjito
bahwa remaja mulai berpacaran pada usia Yogyakarta masalah komunikasi dengan
13 – 14 tahun (SLTP kelas 1) dan pertama dokter maupun paramedis masih dirasa
kali melakukan hubungan seks pada usia 15 kurang memenuhi kebutuhan pasien
tahun adalah 3,6% dan yang pertama kali mengenai informasi di sekitar masalah
melakukan pada usia 16 – 20 tahun sebesar diagnosa maupun prosedur penyembuhan/
5,4%. Mengenai penyalahgunaan obat pengobatan. Mengenai kebutuhan akan
dilaporkan oleh Ekowarni (1997) bahwa informasi, Waluyo (1998) melaporkan
remaja sudah mulai mengenal pada usia 12 kesimpulan bahwa mengenai kesehatan

ISSN : 0215 - 8884


POLA PERILAKU SEHAT DAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN REMAJA 99

reproduksi, remaja mengharapkan infor- edukatif dari para penyaji kesehatan (health
masi dari lembaga profesional, dokter/ providers) sesuai dengan karakteristik dan
bidan, guru, orangtua dan teman sebaya. kebutuhan remaja.
Informasi yang dibutuhkan adalah selain
masalah perilaku seksual, penyalahgunaan METODE
obat, pertumbuhan fisik manusia, penyakit,
dan juga mengenai nilai moral, hukum dan Materi penelitian berupa sejumlah
agama. instrumen untuk menyusun pola Perilaku
Sehat Remaja dan Gambaran mengenai
Masalah kesehatan tidak lagi dipandang Persepsi Para Penyaji Kesehatan.
sebagai suatu paradigma biomedis tetapi Berdasarkan hasil analisis kedua materi
lebih berdasarkan pendekatan bio- tersebut diolah menjadi suatu model
psikososial. Oleh karenanya pelayanan Pelayanan Kesehatan Remaja.
kesehatan bukan sekedar “medical service”
tetapi sebagai “public health service” yang Alat pengumpul data atau instrumen
mengacu kepada asumsi bahwa kebutuhan terdiri dari dokumen status kesehatan
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh remaja yang berstatus pasien rawat jalan
faktor epidemiologi, ekonomi, demografi dan rawat inap. Instrumen lain adalah
dan sosial. Dalam aspek sosial terkandung angket untuk mengetahui Persepsi Para
unsur sikap, perilaku, latar belakang sosial Penyaji Kesehatan mengenai Perilaku
budaya dan sejumlah aspek lain (Azwar, Sehat Remaja. Untuk menyusun materi
1996). Dalam upaya peningkatan mutu yang digunakan dalam model Pelayanan
pelayanan kesehatan, konsep Rumah Sakit Kesehatan Remaja digunakan instrumen
Proaktif mulai dikembangkan (Soejoga, audio-visual.
1997). Ciri Rumah Sakit Proaktif adalah Subjek penelitian terdiri dari dua
pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif, kelompok yaitu kelompok pasien dan
efisien, inovatif sesuai dengan kebutuhan kelompok dokter. Kelompok pasien remaja
masyarakat secara merata. Selain pening- yaitu pasien yang berusia antar 12 tahun
katan pengembangan teknologi medis yang sampai dengan 18 tahun atau yang
semakin canggih maka pengembangan berpendidikan SLTP sampai dengan SMU
Model Pelayanan Kesehatan Remaja atau SMK.
merupakan bagian dari ciri Rumah Sakit Pasien rawat jalan berjumlah 37 orang
Proaktif. pasien dari Bagian Rehabilitasi Medik;
Remaja merupakan kelompok yang THT; Penyakit Mata; Penyakit Dalam;
mempunyai risiko dalam kualitas perilaku Penyakit Kulit dan Kelamin; Penyakit Gigi
sehat (Sarafino, 1990). Faktor tekanan dan Mulut.
kelompok sebaya (peer-pressure) maupun Pasien rawat inap berjumlah 10 orang
pengaruh iklan di berbagai jenis media yang sedang dirawat di Bagian Penyakit
akan mendorong remaja pada gaya hidup Dalam dan Bagian Bedah.
yang mengandung risiko (risk-taking
behavior). Untuk megembangkan pola Kelompok dokter terdiri dari 37 dokter
perilaku sehat remaja diperlukan model umum dan spesialis serta 20 orang dokter
pelayanan yang bersifat komunikatif dan

ISSN : 0215 - 8884


100 EKOWARNI

kepaniteraan. Profil perilaku sehat remaja 16. Kemana akan berobat kalau diperlukan
terdiri dari gambaran mengenai: lagi
1. Siapa yang menyarankan remaja 17. Pendapat mengenai kebersihan RSD
berobat 18. Penilaian mengenai para perawat RSD
2. Pemahaman mengenai penyebab 19. Pendapat mengenai perlunya Klinik
penyakit yang dialami Khusus Remaja
3. Kebiasaan hidup yang tidak sehat Subjek penelitian kelompok kedua
4. Alasan mengapa remaja tidak perlu adalah dokter. Jumlah seluruh dokter yang
berpikir mengenai hidup sehat mengisi angket adalah 70 orang, yang
5. Alasan mengapa remaja menggunakan terdiri dari dokter Umum, dokter Spesialis,
narkoba dokter Gigi, dan calon dokter yang sedang
melakukan Program Kepaniteraan. Oleh
6. Alasan mengapa remaja melakukan
karena calon dokter belum mempunyai
hubungan seks pranikah
kewenangan dan pengalaman praktek maka
7. Persepsi remaja mengenai dokter yang untuk analisis selanjutnya tidak disertakan.
baik Angket yang dianalisis sejumlah 47 set dan
8. Pertimbangan mengapa pasien tidak diperoleh kesimpulan bahwa persepsi para
perlu banyak bertanya kepada dokter dokter terhadap perilaku sehat cukup
9. Pendapat remaja mengenai penjelasan positif yang dapat dilihat dari rerata
yang diberikan dokter empirik 202,298 sedangkan rerata hipotetik
10. Sikap apabila dokter menyarankan adalah 153.
untuk datang lagi
11. Darimana remaja mendapat informasi HASIL
mengenai obat Profil perilaku sehat remaja, berdasar-
12. Alasan mengapa membeli obat bebas kan aspek perilaku sehat yang disusun
13. Apa yang dilakukan setelah mendapat berdasarkan wawancara dengan para pasien
obat dari dokter remaja yang berkunjung ke RSD
14. Obat apa yang diminum sebelum Kotamadya Semarang (rawat jalan maupun
memeriksakan ke dokter apabila: rawat inap) diperoleh gambaran perilaku
a. sakit kepala sebagai berikut:
b. sakit perut 1. Yang menyarankan berobat. Apabila
c. batuk remaja sakit maka perhatian bapak dan
ibu cukup seimbang untuk menyaran-
d. influenza
kan berobat yaitu 38% (bapak) dan
e. pegal/lelah 37% (ibu) sedangkan kesadaran sendiri
f. gangguan menstruasi untuk berobat hanya 15%.
g. sakit kulit 2. Pemahaman mengenai penyebab
h. sakit mata penyakit yang dialami. Sebagian besar
15. Alasan memilih berobat ke RSD remaja (63%) menganggap bahwa
“salah makan” merupakan penyebab
penyakit, hal ini berkaitan dengan gaya

ISSN : 0215 - 8884


POLA PERILAKU SEHAT DAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN REMAJA 101

hidup yang lebih menyukai makanan adalah yang ramah. Tampaknya


instan atau jajanan yang digemari kebutuhan afektif masih cukup kuat
seperti bakso, mie ayam, es teler, dan pada remaja.
sebagainya. 8. Anggapan mengapa pasien tidak perlu
3. Kebiasaan yang tidak sehat. Sesuai banyak bertanya kepada dokter.
dengan pemahaman mengenai “salah Sebagian besar remaja (38%) lebih
makan” maka 46% remaja menyatakan suka bertanya kepada perawat sedang-
bahwa makan tidak teratur merupakan kan yang 29% menganggap dokter
kebiasaan yang banyak dilakukan, masih terlalu sibuk, dan 23%
sedangkan 38% menganggap “banyak berpendapat kalau bertanya kepada
masalah/pikiran” sebagai kebiasaan dokter khawatir dokter tidak mau
yang tidak sehat. Hal ini sesuai dengan menjawab.
ciri remaja yang masih harus belajar 9. Pendapat mengenai bagaimana penje-
untuk mengatasi banyak masalah. lasan dokter. Pada umumnya remaja
4. Remaja tidak perlu berpikir mengenai menganggap dokter telah memberikan
hidup sehat. Sebagian besar (48%) penjelasan dengan cukup jelas (82%),
beranggapan bahwa remaja memiliki meskipun hal ini berlawanan dengan
fisik yang masih kuat sedangkan anggapan bahwa remaja lebih suka
kelompok yang jumlahnya sama (21%) bertanya kepada perawat.
beranggapan bahwa remaja perlu hidup 10. Apa yang dilakukan apabila dokter
santai dan ingin menikmati kebebasan. menyarankan untuk datang lagi.
5. Alasan mengapa remaja menggunakan Sebagian besar (48%) akan mematuhi
narkoba. Jumlah terbesar (65%) dengan datang lagi sesuai dengan
beranggapan bahwa mencoba merasa- anjuran sedangkan yang 42% tidak
kan narkoba sebagai alasan untuk akan datang karena merasa sudah kuat.
menggunakan narkoba, sedangkan 11. Sumber informasi mengenai obat.
31% menggunakan narkoba untuk Iklan televisi merupakan sumber utama
mengatasi masalah. Nampaknya alasan (50%) sedangkan 44% mendapat
tersebut sesuai dengan kebiasaan yang informasi mengenai obat dari teman
tidak sehat yaitu “banyak masalah/ atau anggota keluarga yang sudah
pikiran”. menggunakan.
6. Mengapa remaja melakukan hubungan 12. Alasan untuk membeli obat bebas.
seks pranikah. Jumlah terbesar (62%) Apabila merasa sakit akan mencoba
mengangap pengaruh televisi sebagai menggunakan obat bebas karena cepat
penyebab remaja melakukan atau ingin dan mudah (52%) sedangkan sebagian
melakukan hubungan seks pranikah. (29%) berpendapat bahwa membeli
7. Persepsi mengenai dokter yang baik. obat bebas akan menghemat karena
Remaja (63%) masih menganggap tidak perlu membayar biaya pemerik-
dokter yang baik adalah dokter yang saan dokter.
penuh perhatian, sedangkan sejumlah 13. Apa yang perlu dilakukan setelah
25% menganggap dokter yang baik mendapat obat dari dokter. Pada

ISSN : 0215 - 8884


102 EKOWARNI

umumnya remaja akan meminum 1. Kalpanax 22%


sesuai aturan (59%) sedangkan 31% 2. Salep Cap
tidak akan minum obat bila merasa Kaki Tiga 19%
Penyakit
sudah sembuh. 3. CTM 12%
Kulit
14. Obat bebas yang digunakan apabila 4. Ultracilin 11%
merasa sakit: 5. Salep 88 11%
6. Daktarin 8%
Jenis Obat yang Jumlah 1. Insto 31%
keluhan digunakan pengguna Penyakit 2. Rohto 24%
1. Panadol 20% Mata 3. Visine 24%
2. Paramex 19% 4. Lotte 9%
Sakit 3. Oskadon 15%
Kepala 4. Bodrex 12% 15. Alasan memilih berobat ke RSD.
5. Decolgen 11% Sebagian besar (46%) menganggap
6. Procold 7% pelayanan cukup baik sedangkan 42%
karena dekat rumah.
1. Promag 23%
16. Apakah akan datang lagi ke RSD.
2. Entrostop 21%
Sebagian besar (84%) akan datang lagi
Sakit Perut 3. Stopcret 15%
ke RSD. Hal tersebut sesuai dengan
4. Pil Ciba 8%
5. Norit 8% alasan pemilihan datang ke RSD
karena pelayan baik dan dekat rumah.
1. OBH Plus 23% 17. Pendapat mengenai kebersihan RSD.
2. Mixadin 20% Hampir semua (80%) berpendapat
Batuk 3. Konidin 17% bahwa kebersihan Rumah Sakit cukup
4. Mextril 9% bersih, sedangkan 10% berpendapat
5. Konimex 8% kurang bersih.
1. Ultraflu 29% 18. Pendapat mengenai perawat RSD.
2. Inza 20% Pada sebagian besar pasien remaja
Influenza 3. Sanaflu 15% (53%) menganggap perawat di RSD
4. Mixagrip 11% bersikap ramah, sedangkan 31%
5. Neozep 11% menilai penuh perhatian.
1. Jamu Pegal 30% 19. Pendapat mengenai Klinik Khusus
Linu Remaja. Sebagian besar (78%)
Pegal/ 2. Hemaviton 18% menganggap perlu ada klinik khusus
lelah 3. Pil Kita 15% yang melayani remaja sedangkan yang
4. Rheumacyl 8% 10% menganggap tidak perlu klinik
5. Jamu Komplit 8% khusus.
Gangguan 1. Feminax 64% Persepsi para dokter mengenai perilaku
Menstruasi 2. Kunir Asem 18% sehat remaja. Setelah melakukan DKT
3. Pil Tuntas 18% dengan Kelompok Staff Rumah Sakit

ISSN : 0215 - 8884


POLA PERILAKU SEHAT DAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN REMAJA 103

diperoleh kesimpulan diskusi sebagai berkembangnya perilaku yang berisiko


berikut: terhadap kesehatan fisik maupun
1. Pasien remaja perlu mendapat pela- mentalnya.
yanan khusus karena banyak perilaku 2. Para dokter di RSD Kotamadya
yang tidak menguntungkan kesehatan. Semarang mempunyai persepsi yang
2. Pelayanan kesehatan kepada pasien relatif positif terhadap pasien remaja.
remaja sebaiknya berorientasi pada Pada umumnya para dokter mempunyai
pendekatan biopsikososial. pemahaman yang cukup baik terhadap
kebutuhan, dan karakteristik remaja
3. Informasi yang dibutuhkan remaja
sehingga berpendapat bahwa kepada
meliputi tindakan yang promotif,
pasien remaja perlu diberikan pelayanan
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
khusus yang sesuai dengan kebutuhan
4. Remaja membutuhkan informasi dan karakteristik remaja. Secara
mengenai masalah alkohol, narkoba, konseptual banyak bentuk program
AIDS/HIV, bahaya merokok, bahaya yang dipandang perlu bagi remaja dan
pengawet makanan, penyedap dan tersusun dalam jenis program promotif,
pewarna makanan serta penggunaan preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
obat bebas.
Berdasarkan fasilitas, sarana, serta
5. Bentuk promosi kesehatan untuk remaja prasarana yang ada, maka RSD Kotamadya
dapat berupa penyuluhan melalui ber- Semarang memiliki potensi untuk
bagai media masa, diskusi kelompok, mengembangkan Rumah Sakit Proaktif
koreksi mengenai iklan yang menyesat- khususnya sebagai rumah sakit yang
kan, mengadakan lomba hidup sehat melayani masyarakat dari tingkat sosial
dan memberi penghargaan kepada ekonomi menengah dan bawah yang
remaja berprestasi. Semua pihak merupakan bagian terbesar masyarakat
bertanggung jawab atas kesehatan Indonesia yang membutuhkan pelayanan
remaja (remaja, orangtua, guru, kesehatan. Dengan kunjungan pasien
masyarakat instansi). remaja yang relatif cukup banyak maka
program pelayanan khusus kepada remaja
DISKUSI sudah saatnya untuk dijadikan bagian dari
program peningkatan pelayanan.
Penelitian menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut: Berdasarkan definisi WHO, kesehatan
adalah suatu keadaan yang menggambar-
1. Pada pasien remaja yang berobat ke
kan adanya kesejahteraan fisik, mental dan
RSD Kotamadya Semarang ternyata
sosial dan tidak hanya keadaan tanpa
mempunyai pola perilaku sehat yang
adanya penyakit saja. Berdasarkan definisi
kurang menguntungkan karena pola
tersebut maka semakin terasa kebutuhan
berpikir dan pemahaman yang kurang
akan kontribusi Psikologi Kesehatan dalam
benar mengenai kesehatan, penyakit,
mengupayakan peningkatan dan pemeli-
pola hidup sehat, penggunaan obat, dan
haraan kesehatan masyarakat.
hubungan seks pranikah. Pemahaman
tersebut dapat menjadi penyebab

ISSN : 0215 - 8884


104 EKOWARNI

Hal tersebut didukung dengan lahirnya KEPUSTAKAAN


Inpres No. 3 Tahun 1997 mengenai
Gamayanti, I.L. & Martens, M., 1994.
Pembinaan Kualitas Anak dan Remaja.
Studi Kasus Tentang Komunikasi
Tujuan yang hendak dicapai adalah selain
Antar Pasien dan Tenaga Kesehatan.
meningkatkan pembinaan pendidikan juga
Laporan Penelitian. RSUP dr. Sardjito
pelayanan kesehatan dan tingkat gizi.
– Unit Penyakit Anak, Yogyakarta.
Kemajuan teknologi dalam kehidupan
Prokop, C.K., Bradley, L.A., & Burish,
modern berpengaruh pada pola perilaku
T.G., 1991. Health Psychology:
sehingga semakin jelas adanya pengaruh
Chemical Methods and Research.
perilaku dengan berbagai jenis penyakit.
MacMillan Publishing Company, New
Perilaku sehat (behavioral health),
York.
merupakan salah satu aspek dalam
kehidupan remaja. Pola perilaku yang lebih Rokeach. S.E., 1995. Health Psychology.
berorientasi pada aktivitas kelompok McGraw-Hill, Inc., New York.
sebaya (peer group) seringkali merupakan Sheridan, C.L., & Radmacher, S.A., 1992.
faktor yang mengarahkan remaja pada Health Psychology:Challenging the
perilaku yang berisiko bagi kesehatannya Biomedical Model. John Wiley &
misalnya merokok, alkohol maupun obat Sonc, Inc., New York.
yang disalahgunakan, cara mengelola Simmons, R., & Elias, C., 1993. The Study
dorongan dan perilaku seksual, pola makan of Client-Provider Interaction: A
yang tidak memenuhi nilai gizi, begadang, Review of Methodological Issues.
dan sebagainya. Working Papers. The Population
Untuk memberikan pelayanan kese- Council, New York.
hatan yang sesuai dengan pola perilaku Soejoga, H., 1997. Konsep Rumah Sakit
remaja, perlu dikembangkan suatu model Proaktif. Makalah. Lokakarya
yang memenuhi aspek preventif, promotif, Nasional Rumah Sakit Proaktif dalam
dan kuratif. Faktor yang penting dalam Era Globalisasi. Departemen Kese-
model pelayanan tersebut adalah persepsi hatan RI, Jakarta.
dan sikap para penyaji kesehatan terhadap Waluyo, I., Ramdhani, N., 1998. Ancangan
karakteristik perilaku dan kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
remaja. Efektif untuk Remaja. Laporan
Penelitian. Pusat Penelitian Ekologi
Kesehatan Balitbang Depkes, Jakarta.

ISSN : 0215 - 8884

Anda mungkin juga menyukai