Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH ISOLASI WILAYAH TERHADAP DINAMIKA

MASYARAKAT DI DESA BANJAR TOBA KECAMATAN


SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI

Matias Siagian

Abstract

The issue studied in this research is how region isolation influence rural community
dynamics. This issue is studied to know deeply rural community condition. The
qualitative data analysis found a conclusion that the rural community has low income,
low quality job, low education and knowledge, and low agriculture productivity.
These facts is caused by rural area isolated, and can be understood to pass study about
long distance of rural position, simple and bad road condition, hampered
communication, and instrument instruction and information shortage. The quantitative
data analysis used product moment analysis found a conclusion that there is strong
influence between region isolation and rural community dynamics.

Keywords: rural community dynamics, region isolation, poverty

Pendahuluan tradisional dan adat hingga mereka menolak


usaha-usaha untuk merubahnya, terlalu bersikap
Manusia pedesaan di Indonesia adalah masa bodoh atau terlalu miskin untuk merubah
kelompok manusia yang sangat memprihatinkan cara-cara mereka tanpa rangsangan yang lebih
karena paling tertinggal dalam gerak banyak, pertolongan, dan pengajaran daripada
pembangunan nasional. Hakikat pembangunan, yang mereka miliki, transportasi yang sangat
termasuk pembangunan pedesaan adalah minim, serta masih kurangnya komunikasi dan
memanusiawikan manusia pedesaan supaya informasi dari luar.
menjadi manusia yang dinamis, mandiri, dan Masyarakat pedesaan dalam konteks
berani menghadapi dan mengatasi semua umum sering disamakan dengan masyarakat
tantangan lingkungan. Artinya bahwa manusia pertanian, karena di mana saja masyarakat desa
pedesaan harus didudukkan sebagai subjek dan hidup dengan pertanian dan mereka kebanyakan
dikembangkan kesubjekannya sebagai manusia. penduduk miskin. Kemiskinan dan
(Kasiyanto 1991: 23) ketertinggalan sangat dominan pada masyarakat
Masyarakat desa sebagai suatu kelompok desa, dibandingkan dengan masyarakat kota.
orang-orang yang hidup dan bekerja sama di Hasil dari pemuktahiran data desa miskin
suatu wilayah, yang terikat dan bersatu adalah dari BPS – Bappenas - Depdagri di Sumatera
orang-orang yang masih hidup dan mematuhi Utara yang seluruhnya berjumlah 1.364 desa,
tradisi dan adat istiadat yang turun – temurun terdiri dari 1.331 pada daerah pedesaan (rural)
yang dapat saja mengakibatkan ketidakmajuan dan 33 pada daerah perkotaan (urban).
desa. Ketidakmajuan desa tersebut antara lain Perbedaan ini bersumber pada distribusi hasil
disebabkan oleh letak desa yang sangat pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Sektor
terisolir/tertutup dari dunia luar untuk modern yang sangat besar sumbangannya
dipengaruhi, terlalu menjunjung kepercayaan terhadap pertumbuhan ekonomi selalu mendapat

Matias Siagian adalah Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU

157
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, September 2004, Volume 3, Nomor 3, Halaman 157-162

kesempatan yang sangat luas, sehingga bahwa penyebab dari perubahan sosial antara
membawa kecenderungan melupakan potensi lain adalah lingkungan alam, perubahan
pedesaan (sektor tradisional). Oleh karena itu penduduk, isolasi desa, dan kontak sosial,
pembangunan pedesaan merupakan suatu struktur suatu budaya (Daldjoeni 1989: 3).
strategi yang dirancang guna memperbaiki Berbicara mengenai perkembangan desa,
kehidupan sosial ekonomi golongan miskin dapat kita lihat bahwa faktor-faktor yang
masyarakat pedesaan (Bappeda TK I Sumut mempengaruhi tingkat dan arah perkembangan
1994;5) desa adalah faktor lokasi atau letak desa
Dalam rangka pemerataan pembangunan terhadap pusat-pusat fasilitas dan jalan
ke seluruh tanah air, dalam propenas ditekankan perhubungan (lancar atau tidak lancar). Lokasi
perlunya perhatian khusus diberikan pada mengandung arti jarak suatu tempat (desa)
pedesaan serta peningkatan kemampuan dengan tempat lain yang berfungsi sebagai pusat
penduduk untuk memanfaatkan sumber-sumber dan dipengaruhi oleh kondisi prasarana
daya alam dalam menanggulangi masalah- perhubungan yang akan memberi pengaruh
masalah yang mendesak. Dalam hubungan ini terhadap lancar atau tidaknya komunikasi
perlu secara khusus pula diberikan perhatian sehingga mempengaruhi tingkat perkembangan
kepada masyarakat pedesaan khususnya desa. Menurutnya jarak desa terhadap ibukota
masalah-masalah yang menghambat proses propinsi, kota kabupaten, kota kecamatan;
pergerakan dan perubahan masyarakat pedesaan kondisi jalan (perhubungan); kelas jalan,
sehingga mereka dapat ikut serta dalam frekuensi jalan (kecepatan perhubungan)
Pembangunan Nasional (Pagiling 1986: 1) merupakan faktor-faktor penyebab adanya desa
Timbulnya perubahan-perubahan atau terisolir/desa terpencil (Sayogyo 1986: 156-159)
variasi-variasi pendekatan terhadap .
pembangunan pedesaan, sebagai usaha untuk Desa yang terpencil dalam arti kehilangan
menyentuh dan memperbaiki taraf hidup hubungan terhadap perubahan-perubahan dari
kelompok masyarakat miskin disebabkan oleh luar dapat menyebabkan kurangnya bahkan
kompleksnya dan sukarnya mengatasi lambatnya proses perkembangan masyarakat
keterbelakangan pedesaan. Kesukaran- juga desa. Perubahan-perubahan yang terjadi
kesukaran tersebut tidak hanya bersumber dari dalam masyarakat desa sangat lambat, misalnya
faktor-faktor yang sifatnya ekonomis mikro, pendapatan yang kecil, pendidikan yang rendah
seperti kekurangan modal, teknologi yang juga status pekerjaan yang rendah. Hal ini dapat
kurang memadai, sarana dan prasarana yang disebabkan masih rendahnya sarana transportasi,
minim, tetapi juga hambatan-hambatan yang misalnya jalan yang masih berbatu-batu, alat
bersumber dari dimensi struktur masyarakat angkutan yang masih sedikit, media komunikasi
pedesaan, seperti susunan kekuasaan dan pola- yang masih minim.
pola kelembagaan tradisional (Pagiling, 1986; Sehubungan dengan hal di atas dapat kita
3). lihat bahwa desa miskin dapat disebabkan oleh
Terhambatnya dinamika masyarakat desa terisolirnya tempat tersebut dari pusat-pusat
antara lain disebabkan oleh keterisoliran wilayah kegiatan yang menyebabkan desa tersebut
desa tersebut. Desa yang terisolasi atau desa tertutup dari informasi dan inovasi yang
yang tertutup dalam arti tertutup akan sumber- berkembang. Keterisoliran ini berhubungan
sumber yang dapat memperbaiki kondisi fisik dengan kesediaan sarana dan prasarana
maupun non fisik desa akan sulit mengalami perhubungan yang menghubungkan desa dan
perubahan-perubahan, baik terhadap desa pusat-pusat keramaian (Leibo 1994: 27).
maupun terhadap masyarakat itu sendiri. Dalam perkembangan setiap desa untuk
Dalam hal ini daerah desa yang terpencil sampai pada klasifikasi tingkat perkembangan
(isolasi), jauh, dari jangkauan akan hal-hal yang desa, diukur atau dinilai berdasarkan indikator-
dapat memberi perubahan sangat kecil indikator tertentu yang ada pada setiap desa
kemungkinan untuk mengalami kemajuan, tersebut. Indikator tersebut antara lain
sehingga pergerakan yang terjadi dalam keseimbangan kekuatan unsur-unsur dari dalam
masyarakat desa tersebut juga akan menjadi desa itu sendiri serta intensitas pengaruh unsur
terhambat. Dalam kondisi demikian, para luar, yang ditentukan oleh posisi desa terhadap
sosiolog dalam menganalisis perubahan- pusat unit wilayah yang lebih besar dan pusat
perubahan dalam masyarakat mengemukakan fasilitas (Sagyogo dalam Leibo 1994: 27).

158
Siagian, Pengaruh Isolasi Wilayah...

Berdasarkan uraian di atas dapat kita lihat "Adakah pengaruh isolasi wilayah terhadap
bahwa lambatnya gerak masyarakat desa ke arah dinamika masyarakat pedesaan?"
yang lebih baik disebabkan oleh faktor letak Dengan rumusan di atas, maka yang
atau posisi desa yang sangat terpencil, yang jauh menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
dari jangkauan pengaruh dari luar. Faktor letak mengetahui secara mendalam kondisi
desa yang terpencil ini mengakibatkan masyarakat desa, dan mengetahui pengaruh
minimnya pembangunan sarana dan prasarana isolasi wilayah terhadap dinamika masyarakat
perhubungan, kurang luasnya jangkauan sarana pedesaan.
dan prasarana komunikasi. Kekurangan sarana Adapun hipotesis dalam penelitian ini
dan prasarana di atas pada akhirnya dirumuskan sebagai berikut.
mengakibatkan laju perkembangan masyarakat
desa berjalan lambat. Ini terlihat dari pendidikan -H1: Terdapat pengaruh isolasi wilayah
yang rendah, jumlah pendapatan yang minim, terhadap dinamika masyarakat desa.
dan pekerjaan yang rendah, yaitu hanya pada -HO: Tidak terdapat pengaruh isolasi wilayah
posisi sebagai petani. terhadap dinamika masyarakat desa.
Data yang diperoleh dari BPS tahun 1999
diketahui bahwa di Provinsi Sumatera Utara Maka batasan konsep yang disusun adalah:
masih terdapat 1.364 desa yang tergolong
miskin atau tertinggal, dengan jumlah penduduk 1. Isolasi adalah keadaan terpencilnya suatu
seluruhnya 1.010.738 orang. Khusus di wilayah karena jauh dari hubungan lalu
Kabupaten Dairi terdapat sebanyak 55 desa lintas sehingga menyebabkan minimnya
tertinggal dengan jumlah penduduk sebanyak hubungan sosial dengan pihak lain.
2.454 Kepala Keluarga (Bappeda TK I Sumut, 2. Wilayah adalah lingkungan suatu daerah yang
1994;36). didiami oleh suatu komunitas.
Desa Banjar Toba termasuk salah satu 3. Dinamika adalah gerak atau kekuatan yang
desa tertinggal dari 55 desa tertinggal yang ada dimiliki sekumpulan orang di masyarakat
di Kabupaten Dairi. Letak daerahnya terpencil, yang bersifat kontinu, yang dapat
jauh dari jangkauan sarana perhubungan dan menimbulkan perubahan taraf hidup
media komunikasi. Apabila kita hendak ke desa masyarakat desa.
ini, kita memakai alat transportasi umum dengan 4. Menurut Tonnies, masyarakat desa adalah
jalan aspal sekitar 5 km dari ibukota kecamatan masyarakat paguyuban, persekutuan dan
ke desa Berampu. Dari simpang kita berjalan kerukunan (Suryaningrat 1991: 19).
kaki dengan kondisi jalan berbatu dan jalan
tanah serta melewati sebuah jembatan darurat. Dalam penelitian ini indikator-indikator yang
Desa Banjar Toba dikelilingi sawah dan diuraikan adalah:
gunung. Sepanjang jalan menuju desa tersebut,
dipenuhi oleh persawahan dan di sebelah 1. Isolasi Wilayah, meliputi:
Selatan terdapat hutan negara. Terpencilnya Letak geografis desa, dengan indikator
Desa Banjar Toba juga mengakibatkan sarana jarak desa ke ibukota kecamatan,
penerangan yang belum memadai. Masyarakat kondisi jalan, jarak tempuh, frekuensi
desa sangat jarang mendapatkan informasi, baik jalan, alat transportasi, pengadaan
dari media elektronik maupun media cetak. sarana penerangan dengan indikator:
Informasi yang berguna jarang diperoleh orang tersedianya media elektronik, jenis
desa sehingga dinamika masyarakat desa siaran yang diperoleh, frekuensi
bergerak lambat yang digambarkan melalui menonton, tempat menonton, radio,
tingkat pendidikan yang rendah, status pekerjaan tape, tersedianya media cetak: koran,
yang rendah dan jumlah pendapatan keluarga majalah.
yang rendah. Hal ini mengakibatkan mayoritas 2. Dinamika Masyarakat Desa meliputi:
penduduk desa diselimuti oleh kemiskinan dan Pendapatan, penghasilan total keluarga,
berada pada status yang homogen serta bersifat jenis pekerjaan tetap dan utama,
statis. pekerjaan sampingan, pendidikan,
Berdasarkan uraian di atas maka dengan indikator: pendidikan formal,
dirumuskan masalah untuk dapat memberi yaitu pendidikan yang diperoleh melalui
landasan bagi penelaahan selanjutnya, yaitu: pendidikan di sekolah secara teratur,

159
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, September 2004, Volume 3, Nomor 3, Halaman 157-162

bertingkat dan mengikuti syarat-syarat - Skor 28- 31: kategori sedang


yang jelas dan ketat, meliputi SD, - Skor 32 – 35: kategoriri tinggi
SLTP, SLTA, perguruan tinggi,
pendidikan non-formal, yaitu Berdasarkan kategori baru di atas
pendidikan atau keterampilan yang diperoleh distribusi tingkat isolasi wilayah
diperoleh di luar sekolah, tabungan sebagai berikut.
dengan indikator tempat menabung
(rumah, bank, koperasi), jumlah Tabel 1.
tabungan, mekanisasi pertanian, hasil Tingkat Isolasi Wilayah
pertanian, metode yang digunakan, dan
alat yang digunakan.
No Kategori Jumlah
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar 1 Tinggi 4
Toba, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi. 2 Sedang 17
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini 3 Rendah 9
adalah seluruh masyarakat Desa Banjar Toba Total 30
dengan unit analisis keluarga yang berjumlah 87
KK. Sumber: Hasil Olahan Data
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel
dilakukan secara purposif. Teknik penarikan Pengukuran Variabel Terikat
sampel ini didasarkan pada kondisi masyarakat Dalam menentukan skor untuk variabel
yang homogen, dalam arti pendapatan terikat dalan penelitian ini juga digunakan skala
masyarakat yang masih rendah, tingkat Likert. Hasil data skoring (penskoran data)
pendidikan yang masih rendah, mutu pekerjaan tentang dinamika masyarakat desa, dihasilkan
yang masih rendah, dan hasil produksi yang distribusi. Hasil skoring data tersebut akan
masih rendah, sehingga penulis mengambil diukur dengan menggunakan pengkategorian
sampel sebanyak 30 KK. baru yakni kategori tinggi, sedang, dan rendah
Untuk memperoleh data-data yang dengan menggunakan interval sebagai berikut.
diperlukan, dilakukan observasi dan wawancara 47 – 37
berstruktur. Hal ini dianggap sangat tepat sesuai 3
dengan kondisi masyarakat. = 3,33
Penganalisisan data dilakukan dengan Sehingga diperoleh:
rumus kolerasi Pearson's yaitu Kolerasi Product - Skor 37- 40,33: kategori rendah
Moment, adalah teknik untuk melihat hubungan - Skor 40,34-43,67: kategori sedang
kedua variabel X (bebas) dengan variabel Y - Skor 43,68-47,01: kategori tinggi
(terikat). Berdasarkan kategori baru tersebut
diperoleh distribusi tingkat dinamika masyarakat
Pengaruh Isolasi Wilayah terhadap sebagai berikut.
Dinamika Masyarakat Tabel 2.
Tingkat Dinamika Masyarakat
Pengukuran Variabel Bebas
Dalam menentukan skor untuk variabel
bebas digunakan skala Likert dengan skor 3,2, No Kategori Jumlah
dan 1. Hasil data skoring (penskoran data) 1 Tinggi 4
tentang faktor isolasi wilayah. Hasil skoring data 2 Sedang 13
tersebut kemudian diukur melalui 3 Rendah 13
pengkategorian baru, yakni kategori tinggi,
Total 30
sedang, dan rendah dengan menggunakan
interval sebagai berikut. Sumber: Hasil Olahan Data
33 – 24 Korelasi Antarvariabel
3
=3 Masing-masing variabel penelitian telah
Sehingga diperoleh: digambarkan dan diukur pada bagian
- Skor 24 - 27: kategori rendah sebelumnya. Berikut ini akan dilakukan

160
Siagian, Pengaruh Isolasi Wilayah...

pengkorelasian antarvariabel, yang bertujuan terhadap dinamika masyarakat desa, khususnya


untuk memperoleh hubungan antara variabel Desa Banjar Toba.
pengaruh dengan variabel terpengaruh. Korelasi
antarvariabel yang akan disajikan adalah sebagai Kesimpulan
berikut.
Desa Banjar Toba yang terletak di daerah
Tabel 3. pegunungan dan jauh keramaian kota
Korelasi Isolasi Wilayah dan Dinamika Masyarakat mengakibatkan desa tersebut terpencil, terisolir,
dan tertutup terhadap perubahan-perubahan.
Jarak desa yang jauh dari kota, frekuensi
X perhubungan yang tidak lancar, juga jarak
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Y tempuh perjalanan yang sangat lama,
mengakibatkan masyarakat desa jarang
Tinggi - 4 - 4 bepergian ke luar desa, sehingga masyarakat di
Sedang 2 8 3 13
Rendah 2 5 6 13
desa tersebut sangat sulit berkembang dan tidak
dapat mengadaptasikan dirinya terhadap
Total 4 17 9 30 perubahan yang ada. Hal ini terlihat dari tingkat
Sumber: Hasil Olahan Data
pendapatan yang rendah, mutu pekerjaan yang
rendah, tingkat pendidikan yang rendah juga
Uji Hipotesis hasil produksi pertanian yang rendah pula.
Kondisi jalan menuju Desa Banjar Toba
Sebagaimana telah ditegaskan, bahwa sangat parah dan rusak yaitu berbatu-batu dan
dalam penelitian ini akan diuji pengaruh tanah yang diperkeras. Hal ini disebabkan oleh
variabel isolasi wilayah (X) terhadap variabel letak desa yang sangat jauh dari kota dan berada
dinamika masyarakat desa (Y), dengan di tengah-tengah persawahan, mengakibatkan
menggunakan rumus Korelasi Product Moment desa tersebut jarang mendapat pembangunan.
Pearson's sebagai berikut, di mana diperoleh rxy Tidak dijumpai alat transportasi yang sampai ke
= 0,71. Berdasarkan lndeks Kore1asi Guilford. desa sehingga apabila hendak pergi ke luar desa
< 0,20 : Hubungan rendah sekali harus dengan berjalan kaki. Kondisi ini
0,20-0,40 : Hubungan rendah tetapi pasti menyebabkan masyarakat desa selalu tertutup,
0,40-0,70 : Hubungan cukup berarti dalam arti tidak mengalami perkembangan yang
0,70-0,90 : Hubungan kuat dapat mengubah kondisi dirinya.
> 0,90 : Hubungan kuat sekali Media elektronik seperti televisi, tape,
radio bagi masyarakat desa masih merupakan
Dengan demikian, hasil yang diperoleh alat yang sangat susah untuk diperoleh, dapat
(rxy = 0,71) mengandung makna bahwa terdapat dilihat dari jumlah masyarakat desa yang
hubungan yang tinggi/kuat antara variabel bebas memiliki media elektronik terutama televisi. Hal
dengan variabei terikat. Faktor isolasi wilayah ini mengakibatkan masyarakat desa sangat
mempunyai pengaruh yang kuat/tinggi terhadap jarang memperoleh informasi yang membangun,
dinamika masyarakat desa, dalam hal ini Desa di mana pada akhirnya masyarakat desa tersebut
Banjar Toba. Harga koefisien korelasi yang tidak dapat merubah kondisi dirinya.
diperoleh sebesar 0,71 menunjukkan korelasi Media cetak seperti koran, majalah juga
yang baik. sangat jarang dijumpai di Desa Banjar Toba.
Untuk melihat bagaimana hubungan Terutama koran sebagai media cetak yang
antara kedua variabel tersebut, maka hasil rxy mudah diperoleh di suatu daerah kecil juga tidak
hitung harus dibandingkan dengan rxy tabel, dijumpai di desa tersebut, sehingga masyarakat
dengan menggunakan taraf kepercayaan desa tidak dapat mengetahui hal-hal yang
pengujian 5%. Besar sampel atau n = 30, dengan sedang terjadi, baik informasi maupun sebagai
melihat kolom taraf signifikan 5% dalam r tabel, penambah wawasan pengetahuan dalam
diperoleh bilangan 0,361. Kita lihat bahwa hasil meningkatkan pendapatan, dalam meningkatkan
rxy tabel < rxy hitung atau 0,361 < 0,71. Maka mutu pekerjaanan dalam meningkatkan
dari hasil yang diperoleh (0,71 > 0,361) berarti semangat untuk melanjutkan pendidikan ke
terima H1 dan ditolak Ho, yang mangandung arti jenjang yang lebih tinggi.
terdapat hubungan antara isolasi wilayah

161
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, September 2004, Volume 3, Nomor 3, Halaman 157-162

Tingkat pendapatan masyarakat Desa Kusnaedi, Membangun Desa, 1995, Penebar


Banjar Toba yang rendah dan mutu pekerjaan Swadaya, Jakarta.
yang rendah, sangat mempengaruhi kemampuan
masyarakat dalam menyediakan biaya sekolah. Leibo, Lefta, Sosiologi Pedesaan, 1994, Andi
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, Offset, Yogyakarta.
pada akhirnya akan menghambat masyarakat
untuk mengadakan upaya-upaya perbaikan Mannheim, Karl, Sosiologi Sistematis, Bima
terhadap dirinya di samping faktor-faktor Aksara, Jakarta.
penyebab utama yang menghambat gerak
Mubyarto, Masyarakat Terasing 1994-1997,
masyarakat tersebut, yaitu isolasi wilayah.
1994, Bappenas, Aditya Media,
Yogyakarta.
Daftar Pustaka
Pagiling, Amal, Musyi, 1986, Persepsi
Bappeda, 1994, Pengentasan Kemiskinanpada Masyarakat terhadap Hambatan
Desa Tertinggal, Bappeda TK. I Sumut. Struktural dalam Pengembangan
Pedesaan. Laporan Penelitian,
Beratha, Nyoman,I, 1982, Desa, Masyarakat Depdikbud.
Desa, Pembangunan Desa, Ghalia
Indonesia, Jakarta Timur. Prayitno, Hadi, Perubahan Ekonomi Pedesaan,
1987, BPFE, Yogyakarta, 1987
Bintarto, R, 1989, Interaks'i Desa-Kota dan
Permasalahannya, Ghalia Indonesia, Sayogyo dan Sayogyo, Pudjiwaty, 1986,
Jakarta. Sosiologi Pedesaan, Jilid 2, UGM Press,
Yogyakarta.
Cahyono, Bambang, Tri, 1983, Pengembangan
Kesempatan Kerja, BPFE, Yogyakarta. Shadily, Hassan, 1986, Sosiologi untuk
Masyarakat Indonesia, 1989 PT
Daldjoeni, N, 1984, Perubahan Sosial dan Pembaruan, Jakarta.
Tanggapan Manusia, Alumni, Bandung.
Singarimbun, Masri, 1986, Metode Penelitian,
Depdikbud, 1993, Dampak Masuknya Media Survey, LP3ES, Jakarta.
Komunikasi terhadap Kehidupan Sosial
Budaya Masyarakat Pedesaan, Sumardi, M. dan Evers, Dieters, H., 1985,
Yogyakarta. Kemiskinan don Kebutuhan Pokok,
Rajawali, Jakarta.
Faisal, Sanafiah, 1981, Format-format
Penelitian Sosial Dasar-Dasar dan Sumodiningrat, Gunawan, 1996, Perubahan
Aplikasi, Rajawali, Jakarta, 1995. Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,
Bina Rena Pariwara, Jakarta.
______, Menggalang Gerakan Bangun Diri
Masyarakat Desa, Usaha Nasional, Suryaningrat, Bayu, 1981, Pemerintahan Desa
Surabaya, 1981. dan Administrasi Desa, Barn, Jakarta.
Jalaludin, Rahmad, 1989, Metode Penelitian, Weiner, Myron, 1981, Modernisasi
Komunikasi, CV. Remaja Karya, DinamikaPertumbuhan, UGM Press,
Bandung. Yogyakarta, 1994 Majalah Populasi,
Volume 8 No.2 Tahun 1997.
Kasiyanto, M.J., 1991, Masalah dan Strategi
Pembangunan Indonesia, Pustaka
Pembangunan.

Kasryono, F. dan Stepanek, J.F., 1985,


Dinamika, Pembangunan Pedesaan,
Gramedia, Jakarta.

162

Anda mungkin juga menyukai