Anda di halaman 1dari 3

RIDHA ALMA SALSABILA

195030401111046

KELAS D (PERPAJAKAN)

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Sejumlah negara mempunyai definisi tersendiri tentang GCG. Kelompok negara


maju, mendefinisikan GCG sebagai cara-cara manajemen perusahaan bertanggung jawab
pada shareholder-nya. Sedangkan GCG di Indonesia didefinisikan sebagai suatu pola
hubungan, sistem, dan proses, yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan
nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang.

1. Prinsip GCG/Tata Kelola Perusahaan


Secara umum ada lima prinsip dasar dalam tata kelola perusahaan yaitu :
transparency, accountability, responbility, independency, dan fairness. Kelima prinsip
tersebut dapat kita akronimkan sebagai TARIF. Adapun penjabaran prinsip-prinsip
tersebut sebagai berikut:
1) Transparency (keterbukaan informasi)
Transparasi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam
proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi
material dan relevan mengenai kegiatan perusahaan.
Menurut peraturan di pasar modal Indonesia, yang dimaksud
informasi material dan relevan adalah informasi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan, naik turunnya harga saham perusahaan, atau yang
mempengaruhi secara signifikan risiko serta prospek usaha perusahaan yang
bersangkutan.
Apabila perusahaan mampu menjabarkan kriteria informasi material
secara spesifik, maka perusahaan tersebut tidak perlu khawatir jika
strateginya dapat diketahui pesaing.
Dalam mewujudkan transparasi, perusahaan harus menyediakan
informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Perusahaan diharapkan dapat
mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material
secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat
mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat
diperlukan.
Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini.
Pertama, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam
melakukan transaksi dengan perusahaan. Kedua, efisiensi pasar
dimungkinkan terjadi, karena adanya informasi kinerja perusahaan yang
diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat
diperbandingkan. Terakhir, jika prinsip transparamsi dilaksanakan dengan
baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan
berbagai pihak dalam manajemen.
2) Accountability(akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.
Masalah yang sering ditemukan di perusahaan Indonesia adalah
mandulnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Atau justru sebaliknya,
Komisaris utama mengambil wewenang yang seharusnya dijalankan Direksi.
Padahal, diperlukan kejelasan tugas serta fungsi organ perusahaan agar
tercipta suatu mekanisme yang baik dalam mengelola perusahaan.
Kewajiban untuk memiliki Komisaris Independen dan Komite Audit
merupakan salah satu implementasi prinsip ini. Beberapa bentuk
implementasi lainnya adalah praktek audit internal yang efektif serta
kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab dalam
melaksanakan anngaran dasar dan pencapaian target perusahaan.
Dengan adanya kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan
tanggung jawab antara RUPS, Dewan Komisaris, serta Direksi maka
perusahaan akan terhindar dari kondisi benturan kepentingan peran.
3) Responbility(pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi serta peraturan
perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini berupa masalah
pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang
sehat.
Contoh mengenai pertanggungjawaban ialah kebijakan sebuah
perusahaan makanan untuk mendapatkan sertifikat halal. Ini merupakan
bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Kemudian, kebijakan
perusahaan mengelola limbah sebelum dibuang ke tempat umum. Ini juga
merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada publik.
Penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan menyadari
bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia menghasilkan
eksternalitas negatif. Lewat prinsip ini juga diharapkan membantu peran
pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan
kerja pada segmen masyarakat yang belum mendapat manfaat dari
mekanisme pasar.
4) Independency(kemandirian)
Independensi adalah suatu keadaan di mana perusahaan dikelola
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manapun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.
Kemandirian penting sekali dalam proses pengambilan keputusan.
Hilangnya kemandirian dalam proses pengambilan keputusan akan
menghilangkan objektivitas dalam pengambilan keputusan tersebut. Kejadian
ini akan sangat fatal bila ternyata harus mengorbankan kepentingan
perusahaan yang seharusnya menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan, perusahaan
hendaknya mengembangkan beberapa aturan, pedoman, dan praktik di
tingkat corporate board, terutama di tingkat dewan komisaris dan direksi.
5) Fairness(kesetaraan dan kewajaran)
Kesetaraan dan kewajaran adalah perlakuan yang adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
serta peraturan perundangan yang berlaku.
Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem
hukum, dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor dari
berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini bisa berupa transaksi
yang melibatkan informasi orang dalam, penipuan, dilusi saha(nilai
perusahaan berkurang), KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat
merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan,
penerbitan saham bari, merger, akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan
lain.
Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan dikelola
secara baik dan hati-hati sehingga muncul perlindungan kepentingan
pemegang saham secara fair. Fairness juga diharapkan memberi
perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang
merugikan.
Fairness dapat berjalan dengan efektif apabila ada peraturan dan
perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten, dan dapat ditegakkan
secara efektif. Hal ini dinilai penting karena akan menjadi penjamin adanya
perlindungan atas hak-hak pemegang saham manapun, tanpa pengecualian.

2. Tujuan Tata Kelola Perusahaan


Penerapan tata kelola perusahan memiliki beberapa tujuan, yaitu :
a) Perbaikan kualitas pelaporan kinerja keuangan dan kualitas pelaporan kewajiban
kredit yang masih sangat terbatas
b) Peningkatan peran dan kegiatan pengawasan terhadap manajemen oleh dewan
komisaris dan peningkatan peran auditor independen sehingga mengurangi
resiko perusahaan publik dari tindakan yang dapat merugikan para meodal
c) Meningkatkan kemampuan bersaing mendapatkan modal di pasar global
d) Mengurangi risiko perubahan yang bersifat mendadak, dan mendorong investasi
secara jangka panjang
e) Memperkuat sektor finansial
f) Memajukan manajemen yang bertanggung jawab dan kinerja finansial yang solid

3. Pendekatan Tata Kelola Perusahaan


Secara umum pendekatan tata kelola perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pendekatan One board atau satu kamar
Pendekatan ini umumnya dipakai di negara-negara industri maju
seperti Amerika, Eropa, Australia, dan termasuk juga negara maju di Asia.
Pada pendekatan satu kamar seluruh direksi mendapatkan tugas dan
tanggung jawab yang sama dalam perusahaan sehingga hasilnya malah
dapat melemahkan proses GCG itu sendiri. Dalam pendekatan ini, dewan
pengawas harus menyetujui berbagai tindakan manajemen meskipun
kadang-kadang berisiko tinggi.
Oleh karena itu, para ahli organisasi sering menyarankan dibentuknya
komite-komite agar pengelolaan perusahaan yang menggunakan pendekatan
satu kamar dapat berjalan dengan baik. Pertama, operating comitte. Fungsi
utama komite ini adalah mengintegrasikan berbagai keputusan dalam bidang
manajemen. Contoh komite ini antara lain komite ekseskutif, komite
keuangan, dan komite strategi. Kedua, monitoring comitte. komite ini
dihubungkan dengan mekanisme pengawasan yang tujuan utamnya adalah
melindungi kepentingan pemegang saham. Contoh komite ini adalah komite
audit, komite remunerasi, dan komite nominasi.

b) Pendekatan Two boards atau dua kamar


Pendekatan ini sering dipakai di negara-negara Asia, Afrika, dan
Amerika Latin. Menurut Bacon dan Brown dari conference board, ada tiga
karakteristik utama pendekatan dua kamar, yaitu:
 Pendekatan dua kamar benar benar memisahkan antara fungsi,
tugas, dan wewenang dewan pengelola perusahaan dengan dewan
pengawas perusahaan.
 Pemisahan secara fisik antara tugas dan wewenang kedua dewan ini
dapat menghindari campur tangan dan tugas ganda.
 Dalam pendekatan dua kamar ini, dewan pengawas sama sekali tidak
diberi wewenang untuk campur tangan dalam pengelolaan
perusahaan. Dewan pengawas perusahaan benar-benar diborong
untuk melaksanakan tugas utamanya yakni dalam memberi
pengawasan dan saran bagi direktur lainnya.

Anda mungkin juga menyukai