Anda di halaman 1dari 4

3.

3Etiologi

1.Adanya kongesti

Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekananhidrostatik intra
vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskulaoleh kerja pompa jantung)
menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruanginterstitium. Cairan plasma ini akan
mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar danrongga badan (terjadi edema).

2.Obstruksi limfatik

Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan),maka cairan
tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masukke dalam saluran limfe
akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadiakibat mastek-tomi radikal untuk
mengeluarkan tumor ganas pada payudara atauakibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan
saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria
dapat juga menyebabkanedema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki
gajah/elephantiasis).

3.Permeabilitas kapiler yang bertambah

Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh airdan
elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikitatau terbatas.
Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitasini bergantung kepada
substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaantertentu, misalnya akibat
pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah.
Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler,sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun
dan sebaliknya tekanan osmoticcairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin
banyak cairan yangmeninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas
kapilerdapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.

a). Hipoproteinemia Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan


rendahnyadaya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembeskeluar
vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapatdiakibatkan kehilangan darah
secara kronis oleh cacing Haemonchuscontortus yang menghisap darah di dalam mukosa
lambung kelenjar(abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan
gejalaalbuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan.
Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum
b). Tekanan osmotic koloid

Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehinggatidak dapat
melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi padakeadaan tertentu jumlah
protein dalam jaringan dapat meninggi, Misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam
hal ini maka tekanan osmotik jaringan dapat menyebabkan edema. Filtrasi cairan plasma juga
mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada
berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopakmata, tekanan sangat
rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudahtimbul edema.

c). Retensi natrium dan air

Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari padayang masuk
(intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadihipertoni. Hipertoni
menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairanekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan
interstitium) bertambah. Akibatnyaterjadi edema. Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh
factor hormonal(penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan
pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau
estrogen).
Derajat terjadinya oedema:
1+ : menekan sedalam 2mm akan kembali dengan cepat
2+ : menekan lebih dalam (4mm) dan akan kembali dalam waktu 10-15 detik
3+ : menekan lebih dalam (6mm) akan kemabli dalam waktu >1 menit, tampak bengkak
4+ : menekan lebih dalam lagi (8mm) akan kembali dalam waktu 2-5menit, tampak sangat
bengkak yang nyata

3.4 Patofisiologi

Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema. Penyebab
edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

1.Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma.


Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi, sementara
jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal. dengan demikian terdapat cairan tambahan
yang tertinggaldiruang ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi
protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di
urin akibat penyakit ginjal, penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati
mensintesis hampir semua protein plasma), makanan yang kurang mengandung protein, atau
pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas.

2.Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yangkeluar dari


kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagaicontoh, melalui pelebaran pori-
pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi .
Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan kearah dalam sementara
peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstitium yang disebabkan oleh kelebihan protein
dicairan interstitium meningkatkan tekanan kearah luar. Ketidakseimbangan ini ikut berperan
menimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan cedera (misalnya lepuh) dan respon alergi
(misalnya biduran).

3.Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai peningkatan
tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalamvena. peningkatan tekanan
kearah dinding kapiler ini terutama berperan padaedema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif. Edema regional juga dapatterjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah satu
contoh adalahadalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa
kehamilan. Uterus yang membesar menekan menekan vena-vena besar yang mengalirkan darah
dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk kerongga abdomen.
Pembendungan darah di vena ini menyebabkankaki yang mendorong terjadinya edema regional
di ekstremitas bawah.

4.Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema,karena kelebihan cairanyang difiltrasi


keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapatdikembalikan ke darah melalui sistem limfe.
Akumulasi protein di cairaninterstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya.
Penyumbatanlimfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-salurandrainase
limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjarlimfe selama pembedahan
untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yanglebih meluas terjadi pada filariasis, suatu
penyakit parasitic yang ditularkanmelalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah
tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh limfe
sehingga terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena,terutama skrotum dan
ekstremitas, mengalami edema hebat.Kelainan inisering disebut sebagai elephantiasis,karena
ekstremitas yang membengkakseperti kaki gajah. Apapun penyebab edema, konsenkuensi
pentingnya adalah penurunan pertukaran bahan-bahan antara darah dan sel. Sering
dengan akumulasi cairaninterstisium, jarak antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh
nutrient, O2,dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengandemikian, sel-
sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurangmendapat pasokan darah

3.5 GEJALA KLINIS


1.Distensi vena jugularis, peningkatan tekanan vena sentral.
2.Peningkatan tekanan darah, denyut nadi penuh, kuat.
3.Melambatnya waktu pengosongan vena-vena tangan.
4.Edema perifer dan periorbita
5.Asites, efusi pleura, edma paru akut, (dispnea, takipnea, ronki basah diseluruh lapangan paru).
6.Penambahan berat badan secara cepat, penambahan 2% = kelebihan ringan, penambahan 5% =
kelebihan sedang, penambahan 8% = kelebihan berat .
7.Hasil laboratorium ; penurunan hematokrit, protein serum rendah, natriumserum normal,
natrium urine rendah ( <10 mEq/24 jam).

Anda mungkin juga menyukai