Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

STRUKTUR HEWAN

“SISTEM PERNAPASAN”

DI SUSUN OLEH:

MOHAMMAD RIFKI JULIANTO

A 221 15 041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Namun masih banyak
terdapat kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, mengingat tenaga dan kemampuan yang ada sehingga keritikan dan saran
yang sifatnya membangun atau konstruktif sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kedapa pembaca terutama


pada penulis sendiri sebagai, salah satu upaya perbaikan dalam proses pembelajaran
di masa yang akan datang.

Palu, 22 Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang………………………………………………1

1.2. Tujuan………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Pernapasan Pada Aves……………………………….3


B. Sistem Pernapasan Pada Reptil……………………………...4
C. Sistem Pernapasan Pada Amfibi…………………………….6
D. Sistem Pernapasan Pada Pisces……………………………..10
E. Sistem Pernapasan Pada Mamalia…………………………..12

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem dan Organ Pernapasan pada Hewan- Pernapasan adalah pertukaran
gas yang dibutuhkan untuk metabolisme dalam tubuh. Hewan memiliki alat-alat
pernapasan yang berbeda-beda. Mamalia, Reptilia, dan Amphibia memiliki
saluran pernapasan berupa paruparu. Cacing (Annelida) dan Amphibia memiliki
kulit yang berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan mengambil
oksigen yang berada di lingkungannya (air) dengan menggunakan sistem insang.
Sebagian besar Arthropoda, terutama serangga, telah memiliki sistem saluran
pernapasan. Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan kekurangan pada setiap
mekanisme pernapasan yang dimiliki oleh setiap makhluk. Misalnya, katak yang
memiliki dua jenis mekanisme respirasi, tetap tidak dapat berada lama di darat
karena adanya ancaman dehidrasi. Paru-paru tidak mampu mengikat udara yang
terlarut dalam air, tetapi sistem pernapasan ini menguntungkan untuk hidup di
daratan karena letaknya di dalam saluran pernapasan sehingga paru-paru
terhindar dari penguapan air yang berlebihan. Berikut akan dibahas mengenai
sistem pernapasan pada beberapa hewan.
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-
senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada
hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2
sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O.
Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan
dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang
secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan
air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk
dalam reaksi-reaksi respirasi.

1.2. Tujuan
Tujuannya yaitu untuk mengetahui struktur pernapasan atau respirasi pada
hewan vertebrata yaitu pada kelas Aves, Reptilia, Amfibia, Pisces, dan Mamalia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Pernapasan Pada Aves
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-
paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada
yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini,
udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar
faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang
rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua
bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal
trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan
suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan
bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian
ventral) dan dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan
dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak
kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung
memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus
pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi
hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi
hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi
sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya
pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-
pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan
(toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian
belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).
Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan
adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk
bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain,
burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga
tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan
masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-
paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai
cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (OZ) di
paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat
sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid
terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya,
ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan
tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari
paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya
rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi
pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan
oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai
hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh.
Berikut adalah gambar system pernapasan pada burung :
Gambar sistem pernapasan burung
Bagan pernapasan pada burung adalah sebagai berikut.
Burung mengisap udara - udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa
bagian belakang bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru
mengalir ke pundipundi hawa udara di pundi-pundi belakang mengalir ke
paru-paru udara menuju pundipundi hawa depan.

B. Struktur Pernapasan Pada Reptil


Paru-paru Reptil berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang
rusuk. Perhatikan Gambar 7.20. Paru paru Reptil hanya terdiri dari beberapa
lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Paru
paru kadal, kura-kura, dan buaya lebih kompleks, dengan beberapa belahan-
belahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada
beberapa jenis kadal, misalnya bunglon Afrika, mempunyai pundi-pundi hawa
atau kantung udara cadangan sehingga memungkinkan hewan tersebut
melayang di udara.
Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Gas O2 dalam udara masuk
melalui lubang hidung => rongga mulut => anak tekak => trakea yang
panjang => bronkiolus dalam paru-paru. Dari paru-paru, O2 diangkut darah
menuju seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah
menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru => bronkiolus => trakea
yang panjang => anak tekak => rongga mulut => lubang hidung. Pada
Reptilia yang hidup di air, lubang hidung dapat ditutup ketika menyelam.

C. Struktur Pernapasan Pada Amfibi

Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-
paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di
air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis
dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi
gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup
sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput
rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak
bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam
keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan
mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit
(vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri
pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dapat terjadi di kulit.

Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan


kulit, katak bernapas juga dengan paruparu
walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru
mamalia.

Katak mempunyai sepasang paru-paru yang


berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler
darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh
adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga
gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan Gbr. alat pernafasan katak
rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang
pendek.

Dalam paru-paru terjadi


Gbr. Mekanisme pernafasan katak
mekanisme inspirasi dan ekspirasi
yang keduanya terjadi saat mulut
tertutup. Fase inspirasi adalah saat
udara (kaya oksigen) yang masuk
lewat selaput rongga mulut dan
kulit berdifusi pada gelembung-
gelembung di paru-paru.
Mekanisme inspirasi adalah
sebagai berikut. Otot
Sternohioideus berkonstraksi
sehingga rongga mulut membesar,
akibatnya oksigen masuk melalui
koane.

Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut
mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru
terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler
dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan
sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar
dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya
koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang
juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut
mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon
dioksida keluar.

Sepasang paru-paru pada katak berbentuk seperti balon elastis tipis


yang diliputi kapiler darah. Dinding bagian dalam paru-paru ini memiliki
lipatan-lipatan yang berperan sebagai perluasan. Paru-paru ini dihubungkan
dengan semacam bronkus pendek yang berhubungan dengan rongga mulut.
Katak tidak memiliki tulang rusuk dan diafragma. Mekanisme inspirasi dan
ekspirasi terjadi karena kontraksi atau relaksasinya otot-otot rahang bawah
dan otot perut. (Gambar 7.14).
Gambar 7.14 Katak tidak memiliki tulang rusuk dan diagfragma.

Mekanisme inspirasi dan ekspirasi terjadi karena kontraksi otot-otot rahang


Bawah dan otot perut. Rongga mulut membesar ketika otot rahang bawah
(submaksilaris) mengendur, dan otot sternohioideus di bagian bawah rahang
berkontraksi. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga mulut
sehingga terjadi aliran udara melalui rongga mulut dan koane. Ketika otot
submaksilaris dan otot genio hioideus berkontraksi, rongga mulut mengecil.
Koane menutup dan celah faring membuka sehingga udara terdorong masuk ke
dalam paruparu. Kemudian, di dalam paru-paru terjadi pertukaran gas. Pada
proses ekspirasi, otot submaksilaris kembali berelaksasi dan otot sternohioideus
serta otot-otot perut berkontrasi sehingga menekan paru-paru dan mendorong
udara kaya CO2 keluar rongga mulut. Segera setelah celah faring menutup dan
koane membuka, otot submaksilaris dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Akibatnya, udara yang kaya CO2 tertekan
keluar. Pernapasan dengan menggunakan kulit dapat berlangsung ketika berada
di darat maupun di air. Kulit katak tipis dengan lendir yang dihasilkan oleh
kelenjar pada kulitnya. Selain itu, memiliki banyak kapiler yang merupakan
perkembangan dari sistem pernapasan menggunakan insang luar. Pada saat
berada dalam stadium larva, organ yang dimiliki bukanlah paru-paru, tetapi
insang luar. Insang luar berupa lipatan-lipatan kulit yang mengandung banyak
pembuluh darah. Pada salamander, salah satu jenis Amphibia, insang luar ini
tetap ada hingga hewan tersebut dewasa.

D. Struktur Pernapasan Pada Pisces

Insang adalah organ pernapasan utama pada ikan. Beberapa hewan


lain juga memiliki insang untuk bernapas, di antaranya udang, kepiting,
cacing laut, serta bintang laut. Air berperan sebagai media pernapasan.
Oksigen yang terkandung di dalam air yang jumlahnya sangat sedikit, disaring
oleh lembaran-lembaran insang. Namun, konsentrasi oksigen di dalam air
dapat berubah sejalan dengan naiknya suhu dan salinitas air. Bahan-bahan
pencemar organik yang diuraikan oleh bakteri dan jamur juga dapat
mengurangi jumlah oksigen dalam air. Lembaran-lembaran insang tersebut
dipenuhi oleh pembuluh-pembuluh darah. Air mengalir melewati lembaran-
lembaran insang tersebut sehingga oksigen yang terlarut di dalamnya dapat
berdifusi masuk ke dalam pembuluh darah. Perhatikan Gambar 7.13.

Gambar 7.13 Proses pertukaran gas terjadi di permukaan insang.

Air masuk melalui mulut dan keluar melalui operkulum insang. Proses
inspirasi terjadi ketika volume rongga mulut membesar sehingga tekanan di
dalam rongga mulut meningkat dan air mengalir masuk ketika mulut terbuka.
Air tertahan di dalam mulut karena selaput yang membatasi rongga mulut dan
insang masih tertutup. Ketika selaput terbuka, air mengalir melewati lamela
insang. Pada saat itulah, terjadi proses pertukaran gas di permukaan insang.
Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O 2 yang terdapat dalam air.
Pada jenis-jenis ikan tertentu, seperti lele, mampu hidup di dalam air kotor.
Insangnya memiliki perluasan berupa lipatan-lipatan (labirin) yang
membentuk rongga. Rongga labirin dapat menyimpan oksigen sehingga ketika
ikan tersebut berada di dalam air yang kotor atau bahkan dalam lumpur, ikan
tersebut masih dapat bernapas.

Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-


lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang
filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada
ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum,
sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat
pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin
yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan
sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi
menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan
02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele.
Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai
gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian 02
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang
membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah
dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar
tubuh.

Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase
berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang
hidupnya adalah salamander.

E. Struktur Pernapasan Pada Mamalia


a. Jalannya udara pernafasan:
nares anteriores - cavum nasi - nares posteriores– laynx- broncus –
brochiolus – pulmo
b. Bagian – bagiannya:
- Nares anteriores
- Cavum nasi
- Nares posteriors: lubang hidung dalam cavum oris.
- Larynx: rongga di belakang pharynx diperkuat cartilago – cartilago.
Rongganya disebut auditus laryngis yang dihubungkan pharynx oleh
rima glotidis. Diperkuat oleh tulang kartilago laring. Tulang
penyusunnya: Epiglottis, Cartilago thyroidea, Cartilago, Arithenoidea,
Cartilago Crycoidea.
- Trachea: diperkuat Dengan annulus trachealis di sebelah dorsal tidak
menutup. Terletak di sebelah ventral esophagus. .
- Bronchus: trachea kemudian bercabang menjadi dua (dexter dan
sinister). Bronchus masuk ke pulmo bercabang – cabang menjadi
bronchiolus, bronchus respiratorius, ductus alveolaris, infundibulum,
alveolus.
- Pulmo (dexter dan sinister): tiap lobus dimasuki oleh bronchiolus.
• Struktur mikroanatomi sistem pernafasan
a. Cavum Nasi
Terdiri atas tiga bagian yakni : Regio vertibularis, region
respiratorius dan regio olfaktorius.
1) Regio vestibularis
Tunika mukosa mengandung pigmen, dilapisi epithelium squomus
komplek dengan korpus papillare, banyak mengandung rambut yang
berguna untuk menyaring udara. Dibawah epithelium terdapat lamina
propria dengan glandula serosa, dibawahnya terdapat sub mukosa yang
kaya akan vasa dan nervi. Pada Nares anteriores berubah menjadi kulit
luar. Pada kuda banyak mengandung rambut, glandula sebasea dan
glandula tubuler.
2) Regio respiratorius
Pada regio ini epithel squomus komplek berubah menjadi epitel
kolumner komplek dan kemudian menjadi epithel pseudo-komplek
bersilia dengan beberapa sel piala. Membrana basalis banyak mengandung
serabut retikuler, pada lamina propria banyak serabut elastis, banyak
leukosit dan nodus limfatikus. Pada lamina propria banyak ditemukan
glandula tubulo-alveolar kebanyakan bersifat serosa, tetapi ada juga yang
bersifat mukosa dan campuran. Pada karnivora glandulanya kecil dan
sangat jarang. Sekresinya membuat udara respirasi lebih lembab. Sub
mukosa terdiri atas jaringan kolagen yang banyak mengandung pleksus
venosus dan bersifat erektil. Banyaknya pleksus venosus membantu
memanasi udara inspirasi. Sub mukosa berbatasan langsung dengan
periosteum atau perikhondrium dari septum nasi.
3) Regio Olfaktorius
Pada kuda dan sapi berwarna kuning muda, biri-biri kuning,
kambing gelap, babi coklat dan karnivora berwarna kelabu pada bagian ini
banyak ditemukan glandula tubuler. Epithelium olfaktorius terdiri atas tiga
macam sel epithelium (Sel sustentakulum, basal dan olfaktorius). Sel
sustentakulum ukurannya tinggi, langsing, banyak mengandung
mikrovilli. Bagian apeks terdapat golgi komplek dan granula berpigmen.
Pada beberapa spesies sel sustentakulum bersifat sekretorik dan
mengandung banyak granula musigen.
Sel olfaktorius bersifat kapiler dan tersebar diantara sel
sustentakulum. nukleusnya berbentuk bulat Bagian apeks dari sel
merupakan modifikasi dari dendrit berupa prosessus yang berbentuk
silindris dari nukleus kepermukaan epithelium. Dibagian distal dari bagian
ini sel menggembung dan keluar lendir, bagian ini disebut Vesicula
olfaktoria, dari sini keluarlah enam sampai delapan buah silia olfaktoria.
Silia ini bersifat non motil dan sangat panjang, komponen dari organa
sensorik yang dapat distimulasi dengan substansi berbau. Membrana
mukosa olfaktoria juga diinervasi saraf bermielin berasal dari nervus
trigeminus. Ujung saraf berakhir pada permukaan bebas pada sel
sustentakulum dan merupakan reseptor stimuli yang tak bersifat bau.
Lamina propria bersatu dengan periosteum, Lamina propria dan
regio olfaktorius banyak mengandung glandula olfaktoria tubulo alveolar
bercabang. Sinus paranasalis dilapisi dengan membrana mukosa, glandula
sedikit dan bersifat serosa. Glandula nasi lateralis tidak ditemukan pada
manusia dan sapi. Mukosa dari duktus insisivus sebagian diliputi dengan
kartilago hialin yang padat. Banyak ditemukan glandula tubuler yang
bersifat serosa dan campuran, leukosit dan nodulus limfatikus.
 Cavum Nasi Burung

Mukosa olfaktoriusnya mirip dengan mamalia. Cavum nasi


berhubungan dengan kavum oris melalui choanae, mukosa dilapisi epithel
pseudokomplek bersilia dengan sel piala, lamina propria tidak banyak
terdapat limfosit. Epithelium dari regio respiratorius berubah menjadi
epitel squamus komplek dari kavum oris pada tepi choanae. Glandula nasi
lateralis terdapat pada os. frontale dekat khantus medialis mata. Produknya
dikeluarkan didalam cavum nasi dan menjaga supaya lubang hidung tidak
kering pada waktu terbang.

 Sinus Paranasalis

Merupakan sinus tambahan dari kavum nasi terdiri atas sinus frontalis,
ethnoidalis, spenoidalis dan maxillaris. Epithelium pseudokomplek bersilia
dengan sel piala, sedikit mengandung glandula. Silia bergerak menghilangkan
benda asing ataupun mukus kering ke kavum nasi. Mukosanya melekat erat ke
periosteum.
b. Faring.

 Terdiri atas pars respiratoria (nasofaring) dan pars digestoria (orofaring).


Dinding dorsal palatum molle terdiri atas mukosa dan tulang, sedangkan
dinding faring dibentuk oleh mukosa, fasia pharingea interna, otot serat
lintang fasia faringea eksterna dan tunika adventitia yang bersifat longgar.

 Nasofaring dilapisi epithelium pseudokompleks bersilia, orofaring dengan


epitel squamus komplek. Lamina propria orofaring terdiri atas jaringan
fibroelastis, banyak mengandung glandula mukosa serta mempunyai banyak
jaringan limfatik. Pada nasofaring umumnya bersifat muko-serosa fasia
paringea interna terdiri dari serabut longitudinal dan sirkuler yang tebal.
Dinding faring banyak mengandung pembuluh darah dan limfe. Pembuluh
limfe ini berhubungan dengan pembuluh limfe kavum nasi. Serabut saraf
membentuk pleksus superfisial dan profundal.

c. Laring

 Tersusun atas kartilago hialin dan elastis yang membentuk tabung panjang dan
kurang teratur, dilapisi oleh jaringan ikat, otot serat lintang dan membrana
mukosa dengan glandula. Merupakan penghubung faring dan trakhea. Rangka
laring tersusun dari beberapa kartilago thiroidea, krikoidea dan epiglotis
bersifat tunggal, sedangkan kartilago aritenoidea, kornikulata dan kuniformis
sepasang. Otot internal berkontraksi menyebabkan bentuk cavum laring
berubah-ubah dan mempengaruhi produksi suara.

 Lamina propria dibentuk oleh jaringan ikat dengan banyak serabut elastis,
banyak ditemukan jaringan limfoid dengan nodulus limfatikus dan glandula
yang bersifat serosa, mukosa dan campuran. Nodulus limfatikus banyak
ditemukan pada sapi dan kemudian berkurang jumlahnya pada kuda, babi dan
karnivora.

 Sub-mukosa tipis, dibawahnya terdapat lapisan otot serat lintang. Pada


ruminansia tidak ditemukan sakulus laringis. Pada kuda bagian ini dilapisi
epitel pseudokompleks bersilia, pada babi dan karnivora oleh epitel squamus
komplek.

d. Trakea

 Struktur histologi trakea terdiri atas :

1) Tunika mukosa terdiri atas epitel pseudo-komplek bersilia dengan membrana


basalis, lamina propria, lapisan serabut elastis longitudinal.
2) Sub mukosa dengan glandula, membrana fibro-elastis dengan cincin kartilago,
3) Lapisan otot yang hanya ditemukan di bagian dorsal dan
4) Tunika adventitia.

 Banyak ditemukan sel piala dan leukosit. Gerak silia kearah hidung berguna
untuk mengusir partikel debu. Banyak hewan mempunyai membrana basalis
rudimenter. Lamina propria terdiri atas serabut halus dengan banyak limfosit.

 Pembatas sub-mukosa adalah membrana fibroelastis dan melekat pada


perikhondrium cincin kartilago. Bagian provundal dari lamina propria dan
submukosa mengandung banyak glandula tubuler campuran terutama banyak
ditemukan dibagian ventral dan lateral. Pada biri-biri, nodulus limfatikus
ditemukan pada mukosa. Cincin kartilago dibungkus oleh membran fibrosa.

 Tunika muskularis disusun atas muskulus transversus trakhea berupa otot


polos dengan arah melintang pada bagian dorsal. Pada kuda ruminansia dan
babi terletak sebelah medial ujung cincin . Tunika adventitia terdiri atas
serabut elastis dan kolagen yang longgar dengan banyak jaringan lemak, vasa
dan nervi.

 Trakea Burung

Kartilago berupa cincin yang sempurna. Pada burung air, banyak mengalami
osifikasi. Epitheliumnya adalah epithel pseudo-komplek bersilia yang banyak
membantu kripte seperti mukosa kavum nasi. Lamina propria banyak limfosit.

e. Pulmo
Struktur pulmo mirip dengan glandula alveolar komplek. Terletak dalam
kavum thorax. Pulmo disusun rangka penyokong berupa kapsula dan jaringan ikat
interstitialis, bagian konduksi dalam pulmo dan bagian respirasi. Kapsula pulmo
berupa membrana serosa yang disebut pleura viseralis, kapsula memiliki banyak
serabut otot polos. Pada sapi kapsula ini paling tebal sedangkan karnivora paling
tipis. Lapisan superfisial dibatasi oleh mesothelium. Pulmo terbagi atas lobus,
sedangkan lobus dibagi menjadi lobulus oleh jaringan ikat tipis yang disebut septa.
Lobulus berbentuk piramid. Tiap lobulus menerima cabang dari bronkhus primarius
(cabang dari trakhea) sedangkan lobulus menerima bronkhiolus kecil.
f. Bronkhus
Trakhea bercabang menjadi dua (bronkhus primarius). Tiap bronkhus
primarius bercabang sesuai dengan jumlah lobi. Bronkhus masuk ke dalam pulmo
melalui hilus, cabang bronkhus primarius yang masuk kedalam lobulus disebut
bronkhiolus. Dibandingkan dengan bronkhus maka bronkhiolus lebih kecil (diameter
kurang dari satu mm) epitheliumnya kolumner bersilia, dan tidak mempunyai
kartilago. Makin kecil ukuran bronkhi atau bronkhioli maka lapisan dinding makin
tipis, tetapi lapisan otot polosnya masih tetap ditemukan sebagai komponen yang
menjolok, bahkan masih tetap ditemukan pada dinding yang membatasi duktus
alveolaris.

g. Bagian Respirasi dari Pulmo


Lobulus primarius: unit fungsional dari pulmo, disusun atas bronkhiolus
respiratorius termasuk duktus alveolaris, sakus alveolaris, alveoli, vasa, saluran
limfe, nervi dan jaringan ikat.
Bagian respirasi tampak sebagai bangunan, berupa ruang dan dipisahkan oleh
septa dengan dinding tipis. Diberbagai tempat ditemukan bronkhi dengan dinding
tebal serta arteri dan vena dengan ukuran yang bervariasi. Beberapa alveoli muncul
dari dinding bronkhiolus respiratorius. Suatu prosessus sitoplasmatik dari
epithelium bronkhiolus respiratorius dan melanjutkan diri ke dinding alveolus.
Duktus alveolaris: percabangan dari bronkhiolus respiratorius. Sakus alveolaris
berbentuk polihedral dan hanya terbuka pada sisi yang menghadap ke duktus
alveolaris. Mulut sakus alveolaris disokong dengan serabut elastis, kolagen dan
otot polos
Dari duktus alveolaris muncul satu alveolus dan sakus alveolaris dengan dua
sampai empat alveoli, alveoli berbentuk kantong polihedral yang satu sisinya
hilang, sehingga udara dapat berdifusi secara bebas melalui duktus alveolaris.
Sakus alveolaris masuk kedalam alveoli. Dinding alveolus banyak mengandung
serabut retikuler dan serabut elastis dalam jumlah lebih sedikit. Kedua macam
serabut ini merupakan rangka dinding yang cukup kuat dari kantung hawa yang
dikelilingi kapiler.

BAB III

KESIMPULAN

 Sistem pernapasan pada aves yaitu:

nares anteriores - cavum nasi - nares posteriores– laynx- broncus –brochiolus–


pulmo.
 Sistem pernapasan pada reptile yaitu:

Jalanya udara pernafasan adalah sebagai berkut: rima glotidis – laynx -


trachea - broncus – pulmo.
 Sistem pernapasan pada amfibi yaitu:

Nares Anteriores → Cavum Nasi → Nares Posteriores → Cavum Oris


Larynx→ Bronchus →Pulmo.
 Sistem pernapasan pada pisces yaitu:
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi daekspirasi.
• Inspirasi : O2 dari air masuk ke dalam insang yang kemudian diikat oleh
kapiler darah untuk dibawa ke jaringan tubuh.
• Ekspirasi : CO2 dari jaringan bersama darah menuju ke insang dan
selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
 Sistem pernapasan pada mamalia yaitu:
Jalannya udara pernafasan: nares anteriores - cavum nasi - nares posteriores–
laynx- broncus –brochiolus – pulmo

DAFTAR PUSTAKA

Dellman and Brown. 1992. Histologi Veteriner. Jakarta: UI Press


Fibrianto, Yuda H. 2008. Sistem Respirasi. Yogyakarta: Bagian Fisiologi FKH

UGM
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM Press
Pradana, Subhan. 2008. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas

makalah/biologi-umum/respirasi (23 Februari 2010)


Sukaryanto. 2008. http://sukaryantosma1bissappu.blogspot.com (23 Februari
2010)

Anda mungkin juga menyukai