Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
JURUSAN FISIKA
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena berkat, rahmat dan karunia-
Nya saja kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “kedudukan tektonik gunung
api dan pembentukan magma” dengan mata kuliah vulkanologi.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi kewajiban tugas
FISIKA. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................................................
Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu ; yang pertama untuk mengetahui
pengertian dari gunung api, mengetahui kedudukan tektonik gunung api, mengetahui
pengertian magma, dan mengetahui proses pembentukan magma.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu menambah wawasan tentang pengertian
gunung api, kedudukan tektonik gunung api, pengertian Magma, proses pembentukan
magma. Serta menjadi bahan referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya.
BAB 2
PEMBAHASAN
Gunung api adalah rekahan pada kerak bumi, tempat keluarnya lelehan batuan cair (yang
disebut magma) dan gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Kata ‘volcano’ (gunungapi)
berasal dari nama sebuah pulau Romawi kuno bernama ‘vulcano’ yang terletak di baratdaya
pantai Itali. Bangsa Romawi percaya bahwa ‘Vulcan’, dewa api dan pembuat senjata,
menggunakan gunung api di pulau tersebut. Gunung berapi atau gunung api secara umum
adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan
dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10km di
bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi
material yang dikeluarkan pada saat meletus. Selanjutnya, istilah gunung api ini juga
digunakan untuk nama fenomena pembentukan es gunung berapi atau gunung berapi es dan
lumpur gunung berapi atau lumpur vulkanik. Es gunung berapi yang umum di daerah yang
memiliki musim dingin yang bersalju, sedangkan gunung lumpur dapat dilihat di daerah
Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu. Gunung berapi ini
ditemukan dalam berbagai bentuk sepanjang hidup mereka. Sebuah gunung berapi aktif
mungkin berubah menjadi setengah off, beristirahat, sebelum menjadi tidak aktif atau mati.
Tapi gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum menjadi aktif kembali.
Dengan demikian, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari gunung berapi, jika
gunung berapi berada dalam keadaan istirahat atau mati. Ketika gunung berapi meletus,
magma yang terkandung dalam Magmar basement gunung berapi meletus sebagai lava atau
lava. Selain aliran lava, kerusakan yang disebabkan oleh gunung berapi melalui berbagai cara
seperti berikut:
1. Aliran lava
2. Letusan gunung berapi.
3. Aliran lumpur.
4. Abu.
5. Kebakaran hutan.
6. Gas beracun.
7. Gelombang tsunami.
8. Gempa bumi.
2.2 Kedudukan Tektonik Gunung Api
Teori continental drif yang berkembang sampai akhir tahun 1960-an berangsur-angsur
mulai tergantikan oleh plate tektonik atau tektonik lempeng. Teori ini terus berkembang
seiring dengan semakin banyaknya data yang berhasil di temukan. Berbagai pendekatan
dilakukan untuk menguji kebenaran teori ini, misalnya geomagnetisme, paleomagnetisme,
seismologi,analisa tektonik batimetri, pengeboran laut dalam, isotopik dan dan pentarhikan
paleontologi. Semua data yang di peroleh mengara pada satu hal yaitu bahwa kerak bumi
terdiri dari 7 (tujuh) fragmen lempeng litosfer dan beberapa lempeng kecil yang bergerak
secara relatif antara satu dengan yang lainnya.
Terdapat sekitar 500-600 gunungapi aktif di dunia yang terdistribusi secara tidak
random, tetapi menunjukkan suatu keteraturan yang mengikuti pola batas lempeng.
Penyebaran gunungapi di dunia 95% terletak di batas lempeng dan pengugungan lempeng
samudra. Batas lempeng yang terbentuk tidak hanya bersifat kompresi, tetapi biasa juga
bersifat ekstensi maupun transfrom. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan menyebabkan
perbedaan sistem yang ada di dalamny, seperti di tunjukkan pada. Aktifitas vulkanisme
berdasarkan teori tektonik lempeng menurut Cas dan Wright (1988) dapat di klasifikasikan
menjadi :
1. Vulkanisme mid-ocean spreading ridge.
2. Vulkanisme interac basin prenading (misal : Tinggian Lau-Havre, Tinggian Mariana).
3. Vulkanisme ocean intra-plate (misal : Hawaiian Chain)
4. Vulkanisme intra-plate continent (misal : vulkanisme Cenozoikum Australia bagian
Timur)
5. Vulkanisme continental rift(misal : Zona Rifting Afrika Timur).
6. Vulkanisme young island yang berasosiasi dengan Zona subduksi pulung (misal:
Mariana, Tonga Kermadec ).
7. Vulkanisme micro-continental arc yang berasosiasi dengan zona subduksi pulung (misal:
Jepang, New Zeland, Indonesia).
8. Vulkanisme continental margin (masil : Andes, Cascades Volcanic Belt)
Gambar 2.1 lempeng litosfer bumi.
Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara alamiah,
bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-13000C (sekitar 1200-2400
derajat Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga
selubung bagian atas dan bersifat asam atau basa. Secara fisika, magma merupakan
sistem berkomponen ganda (multi compoent system) dengan fase cair dan sejumlah
kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan pada keadaan
tertentu juga berfase gas.
Magma merupakan larutan silikat pijar yang panas mengandung sulfide, oksida, dan
volatile (gas), sumber magma terletak jauh di bawah bumi, pada lapisan mantel, yaitu
pada kedalaman 1200-2900 km, dari sumbernya itu kemudian magma mengalir dan
berkumpul pada suatu tempat yang dikenal sebagai dapur magma, yang terletak pada
kedalaman lebih dari 60 km. Suhu magma berkisar antara 700 - 11000C, sifatnya yang
sangat panas dan cair menyebabkan magma memiliki tekanan hidrostatis yang sangat
kuat sehingga terus bergerak menerobos untuk berusaha ke luar ke atas permukaan
bumi.
Magma secara nyata berhubungan dengan kerangka tektonik tetapi faktor detailnya
tidak diketahuidengan jelas. Pre;existing structures pada kerak bumi di atas zona
subduksi dapat membentuk zona-zona lemah tempat vulkanisme dan intrusi ter focus
(Blakely and Jachens 1990, op.cit. Muffler 1995). Zona-zona lemah berada pada batas
lempeng yang ter segmantasi dan berkaitan dengan karakteristik dari sistem
vulkanismenya.
Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses “pembusukan” material-
material radioaktif yang kemudian meluruh atau mengalami disintegration menjadi unsur
radioaktif dengan komposisi yang lebih stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan
sejumlah energi (panas) yang kemudian akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya.
Dimungkinkan, dari proses tersebut dan pengaruhnya terhadap geothermal gradient yang
mencapai 193.600°C inilah magma dapat terbentuk.
a) Komposisi Magma
Komposisi kimiawi magma terdiri dari :
• Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile (senyawa yang tidak mudah menguap)
dan merupakan senyawa oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh
isi magma , sehingga merupakan mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3,
FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
• Senyawa volatil (senyawa yang mudah menguap) yang banyak pengaruhnya
terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
• Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
b) Kristalisasi Magma
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt
(campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga
merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi
perpindahan massa dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal
padat. Proses Kristalisasi Magma terjadi karena magma merupakan cairan yang
panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan.
Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang
tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya
menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi. Pada proses
ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat
satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion
tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada
umumnya material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu yang
bersamaan.Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses
kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung
dengan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya,
sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada
pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan bagi ion
untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom
yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass). Pada
saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling
mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian
tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dengan ion-ion
lainnya dan akan membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat. Tiap inti
kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral
yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada
kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih
tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-
kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari magma
dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses kristalisasi.
c) Seri Reaksi Bowen
Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu mineral sesuai
dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan perbedaan kandungan magma [bagian
kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari magma induk yang
bersifat basa.
d. Evolusi Magma
Magma pada perjalanannya dapat mengalami perubahan atau disebut dengan evolusi
magma. Proses perubahan inilah yang menyebabkan magma berubah menjadi
magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut :
1. Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang
berlainan jenisnya.
2. Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan bantuan
samping
3. Anteksis : Proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
yang sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi
magma. Diferensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma dari
keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan
komposisi yang bervariasi.
Viskositas merupakan sifat suatu cairan atau gas yang berhubungan dengan
hambatan alir gas/cairan itu sendiri akibat adanya gaya-gaya antar partikel yang
mengalir. Viskositas magma didefinisikan sebagai perbandingan antara shear stress dan
strain rate. Lava akan mengalir pada saat shear stress lebih besar dari yield strength.
Viskositas bergantung pada komposisi/kandungan kristal, gelembung, gas (H2O), serta
temperatur dan tekanan.
b) Suhu Magma
Suhu magma secara umum (seperti yang ada di luar inti bumi atau lapisan outer
core) yang mencapai 5000 derajat celcius, meski jika berada di udara terbuka, suhunya
bisa turun hingga 1300 derajat celcius
a) Magma Asam
Magma asam, yaitu magma yang banyak mengandung silika (SiO2), biasanya
berwarna terang, seperti granit dan diorit.
Magma yang bersifat asam biasanya lebih kental dan sulit membeku, mengakibatkan
terbentuknya batuan dengan komposisi kristal yang perfect atau sempurna. Hal ini
disebabkan karena pada saat terjadinya pendinginan yang lambat maka kristalnya
memiliki cukup waktu untuk membentuk dirinya.
b) Magma Basa
Magma basa, yaitu magma yang sedikit mengandung Silika (SiO2) dan
berwarna lebih gelap karena mengandung mineral yang berwarna lebih tua, seperti
gabro dan basalt.
Magma yang bersifat basa biasanya lebih encer dari pada magma asam, hal ini
disebabkan karena magma basa memiliki viskositas yang tinggi sehingga proses
pendinginannya atau pembekuannya lebih cepat dibandingkan dengan magma asam.
Dikarenakan proses pembekuannya yang begitu cepat maka kristal yang terbentuk
akan kecil – kecil bahkan ada juga yang tidak memiliki kristal sama sekali.
A. Klasifikasi Magma
Magma secara umum dapat dibedakan menjadi tiga tipe magma, yaitu:
Batuan
Tipe Kandungan
Beku yang Komposisi Kimia Temperatur Viskositas
Magma Gas
dihasilkan
45-55 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg,
1000 –
Basaltik Basalt dan Ca tinggi, Rendah Rendah
1200oC
kandungan K, dan
Na rendah.
55-65 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg, 800 –
Andesitik Andesit Menengah Menengah
Ca, Na, dan K 1000oC
menengah.
65-75 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg,
650 –
Rhyolitik Rhyolit dan Ca rendah, Tinggi Tinggi
800 oC
kandungan K, dan
Na tinggi.
Magma dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga tipe
magma, yaitu:
Pada kedalaman di Bumi hampir semua magma mengandung gas. Gas memberikan
magma karakter eksplosif mereka, karena gas mengembang menyebabkan tekanan
berkurang, Kebanyakan H2O dengan beberapa CO2 , Kecil jumlah Sulfur, Cl, dan F
1. Magma dengan kandungan gas tinggi, yaitu magma Ryolitik atau Granit
2. Magma dengan kandungan gas menengah, yaitu magma Andesitik
3. Magma dengan kandungan gas rendah, yaitu magma Basaltik..
1. Basalt Gabbro
3. Andesit Diorit
2. Ekstrusi Magma
1. Ekstrusi linear, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau
patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya
Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi,
sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu.
Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya
mencapai 10.000 km2.
Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara alamiah,
bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-13000C (sekitar 1200-2400 derajat
Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung
bagian atas dan bersifat asam atau basa. Secara fisika, magma merupakan sistem
berkomponen ganda (multi compoent system) dengan fase cair dan sejumlah kristal yang
mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan pada keadaan tertentu juga berfase
gas.
3.2. SARAN
Dalam mata kuliah Vulkanologi kita harus mengusai apa yang di maksud dengan
Gunung Api dan Magma karena dalam mata kuliah vulkanologi sangat banyak berbicara
tentang hal itu. Dalam makalah kami ini masih banyak sekali kekurangan untuk itu semua
pembaca agar memberikan saran dan kritikan kepada kami agar dapat merevisi makalah kami
ini sehingga menjadi makalah yang layak untuk di baca dan menamba wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Soal Jawab
Jawab : Gunung api adalah rekahan pada kerak bumi, tempat keluarnya lelehan batuan cair
(yang disebut magma) dan gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi.
Jawab :
a. Aliran lava
b. Letusan gunung berapi.
c. Aliran lumpur.
3. Pengertian Magma
Jawab : Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara alamiah,
bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-13000C (sekitar 1200-2400 derajat
Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung
bagian atas dan bersifat asam atau basa.
Jawab : Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses “pembusukan” material-
material radioaktif yang kemudian meluruh atau mengalami disintegration menjadi unsur
radioaktif dengan komposisi yang lebih stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan
sejumlah energi (panas) yang kemudian akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya.
Jawab : • Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile (senyawa yang tidak mudah menguap)
dan merupakan senyawa oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh
isi magma , sehingga merupakan mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3,
FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
• Senyawa volatil (senyawa yang mudah menguap) yang banyak pengaruhnya
terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 .
Jawab : Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt
(campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas.
b) Suhu Magma
Jawab : Suhu magma secara umum (seperti yang ada di luar inti bumi atau lapisan outer
core) yang mencapai 5000 derajat celcius, meski jika berada di udara terbuka, suhunya
bisa turun hingga 1300 derajat celcius
- magma Basa
Jawab : Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan
Bumi dan membentuk gunung api.