A. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam proses pendidikan di sekolah. Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum
dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas kompetensi inti
(kurikulum 2013) dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian
integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Struktur kurikulum SD Negeri Ciaruteun Ilir 04meliputi substansi pembelajaran
yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai
dengan Kelas VI.
Struktur kurikulum SD Negeri Ciaruteun Ilir 04disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai
berikut;
a. Kurikulum SD memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan Diri.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi
muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan
karir peserta didik.
Untuk tahun pelajaran 2019-2020 SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 menggunakan 1 sumber
kurikulum yaitu Kurikulum 2013 untuk kelas I sampai kelas IV.
b. Pembelajaran pada kelas I sampai IV dilaksanakan melalui pendekatan tematik terpadu
dansintifik (sesuai Kurikulum 2013).
c. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana terteradalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat
jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34–38 minggu.
B. Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran
a. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
1) Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDbertujuan untuk:
a) menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT;
b) mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan
secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.
b. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
f. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
1) Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
D. Ketuntasan Belajar
a. KTSP
SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah harus menentukan kriteria ketuntasan minimal
sebagai target pencapaian kompetensi sekolah secara bertahap dan berkelanjutan selalu
mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan
ideal.
Berikut ini tabel nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang menjadi Target Pencapaian
Kompetensi di SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor
yang berlaku saat ini.
Perhitungan KKM Kelas
A. Mata Pelajaran 1 2 3 4 5 6
1. Pendidikan Agama 67 72 69 72 72 72
2. Pendidikan Kewarganegaraan 68 66 69 69 69 71
3. Bahasa Indonesia 65 66 65 65 70 69
4. Matematika 65 65 63 63 65 65
5. Ilmu Pengetahuan Alam 65 67 64 66 68 66
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 65 68 65 67 68 65
7. Seni Budaya dan Keterampilan 67 70 69 73 73 75
8. Penjaskes, dan Olahraga 69 73 73 73 73 73
B. Muatan Lokal
- Bahasa Sunda 64 64 67 67 67 67
- Bahasa Inggris 59 59 65 65
C. KURIKULUM 2013
a. Penjelasan
SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan
sumber daya pendukung meliputi warga sekolah, sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah harus menentukan kriteria ketuntasan minimal
sebagai target pencapaian kompetensi sekolah secara bertahap dan berkelanjutan selalu
mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal.
b. Sikap
Ketuntasan belajar pada aspek sikap ( KI-1 dan KI-2) ditunjukkan dengan
perilaku baik peserta didik. Jika Perilaku peserta didikbelum menunjukkan kriteria
baik, maka dilakukan pemberian umpan balik dan pembinaan sikap secara langsung
dan terus menerus sehingga peserta didik menunjukkan perilaku baik.
c. Pengetahuan
d. Keterampilan
Teknik
No SK KD Indikator KKM Aspek
Penilaian
1 Mengeks Menyiapkan - Mendemonstrasikan per
presikan permainan mainanalat music ritmis. 70 % Kreasi Unjuk
diri melalui alat music Kerja
karya seni ritmis - Mendemonstrasikan per
musik mainan alat music 70 % Kreasi
campuran Unjuk kerja
- Mendemonstrasikan
bernyanyanyi dan ber 65 % Kreasi
main alat music ritmis.. Unjuk kerja
- Memberikan Penilaian
terhadappenampilan 70 % Apresia
bernyanyi dan bermain si Tertulis
musiktemannya.
Jenis tugas : Mainkan salah satu alat music ritmis dengan teknik yang benar.
Bentuk penilaian Unjuk Kerja
Nama
Teknik bermain Sc
No peserta Penampilan Harmoni Nilai
alat music ore
didik
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Ryan √ √ √ 8 89
2 Nina √ √ √ 8 89
3 Meta √ √ √ 8 89
4 Yudi √ √ √ 6 89
5 Doni √ √ √ 9 100
Keterangan Penilaian
Score Maksimum = 9
Konversi nilai: Score yang didapat x 100 = ……….
Score Maksimum
Teknik
Nama
bernyanyi dan
No peserta Penampilan Harmoni Score Nilai
bermain alat
didik
musik
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Ryan √ √ √ 90 100
2 Nina √ √ √ 80 89
3 Meta √ √ √ 70 79
4 Yudi √ √ √ 80 89
5 Doni √ √ √ 70 79
Keterangan Penilaian
Score Makimum = 9
Konversi Nilai : Score yang didapat x 100 = ……….
Score Maksimum
1. Penilaian tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan cara tertulis. Penilaian jenis ini cenderung
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berkaitan dengan konsep, prosedur,
dan aturan aturan. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam mejawab soal peserta didik tidak selalu
merispon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
member tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
Teknik Penilaian Tertulis
Ada dua bentuk soal tertulis Yaitu:
a. Soal dengan memilih Jawaban.
Pilihan ganda
Dua pilihan, benar-salah
Menjodohkan.
b. Soal dengan mensuplay-jawaban.
Isian singkat atau melengkapi
Uraian terbatas
Uraian obyektif/non obyektif
Uraian terstruktur/non struktur
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar salah, isian
singkat, danmenjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan befikir
rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat
digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda
mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya
tetapi cenderung hanya memiih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan cenderung menerka jawaban.
Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda
kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna
mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang dianjurkan
pemakainnya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis dalambentuk uraian alat penilaian yang menuntut peserta didik
untuk; mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang
sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat
menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berfikir logis,
dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan
terbatas.
Dalam menyusun instrument penilaian tetulis perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut;
1). Materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indicator pencapaian
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2). Konstruksi,misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3). Bahasa, misalnya rumusan soal tidak mengguakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
4). Kaidah penuliasan harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari
berbagai bentuk soal penilaian.
Contoh Penilaian tertulis;
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/semester : II/1
Berilah tanda silang pada pada huruf di depan jawaban yang paling tepat.
Setiap jaeaban yang benar diberi nilai; 1
1 Isian
Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat! Score setiap jawaban
benar diberi nilai; 2
1). Satuan panjang Cm dan m adalah contoh Alat ukur ………..
2). Satuan panjang langkah kaki, depa dan jengkal termasuk alat ukur ……..
Penilaian
Nilai = Banyak jawaban benar x 100 =
Banyak soal
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganagaraan
Kelas/Semester : IV/2
pengaruh konsep
negative dari
globalisasi.
Menunjukkan
sikap dan 65 % Penerapan Penilaian
sesuai dengan
kepribadian
Indonesia
Contoh Penilaian Tertulis;
Isilah titik-titik pada soaldi bawah ini dengan jawaban singkat dan tepat.
1. Pengaruh positif globalisasi dibidang komunikasi di lingkungan masyarakat
misalnya ……….
2. Kecenderungan masyarakat menyukai jenis music jaz termasuk pengaruh negative
globalisasi bidang …………
3. Terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia sikap kita seharusnya …….
Penilaian
Nilai = banyak jawaban benar x 100 = …….
Banyak soal
N SK KD Indikator KKM Aspek Teknik
o penilaian
1 Memaha Mendiskripsika Mengadakan pengama- 65 % Kinerja Proyek
mi daur n daur hidup tan kehidupan kupu- ilmiah
hidup beberapa hewan kupu,kecoa dan
beragam di lingkungan nyamuk.
jenis sekitar, Menyebutkan urutan Penguasaan tertulis
makhluk misalnya kecoa, daur hidup hewan. 70 % konsep
hidup secara lengkap Missalnya; kupu-kupu,
dan jelas. nyamuk dan kecoa seca
ra lengkap dan jelas.
Mendiskripsikan
metamorphosis Penguasaan tertulis
sempurna dan 65 % konsep
metamorphosis tidak
sempurna.
Melaporkan hasil
pengatan terhadap daur 60 % Kinerja proyek
hidup pada kambing dan ilmiah
kucing.
Menyimpulkan bahwa
tdak semua hewan
mengalami perubahan 65 % Penguasaan tertulis
dalam hidupnya konsep
(metemorfosis)
berdasarkan penga-
matan.
Penilaian yang cocok adalah penguasaan konsep, yaitu pertanyaan yang jawabannya uraian
singkat.
3. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, mengumpulkan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan sesuatu
secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu;
1. Kemampuan pengelolaan .
Kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari informasi dan mengelola
waktu mengumpulkan data serta penulisan laporan.
2. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan ketrampilan dalam pembelajaran.
3. Keaslian.
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi pendidik berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek
peserta didik.
Teknik penilaian proyek.
Penilaian Proyek dilakukan mulai perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
proyek. Untuk itu, perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain,pengumpulan data, dan penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau
hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan alat/instrument penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
Contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek.
Tugas : Lakukan penelitian sederhana tentang kandungan yudium dalam garam yang
beredar dimasyarakat.
Contoh penilaian proyek; Penilaian Kinerja Ilmiah.
Keterangan
B. Skor = 5
C Skor = 3
K. Skor = 1
Contoh penilaian Proyek (Aspek Kinerja Ilmiah)
Unsur Yang dinilai Skor
Baik Sedang Kurang
Keterampilan
1. Merencanakan penelitian/pengamatan (menyiapkan
perlengkapan, alat dan bahan)
2. Aktivitas pelaksanaan pengamatan
3. Membuat laporan sementara (konsep) hasil
pengamatan
4. Menyusun hasil pengamatan dan menerima masukan
Perbaikan
5. Memperbaiki laporan setelah menerima laporan
Sikap
1. Kemampuan bekerjasama dalam kelompok
2. Sistematis dalam mengerjakan tugas kelompok
3. Tanggungjawab dalam menjalankan tugas
(keseriusan)
Keterangan;
Baik = 5, Sedang = 3, Kurang = 1
Contoh Penilaian Proyek
Contoh pemetaan Penilaian
Kelompok Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/1
Aspek Penilaian
Standar
oPenilaian
Performa
Portofoli
Kompetensi KKM Aspek
Produk
Proyek
Kompetensi Indikator
Sikap
Dasar
Tes
Menghitung Menyelesaikan Menggunakan 70 % Penalaran √ - - - √ - -
Volume masalah yang volume kubus dan
Kubus dan berkaitan dan balok komunikasi
balok dan dengan volume untukmenyele
menggunakan kubus dan balok saikan
nya dalam masalah
pemecahan
masalah
No Aspek Skor ( 1 – 5 )
Perencanaan
1 a. Persiapan
b. Rumusan judul
Pelaksanaan
a. Sistematika penulisan
b. Keakuratan sumber data/Informasi
2
c. Kuantitas Sumber data
d. Analisis data
e. Penarikan Kesimpulan
3 Laporan Proyek
a. Performance
b. Presentasi/penguasaan
Total Skor
Contoh Soal
Carilah benda berbentuk bangun ruang sederhana yang ada di sekitar rumajmu, missal benda
itu berbentuk kubus, balok, limas atau prisma.
Selanjutnya hitunglah berapa banyaknya air yang dapat dimasukkan ke dalam benda ruang
tersebut.
Rubrik Penskoran.
Level Diskripsi
4 Membuat perencanaan yang di dalamnya memuat langkah-langkah
(Superior) dalam persiapan, tempat pengambilan data, rumusan judul baik dan
menarik.
Sistematiknya baik, sumber data akurat dan memadai.
Membuat daftar hasil pengukuran.
Melakukan perhitungan, hasil yang diperoleh benar, dan membuat
kesimpulan.
Performance hasil pekerjaannya bersih rapi.
3 Membuat perencanaan yang di dalamnya memuat langkah-langkah
(Memuaskan) dalam persiapan tempat pengambilan data, rumusan judul baik dan
menarik.
Sistematiknya baik, sumber data akurat dan memadai
Membuat daftar hasil pengukuran
Melakukan perhitungan, hasil yang diperoleh benar, dan tidak
membuat kesimpulan.
Performance hasil pekerjaannya kotor dan tidak rapi.
2 Membuat perencanaan yang di dalamnya memuat langkah-langkah
(Cukup dalam persiapan, tempat pengambilan data, rumusan judul baik dan
Memuaskan) menarik.
Sistematiknya baik, sumber data akurat dan memadai.
Membuat daftar hasil pengukuran
Melakukan perhitungan, hasil yang diperoleh salah, dan tidak
membuat kesimpulan.
Performance hasil pekerjaannya kotor dan tidak rapi.
1 Membuat perencanaan yang di dalamnya memuat langkah-langkah
(Cukup) dalam persiapan, tempat pengambilan data, rumusan judul baik tapi
tidak menarik.
Sistematiknya kurang baik, sumber data akurat dan memadai
Tidak membuat daftar hasil pengukuran
Performance hasil pekerjaannya kotor dan tidak rapi.
4. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan
seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni,(patung, lukisan, gambar) barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastic, dan logam.
Pengembangan produk meliputu 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian
yaitu:
1) Tahap persiapan meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan,menggali, dan mengembangkan gagasan, dan medesain produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi:penilaian kemamouan pesrta didik dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi : penilaian kualitas produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai criteria yang ditetapkan.
Standar
Kompetensi KKM Aspek Aspek Penilaian
Kompetensi Indikator
Dasar
Penilaian
Performa
Portofoli
Produk
Proyek
Sikap
Tes
o
Memahami Menentukan Menggambar 70 % Pemaha √ - - - - - -
sifat-sifat jarring-jaring jaring-jaring man
bangun dan berbagai kubus, balok, konsep
hubungan bangun ruang prisma dan
antar sederhana limas.
bangun.
Membuat
jarring-jaring
kubus, balok, 65 % - - - √ - - -
prisma dan
limas.
Proses Pembuatan
2 a. Persiapan alat dan bahan.
b. Teknik pembuatan.
c. Keamanan, keselamatan, dan
kebersihan.
Hasil Produk
3 a. Bentuk Fisik
b. Inovasi
Total Skor
Contoh Soal.
Buatlah jarring-jaring bangun ruang sisi datar masing-masing satu buah.
Ukurlah panjang rusuk minimal 10 Cm.
Prosedur Penilaian.
Menggunakan Rubrik penskoran.
Rubrik penskoran.
Level Deskripsi
3 Membuat perencanaan alat dan bahan dengan baik.
(Superior) Penggunaan bahan, alat aman dan efisien.
Membuat uraian langkah-langkah pembuatan.
Membuat uraian cara penggunaannya.
Hasil yang diperoleh benar, rapi dan bersih.
Terdapat unsur inovasi
2 Membuat perencanaan alat dan bahan dengan baik.
(Memuaskan) Penggunaan bahan, alat aman dan efisien.
Membuat uraian langkah-langkah pembuatan.
Membuat uraian cara penggunaannya.
Hasil yang diperoleh benar, rapi dan bersih.
Tidak terdapat unsur inovasi
1 Membuat perencanaan alat dan bahan dengan baik.
(cukup memuaskan) Penggunaan bahan, alat aman dan efisien.
Membuat uraian langkah-langkah pembuatan.
Membuat uraian cara penggunaannya.
Hasil yang diperoleh benar, tidak rapi dan tidak bersih.
Terdapat unsur inovasi
0 Membuat perencanaan alat dan bahan dengan baik.
( Cukup ) Penggunaan bahan, alat aman dan efisien.
Membuat uraian langkah-langkah pembuatan.
Tidak membuat uraian cara penggunaannya.
Hasil yang diperoleh benar, tidak rapi, dan tidak bersih.
Tidak terdapat unsur inovasi
5. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik yang dikumpulkan dari
waktu kewaktu dari proses pembelajaran dan membandingkan hasil karya tersebut. Dan setiap
hasil kerya peserta didik memiliki catatan-catatan yang dapat memperbaiki hasil karya-
karyanya.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu
pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh pendidik dan peserta didik. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, pendidik dan peserta didik sendiri dapatmenilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain :
karangan, puisi, surat, komposisi, music.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian
portofolio disatuan pendidikan, antara lain:
1.) Karya Peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
Pendidik melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta
didik itu sendiri.
2.) Saling percaya antara pendidik dan peserta didik
Dalam proses penilaian pendidik dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya,
saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan
berlangsung dengan baik.
3.) Keberhasilan bersama antara pendidik dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga
dengan baik dan tidak disamapaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan
sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan.
4.) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan pendidik
Pendidk dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga
peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupa
terus meningkatkan kemampuannya.
5.) Kepuasan
Hasil krja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan
dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6.) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi dasar.
7.) Penilaian proses dan hasil
Penilain portofolio menerapkann prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai
misalnya diperoleh dari catatan pendidik tentang unjuk kerja, sedangkan penilaian hasil
diarahkan pada karya peserta didik.
8.) Penilaian dan pembelajaran
Penilain portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Manfaat utama penilaian ini sebagai diasnogtik yang berarti bagi pendidik untuk
melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian
seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas anatara lain:
1.) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2.) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena mereka
melakukan penilaian, harus melakukan intropeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
3.) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta dididk untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Catatan:
Jika Peserta didik memberikan jawaban tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari dari hasil
pengamatan pendidik, berarti peserta didiktersebut tingkat kejujurannya perlu diperbaiki.
a) Siswa dinyatakan naik kelas apabila memenuhi kriteria kenaikan kelas yang
ditetapkan sekolah.
b) Siswa yang tidak memenuhi criteria kenaikan kelas dinyatakan tidak naik
kelas.
c) Siswa yang dinyatakan tidak naik kelas dapat mengulang di kelas yang
sama pada tahun pelajaran berikutnya.
d) kenaikan kelas juga mempertimbangkan kehadiran di kelas mencapai
minimal 75%.
e) Berkelakuan baik selama menjadi siswa dikelas tersebut.
f) Mendapatkan nilai seluruh mata pelajaran.
g) Tidak terdapat nilai kurang dari KKM minimal 2 mata pelajaran dan jumlah
nilai tidak boleh dibawah rata-rata 6
h) Mata Pelajaran yang tidak boleh kurang dari KKM yaitu ; Agama, Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPA
- Nilai hasil ujian akhir sekolah baik praktek maupun tertulis setiap mata pelajaran
sekurang-kurangnya ... untuk setiap mata pelajaran yang diujikan dengan rata-
rata nilai ujian rata-rata minimal ...
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dari pendidikan kecakapan hidup terdiri atas, tujuan umum dan tujuan khusus.
Secara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan
fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya di masa
mendatang. Secara khusus bertujuan untuk:
1. mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan
problema yang dihadapi, misalnya: masalah narkoba, lingkungan sosial, dsb
2. memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik
3. memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
4. memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang
fleksibel dan kontekstual
5. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi
peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah
C. Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam mengembangkan
kurikulum kecakapan hidup adalah sebagai berikut.
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 36 ayat (1, 2,
danpasal 38 ayat (2)
2. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
3. PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 13 ayat (1, 2, 3, dan 4)
4. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
5. Panduan Pengembangan KTSP oleh BSNP
D. Ruang Lingkup
Lingkup pengembangan model pendidikan kecakapan hidup ini mencakup jenjang
pendidikan dasar dan menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB/SMK/SMAK).
Pengertian Dan Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup
A. Pengertian
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup
bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang
lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan
atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan
mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik,
dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan
pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok
maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989)
mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari
berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri.
Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu
(vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional
seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah,
mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi
(Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan
kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik dalam
mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut
aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan
kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu
menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Pendidikan kecakapan
hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam
prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran
yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan
keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal
dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut
menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri
sendiri.
B. Konsep
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
a) Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan
b) Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan
hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial
(social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self
awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada
dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya
sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir mencakup
antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil
keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan
sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan
bekerjasama (collaboration skill).
Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan
tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau
kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan
akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja
intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih
memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan
vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus
(occupational skill).
Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk
menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan
menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi
peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema
hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun
sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka ketergantungan terhadap
ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berakibat pada meningkatnya angka
pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat
secara bertahap. (Depdiknas, diolah)
1. Pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh baik keimanan, ketaqwaan, dan
akhlak mulia
2. Mengakomodasi semua mata pelajaran untuk dapat menunjang peningkatan iman
dan takwa serta akhlak mulia, serta meningkatkan toleransi dan kerukunan antar
umat beragama dengan mempertimbangkan norma-norma agama yang berlaku
3. Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat dan bakat, kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya
4. Sesuai tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan
Program kecakapan hidup hendaknya memungkinkan untuk membekali peserta
didik dalam memasuki dunia kerja/usaha serta relevan dengan kebutuhan
kehidupan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
5. Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan mencakup: kecakapan personal,
sosial, akademis, dan vokasional
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7. Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
E. Pengembangan Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pembelajaran/bahan kajian, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk proses penilaian. Dalam mengembangkan silabus dan perangkat lainnya mengacu
pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP. Langkah-langkah pengembangan silabus
secara umum mencakup:
1. Menentukan standar kompetensi
2. Menentukan kompetensi dasar
3. Mengembangkan indikator, sebagai penjabaran dari SK dan KD
4. Menentukan materi pembelajaran
5. Merumuskan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berorientasi
kecakapan hidup
6. Mempertimbangkan alokasi waktu
7. Menentukan media/alat/sumber/bahan yang sesuai
8. Menentukan jenis dan bentuk penilaian
Kelas
Materi
Memperkenalkan Industri Alas Kaki
Memperkenalkan Industri Kreativ Alas Kaki
Memperkenalkan Industri Hand made Alas Kaki sebagai sebuah kerajian
Memperkenalkan Cara Pembuatan Alas Kaki
4, 5, 6
Memperkenalkan Cara Pemasasaran Alas Kaki
Memperkenalkan Cara Pendistribusian Alas Kaki
10.Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
1. Latar Belakang
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai,
moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan
sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan
keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial,
sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan
sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir,
nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama
manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral,
norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus
berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem
ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan
upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka
memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan
masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk
kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan
terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan
karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan
sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya
dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya,
pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu
proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan
sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya
bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah
berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter
bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui
pendidikan hati, otak, dan fisik.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa
dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu
ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter
bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter
bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa
mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif
peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan
penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat,
mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat
strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang.
Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan
yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat
suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah;
oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin
sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari budaya sekolah.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik
berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak
terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah
budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan
peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka
tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing”
dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih
mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari
budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke
lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang
dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya
terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak
mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia
sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk
menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu
terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing).
3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
Gambar 3.Pengembangan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa melalui Setiap Mata
Pelajaran
2. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa materi nilai
budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak
dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan
suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama,
bahasa
Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah
pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus
mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang
selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan
dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui
pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka
tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai itu.
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan;
prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa
dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri
handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga
menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang
menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.
Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru
menuntun peserta didik agar secara aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan
kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan
belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber
informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah
dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau
proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri
mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas
di luar sekolah.
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus
dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar
kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan(kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap
hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama
Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru,
tenaga kependidikan, atau teman.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi
pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang
baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak
akan melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan itu: membuang sampah
tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi,
memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh.
Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik
dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong
orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga atau kesenian, berani menentang atau
mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji
c. Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam
memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang
lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap
sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya,
bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur,
menjaga kebersihan.
d. Pengkondisian
3. Budaya Sekolah
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya
sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor,
tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan
fasilitas sekolah.
I. Pengembangan Proses Pembelajaran
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses
belajarpeserta didik secara aktif dan berpusat pada anak; dilakukan melalui berbagai
kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
1. Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang
sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan
belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Meskipun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu
seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, dan gemar membaca dapat melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan
guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli
lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga
peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai itu.
2. Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru,
kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, direncanakan sejak awal
tahun pelajaran, dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari
sebagai bagian dari budaya sekolah. Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke
dalam program sekolah adalah lomba vocal group antarkelas tentang lagu-lagu
bertema cinta tanah air, pagelaran seni, lomba pidato bertema budaya dan karakter
bangsa, pagelaran bertema budaya dan karakter bangsa, lomba olah raga antarkelas,
lomba kesenian antarkelas, pameran hasil karya peserta didik bertema budaya dan
karakter bangsa, pameran foto hasil karya peserta didik bertema budaya dan
karakter bangsa, lomba membuat tulisan, lomba mengarang lagu, melakukan
wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan budaya dan karakter bangsa,
mengundang berbagai narasumber untuk berdiskusi, gelar wicara, atau berceramah
yang berhubungan dengan budaya dan karakter bangsa.
3. Luar sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh
seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran,
dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Misalnya, kunjungan ke tempat-
tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan semangat
kebangsaan, melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian
dan kesetiakawanan sosial (membantu mereka yang tertimpa musibah banjir,
memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum, membantu membersihkan
atau mengatur barang di tempat ibadah tertentu)
J. Penilaian Hasil Belajar
la pencapaian pendidikan nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai
contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan
dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat, diamati,
dipelajari, atau dirasakan” maka guru mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang
dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja
peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga dilakukan
secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan yang dinyatakan itu mungkin
saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum teman
sekelasnya sampai bahkan kepada yang bertentangan dengan perasaan umum teman
sekelasnya.
e dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah.
Model anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang
berkenaan dengan nilai yang dikembangkan) selalu dapat digunakan guru. Selain itu,
guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang
dimilikinya. Sebagai contoh, peserta didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap
upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain
yang bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat mengundang konflik
pada dirinya.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat
memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau
bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu dapat dinyatakan dalam
pernyataan kualitatif sebagai berikut ini.
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal
perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum
konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai
tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku
yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
Indikator dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah yang
dapat diamati melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu
tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang diberikan peserta
didik terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan peserta didik dalam laporan dan
pekerjaan rumah.
Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang
mengembangkan budaya dan karakter bangsa, maka ditetapkan indikator sekolah dan
kelas.
Kesimpulan
Karakter bangsa merupakan identitas bangsa yang mana kita harus menjaga agar
seluruh komponen bangsa ini menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
agama, dan norma agar kita menjadi bangsa yang memiliki identitas yang luhur dimata
bangsa lain.Karakter bangsa dapat luntur manakala tidak terus dibina dalam
implementasi pendidikan secara utuh. Oleh karena itu, sekolah harus memikirkan
pelaksanaan pembelajaran nilai dan karakter ke dalam praktik pembelajaran yang padu.
- waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait
dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau
organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
- waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar
nasional, dan hari libur khusus.
- libur jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran
digunakan untuk penyiapkan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun.
10. Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester
13. Hari libur keagamaan 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan libur
keagamaan lebih panjang dapat
mengaturnya sendiri tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif
15. Hari libur khusus Maksimum 1 minggu Untuk satuan pendidikan sesuai dengan
ciri kekhususan masing-masing
Maksimum 3 minggu Digunakan untuk kegiatan yang
16. Kegiatan khusus
diprogramkan secara khusus oleh
sekolah
sekolah/madrasah tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif