Anda di halaman 1dari 88

BAB III

MUATAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

A. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam proses pendidikan di sekolah. Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum
dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas kompetensi inti
(kurikulum 2013) dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian
integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Struktur kurikulum SD Negeri Ciaruteun Ilir 04meliputi substansi pembelajaran
yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai
dengan Kelas VI.
Struktur kurikulum SD Negeri Ciaruteun Ilir 04disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai
berikut;
a. Kurikulum SD memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan Diri.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi
muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan
karir peserta didik.
Untuk tahun pelajaran 2019-2020 SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 menggunakan 1 sumber
kurikulum yaitu Kurikulum 2013 untuk kelas I sampai kelas IV.
b. Pembelajaran pada kelas I sampai IV dilaksanakan melalui pendekatan tematik terpadu
dansintifik (sesuai Kurikulum 2013).
c. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana terteradalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat
jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34–38 minggu.

B. Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran
a. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
1) Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDbertujuan untuk:
a) menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT;
b) mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan
secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.
b. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1) TujuanMata Pelajaran Bahasa Indonesia


Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis
b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara
c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan
d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
e) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa
f) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.

c. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

1) TujuanMata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-
korupsi
c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.

d. Mata Pelajaran Matematika


1) TujuanMata Pelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah
b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

e. Mata Pelajaran IPA


1) TujuanMata Pelajaran IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
f. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
1) Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

g. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan

1) TujuanPelajaran Seni Budaya dan Keterampilan


Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
a) Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan
b) Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan
c) Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan
d) Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam
tingkat lokal, regional, maupun global.
h. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
1) TujuanMata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
a) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
b) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
d) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-
nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
e) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,
percaya diri dan demokratis
f) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
g) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
i. Mata Pelajaran Bahasa Sunda
1) Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Sunda
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a) Murid menghargai dan membanggakan Bahasa Sunda sebagai BahasaDaerah
di Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa Ibu bagi sebagian
masyarakatnya.
b) Murid memahami Bahasa Sunda dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
mmapu menggunakan secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks
(tujuan, keperluan dan keadaan)
c) Murid memiliki kamampuan dan kedisiplinan dalam ber Bahasa Sunda untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan
kematangan sosial
d) Murid mampu menikmati dan memanfaatkan karya Sastra Sunda untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ber Bahasa Sunda ,
mengembangkan, kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
e) Murid menghargai dan membanggakan Sastra Sunda sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia sunda.
j. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
1) Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a) Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara
terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam
konteks sekolah
b) Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris
untukmeningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global
C. MUATAN LOKAL
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensiyang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah,yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang
ada.Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah. Sekolah dapat
menyelenggarakansatu mata pelajaran muatan lokal setiap semester atau dua mata
pelajaran muatanlokal dalam satu tahun.
Muatan lokal yang menjadi ciri khas daerah Bogor dan diterapkan di SD Negeri
CIARUTEUN ILIR 04 adalah seperti berikut.
a. Bahasa Sunda
Muatan lokal Bahasa Sunda wajib bagi semua siswa kelas I hingga kelas VI. Alokasi
waktu adalah 2 jam pelajaran.
Alokasi waktu mata pelajaran muatan lokal.
Alokasi Waktu (Jam Pelajaran) / Kelas
No Mata Pelajaran
I II III IV V VI
1 Bahasa Sunda 2 2 2 2 2 2
Jumlah 2 2 2 2 2 2
b. Pengembangan Diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru
kelas, namun pengembangan diri diberikan oleh guru, pelatih khusus yang ahli dibidangnya.
Pengembangan diri bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangandiri difasilitasi
dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikanyang dapat dilakukan
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.
Pengembangan diri di SD Negeri CIARUTEUN ILIR 04 terdiri atas:
KELAS DAN ALOKASI
KOMPONEN WAKTU KET
I II III IV V VI
KELOMPOK A ( UMUM )
1. Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Pancasila dan 5 5 6 5 5 5
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengatahuan Sosial - - - 3 3 3
KELOMPOK B ( UMUM )
7. Seni Budaya Dan Keterampilan 4 4 4 4 4 4
8. Penjas Orkes 4 4 4 4 4 4
KELOMPOK C
1. Bahasa Dan Sastra Sunda 2 2 2 2 2 2
32 34 36 38 38 38
c. Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar yang diatur di SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan
CibungbulangKabupaten Bogor dengan menggunakan Sistem Paket yaitu sistem
penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh
program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai
dengan struktur kurikulum yang berlaku pada SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket
dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam
pembelajaran di SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan Cibungbulang KabupatenBogor
berlangsung selama 35 menit.
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SD Kelas I, II dan III masing-masing 30, 32, 34,
sedangkan untuk kelas IV, V dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu.
Struktur kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut :
Mata Pelajaran ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
A. Mata Pelajaran I II III IV V IV
1. Pendidikan
Agama
2. Pendidikan
Kewarganegaraan
TEMATIK ( kurikulum 13)

TEMATIK ( kurikulum 13)

TEMATIK ( kurikulum 13)

TEMATIK ( kurikulum 13)

TEMATIK ( kurikulum 13)

TEMATIK ( kurikulum 13)


3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu
Pengetahuan
Alam
6. Ilmu
Pengetahuan
Sosial
7. Seni Budaya dan
Keterampilan
8. Penjaskes, dan
Olahraga
B. Muatan Lokal
- Bahasa Sunda 2 2 2 2 2 2
- Bahasa Inggris 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu 32 34 36 38 38 38
Per Minggu
Keterangan:
= Pembelajaran Tematik Integratif
*Muatan lokal Bahasa Daerah

Struktur kurikulum SD/MI untuk kelas I dan IV adalah sebagai berikut :


Mata Pelajaran ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
A. Mata Pelajaran I II III IV V IV
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan
Kewarganegaraan

TEMATIK ( kurikulum 13)


TEMATIK ( kurikulum 13)

TEMATIK ( kurikulum 13)

TEMATIK ( kurikulum 13)

TEMATIK ( kurikulum 13)


3. Bahasa Indonesia
4. Matematika

TEMATIK ( kurikulum 13)


5. Ilmu Pengetahuan
Alam
6. Ilmu Pengetahuan
Sosial
7. Seni Budaya dan
Keterampilan
8. Penjaskes, dan
Olahraga
B. Muatan Lokal
- Bahasa Sunda 2 2 2 2 2 2
- Bahasa Inggris 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Per 32 34 36 38 38 38
Minggu
Pemanfaatan alokasi waktu kegiatan terstruktur dan tidak terstruktur sebanyak maksimum
40 % dari jumlah alokasi waktu tatap muka per mata pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing mata pelajaran. Alokasi waktu dimaksud, digunakan untuk peleksanaan
remedial dan pendalaman/ pengayaan materi.

D. Ketuntasan Belajar
a. KTSP
SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah harus menentukan kriteria ketuntasan minimal
sebagai target pencapaian kompetensi sekolah secara bertahap dan berkelanjutan selalu
mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan
ideal.

Berikut ini tabel nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang menjadi Target Pencapaian
Kompetensi di SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor
yang berlaku saat ini.
Perhitungan KKM Kelas
A. Mata Pelajaran 1 2 3 4 5 6
1. Pendidikan Agama 67 72 69 72 72 72
2. Pendidikan Kewarganegaraan 68 66 69 69 69 71
3. Bahasa Indonesia 65 66 65 65 70 69
4. Matematika 65 65 63 63 65 65
5. Ilmu Pengetahuan Alam 65 67 64 66 68 66
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 65 68 65 67 68 65
7. Seni Budaya dan Keterampilan 67 70 69 73 73 75
8. Penjaskes, dan Olahraga 69 73 73 73 73 73
B. Muatan Lokal
- Bahasa Sunda 64 64 67 67 67 67
- Bahasa Inggris 59 59 65 65

C. KURIKULUM 2013
a. Penjelasan
SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan
sumber daya pendukung meliputi warga sekolah, sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah harus menentukan kriteria ketuntasan minimal
sebagai target pencapaian kompetensi sekolah secara bertahap dan berkelanjutan selalu
mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal.

b. Sikap

Ketuntasan belajar pada aspek sikap ( KI-1 dan KI-2) ditunjukkan dengan
perilaku baik peserta didik. Jika Perilaku peserta didikbelum menunjukkan kriteria
baik, maka dilakukan pemberian umpan balik dan pembinaan sikap secara langsung
dan terus menerus sehingga peserta didik menunjukkan perilaku baik.
c. Pengetahuan

Ketuntasan belajar pada aspek pengetahuan ( KI-3)di tentukan oleh sekolah


dengan rentang nilai 0-100. Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar
diberi kesempatan untuk perbaikan (Remedial )dan peserta didik tidak diperkenankan
melanjutkan pembelajaran kompetensi selanjutnya sebelum kompetensi tersebut tuntas.

d. Keterampilan

Ketuntasan belajar pada aspek Keterampilan ( KI-4)di tentukan oleh sekolah


dengan rentang nilai 0-100. Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar
diberi kesempatan untuk perbaikan (Remedial )dan peserta didik tidak diperkenankan
melanjutkan pembelajaran kompetensi selanjutnya sebelum kompetensi tersebut tuntas.
Rentang predikat aspek keterampilan adalah sebagai berikut:

86-100 : A ( Sangat baik )


71-85 : B ( Baik )
56-70 : C ( Cukup)
< 55 : D ( Perlu bimbingan )
D. Penilaian
a. Penilaian hasil belajar
Untuk mengumpulkan informasi atau data tentang kemajuan belajar peserta
didikdapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun
hasil belajar. Teknik mengumpukan informasi atau data tersebut pada prinsipnya adalah
cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan
indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Ada enam teknik yangdapat digunakan, yaitu: penilaian unjuk
kerja, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio.
b. Teknik-teknik Penilaian
1) Penilaian unjuk kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai kompetensi yang menuntuk peserta didik melakukan
tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik sholat, praktik olahraga,
bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi
dan lain-lain.
2) Teknik Penilaian Unjuk kerja
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai
kemampuan lompat jauh peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau
observasi yang beragam, seperti: teknik mengambil awalan, teknik tumpuan,
sikap/posisi tubuh pada saat di udara, teknik mendarat. Dengan demikian,
gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk
kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument berikut:

3) Daftar Cek (Check-list)


Pengambilan data penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (ya-tidak). Aspek yang akan dinilai dicantumkan dalam format
penilaian unjuk kerja. Selama melakukan pengamatan peserta didik. Guru
memberikan tanda (√) pada setiap aspek yang dinilai. Kelemahan cara ini
adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,misalnya benar-salah,
dapat diamati-tidak dapat diamati.Dengan demikian tidak terdapat nilai
tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan untuk mengamati subyek
dalam jumlah besar. Berikut contoh daftar cek
Penilaian lompat jauh gaya menggantung.
Nama peserta didik : ………………….
Kelas : ………………….
No Aspek yang dinilai Baik Tidak baik
1 Teknik awalan √
2 Teknik tumpuan √
3 Sikap/posisi tubuh saat di udara √
4 Teknik mendarat √
4) Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan
penilai member nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena
pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Skala penilaian terentang dari tidak sempurna, sempurna, dan sangat
sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten 2 = cukup kompeten 3 = kompeten,
4 = sangat kompeten. Berikut contoh skala penilaian.
Contoh rating scales
Penilaian lompat jauh gaya menggantung.
(menggunakan skala Penilaian).
Nilai
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Teknik Awalan
2 Teknik Tumpuan
3 Sikap/posisi tubuh saat di udara
4 Teknik mendarat
Jumlah
Scor Maksimum 16
Keterangan Penilaian
1. Tidak Kompeten 3. Kompeten
2. Cukup Kompeten 4. Sangat Kompete
Jika peserta didik memperoleh scor 16 dapat ditetapkan “sangat kompeten”
No SK KD Indikator KKM Aspek Teknik
penilaian
1 Menggu Menggunakan - Peserta didik 65 % Pemahaman Tertulis
nakan alat ukur tidak menyebutkan konsep
pengukur baku dan baku macam-macam
an (Cm,m) yang alat ukur panjang
waktu, sering tidak baku dalam 65 % Penalaran Unjuk
panjang, digunakan. kehidupan dan kerja
dan berat sehari-hari komunikasi
dalam (jengkal, depa,
pemecah langkah, kaki 65 %
an dll). Pemahaman
masalah. - Peserta dapat konsep Tertulis
menggunakan
alat ukur 65 %
tidakbaku
(jengkal, depa, Pemahaman
pecak,langkah masalah
kaki) 60 % Unjuk
- Peserta didik Pemahaman kerja
menyebutkan alat Masalah
ukur baku cm, m
yang bias Tertulis
digunakan dalam
kehidupan sehari-
hari.
- Peserta didik
dapat
menggunakan
alat ukur buku
untuk mengukur
panjang suatu
benda.
- Peserta didik
dapat menarik
kesimpulan
bahwa
pengukuran
dengan alat ukur
tidak baku
hasilnya berbeda.
Contoh Penilaian Kinerja
Lakukan kegiatan di bawah ini, catat dan laporkan
1. Ukurlah panjang mejamu dengan jengkal.
2. Ukurlah lebar bajumu.
3. Ukurlah panjang buku matematikamu dengan penggaris.
4. Ukurlah lebar buku matematikamu dengan penggaris
5. Ukurlah lebar mejamu matematikamu dengan penggaris

Konversi Nilai: Scor yang didapat x 100 = ………….


Scor maksimum
Mata Pelajaran : Seni dan Budaya (Seni Musik)
Kelas /Semester : IV/1

Teknik
No SK KD Indikator KKM Aspek
Penilaian
1 Mengeks Menyiapkan - Mendemonstrasikan per
presikan permainan mainanalat music ritmis. 70 % Kreasi Unjuk
diri melalui alat music Kerja
karya seni ritmis - Mendemonstrasikan per
musik mainan alat music 70 % Kreasi
campuran Unjuk kerja

- Mendemonstrasikan
bernyanyanyi dan ber 65 % Kreasi
main alat music ritmis.. Unjuk kerja

- Memberikan Penilaian
terhadappenampilan 70 % Apresia
bernyanyi dan bermain si Tertulis
musiktemannya.

Jenis tugas : Mainkan salah satu alat music ritmis dengan teknik yang benar.
Bentuk penilaian Unjuk Kerja
Nama
Teknik bermain Sc
No peserta Penampilan Harmoni Nilai
alat music ore
didik
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Ryan √ √ √ 8 89
2 Nina √ √ √ 8 89
3 Meta √ √ √ 8 89
4 Yudi √ √ √ 6 89
5 Doni √ √ √ 9 100

Keterangan Penilaian
Score Maksimum = 9
Konversi nilai: Score yang didapat x 100 = ……….
Score Maksimum

Kriteria dalam penilaian


Penampilan
1. Penampilan sempurna
2. Penamplilan baik, tetapi masih kaku
3. Penampilan tidak sempurna, sering membelakangi penonton.
Teknik bermain alat music ritmis.
1. Teknik bermain alat music sempurna
2. Bermain alat music dengan teknik sempurna, tapi masih ada bagian yang kurang
sempurna.
3. Bermain music tidak sempurna.
Harmoni/aransemen
1. Keserasian nada dengan teknik permainan alat music sempurna
2. Keserasian nada dengan teknik permainan alat music ritmis masih ada yang kurang
sempurna
3. Keserasian nada dan permainan alat music ritmis kurang sempurna.
Permainan Unjuk Kerja.
Jenis tugas: Nyanyikanlah salah satu lagu pilihan dengan iringan alatmusik ritmis.
Bentuk Penilaian Unjuk Kerja.
Bernyanyi dan bermain alat music ritmis.

Teknik
Nama
bernyanyi dan
No peserta Penampilan Harmoni Score Nilai
bermain alat
didik
musik
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Ryan √ √ √ 90 100
2 Nina √ √ √ 80 89
3 Meta √ √ √ 70 79
4 Yudi √ √ √ 80 89
5 Doni √ √ √ 70 79

Keterangan Penilaian
Score Makimum = 9
Konversi Nilai : Score yang didapat x 100 = ……….
Score Maksimum

Kriteria dalam penilaian


Penampilan
1. Penampilan sempurna
2. Penamplilan baik, tetapi masih kaku
3. Penampilan tidak sempurna, sering membelakangi penonton.

Teknik bernyanyi dan bermain alat musik ritmis


1. Teknik bernyanyi dengan iringan alat music ritmis sempurna
2. Teknik bernyanyi dengan iringan alat music ritmis masih ada yang kurang sempurna
3. Teknik bernyanyi dengan iringan alat musik kurang sempurna
Harmoni
1. Keserasian nada dengan teknik permainan alat music ritmis sempurna
2. Keserasian nada dengan teknik permainanalat music ritmis masih ada yang kurang
sempurna.
1. Keserasian nada dan permainan alat music ritmis kurang sempurna.

1. Penilaian tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan cara tertulis. Penilaian jenis ini cenderung
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berkaitan dengan konsep, prosedur,
dan aturan aturan. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam mejawab soal peserta didik tidak selalu
merispon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
member tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
Teknik Penilaian Tertulis
Ada dua bentuk soal tertulis Yaitu:
a. Soal dengan memilih Jawaban.
 Pilihan ganda
 Dua pilihan, benar-salah
 Menjodohkan.
b. Soal dengan mensuplay-jawaban.
 Isian singkat atau melengkapi
 Uraian terbatas
 Uraian obyektif/non obyektif
 Uraian terstruktur/non struktur

Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar salah, isian
singkat, danmenjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan befikir
rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat
digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda
mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya
tetapi cenderung hanya memiih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan cenderung menerka jawaban.
Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda
kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna
mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang dianjurkan
pemakainnya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis dalambentuk uraian alat penilaian yang menuntut peserta didik
untuk; mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang
sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat
menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berfikir logis,
dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan
terbatas.
Dalam menyusun instrument penilaian tetulis perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut;
1). Materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indicator pencapaian
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2). Konstruksi,misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3). Bahasa, misalnya rumusan soal tidak mengguakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
4). Kaidah penuliasan harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari
berbagai bentuk soal penilaian.
Contoh Penilaian tertulis;
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/semester : II/1

No SK KD Indikator KKM Aspek Teknik


. Penilaian
1 Menggunakan Menggunakan - Peserta didik menyebutkan 65 % Pemahaman Tertulis
pengukuran alat ukur tidak macam-macam alat ukur konsep
waktu, baku dan panjang tidak baku dalam
panjang, dan baku (Cm,m) kehidupan sehari-hari
berat dalam yang sering (jengkal, depa, langkah, kaki 65 % Penalaran
pemecahan digunakan. dll). dan
masalah. - Peserta dapat menggunakan komunikasi Unjuk
alat ukur tidakbaku (jengkal,
Kerja
depa, pecak,langkah kaki)
65 %
- Peserta didik menyebutkan Pemahaman Unjuk
alat ukur baku cm, m yang konsep kerja
bias digunakan dalam 65 %
kehidupan sehari-hari. Unjuk
- Peserta didik dapat Pemahaman kerja
menggunakan alat ukur buku masalah
untuk mengukur panjang 60 %
suatu benda. Pemahaman Tertulis
- Peserta didik dapat menarik Masalah
kesimpulan bahwa
pengukuran dengan alat ukur
tidak baku hasilnya berbeda.

1). Bentuk Pilihan Ganda

Berilah tanda silang pada pada huruf di depan jawaban yang paling tepat.
Setiap jaeaban yang benar diberi nilai; 1

1. Yang disebut alat ukur yang tidak baku yaitu;


a. Meter, b. senti meter, c. jengkal.
2. Yang termasuk alat ukur baku ialah;
a. Cm, b. depa, c. langkah kaki

1 Isian
Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat! Score setiap jawaban
benar diberi nilai; 2
1). Satuan panjang Cm dan m adalah contoh Alat ukur ………..
2). Satuan panjang langkah kaki, depa dan jengkal termasuk alat ukur ……..

Penilaian
Nilai = Banyak jawaban benar x 100 =
Banyak soal
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganagaraan
Kelas/Semester : IV/2

No SK KD Indikator KKM Aspek Teknik


Penilaian
1 Menunjukkan Menentukan  Menjelaskan 65 %
sikap terhadap sikap pengertian Penguasaan Tertulis
globalisasi yang pengaruh globalisasi konsep
terjadi di globalisasi
lingkungannya yang terjadi di  Mengidentifi- 70 % Penguasaan Tertulis
lingkungannya kasi sikap- konsep
sikap yang
sesuai dengan
kepribadian
aindonesia.
 Menyebutkan 65 % Penguasaan tertulis
contoh sikap konsep
positif dari
globalisasi.
 Menyebutkan
contoh 70 % Penguasaan tertulis

pengaruh konsep

negative dari
globalisasi.
 Menunjukkan
sikap dan 65 % Penerapan Penilaian

prilaku yang sikap

sesuai dengan
kepribadian
Indonesia
Contoh Penilaian Tertulis;
 Isilah titik-titik pada soaldi bawah ini dengan jawaban singkat dan tepat.
1. Pengaruh positif globalisasi dibidang komunikasi di lingkungan masyarakat
misalnya ……….
2. Kecenderungan masyarakat menyukai jenis music jaz termasuk pengaruh negative
globalisasi bidang …………
3. Terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia sikap kita seharusnya …….

 Jawablah pertanyaan di bawah ini.


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah globalisasi !
2. Berikan tanggapan dan alasan terhadap pernyataan di bawah ini !
a. Dengan globalisasi kita semakin mudah menikmati siaran tlevisi luar negeri.
b. Karena pengaruh globalisasi masyarakat cenderung bersifat konsumtif.

Penilaian
Nilai = banyak jawaban benar x 100 = …….
Banyak soal
N SK KD Indikator KKM Aspek Teknik
o penilaian
1 Memaha Mendiskripsika  Mengadakan pengama- 65 % Kinerja Proyek
mi daur n daur hidup tan kehidupan kupu- ilmiah
hidup beberapa hewan kupu,kecoa dan
beragam di lingkungan nyamuk.
jenis sekitar,  Menyebutkan urutan Penguasaan tertulis
makhluk misalnya kecoa, daur hidup hewan. 70 % konsep
hidup secara lengkap Missalnya; kupu-kupu,
dan jelas. nyamuk dan kecoa seca
ra lengkap dan jelas.
 Mendiskripsikan
metamorphosis Penguasaan tertulis
sempurna dan 65 % konsep
metamorphosis tidak
sempurna.
 Melaporkan hasil
pengatan terhadap daur 60 % Kinerja proyek
hidup pada kambing dan ilmiah
kucing.
 Menyimpulkan bahwa
tdak semua hewan
mengalami perubahan 65 % Penguasaan tertulis
dalam hidupnya konsep
(metemorfosis)
berdasarkan penga-
matan.
Penilaian yang cocok adalah penguasaan konsep, yaitu pertanyaan yang jawabannya uraian
singkat.

3. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, mengumpulkan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan sesuatu
secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu;
1. Kemampuan pengelolaan .
Kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari informasi dan mengelola
waktu mengumpulkan data serta penulisan laporan.
2. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan ketrampilan dalam pembelajaran.
3. Keaslian.
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi pendidik berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek
peserta didik.
Teknik penilaian proyek.
Penilaian Proyek dilakukan mulai perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
proyek. Untuk itu, perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain,pengumpulan data, dan penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau
hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan alat/instrument penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
Contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek.
Tugas : Lakukan penelitian sederhana tentang kandungan yudium dalam garam yang
beredar dimasyarakat.
Contoh penilaian proyek; Penilaian Kinerja Ilmiah.

Aspek yang dinilai Skor


B C K
Keterampilan
1. Merencanakan Penelitian
2. Aktivitas pengamatan
3. Menggambar hasil pengamatan
4. Pembuatan catatan hasil pengamatan
5. Pelaporan
Sikap
1. Mampu bekerjasama
2. Sistematis dalam mengerjakan tugas
3. Mengerjakan tugas dengan serius

Keterangan
B. Skor = 5
C Skor = 3
K. Skor = 1
Contoh penilaian Proyek (Aspek Kinerja Ilmiah)
Unsur Yang dinilai Skor
Baik Sedang Kurang
Keterampilan
1. Merencanakan penelitian/pengamatan (menyiapkan
perlengkapan, alat dan bahan)
2. Aktivitas pelaksanaan pengamatan
3. Membuat laporan sementara (konsep) hasil
pengamatan
4. Menyusun hasil pengamatan dan menerima masukan
Perbaikan
5. Memperbaiki laporan setelah menerima laporan
Sikap
1. Kemampuan bekerjasama dalam kelompok
2. Sistematis dalam mengerjakan tugas kelompok
3. Tanggungjawab dalam menjalankan tugas
(keseriusan)

Keterangan;
Baik = 5, Sedang = 3, Kurang = 1
Contoh Penilaian Proyek
Contoh pemetaan Penilaian
Kelompok Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/1

Aspek Penilaian
Standar

oPenilaian
Performa

Portofoli
Kompetensi KKM Aspek

Produk
Proyek
Kompetensi Indikator

Sikap
Dasar

Tes
Menghitung Menyelesaikan Menggunakan 70 % Penalaran √ - - - √ - -
Volume masalah yang volume kubus dan
Kubus dan berkaitan dan balok komunikasi
balok dan dengan volume untukmenyele
menggunakan kubus dan balok saikan
nya dalam masalah
pemecahan
masalah

Mata Pelajaran : Matematika


Nama Proyek : Masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok
Alokasi waktu : Satu bulan
Aspek : Penalaran dan komunikasi
Nama Siswa :……….. Kelas/semester : V/1

No Aspek Skor ( 1 – 5 )
Perencanaan
1 a. Persiapan
b. Rumusan judul
Pelaksanaan
a. Sistematika penulisan
b. Keakuratan sumber data/Informasi
2
c. Kuantitas Sumber data
d. Analisis data
e. Penarikan Kesimpulan
3 Laporan Proyek
a. Performance
b. Presentasi/penguasaan
Total Skor

Contoh Soal
Carilah benda berbentuk bangun ruang sederhana yang ada di sekitar rumajmu, missal benda
itu berbentuk kubus, balok, limas atau prisma.
Selanjutnya hitunglah berapa banyaknya air yang dapat dimasukkan ke dalam benda ruang
tersebut.
Rubrik Penskoran.
Level Diskripsi
4  Membuat perencanaan yang di dalamnya memuat langkah-langkah
(Superior) dalam persiapan, tempat pengambilan data, rumusan judul baik dan
menarik.
 Sistematiknya baik, sumber data akurat dan memadai.
 Membuat daftar hasil pengukuran.
 Melakukan perhitungan, hasil yang diperoleh benar, dan membuat
kesimpulan.
 Performance hasil pekerjaannya bersih rapi.
3  Membuat perencanaan yang di dalamnya memuat langkah-langkah
(Memuaskan) dalam persiapan tempat pengambilan data, rumusan judul baik dan
menarik.
 Sistematiknya baik, sumber data akurat dan memadai
 Membuat daftar hasil pengukuran
 Melakukan perhitungan, hasil yang diperoleh benar, dan tidak
membuat kesimpulan.
 Performance hasil pekerjaannya kotor dan tidak rapi.
2  Membuat perencanaan yang di dalamnya memuat langkah-langkah
(Cukup dalam persiapan, tempat pengambilan data, rumusan judul baik dan
Memuaskan) menarik.
 Sistematiknya baik, sumber data akurat dan memadai.
 Membuat daftar hasil pengukuran
 Melakukan perhitungan, hasil yang diperoleh salah, dan tidak
membuat kesimpulan.
 Performance hasil pekerjaannya kotor dan tidak rapi.
1  Membuat perencanaan yang di dalamnya memuat langkah-langkah
(Cukup) dalam persiapan, tempat pengambilan data, rumusan judul baik tapi
tidak menarik.
 Sistematiknya kurang baik, sumber data akurat dan memadai
 Tidak membuat daftar hasil pengukuran
 Performance hasil pekerjaannya kotor dan tidak rapi.

4. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan
seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni,(patung, lukisan, gambar) barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastic, dan logam.
Pengembangan produk meliputu 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian
yaitu:
1) Tahap persiapan meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan,menggali, dan mengembangkan gagasan, dan medesain produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi:penilaian kemamouan pesrta didik dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi : penilaian kualitas produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai criteria yang ditetapkan.

Teknik Penilaian Produk.


Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistic atau analitik.
1) Cara holistic, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Contoh Penilaian produk :
Kelompok Mata Pelajaran : IPTEK/Matematika/SD
Kelas/Semester : V/2

Standar
Kompetensi KKM Aspek Aspek Penilaian
Kompetensi Indikator
Dasar

Penilaian
Performa

Portofoli
Produk
Proyek
Sikap
Tes

o
Memahami Menentukan Menggambar 70 % Pemaha √ - - - - - -
sifat-sifat jarring-jaring jaring-jaring man
bangun dan berbagai kubus, balok, konsep
hubungan bangun ruang prisma dan
antar sederhana limas.
bangun.
Membuat
jarring-jaring
kubus, balok, 65 % - - - √ - - -
prisma dan
limas.

Mata Pelajaran : Matematika


Nama Produk : Jaring-jaring bangun ruang sisi datar.
Alokasi waktu : satu bulan

Nama Siswa : ……………………..Kelas/Semester : V/2


No Aspek Skor ( 1 – 4 )
Perencanaan Bahan
1

Proses Pembuatan
2 a. Persiapan alat dan bahan.
b. Teknik pembuatan.
c. Keamanan, keselamatan, dan
kebersihan.
Hasil Produk
3 a. Bentuk Fisik
b. Inovasi
Total Skor

Contoh Soal.
Buatlah jarring-jaring bangun ruang sisi datar masing-masing satu buah.
Ukurlah panjang rusuk minimal 10 Cm.
Prosedur Penilaian.
Menggunakan Rubrik penskoran.
Rubrik penskoran.

Level Deskripsi
3  Membuat perencanaan alat dan bahan dengan baik.
(Superior)  Penggunaan bahan, alat aman dan efisien.
 Membuat uraian langkah-langkah pembuatan.
 Membuat uraian cara penggunaannya.
 Hasil yang diperoleh benar, rapi dan bersih.
 Terdapat unsur inovasi
2  Membuat perencanaan alat dan bahan dengan baik.
(Memuaskan)  Penggunaan bahan, alat aman dan efisien.
 Membuat uraian langkah-langkah pembuatan.
 Membuat uraian cara penggunaannya.
 Hasil yang diperoleh benar, rapi dan bersih.
 Tidak terdapat unsur inovasi
1  Membuat perencanaan alat dan bahan dengan baik.
(cukup memuaskan)  Penggunaan bahan, alat aman dan efisien.
 Membuat uraian langkah-langkah pembuatan.
 Membuat uraian cara penggunaannya.
 Hasil yang diperoleh benar, tidak rapi dan tidak bersih.
 Terdapat unsur inovasi
0  Membuat perencanaan alat dan bahan dengan baik.
( Cukup )  Penggunaan bahan, alat aman dan efisien.
 Membuat uraian langkah-langkah pembuatan.
 Tidak membuat uraian cara penggunaannya.
 Hasil yang diperoleh benar, tidak rapi, dan tidak bersih.
 Tidak terdapat unsur inovasi
5. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik yang dikumpulkan dari
waktu kewaktu dari proses pembelajaran dan membandingkan hasil karya tersebut. Dan setiap
hasil kerya peserta didik memiliki catatan-catatan yang dapat memperbaiki hasil karya-
karyanya.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu
pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh pendidik dan peserta didik. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, pendidik dan peserta didik sendiri dapatmenilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain :
karangan, puisi, surat, komposisi, music.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian
portofolio disatuan pendidikan, antara lain:
1.) Karya Peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
Pendidik melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta
didik itu sendiri.
2.) Saling percaya antara pendidik dan peserta didik
Dalam proses penilaian pendidik dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya,
saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan
berlangsung dengan baik.
3.) Keberhasilan bersama antara pendidik dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga
dengan baik dan tidak disamapaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan
sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan.
4.) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan pendidik
Pendidk dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga
peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupa
terus meningkatkan kemampuannya.
5.) Kepuasan
Hasil krja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan
dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6.) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi dasar.
7.) Penilaian proses dan hasil
Penilain portofolio menerapkann prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai
misalnya diperoleh dari catatan pendidik tentang unjuk kerja, sedangkan penilaian hasil
diarahkan pada karya peserta didik.
8.) Penilaian dan pembelajaran
Penilain portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Manfaat utama penilaian ini sebagai diasnogtik yang berarti bagi pendidik untuk
melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.

Teknik Penilaian Portofolio


Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh pendidik untuk
penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat
portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan
minatnya.
Proses ini tidak akan terjadi secra spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta
didik untuk belajar meyakini hasil penilain mereka sendiri.
2.) Tentukan bersama peserta didik sempel-sempel portofolio apa saja yang akan dibuat.
Portofolio antara peserta didik yang satu dengan yang lain bias sama bias berbeda.
3.) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder
di rumah masing-masing di satuan pendidikan.
4.) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5.) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya denga para pesertadidik.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para pserta didik. Contoh, Kriteria penilaian
kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata,
kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik
mengetahui harapan (standar) yang ditetapkan dan berusaha mencapai standar tersebut.
6.) Minta peserta didik menilai karyanya secra berkesinambungan. Pendidik dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan member keterangan
tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara
memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7.) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan pendidik perlu dibuat
“kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya
yang telah dibuat diperbaiki harus diserahkan kepada pendidik.
8.) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portifolio. Jika perlu, undang orang
tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga
orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

6. Penilaian Diri (self assessement)


Penilaian diri adalah suatu teknik penilain dimana peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaiatan denga status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarainya.
Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk untuk mengukur kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik
diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai
hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria
atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik
dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaanya terhadap suatu
objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaiatan dengan penilaian
kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.

Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian
seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas anatara lain:
1.) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2.) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena mereka
melakukan penilaian, harus melakukan intropeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
3.) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta dididk untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

Teknik Penilaian Diri


Penilaian Diri dilakukan berdasarkan criteria yang jelas dan obyektif. Oleh karaene itu,
penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan kompetensi aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan criteria penilaian yang akan digunakan.
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman pensloran, daftar tanda cek,
atau skala penilaian.
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5) Pendidik mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta
didik supaya senantiasa melakukan penilaian dirisecara cermat dan obyektif.
6) Menyampaiakan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.

Contoh Penilaian diri


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : II//2
Standar Kompetensi : Menampilakan nilai-nilai Pancasila
Kompetensi dasar : Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, senang bekerja, dalam
kehidupan sehari-hari.
Aspek : Penerapan
Petunjuk:
Isilah tabel berikut ini dengan tanda (√) pada kolom yang sesuai.
Dengan pernyataan sikapmu terhadap pernyataan pada kolom sebelumnya.

No Aspek Penilaian/criteria Selalu Kadang- Tidak pernah


kadang
A Kejujuran
1 Setiap hari berkata jujur pada orang tua
2 Mengembalikan uang kembalian belanja
kepada orang tua.
3 Menyerahkan nilai ulangan ke sekolah
walaupun nilainya jelek.
4 Menyampaikan alasan yang benar ketika
terlambat masuk kelas.
B Kedisiplinan
1 Dating ke sekolah tidak terlambat bahkan
dating lebih awal.
2 Mengerjakan tugas/PR sesuai dengan
jadwal-
3 Pulang sekolah langsung bermain sebelum
sampai di rumah.
4 Melaksanakan ibadah tepat waktu.

Catatan:
Jika Peserta didik memberikan jawaban tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari dari hasil
pengamatan pendidik, berarti peserta didiktersebut tingkat kejujurannya perlu diperbaiki.

Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka.diskripsi verbal),


analisis, interpretasi, untuk informasi, untuk membuat keputusan. Penilaian kelas adalah proses
pengumpulan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti, untuk membuat keputusan tentang
pencapaian hasil belajar dan kompetensi siswa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.


a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan criteria; yaitu berdasarkan apa yang bias dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah system penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indicator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan
siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi peserta didik yang
pencapainkompetensinya di bawah criteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi
peserta didik yng telah memenuhi criteria kentuntasan.
e. System penilaian disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan, maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)
misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.

Penilaian kelas bercirikan belajar tuntas, otentik, berkesinambungan, berdasarkan


criteria/patokan, dan menggunakan berbagai cara dan alat penilaian. Belajar tuntas
(mastery learning) yaitu peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar,
dan hasil yang baik. Peserta didik yang baik. Peserta didik yang belajar lambat perlu
waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika kompetensi awal
mereka terdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan metode dan materi yang
berurutan, mulai dari tingkat kompetensi awal mereka. Penilaian otentik artinya
memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu, mencerminkan dunia nyata,
menggunakan berbagai cara dan criteria, dan holistic (kompetensi utuh merekplesikan
pengetahuan, ketrmpilan dan sikap). Berkesinambungan maknanya penilaian kelas,
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian kelas menggunakan berbagai cara dan alat penilaian, yaitu menggunakan dan
menyediakan system pencatatan yang bervariasi, serta menggunakan penilaian yang
bervariasi; tertulis, lisan unjuk kerja, proyek, produk, portofolio, pengamatan, dan
penilaian diri.
Unsur penilaian hasil belajar yang dicantumkan dalam buku daftar nilai adalah
ulangan harian, ulangan tengah semester, tugas/pekerjaan rumah/PR, ulangan akhir
semester dan ulangan kenaikan kelas. Nilai rapor semester I diperoleh dari hasil
pengolahan dan analisis Ulhar, UTS, PR/tugas, UAS.
Pada dasarnya guru dalam menentukan nilai rapor dapat menggunakan berbagai
pormula antara lain;
 1. Nilai rapor semester I = Ulhar+UTS+Tugas+UAS
4
 2. Nilai rapor Semester I = Ulhar+UTS+Tugas+2(UAS)
5
Nilai rapor semester II diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis Ulhar, UTS,
PR/tugas, UAS. Pada dasarnya guru dalam menentukan nilai rapor dapat menggunakan
berbagai pormula antara lain;
 1. Nilai rapor semester II = Ulhar+UTS+Tugas+UKK
4
 2. Nilai rapor semester II = Ulhar+UTS+Tugas+2(UKK)
5
2. Penilaian Pengembangan Diri
Sesuai dengan SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/1993 dan No. 25 tahun
1993 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan Fungsional Guru dan angka kreditnya, salah
satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi/menilai program kegiatannya, maka
konselor dan guru Pembina ekstrakurikuler pun harus memberikan penilaian hasil
kegiatan/layanannya kepada peserta didik berkenaan dengan pengembangan diri
mereka. Penilaian pengembangan diri harus bersifat informative, diskriptif dan
kualitatif.
Penilaian dalam pengembangan diri berfungsi untuk mengetahui sejauh mana
efektifitas layanan program kegiatan tersebut selama ini. Penilaian dilakukan atas hasil
dan produk. Penilaian proses yaitu menilai sejauh mana rasa antosias peserta didik, dan
seberapa besar prosentase kehadiran mereka dalam mengikuti kegiatan, sedang
penilaian produk yaitu menilai sejauh mana prestasi yang dicapainya.
Penilaian Pengembangan diri terdiri atas:
a. Penilaian Prilaku adalah rangkuman catatan konselor tentang perilaku peserta didik
yang menonjol, baik perilaku positif, meliputi; kerajinan, kedisiplinan, kesantunan,
kerapihan,keaktifan dan tanggungjawab. Metode penilaian adalah pengamatan yang
dilakukan oleh guru-guru terkait dengan kegiatan sehari-hari peserta didik, baik
dalam kegiatan belajar mengajar atau pengembangan diri, dikordinir oleh konselor.
Penilaian perilaku bersifat kualitatif dan diskriptif, ditujukan untuk pengembangan,
bukan untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan. Cacatan pengamatan
konselor/guru terkait tentang peserta didik dirangkum, kemudian didiskripsikan
dengan bahasa “konseling”, tujuannya untuk memotivasi peserta didik agar menjadi
lebih dan atau lebih berkembang.

b. Penilaian Kegiatan ekstrakurikuler


Penilaian kegiatan ekstra kurikuler ditentukan dengan jumlah dan jenis kompetensi
dasar yang harus dicapai peserta didik untuk criteria tertentu. Guru Pembina ekstra
kurikuler membuat rencana penilaian dengan mengklasifikasikan jenis kompetensi
dasar yang harus dicapai, lalu dibuat criteria penilaiannya sebagai berikut:
a. Kriteria A, untuk peserta didik yang mencapai kompetensi tingkat mahir,
dengan rentang nilai 80 – 100.
b. Kriteria B, untuk peserta ddik yang mencapai tingkat madya, dengan rentang
nilai 70 – 79.
c. Kriteria C, untuk peserta didik yang mencapai tingkat dasar, dengan rentang
nilai, 60 – 69.
d. Kriteria D, untuk peserta didik yang belum mencapai kompetensi, dengan
rentang < 59.
Guru Pembina ekstra kurikuler harus menentukan jenis kompetensi dasar mana saja
yang termasuk criteria: A, B, C, atau D.
6. Kriteria Kenaikan dan Kelulusan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran. Kriteria kenaikan kelas
diatur oleh sekolah berpedoman pada penilaian berbasis kelas.
a. Kenaikan Kelas
1) Kriteria kenaikan kelas.
a) Mengikuti belajar atau tatap muka sekurang-kurangnya 90 %
b) Memperoleh nilai ≥ (6,50 – 10,00) pada kelompok mata pelajaran Agama
dan aqlak mulia.
c) Memperoleh nilai semua mata pelajaran kecuali kelompok mata pelajaran
Agama dan aqlak mulia, ≥ KKm yang ditetapkan oleh sekolah.
d) Memperoleh nilai pengembangan diri rata-rata ≥ baik
2) Penentuan Kenaikan kelas
Penentuan siswa yang naik kelas dilakukan oleh sekolah dalam suatu rapat dewan guru
dengan mempertimbangkan prestasi belajar pada semester II.

a) Siswa dinyatakan naik kelas apabila memenuhi kriteria kenaikan kelas yang
ditetapkan sekolah.
b) Siswa yang tidak memenuhi criteria kenaikan kelas dinyatakan tidak naik
kelas.
c) Siswa yang dinyatakan tidak naik kelas dapat mengulang di kelas yang
sama pada tahun pelajaran berikutnya.
d) kenaikan kelas juga mempertimbangkan kehadiran di kelas mencapai
minimal 75%.
e) Berkelakuan baik selama menjadi siswa dikelas tersebut.
f) Mendapatkan nilai seluruh mata pelajaran.
g) Tidak terdapat nilai kurang dari KKM minimal 2 mata pelajaran dan jumlah
nilai tidak boleh dibawah rata-rata 6
h) Mata Pelajaran yang tidak boleh kurang dari KKM yaitu ; Agama, Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPA

b. Kriteria Penetapan Kelulusan SD Negeri Kampungsawah 01


1) Kriteria kelulusan Ujian Akhir sekolah Berstandar Nasional (UASBN).
Berdasarkan Peraturan Pemeintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan BAB X:
a) Pasal 63 ayat (1) Menyatakan: penilaian Pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah terdiri atas :
 Penilaian hasil belajar oleh pendidik
 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
 Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
b) Pasal 70 ayat (1) menyatakan bahwa: Pada jenjang SD/MI/SDLB atau bentuk
yang sederajat, ujian Nasional mencakup Mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, dan IPA.
c) Pasal 71, menyatakan: Kriteria kelulusan ujian nasional dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan peraturan Menteri, mencakup:
 Nilai minimal batas lulus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika,
dan Ilmu Pengetahuan Alam;
 Nilai rata-rata minimal batas lulus UASBN, dan
 Sebagai salah satu penentuan kelulusan peserta UASBN/US
Nilai SD
Bahasa Indonesia Matematika IPA
3,5 3,5 3,5

2) Kriteria Kelulusan Ujian Sekolah (US)


Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Yahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, BAB X :
a) Pasal 63 ayat (1) menyatakan; penilaian pendidikan pada jenjang
Pendidikan dasar dan Menengah terdiri atas;
 Penilaian hasil belajar oleh Pendidik
 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan.
 Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
b) Pasal 65 ayat (1) Menyatakan bahwa: penilaian oleh satuan pendidikan
bertujuan menilai pencapaian Standar Kompetensi lulusan untuk semua
Mata pelajaran.
c) Pasal 65 ayat (2) menyatakan penilaian hasil belajar semua mata pelajaran
pada kelompok mata pelajaran agama dan aqlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik.
d) Pasal 65 ayat (4) menyatakan penilaian hasil belajar semua mata pelajaran
pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian
sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan.
e) Pasal 65 ayat (6) Menyatakan ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian
sekolah/madrasah diatur dengan peraturan Menteri atas usul BSNP.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 menetapkan
Kriteria Kelulusan Ujian Sekolah Tahun pelajaran 2019/2020:
1) Nilai minimal batas lulus untuk setiap mata pelajaran yang diujikan sekolah baik
ujian tertulis maupun praktik, mengacu pada KKM sekolah.
2) Nilai rata-rata minimal/batas lulus UAS, dan Sebagai salah satu penentuan kelulusan
peserta USBN/USM
NO Mata Pelajaran Nilai SD
1 Agama 72
2 Pendidikan Kewarganegaraan 67
3 Bahasa Indonesia 67
4 Matematika 64
5 IPA 62
6 IPS 61
7 PJOK 72
8 SBK 64
9 Bahasa Sunda 62
10 Bahasa Inggris 62

3) Penentuan Kelulusan Peserta Didik


Berdasarkan Permendiknas RI No. 19 Tahun 2005, tentang standar Nasional
Pendidikan, pasal 72 ayat (1) dan (2) mengatur kelulusan peserta didik.
a) Kelulusan Peserta didik ditetapkan melalui rapat dewan guru SD Negeri Ciaruteun
Ilir 04dengan kriteria yang ditetapkan Menteri.
b) Peserta didik dinyatakan lulus dari SD Negeri Ciaruteun Ilir 04setelah memenuhi
persyaratan berikut:
- Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
- Memperoleh nilai minimal sesuai KKM yang ditentukan oleh sekolah,pada
penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran agama dan aqlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
- Lulus Ujian Sekolah untuk kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan
Teknologi.
- Lulus Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN/USM)
- Siswa yang dinyatakan lulus diberikan Ijazah, Surat Keterangan Hasil Ujian
Sekolah Berstandar Nasional (SKHU USBN/USM), dan rapor.
- Peserta Ujian dinyatakan tidak lulus jika memperoleh hasil penilaian tidak
mencapai Kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh Sekolah.
- Siswa yang tidak lulus dapat mengulang kelas yang sama pada tahun berikutnya.

- Nilai hasil ujian akhir sekolah baik praktek maupun tertulis setiap mata pelajaran
sekurang-kurangnya ... untuk setiap mata pelajaran yang diujikan dengan rata-
rata nilai ujian rata-rata minimal ...

- Berbudi pekerti baik sesuai dengan penilaian sekolah.

- Menguasai baca tulis Al’Qur’an bagi yang beragama Islam


1.Remidial dan Pengayaan
Remidial adalah bentuk program yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa yang
belum mencapai KKM masing-masing kompetensi dasar. Remidial dilaksanakan
setelah siswa melaksanakan ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan
umum. Bagi siswa yang belum mencapai KKM di tingkat ulangan tersebut maka siswa
wajib mengikuti program remidial yang telah dibuat oleh guru. Pengayaan adalah suatu
program yang dilakukan oleh guru untuk memberikan layanan terhadap siswa yang
memiliki nilai mencapai KKM ke atas maksimal 90%
2. Mutasi
SD Negeri Ciaruteun Ilir 04 Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor
menentukan persyaratan pindah /mutasi peserta didik sesuai dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah, melalui suatu mekanisme yang obyektif dan transparan antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Memenuhi persyaratan yang ditentukan


1) Surat permohonan orang tua yang bersangkutan
2) Memiliki Laporan Hasil belajar (Rapor) dengan nilai dan KKM lengkap
dari sekolah asal
3) Nilai Prestasi siswa minimal sama dengan KKM SD Negeri Ciaruteun Ilir
04 Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor
4) Memilki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)
5) Memiliki surat pindah dari sekolah asal
b. Mengikuti seleksi masuk dengan tes stantar SD Negeri Ciaruteun Ilir 04
hasilnya diumumkan secara terbuka.
c. Masih tersedianya bangku kosong di kelas yang dituju.

7. Pendidikan Kecakapan Hidup

A. Latar Belakang

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan


pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal
ini berdampak pada sistem penyelenggaraan pendidikan dari sentralistik menuju desentralistik.
Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu substansi yang didesentralisasi adalah kurikulum.
Lebih lanjut Pasal 36 ayat (1) dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Sekolah harus menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan silabusnya dengan cara
melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Untuk
itu, sekolah/daerah harus mempersiapkan secara matang, karena sebagian besar kebijakan yang
berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh
sekolah/daerah. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP (Pasal 16 ayat 1).
Lebih lanjut dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa “kurikulum
untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, SMA/MA/SMALB atau bentuk lain
yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan
kecakapan hidup”. Ayat (2) pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksudkan pada ayat
(1) mencakup kecakapan personal (pribadi), kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan
kecakapan vokasional. Sementara dalam panduan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP,
kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/SMAK dapat
memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Atas dasar itu, baik sekolah formal maupun non-
formal memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran berorientasi kecakapan
hidup.
Konsep kecakapan hidup sejak lama menjadi perhatian para ahli dalam pengembangan
kurikulum. Tyler (1947) dan Taba (1962) misalnya, mengemukakan bahwa kecakapan hidup
merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum pendidikan yang
menekankan pada kecakapan hidup dan bekerja. Pengembangan kecakapan hidup itu
mengedepankan aspek-aspek berikut: (1) kemampuan yang relevan untuk dikuasai peserta
didik, (2) materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, (3) kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik untuk mencapai kompetensi, (4) fasilitas, alat dan
sumber belajar yang memadai, dan (5) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan dalam
kehidupan peserta didik. Kecakapan hidup akan memiliki makna yang luas apabila kegiatan
pembelajaran yang dirancang memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam membantu
memecahkan problematika kehidupannya, serta mengatasi problematika hidup dan kehidupan
yang dihadapi secara proaktif dan reaktif guna menemukan solusi dari permasalahannya.
Berdasarkan pernyataan di atas, sekolah/daerah memiliki kewenangan yang luas untuk
mengembangkan dan menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kondisi peserta didik,
keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan daerah. Berkenaan dengan itu, Indonesia yang terdiri
dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat,
tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang
memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa. Keanekaragaman harus selalu dilestarikan dan
dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya
pendidikan kecakapan hidup. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada
peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungan kehidupan
peserta didik. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk
menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk
meningkatkan kompetensi peserta didik.
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program pendidikan kecakapan
hidup dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dilandasi kenyataan
bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetapi juga pada
pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam
kehidupan peserta didik. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian
dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan kecakapan hidup di sekolah perlu
memberikan wawasan yang luas pada peserta didik mengenai keterampilan-keterampilan
tertentu yang berkaitan dengan pengalaman peserta didik dalam keseharian pada
lingkungannya. Untuk memudahkan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup
diperlukan adanya model pengembangan yang bersifat umum untuk membantu guru/sekolah
dalam mengembangkan muatan kecakapan hidup dalam proses pembelajaran. Pendidikan
kecakapan hidup bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan terintegrasi
melalui matapelajaran-matapelajaran, sehingga pedidikan kecapakan hidup dapat merupakan
bagian dari semua mata pelajaran yang ada.
Di samping itu perlu kesadaran bersama bahwa peningkatan mutu pendidikan
merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia, baik sebagai pribadi
maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa, dan pemerataan daya tampung pendidikan
harus disertai dengan pemerataan mutu pendidikan sehingga mampu menjangkau seluruh
masyarakat. Oleh kerenanya pendidikan harus dapat mengembangkan potensi peserta didik
agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa merasa tertekan, mau dan mampu, serta
senang mengembangkan diri untuk menjadi manusia unggul. Pendidikan juga diharapkan
mampu mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri, sambil meningkatkan
hubungan dengan Tuhan YME, masyarakat, dan lingkungannya. Dengan demikian jelas bahwa
perlu dirancang suatu model pendidikan kecakapan hidup untuk membantu guru/sekolah dalam
membekali peserta didik dengan berbagai kecakapan hidup, yang secara integratif memadukan
potensi generik dan spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema hidup peserta didik
dalam kehidupan di masyarakat dan lingkungannya baik secara lokal maupun global. Panduan
ini merupakan suatu model atau contoh yang dapat digunakan sebagai acuan sekolah atau guru
dalam mengembangkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup sesuai dengan situasi dan
kondisi sekolah bersangkutan.

B. Tujuan
Tujuan dari pendidikan kecakapan hidup terdiri atas, tujuan umum dan tujuan khusus.
Secara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan
fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya di masa
mendatang. Secara khusus bertujuan untuk:
1. mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan
problema yang dihadapi, misalnya: masalah narkoba, lingkungan sosial, dsb
2. memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik
3. memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
4. memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang
fleksibel dan kontekstual
5. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi
peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah
C. Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam mengembangkan
kurikulum kecakapan hidup adalah sebagai berikut.
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 36 ayat (1, 2,
danpasal 38 ayat (2)
2. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
3. PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 13 ayat (1, 2, 3, dan 4)
4. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
5. Panduan Pengembangan KTSP oleh BSNP

D. Ruang Lingkup
Lingkup pengembangan model pendidikan kecakapan hidup ini mencakup jenjang
pendidikan dasar dan menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB/SMK/SMAK).
Pengertian Dan Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup
A. Pengertian
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup
bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang
lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan
atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan
mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik,
dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan
pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok
maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989)
mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari
berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri.
Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu
(vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional
seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah,
mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi
(Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan
kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik dalam
mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut
aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan
kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu
menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Pendidikan kecakapan
hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam
prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran
yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan
keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal
dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut
menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri
sendiri.

B. Konsep
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
a) Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan
b) Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan
hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial
(social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self
awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada
dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya
sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir mencakup
antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil
keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan
sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan
bekerjasama (collaboration skill).
Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan
tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau
kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan
akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja
intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih
memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan
vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus
(occupational skill).
Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk
menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan
menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi
peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema
hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun
sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka ketergantungan terhadap
ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berakibat pada meningkatnya angka
pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat
secara bertahap. (Depdiknas, diolah)

Konsep kecakapan hidup sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat diilustrasikan


sebagai berikut:

Pola Pengembangan Desain ProgramPendidikan Kecakapan Hidup


A. Kedudukan Kecakapan Hidup dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Konsep pendidikan kecakapan hidup atau life skill education dalam kurun waktu 3-4 tahun
menjadi wacana yang gencar dikumandangkan jajaran Departemen Pendidikan Nasional
yang bahkan sampai hari ini telah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan. Tidak kalah pentingnya, dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) secara tersirat telah mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada
pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik. Hal ini diperkuat dengan terbitnya
PP nomor 19 Tahun 2005 Pasal 13 dan Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang dikeluarkan oleh BSNP, bahwa pada tingkat pendidikan dasar dan menengah
atau sederajat dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Baik PP maupun dalam
panduan BSNP tersebut tidak memberikan ketegasan bahwa sekolah diharuskan
memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Namun demikian, apabila sekolah akan
mengimplementasikan pendidikan kecakapan hidup dalam proses pembelajaran, hal ini
berimplikasi terhadap perlunya sekolah menyiapkan seperangkat pendukung pelaksanaan
pembelajaran yang mengembangkan kegiatan-kegiatan yang berorientasi kepada
kecakapan hidup.
Pengembangan tersebut menyangkut pengembagan dimensi manusia seutuhnya yaitu pada
aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan
budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan pengembangan
kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk
bertahan hidup serta menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan. Oleh karena itu,
pendidikan kecakapan hidup dalam KTSP terintegrasi melalui kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang ada pada setiap mata pelajaran, sehingga tidak berdampak pada alokasi
waktu yang ditetapkan.

C. Pendidikan Kecakapan Hidup dan Standar Isi


Pendidikan kecakapan hidup sudah menjadi suatu kebijakan seiring dengan berlakunya
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Standar isi dan standar kompetensi
lulusan tersebut menjadi acuan daerah/sekolah dalam mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada masing-masing jenjang pendidikan. Oleh
karena itu, pengembangan kecakapan hidup dengan sendirinya harus mengacu kepada
standar-standar yang telah ditetapkan pemerintah. Standar isi dan standar kompetensi
lulusan merupakan salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan. Standar isi
terdiri dari: ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan.
Dokumen standar isi mencakup: (1) kerangka dasar kurikulum, (2) struktur kurikulum,
(3) standar kompetensi dan kompetensi dasar, (4) beban belajar, dan (5) kalender
pendidikan.
Muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum adalah: pendidikan agama;
pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu
pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan;
keterampilan/kejuruan; muatan lokal; dan pengembangan diri. Masing-masing muatan
memiliki tujuan pendidikan yang berbeda dan berpeluang untuk memasukkan
kecakapan hidup secara terintegratif. Berikut ini disajikan format tabel analisis untuk
mengintegrasikan kecakapan hidup dalam materi muatan wajib yang mengacu pada
tujuan pendidikan.

Kecakapan Personal Kecakapan Sosial Kecakapan Akademik Kecakapan


Vokasional
1 Pendidikan agama Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME
2 Pendidikan Kewargane-garaan Membentuk peserta didik menjadi warga negara yang
memiliki wawasan dan rasa kebersamaan, cinta tanah air, serta bersikap dan berperilaku
demokratis
3 Bahasa Membentuk peserta didik mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan
4 Matematika Mengembangkan logika dan kemampuan berpikir peserta didik
5 Ilmu Pengetahuan Alam Mengembangkan pengetahuan, dan kemampuan analisis
peserta didik terhadap lingkungan alam dan sekitarnya
6 Ilmu Pengetahuan Sosial Mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat
7 Seni dan Budaya Membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa seni dan pemahaman budaya
8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Membentuk karakter peserta didik agar
sehat jasmani dan rohani, serta menumbuhkan rasa sportivitas
9 Keterampilan/Bahasa Asing/TIK Membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memilikiketerampilan
10 Muatan Lokal Membentuk pemahaman terhadap potensi sesuai dengan ciri khas di
daerah tempat tinggalnya
11 Pengembangan Diri Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat
D. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sangat ditentukan oleh
program/rancangan yang disusun sekolah dan kreativitas guru dalam merumuskan dan
menentukan metode pembelajarannya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
penyusunan program pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
2. Mengidentifikasi bahan kajian/materi pembelajaran
3. Mengembangkan indikator
4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bermuatan kecakapan hidup
5. Menentukan bahan/alat/sumber yang digunakan
6. Mengembangkan alat penilaian yang sesuai dengan aspek kecakapan hidup

E. Prinsip-prinsip Pengembangan Model Kecakapan Hidup


Pendidikan kecakapan hidup dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal
berikut:

1. Pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh baik keimanan, ketaqwaan, dan
akhlak mulia
2. Mengakomodasi semua mata pelajaran untuk dapat menunjang peningkatan iman
dan takwa serta akhlak mulia, serta meningkatkan toleransi dan kerukunan antar
umat beragama dengan mempertimbangkan norma-norma agama yang berlaku
3. Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat dan bakat, kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya
4. Sesuai tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan
Program kecakapan hidup hendaknya memungkinkan untuk membekali peserta
didik dalam memasuki dunia kerja/usaha serta relevan dengan kebutuhan
kehidupan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
5. Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan mencakup: kecakapan personal,
sosial, akademis, dan vokasional
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7. Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

E. Pengembangan Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pembelajaran/bahan kajian, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk proses penilaian. Dalam mengembangkan silabus dan perangkat lainnya mengacu
pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP. Langkah-langkah pengembangan silabus
secara umum mencakup:
1. Menentukan standar kompetensi
2. Menentukan kompetensi dasar
3. Mengembangkan indikator, sebagai penjabaran dari SK dan KD
4. Menentukan materi pembelajaran
5. Merumuskan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berorientasi
kecakapan hidup
6. Mempertimbangkan alokasi waktu
7. Menentukan media/alat/sumber/bahan yang sesuai
8. Menentukan jenis dan bentuk penilaian

Uraian masing-masing langkah dalam pengembangan silabus adalah sebagai berikut:


a. Menentukan Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai. Standar kompetensi yang dipilih atau digunakan sesuai dengan yang terdapat
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran. Sebelum menentukan
atau memilih standar kompetensi, terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan


materi;
2) keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
3) keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

b. Menentukan Kompetensi Dasar


Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator
kompetensi. Kompetensi dasar yang digunakan atau dipilih sesuai dengan yang
tercantum dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran.
Sebelum menentukan atau memilih kompetensi dasar, terlebih dahulu mengkaji
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitanmateri;
2) keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
matapelajaran;
3) keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
c. Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-
tanda, perbuatan dan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta
didik. Indikator dirumuskan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi
peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau
dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar dalam menyusun alat
penilaian. Kriteria merumuskan indikator:
1) sesuai tingkat perkembangan berpikir peserta didik.
2) berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
3) memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari
4) harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik secara utuh
[kognitif (pengetahuan dan pengembangan konsep), afektif (sikap), dan
psikomotor (keterampilan)
5) memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan
6) dapat diukur/dapat dikuantifikasi
7) memperhatikan ketercapaian standar lulusan secara nasional
8) berisi kata kerja operasional
9) tidak mengandung pengertian ganda (ambigu)

d. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran


Dalam mengidentifikasi materi pembelajaran harus mempertimbangkan:
1) tingkat perkembangan fisik
2) tingkat perkembangan intelektual
3) tingkat perkembangan emosional
4) tingkat perkembangan sosial
5) tingkat perkembangan spritual
6) nilai guna dan manfaat
7) struktur keilmuan
8) kedalaman dan keluasan materi
9) relevansi dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungan
10) alokasi waktu
Selain itu juga harus memperhatikan beberapa hal berikut:
1 validitas materi; artinya materi harus teruji kebenaran dan kesahihannya
2 tingkat kepentingan; materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan oleh
peserta didik
3 kebermanfaatan : materi memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada
jenjang berikutnya
4 layak dipelajari : materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek
pemanfaatan bahan ajar
5 menarik minat (interest): materinya menarik minat peserta didik dan memotivasinya
untuk mempelajari lebih lanjut

e. Mengembangkan Kegiatan pembelajaran


Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan
peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Kriteria dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1) kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum
2) kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi
dasar secara utuh
3) kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar
4) kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered)
5) mengandung kegiatan-kegiatan yang mendorong peserta didik mencapai
kompetensi
6) materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
7) perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas materi/konten yang ingin
dikuasai peserta didik
8) penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-
materi yang memerlukan prasyarat tertentu
9) pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat spiral (mudah-sukar;
konkret-abstrak; dekat-jauh) dan juga memerlukan urutan pembelajaran yang
terstruktur
10) rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembelajaran
peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi

Dalam memilih kegiatan peserta didik perlu mempertimbangkan hal-hal


sebagai berikut:
• memberikan peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah dan
menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru
• mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran.
• disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sumber belajar dan sarana
yang tersedia
• bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu atau perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal
• memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik
seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi
dan budaya serta masalah khusus yang dihadapi peserta didik yang
bersangkutan.

f. Menentukan Jenis dan Bentuk Penilaian


1. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Kriteria penilaian:
2. penulisan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai
sehingga memudahkan dalam pembuatan soal-soalnya
3. penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
4. penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
5. sistem penilaian yang berkelanjutan, artinya semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah
dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
6. hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa
program remedi. Apabila peserta didik belum menguasai suatu kompetensi
dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi (remedial), sedang bila
telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas pengayaan.
7. dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi penilaian
dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan
menggunakan teknik penilaian yang tepat
8. penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran:
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan berbagai model
penilaian, formal dan tidak formal secara berkesinambungan.
9. penilaian merupakan suatu proses pengumpulan pelajaran dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip
penilaian berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik.
10. penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil
belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar
peserta didik.
11. penilaian berorientasi pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator Dengan demikian hasil penilaian akan memberikan gambaran
mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
12. penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus-
menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan
penguasaan kompetensi oleh peserta didik, baik sebagai efek langsung (main
effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
13. sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.
g. Mempertimbangkan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian satu kompetensi
dasar, dengan memperhatikan:
1) minggu efektif per semester
2) alokasi waktu per mata pelajaran
3) jumlah kompetensi per semester
Apabila pendidikan kecakapan hidup dilakukan secara terintegrasi dengan
mata pelajaran.
h. Menentukan Sumber/Bahan/Alat/Media
1) Sumber
Merupakan rujukan, referensi atau literatur yang digunakan dalam penyusunan
silabus atau pembelajaran.
2) Bahan
Bahan adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses praktikum atau
pembelajaran lain, misalnya: milimeter blok, benang, daun, kertas, tanah liat,
glukosa, dan bahan lain yang relevan
3) Alat/Media
Alat/media adalah segala sesuatu yang digunakan dalam proses pembelajaran
baik melalui praktikum maupun pembelajaran lainnya, misalnya: slide, alat
bantu belajar, mikroskop, gelas ukur, globe, harmonika, matras, dan sebagainya.

Dalam implementasinya, silabus perlu dijabarkan dalam rencana pelaksanaan


pembelajaran. Oleh karena itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara
berkelanjutan dengan memperhatikan masukan dari evaluasi hasil belajar, evaluasi
proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Pada intinya pendidikan kecakapan hidup membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk
dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, serta
memecahkannya secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukanlah mata pelajaran,
sehingga dalam pelaksanaannya tidak perlu merubah kurikulum dan menciptakan mata
pelajaran baru. Yang diperlukan disini adalah mereorientasi pendidikan dari mata
pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan hidup melalui pengintegrasian kegiatan-
kegiatan yang pada prinsipnya membekali peserta didik terhadap kemampuan-
kemampuan tertentu agar dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian peserta didik.
Pemahaman ini memberikan arti bahwa mata pelajaran dipahami sebagai alat dan bukan
tujuan untuk mengembangkan kecakapan hidup yang nantinya akan digunakan oleh
peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata. Prinsip-prinsip pelaksanaan
pendidikan kecakapan hidup sebagai berikut:
1. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku
2. Tidak mengubah kurikulum yang berlaku
3. Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar untuk tahu, belajar
menjadi diri sendiri, belajar untuk melakukan, dan belajar untuk mencapai
kehidupan bersama
4. Belajar konstekstual (mengkaitkan dengan kehidupan nyata) dengan menggunakan
potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan
5. Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas wawasan
dan pengetahuan, dan memiliki akses untuk memenuhi standar hidup secara layak.

A. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup


Keempat dimensi kecakapan hidup secara berkelanjutan harus dimiliki oleh
peserta didik sejak TK hingga sekolah menengah, dan bahkan perguruan tinggi
sekalipun. Akan tetapi dalam praktik pengembangannya, penekanan pendidikan
kecakapan hidup tetap mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik
sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan. Kecakapan hidup pada TK dan
sekolah dasar (SD) berbeda dengan sekolah menengah pertama (SMP),
demikian pula kecakapan hidup pada sekolah menengah pertama berbeda
dengan sekolah menengah atas (SMA), bergantung kepada tingkat
perkembagan psikologis dan fisiologis peserta didik. Gambar berikut ini
merupakan contoh dominasi pendidikan kecakapan hidup pada jenis/jenjang
pendidikan TK/SD/ SMP, SMA, dan SMK.

B. Pendidikan Kecakapan Hidup di Tiap Jenjang Pendidikan


Peningkatan mutu pendidikan merupakan sebuah komitmen bersama yang
harus dipegang teguh. Oleh karena itu, pendidikan kecakapan hidup sebagai
salah satu upaya dalam melahirkan generasi yang bukan hanya mampu hidup
tetapi juga mampu bertahan hidup, dan bahkan dapat unggul (excel) dalam
kehidupan dikemudian hari. Contoh dominasi pendidikan kecakapan hidup
sebagaimana dipaparkan dalam gambar di atas, memperlihatkan bahwa
pendidikan kecapakan hidup pada jenjang TK/SD/SMP lebih menekankan
kepada kecakapan hidup umum (generic life skill), yaitu mencakup aspek
kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill). Hal ini
memberikan gambaran bahwa untuk jenjang yang lebih rendah lebih
berorientasi pada kecakapan hidup yang bersifat dasar/umum sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Bukan berarti bahwa pada jenjang ini tidak perlu
dikembangkan kecakapan hidup spesifik (specific life skill), yakni kecakapan
akademik dan vokasional, akan tetapi apabila dikembangkan maka baru pada
tataran awal, misalnya berpikir kritis dan rasional, menumbuhkan sikap jujur
dan toleransi.
Aspek dasar yang harus dimiliki peserta didik pada jenjang pendidikan
TK/SD/SMP adalah kecakapan personal dan sosial yang sering disebut sebagai
kecakapan generik (generic life skill). Proses pembelajaran dengan pembenahan
aspek personal dan sosial merupakan prasyarat yang harus diupayakan
berlangsung pada jenjang ini. Peserta didik pada usia TK/SD/SMP tidak hanya
membutuhkan kecakapan membaca-membaca-berhitung, melainkan juga butuh
suatu kecakapan lain yang mengajaknya untuk cakap bernalar dan memahami
kehidupan secara arif, sehingga pada masanya peserta didik dapat berkembang,
kreatif, produktif, kritis, jujur untuk menjadi manusia-manusia yang unggul dan
pekerja keras. Pendidikan kecakapan hidup pada jenjang ini lebih menekankan
kepada pembelajaran akhlak sebagai dasar pembentukan nilai-nilai dasar
kebajikan (basic goodness), seperti: kejujuran, kebaikan, kepatuhan, keadilan,
etos kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta
kemampuan bersosialisasi.

a. Kecakapan personal (personal skill)


Kecapakan personal mencakup kesadaran diri dan berpikir rasional. Kesadaran diri
merupakan tuntutan mendasar bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya di masa mendatang. Kesadaran diri dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) kesadaran
akan eksistensi diri sebagai makhluk Tuhan YME, makhluk sosial, dan makhluk
lingkungan, dan (2) kesadaran akan potensi diri dan dorongan untuk
mengembangkannya.(Dikdasmen,2004diolah).
(1) Kesadaran diri difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk melihat sendiri
potretdirinya
Pada tataran yang lebih rendah peserta didik akan melihat dirinya dalam hubungannya
dengan lingkungan keluarga, kebiasaannya, kegemarannya, dan sebagainya. Pada
tataran yang lebih tinggi, peserta didik akan semakin memahami posisi drinya di
lingkungan kelasnya, sekolahnya, desanya, kotanya, dan seterusnya,
minat,bakat,dansebagainya.
(2) Kecakapan berpikir merupakan kecakapan dalam menggunakan rasio atau pikiran.
Kecakapan ini meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, dan
mengambil keputusan secara cerdas, serta mampu memecahkan masalah secara tepat
dan baik. Pada jenjang pendidikan menengah (SMP dan SMA) ketiga kecakapan
tersebut jauh lebih kompleks ketimbang dengan tingkat sekolah dasar (SD).
Sebagaimana diketahui bahwa dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK),
kemampuan berpikir mengambil keputusan secara cerdas dan memecahkan masalah
secara baik dan tepat menjadi isue utama dalam pembelajaran kecakapan hidup pada
peserta didik sekolah menengah (Wasino 2004, diolah).

b. Kecakapan sosial (social skill)


Kecakapan sosial dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu (1) kecakapan
berkomunikasi, dan (2) kecakapan bekerjasama
(1) Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan berkomunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tulisan.
Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat tempat tinggal maupun
tempat kerja, peserta didik sangat memerlukan kecakapan berkomunikasi baik
secara lisan maupun tulisan. Dalam realitasnya, komunikasi lisan ternyata tidak
mudah dilakukan. Seringkali orang tidak dapat menerima pendapat lawan
bicaranya, bukan karena isi atau gagasannya tetapi karena cara penyampaiannya
yang kurang berkenan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan bagaimana
memilih kata dan cara menyampaikan agar mudah dimengerti oleh lawan
bicaranya. Karena komunikasi secara lisan adalah sangat penting, maka perlu
ditumbuhkembangkan sejak dini kepada peserta didik. Lain halnya dengan
komunikasi secara tertulis. Dalam hal ini diperlukan kecakapan bagaimana cara
menyampaikan pesan secara tertulis dengan pilihan kalimat, kata-kata, tata
bahasa, dan aturan lainnya agar mudah dipahami orang atau pembaca lain.
(2) Kecakapan bekerjasama
Bekerja dalam kelompok atau tim merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
dielakkan sepanjang manusia hidup. Salah satu hal yang diperlukan untuk
bekerja dalam kelompok adalah adanya kerjasama. Kemampuan bekerjasama
perlu dikembangkan agar peserta didik terbiasa memecahkan masalah yang
sifatnya agak kompleks. Kerjasama yang dimaksudkan adalah bekerjasama
adanya saling pengertian dan membantu antar sesama untuk mencapai tujuan
yang baik, hal ini agar peserta didik terbiasa dan dapat membangun semangat
komunitas yang harmonis.
(3) Kecakapan akademik (academic skill)
Kecakapan akademik seringkali disebut juga kecakapan intelektual atau
kemampuan berpikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari
kecakapan berpikir secara umum, namun mengarah kepada kegiatan yang
bersifat keilmuan. Kecakapan ini mencakup antara lain kecakapan
mengidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan suatu fenomena tertentu,
merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan penelitian. Untuk
membangun kecakapan-kecakapan tersebut diperlukan pula sikap ilmiah, kritis,
obyektif, dan transparan.

(4) Kecakapan vokasional (vocational skill)


Kecakapan ini seringkali disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya suatu
kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di
masyarakat atau lingkungan peserta didik. Kecakapan vokasional lebih cocok
untuk peserta didik yang menekuni pekerjaan yang mengandalkan keterampilan
psikomotorik daripada kecakapan berpikir ilmiah. Namun bukan berarti peserta
didik tidak layak untuk menekuni bidang kejuruan seperti ini. Misalnya
merangkai dan mengoperasikan komputer. Kecakapan vokasional memiliki dua
bagian, yaitu: kecakapan vokasional dasar dan kecakapan vokasional khusus
yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan tertentu seperti halnya pada peserta
didik dalam Kecakapan dasar vokasional bertalian dengan bagaimana peserta
didik menggunakan alat sederhana, misalnya: obeng, palu, dsb; melakukan
gerak dasar, dan membaca gambar sederhana. Kecakapan ini terkait dengan
sikap taat asas, presisi, akurasi, dan tepat waktu yang mengarah kepada perilaku
produktif. Sedangkan vokasional khusus hanya diperlukan bagi mereka yang
akan menekuni pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Misalnya pekerja
montir, apoteker, tukang, tehnisi, atau meramu menu bagi yang menekuni
pekerjaan tata boga, dan sebagainya.

C. Penekanan Pendidikan Kecakapan Hidup di Tiap Jenjang Pendidikan


Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup yang diberikan
sampai dengan jenjang sekolah menengah lebih berorientasi pada upaya
mempersiapkan peserta didik menghadapi era informasi dan era globalisasi. Pada
intinya pendidikan kecakapan hidup ini membantu dan membekali peserta didik
dalam pengembangan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri,
berani menghadapi problema kehidupan, serta mampu memecahkan persoalan
secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukan mata pelajaran baru, akan tetapi
sebagai alat dan bukan sebagai tujuan. Penerapan konsep pendidikan kecakapan
hidup terkait dengan kondisi peserta didik dan lingkungannya seperti substansi
yang dipelajari, karakter peserta didik, kondisi sekolah dan lingkungannya.
Lebih lanjut penekanan pembelajaran kecakapan hidup pada masing-masing
jenjang dapat digambarkan sebagai berikut
Pendidikan kecakapan hidup bukan sebagai mata pelajaran melainkan bagian dari
materi pendidikan yang terintegrasi dalam mata pelajaran. Perangkat pembelajaran
untuk semua jenis baik mata pelajaran maupun jenjang pendidikan yang
mengintegrasikan kecakapan hidup, dirancang/disusun secara kontekstual,
sebagaimana digambarkan dalam ilustrasi berikut ini.

D. Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup


Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup terintegrasi dengan beragam mata
pelajaran yang ada di semua jenis dan jenjang pendidikan. Misalnya pada mata
pelajaran Matematika yang mengintegrasikan pendidikan kecakapan hidup di
dalamnya, selain mengajarkan peserta didik agar pandai matematika, juga pandai
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti: membaca data,
menganalisis data, membuat kesimpulan, mempelajari ilmu lain, dan sebagainya.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menjabarkan kecakapan hidup yang
terintegrasi dalam mata pelajaran, antara lain:
a. melakukan identifikasi unsur kecakapan hidup yang dikembangkan dalam
kehidupan nyata yang dituangkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran
b. melakukan identifikasi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
mendukung kecakapan hidup
c. mengklasifikasi dalam bentuk topik/tema dari mata pelajaran yang sesuai
dengan kecakapan hidup
d. menentukan metode pembelajaran
e. merancang bentuk dan jenis penilaian

SD Negeri Cidokom 01Kabupaten Bogor memberikan pendidikan kecakapan


hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik
dan kecakapan vokasional, secara terpadu dan merupakan bagian integral dari
pendidikan semua mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.

Pendidikan Kecakapan Hidup yang diselenggarakan pada jalur pendidikan non


formal merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan pendidikan non formal bagi
warga masyarakat yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan tertentu sesuai
bakat dan minatnya. Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki diharapkan dapat
membantu mewujudkan harapannya untuk berpenghasilan yang layak, baik dengan
bekerja maupun berusaha mandiri.
Pendidikan kecakapan hidup (life skills) dikembangkan dan dilaksanakan dalam
rangka memberikan pelayanan pendidikan yang merata dan bermutu serta relevan
bagi masyarakat yang tergolong kurang mampu agar mereka memiliki kecakapan
pribadi, sosial, akademik dan vokasional, sehingga dapat dijadikan bekal untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
Dalam upaya pemerataan dan perluasan akses terhadap program pendidikan
kecakapan hidup, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan
menyerahkan penyelenggaraan program kepada lembaga-lembaga pendidikan non
formal seperti Kursus, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Lembaga
Pengembangan Terpadu Masyarakat (LPTM), Yayasan bahkan Perusahaan (jasa
atau pabrikan) lembaga pemagangan kerja.
Selain dengan lembaga pendidikan non formal seperti dikemukakan di atas,
Direktorat Jenderal Pendidikan nonformal dan informal juga terus berupaya untuk
membangun dan mengembangkan kerjasama penyelenggaraan pendidikan
kecakapan hidup dengan lembaga pendidikan formal kejuruan seperti SMK dan
Politeknik yang menyelenggarakan community college.
Menyikapi upaya kerjasama dengan pendidikan formal, Balai Pengembangan
Pendidikan Nonformal dan Informal (BP-PNFI) Regional I pada tahun anggaran
2008 juga berupaya merintis kerjasama dengan SMK/Politeknik untuk
menyelenggarakan pendidikan kecakapan hidup bagi warga masyarakat yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan rencana penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup di
SMK/Politeknik yang memanfaatkan anggaran yang tersedia di DIPA BP-PNFI
Regional I tahun 2008 diperlukan adanya pedoman sebagai acuan bagi lembaga
penyelenggara dengan tetap berpedoman pada kebijakan Direktorat Jenderal
Pendidikan Nonformal dan Informal Depdiknas.

7. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

Secara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan


sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik
untuk menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus pendidikan yang
berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk: 1. mengaktualisasikan potensi
peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang
dihadapi; 2. merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan peserta didik
dalam menghadapi kehidupannya di masa datang; 3. memberikan kesempatan
kepada sekolah untuk pengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan
prinsip pendidikan berbasis luas, dan; 4. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada
di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Sementara itu,
buku ini ditulis dengan tujuan menjelaskan konsep pendidikan kecakapan hidup
(PKH///fe skill education) dan penerapannya pada tiap jenis dan jenjang pendidikan.
G. Manfaat Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup
bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan
problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga
masyarakat, maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor
ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan, yang
berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap. Buku singkat ini
diharapkan dapat dimanfaatkan, baik oleh kalangan pendidikan maupun masyarakat
luas sebagai panduan dalam memahami konsep kecakapan hidup dan
menerapkannya sesuai prinsip pendidikan berbasis luas. Sebagai suatu konsep,
pendidikan kecakapan hidup tentu terbuka dan memang akan terus berkembang,
namun dengan adanya buku ini, paling tidak semua pihak terkait dapat menyamakan
persepsi tentang apa itu kecakapan hidup, pendidikan kecakapan hidup, serta
pendidikan berbasis luas dan pendidikan berbasis masyarakat.
a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam
aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi,
ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik.
b. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian
dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan
lokal.
d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari
satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh
akreditasi.
Keterampilan lokal dan global SD Negeri Ciaruteun Ilir 04adalah mempromosikan
Home Industri alas kaki Sepatu dan Sandal

1. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global SD Negeri Ciaruteun Ilir


04

Kelas
Materi
Memperkenalkan Industri Alas Kaki
Memperkenalkan Industri Kreativ Alas Kaki
Memperkenalkan Industri Hand made Alas Kaki sebagai sebuah kerajian
Memperkenalkan Cara Pembuatan Alas Kaki
4, 5, 6
Memperkenalkan Cara Pemasasaran Alas Kaki
Memperkenalkan Cara Pendistribusian Alas Kaki
10.Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

1. Latar Belakang

Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajammasyarakat.


Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di
media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di
media masa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan,
dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa di
berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual,
perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn
politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di
media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif
penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya
pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat.

Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak


mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah
pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena
pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif
yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas
generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan
mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang
diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang
tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.

Kurikulum adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of education).


Oleh karena itu, sudah seharusnya kurikulum saat ini, memberikan perhatian yang
lebih besar pada pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan kurikulum
masa sebelumnya. Pendapat yang dikemukakan para pemuka masyarakat, ahli
pendidikan, para pemerhati pendidikan dan anggota masyarakat lainnya di berbagai
media massa, seminar, dan sarasehan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan
Nasional pada awal tahun 2010 menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat
yang kuat akan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Apalagi jika dikaji, bahwa
kebutuhan itu, secara imperatif, adalah sebagai kualitas manusia Indonesia yang
dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional.

Kepedulian masyarakat mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa telah


pula menjadi kepedulian pemerintah. Berbagai upaya pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa telah dilakukan di berbagai direktorat dan bagian di
berbagai lembaga pemerintah, terutama di berbagai unit Kementrian Pendidikan
Nasional. Upaya pengembangan itu berkenaan dengan berbagai jenjang dan jalur
pendidikan walaupun sifatnya belum menyeluruh. Keinginan masyarakat dan
kepedulian pemerintah mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa, akhirnya
berakumulasi pada kebijakan pemerintah mengenai pendidikan budaya dan karakter
bangsa dan menjadi salah satu program unggulan pemerintah, paling tidak untuk
masa 5 (lima) tahun mendatang. Pedoman sekolah ini adalah rancangan
operasionalisasi kebijakan pemerintah dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa.

2. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan
pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia
yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan
tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa.

Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan karakter


bangsa perlu dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, dan
pendidikan. Pengertian yang dikemukakan di sini dikemukakan secara teknis dan
digunakan dalam mengembangkan pedoman ini. Guru-guru Antropologi,
Pendidikan Kewarganegaraan, dan mata pelajaran lain, yang istilah-istilah itu
menjadi pokok bahasan dalam mata pelajaran terkait, tetap memiliki kebebasan
sepenuhnya membahas dan berargumentasi mengenai istilah-istilah tersebut secara
akademik.

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai,
moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan
sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan
keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial,
sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan
sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir,
nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama
manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral,
norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus
berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem
ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan
upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka
memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan
masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk
kehidupan masa kini dan masa mendatang.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan
terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan
karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan
sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya
dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya,
pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu
proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan
sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya
bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah
berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter
bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui
pendidikan hati, otak, dan fisik.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa
dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu
ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter
bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter
bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa
mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif
peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan
penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat,
mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat
strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang.
Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan
yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat
suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah;
oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin
sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari budaya sekolah.

3. Landasan Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik
berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak
terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah
budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan
peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka
tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing”
dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih
mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.

Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari
budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke
lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang
dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya
terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak
mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia
sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk
menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu
terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing).

Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula


kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik.
Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro
akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan
menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir, cara
bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-
Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan
dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD
1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk
mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat
dan bangsa.

Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai-nilai dan


prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan
kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-bangsa lain.
Selain mewariskan, pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-
nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang
sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta
mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu,
pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu proses
pendidikan.

Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu


menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan
jasmani dan olahraga, seni, serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan
karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang
teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui
sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diribangsanya
di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu,
pendidikan harus membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai
berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup (geografi), nilai
yang hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang
berkembang (sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik
(ketatanegaraan/politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan cara
berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada
upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar
bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan kurikulum yang
demikian, nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat
kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan
bahkan umat manusia.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai


atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan
yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu
pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-
nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama,
budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
4. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1. pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi


berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3. penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

5. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan


warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan
yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

6. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa


diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.

1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena


itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran
agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun
didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan
itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus
didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-


prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan
politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan
budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki


setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan
pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional
memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara
Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang
paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk


pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini.
Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
13. Bersahabat/Komuniktif
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman ataskehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

G. Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan


sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran,
pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam Kurikulum , Silabus dan Rencana Program Pembelajaran
(RPP) yang sudah ada.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan


karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas
keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan,
menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan
keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir,
bersikap, dan berbuat.Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta
didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya


dan karakter bangsa.
1. Berkelanjutan;
mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk
sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari
kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau
kelas akhir SMP. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah
kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah;
mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler. Gambar 1 berikut ini memperlihatkan pengembangan nilai-nilai
melalui jalur-jalur itu:
Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata pelajaran
yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai berikut ini.

Gambar 3.Pengembangan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa melalui Setiap Mata
Pelajaran

2. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa materi nilai
budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak
dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan
suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama,
bahasa

Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah
pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus
mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang
selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan
dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui
pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka
tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai itu.
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan;
prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa
dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri
handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga
menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang
menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.

Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru
menuntun peserta didik agar secara aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan
kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan
belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber
informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah
dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau
proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri
mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas
di luar sekolah.

H. Perencanaan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh
kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai
suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui hal-hal berikut
ini.

1. Program Pengembangan Diri

Dalam program pengembngan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya


dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari
sekolah yaitu melalui hal-hal berikut.

a. Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus
dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar
kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan(kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap
hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama
Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru,
tenaga kependidikan, atau teman.

b. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi
pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang
baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak
akan melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan itu: membuang sampah
tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi,
memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh.

Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik
dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong
orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga atau kesenian, berani menentang atau
mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji

c. Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam
memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang
lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap
sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya,
bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur,
menjaga kebersihan.

d. Pengkondisian

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka


sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus
mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan.
Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu
dibersihkan,sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.

2. Pengintegrasian dalam mata pelajaran


Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa diintegrasikan
dalam setiap pokok bahasan darisetiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan
dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui
cara-cara berikut ini:

1. mengkaji Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada


Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
2. menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD
dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan
dikembangkan;
3. mencantumkankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel 1 itu
ke dalam silabus;
4. mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;
5. mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi
nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai; danmemberikan
bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk
menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

3. Budaya Sekolah

Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual, harapan,


hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil
keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antarkomponen di sekolah. Budaya
sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan
sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi
dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal
kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika
bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan,
toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa
kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam
budaya sekolah.

Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya
sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor,
tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan
fasilitas sekolah.
I. Pengembangan Proses Pembelajaran
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses
belajarpeserta didik secara aktif dan berpusat pada anak; dilakukan melalui berbagai
kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
1. Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang
sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan
belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Meskipun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu
seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, dan gemar membaca dapat melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan
guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli
lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga
peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai itu.
2. Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru,
kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, direncanakan sejak awal
tahun pelajaran, dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari
sebagai bagian dari budaya sekolah. Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke
dalam program sekolah adalah lomba vocal group antarkelas tentang lagu-lagu
bertema cinta tanah air, pagelaran seni, lomba pidato bertema budaya dan karakter
bangsa, pagelaran bertema budaya dan karakter bangsa, lomba olah raga antarkelas,
lomba kesenian antarkelas, pameran hasil karya peserta didik bertema budaya dan
karakter bangsa, pameran foto hasil karya peserta didik bertema budaya dan
karakter bangsa, lomba membuat tulisan, lomba mengarang lagu, melakukan
wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan budaya dan karakter bangsa,
mengundang berbagai narasumber untuk berdiskusi, gelar wicara, atau berceramah
yang berhubungan dengan budaya dan karakter bangsa.
3. Luar sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh
seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran,
dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Misalnya, kunjungan ke tempat-
tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan semangat
kebangsaan, melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian
dan kesetiakawanan sosial (membantu mereka yang tertimpa musibah banjir,
memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum, membantu membersihkan
atau mengatur barang di tempat ibadah tertentu)
J. Penilaian Hasil Belajar
la pencapaian pendidikan nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai
contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan
dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat, diamati,
dipelajari, atau dirasakan” maka guru mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang
dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja
peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga dilakukan
secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan yang dinyatakan itu mungkin
saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum teman
sekelasnya sampai bahkan kepada yang bertentangan dengan perasaan umum teman
sekelasnya.

e dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah.
Model anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang
berkenaan dengan nilai yang dikembangkan) selalu dapat digunakan guru. Selain itu,
guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang
dimilikinya. Sebagai contoh, peserta didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap
upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain
yang bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat mengundang konflik
pada dirinya.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat
memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau
bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu dapat dinyatakan dalam
pernyataan kualitatif sebagai berikut ini.
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal
perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum
konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai
tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku
yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

K. Indikator Sekolah dan Kelas


Ada 2 (dua) jenis indikator yang dikembangkan dalam pedoman ini. Pertama,
indikator untuk sekolah dan kelas. Kedua, indikator untuk mata pelajaran. Indikator
sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan
personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah
sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini
berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah
sehari-hari (rutin). Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang
peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu.

Indikator dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah yang
dapat diamati melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu
tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang diberikan peserta
didik terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan peserta didik dalam laporan dan
pekerjaan rumah.

Perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan karakter


bangsa bersifat progresif. Artinya, perilaku tersebut berkembang semakin kompleks
antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya ( 1-3; 4-6; 7-9; 10-12), dan bahkan
dalam jenjang kelas yang sama. Guru memiliki kebebasan dalam menentukan berapa
lama suatu perilaku harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih
kompleks. Misalkan,”membagi makanan kepada teman” sebagai indikator kepedulian
sosial pada jenjang kelas 1 – 3. Guru dapat mengembangkannya menjadi “membagi
makanan”, membagi pensil, membagi buku, dan sebagainya.

Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan


tentang perilaku untuk nilai tertentu telah menjadi perilaku yang dimiliki peserta didik.

Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang
mengembangkan budaya dan karakter bangsa, maka ditetapkan indikator sekolah dan
kelas.

Kesimpulan

Karakter bangsa merupakan identitas bangsa yang mana kita harus menjaga agar
seluruh komponen bangsa ini menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
agama, dan norma agar kita menjadi bangsa yang memiliki identitas yang luhur dimata
bangsa lain.Karakter bangsa dapat luntur manakala tidak terus dibina dalam
implementasi pendidikan secara utuh. Oleh karena itu, sekolah harus memikirkan
pelaksanaan pembelajaran nilai dan karakter ke dalam praktik pembelajaran yang padu.

Aplikasi Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa dalam proses pembelajaran


di SD Negeri Ciaruteun Ilir 04, yaitu terdiri dari :
1. Setiap hari senin, para peserta didik dan tenaga pendidik kumpul dihalaman Sekolah
untuk mengikuti Upacara Bendera, adapun petugasnya berasal dari peserta didik
Kelas VI, (Semester I) dan Kelas V (Semester II), bergantian dengan SD NEGERI
CIARUTEUN ILIR 04.
2. Siswa yang masuk pagi hadir Pukul 07.00 WIB peserta didik sudah berada di
Sekolah, untuk mengikuti Program Kegaitan Keagamaan yang berupa Kultum,
adapun pelaksanaannya setiap hari menjelang Proses Belajar Mengajar petugas
pelaksana terdiri dari Guru khusus dibidang Pembinaan Keagamaan dan Guru –
guru terutama Guru Sukwan. Dan Peserta Didik ada yang bertugas sebagai MC,
Pembaca Shalawat Pembuka (Muqadimah) sedangkan Peserta didik yang lainnya
berada diruangan kelas yang telah disediakan Audionya, sehingga dapat terdengar
dan dapat diterima dengan baik nilai-nilai karakter keagaaannya yang berupa
lantunan ayat suci al Quran dan Puji-pujian beserta zikir dan doa, sehingga pada
saat proses pembelajaran, para peserta didik lebih tenang PBM berjalan kondusif.,
3. Sedangkan siswa yang masuk siang, hadir pukul 12.00 WIB, nilai karakter yang
diterapkan adalah berbaris rapih sebelum masuk kelas, dengan dipimpin oleh Ketua
Kelas dan didampingi Guru Kelas., setelah itu para peserta didik mengucapkan
salam sambil cium tangan Guru. Dan ketika hendak duduk dikelas, para peserta
didik dipimpin oleh ketua kelas berdoa sebelum belajar dimulai.
4. Setiap hari keagamaan, Sekolah mengadakan Kegiatan Keagamaan disetiap hari
besar Islam (Isra Mi’raj, Maulid Nabi Muhammas SAW) acaranya meliputi
Tausiyah Keagamaan dan memlibatkan peserta didik melalui Penampilan kreasi
peserta didik.
5. Setiap hari besar Nasional, Sekolah juga mengadakan Kegiatan Hari Besar
Nasional (Hari Kartini, HUT RI, HUT PGRI) acaranya meliputi kegiatan
penampilan kreatifitas anak ditiap-tiap kelasnya.selain itu juga bisa berbentuk
lomba ketangkasan olahraga.
E. KALENDER PENDIDIKAN
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan
tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

Setiap permulaan tahun pelajaran, tim pengembang sekolah menyusun


kalender pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan pembelajaran selama satu
tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar,
waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Pengaturan waktu belajar di
sekolah/madrasah mengacu kepada Standar Isi dan disesuaikan dengan kebutuhan
daerah, karakteristik sekola, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta
ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.

Beberapa aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam menyusun kalender


pendidikan sebagai berikut :

- permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada


awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran
telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada
bulan Juni tahun berikutnya.
- minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun pelajaran. Sekolah dapat mengalokasikan lamanya minggu efektif belajar
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

- waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,


meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan
lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.

- waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait
dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau
organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.

- waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar
nasional, dan hari libur khusus.

- libur jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran
digunakan untuk penyiapkan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun.

- Sekolah-sekolah pada daerah tertentu yang memerlukan libur keagamaan lebih


panjang dapat mengatur hari libur keagamaan sendiri tanpa mengurangi jumlah
minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif.
A. ALOKASI WAKTU BELAJAR

Bulan Hari Efektif Minggu Efektif Hari Libur


Juli 2019 9 2 2
Agustus 2019 25 5 2
September 2019 18 5 1
Oktober 2019 27 6 -
November 2019 20 4 1
Desember 2019 4 1 -
Januari 2020 28 5 -
Februari 2020 23 4 1
Maret 2020 19 3 1
April 2020 23 4 3
Mei 2020 7 2 5
Juni 2020 15 3 2
Jumlah 218 44 18

B. Penetapan Kalender Pendidikan


Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaranpada awal
tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir padabulan
Juni tahun berikutnya.
2. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
dan/atau Keputusan Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan. Kepala Daerah Tingkat Kabupaten/Kota dan/atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
3. Pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota dapat menetapkan hari libur serempak
untuk satuan-satuan pendidikan.
4. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing masing
satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen
standar isi dengan memerhatikan ketentuan darpemerintah/pemerintah daerah.
5. Hari belajar efektif adalah hari belajar yang betul-betul digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, sesuai dengan ketentuan kurikulum.
6. Jumlah hari belajar efektif semester I 103 hari, dan untuk semester II 115 hari, jadi
dalam 1 (satu) tahun pelajaran adalah 218 (dua ratus delapan belas) hari sesuai
dengan kurikulum yang berlaku.
7. Hari belajar Efektif Fakultatif 15 hari
8. Jam belajar efektif adalah jam belajar yang betul-betul digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Jumlah jam belajar efektif setiap
minggu untuk kelas I–III (dengan model pembelajaran tematik) adalah 26–28 jam
pelajaran, sedangkan untuk kelas IV–VI adalah 36 jam pelajaran.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kalender pendidikan SDN Ciaruteun Ilir 04
adalah seperti berikut.
ALOKASI WAKTU PADA KALENDER PENDIDIKAN
1. Minggu efektif belajar 34–38 minggu Digunakan untuk kegiatan pembelajaran
efektif pada setiap satuan pendidikan
2. Jeda tengah semester Maksimum 2 setiap semester
3. Jeda semester I dan II Maksimum 2 minggu digunakan untuk penyiapan
kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran.
4. Libur akhir tahun Ajaran Maksimum 3 minggu
5. Hari libur keagamaan
6. Hari libur umum/nasional
7. Hari libur khusus
8. Kegiatan khusus sekolah Maksimum 2 minggu

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

1. Hari efektif belajar Minimum 34 minggu Digunakan untuk kegiatan


dan maksimum 38 pembelajaran efektif pada setiap satuan
minggu pendidikan

2. Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester

3. Minggu efektif Minimum 34 minggu Digunakan untuk kegiatan


belajar dan maksimum 38 pembelajaran efektif pada setiap satuan
minggu pendidikan

4. Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester

5. Jeda antarsemester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II

6. Libur akhir tahun Maksimum 3 minggu Digunakan untuk penyiapan kegiatan


pelajaran dan administrasi akhir dan awal tahun
pelajaran

7. Minggu efektif Minimum 34 minggu Digunakan untuk kegiatan


belajar dan maksimum 38 pembelajaran efektif pada setiap satuan
minggu pendidikan

8. Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester

9. Minggu efektif Minimum 34 minggu Digunakan untuk kegiatan


belajar dan maksimum 38 pembelajaran efektif pada setiap satuan
minggu pendidikan

10. Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester

11. Jeda antarsemester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II


12. Libur akhir tahun Maksimum 3 minggu Digunakan untuk penyiapan kegiatan
pelajaran dan administrasi akhir dan awal tahun
pelajaran

13. Hari libur keagamaan 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan libur
keagamaan lebih panjang dapat
mengaturnya sendiri tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif

14. Hari libur Maksimum 2 minggu Disesuaikan dengan Peraturan


umum/nasional Pemerintah

15. Hari libur khusus Maksimum 1 minggu Untuk satuan pendidikan sesuai dengan
ciri kekhususan masing-masing
Maksimum 3 minggu Digunakan untuk kegiatan yang
16. Kegiatan khusus
diprogramkan secara khusus oleh
sekolah
sekolah/madrasah tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif

Anda mungkin juga menyukai