TINJAUAN PUSTAKA
seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan memanfaatkan
produksi yang tidak mengambil bahan-bahan tersebut langsung dari alam untuk
Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku
atau bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar
sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi
melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau
dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang
kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih
dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa
20
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 21
Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain.
Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak
uang atau barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang
pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang
apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 22
bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu
untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan.
mana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan
bisnis bersama. Walaupun definisi di atas merunut pada konsep usaha, namun
sejatinya pola kemitraan dapat dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk bidang
program. Dalam hal ini, semua unsur diharapkan mampu menghadapi berbagai
hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam
berbagai bidang.
ayat 1 yang berbunyi “Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 23
dan Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil
dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha Besar mempunyai tanggung jawab
b. Pemberian saprodi.
e. Pembiayaan.
2.3.2 Subkontrak
1995 bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil
Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga dikatakan, subkontrak
sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara Usaha Besar dan
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 24
Usaha Kecil Menegah, di mana Usaha Besar sebagai perusahaan induk (parent
perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini Usaha Besar memberikan bantuan
1995, Pola Dagang Umum adalah “hubungan kemitraan antara Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah
atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil
memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar
mitranya”. Dengan demikian maka dalam pola dagang umum, usaha menengah
atau usaha besar memasarkan produk atau menerima pasokan dari usaha kecil
2.3.4 Waralaba
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 25
intelektual atau penemuan atau ciri usaha kepada penerima waralaba. Dengan
demikian, maka dengan pola waralaba ini usaha menengah dan atau usaha besar
penjamin kredit yang diajukan oleh usaha kecil sebagai penerima waralaba kepada
pihak ketiga.
2.3.5 Keagenan
mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa
dan UB, yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang
mana pihak prinsipal memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain
ini menekankan bahwa persepsi merupakan hasil yang ditangkap dari mengamati
suatu objek. Hal ini berarti dalam membentuk persepsi harus jelas objek yang
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 26
memahami objek baik fisik maupun benda. Hal ini menekankan bahwa persepsi
akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan
diinterpretasikan.
yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 27
dan memperkuat satu sama lainnya. Julius Bobo menyatakan, bahwa tujuan utama
perekonomian yang kukuh dan berkeadilan dengan ekonomi rakyat sebagai tulang
atas, maka kemitraan itu mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan
yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan
belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan
kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada
pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan
mengembangkan usahanya.
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 28
pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh didalam berusaha demi
tercapainya kesejahteraan.
dagang biasa oleh pengusaha kecil dengan pengusaha besar adalah adanya bentuk
pembinaan dari pengusaha besar terhadap pengusaha kecil atau koperasi yang
kemitraan antara lain pembinaan didalam mengakses modal yang lebih besar,
merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya,
keunggulan yang ada akan menghasilkan sinergi yang bedampak pada efisiensi,
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 29
perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan
menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Sebaliknya
perusahaan yang lebih kecil, yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan
teknologi, permodalan dan sarana produksi melalui teknologi dan sarana produksi
yang dimiliki oleh perusahaan besar. Dengan demikian sebenarnya ada saling
belah pihak memulai untuk bekerjasama, maka pasti ada sesuatu nilai tambah
yang ingin diraih oleh masing-masing pihak yang bermitra. Nilai tambah ini selain
keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga ada nilai tambah yang non
kepuasan tertentu. Keinginan ini merupakan konsekwensi logis dan alamiah dari
sinergi antara para pelaku yang bermitra sehingga nilai tambah yang diterima akan
lebih besar. Dengan demikiaan terjadi saling isi mengisi atau saling memperkuat
Kemitraan juga mengandung makna sebagai tanggung jawab moral, hal ini
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 30
Hal ini harus disadari juga oleh masing-masing pihak yang bermitra yaitu
Pengetahuan maupun penguasaan sumber daya, baik Sumber Daya Alam maupun
Sumber Daya Manusia (SDM), dengan demikian mereka harus mampu untuk
menguntungkan. Pada kemitraan ini tidak berarti para partisipan harus memiliki
kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang essensi dan lebih utama adalah
kemitraan usaha terutama sekali terhadap hubungan timbal balik, bukan seperti
kedudukan antara buruh dan majikan, atau terhadap atasan kepada bawahan
pihak yang bermitra, maka tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan
tetapi justru terciptanya rasa saling percaya diantara para pihak sehingga pada
usahanya.
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 31
nasional. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa Usaha Kecil masih
menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun
daya manusia, dan teknologi, serta iklim usaha yang belum mendukung bagi
dirinya dan diberdayakan dengan berpijak pada kerangka hukum nasional yang
efisiensi dan produktivitas yang optimal diperlukan sinergi antara pihak yang
memiliki modal kuat, teknologi maju, manajemen modern dengan pihak yang
memiliki bahan baku, tenaga kerja dan lahan. Sinergi ini dikenal dengan
bersama oleh pihak yang bermitra dengan tujuan memperoleh nilai tambah.
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 32
saling memperkuat, dunia usaha baik kecil maupun menengah akan mampu
bersaing.
Adapun secara lebih rinci tujuan kemitraan meliputi beberapa aspek, yang
diantaranya yaitu :
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
kemitraan secara lebih kongkrit yaitu meningkatkan pendapataan usaha kecil dan
adalah cara yang paling efektif dalam menggunakan suatu sumber yang langka
(tenaga kerja, bahan baku, mesin dan lain sebagainya) atau sejumlah sumber
dalam suatu pekerjaan tertentu. Kedua, efisiensi statis meliputi efisiensi teknis
tertentu, dengan kata lain, efisiensi ekonomi diperoleh bila tak ada kemungkinan
realokasi sumber lain yang dapat meningkatkan output produk lainnya. Ketiga,
kerja mereka dengan persentase yang sama, tapi tingkat pertumbuhan nasional
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 33
usahanya menuju kemandirian usaha, atau dengan perkataan lain kemitraan usaha
yang dilakukan oleh pengusaha besar yang telah mapan dengan pengusaha kecil
memberdayakan usaha kecil agar tumbuh menjadi pengusaha yang tangguh dan
mandiri. Adapun sebagai wujud tanggung jawab sosial itu dapat berupa
pembinaan dan bimbingan yang terus menerus diharapkan pengusaha kecil dapt
tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yng tangguh dan mandiri.
Secara faktual, usaha kecil biasanya mempunyai skala usaha yang kecil
dari sisi modal, penggunaan tenaga kerja, maupun orientasi pasarnya. Demikian
pula dengan status usahanya yang bersifat pribadi atau kekeluargaan; tenaga kerja
adalah ilmu yang berkenaan dengan teknik. Oleh karena itu bimbingan teknologi
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 34
hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Sehingga ada
pemantapan organisasi.
pihak yaitu :Pertama, Pemrakarsa, para pemrakarsa adalah pengusaha besar baik
kecil. Kedua, Mitra Usaha yaitu pengusaha kecil termasuk koperasi dapat
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 35
2.7.1 Koordinasi
hanya dari unsur instansi pemerintah tetapi juga meliputi dunia usaha, perguruan
ruang lingkupnya meliputi kegiatan dalam hal penyusunan kebijakan dan program
Tahun 1997 ).
2.7.2 Fasilitasi
modal, teknologi dan jaringan pasar dalam dan luar negeri, sehingga masyarakat
dapat menikmati dan menggunakan peluang yang sama. Hal ini dimaksudkan agar
kecil masyarakat yang sangat mudah mendapat peluang, sementara sebagian besar
2.7.3 Pengawasan
tentunya tidak dapat dilaksanakan begitu saja tanpa peran serta dari pemerintah.
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 36
Nomor. 44 Tahun 1997 yang berbunyi sebagai berikut yaitu : “Menteri teknis
kegiatan kebijakan hukum pada umumnya yaitu :(a) Formulating, (b) Executing,
pengawasan, namun pada sisi yang lainnya dapat pula diartikan sebagai
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 37
bagi calon pelakunya, baik pengusaha besar sebagai induk plasma maupun
seperti ; (a) penyiapan rambu-rambu hukum kemitraan, (b) penciptaan iklim yang
karena itu, masalah yang mendasar untuk diperhatikan dalam kemitraan adalah
pembuatan perjanjian hukum kemitraan tentunya dapat berakibat fatal dan akan
para pihak dalam kemitraan usaha. Selanjutnya dalam penciptaan iklim yang
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 38
pengadaan barang atau jasa yang diperlukan pemerintah (b) dalam hal-hal tertentu
bruto dalam rangka penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Usaha
dengan Usaha Besar dan atau Usaha Menengah melalui; (a) penyediaan informasi,
bantuan manajemen dan teknologi terutama kepada usaha kecil, (b) persiapan
usaha kecil yang potensial untuk bermitra, (c) pemberian bimbingan dan
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 39
konsultasi kepada usaha kecil, (d) pelaksanaan advokasi kepada berbagi pihak
untuk kepentingan usaha kecil, (e) pelatihan dan praktek kerja bagi usaha kecil
yang akan bermitra”. Dengan demikian pembimbingan sebagai salah satu kegiatan
kecil, karena pembimbingan ini bertujuan untuk menyiapkan usaha kecil dalam
segala aspek untuk siap melaksanakan perjanjian kemitraan. Namun apabila tidak
pasif dilakukan dengan mewajibkan kepada para pelaku kemitraan usaha untuk
permasalahan yang secara nyata dihadapi oleh para pihak sebagai pelaku
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 40
hukum atau perjanjanjian kemitraan itu sendiri. Berkaitan dengan masalah ini,
maka peran pemerintah dalam menghadapi ekses yang bersifat tumpan balik ini
kemitraan. Namun pada sisi yang lain hasil pengawasan secara umpan balik
2.8.1 Pola Kemitraan Industri Besar Dengan Industri Kecil Dan Menengah
Pada Subsektor Barang-Barang Logam, Mesin Dan Peralatan
Lainnya Di Kota Bandung (Studi kasus PT.PINDAD PERSERO
Bandung)
Kemitraan Industri Besar Dengan Industri Kecil Dan Menengah Pada Subsektor
terdapat 3 jenis pola kemitraan antara PT.PINDAD dengan Industri Kecil dan
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 41
seperti : pola inti plasma, pola subkontrak dan pola dagang umum. Kemitraan
yang terjadi dalam pola inti plasma berupa akses permodalan usaha dan pelatihan.
Pola subkontrak lebih terhadap bantuan dimana IKM mitra binaan mendapakan
keterbatasan pegawai, dan yang dirasakan oleh IKM yaitu masalah dana, IKM
sangat sulit untuk mengakses dana kredit karena banyaknya persyaratan yang
harus dipenuhi sehingaa banyak dari IKM yang kebingungan dengan banyaknya
persyaratan yang harus dipenuhi dan yang terakhir masalah pelatihan terhadap
mesin produksi yang belum pernah mengadakan pelatihan akan penguasaan mesin
produksi
Tahun 1995, adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau
dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 42
atau usaha besar dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan.
dasar kemauan sendiri karena adanya jaminan kepastian pasar dan kredit sarana
bimbingan kepada petani mulai dari awal penanaman hingga pasca panen.
Situbondo hanya cukup bergabung atau menjadi anggota kelompok tani, ketika
petani sudah menjadi anggota kelompok tani, maka petani akan langsung menjadi
mitra PT Nusafarm. Petani sebagai mitra harus menyediakan lahan sendiri dan
tenaga kerja. Sarana produksi telah disediakan oleh perusahaan dalam bentuk
kredit, dan juga telah menyediakan benih kapas yang siap untuk ditanam.
kapas diberikan bimbingan oleh PT Nusafarm supaya kualitas dari kapas tersebut
petani jarang mengalami kegagalan panen, karena selalu di pantau oleh petugas.
Sehingga apabila ada gangguan/serangan hama pada tanaman kapas maka akan
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 43
segera dapat diatasi. Hasil dari usahatani kapas tersebut langsung dibeli oleh pihak
PT Nusafarm dengan harga yang telah disepakati yaitu sebesar Rp 4.800 per kg.
dihadiri oleh perwakilan dari petani kapas, pengelola, dan Direktur Jendral
Perkebunan (Dirjenbun).
permasalahan di atas.
dan usaha perikanan tambak. Pelaksanaan kemitraan usaha tani kapas antara
kedua belah pihak hanya mengandalkan rasa saling percaya diantara keduanya.
Sehingga permasalahan yang dihadapi oleh kedua belah pihak yang melakukan
repository.unisba.ac.id
Bab II – Tinjauan Pustaka 44
pasca panen yang dilakukan oleh PT Nusafarm sangat banyak membantu petani
untuk dapat memproduksi kapas dengan kualitas yang baik. Semakin tinggi
kualitas kapas yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi hasil produksinya. Hal
repository.unisba.ac.id