Anda di halaman 1dari 43

i

ii
KATA PENGANTA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengolahan Air dan
Limbah Industri ini tepat waktu. Penulis telah berusaha untuk membuat laporan
ini sebaik mungkin.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala


Laboratorium Pengembangan dan Asisten Laboratorium Pengembangan yang
telah banyak membantu dan membimbing penulis dari awal sampai akhir
praktikum.

Penulis mengharapkan kritikan dan juga saran yang membangun agar


kiranya dikemudian hari penulis bisa menjadi lebih baik. Semoga laporan ini
berguna dalam pembelajaran bagi adik-adik stambuk kami nantinya.

Medan, 04 Maret 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
FORM ASISTENSI LAPORAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 TujuanPraktikum...................................................................... 1
1.2 LandasanTeori........................................................................... 1
1.2.1 Staregi kendali nitrat berbasis Fuzzy-PID pada
proses Nitrogen Removal di Instalasi Pengolahan Air
Limbah
1
1.2.2 Air
17
1.2.3 Karakteristik Air
17
1.2.4 Pengolahan Air Menjadi Air Minum
19
1.2.5 Ammonium dan Nitrit
20
1.2.6 Siklus Nitrogen
21

BAB II METODOLOGI.............................................................................. 22
2.1 Alat dan Bahan........................................................................... 22
2.2 Tahapan Pengolahan Air Dan Analisa NH4+ dan NO2-........... 23
2.2.1 Perancangan Alat ............................................................... 23
2.2.2 Prosedur Kerja Pengolahan Air........................................... 24
2.2.3 Prosedur Kerja Penentuan NH4+ dalam air ........................ 24
2.2.4 Prosedur Kerja Penentuan NO2- dalam air.......................... 25
2.2.5 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan NH4+ serta NO2................ 26
BAB III DATA PENGAMATAN................................................................. 27
3.1 Data Pengamatan ................................................................... 27

iv
3.2 Pengolahan Data ................................................................... 31
3.2.1..PembuataReagen............................................................ 31
3.2.2..NH4+ ............................................................................. 32
3.2.3..NO2- ............................................................................... 33
3.2.4..Reaksi............................................................................. 33
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 36


5.1 Kesimpulan............................................................................... 36
5.2 Saran......................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Data Pengamatan Percobaan Penentuan Kadar NH4+ Larutan


Stock ................................................................................................27
Tabel 3.2. Data Pengamatan Percobaan Penentuan Kadar NH4+
Sampel..............................................................................................28
Tabel 3.3. Data Pengamatan Percobaan Penentuan Kadar NO2-
Larutan Stock...................................................................................29
Tabel 3.4. Data Pengamatan Percobaan Penentuan Kadar NO2-
Sampel.............................................................................................30

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Skema Model InstalasiPengolahan Air Limbah


.......................................................................................................................
2
Gambar 1.2. SiklusNitrifikasi di TangkiAerasi................................................4
Gambar 1.3. Skema Strategi Kendali Rancangan Holenda..............................5
Gambar 1.4. Skema Strategi Kendali Berbasis MPC Rancangan Cristea........5
Gambar 1.5. Strategi Kendali Berbasis MPC Dan Fuzzy Rancangan Santi.....7
Gambar 1.6. Strategi Kendali Berbasis MPC – Fuzzy Dengan Pengendali
Karbon RancanganSantin..............................................................7
Gambar 1.7. Prinsip Kerja Pengendali Nitrat...................................................8
Gambar 1.8. Grafik Umpan Balik Pengendali Nitrat Dengan Kendali
Berbasis PID................................................................................9
Gambar 1.9. Model Benchmark Simulation Model No.1(BSM1)....................11
Gambar 1.10.Struktur Algoritma Pengendali Nitrat Berbasis Fuzzy PID........12
Gambar 1.11. Fungsi Membership Masukan Pengendali Fuzzy......................13
Gambar 1.12. Fungsi Membership Keluaran Pengendali Fuzzy......................13
Gambar 1.13. Grafik Perbandingan Umpan Balik Nitrat Pada Pengendali
Berbasis PID dan Fuzzy-PID......................................................14
Gambar 1.14. Respon Sistem dan Perubahan Set Point...................................15
Gambar1.15. Grafik Perubahan Level Nitrogen Selama 14 Hari.....................15
Gambar1.16. Grafik Perubahan Level Ammonia Selama14 Hari.................... 16
Gambar1.17. SiklusNitrogen............................................................................21
Gambar 2.1. Hasil Analisa NH4+......................................................................25
Gambar 2.2. Hasil Analisa NO2¯......................................................................26
Gambar 2.3. Bagan Tahapan PengolahanAirdan Analisa
Kadar NH4+dan NO2-.....................................................................26

vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1. Menganalisa/menentukan kadar NH4+ menggunakan pereaksi nessler dan
garam Rochelle dalam sampel.
2. Memahami metode analisis kadar NH4+.
3. Menganalisa/menentukan kadar NO2-dalam sampel.
4. Memahami metode analisis kadar NO2-.

1.2. Landasan Teori


1.2.1. Strategi Kendali Kadar Nitrat Berbasis Fuzzy-PID Pada Proses
NitrogenRemoval di Instalasi Pengolahan Air Limbah
Pendahuluan
Meningkatnya populasi dan standar hidup manusia
mengakibatkan permintaan air bersih meningkat diiringi penurunan
kualitas lingkungan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh
setiap negara di dunia.Meningkatnya permintaan air bersih
berdampak pada peningkatan permintaan energi untuk pengolahan
air limbah sebesar 2-3 kali lipat.Di Amerika telah dibangun 16.583
instalasi pengolahan air limbah untuk memenuhi kebutuhan air
bersih penduduknya. Untuk mengoperasikan semua instalasi
pengolahan air limbah tersebut, dibutuhkan energi listrik sebesar 56
milyar kWh dengan biaya sebesar 4 milyar dollar Amerika.
Konsumsi energy yang besar pada instalasi pengolahan air limbah
mengakibatkan polusi gas rumah kaca sekitar 4 juta ton
karbondioksida (CO2) terlepas ke udara.Selain permasalahan
penggunaan energi, permasalahan tingkat kualitas cemaran yang
dihasilkan oleh instalasi pengolahan limbah juga menjadi perhatian.
Tingginya kadar nitrogen yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan
limbah adalah salah satu penyebab eutrofikasi. Eutrofikasi

1
adalahfenomena dimana nutrisi dalam ekosistem perairan
meningkat secara secara signifikan.Eutrofikasi dapat
mengancamkeberlangsungan makhluk hidup di ekosistem
perairan.Eutrofikasi disebabkan oleh zat nitrogen (N) dan fosfor (P).
Peraturan mengenai kadar buang hasil pengolahan air limbah telah
ditetapkan oleh International Water Association (IWA) sebesar
kurang dari 18 mg COD/l untuk nitrogen dan 4 mg N/l untuk
ammonia. Pada sistem instalasi pengolahan air limbah, kadar
nitrogen hasil pengolahan dipengaruhi oleh performa pengendali
nitrat pada tangki anoxic. Pada umumnya jenis kendali yang
digunakan untuk mengendalikan nitrat menggunakan kendali
berbasis Proportional-Integral-Derrivative (PID).
Instalasi pengolahan air limbah adalah sebuahsistem tak
linear dengan tunda yang signifikan dan melibatkan proses fisis dan
biologis dalam pengoperasiannya. Perilaku kompleks dari
mikroorganisme pada reaktor biologis beserta gangguannya,
membuat pengendalian tingkat cemaran menghadapi banyak
kendala.Pada instalasi pengolahan air limbah terdapat 5 unit
tangki.Pada unit1 dan unit2 disebut tangki anoxic.Sedangkan pada
unit3, unit4 dan unit5 disebut dengan tangki aerasi.

Gambar 1.1 Skema Model Instalasi Pengolahan Air Limbah

2
Tangki anoxic digunakan untuk proses denitrifikasi.
Denitrifikasi adalah proses pengubahan nitrat menjadi nitrogen gas
oleh mikroorganisme yang berada pada tangki anoxic. Tangki aerasi
digunakan untuk proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah penguraian
ammonia nitrogen menjadi nitrat oleh
mikroorganismeChemolithotropic. Pada umumnya proses activated
sludge dilibatkan dalam pengoperasian instalasi pengolahan air
limbah. Proses activated sludge bertujuan menjaga konsentrasi
mikroorganisme pada level diatas 100 ppm agar pengolahan air
limbah tetap optimal. Proses ini terjadi didalam tangki aerasi
padainstalasi pengolahan air limbah. Setelah air limbah melalui
tahap nitrifikasi dan denitrifikasi, air limbah yang telah di proses
akan buang ke sungai. Proses nitrogen removal adalah proses paling
penting di dalam sistem instalasi pengolahan air limbah. Proses
nitrogen removal melibatkan dua jenis proses yang berbeda yaitu
nitrifikasi dan denitrifikasi. Proses nitrifikasi melibatkan
mikroorganisme Chemolithotropic. Untuk menghasilkan tingkat
hasil cemaran yang sesuai, dua tahap nitrifikasi harus dilakukan
oleh mikroorganisme ammonia-oxidixing dan nitrite-
oxidizing.Ammonium dioksidasi oleh mikroorganisme ammonia-
oxidizing menjadi nitrit.Nitrit dioksidasi oleh mikroorganisme
nitrit-oxidizing menghasilkan nitrat. Oksigen diperlukan pada
proses nitrifikasi untuk mengurai ammonium. Proses nitrifikasi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal antara lain tingkat oksigen
terlarut,suhu didalam tangki, faktor keasaman, konsentrasi ammonia
dan konsentrasi nitrit. Kegagalan dalam proses nitrifkasi berakibat
pada kegagalan pada proses activated sludge.

3
Gambar 1.2 Siklus Nitrifikasi di Tangki Aerasi
Proses denitrifikasi dilakukan setelah proses nitrifikasi.
Proses denitrifikasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
adalah proses pre-denitrifikasi yang dilakukan di tangki anoxic
pertama (unit1). Predenitrifikasi melibatkan material organik pada
air limbah seperti material karbon. Tahap kedua adalah proses
denitirifikasi yang dilakukan di tangki anoxic kedua. Proses
denitrifikasi melibatkan substansi biologis yang mengubah nitrat
menjadi dinitrogen gas melalui proses yang berurutan. Kadar nitrat
dikendalikan oleh pengendali nitrat dengan tujuan untuk menjaga
kadar nitrat yang berada di tangki anoxic. Instalasi pengolahan air
limbah menghasilkan dua jenis produk akhir yaitu limbah buang
yang akan diproses lebih lanjut dan air hasil pemrosesan yang
dibuang ke sungai, seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.2.
Kendali tradisional PID dan kendali on/off adalah strategi
kendali yang paling banyak digunakan pada instalasi pengolahan air
limbah. Implementasi kendali on/off mengakibatkan overshoot yang
signifikan melampui set point yang ditentukan sehingga kurang
efisien dalam konsumsi energi listrik dan kurangnya stabilitas
pengendalian. Berbagai skema strategi kendali telah dikemukakan
oleh para peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh telah
mengemukakan strategi kendali berbasis model predictive control
(MPC) yang diimplementasikan pada tangki aerasi. Strategi kendali
ini menghasilkankualitas cemaran yang lebih baik dibandingkan
strategi kendali PID.

4
Kelemahan strategi kendali ini adalah diperlukan konsumsi
energi yang lebih besar untuk menghasilkan kualitas cemaran yang
lebih baik dibandingkan strategi kendali berbasis PID.

Gambar 1.3 Skema Strategi Kendali Rancangan Holenda


Pengembangan model lebih lanjut pada kendali berbasis
model predictive control diperlukan, jika terjadi keadaan yang tidak
dapat diprediksi atau gangguan. Strategi kendali berbasis MPC
dengan umpan balik feed forward juga telah diusulkan. Strategi
kendali ini menggunakan 2 sensor tambahan yaitu sensor nitrat dan
sensor oksigen terlarut yang dipasang pada tangki anoxic pertama.
Sensor – sensor tambahan tersebut digunakan sebagai umpan balik
feed forward pada MPC. Peningkatan kualitas cemaran berhasil
ditingkatkan dengan menggunakan strategi kendali berbasis MPC
dengan umpan balik feed forward. Untuk mengimplementasikan
strategi kendali tersebut diperlukan modifikasi pada tangki anoxic
pertama dan tambahan sensor.

Gambar 1.4 Skema Strategi Kendali Berbasis MPC Rancangan


Cristea

5
Strategi kendali berbasis MPC dan Fuzzy telah dikemukakan
oleh. Strategi kendali tersebut berfokus pada pengendalian ammonia
nitrogen yang terdapat pada tangki aerasi 3, 4 dan 5. Sistem kendali
yang dikemukakan oleh mengacu pada model kendali master-slave
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5 Sistem kendali berbasis
Fuzzy bertindak sebagai pengendali master sedangkan 3 unit
kendali berbasis MPC dengan umpan balik feed forwardbertindak
sebagai slave. Data laju sirkulasi internal digunakan sebagai umpan
balik feed forward ke pengendali MPC. Nilai set point dari masing –
masing MPC diatur oleh pengendali berbasis Fuzzy berdasarkan
tingkat kadar ammonium yang berada pada tangki aerasi unit 5.
Pengendali berbasis Fuzzy juga digunakan untuk mengatur laju
sirkulasi internal berdasarkan kadar ammonium (NH5) pada tangki
aerasi unit5 dan kadar ammonia yangmasukke plant. Tujuan dari
pengaturan laju sirkulasi internal adalah untuk menyesuaikan kadar
nitrat yang masuk ke dalam tangki anoxic(unit1). Berdasarkan
skema strategi kendali yang dikemukakan oleh, dibutuhkan lebih
banyak sensor dan perangkat pengendali dibandingkan dengan
strategi kendali berbasis PID konvensional. Adapun sensor
tambahan yang dimaksud adalah 3 sensor lajuarus (flow rate
sensor), 3 sensor oksigen terlarut (dissolved oxygen sensor), sebuah
sensor ammonium (NH5 sensor) dan satu sensor ammonia (NH
sensor)yang mengakibatkan adanya biaya tambahan dan biaya
modifikasi pada plant.

6
Gambar 1.5 Strategi Kendali Berbasis MPC Dan Fuzzy
Rancangan Santin

Diluar permasalahan biaya–biaya kompensasi yang harus


ditanggung, strategi kendali rancangan berhasil meningkatkan laju
nitrifikasi pada masing–masing tangki aerasi pada
(unit3,unit4,unit5). Dampak dari peningkatan laju nitrifikasi adalah
naiknya kadar nitrat pada sirkulasi internal. Sensor nitrat (NO2-) dan
penambahan karbon (EC1) pada tangki anoxic (unit1) digunakan
untuk mengatasi naiknya kadar nitrat.

Gambar 1.6 Strategi Kendali Berbasis MPC – Fuzzy Dengan


Pengendali Karbon Rancangan Santin

Sensor nitrat (NO2-) pada unit2 digunakan sebagaiumpan


balik feed forward pada pengendali MPC untukmemprediksi level
nitrat dan level aerasi pada tangkiaerasi ketiga (unit5). Laju sirkulasi
internalakan dimanipulasi oleh pengendali berbasis
MPCberdasarkan hasil prediksi. Manipulasi laju sirkulasiinternal
digunakan untuk menyesuaikan kadarnitrat yang masuk pada tangki
anoxicpertama (unit1)sesuai dengan nilai set point di DO5 (Gambar
1.6). Penggunaan karbon eksternal (EC1) jugadiimplementasikan

7
pada strategi kendali tersebut.Karbon eksternal digunakan untuk
mempercepatproses denitrifikasi, meskipun penggunaan
karboneksternal berdampak pada meningkatnya biayaoperasional.
Strategi kendali yang telahdikemukakan oleh, berhasil
meningkatkankualitas cemaran dibandingkan dengan strategi
kendaliPID meskipun terdapat kompensasi berupa adanyabiaya
tambahan yaitu kenaikan biaya operasionaluntuk penambahan
karbon eksternal (EC1) dan biayamodifikasi plant.

Metodologi Penelitian
Analisa Pengendali Nitrat Berbasis PID
Kadar nitrogen yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan air
limbah dipengaruhi oleh konsentrasi nitrat yang terdapat pada
tangki anoxic. Pengendalian laju sirkulasi internal dilakukan untuk
mengendalikan kadar nitrat yang terdapat pada tangki anoxic.
Manipulasi aktuator flow splitter berguna untuk mengendalikan laju
sirkulasi internal. Proses manipulasi aktuator pada flow splitter
dilakukan oleh pengendali nitrat (nitrate controller).

Gambar 1.7 Prinsip Kerja Pengendali Nitrat


Analisa sistem respon pengendali nitrat berbasis PID telah
dilakukan untuk mengevaluasi kehandalan dari pengendali. Kendali
berbasis PID adalah strategi kendali yang umum digunakan pada
instalasi pengolahan air limbah.

8
Gambar 1.8 Grafik Umpan Balik Pengendali Nitrat Dengan Kendali
Berbasis PID

Berdasarkan Gambar 1.8, masih terdapat overshoot


signifikan pada level nitrat yang disebabkan oleh implementasi
pengendali nitrat berbasis PID di tangki anoxic. Overshoot tersebut
mengakibatkan peningkatan kadar konsentrasi nitrogen,
dikarenakan kadar nitrogen total (Ntot) adalah penjumlahan kadar
nitrit nitrat dan konsentrasi Kjeldahl nitrogen Implementasi
kombinasi kendali berbasis Fuzzy dan PID diharapkan dapat
mengurangi overshoot yang terjadi pada proses pengendalian kadar
nitrat.

Evaluasi Kadar Nitrogen


Evaluasi kadar nitrogen diperlukan untuk mengukur kadar
nitrogen yang dihasilkan oleh
instalasi pengolahan air limbah. Perbandingan kadar nitrogen dari
dua jenis pengendali nitrat yaitu pengendali nitrat berbasis PID dan
pengendali nitrat berbasis Fuzzy- PID dipaparkan pada penelitian
ini. Konsentrasi nitrat berpengaruh secara langsung pada kadar
nitrogen sesuai dengan persamaan (1).

Dimana (kadar nitrogen total) adalah penjumlahan kadar nitrit


nitrat dan konsentrasiKjeldahl nitrogen.

9
Evaluasi Konsumsi Energi Pompa
Tingkat konsumsi energi yang diperlukan oleh pompa
dipengaruhi oleh sirkulasi air limbah yang masuk dan keluar dari
instalasi. Beberapa parameter yang meliputi kadar nitrogen, kadar
ammonia dan laju sirkulasi internal juga mempengaruhi konsumsi
energi pompa. Model kalkulasi konsumsi energi pompa
sesuai dengan persamaan (2).

Dimana PE adalah konsumsi energi pompa, Q rin adalah laju


sirkulasi internal, Qw adalah laju aliransampah buang yang kembali
pada sistem sirkulasidanQw adalah laju sampah buang hasil
pemrosesan.Pengendali nitrat melakukan manipulasi pada
flowsplitter untuk mengendalikan laju sirkulasi internal(Qrin).
Berdasarkan persamaan (2) performapengendali nitrat
berpengaruh secara langsung padakonsumsi energi pompa (PE).
Peningkatan performapengendali nitrat diharapkan dapat
meningkatkanefisiensi konsumsi energi pompa (PE).

Evaluasi Konsumsi Energi Aerasi


Bagian aerasi adalah bagian dari instalasi pengolahan air
limbah yang membutuhkan energipaling besar. Sekitar 56 % dari
total energi keseluruhan yang diperlukan oleh instalasi pengolahan
air limbah digunakan untuk proses aerasi. Proses aerasi dilakukan di
tangki aerasi (unit3,unit4,unit5). Proses aerasi diperlukan untuk
melakukan nitrifikasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
konsumsi energi aerasi adalah laju sirkulasi internal (Qrin). Laju
perputaran ammonium pada sirkulasi internal (Qrin ) mempengaruhi
konsumsi energi pada bagian aerasi. Model dari perhitungan
tingkatkonsumsi energi aerasi adalah sesuai dengan persamaan (3).

10
Dimana AE adalah konsumsi energi listrik yang digunakan
untuk proses aerasi, kadar saturasi oksigen terlarutadalah volume
tangki, dan KLai adalah koefisien aerasi.

Hasil dan Pembahasan


Model BSM1 (Benchmark Simulation Model No.1) berbasis
Matlab Simulink telah digunakan pada penelitian ini. Model BSM1
adalah model simulasi standar yang digunakan International Water
Association (IWA) untuk menganalisis dan mengevaluasi
keseluruhan parameter yang mempengaruhi performa dari instalasi
pengolahan air limbah. Pada penelitian ini model BSM1 digunakan
untuk menganalisis dan mengevaluasi performa pengendali nitrat
dan kualitas cemaran yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan air
limbah. Model BSM1 terdiri dari 5 kompartemen reaktor activated
sludge yang dibagi menjadi 2 unit tangki anoxic dan 3 unit tangki
aerasi. Masing – masing tangki memiliki volume 6000. Model plant
dirancang dengan laju cemaran rata-rata 18.446 pada cuaca kering.

Gambar 1.9 Model Benchmark Simulation Model No.1(BSM1)


Pada model BSM1 menggunakan 2 jenis pengendali yaitu
pengendali nitrat dan pengendali oksigen terlarut (dissolved
oxygen). Pengendali oksigen terlarut digunakan untuk
mengendalikan konsentrasi oksigen di tangki aerasi . Pengendali
nitrat digunakan untuk mengendalikan kadar nitrat pada tangki

11
anoxic kedua sebesar. Pada umumnya pengendali nitrat yang telah
ada menggunakan pengendali PID dengan model seperti pada
persamaan (4).

Dimana ek adalah error yang terjadi pada saat pengendalian


nitrat. Kp, Ki, Kd adalah koefisien proportional, integral dan
derrivative. Implementasi pengendali berbasis PID pada pengendali
nitrat, menghasilkan respon yang ditunjukan pada Gambar 1.8.
Implementasi pengendali nitrat berbasis PID menghasilkan
overshoot yang cukup signifikan. Kadar nitrat yang tidak stabil
mempengaruhi kualitas cemaran yang dihasilkan dan kebutuhan
konsumsi energi listrik. Kadar nitrat yang terlalu tinggi akan
berakibat pada penurunan kualitas cemaran yang dihasilkan.
Sebaliknya, kadar nitrat yang terlalurendah akan menyebabkan
meningkatnya konsumsi energi listrik yang berimbas pada naiknya
biaya operasional. Implementasi pengendali PID konvensional pada
sistem nonlinear yang memiliki tunda signifikan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mencapai keadaan stabil. Untuk
mengatasi masalah tersebut, implementasi kombinasi pengendali
berbasis PID dan logika fuzzy digunakan pada penelitian ini.

Gambar 1.10. Struktur Algoritma Pengendali Nitrat Berbasis Fuzzy


PID

12
Pengendali nitrat berbasis Fuzzy-PID berprinsip pada
pemanipulasian nilai set point (pengendali PID oleh pengendali
Fuzzy yang bertujuan untuk mengurangi overshoot kadar nitrat.

Proses manipulasi set point rfz(t) pada pengendali PID


dilakukan oleh pengendali fuzzy dengan aturan sebagai berikut ini :
if (input is inNormal) then (output is outNormal)
if (input is inLow) then (output is outHigh)
if (input is inHigh) then (output is outLow)
Untuk fungsi membership masukan dan keluarandidefinisikan pada
Gambar 1.11 dan Gambar 1.12.

Gambar 1.11 Fungsi Membership Masukan Pengendali Fuzzy

Gambar 1.12 Fungsi Membership Keluaran Pengendali Fuzzy

Kombinasi fungsi membership jenis Z-shape, Gaussian dan


S-Shape telah digunakan pada bagian input dan output Fuzzy.
Kombinasi dari tiga fungsi membership tersebut diharapkan dapat
memberikan respon perubahan set point yang signifikan dan dalam

13
waktu yang singkat, apabila kadar nitrat melampui dari kadar
normal yaitu sebesar 1 mg N/L. Pengujian pengendali nitrat berbasis
Fuzzy-PID dan pengendali nitrat berbasis PID, dilakukan dengan
menggunakan model BSM1. Skenario pengujian dilakukan dengan
menggunakan data influent konstan tanpa gangguan selama 150 hari
pada periode stabilisasi. Selanjutnya dilanjutkan dengan
menggunakan data influent kering selama 14 haridengan waktu
cuplik 15 menit. Pengujian masing – masing pengendali nitrat
dilakukan dengan skenario yang sama.

Gambar 1.13 Grafik Perbandingan Umpan Balik Nitrat Pada Pengendali


Berbasis PID dan Fuzzy-PID

Implementasi pengendali nitrat berbasis Fuzzy- PID berhasil


meredam overshoot kadar nitrat, mempercepat waktu penstabilan
dan meningkatkan akurasi kendali seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.13. Pada pengendali PID konvensional digunakan
koefisien proporsional Kp =10000 sedangkan pada pengendali
berbasis Fuzzy-PID digunakan koefisien proporsional Kp=80000.
Pada pengendali berbasis Fuzzy-PID digunakan
koefisienproporsional lebih besar guna mendapatkan respon
perubahan yang lebih cepat. Penggunaan nilai koefisien
proporsional yang besar akan berdampak pada terjadinya
overshoot. Untuk mencegah terjadinya overshoot yang berlebihan,
pengendaliberbasis fuzzy akan memanipulasi set point. Pengendali
Fuzzy akan melakukan koreksi secara otomatis dengan

14
memanipulasi nilai set point berdasarkan aturan yang telah
ditetapkan.

Gambar 1.14 Respon Sistem dan Perubahan Set Point


Dengan kadar nitrat yang lebih stabil maka dihasilkan kadar
buang nitrogen yang lebih rendah. Implementasi pengendali nitrat
berbasis PID konvensional menghasilkan kadar buang nitrogen
sebesar 17.07 mg N/L. Sedangkan pada implementasi pengendali
nitrat berbasis PID menghasilkan kadar buang nitrogen sebesar 16.9
mg N/L. Grafik perubahan kadar nitrat selama 14 hari tercantum
pada Gambar 1.15.

Gambar 1.15Grafik Perubahan Level Nitrogen Selama 14 Hari

Implementasi pengendali nitrat berbasis Fuzzy- PID juga


memberikan efek penurunan kadar buang
ammoniayangdihasilkanolehinstalasipengolahanair limbah.
Implementasi pengendalinitrat berbasis PID konvensional
menghasilkan kadar buang ammonia sebesar 2.95 mg
N/L.Sedangkan implementasi pengendali nitrat berbasis Fuzzy-
PID menghasilkan kadar buangammonia yang lebih rendah

15
yaitusebesar2.85 mg N/L. Grafik perubahan kadar ammonia
selama 14 hari tercantum pada Gambar 1.16.

Gambar 1.16. Grafik Perubahan Level Ammonia Selama 14 Hari

Konsumsi energi listrik pada bagian pompa dan


bagianaerasijugamengalamipenurunan.Padastrategi kendali nitrat
berbasis PID konvensional, konsumsi energi listrik yang
dibutuhkan bagian pompa dan bagian aerasi adalah 21375 kWh
dan 101454 kWh.Pada strategi kendali nitrat berbasis Fuzzy–PID
konsumsienergylistrikyangdibutuhkanbagianpompa dan bagian
aerasi turun menjadi sebesar 21312 kWh dan 101324kWh.

Kesimpulan
Kendali berbasis PID adalah sistem kendali yang umum
digunakan pada instalasi pengolahan air limbah. Penggunaan
kendali berbasis PID menyebabkan overshoot level nitrat yang
signifikan pada pengendalian kadar nitrat. Hal tersebut
mengakibatkan peningkatan kadar buang nitrogen pada air hasil
pengolahan. Meningkatnya kadar nitrogen mengakibatkan
fenomena eutrofikasi yang berbahayabagilingkungan.Dengan
mengimplementasikan kombinasi kendali berbasis Fuzzy dan
PID pada tangki anoxic, didapatkan penurunan kadar cemaran
dan penurunankonsumsienergi listrik pada instalasi pengolahan
air limbah. Kadar nitrogen dan ammonia berkurang sebesar 0.17
mg N/l (0.99%) dan 0.1 mg N/l (3.4%).Konsumsi energi listrik
yang dibutuhkan instalasi pengolahan limbah selama 14 hari
turun sebesar 193 kWh.

16
1.2.2. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H2O) satu
molekul air memiliki dua atom hydrogen kovalen terikat pada atom
oksigen tunggal. Air muncul di alam dalam semua tiga Negara
umum dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di bumi:
uap air dan awan dilangit, air laut dan gunung es dilautan kutub,
gletser dan sungai-sungai di pegunungan, dan cairan pada akuifer
dalam tanah. Pada suhu dan tekanan yang tinggi, seperti di
pedalaman planet raksasa, ia berpendapat bahwa air ada air ionic
dimana molekul terurai menjadi sup ion hydrogen dan okigen , dan
pada tekanan bahkan lebih tinggi sebagai air superionik dimana
oksigen mengkristal tetepi ion hydrogen mengapung dengan bebas
dalam kisi oksigen. Air merupakan sumber kehidupan yang tidak
dapat tergantikan oleh apapun juga. Tanpa air, manusia, hewan dan
tanaman tidak akan dapat hidup.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air
meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus menerus meningkat dan kualitas air untuk
keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan industry,
domestic , dan kegiatan lain berdampak negative terhadap sumber
daya air, antara lain menyebabkan penurunan kulitas air. Kondisi ini
dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua
makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air.
1.2.3. Karakteristik Air
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi
rasa,korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa
asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler. Dimana
disosiasi senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk
molekur, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut
dipengaruhi oleh pH.

17
2. DO (Disolved Oxygen)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak
jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya
dinyatakan dalam persentase saturasi.
3. BOD (Biological Oxygent Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat
pencemar) yang terdapat didalam air buangan secara biologi.
BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self
purification badan air penerima.
Zat organik + m.o + O2 CO2 + m.o + sisa material organik
(CHONSP)
4. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara, kimia. +95%
terurai
Zat Organik + O2 CO2 + H2O
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas
pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa
yang segar. Didalam pemakaian untuk industri (Air
Ketel,Pendingin/Pemanas) adanya kesadahan dalam air tidak
dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh
adanya kadar residu terlarut yang tinggi didalam air.
6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah
sudahmerupakan racun terhadap manusia sehingga perlu di
pembatasan yang agak kuat ( ±0,05 mg/L) . Kehadiran besi
(Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan

18
bau ligam, menimbulkan warna koloid merah ( karat) akibat
oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi.
1.2.4. Pengolahan Air menjadi Air Minum
Tujuan pengolahan air minum merupakan upaya untuk
mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standard
mutu air. Proses pengolahan air minum merupakan proses
perubahan sifat fisik,kimia, dan biologi air baku agat memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai air minum.Pada dasarnya,
pengolahan air minum dapat diawali dengan perjenihan air,
pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai
batas dianjurkan, penghilangan miktoba patogen, memperbaiki
derajad keasaman (pH) serta memisahkan gas-gas terlarut yang
dapat menggangu estetika dan kesehatan.
Air tidak jenih umumnya mengandung residu. Residu
tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi) dan
pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses
penghilangan residu tersebut perlu ditammbahkan koagulan. Bahan
koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas).Untuk
memaksimalkan proses penghilangan residu, koagulan sebaiknya
dilarutkan dalam air sebelum dimasukkan ke dalam tangki
pengendapan.Penghilangan mikroba patogen dapat dilakukan
dengan menggunakan desinfectant. Bahan-bahan desinfectant yang
banyak dipakai adalah kaporit dan ozon.
Umumnya bahan-bahan desinfectant ini bersifat oxidator,
sehingga dapat membutuh mikroba patogen. Dalam mencari
kebutuhan kaporit, harus ditentukan besar daya sergap chlornya.
Daya sergap chlor adalah banyaknya cholr aktif yang dipakai oleh
senyawa pereduksi yang ada dalam air. Jika daya sergap chlor telah
dapat ditentukan, maka kebutuhan kaporit dapat ditentukan.
Penghilangan gas-gas terlarut yang mengganggu didalam
air (misalnya H2S dan CO2) dilakukan dengan proses aerasi. Proses

19
aerasi juga dapat bermanfaat untuk memisahkan besi dan mangan
terlarut dalam air.
1.2.5. Ammonium dan Nitrit
1. Amonium
Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 pada
pH rendah.Amoniak dalam air buangan industry berasal dari
oksidasi bahan-bahan organic oleh bakteri diubah menjadi CO2,
H2O, NH3. Amoniak dalam air limbah sering terbentuk karena
adanya proses kimia secara alami. Jika ada amoniak dalam air, ada
kemungkinan kotoran hewan masuk.Juga dapat terbentuk jika urea
dan asam uric dalam urine mengurai.Pupuk buatan juga
mengandung amoniak dan senyawanya, sehingga rabuk yang
terbawa air dapat terurai dan memberikan amoniak.Siklus nitrogen
menunjukkan peran penting amoniak.Amoniak dalam air tidak
terlalu berbahaya jika air itu diberi klor.
2. Nitrit
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian
teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar
melainkan dalam limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit tidak
dapat bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses
oksidasi antara amoniak dan nitrit. Nitrit bersumber dari bahan-
bahan yang bersifat korosif dan banyak dipergunakan di pabrik-
pabrik.Nitrit tidak tetap dan dapat berubah menjadi amoniak atau
dioksidasi menjadi nitrat.Kondisi ini menunjukkan bahwa
perubahan sedang berlangsung.Terdapatnya nitrat bahwa
pembenahan limbah tidak sempurna.

20
1.2.6. Siklus Nitrogen

Gambar 1.17 Siklus Nitrogen

21
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
1. Botol Semprot : 1 buah
2. Beaker Glass 250 ml : 4 buah
3. Erlenmeyer 250 ml : 5 buah
4. Rak tabung nessler : 1 buah
5. Pipet mili 5 ml : 5 buah
6. Pipet volum 25 ml : 2 buah
7. Bola Hisap : 2 buah
8. Tabung Nessler : 5buah
9. Gelas Ukur 250 ml : 2 buah
10. Corong : 1 buah
11. Labu Ukur 50 ml : 2 buah

2.1.2. Bahan
1. Air lindi sebelum filtrasi : 15ml
2. Air lindi sesudah filtrasi : 7,5 ml
3. Air Prima : 20 ml
4. Air minum Pristin : 20 ml
5. Larutan Pereaksi Nessler : 7 ml
6. Larutan Garam Rochelle : 7 ml
7. Larutan stock NH4+(10 ppm) : 0,6 ml
8. Larutan stock NO2-(10 ppm) : 0,6 ml
9. Aquades : 400 ml

2.2. Tahapan Pengolahan Air Dan Analisa NH4+ dan NO2-


2.2.1. Prosedur Kerja Perancangan Alat
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Alat dan bahan yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu.
3. Akuarium dilubangi sebesar ukuran kran air lalu kran air
dipasang pada akuarium.
4. Bak sedimentasi yang telah di buat, diletakkan diatas kursi.
5. Bahan yang akan digunakan disusun.

22
6. Busa filtrasi dimasukkan ke dalam bak sedimentasi sebagai
lapisan pertama, ukurannya menyesuaikan bentuk bak
sedimentasi.
7. Batu zeolit dimasukkan sebagai lapisan kedua pada bak
sedimentasi dengan tujuan sebagai penyangga dan memberi
riang pada air.
8. Kemudian diberi sekat diatasnya dengan busa filtrasi;
9. Kerikil diletakkan dilapisan yang ketiga;
10. Pasir silika diletakkan di atas lapisan kerikil;
11. Busa filtrasi diletakkan di lapisan selanjutnya;
12. Lapisan selanjutnya kembali diberi sekat busa filtrasi;
13. Lapisan selanjutnya diletakkan arang, dan di atas arang
diletakkan ijuk;
14. Kembali diberi busa filtrasi di lapisan selanjutnya;
15. Pasir putih diletakkan di atas busa filtrasi dan ditutup kembali
dengan busa filtrasi;
16. Ijuk diletakkan kembali di lapisan paling atas.

2.2.2. Prosedur Kerja Pengolahan Air


1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk
membersihkanbahan filtrasi hingga benar – benar bersih sebanyak 3
kali.
3. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air
lindidimasukkan kedalam alat filtrasi lalu ditampung pada beaker
glass secukupnya.
2.2.3. Prosedur Kerja Penetapan NH4+
A. Prosedur Kerja Larutan Standart
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Larutan stock
dipipet masing-masing ke dalam tabung Nessler sebanyak 0 ml,
0,1 ml, 0,5 ml.

23
3. Larutan garam Rochelle dipipet sebanyak 1 ml dan Pereaksi
Nessler dipipet sebanyak 1 ml ke dalam tabung Nessler.
4. Kemudian diencerkan dengan aquadest menjadi 50 ml.
B. Prosedur Kerja Sampel Analisa NH4+
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air Lindi dipipet sebanyak 10 ml ke dalam tabung nessler.
3. Larutan garam Rochelle dipipet sebanyak 1 ml dan Pereaksi
Nessler dipipet sebanyak 1 ml ke dalam tabung nessler, lalu
ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml.
4. Kemudian amati dan catat warna larutan stock yang mendekati
warna sampel.
5. Lakukan hal yang sama pada sampel Air lindi setelah filtrasi, Air
minum Prima, dan Air minum Pristin.

Gambar 2.1.Hasil analisa NH4+

1.2.4 Prosedur Kerja NO2¯


A. Prosedur Kerja Larutan Standart
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Larutan stoke dipipet masing-masing ke dalam tabung Nessler
sebanyak 0 ml, 0,1 ml dan 0,5 ml.
3. Asam Sulfonil dipipet sebanyak 1 ml, Asam Asetat dipipet
sebanyak 0,5 ml dan Napthyl Amine dipipet sebanyak 1 ml ke
dalam tabung Nessler.

B. Prosedur Kerja Sampel Analisa NO2¯


1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air Lindi diukur sebanyak 10 ml dalam gelas ukur 100 ml
3. Asam Sulfonil dipipet sebanyak 1 ml, Asam Asetat dipipet
sebanyak 0,5 ml dan Napthyl Amine dipipet sebanyak 1 ml ke

24
dalam tabung Nessler, lalu ditambahkan aquadest sebanyak 50
ml.
4. Kemudian amati dan catat warna larutan stoke yang mendekati
warna sampel.
5. Lakukan hal yang sama pada sampel Air lindi setelah filtrasi, Air
minum Prima, dan Air minum Pristin.

Gambar 2.2.Hasil analisa NO2¯

2.2.5. BaganTahapanPengolahan Air danAnalisaKadar NH4+dan NO2-

25
Gambar 2.3.Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar NH4+dan NO2-

BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


A. Data Pengamatan NH4+
Tabel 3.1. Data Pengamatan Percobaan Penentuan Kadar NH4+ larutan
stock.

Vol. NH4 Vol.Garam Vol. Vol.


No
Sampel 10 ppm Rochelle Pereaksi Aquadest
.
(ml) (ml) Nessler (ml) (ml)

1. Larutan stock 0 0 1 1 48

2. Larutan stock 0,1 1 1 47,9


0,1
3. Larutan stock 0,5 1 1 47,5
0,5

1. Pengamatan perubahan warna pada larutan stock 10 ppm


( 0 ml ) :
larutan NH4 + larutan garam Rochelle larutan tidak
berwarna
Larutan tidak berwarna + pereaksi Nessler larutan kuning
Larutan kuning + aquades larutan Kuning muda
2. Pengamatan perubahan warna pada larutan stock 10 ppm
( 0,1 ml ) :

26
larutan NH4 + larutan garam Rochelle larutan tidak
berwarna
Larutan tidak berwarna + pereaksi Nessler larutan kuning
Larutan kuning keruh + aquades larutan kuning

3. Pengamatan perubahan warna pada larutan stock 10 ppm


( 0,5 ml ) :
larutan NH4 + larutan garam Rochelle larutan tidak
berwarna
Larutan tidak berwarna + pereaksi Nessler larutan kuning pekat
Larutan kuning pekat + aquades larutan kuning tua.

Tabel 3.2. Data pengamatan percobaan penentuan kadar NH4+ Sampel.

1. Pengamatan perubahan warna sampel air Lindisebelum filtrasi :


Sampel +Larutan garam Rochelle larutan hijau muda
Larutan hijau muda + Pereaksi Nessler larutan kuning

27
Larutan kuning + Aquadest larutan kuning
2. Pengamatan perubahan warna sampel air Lindi sesudah filtrasi:
Sampel +Larutan garam Rochelle larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Pereaksi Nessler larutan kuning
Larutan kuning + Aquadest larutan kuning
3. Pengamatan perubahan warna sampel air Pristin :
Sampel +Larutan garam Rochelle larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Pereaksi Nessler larutan kuning pekat
Larutan kuning pekat + Aquadest larutan kuning tua
4. Pengamatan perubahan warna sampel air Prima :
Sampel +Larutan garam Rochelle larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Pereaksi Nessler larutan kuning
Larutan kuning + Aquadest larutan kuning

B. Data Pengamatan NO2-


Tabel 3.3.Data Pengamatan Percobaan Penentuan Kadar NO2-
Larutan Stock.

1. Pengamatan Perubahan Warna Pada Larutan Stock 0 ppm :


Larutan stock NO2- + asam sulfonil Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + asam asetat Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + napthyl amine Larutan ungu
Larutan ungu+ aquades Larutan ungu muda

28
2. Pengamatan Perubahan Warna Pada Larutan Stock 0.1 ppm :
Larutan stock NO2- + asam sulfonil Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + asam asetat Larutan tidak berwarna


Larutan tidak berwarna + napthyl amine Larutan ungu
Larutan ungu + aquades Larutan ungu muda

3. Pengamatan Perubahan Warna Pada Larutan Stock 0.5 ppm :


Larutan stock NO2- + asam sulfonil Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + asam asetat Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + napthyl amine Larutan ungu
Larutan ungu+ aquades Larutan ungu

Tabel 3.4. Data Pengamatan Percobaan Penentuan Kadar NO2- Sampel.

1. Pengamatan Perubahan Warna Sampel Air Lindi SebelumFiltrasi :


Air lindi + Asamsulfonil Larutan keruh
Larutan keruh + AsamAsetat Larutan keruh

29
Larutan keruh + Napthyl AmineLarutan ungu muda

2. Pengamatan Perubahan Warna Sampel Air Lindi Sesudah Filtrasi :


Air lindi sesudah filtrasi + Asamsulfonil Larutan keruh
Larutan keruh + AsamAsetat Larutan keruh
Larutan keruh + Napthyl Amine Larutan ungu
3. Pengamatan Perubahan Warna Sampel Air Pristine:
Air pristine + Asamsulfonil Larutantidakberwarna
Larutan tidak berwarna + AsamAsetat Larutantidakberwarna
Larutan tidakberwarna + Napthyl AmineLarutan ungu muda
4. Pengamatan Perubahan Warna Sampel Air Prima:
Air prima + Asamsulfonil Larutantidakberwarna
Larutan tidak berwarna + AsamAsetat Larutan tidakberwarna
Larutan tidakberwarna + Napthyl Amine Larutan ungu

3.2.Pengolahan Data
3.2.1. Pembuatan Reagen
A. NH4+
Pembuatan larutan stock 10 ppm dalam labu ukur 100
mlmenggunakan rumus :

N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 =1ppm x 100 ml

V1 = 100 ml /100

V1= 1ml

B. NO2-

Pembuatan larutan stock 10 ppm dalam labu ukur 100


mlmenggunakan rumus :

30
N1 x V1 = N2 x V2
300 ppm x V1 =1ppm x 100 ml

V1 = 300 ml /100

V1 = 3 ml
+
3.2.2. NH4
a. Air lindi sebelum filtrasi
NH4+ =

= 1 ppm

b. Air lindi sesudah filtrasi


NH4+ =
=
= 1 ppm

c. Air pristine
NH4+ =
=
= 0,5 ppm
d. Air prima
NH4+ =
=
= 0,1 ppm
3.2.3. NO2-
a. Air lindi sebelum filtrasi
NO2- =

=
= 0,025 ppm
b. Air lindi sesudah filtrasi

31
NO2- =
=
= 0,5 ppm
c. Air prima
NO2- =
=
= 0,125 ppm
d. Air pristine
NO2- =
=
= 0,025 ppm
3.2.4. Reaksi
a. NH4+

H2O + HSO2  H2SO3 + H+


Air Asam Sulfonil Asam Sulfit Hidrogen
H2SO3 + CH3COOH CH3COOSO3 + 3H+
Asam Sulfit Asam Asetat Sulfit Asetat Hidrogen

CH3COOSO3 + C10H7NH2NH2SO3+ CH3COOC10H7


Sulfit Asetat Napthyl amine SulfonamideNapthyl Asetat

b.NO2-

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Air yang merupakan senyawa H2O adalah bagian penting dalam


kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air.Hampir 85% tubuh
manusia mengandung air dan semakin tinggi tingkat aktivitas maka semakin
tinggi pula air yang dibutuhkan.Air juga merupakan bagian penting dari sumber
daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya
lainnya.

33
Ammonium (NH4+) adalah ion yang apabila bereaksi dengan sodium
hidroksida (NaOH) menghasilkan ammonia. Amonia merupakan gas tidak
berwarna dengan bau yang spesifik (bau air seni), mudah larut dalam air
(larutannya bersifat basa), alcohol dan eter. Pada praktikum ini, diperoleh nilai
NH4+ dalam Pristine, air sungai sebelum filtrasi, air sungai sesudah filtrasi, air
lindi sebelum fitrasi, dan air lindi sesudah filtrasi masing-masing sebesar 0,1 ppm;
0,5 ppm; 0,1 ppm, 4 ppm dan 0,2 ppm. Dalam SNI kadar ammonium (NH4+) yang
diperbolehkan hanya sebesar 0,15 ppm. Hal ini menunjukkan air sungai sebelum
filtrasi, air lindi sebelum fitrasi, dan air lindi sesudah filtrasi tidak baik untuk
digunakan. Sedangkan Pristine dan air sungai setelah filtrasi layak untuk
digunakan karena memiliki kadar ammonium sesuai dengan persyaratan SNI.
Nitrit (NO2-) sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia apabila
didapati dalam air minum ataupun air kemasan. Pada praktikum ini, diperoleh
nilai NO2- dalam Pristine, air sungai setelah filtrasi, air Sungai Sebelum filtrasi, air
lindi sebelum filtrasi dan air lindi setelah filtrasi masing-masing sebesar 0 ppm;
0,5 ppm; 1 ppm; 4 ppm dan 0,2 ppm. Dalam SNI nitrit (NO 2-) yang diperbolehkan
hanya sebesar 0,005 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai sebelum filtrasi,
air sungai setelah filtrasi, air lindi sebelum dan setelah filtrasi tidak baik untuk
digunakan. Sedangkan Air Pristine layak untuk digunakan karena memiliki kadar
nitrit sesuai dengan persyaratan SNI.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kandungan ammonium


(NH4+)pada air lindi sebelum filtrasi, air lindi sesudah filtrasi, air prima,
dan air pristine masing-masing sebesar 1 ppm; 1 ppm; 0,5 ppm; dan 0,1
ppm
2. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kandungan nitrit (NO2-)
pada air lindi sebelum filtrasi, air lindi sesudah filtrasi, air prima, dan air

34
pristine padai masing-masing sebesar 0,1 ppm; 2 ppm; 0,5 ppm; dan0,1
ppm.
3. Dari hasil analisa kadar ammonium (NH4+) dan nitrit (NO2-) hanya air
Pristine yang layak untuk di konsumsi oleh manusia.

5.2 Saran
Sebaiknya pada saat pengamatan warna antara sampel dan larutan
stock dilakukan dengan teliti agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

DAFTARPUSTAKA

Ayu Yusuf, Mega. 2014. Pengaruh Wth Terhadap Kualitas Air Pada Pre-
Treatment Air Bersih Menggunakan Media Limbah Plastik Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) Dengan Fixed Bed Reactor. Papua : Faperta
Unmus.

Mahida,UN. 1986. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri.Jakarta :


C.V. Rajawali.

Sihombing, Juna. 2019. Penuntun Praktikum Pengolahan Air dan Limbah


Industri. Medan :PTKI.

Suharno, Asmadi. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.


Yogyakarta : Gosyen Publishing.

35

Anda mungkin juga menyukai