Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ii
KATA PENGANTA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengolahan Air dan
Limbah Industri ini tepat waktu. Penulis telah berusaha untuk membuat laporan
ini sebaik mungkin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
FORM ASISTENSI LAPORAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 TujuanPraktikum...................................................................... 1
1.2 LandasanTeori........................................................................... 1
1.2.1 Staregi kendali nitrat berbasis Fuzzy-PID pada
proses Nitrogen Removal di Instalasi Pengolahan Air
Limbah
1
1.2.2 Air
17
1.2.3 Karakteristik Air
17
1.2.4 Pengolahan Air Menjadi Air Minum
19
1.2.5 Ammonium dan Nitrit
20
1.2.6 Siklus Nitrogen
21
BAB II METODOLOGI.............................................................................. 22
2.1 Alat dan Bahan........................................................................... 22
2.2 Tahapan Pengolahan Air Dan Analisa NH4+ dan NO2-........... 23
2.2.1 Perancangan Alat ............................................................... 23
2.2.2 Prosedur Kerja Pengolahan Air........................................... 24
2.2.3 Prosedur Kerja Penentuan NH4+ dalam air ........................ 24
2.2.4 Prosedur Kerja Penentuan NO2- dalam air.......................... 25
2.2.5 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan NH4+ serta NO2................ 26
BAB III DATA PENGAMATAN................................................................. 27
3.1 Data Pengamatan ................................................................... 27
iv
3.2 Pengolahan Data ................................................................... 31
3.2.1..PembuataReagen............................................................ 31
3.2.2..NH4+ ............................................................................. 32
3.2.3..NO2- ............................................................................... 33
3.2.4..Reaksi............................................................................. 33
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
adalahfenomena dimana nutrisi dalam ekosistem perairan
meningkat secara secara signifikan.Eutrofikasi dapat
mengancamkeberlangsungan makhluk hidup di ekosistem
perairan.Eutrofikasi disebabkan oleh zat nitrogen (N) dan fosfor (P).
Peraturan mengenai kadar buang hasil pengolahan air limbah telah
ditetapkan oleh International Water Association (IWA) sebesar
kurang dari 18 mg COD/l untuk nitrogen dan 4 mg N/l untuk
ammonia. Pada sistem instalasi pengolahan air limbah, kadar
nitrogen hasil pengolahan dipengaruhi oleh performa pengendali
nitrat pada tangki anoxic. Pada umumnya jenis kendali yang
digunakan untuk mengendalikan nitrat menggunakan kendali
berbasis Proportional-Integral-Derrivative (PID).
Instalasi pengolahan air limbah adalah sebuahsistem tak
linear dengan tunda yang signifikan dan melibatkan proses fisis dan
biologis dalam pengoperasiannya. Perilaku kompleks dari
mikroorganisme pada reaktor biologis beserta gangguannya,
membuat pengendalian tingkat cemaran menghadapi banyak
kendala.Pada instalasi pengolahan air limbah terdapat 5 unit
tangki.Pada unit1 dan unit2 disebut tangki anoxic.Sedangkan pada
unit3, unit4 dan unit5 disebut dengan tangki aerasi.
2
Tangki anoxic digunakan untuk proses denitrifikasi.
Denitrifikasi adalah proses pengubahan nitrat menjadi nitrogen gas
oleh mikroorganisme yang berada pada tangki anoxic. Tangki aerasi
digunakan untuk proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah penguraian
ammonia nitrogen menjadi nitrat oleh
mikroorganismeChemolithotropic. Pada umumnya proses activated
sludge dilibatkan dalam pengoperasian instalasi pengolahan air
limbah. Proses activated sludge bertujuan menjaga konsentrasi
mikroorganisme pada level diatas 100 ppm agar pengolahan air
limbah tetap optimal. Proses ini terjadi didalam tangki aerasi
padainstalasi pengolahan air limbah. Setelah air limbah melalui
tahap nitrifikasi dan denitrifikasi, air limbah yang telah di proses
akan buang ke sungai. Proses nitrogen removal adalah proses paling
penting di dalam sistem instalasi pengolahan air limbah. Proses
nitrogen removal melibatkan dua jenis proses yang berbeda yaitu
nitrifikasi dan denitrifikasi. Proses nitrifikasi melibatkan
mikroorganisme Chemolithotropic. Untuk menghasilkan tingkat
hasil cemaran yang sesuai, dua tahap nitrifikasi harus dilakukan
oleh mikroorganisme ammonia-oxidixing dan nitrite-
oxidizing.Ammonium dioksidasi oleh mikroorganisme ammonia-
oxidizing menjadi nitrit.Nitrit dioksidasi oleh mikroorganisme
nitrit-oxidizing menghasilkan nitrat. Oksigen diperlukan pada
proses nitrifikasi untuk mengurai ammonium. Proses nitrifikasi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal antara lain tingkat oksigen
terlarut,suhu didalam tangki, faktor keasaman, konsentrasi ammonia
dan konsentrasi nitrit. Kegagalan dalam proses nitrifkasi berakibat
pada kegagalan pada proses activated sludge.
3
Gambar 1.2 Siklus Nitrifikasi di Tangki Aerasi
Proses denitrifikasi dilakukan setelah proses nitrifikasi.
Proses denitrifikasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
adalah proses pre-denitrifikasi yang dilakukan di tangki anoxic
pertama (unit1). Predenitrifikasi melibatkan material organik pada
air limbah seperti material karbon. Tahap kedua adalah proses
denitirifikasi yang dilakukan di tangki anoxic kedua. Proses
denitrifikasi melibatkan substansi biologis yang mengubah nitrat
menjadi dinitrogen gas melalui proses yang berurutan. Kadar nitrat
dikendalikan oleh pengendali nitrat dengan tujuan untuk menjaga
kadar nitrat yang berada di tangki anoxic. Instalasi pengolahan air
limbah menghasilkan dua jenis produk akhir yaitu limbah buang
yang akan diproses lebih lanjut dan air hasil pemrosesan yang
dibuang ke sungai, seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.2.
Kendali tradisional PID dan kendali on/off adalah strategi
kendali yang paling banyak digunakan pada instalasi pengolahan air
limbah. Implementasi kendali on/off mengakibatkan overshoot yang
signifikan melampui set point yang ditentukan sehingga kurang
efisien dalam konsumsi energi listrik dan kurangnya stabilitas
pengendalian. Berbagai skema strategi kendali telah dikemukakan
oleh para peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh telah
mengemukakan strategi kendali berbasis model predictive control
(MPC) yang diimplementasikan pada tangki aerasi. Strategi kendali
ini menghasilkankualitas cemaran yang lebih baik dibandingkan
strategi kendali PID.
4
Kelemahan strategi kendali ini adalah diperlukan konsumsi
energi yang lebih besar untuk menghasilkan kualitas cemaran yang
lebih baik dibandingkan strategi kendali berbasis PID.
5
Strategi kendali berbasis MPC dan Fuzzy telah dikemukakan
oleh. Strategi kendali tersebut berfokus pada pengendalian ammonia
nitrogen yang terdapat pada tangki aerasi 3, 4 dan 5. Sistem kendali
yang dikemukakan oleh mengacu pada model kendali master-slave
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5 Sistem kendali berbasis
Fuzzy bertindak sebagai pengendali master sedangkan 3 unit
kendali berbasis MPC dengan umpan balik feed forwardbertindak
sebagai slave. Data laju sirkulasi internal digunakan sebagai umpan
balik feed forward ke pengendali MPC. Nilai set point dari masing –
masing MPC diatur oleh pengendali berbasis Fuzzy berdasarkan
tingkat kadar ammonium yang berada pada tangki aerasi unit 5.
Pengendali berbasis Fuzzy juga digunakan untuk mengatur laju
sirkulasi internal berdasarkan kadar ammonium (NH5) pada tangki
aerasi unit5 dan kadar ammonia yangmasukke plant. Tujuan dari
pengaturan laju sirkulasi internal adalah untuk menyesuaikan kadar
nitrat yang masuk ke dalam tangki anoxic(unit1). Berdasarkan
skema strategi kendali yang dikemukakan oleh, dibutuhkan lebih
banyak sensor dan perangkat pengendali dibandingkan dengan
strategi kendali berbasis PID konvensional. Adapun sensor
tambahan yang dimaksud adalah 3 sensor lajuarus (flow rate
sensor), 3 sensor oksigen terlarut (dissolved oxygen sensor), sebuah
sensor ammonium (NH5 sensor) dan satu sensor ammonia (NH
sensor)yang mengakibatkan adanya biaya tambahan dan biaya
modifikasi pada plant.
6
Gambar 1.5 Strategi Kendali Berbasis MPC Dan Fuzzy
Rancangan Santin
7
pada strategi kendali tersebut.Karbon eksternal digunakan untuk
mempercepatproses denitrifikasi, meskipun penggunaan
karboneksternal berdampak pada meningkatnya biayaoperasional.
Strategi kendali yang telahdikemukakan oleh, berhasil
meningkatkankualitas cemaran dibandingkan dengan strategi
kendaliPID meskipun terdapat kompensasi berupa adanyabiaya
tambahan yaitu kenaikan biaya operasionaluntuk penambahan
karbon eksternal (EC1) dan biayamodifikasi plant.
Metodologi Penelitian
Analisa Pengendali Nitrat Berbasis PID
Kadar nitrogen yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan air
limbah dipengaruhi oleh konsentrasi nitrat yang terdapat pada
tangki anoxic. Pengendalian laju sirkulasi internal dilakukan untuk
mengendalikan kadar nitrat yang terdapat pada tangki anoxic.
Manipulasi aktuator flow splitter berguna untuk mengendalikan laju
sirkulasi internal. Proses manipulasi aktuator pada flow splitter
dilakukan oleh pengendali nitrat (nitrate controller).
8
Gambar 1.8 Grafik Umpan Balik Pengendali Nitrat Dengan Kendali
Berbasis PID
9
Evaluasi Konsumsi Energi Pompa
Tingkat konsumsi energi yang diperlukan oleh pompa
dipengaruhi oleh sirkulasi air limbah yang masuk dan keluar dari
instalasi. Beberapa parameter yang meliputi kadar nitrogen, kadar
ammonia dan laju sirkulasi internal juga mempengaruhi konsumsi
energi pompa. Model kalkulasi konsumsi energi pompa
sesuai dengan persamaan (2).
10
Dimana AE adalah konsumsi energi listrik yang digunakan
untuk proses aerasi, kadar saturasi oksigen terlarutadalah volume
tangki, dan KLai adalah koefisien aerasi.
11
anoxic kedua sebesar. Pada umumnya pengendali nitrat yang telah
ada menggunakan pengendali PID dengan model seperti pada
persamaan (4).
12
Pengendali nitrat berbasis Fuzzy-PID berprinsip pada
pemanipulasian nilai set point (pengendali PID oleh pengendali
Fuzzy yang bertujuan untuk mengurangi overshoot kadar nitrat.
13
waktu yang singkat, apabila kadar nitrat melampui dari kadar
normal yaitu sebesar 1 mg N/L. Pengujian pengendali nitrat berbasis
Fuzzy-PID dan pengendali nitrat berbasis PID, dilakukan dengan
menggunakan model BSM1. Skenario pengujian dilakukan dengan
menggunakan data influent konstan tanpa gangguan selama 150 hari
pada periode stabilisasi. Selanjutnya dilanjutkan dengan
menggunakan data influent kering selama 14 haridengan waktu
cuplik 15 menit. Pengujian masing – masing pengendali nitrat
dilakukan dengan skenario yang sama.
14
memanipulasi nilai set point berdasarkan aturan yang telah
ditetapkan.
15
yaitusebesar2.85 mg N/L. Grafik perubahan kadar ammonia
selama 14 hari tercantum pada Gambar 1.16.
Kesimpulan
Kendali berbasis PID adalah sistem kendali yang umum
digunakan pada instalasi pengolahan air limbah. Penggunaan
kendali berbasis PID menyebabkan overshoot level nitrat yang
signifikan pada pengendalian kadar nitrat. Hal tersebut
mengakibatkan peningkatan kadar buang nitrogen pada air hasil
pengolahan. Meningkatnya kadar nitrogen mengakibatkan
fenomena eutrofikasi yang berbahayabagilingkungan.Dengan
mengimplementasikan kombinasi kendali berbasis Fuzzy dan
PID pada tangki anoxic, didapatkan penurunan kadar cemaran
dan penurunankonsumsienergi listrik pada instalasi pengolahan
air limbah. Kadar nitrogen dan ammonia berkurang sebesar 0.17
mg N/l (0.99%) dan 0.1 mg N/l (3.4%).Konsumsi energi listrik
yang dibutuhkan instalasi pengolahan limbah selama 14 hari
turun sebesar 193 kWh.
16
1.2.2. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H2O) satu
molekul air memiliki dua atom hydrogen kovalen terikat pada atom
oksigen tunggal. Air muncul di alam dalam semua tiga Negara
umum dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di bumi:
uap air dan awan dilangit, air laut dan gunung es dilautan kutub,
gletser dan sungai-sungai di pegunungan, dan cairan pada akuifer
dalam tanah. Pada suhu dan tekanan yang tinggi, seperti di
pedalaman planet raksasa, ia berpendapat bahwa air ada air ionic
dimana molekul terurai menjadi sup ion hydrogen dan okigen , dan
pada tekanan bahkan lebih tinggi sebagai air superionik dimana
oksigen mengkristal tetepi ion hydrogen mengapung dengan bebas
dalam kisi oksigen. Air merupakan sumber kehidupan yang tidak
dapat tergantikan oleh apapun juga. Tanpa air, manusia, hewan dan
tanaman tidak akan dapat hidup.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air
meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus menerus meningkat dan kualitas air untuk
keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan industry,
domestic , dan kegiatan lain berdampak negative terhadap sumber
daya air, antara lain menyebabkan penurunan kulitas air. Kondisi ini
dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua
makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air.
1.2.3. Karakteristik Air
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi
rasa,korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa
asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler. Dimana
disosiasi senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk
molekur, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut
dipengaruhi oleh pH.
17
2. DO (Disolved Oxygen)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak
jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya
dinyatakan dalam persentase saturasi.
3. BOD (Biological Oxygent Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat
pencemar) yang terdapat didalam air buangan secara biologi.
BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self
purification badan air penerima.
Zat organik + m.o + O2 CO2 + m.o + sisa material organik
(CHONSP)
4. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara, kimia. +95%
terurai
Zat Organik + O2 CO2 + H2O
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas
pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa
yang segar. Didalam pemakaian untuk industri (Air
Ketel,Pendingin/Pemanas) adanya kesadahan dalam air tidak
dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh
adanya kadar residu terlarut yang tinggi didalam air.
6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah
sudahmerupakan racun terhadap manusia sehingga perlu di
pembatasan yang agak kuat ( ±0,05 mg/L) . Kehadiran besi
(Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan
18
bau ligam, menimbulkan warna koloid merah ( karat) akibat
oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi.
1.2.4. Pengolahan Air menjadi Air Minum
Tujuan pengolahan air minum merupakan upaya untuk
mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standard
mutu air. Proses pengolahan air minum merupakan proses
perubahan sifat fisik,kimia, dan biologi air baku agat memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai air minum.Pada dasarnya,
pengolahan air minum dapat diawali dengan perjenihan air,
pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai
batas dianjurkan, penghilangan miktoba patogen, memperbaiki
derajad keasaman (pH) serta memisahkan gas-gas terlarut yang
dapat menggangu estetika dan kesehatan.
Air tidak jenih umumnya mengandung residu. Residu
tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi) dan
pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses
penghilangan residu tersebut perlu ditammbahkan koagulan. Bahan
koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas).Untuk
memaksimalkan proses penghilangan residu, koagulan sebaiknya
dilarutkan dalam air sebelum dimasukkan ke dalam tangki
pengendapan.Penghilangan mikroba patogen dapat dilakukan
dengan menggunakan desinfectant. Bahan-bahan desinfectant yang
banyak dipakai adalah kaporit dan ozon.
Umumnya bahan-bahan desinfectant ini bersifat oxidator,
sehingga dapat membutuh mikroba patogen. Dalam mencari
kebutuhan kaporit, harus ditentukan besar daya sergap chlornya.
Daya sergap chlor adalah banyaknya cholr aktif yang dipakai oleh
senyawa pereduksi yang ada dalam air. Jika daya sergap chlor telah
dapat ditentukan, maka kebutuhan kaporit dapat ditentukan.
Penghilangan gas-gas terlarut yang mengganggu didalam
air (misalnya H2S dan CO2) dilakukan dengan proses aerasi. Proses
19
aerasi juga dapat bermanfaat untuk memisahkan besi dan mangan
terlarut dalam air.
1.2.5. Ammonium dan Nitrit
1. Amonium
Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 pada
pH rendah.Amoniak dalam air buangan industry berasal dari
oksidasi bahan-bahan organic oleh bakteri diubah menjadi CO2,
H2O, NH3. Amoniak dalam air limbah sering terbentuk karena
adanya proses kimia secara alami. Jika ada amoniak dalam air, ada
kemungkinan kotoran hewan masuk.Juga dapat terbentuk jika urea
dan asam uric dalam urine mengurai.Pupuk buatan juga
mengandung amoniak dan senyawanya, sehingga rabuk yang
terbawa air dapat terurai dan memberikan amoniak.Siklus nitrogen
menunjukkan peran penting amoniak.Amoniak dalam air tidak
terlalu berbahaya jika air itu diberi klor.
2. Nitrit
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian
teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar
melainkan dalam limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit tidak
dapat bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses
oksidasi antara amoniak dan nitrit. Nitrit bersumber dari bahan-
bahan yang bersifat korosif dan banyak dipergunakan di pabrik-
pabrik.Nitrit tidak tetap dan dapat berubah menjadi amoniak atau
dioksidasi menjadi nitrat.Kondisi ini menunjukkan bahwa
perubahan sedang berlangsung.Terdapatnya nitrat bahwa
pembenahan limbah tidak sempurna.
20
1.2.6. Siklus Nitrogen
21
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
1. Botol Semprot : 1 buah
2. Beaker Glass 250 ml : 4 buah
3. Erlenmeyer 250 ml : 5 buah
4. Rak tabung nessler : 1 buah
5. Pipet mili 5 ml : 5 buah
6. Pipet volum 25 ml : 2 buah
7. Bola Hisap : 2 buah
8. Tabung Nessler : 5buah
9. Gelas Ukur 250 ml : 2 buah
10. Corong : 1 buah
11. Labu Ukur 50 ml : 2 buah
2.1.2. Bahan
1. Air lindi sebelum filtrasi : 15ml
2. Air lindi sesudah filtrasi : 7,5 ml
3. Air Prima : 20 ml
4. Air minum Pristin : 20 ml
5. Larutan Pereaksi Nessler : 7 ml
6. Larutan Garam Rochelle : 7 ml
7. Larutan stock NH4+(10 ppm) : 0,6 ml
8. Larutan stock NO2-(10 ppm) : 0,6 ml
9. Aquades : 400 ml
22
6. Busa filtrasi dimasukkan ke dalam bak sedimentasi sebagai
lapisan pertama, ukurannya menyesuaikan bentuk bak
sedimentasi.
7. Batu zeolit dimasukkan sebagai lapisan kedua pada bak
sedimentasi dengan tujuan sebagai penyangga dan memberi
riang pada air.
8. Kemudian diberi sekat diatasnya dengan busa filtrasi;
9. Kerikil diletakkan dilapisan yang ketiga;
10. Pasir silika diletakkan di atas lapisan kerikil;
11. Busa filtrasi diletakkan di lapisan selanjutnya;
12. Lapisan selanjutnya kembali diberi sekat busa filtrasi;
13. Lapisan selanjutnya diletakkan arang, dan di atas arang
diletakkan ijuk;
14. Kembali diberi busa filtrasi di lapisan selanjutnya;
15. Pasir putih diletakkan di atas busa filtrasi dan ditutup kembali
dengan busa filtrasi;
16. Ijuk diletakkan kembali di lapisan paling atas.
23
3. Larutan garam Rochelle dipipet sebanyak 1 ml dan Pereaksi
Nessler dipipet sebanyak 1 ml ke dalam tabung Nessler.
4. Kemudian diencerkan dengan aquadest menjadi 50 ml.
B. Prosedur Kerja Sampel Analisa NH4+
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air Lindi dipipet sebanyak 10 ml ke dalam tabung nessler.
3. Larutan garam Rochelle dipipet sebanyak 1 ml dan Pereaksi
Nessler dipipet sebanyak 1 ml ke dalam tabung nessler, lalu
ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml.
4. Kemudian amati dan catat warna larutan stock yang mendekati
warna sampel.
5. Lakukan hal yang sama pada sampel Air lindi setelah filtrasi, Air
minum Prima, dan Air minum Pristin.
24
dalam tabung Nessler, lalu ditambahkan aquadest sebanyak 50
ml.
4. Kemudian amati dan catat warna larutan stoke yang mendekati
warna sampel.
5. Lakukan hal yang sama pada sampel Air lindi setelah filtrasi, Air
minum Prima, dan Air minum Pristin.
25
Gambar 2.3.Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar NH4+dan NO2-
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
1. Larutan stock 0 0 1 1 48
26
larutan NH4 + larutan garam Rochelle larutan tidak
berwarna
Larutan tidak berwarna + pereaksi Nessler larutan kuning
Larutan kuning keruh + aquades larutan kuning
27
Larutan kuning + Aquadest larutan kuning
2. Pengamatan perubahan warna sampel air Lindi sesudah filtrasi:
Sampel +Larutan garam Rochelle larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Pereaksi Nessler larutan kuning
Larutan kuning + Aquadest larutan kuning
3. Pengamatan perubahan warna sampel air Pristin :
Sampel +Larutan garam Rochelle larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Pereaksi Nessler larutan kuning pekat
Larutan kuning pekat + Aquadest larutan kuning tua
4. Pengamatan perubahan warna sampel air Prima :
Sampel +Larutan garam Rochelle larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Pereaksi Nessler larutan kuning
Larutan kuning + Aquadest larutan kuning
28
2. Pengamatan Perubahan Warna Pada Larutan Stock 0.1 ppm :
Larutan stock NO2- + asam sulfonil Larutan tidak berwarna
29
Larutan keruh + Napthyl AmineLarutan ungu muda
3.2.Pengolahan Data
3.2.1. Pembuatan Reagen
A. NH4+
Pembuatan larutan stock 10 ppm dalam labu ukur 100
mlmenggunakan rumus :
N1 x V1 = N2 x V2
100 ppm x V1 =1ppm x 100 ml
V1 = 100 ml /100
V1= 1ml
B. NO2-
30
N1 x V1 = N2 x V2
300 ppm x V1 =1ppm x 100 ml
V1 = 300 ml /100
V1 = 3 ml
+
3.2.2. NH4
a. Air lindi sebelum filtrasi
NH4+ =
= 1 ppm
c. Air pristine
NH4+ =
=
= 0,5 ppm
d. Air prima
NH4+ =
=
= 0,1 ppm
3.2.3. NO2-
a. Air lindi sebelum filtrasi
NO2- =
=
= 0,025 ppm
b. Air lindi sesudah filtrasi
31
NO2- =
=
= 0,5 ppm
c. Air prima
NO2- =
=
= 0,125 ppm
d. Air pristine
NO2- =
=
= 0,025 ppm
3.2.4. Reaksi
a. NH4+
b.NO2-
32
BAB IV
PEMBAHASAN
33
Ammonium (NH4+) adalah ion yang apabila bereaksi dengan sodium
hidroksida (NaOH) menghasilkan ammonia. Amonia merupakan gas tidak
berwarna dengan bau yang spesifik (bau air seni), mudah larut dalam air
(larutannya bersifat basa), alcohol dan eter. Pada praktikum ini, diperoleh nilai
NH4+ dalam Pristine, air sungai sebelum filtrasi, air sungai sesudah filtrasi, air
lindi sebelum fitrasi, dan air lindi sesudah filtrasi masing-masing sebesar 0,1 ppm;
0,5 ppm; 0,1 ppm, 4 ppm dan 0,2 ppm. Dalam SNI kadar ammonium (NH4+) yang
diperbolehkan hanya sebesar 0,15 ppm. Hal ini menunjukkan air sungai sebelum
filtrasi, air lindi sebelum fitrasi, dan air lindi sesudah filtrasi tidak baik untuk
digunakan. Sedangkan Pristine dan air sungai setelah filtrasi layak untuk
digunakan karena memiliki kadar ammonium sesuai dengan persyaratan SNI.
Nitrit (NO2-) sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia apabila
didapati dalam air minum ataupun air kemasan. Pada praktikum ini, diperoleh
nilai NO2- dalam Pristine, air sungai setelah filtrasi, air Sungai Sebelum filtrasi, air
lindi sebelum filtrasi dan air lindi setelah filtrasi masing-masing sebesar 0 ppm;
0,5 ppm; 1 ppm; 4 ppm dan 0,2 ppm. Dalam SNI nitrit (NO 2-) yang diperbolehkan
hanya sebesar 0,005 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai sebelum filtrasi,
air sungai setelah filtrasi, air lindi sebelum dan setelah filtrasi tidak baik untuk
digunakan. Sedangkan Air Pristine layak untuk digunakan karena memiliki kadar
nitrit sesuai dengan persyaratan SNI.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
34
pristine padai masing-masing sebesar 0,1 ppm; 2 ppm; 0,5 ppm; dan0,1
ppm.
3. Dari hasil analisa kadar ammonium (NH4+) dan nitrit (NO2-) hanya air
Pristine yang layak untuk di konsumsi oleh manusia.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat pengamatan warna antara sampel dan larutan
stock dilakukan dengan teliti agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
DAFTARPUSTAKA
Ayu Yusuf, Mega. 2014. Pengaruh Wth Terhadap Kualitas Air Pada Pre-
Treatment Air Bersih Menggunakan Media Limbah Plastik Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) Dengan Fixed Bed Reactor. Papua : Faperta
Unmus.
35