A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah terapi yang utama dalam keperawatan jiwa. Terapi
ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptive
menjadi perilaku adaptif ( Kusumawati dan Hartono, 2010).
Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan
lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan system pendukung yang ada ketika
menjalani terapi. (Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi modalitas bertujuan agar pola perilaku dan kepribadian seperti
ketrampilan coping gaya komunikasi dan tingkat harga diri secara bertahap dan
berkembang. Mengingat bahwa klien dengan gangguan jiwa membutuhkan
pengawasan yang ketat dan lingkungan suffortif yang aman. Beberapa terapi
keperawatan didasarkan ilmu dan seni keperawatan jiwa.
Terapi keperawatan jiwa adalah berbagai alternative terapi yang dapat
diberikan pada klien dengan gangguan jiwa.
5. Terapi Okupasi
5.1. Pengertian
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang
untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.Terapi ini berfokus
pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,pemeliharaan
dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri,tidak
tergantung pada pertolongan orang lain.
5.2. Tujuan terapi okupasi
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental
Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnose
dan terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik,meningkatkan
gerak,sendi,otot,dan koordinasi gerakan.
c. Mengajarkan ADL seperti makan,berpakaian,BAB,BAK,dan lain
sebagainya.
d. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah
e. Meningkatkan toleransi kerja,memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang dimiliki.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk
mengetahui kemampuan bersosialisasi,bakat,minat dan potensinya.
g. Mengarahkan minat da hobi untuk dapat digunakan setelah klien kembali
di lingkungan masyarakat.
Dapat dimodifikasi
6. Terapi Lingkungan
6.1. Pendahuluan
Terapi lingkungan “Milieu terapi” adalah suatu manipulasi ilmiah pada
lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien
dan untuk mengembangkan ketrampilan emosional dan sosial (Stuart-
sundeen,1991) sedangkan Sedangkan menurut Suliswati (2005) dalam Direja
2011, terapi lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang ditata untuk
menunjang proses terapi, baik fisik, mental maupun sosial agar dapat
membantu penyembuhan dan pemulihan klien.
6.2. Tujuan Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien
gangguan jiwa yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan
jiwa. Schultz & Videbeck (1998) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan
lingkungan yang terapeutik akan memberikan kesempatan untuk istirahat
memulihkan diri, sewaktu untuk berfokus pada perkembangan dalam hal
kekuatan dan kesepakatan belajar, agar klien mampu mengidentifikasi alternative
dan solusi masalah. Menurut Sabroms cit & Sudeen (1995) menyebutkan 2
tujuan yaitu:
1) Mengatur batasi gangguan perilaku dan perilaku maladaptif.
2) Mengajarkan kememampuan psikososial.
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku yang maladaptif, perlu
ditekanan penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat
keterampilan psikososial. (Abroms, 1995). Empat keterampilan tersebut
yaitu:
a. Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realita yg baik. Orientasi
tersebut berhubungan dengan pemahaman klien terhadap
orang, waktu,tempat dan situasi. Sedangkan terhadap realita dapat
dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan orang lain.
b. Assetation
c. Accupation
d. Recreation
3) Aspek Sosial
4) Aspek Emosional
7. Terapi Somatik
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak
dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa.
7.1. Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Alat tersebut meliputi
penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat.
Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi
yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan. Indikasi restrain
yaitu
1. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
Prinsip intervensi restrain ini melindungi klien dari cedera fisik dan
memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat menyebabkan klien
merasa tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah
perasaan tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus pakah
sesuai dengan indikasi terapi, dan terapi ini hanya untuk intervensi yang
paling akhir apabila intervensi yang lain gagal mengatasi perilaku agitasi
klien.
7.2. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus. Klien tidak dapat meninggalkan ruangan tersebut secara bebas.
Bentuk seklusi berupa pengurungan diruangan tidak terkunci sampai
pengurungan dalam ruangan terkunci dengan kasur tanpa seprei, tergnatung
dari tingkat kegawatan klien.
Indikasi seklusi yaitu klien dengan perilaku kekerasan yang
mebahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Kontraindikasi dari terapi
ini antara lain:
a. Risiko tinggi bunuh diri
b. Klien dengan gangguan sosial
d. Hukuman
7.3. Fototerapi
Fototerapi atau sinar adalah terapi somatic pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien pada sinar terang (520 kali lebih terang dari sinar
ruangan). Klien disuruh duduk dengan mata terbuka 1,5 meter, di depan klien
diletakkan lampu flouresen spectrum luas setinggi mata. Waktu dan dosis ini
bervariasi pada tiap individu. Beberapa klien berespons jika terapi diberikan
pagi hari, sementara klien lain lebih bereaksi kalau dilakukan terapi pada
waktu sore hari. Semakin sinar terang, semakin efektif terapi per unit waktu.
Fototerapi berlangsung dalam waktu yang tidak lama namun cepat
menimbulkan efek terapi. Kebanyakan klien merasa sembuh setelah 3-5 hari
tetapi klien dapat kembali kambuh jika terapi dihentikan. Terapi ini
menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien depresi musim dingin atau
gangguan afektif musiman.Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi
dapat berupa nyeri kepala, insomnia, kelelahan, mual, mata kering, keluar
sekresi dari hidung atau sinus dan rasa lelah pada mata.
c. Persiapan Alat
Kain kasa
Spuit disposibel
Tensimeter
Stetoskop
Slim suiger
Test konvulsator
d. Persiapan klien
Anjurkan pasien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang
dipakai oleh klien
Jika ada tanda ansietas pada klien, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam
sebelum ECT
e. Pelaksanaan
g) Rahang bawah (dagu) ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang
dengan dilapisi kain.
i) Pasang kedua elektroda di pelipis yang sudah dilapisi kain kasa basah
kemudian tekan tombol sampai timer berhenti dan dilepas
m) Kepala dimiringkan.
f. setelah ETC
Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil.
Jaga keamanan
Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai kebutuhan.
Biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.
Mengembangkan sosialisai
Tipe: Kelompok remotivasi
Aktivitas: Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi.
Tipe: Kelompok mengingatkan
Aktivitas: Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif
Prinsipnya:
Model komunikasi
Model komunikasi menggunkan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau
komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan
ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari
kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Leader mengajarkan kepada kelompok bahwa :
- Perlu berkomunikasi
- Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
- Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
- Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam
membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi
efektif.
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan
interpersonal dan sosial anggota kelompok. Selain itu teori
komunikasi membantu anggota merealisasikan bagaimana mereka
berkomunikasi lebih efektif. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran,
perasaan, tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab
akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan
terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku
social yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk
mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul,
leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang
membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa
yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada
saat terjadi konflik
Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk
berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa
yang pernah lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang
pernah dialami.
Contoh: Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.
f. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktivitas kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulus
kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien
yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam
upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaftif.
Tujuan:
Karakteristik:
Tujuan :
Tujuan:
Karakteristik:
Untuk :
Tujuan umum:
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomukasi saling memperhatikan, member tanggapan
terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
Tujuan khusus:
Karakteristik:
Penyaluran Energi
Penyaluran energy merupakan teknik untuk menyalurkan energy
secara konstruktif dimana memungkinkan pengembangan pola-pola
penyaluran energy seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara
konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan.
Tujuan:
a) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi
leader, anggota tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan
serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan
beserta dana yang dibutuhkan.
b) Fase Awal
Pada fase ini terdapat 3 tahapan yang terjadi,yaitu orientasi,konflik atau
kebersamaan
Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan system social masing-
masing,lender mulai menunjukan rencana terapi dan mengambil kontrak dan
anggota.
Konflik :
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok,anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,bagaimana peran
anggota,tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
Kebersamaan :
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah,anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
c) Fase Kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim :
d) Fase Terminasi
Ada 2 jenis terminasi akhir dan terminasi sementara.Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature,tidak sukses atau sukses.Terminasi
dapat menyebabkan kecemasan,regresi, dan kecewa.Untuk menghindari hal
ini terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukan sikap betapa
bermaknanya kegiatan tersebut,mengajurkan anggota untuk member umpan
balik pada tiap anggota.Terminasi tidak boleh disangkai,tetapi harus tuntas
didiskusikan.Akhir terapi aktivitas kelompok harus di evaluasi,bias melalui pre
dan post test
h. Terapis
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien
yang mengalami ganguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
Perawat
Psikoater
Psikolog
Dokter
Fisioterapis
Speech terapis
Occupationl terapis
Social worker
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa: teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Depkes RI.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kusumawati, Faridan dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Nasir , Abdul dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G.W. dan Sudden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari
Pocket Guide to Psyciatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3 rd end. Jakarta:
EGC.
Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.