Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROPORSI

KOMISARIS INDEPENDEN, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT

AGRESIVITAS PAJAK SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN

JURNAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai kebulatan


studi Program Strata Satu (S-1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Oleh:

AMILIA ROHMA
A1C 011 012

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2015
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROPORSI

KOMISARIS INDEPENDEN, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT

AGRESIVITAS PAJAK SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN

Oleh:

Amilia Rohma

Dosen pembimbing:

Dr. M. Ali Fikri, SE.,MSA.,Ak


.
Erna Widiastuty, SE.,M.Si.

ABSTRACT

The objective of this study is to examine the influence of institutional ownership, the
proportion of independent directors and audit quality on the level of tax aggressiveness
as well as its implications for the value of the company. This study uses six control
variables, namely the size of the company, capital intensity, profitability, investment
decisions, financing decisions and accruals. The population of this study consisted of
142 manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange during the period
2011 to 2013. The sample of this study consisted of 77 manufacturing companies, which
is determined based on purposive sampling method. Multiple linear regressions
analysis were performed two times to each one of the two models developed in this
study, whereby one time is by including control variables and the second time is by
excluding control variables. The results which include the control variable in the first
model show that proportion of independent directors and audit quality has positive
influence on the level of taxes aggressiveness, meanwhile institutional ownership
variable has no influence on the level of tax aggressiveness. The second model test
results show that the level of tax aggressiveness has negative influence on the value of
the company. Furthermore, regression results without including the control variables
show that in the first model, the variable proportion of independent directors and audit
quality does not affect the level of tax aggressiveness while institutional ownership
variable has a positive effect on the level of tax aggressiveness. In the second model by
excluding control variable, the result show that level of tax aggressiveness negatively
affect the value of the company.

Keywords: institutional ownership, independent commissioner, audit quality, tax


aggressiveness level, the value of the company.
1. Pendahuluan

Pajak merupakan salah satu sumber terbesar penerimaan negara dengan


persentase yang cukup signifikan yaitu sebesar 73% dari total penerimaan negara pada
tahun 2012 dan proyeksi penerimaan negara dari sektor pajak sebesar 76.5% pada tahun
2013 (RAPBNP, 2013). Dengan persentase yang cukup besar, penerimaan pajak
memiliki peran penting dalam perekonomian. Di dalam pelaksanaannya, pembayaran
pajak yang tertib, tepat waktu, dan tepat jumlah tidak selalu berjalan lancar (Widjaja
dan Bunaidi, 2013). Hal ini karena terdapat perbedaan kepentingan antara pemerintah
yang diwakili oleh pihak fiskus dengan perusahaan sebagai wajib pajak badan. Semakin
besar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan, maka pendapatan negara akan semakin
meningkat sehingga pemerintah menginginkan agar penerimaan pajak selalu meningkat
dari tahun ke tahun. Sari dan Martani (2010) menyatakan bahwa pemilik perusahaan
akan lebih suka manajemen melakukan tindakan pajak agresif karena bagi perusahaan,
pajak yang dibayar merupakan biaya yang mengurangi laba bersih.
Adanya perbedaan kepentingan perpajakan antara pemerintah (fiskus) dan
perusahaan menyebabkan manajemen melakukan tindakan agresivitas pajak guna
menekan pengeluaran yang terkait dengan perpajakan baik melalui tindakan yang
diperbolehkan oleh undang-undang (tax avoidance) maupun secara ilegal (tax evasion).
Agresivitas pajak/tindakan pajak agresif yang dimaksudkan dalam penelitian ini lebih
dikhususkan terhadap tindakan penghindaran pajak di mana menurut Annisa dan
Kurniasih (2012), tax avoidance ialah strategi pajak yang agresif yang dilakukan oleh
perusahaan dalam meminimalkan beban pajak, sehingga kegiatan ini memunculkan
risiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata
publik.
Data yang diperoleh dari http://www.kompas.com menunjukkan bahwa pada
tahun penerimaan pajak sebesar Rp 872,6 Triliun pada 2011, tahun 2012 penerimaan
pajak sebesar Rp 980,1 Triliun, tahun 2013 sebesar Rp 1.148,36 Triliun di mana
penerimaan pajak negara mengalami peningkatan. Sejalan dengan meningkatnya
penerimaan pajak negara, tingkat perlawanan pajak di Indonesia oleh para wajib pajak
semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
penerimaan negara dari sektor pajak, belum tentu merupakan indikator yang baik untuk
menilai kepatuhan pembayaran pajak karena peraturan-peraturan yang dibuat
pemerintah masih dapat disalahgunakan oleh wajib pajak.
Upaya pemerintah untuk mengoptimalkan penerimaan dari sektor pajak dengan
melakukan reformasi perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan
sukarela wajib pajak dan meningkatkan kepercayaan wajib pajak terhadap administrasi
perpajakan yang baik (Ardiyansah, 2014). Salah satu contoh dari reformasi perpajakan
yang dilakukan pemerintah ialah perubahan tarif pajak PPh Badan dengan tarif progresif
menjadi tarif tunggal (28% pada 2009 dan turun menjadi 25% pada 2010) mengikuti
berlakunya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebagai perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 yang berlaku sejak 1 Januari 2009 namun hingga saat ini
tindakan pajak agresif seperti melakukan penghindaran pajak tetap menjadi hal yang
cenderung dipilih oleh manajemen dikarenakan adanya persaingan usaha yang semakin
ketat dalam lingkup nasional dan global sehingga perusahaan termotivasi untuk
meningkatkan laba setelah pajak (terlepas dari sifat oportunis manajer).Tindakan pajak
agresif memiliki unsur kerahasiaan karena perusahaan selalu ingin menjaga reputasi di
hadapan pemegang saham, sehingga hal tersebut dapat mengurangi transparansi
perusahaan sehingga perlu diterapkan mekanisme corporate governance untuk
mencapai tata kelola perusahaan yang baik (sartika, 2012). Sebagai mekanisme
eksternal corporate governance, investor institusional berfungsi untuk memantau dan
mengendalikan tindakan manajemen untuk tidak melakukan tindakan yang
menguntungkan diri sendiri. Hal ini dikarenakan investor institusional cenderung tidak
terlalu menginginkan tindakan manajemen yang berisiko negatif.
Keterkaitan antara kepemilikan institusional dengan tingkat agresivitas pajak
dalam beberapa penelitian sebelumnya diteliti oleh Khurana dan Moser (2009), Moore
(2012), Widjaja dan Bunaidi (2013), dan Fadhilah (2014). Selain keberadaan investor
institusional, proporsi komisaris independen juga berperan penting untuk memberikan
masukan bagi dewan direksi mengenai kebijakan perusahaan. Komisaris independen
merupakan pihak non terafiliasi dengan manajemen dan pemegang saham sehingga
diharapkan dapat mencegah terjadinya tindakan pajak agresif (Fadhilah, 2014). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2011) serta Widjaja dan Bunaidi
(2013) menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
tingkat agresivitas pajak perusahaan. Kualitas audit sebagai salah satu mekanisme
corporate governance juga merupakan indikator penting dan berhubungan dengan
pengendalian atas tindakan agresif perpajakan karena berhubungan dengan transparansi
pengungkapan kondisi keuangan perusahaan. Kualitas audit yang dilakukan oleh KAP
Big 4 memiliki insentif lebih besar untuk mendeteksi dan mengungkapkan kesalahan
pelaporan dalam manajemen (Maharani, 2015). Penelitian Crabbe et al. (2010) dalam
Widjaja dan Bunaidi (2013) menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh positif
terhadap tingkat agresivitas pajak sedangkan penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013)
serta Fadhilah (2014) menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap
tingkat agresivitas pajak.
Menurut Desai dan Dharmapala (2009), adanya perencanaan pajak berupa tax
avoidance yang dilakukan oleh perusahaan sehingga beban pajak dapat ditekan
serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada, akan berdampak baik
terhadap reaksi investor sehingga meningkatkan harga pasar saham yang berimplikasi
langsung terhadap peningkatan nilai perusahaan. Di sisi yang lain, menurut teori
keagenan terdapat kemungkinan manajer / agent akan melakukan rent extraction
(manajer memaksimalkan keuntungan pribadi misalnya dengan melakukan penyusunan
laporan keuangan yang agresif-Fatharani, 2012) sehingga tindakan pajak agresif akan
efektif bila agent lebih mementingkan kepentingan perusahaan dan pemegang saham
ketika melakukan perencanaan pajak perusahaan (Lestari, 2014). Penelitian ini
menggunakan variabel kontrol untuk mengendalikan adanya pengaruh dari variabel lain
terhadap variabel dependen. Variabel yang dipilih peneliti untuk dikontrol adalah
ukuran perusahaan, capital intensity, dan profitabilitas untuk model pertama, serta
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan akrual untuk model kedua. Ukuran
perusahaan menjadi variabel kontrol karena adanya variasi jumlah pajak yang dibayar.
Semakin besar aset yang dimiliki, maka profitabilitas perusahaan akan meningkat dan
berpengaruh langsung terhadap tarif pajak efektif. Capital intensity dikontrol karena
terkait dengan besaran aset tetap yang dimiliki perusahaan (khususnya dalam penelitian
ini adalah aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur) dan mempengaruhi
jumlah pajak yang dibayarkan karena adanya perencanaan pajak melalui depresiasi aset
tetap. Perusahaan dengan profitabilitas yang lebih tinggi memiliki kewajiban untuk
membayar pajak yang lebih besar sehingga cenderung untuk melakukan tindakan pajak
agresif. Adapun keputusan investasi dikontrol karena pengeluaran investasi memberikan
sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga
meningkatkan harga saham. Keputusan pendanaan terkait dengan kebijakan pendanaan
untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan melalui hutang yang akan
berpengaruh pada jumlah pajak yang akan dibayar karena adanya manfaat pajak. Akrual
dikontrol karena merupakan indikator manajemen laba yang akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sampel yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011 hingga 2013. Penelitian ini menggunakan
effective tax rates (ETR) untuk mengukur tingkat agresivitas pajak sebagaimana yang
digunakan oleh Richardson dan Lanis (2007), Sari dan Martani (2010), Sabli dan Noor
(2012), Widjaja dan BUnaidi (2013) dan Ardiyansah (2014). Effective tax rates atau
tarif pajak efektif diperoleh dari beban pajak penghasilan total dibagi dengan laba
sebelum pajak. ETR digunakan karena dapat dijadikan ukuran mengenai seberapa baik
perusahaan mengelola pajaknya karena tarif pajak efektif muncul dari proporsi pajak
yang dibayarkan bedasarkan proporsi pendapatan ekonomi (Ardiyansah, 2014).
Variabel dependen untuk model kedua yaitu nilai perusahaan diukur menggunakan rasio
Tobin’s Q menurut Klapper dan Love (2002); Black et al. (2003) dalam Saputra (2010)
karena memasukkan komponen yang menjadi indikator harga saham perusahaan berupa
nilai pasar saham dan nilai pasar hutang dan sesuai dengan karakteristik perusahaan di
Indonesia.
Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh
kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan kualitas audit terhadap
tingkat agresivitas pajak dan menganalisis pengaruh tingkat agresivitas pajak terhadap
nilai perusahaan.

2. Kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis


2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Desai dan Dharmapala (2009) meneliti hubungan antara penghindaran pajak dan
nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 862 perusahaan dengan
periode pengamatan dari tahun 1993-2001. Dengan menggunakan estimasi old least
square, hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata efek penghindaran pajak terhadap
nilai perusahaan ialah tidak signifikan. Penelitian ini juga menemukan bahwa efek
penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan berpengaruh positif pada perusahaan
yang memiliki proporsi kepemilikan institusional yang besar. Jika perusahaan memiliki
proporsi kepemilikan institusional yang besar ( > 60% ), efek penghindaran pajak pada
nilai perusahaan adalah positif serta menunjukkan hasil sebaliknya jika proporsi
kepemilikan institusional yang rendah ( < 60% ). Sesuai dengan asumsi dalam teori
keagenan, dalam penelitian ini juga ditemukan hasil bahwa manajer melakukan
tindakan penghindaran pajak untuk kepentingan pribadi, bukan atas kepentingan
pemegang saham. Hal ini karena manajer memiliki informasi yang lebih luas terkait
dengan kegiatan operasional perusahaan dan memiliki kekuasaan untuk mengelola
beban pajak serta pengungkapan perencanaan pajak.
Khurana dan Moser (2009) meneliti tentang kepemilikan institusional dan
agresivitas pajak pada perusahaan yang memiliki porsi kepemilikan institusional dengan
periode pengamatan tahun 1995-2008. Agresivitas pajak diproksikan dengan CETR dan
permanent BTD. Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan institusional jangka
panjang berpengaruh negatif terhadap tingkat agresivitas pajak yang lebih rendah, dan
begitu pula sebaliknya kepemilikan institusional jangka pendek memiliki tingkat
agresivitas pajak yang lebih tinggi. Secara umum, pemegang saham institusional jangka
pendek akan mendorong manajemen untuk melakukan tindakan pajak agresif yang akan
memberikan implikasi positif pada nilai perusahaan.
Martani dan Chasbiandani (2012) meneliti pengaruh tax avoidance jangka
panjang terhadap nilai perusahaan. Sampel dalam penelitian ini ialah sejumlah
perusahaan publik non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-
2011. Proksi tax avoidance yang digunakan ialah cash ETR jangka panjang dengan
periode 10 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghindaran pajak jangka
panjang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan penghindaran pajak
jangka pendek tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Fenandar (2012) meneliti tentang pengaruh keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Sampel dalam penelitian
ini sejumlah 94 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Proksi
investment opportunity set yang digunakan dalam penelitian ini ialah ratio capital
expenditure to book value of asset. Variabel keputusan pendanaan diproksikan dengan
debt to equity ratio (DER). Variabel kebijakan dividen diukur dengan dividend payout
ratio. Adapun variabel nilai perusahaan diukur dengan price to book value (PBV) yang
membandingkan nilai pasar/wajar dengan nilai buku. Analisis data yang digunakan
ialah uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keputusan investasi, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan sedangkan keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Widjaja dan Bunaidi (2013) meneliti mengenai kepemilikan institusional,
proporsi komisaris independen, dan kualitas audit terhadap tingkat pajak agresif dan
pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Agresivitas pajak diproksikan dengan BTD
(book tax differences) dan -ETR (minus effective tax rates). Nilai perusahaan diukur
dengan logaritma natural Tobin’s Q. Subjek penelitian ialah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2011 yang dimasukkan dalam kriteria sampel.
Analisis data menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi komisaris independen terbukti berpengaruh negatif terhadap tingkat agresivitas
pajak, sedangkan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap
agresivitas pajak. Adapun kualitas audit berpengaruh hanya jika diukur dengan ETR
sedangkan tingkat agresivitas pajak yang tinggi berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Fadhilah (2014) meneliti mengenai pengaruh good corporate governance
(kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, kualitas audit, dan komite
audit) terhadap tax avoidance (2014). Tax avoidance diproksikan dengan book tax gap.
Populasi penelitian ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-
2011 di mana metode penyampelan menggunakan purposive sampling sehingga
diperoleh 55 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional,
dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Adapun
variabel Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance serta komite audit
berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

2.1 Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis


2.1.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Agresivitas Pajak
Perusahaan
Siregar (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional seharusnya lebih
dapat mendorong pengawasan yang lebih efektif terhadap manajemen, karena institusi
merupakan professional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja
perusahaan dan memiliki akses informasi yang lebih baik dari investor individual
sehingga mampu memprediksi laporan keuangan di masa yang akan datang. Semakin
tinggi kepemilikan institusional, maka semakin efektif pengawasan yang dilakukan
terhadap manajemen perusahaan. Selain itu, kepemilikan institusional yang tinggi
diharapkan dapat mengurangi masalah agensi antara principal dengan agent.Investor
institusional yang aktif dan memiliki saham yang besar dapat mengurangi kecendrungan
manajemen laba (Widjaja dan Bunaidi, 2013). Hal tersebut dilakukan dengan
memberikan tekanan dan pengawasan kepada manajemen perusahaan serta menekankan
kepada manajer untuk fokus pada peningkatan kinerja ekonomi dan menghindari
perilaku untuk menguntungkan diri sendiri. Di dalam hubungannya dengan tingkat
agresivitas pajak, investor institusional cenderung menghindari hal tersebut dikarenakan
karakteristik investasi mereka bersifat jangka panjang sehingga investor institusional
tidak ingin citra perusahaan rusak dan harus membayar denda pajak karena adanya
tindakan pajak agresif dengan berbagai cara yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Moore (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap tingkat agresivitas pajak. Sabli dan Noor (2012), Widjaja dan Bunaidi (2013)
dan Fadhilah (2014) memberikan hasil berbeda bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak/penghindaran pajak.
Mengacu pada peran kepemilikan institusional yang telah dipaparkan, maka
hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut:
H1: Diduga kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap tingkat
agresivitas pajak perusahaan (ETR)

2.2.2 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Agresivitas


Pajak Perusahaan
Berdasarkan Peraturan Nomor IX.1.5 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM
Kep-41/PM/2003, komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal dari
luar emiten atau perusahaan publik; tidak mempunyai saham secara langsung maupun
tidak langsung dengan emiten atau perusahaan publik; tidak memiliki hubungan afiliasi
dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, direksi, dan pemegang saham
perusahaan publik, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.
Undang-undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa komisaris
independen diangkat berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dari pihak
yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi dan/atau anggota
dewan komisaris lainnya. Dalam proporsinya, jumlah komisaris independen harus
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali
(proporsi komisaris independen minimal 30 %).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kehadiran komisaris
independen dalam struktur dewan komisaris mampu meningkatkan pengawasan kinerja
direksi. Semakin tinggi proporsi komisaris independen (proporsi minimal ialah 30%
dari keseluruhan dewan komisaris) maka pengawasan terhadap pihak manajemen akan
lebih efektif. Manajemen seringkali bersikap oportunistik di mana mereka memiliki
motif untuk memaksimalkan laba bersih agar memperoleh bonus atas kinerja yang baik.
Keberadaan komisaris independen akan membantu proses pemantauan dan
pengendalian kebijakan perusahaan agar sesuai dengan kepentingan pemegang saham
dan mengupayakan agar segala tindakan yang di ambil oleh pihak manajemen bersifat
strategis sehingga mampu menghasilkan laba dengan mekanisme yang benar, khususnya
jika terkait dengan pengambilan kebijakan perencanaan pajak secara benar atau
melanggar hukum.
Lanis dan Richardson (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa proporsi
dewan direksi eksternal mengurangi kemungkinan terjadinya agresivitas pajak. Widjaja
dan Bunaidi (2013) menyatakan bahwa proporsi komisaris independen mampu
menurunkan tingkat agresivitas pajak.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Diduga proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat
agresivitas pajak perusahaan (ETR)

2.2.3 Kualitas Audit Berpengaruh terhadap Tingkat Agresivitas Pajak


Perusahaan
Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big 4 dipercaya lebih berkualitas, ini
karena auditor telah memiliki pengalaman dan sumber daya yang lebih baik serta efisien
dalam rangka mempertahankan reputasi sebagai KAP berkualitas. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa kualitas audit pada laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big 4
lebih baik dan terpercaya karena auditor dapat membatasi praktek manajemen laba serta
mampu mempertahankan sikap independensi yang tinggi sehingga mampu menjaga
reputasi KAP dan memiliki nilai yang baik di masyarakat. Annisa dan Kurniasih (2012)
menyatakan bahwa KAP yang besar dan bekerja sama dengan KAP internasional
memiliki insentif yang kuat untuk menyelesaikan tugas dengan hati-hati sehingga
memiliki kualitas audit yang handal untuk mempertahankan reputasinya.
Dengan tolak ukur ini, maka terdapat kecenderungan bahwa perusahaan yang
mengunakan jasa KAP Big 4 akan lebih memilih untuk tidak melakukan tindakan pajak
agresif karena KAP Big 4 akan menolak untuk memberikan opini “Wajar Tanpa
Pengecualian” jika terdapat penemuan bahwa perusahaan melakukan tindakan pajak
agresif. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Crabbe et al.,
(2010); Widjaja dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah (2014) menunjukkan bahwa
perusahaan yang diaudit oleh KAP big 4 berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak.
Akan tetapi pengaruh yang ditemukan memiliki arah berbeda. Pengaruh kualitas audit
pada penelitian Crabbe et al. (2010) adalah negatif, sedangkan pada penelitian Widjaja
dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah (2014) adalah positif. Dengan mempertimbangkan
reputasi KAP Big 4 yang akan rusak seandainya terbukti bahwa KAP Big 4 membantu
melakukan tindakan penghematan pajak, dapat diduga bahwa perusahaan yang
menggunakan jasa KAP Big 4 dalam audit laporan keuangannya cenderung hati-hati
untuk melakukan penghematan pajak.
Mengacu pada penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah (2014)
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Diduga kualitas audit berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak
perusahaan (ETR)

2.2.4 Pengaruh Tingkat Agresivitas Pajak terhadap Nilai Perusahaan


Tingkat agresivitas pajak mempengaruhi nilai perusahaan dalam jangka panjang
maupun jangka pendek (Martani dan Chasbiandani, 2012). Siregar (2012) menyebutkan
bahwa tidak seorangpun yang senang membayar pajak, karena ketika membayar pajak
ke negara, wajib pajak akan kehilangan kemampuan ekonomisnya yang berpengaruh
terhadap nilai perusahaan sehingga perusahaan berusaha menyiasati pajak dengan
membuat strategi penghematan pajak. Tindakan pajak agresif akan berdampak positif
terhadap nilai perusahaan jika dilakukan dengan meminimalkan beban pajak dalam
rangka memperoleh laba yang diharapkan untuk kepentingan pemegang saham. Nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang
sering dikaitkan dengan harga saham (Sriwardani, 2006).
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Harahap dan Wardhani,
2012). Dengan adanya pembebanan pajak, maka akan menghambat upaya peningkatan
kemakmuran pemegang saham karena beban pajak akan mengurangi laba dan akan
mempengaruhi deviden sehingga tindakan pajak agresif akan meningkatkan nilai
perusahaan. Tindakan pajak agresif dalam penelitian ini mengacu pada penghindaran
pajak. Melalui penghindaran pajak, maka perusahaan akan membayar pajak lebih
sedikit sehingga laba meningkat, tentu saja hal ini berimplikasi pada kemakmuran
pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian tentang dampak tindakan pajak agresif terhadap nilai perusahaan
dilakukan oleh Martani dan Chasbiandani (2012) yang menemukan bahwa tindakan
perlawanan pajak jangka panjang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan,
sedangkan penghindaran pajak jangka pendek tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Widjaja dan Bunaidi (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa
tingkat agresivitas pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Mengacu pada hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut:
H4: Diduga tingkat agresivitas pajak berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan (TOBINSQ)

3. Metodologi Penelitian
3.1 Populasi dan sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek-objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:119). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013.
Menurut Sugiyono (2013:120) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimilki populasi tersebut. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan waktu,
tenaga, dan dana maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
yang telah ada. Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling dengan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
1) Laporan keuangan perusahaan tersedia di http://www.idx.co.id; 2) Perusahaan
memiliki laporan keuangan yang lengkap dan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik,
karena penelitian ini memerlukan data yang terpercaya;3) Tahun buku laporan keuangan
perusahaan adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember untuk meningkatkan
komparabilitas dalam penelitian; 4) Perusahaan mendapatkan income tax benefit selama
tahun observasi, karena akan mendistorsi tarif pajak efektif; 5) Data kepemilikan
institusional tersedia di laporan keuangan/laporan tahunan; 6) Data komisaris
independen tersedia di laporan keuangan atau laporan tahunan perusahaan.
Berdasarkan kriteria sampel, diperoleh 77 perusahaan sampel dengan total 231
observasi penelitian.

3.2 Variabel dan pengukuran


3.2.1 Tingkat Agresivitas Pajak
Penelitian ini lebih mengkhususkan pada tindakan pajak agresif berupa
penghindaran pajak (tax avoidance) yang termasuk dalam tindakan pajak agresif,
namun aktivitasnya lebih pada pengaturan transaksi-transaksi yang bisa mengurangi
beban pajak dengan memanfaatkan celah (loopholes) dari undang-undang perpajakan
(sari dan Martani, 2010). Di dalam penelitian ini, agresivitas pajak diukur dengan
menggunakan tarif pajak efektif. Menurut PWC (2011) dalam Ardiyansah, 2014) dan
http://www.investopedia.com tarif pajak efektif didefinisikan sebagai beban pajak
penghasilan total dibagi dengan laba sebelum pajak. Adapun total beban pajak
penghasilan diperleh dari beban pajak kini ditambah beban pajak tangguhan yang
terdapat di laporan keuangan. Indikasi perusahaan melakukan tindakan pajak yang
agresif muncul ketika ETR perusahaan kecil dan sebaliknya jika ETR tinggi maka
indikasi perusahaan melakukan agresivitas pajak rendah (Maharani, 2015). Pengukuran
agresivitas pajak dengan menggunakan tarif pajak efektif telah dilakukan oleh
Richardson dan Lanis (2007); Frank et al. (2009); Sari dan Martani (2010); Sabli dan
Noor ( 2012); Widjaja dan Bunaidi (2013); Ardiyansah (2014) dan Maharani (2015).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 (𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐾𝑖𝑛𝑖 + 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑎𝑛)
𝐸𝑇𝑅 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

3.2.2 Kepemilikan Institusional


Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan dengan persentase saham
yang dimiliki institusi seperti bank, perusahaan asuransi, pemerintah, dan institusi
lainnya kecuali kepemilikan individual (Lim, 2010 dalam Sartika, 2012).
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 =
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛

3.2.3 Proporsi Komisaris Independen


Berdasarkan Peraturan Nomor IX.1.5 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM
Kep-41/PM/2003, komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal dari
luar emiten atau perusahaan publik; tidak mempunyai saham secara langsung maupun
tidak langsung dengan emiten atau perusahaan publik; tidak memiliki hubungan afiliasi
dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, direksi, dan pemegang saham
perusahaan publik, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
3.2.4 Kualitas Audit
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan
keuangan mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan
melaporkan kekeliruan material tersebut (De Angelo, 1981b) dalam Widiastuty dan
Febrianto (2010). Di dalam penelitian ini, kualitas audit berfokus pada perbedaan antara
KAP Big 4 dan KAP non Big 4.
Kualitas Audit = 1 jika diaudit KAP Big 4, 0 jika diaudit KAP Non Big 4

3.2.5 Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sriwardani, 2006). Rumus
Tobin’s Q yang digunakan yaitu perbandingan antara penjumlahan market value of
equity dan total kewajiban dibagi total aset perusahaan. Permanasari (2010) menyatakan
bahwa nilai Tobin’s Q yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar
aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan maka semakin besar
kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki
perusahaan tersebut.

MVE + DEBT
Tobin’s Q =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
VARIABEL KONTROL
3.2.6 Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang
ditunjukkan melalui jumlah aset yang dimiliki (Ardiyansah, 2014). Di dalam penelitian
ini, semakin besar ukuran perusahaan diduga akan menurunkan tarif pajak efektif
karena perusahaan memiliki sumber daya yang lebih baik untuk menghemat beban
pajak.

Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aset)

3.2.7 Capital Intensity


Capital intensity adalah aktivitas investasi yang dilakukan perusahaan dalam
bentuk aset tetap (Ardiyansah, 2014). Menurut Widjaja dan Bunaidi (2013) semakin
besar total aset tetap yang dimiliki perusahaan, maka semain besar biaya depresiasi
yang dapat dikurangkan dalam menghitung beban pajak.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
3.2.8 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
melalui pengelolaan kekayaan perusahaan (Ardiyansah, 2014). Fatharani (2012)
menyatakan bahwa semakin besar keuntungan perusahaan maka perusahaan memiliki
tariff pajak efektif yang lebih tinggi.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
3.2.9 Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian
dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada
berbagai bentuk investasi (Purnamasari dkk., 2009) dalam Fenandar (2012). Nilai yang
rendah dari earnings to price ratio menunjukkan bahwa keputusan investasi perusahaan
baik (Widjaja dan Bunaidi, 2013).

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑃𝑒𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚


𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠 𝑡𝑜 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
3.2.10 Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan dapat diartikan sebagai keputusan yang menyangkut
komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Fenandar, 2012). Widjaja dan
bunaidi (2013) menyatakan bahwa semakin banyak hutang yang digunakan oleh
perusahaan, maka nilai perusahaan semakin tinggi karena semakin banyak penggunaan
hutang maka perusahaan dianggap memiliki likuiditas tinggi.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
3.2.11 Akrual
Akrual merupakan selisih antara arus kas operasi dari laba bersih perusahaan
yang diperoleh dengan mengurangkan laba bersih dan arus kas operasi kemudian dibagi
dengan total aset perusahaan tahun sebelumnya (Desai dan Dharmapala, 2009) dalam
Widjaja dan Bunaidi (2013). Semakin besar akrual maka perusahaan dianggap
memiliki indikasi manajemen laba (Widjaja dan Bunaidi, 2013).

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ − 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖


𝐴𝑘𝑟𝑢𝑎𝑙 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡 − 1

3.3 Prosedur Analisis data


Analisis dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu analisis data (menguji
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen) dengan menggunakan
tambahan variabel kontrol dan tanpa menggunakan variabel kontrol. Pengujian hipotesis
menggunakan model regresi linier berganda dengan Model 1 penelitian ini digunakan
untuk mengetahui hubungan kepemilikan keluarga, proporsi komisaris independen, dan
kualitas audit dalam satu bentuk regresi dengan variabel kontrol berupa ukuran
perusahaan, capital intensity, dan profitabilitas terhadap tingkat agresivitas pajak.
Model 2 pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat agresivitas
pajak dalam satu bentuk regresi dengan variabel kontrol berupa keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan akrual terhadap nilai perusahaan.
Persamaan 1 :
ETR = β0 + β1.INSTOWN + β2.PROPKOM + β3.AUDIT + β4.SIZE +

β5.CAPINT + β6.ROA + E
Persamaan 2 :
TOBINSQ = β0 + β1.ETR + β2.EPR + β3.DER + β4.Akrual + E

Persamaan 1 tanpa Variabel Kontrol :


ETR = β0 + β1.INSTOWN + β2.PROPKOM + β3.AUDIT + E

Persamaan 2 :
TOBINSQ = β0 + β1.ETR + E

Keterangan :
ETR : Tarif pajak efektif (Tingkat agresivitas pajak)
INSTOWN : Persentase kepemilikan institusional
PROPKOM : Proporsi komisaris independen
AUDIT : Kualitas audit
SIZE : Ukuran perusahaan
CAPINT : Capital intensity
ROA : Return on asset
TOBINSQ : Nilai perusahaan
EPR : Earnings to price ratio
DER : Debt to equity ratio
Akrual : Total akrual
E : Residual

4. Hasil dan Pembahasan

5. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas,
uji multikoloniearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Tabel hasil uji
asumsi klasik tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah sebagai berikut:
Keterangan: Tabel 1, 2, 3 dan 4 Hasil Uji Asumsi Klasik model 1 dengan variabel
kontrol, model 1 tanpa variabel kontrol, model 2 dengan variabel kontrol dan model 2
tanpa variabel kontrol.

Uji Uji Uji Uji


Parameter yang Diuji Normalitas Multikoloniearitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Asimp.2-
tailed Tolerance VIF Sig. AbsUt D-W
Unstandardized
Residual 0.068 1.888
INSTOWN 0.833 1.201 0.246
PROPKOM 0.924 1.082 0.165
AUDIT 0.609 1.642 0.709
SIZE 0.700 1.429 0.330
CAPINT 0.914 1.094 0.172
ROA 0.845 1.183 0.136

Uji Uji Multikoloniearitas Uji Uji


Parameter yang Diuji Normalitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Asimp.2-
tailed Tolerance VIF Sig. AbsUt D-W
Unstandardized
Residual 0,059 2.284
INSTOWN 0.924 1.082 0.107
PROPKOM 0.978 1.023 0.782
AUDIT 0.943 1.061 0.47

Uji Uji Multikoloniearitas Uji Uji


Parameter yang Diuji Normalitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Asimp.2-
tailed Tolerance VIF Sig. AbsUt D-W
Unstandardized
Residual 0.054 2.108
ETR 0.999 1.001 0.088
EPR 0.956 1.046 0.345
DER 0.978 1.022 0.685
AKRUAL 0.947 1.056 0.724

Uji Uji Multikoloniearitas Uji Uji


Parameter yang Diuji Normalitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Asimp.2-
tailed Tolerance VIF Sig. AbsUt D-W
Unstandardized
Residual 0.055 1.853
ETR 1.000 1.000 0.273
4.2 Hasis Uji Analisis Berganda
Keterangan: Tabel 1,2,3 dan 4 adalah Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda model
1 dengan variabel kontrol, model 1 tanpa variabel kontrol, model 2 dengan variabel
kontrol dan model 2 tanpa variabel kontrol.

Uji Signifikansi Parsial B Sig. Kesimpulan


(Statistik t)
Constanta 0.482 0.000
INSTOWN 0.021 0.162 Ditolak
PROPKOM 0.052 0.037 Diterima
AUDIT 0.022 0.000 Diterima
SIZE -0.010 0.000 Diterima
CAPINT 0.021 0.135 Ditolak
ROA -0.048 0.021 Diterima
Uji Signifikansi Parsial B Sig. Kesimpulan
(Statistik t)
Constanta 0.215 0.000
INSTOWN 0.04 0.014 Diterima
PROPKOM 0.02 0.476 Ditolak
AUDIT 0.005 0.354 Ditolak

Uji Signifikansi Parsial B Sig. Kesimpulan


(Statistik t)
Constanta 1.089 0.000
ETR -0.799 0.017 Diterima
EPR -0.292 0.271 Ditolak
DER -0.138 0.002 Diterima
AKRUAL 0.36 0.180 Ditolak

Uji Signifikansi Parsial B Sig. Kesimpulan


(Statistik t)
Constanta 0.939 0.000
ETR -0.802 0.004 Diterima

Uji Simultan (Statistik F) Nilai F Sig.


Model 1 dg Var.Kontrol 8.400 0.000
Model 1 non Kontrol 3.308 0.021
Model 2 dg Var. Kontrol 4.488 0.000
Model 2 non Kontrol 4.251 0.040

Uji Koefisien
Determinasi Adjusted R Square
Model 1 dg Var.Kontrol 0.162
Model 1 non Kontrol 0.029
Model 2 dg Var. Kontrol 0.057
Model 2 non Kontrol 0.014

4.3 Interpretasi Hasil


4.3.1 Model Pertama (dengan Variabel Kontrol)
4.3.1.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil penelitian, variabel kepemilikan institusional (INSTOWN)
memiliki nilai thit sebesar 1.405 dengan PValue sebesar 0.162 berada di atas 0.05 dan thit <
ttab (1.405 < 1.666). Hasil penelitian mengenai pengaruh variabel kepemilikan
institusional (INSTOWN) tidak berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak (ETR)
dan dapat dikatakan bahwa data empiris tidak mendukung hipotesis sehingga hipotesis
pertama ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sabli dan Noor
(2012), Widjaja dan Bunaidi (2013), serta Fadhilah (2014). Hasil penelitian mereka
menemukan bahwa tidak ada pengaruh dari kepemilikan institusional terhadap tindakan
pajak agresif. Namun, ini bertentangan dengan hasil penelitian Moore (2012) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap
tindakan pajak agresif di mana keberadaan investor institusional telah mampu
menjalankan fungsi pengawasan dengan baik.

4.3.1.2 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Agresivitas


Pajak
Proporsi komisaris independen (PROPKOM) diukur melalui jumlah dewan
komisaris independen dibagi dengan jumlah seluruh dewan komisaris. Variabel proporsi
komisaris independen (PROPKOM) memiliki thit sebesar 2.095 thit > ttab (2.095 > 1.666)
dengan PValue sebesar 0.037 atau di bawah 0.05. Ini berarti bahwa proporsi komisaris
independen berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak. Hasil ini
menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Lanis dan Richardson
(2011) serta Widjaja dan Bunaidi (2013) serta bertentangan dengan Sabli dan Noor
(2012) serta Fadhilah (2014). Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan komisaris
independen dianggap telah mampu menjalankan fungsinya sebagai dewan pengawas
internal dan penasehat secara efektif khususnya terkait dengan kebijakan perpajakan
perusahaan. Menurut Lanis dan Richardson (2011), dewan komisaris independen
merupakan pihak yang netral dan mampu membatasi pihak manajemen ketika terdapat
indikasi pemanfaatan peraturan untuk memperoleh keuntungan yang dilakukan oleh
manajemen dan merugikan pemegang saham. Berdasarkan data hasil penelitian
menunjukkan bahwa 90% perusahaan sampel telah memenuhi syarat dalam Keputusan
Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 yang menyatakan bahwa
proporsi komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari total dewan komisarsi.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen
(PROPKOM) berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak (ETR).

4.3.1.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Variabel kualitas audit (AUDIT) memiliki t hit sebesar 3.557 dengan PValue 0.000
dibawah 0.05 dan thit > ttab (3.557 > 1.666). Ini berarti bahwa kualitas audit berpengaruh
positif terhadap tingkat agresivitas pajak sehingga berdasarkan hasil penelitian,
hipotesis ketiga diterima. Penggunakan jasa KAP Big 4 dianggap mampu
meningkatkan tarif pajak efektif sehingga menekan tingkat agresivitas pajak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 memiliki tarif
pajak efektif yang lebih besar. Hal ini didukung oleh data empiris yang menunjukkan
bahwa lebih dari setengah perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP Big 4 memiliki
tarif pajak efektif diatas rata-rata sebesar 25,8%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah (2014) dan bertentangan dengan
hasil penelitian Crabbe et al. (2009).
Kualitas audit yang dimiliki oleh KAP Big 4 akan menyebabkan perusahaan yang
diaudit memiliki kemungkinan kecil untuk melakukan kebijakan pajak yang agresif. Ini
karena KAP Big 4 memiliki kredibilitas serta kemampuan mengaudit laporan keuangan
dengan independensi yang lebih tinggi sehingga memberikan hasil yang akurat
mengenai kondisi keuangan perusahaan. Di dalam penelitian ini, pemilihan jenis KAP
(KAP Big 4 dan KAP non Big 4) menentukan sejauh mana tingkat agresivitas pajak
yang dilakukan perusahaan melalui pengelolaan tarif pajak seefektif mungkin melalui
kebijakan KAP yang berbeda-beda ketika menghadapi masalah pengelolaan pajak
dengan penjelasan berupa hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa KAP Big 4
memiliki tarif pajak efektif yang lebih tinggi (tingkat agresivitas pajak yang lebih
rendah) sehingga kondisi keuangan perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big 4
lebih dipercaya oleh stakeholders.
4.3.1.4 Pengaruh Variabel Kontrol (Ukuran Perusahaan, Capital Intensity, dan
Profitabilitas terhadap Tingkat Agresivitas Pajak)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) memiliki t hit
sebesar- 5.408 dengan PValue 0.000 dibawah 0.05 dan thit > ttab (5.408 > 1.666) sehingga
dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat
agresivitas pajak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Martani dan
Chasbiandani (2012) serta Widjaja dan Bunaidi (2013) namun berlawanan dengan
political cost theory yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan
maka pengawasan yang dilakukan oleh regulator (pemerintah) juga menjadi lebih ketat
sehingga perusahaan besar tidak leluasa untuk melakukan tindakan pajak agresif. Hasil
penelitian ini menerima the political power theory yang menyatakan bahwa semakin
besar suatu perusahaan maka sebanding dengan jumlah sumber daya yang dimiliki
sehingga perusahaan besar lebih berkesempatan untuk melakukan agresivitas pajak
melalui jumlah aset yang dimilikinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa capital intensity (CAPINT) memiliki
thit sebesar 1.499 dengan PValue 0.355 di atas 0.05 dan t hitung < t tabel (1.499 < 1.666).
Ini berarti bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sari dan Martani (2010) serta bertentangan
dengan Widjaja dan Bunaidi (2013) yang menyatakan bahwa capital intensity
berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. Hal ini dikarenakan jumlah investasi
aset tetap dianggap akan memberikan keuntungan berupa biaya depresiasi aset sehingga
akan mengurangi beban pajak perusahaan. Namun tidak signifikannya hasil uji
penelitian ini, menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel tidak terlalu agresif
dalam menghemat pajak melalui peningkatan investasi aset tetap (memanfaatkan biaya
penyusutan aset tetap).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) memiliki thit
sebesar -2.607 dengan PValue 0.021 dibawah 0.05 dan thit > ttab (2.607 > 1.666) sehingga
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tingkat agresivitas
pajak (ETR). Ini menunjukkan bahwa semakin besar keuntungan perusahaan dianggap
akan menurunkan tarif pajak efektif (meningkatkan) tindakan agresivitas pajak. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) dan
bertentangan dengan hasil penelitian Sari dan Martani (2010). Hal ini karena perusahaan
yang memperoleh keuntungan harus mempersiapkan pajak yang akan dibayarkan
sebesar pendapatan yang diperoleh. Semakin besar profitabilitas perusahaan, maka
semakin besar beban pajak yang harus dibayarkan.

4.3.2 Model 2 (dengan Variabel Kontrol)


4.3.2.1 Pengaruh Tingkat Agresivitas Pajak terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian, variabel tingkat agresivitas pajak (ETR) memiliki
nilai thit sebesar -2.406 dengan PValue sebesar 0.017 berada di bawah 0.05 dan thit > ttab
(2.406 > 1.666). Ini berarti bahwa tingkat agresivitas pajak (ETR) berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan (TOBINSQ). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat agresivitas pajak maka akan meningkatkan nilai perusahaan karena manajemen
dianggap telah mengelola keuangan perusahaan secara efisien untuk menghasilkan laba
bagi investor. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh tingkat agresivitas pajak (ETR) terhadap nilai perusahaan sehingga hipotesis
keempat di terima. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan
Bunaidi (2013) serta bertentangan dengan hasil penelitian Desai dan Dharmapala (2009)
yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari agresivitas pajak terhadap nilai
perusahaan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agresivitas pajak yang dilakukan
manajemen perusahaan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
kerugian / biaya yang mungkin timbul karena adanya aktivitas perencanaan pajak.
Dampak yang terjadi berupa adanya peningkatan laba setelah pajak (setelah
dilakukannya perencanaan pajak) tentu akan membuat investor senang sehingga nilai
saham menagalami kenaikan.

4.3.2.2 Pengaruh Variabel Kontrol (Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan,


dan Akrual ) terhadap Nilai Perusahaan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keputusan investasi (EPR) memiliki thit
sebesar -1.103 dengan PValue 0.271 di atas 0.05 dan thit < ttab (1.103 < 1.666) sehingga
dapat dikatakan bahwa keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan data hasil penelitian, 83% perusahaan sampel yang memiliki nilai Tobin’s
Q diatas 1 memiliki nilai EPR dibawah nilai rata-rata 0,09. Hasil penelitian yang tidak
menunjukkan adanya pengaruh dari earnings to price ratio disebabkan oleh jangka
waktu penelitian yang cukup pendek (3 tahun pengamatan) sehingga belum terlihat
kemampuan perusahaan memperoleh return yang sesuai dengan pengeluaran investasi.
Earnings to price ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempengaruhi
harga pasar saham berdasarkan laba bersih yang diperolehnya (Septia, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan pendanaan (DER) memiliki thit
sebesar -3.065 dengan PValue 0.002 di bawah 0.05 dan thit > ttab (3.065 > 1.666)
sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan. Terlihat pada nilai thit bahwa arah koefisien regresi keputusan
pendanaan bernilai negatif yang berarti bahwa semakin besar struktur pendanaan
perusahaan yang menggunakan pendanaan eksternal (hutang) dibandingkan dengan
penggunaan ekuitas, maka dapat menurunkan nilai perusahaan. Menurut
http://www.iipsaja.blogspot.com hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena
beban bungan hutang dapat mengurangi pajak yang dibayarkan. Namun, dalam
komposisi hutang yang berlebihan jika hutang jangka panjang sama dengan ekuitas,
perusahaan dapat terkena defisit. Berdasarkan data hasil peneiltian, sejumlah 38%
perusahaan sampel telah melaporkan defisit.
Berdasarkan hasil penelitian, akrual (AKRUAL) memiliki thit sebesar 1.346
dengan PValue 0.180 di atas 0.05 dan thit < ttab (1.346 < 1.666) sehingga dapat dikatakan
bahwa akrual tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut peneliti, hasil
penelitian ini tidak berpengaruh dikarenakan pertama, upaya untuk menaikkan nilai
perusahaan (peningkatan harga saham) tidak selalu dilakukan manajemen melalu proses
akrual. Kedua, berdasarkan data hasil penelitian investor tidak hanya menilai harga
saham melalui ukuran laba bersih namun juga memperhatikan kualitas laba sehingga
belum tentu perusahaan dengan laba yang besar akan memiliki nilai perusahaan yang
tinggi.
4.3.3 Model 1 (tanpa Variabel Kontrol)
4.3.3.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil penelitian, variabel kepemilikan institusional (INSTOWN)
memiliki nilai thit sebesar 2.486 dengan PValue sebesar 0.014 berada di atas 0.05 dan thit >
ttab (2.486 > 1.666). Berdasarkan perbandingan nilai thit > ttab maka hipotesis pertama
diterima. Hasil penelitian mengenai pengaruh variabel kepemilikan institusional
(INSTOWN) berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak (ETR) dengan
probabilitas signifikansinya di bawah 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa investor
institusional mempengaruhi keputusan perusahaan terkait dengan besaran beban pajak.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) dan
Fadhilah (2014). Hal ini menurut Shleifer dan Visney (1986) dalam Khurana dan
Moser (2009) investor institusional telah berhasil dalam memantau, mendisiplinkan dan
mempengaruhi manajer melalui kebijakan dan kepemilikan saham yang besar sehingga
dapat memaksa manajer untuk menghindari peluang menguntungkan diri sendiri karena
investor institusional juga bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang akan
memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Moore (2012) juga menyatakan bahwa
keberadaan investor institutional dapat memantau tindakan manajer dalam mengambil
keputusan yang tidak jelas.
4.3.3.2 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Agresivitas
Pajak
Variabel proporsi komisaris independen (PROPKOM) memiliki thit sebesar
0.708 di mana thit < ttab (0.708 <1.666) dengan PValue sebesar 0.476 atau di atas 0.05. Ini
berarti bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat
agresivitas pajak sehingga hipotesis kedua ditolak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sabli dan Noor (2012) dan Fadhilah
(2014) yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
tingkat agresivitas pajak. Ini bertentangan dengan hasil penelitian Lanis dan Richardson
(2011) serta Widjaja dan Bunaidi (2013). Menurut peneliti, ini menunjukkan bahwa
keberadaan komisaris independen belum mampu menjalankan fungsinya sebagai dewan
pengawas internal dan penasehat secara efektif, khususnya terkait dengan kebijakan
perpajakan perusahaan. Selain itu, menurut Fadhilah (2014) komisaris independen juga
tidak mampu menunjukkan independensinya akibat tekanan dari mayoritas dewan
komisaris dan perbedaan kepentingan dengan manajemen perusahaan terkait dengan
kebijakan pajaknya. Selain itu, komisaris independen dipilih bukan oleh pemegang
saham pengendali sehingga memiliki kelemahan dalam melakukan pengawasan pajak.
4.3.3.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Variabel kualitas audit (AUDIT) memiliki t hit sebesar 0.930 dengan PValue 0.354
diatas 0.05 dan thit < ttab (0.930 < 1.666). Berdasarkan perbandingan nilai thit < ttab maka
hipotesis ketiga ditolak. Ini berarti bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
tingkat agresivitas pajak. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunakan jasa KAP Big 4
dianggap tidak terlalu memiliki perbedaan yang signifikan dengan KAP non Big 4
dalam tindakan pengawasan dan pemeriksaan laporan keuangan karena KAP di dalam
melakukan audit memiliki pedoman pada standar pengendalian mutu kualitas audit yang
ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI)
dan aturan etika akuntan publik sehingga dalam pelaksanaannya sudah ditetapkan
berdasarkan peraturan yang ada (Winata, 2014). Selain itu, perusahaan sampel di dalam
penelitian ini menggunakan jasa audit oleh KAP Non Big 4 walaupun selisihnya sangat
tipis (50.2%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Annisa dan
Kurniasih (2012), Widjaja dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah (2014).

4.3.4 Model 2 tanpa Variabel Kontrol


4.3.4.1 Pengaruh Tingkat Agresivitas Pajak terhadap Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan (TOBINSQ) diukur dengan menjumlahkan Market Value of
Equity (MVE) dengan DEBT lalu dibagi total aset perusahaan. Berdasarkan hasil
penelitian, variabel tingkat agresivitas pajak (ETR) memiliki nilai thit sebesar -2.062
dengan PValue sebesar 0.040 berada di bawah 0.05 dan thit > ttab (2.062 > 1.665). Ini
berarti bahwa semakin rendah tarif pajak efektif berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan (TOBINSQ). Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh negatif tingkat agresivitas pajak (ETR) terhadap nilai perusahaan
sehingga hipotesis keempat diterima. Sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan
Bunaidi (2013), hubungan antara tarif pajak efektif yang rendah dan nilai perusahaan
diduga disebabkan oleh pandangan investor yang menilai bahwa perusahaan telah
berhasil mengelola keuangan dengan efisien (menghemat beban pajak sehingga tarif
pajak efektif rendah) sehingga investor berharap akan memperoleh tingkat
pengembalian yang lebih besar dari nilai investasi awalnya. Lebih lanjut, menurut
Widjaja dan Bunaidi (2013) investor memandang tingkat agresivitas pajak sebagai suatu
penghematan pajak yang dilakukan oleh perusahaan sehingga mereka memberikan
penilaian yang lebih tinggi terhadap perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif.

5 Simpulan, Keterbatasan dan Saran


5.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang telah disajikan yaitu
sebagai berikut:
Dengan Menggunakan Variabel Kontrol, hasil penelitian adalah pada model
pertama, kepemilikan institusional dan capital intensity tidak berpengaruh terhadap
tingkat agresivitas pajak. Proporsi komisaris independen dan kualitas audit berpengaruh
positif terhadap tingkat agresivitas pajak. ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. Pada model kedua, tingkat agresivitas
pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Keputusan investasi dan akrual
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan sementara keputusan pendanaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Tanpa menggunakan variabel kontrol, pada model pertama kepemilikan
intitusional berpengaruh negatif terhadap tingkat agresivitas pajak sementara proporsi
komisaris independen dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tingkat agresivitas
pajak. pada model kedua, tingkat agresivita pajak berpengaruh negative terhadap nilai
perusahaan.
5.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan cukup pendek (tahun 2011 – 2013).
Disarankan untuk penelitian selanjunya, jangka waktu penelitian perlu diperpanjang
untuk memperoleh hasil yang lebih baik mengenai pengaruh kepemilikan
institusional, proporsi komisaris independen dan kualitas audit terhadap tingkat
agresivitas pajak serta mengetahu dampak agresivitas pajak jangka panjang terhadap
nilai perusahaan.
2. Penelitian ini memiliki koefisien determinasi yang rendah pada model pertama dan
kedua (16.2% dan 5.7%) sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya
menggunakan mekanisme internal dan eksternal corporate governance yang lebih
banyak dengan penambahan variabel independen berupa kepemilikan manajerial,
komite audit, dan komposisi dewan direksi untuk mendeteksi pengaruhnya terhadap
tingkat agresivitas pajak.
3. Penelitian ini hanya menggunakan proksi tarif pajak efektif (ETR) untuk mengukur
tingkat agresivitas pajak. Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan
proksi yang lain untuk mendeteksi agresivitas pajak seperti penggunaan book-tax
differences yang dapat memperlihatkan perbedaan antara laba akuntansi dan laba
fiskal sehingga akan menunjukkan jumlah beban pajak sesungguhnya yang dibayar
perusahaan.
4. Sampel dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk
menambah jumlah subsektor perusahaan sampel selain dari industri manufaktur agar
hasil penelitian bisa lebih tergeneralisasi.
5. Proksi untuk menentukan ukuran perusahaan yang digunakan di dalam penelitian ini
ialah total aset. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan nilai kapitalisasi
pasar untuk mengetahui ukuran perusahaan melalui harga saham.

DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Nuralifmida Ayu dan Lulus Kurniasih. 2012. Pengaruh Corporate Governance
terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Universitas Sebelas
Maret, 8(2):95-189.
Ardiyansah, Danis. 2014. Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity
Ratio, dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate (ETR). Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Arifin, Z. 2003. Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan
Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang dikontrol Keluarga:Bukti dari
Perusahaan Publik di Indonesia. Disertasi Pascasarjana FEUI.
Chen, Shuping et al. 2010. Are Family Firms More Tax Aggressive than Non-Family
Firms?. Journal of Financial Economics, 95(1): 41-61.
Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan
Hutang, Kinerja dan Nilai perusahaan. Jurnal Ekonomi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi-Universitas Petra, 9(1).
Desai, Mihir A dan Dhammika Dharmapala. 2009. Corporate Tax Avoidance and Firm
Value. The Review of Economics and Statistics, 91(3): 537-546.
Fadhilah, Rahmi. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax
Avoidance. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Fatharani, Nazhaira. 2012. Pengaruh Karakteristik Kepemilikan, Reformasi Perpajakan,
dan Hubungan Politik terhadap Tindakan Pajak Agresif pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2010. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok.
Fenandar, Gani Ibrahim. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan,
dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai perusahaan. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Frank, Mary Margaret., Luann J. Lynch, dan Sonja Olhoft Rego. 2009. Tax Reporting
Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting. The
Accounting Review, 84(2): 467–496.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Edisi Lima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanlon, Michelle. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals and Cash
Flows When Firms Have Large Book-Tax Differences. The Accounting Review,
80(1), pp.137-166.
Harahap, Ludwina dan Ratna Wardhani. 2012. Analisis Komprehensif Pengaruh Family
Ownership, Masalah Keagenan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang,
Corporate Governance, dan Opportunity Growth terhadap Nilai Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin.
Hanum, Hashemi Rohian. 2013. Pengaruh Karakteristik Corporate Governance
terhadap Effective Tax rate (ETR). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Hidayanti, Alfiani Nur. 2013. Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan Corporate
Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Bachtiar, Ipmawan. No Date. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai
Perusahaan.http://iipsaja.blogspot.com/2008/12/pengaruh-kebijakan-hutang-
terhadap_20.html
Irfan, Fatkhur Haris. 2013. Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal
terhadap Persistensi Laba dengan Komponen Akrual dan Arus Kas sebagai
Variabel Moderasi. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Jaya, Tresno Eka., M. Yasser Arafat, dan Dinda Kartika. 2013. Corporate Governance,
Konservatisme Akuntansi dan Tax Avoidance. Prosiding Simposium Nasional
Perpajakan 4.
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. ”Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial Economic, 3: 305-
60.
Juliati dan Heru Tjaraka. 2014. Kemampuan Deferred Tax Expense dan Current Tax
Expense dalam Mendeteksi Earnings Management di Saat perubahan Tarif Pajak
penghasilan Badan Tahun 2008-2010. Simposium nasional Akuntansi XVII
Lombok.
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 tentang
Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain
Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. (Akses tanggal 23 juni 2015)
Khurana, Inder K dan William J. Moser. 2009. Institutional Ownership and Tax
Aggresiveness. AAA 2010 Financial Accounting and Reporting Section (FARS)
paper.
Lestari, Nanik., Viska Anggraita, dan Ratna Wardhani. 2014. Pengaruh Perencanaan
Pajak terhadap Nilai Perusahaan dengan Moderasi Corporate Governance.
Simposium Nasional Akuntansi XVII Lombok.
Maharani, Dwi Putri. 2015. Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal dan Komite Audit
terhadap tax Avoidance. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Martani, Dwi dan Tryas Chasbiandani. 2012. Pengaruh Tax Avoidance Jangka
Panjang terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XV
Banjarmasin.
Maruli, Aditia. 2011. Jumlah Perkara di Pengadilan Pajak Meningkat.
http:www.antaranews.com/berita/1320523781/jumlah-perkara-di-pengadilan-
pajak-meningkat.
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan:Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Bayumedia Publishing: Malang.
Moore, Jared A. 2012. Empirical Evidence on The Impact of External Monitoring on
Book-Tax Differences. Advances in Accounting Incorporating in International
Accounting, 28 (2012): 254-269.
Nota keuangan & Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
Tahun Anggaran 2013.
Nuritomo dan Dwi Martani. 2014. Insentif Pajak, Kepemilikan, dan Penghindaran
Pajak Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XVII Lombok.
Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak penghasilan atas Pajak dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh oleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu. (Akses tanggal 24 Januari 2015)
Permanasari, Wien Ika. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan.
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Puspita, Silvia Ratih. 2014. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Penghindaran
Pajak. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Richardson, Grant dan Roman Lanis. 2007. Determinants of the variability in corporate
effective tax rates and tax reform: Evidence from Australia. Journal of
Accounting and Public Policy, 26(2007): 689-704.
Sabli, Nurshamimi dan Rohaya Md Noor. 2012.Tax Planning and Corporate
Governance. 3rd International Conference on Business and Economic Research
Proceeding.
Saputra, Mulia. 2010. Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan di
Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Journal of Indonesian Applied Economics, School
of Social Universiti Sains Malaysia, 4(1): 81-92.
Sari, Dewi Kartika & Dwi Martani. 2012. Karakteristik Kepemilikan Perusahaan,
Corporate Governance, dan Tindakan Pajak Agresif. Simposium Nasional
Akuntansi XV Banjarmasin.
Sartika, Widya. 2012. Analisis Hubungan Penghidaran Pajak terhadap Hutang dan
Kepemilikan Institusional sebagai Variabel moderasi. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok.
Septia, Ade Winda. 2015. Pengaruh profitabilitas, Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Siregar, Daniel. 2012. Analisis pengaruh Penghindaran Pajak terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Keluarga
sebagai Variabel Moderasi. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.
Sriwardani. 2006. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan
Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara
Medan.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. CV Alfabeta:
Bandung.
Sumomba, Christina Ranty dan YB. Sigit Utomo. 2012. Pengaruh Beban Pajak
Tangguhan dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba. Kinerja,
Universitas Atma Jaya, 16(2): 103-115.
Ujiantho, Arif Muh. 2007. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja
Keuangan. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Amandemen III.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang perseroan
Terbatas. Akses pada 18 Januari 2015.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Peraturan Nomor IX.1.5 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Kep-41/PM/2003
tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Akses pada 12 Maret
2015.
Wahyudi, Untung dan Hartini P.Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel
Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Widiastuty, Erna dan Rahmat Febrianto. 2010. Pengukuran Kualitas audit: Sebuah Esai.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana,
2(1).
Widjaja, Helen Purnama & Christian Bunaidi. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Proporsi Komisaris Independen, dan kualitas Audit terhadap
Tingkat Agresivitas Pajak serta Implikasinya terhadap Nilai perusahaan Jangka
Pendek.Simposium Nasional Akuntansi XVI Manado.
Winata, Fenny. 2014. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax &
Accounting Review, Universitas Kristen Petra, 4(1).
http://www.kompas.com (akses tanggal 15 Januari 2015)
http://www.idx.com (akses tanggal 29 Januari 2015)
http://www.sahamok.com (akses tanggal 29 Januari 2015)
http:// www.yahoofinance.com (akses tanggal 29 April 2015)

Anda mungkin juga menyukai