Anda di halaman 1dari 5

2.

KAITANNYA BUDAYA DAN GENDER DENGAN PERILAKU SEKSUAL


REMAJA

1. Pengertian remaja.

Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti dalam bahasa
Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12
sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun. Masa remaja disebut
juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa
remaja sejajar dengan perubahan fisik.

2. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses dan
bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang
layak,bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa,spiritual memiliki hubungan yang serasi, selaras,
seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dan masyarakat dan lingkungan
(BKKBN, 1996).

3. Sejarah Perkembangan Kesehatan Reproduksi

 Konferensi di Wina, 1993

Mendiskusikan HAM dalam perspektif gender dan isu kontroversial mengenai hak
reproduksi. Mendeklarasikan “HAP dan anak perempuan adalah mutlak, terpadu dan
merupakan bagian dari HAM.

 ICPD (International Conference on Population Development)

Disponsori oleh PBB yang dihadiri oleh 180 negara dan bertempat di Cairo Mesir, yang
menghasilkan kebijakan program kependudukan (Program Aksi 20 tahun) yang menyerukan
agar setiap negara meningkatkan status kesehatan , pendidikan dan hak individu khususnya
perempuan dan anak, mengintegrasikan program KB kedalam agenda kesehatan perempuan
yang lebih luas.
 Konferensi perempuan sedunia ke 4 di Beijing menghasilkan platform 12th Critical
Area of concern yang dianggap sebagai penghambat utama kemajuan kaum
perempuan.

4. Ruang lingkup kesehatan reproduksi

Dalam penerapan kesehatan reproduksi pada pelayanan kesehatan dasar diprioritaskan suatu
paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Essensial (PKRE), yang meliputi:

a. Kesehatan Ibu. dan Anak Baru Lahir (Safe Motherhood)

Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu, bayi (kesehatan ibu dan bayi baru lahir) dan anak
dipengaruhi oleh kesadaran dalam perawatan dan pengasuh anak.

Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh faktor kesehatan- kesehatan, antara lain :

 Perdarahan saat melahirkan.


 Eklamsia.
 Infeksi.
 Persalinan macet.
 Keguguran.

Sedangkan faktor non kesehatan antara lain kurangnya pengetahuan ibu yang berkaitan
dengan kesehatan termasuk pola makan dan kebersihan diri.

b. Keluarga Berencana.

Keluarga Berencana dalam hal ini adalah penggunaan alat kontrasepsi. Seperti kita ketahui
selama ini ada anggapan bahwa KB adalah identik dengan urusan perempuan.

c. Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS.

Dari berbagai jenis PMS yang dikenal, dampak yang sangat berat dirasakan oleh perempuan,
yaitu berupa rasa sakit yang hebat pada kemaluan, panggul dan vagina, sampai pada
komplikasi dengan akibat kemandulan, kehamilan diluar kandungan serta kanker mulut
rahim.

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan yang telah menikah dan ingin punya anak
tetapi tidak dapat mewujudkannya karena ada masalah kesehatan reproduksi baik pada suami
maupun istri atau keduanya.
 Infertilitas primer
 Infertilitas sekunder.
 Infertilitas idiopatik.

d. Kesehatan Reproduksi Remaja.

Lembar fakta yang diterbitkan oleh PKBI, United Nations Population Fund (UNFPA) dan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa setiap tahun
terdapat sekitar 15 juta remaja berusia 15- 19 tahun melahirkan.Setiaptahun, masih menurut
lembar fakta tersebut, sekitar2,3 juta kasus aborsi juga terjadi di Indonesia dan 20 persen nya
dilakukan oleh remaja.

Disamping itu dikenal pula paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK),
yaitu PKRE yang dilengkapi dengan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut.

5. Isu Gender Dalam Kesehatan Reproduksi

Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukan kesenjangan pria dan wanita yaitu adanya
kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normative) dengan kondisi sebagaimana
adanya (objektif).

a. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe motherhood)

Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut:

 Ketidakmampuan wanita dalam mengambil keputusan dalam kaitannya dengan


kesehatan dirinya, misalnya dalam menentukan kapan hamil, dimana akan
melahirkan dan sebagainya. Hal ini berhubungan dengan wanita yang
kedudukannya yang lemah dan rendah di keluarga dan masyarakat.
 Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan pria, contohnya dalam
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang menempatkan bapak atau pria pada posisi
yang diutamakan dari pada ibu dan anak wanita. Hal ini sangat merugikan kesehatan
wanita, terutama bila sedang hamil.

b. Keluarga Berencana

Hal-hal yang sering di anggap sebagai isu gender sebagai berikut:


 Kesertaan ber-KB, dari data SDKI tahun 1997 presentase kesertaan ber-KB,
diketahui bahwa 98% akseptor KB adalah wanita.partisipasi pria hanya 1,3%. Ini
nerarti bahwa dalam program KB wanita selalu objek/target sasaran.
 Wanita tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metode kontrasepsi yang
diinginkan, antara lain karena ketergantungan kepada keputusan suami (pria lebih
dominan), informasi yang kurang lengkap dari petugas kesehatan, penyediaan alat
dan obat kontrasepsi yang tidak memadai di tempat palayanan.
 Pengambilan keputusan partisipasi kaum pria dalam program KB sangat kecil dan
kurang, namun control terhadap wanita dalam hal memutuskan untuk ber-KB sangat
dominan.

6. Kesehatan Reproduksi Remaja

Hal-hal yang sering di anggap sebagai isu gender sebagai berikut:

a. Ketidak adilan dalam mengambil tanggung jawab misalnya pada pergaulan yang
terlalu bebas, remajaputeri selalu menjadi korban dan menangguang segala akibatnya
(misalnya kehamilan yang tidak dikehendaki, putus sekolah, kekerasan terhadap
wanita, dan sebagainya).
b. Ketidak-adilan dalam aspek hokum, misalnya dalam tindakan aborsi illegal, yang
diancam oleh sanksi dan hukuman adalah wanita yang menginginkan tindakan aborsi
tersebut, sedangkan pria yang menyebabkan kehamilan tidak tersentuh oleh hukum.

7. Infeksi Menular Seksual

Hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut:

a. Wanita selalu dijadikan objek intervensi dalam program pemberantasan IMS,


walaupun pria sebagai konsumen justru member konstribusi yang cuku besar dalam
permasalahan tersebut.
b. Setiap upaya mengurangi praktek prostitusi,kaum wanita sebagai penjaja seks
komersial selalu menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan, sementara kaum
pria yang mungkin menjadi sumber penularan tidak pernah di intervensi dan
dikoreksi.
c. Wanita (istri) tidak kuasa menawarkan kondom jika suami terserang IMS.
ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id: hubungan antara lovestyle, sexualattitudes, gender
attitude, dengan perilaku seks pra nikah.

https://journal.ugm.ac.id: pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada


remaja.

https://pkbi-diy.info › kespro-laki-laki-gender-dalam-kesehatan-reproduksi:
gender dalam kesehatan reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai