Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KoordinatorAsisten Asisten
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
A. Latar Belakang
Sebagai manusia, kita cenderung berpikir tentang
reproduksi dalam hal perkawinan laki-laki dan perempuan.
Reproduksi hewan, bagaimanapun dari banyak spesies yang
ada. Ada spesies yang dapat bereproduksi tanpa bentuk
perkawinan dan spesies di mana individu tidak mengalami
perkawinan selama masa hidup mereka. Ada juga spesies,
termasuk karang tertentu, di mana individu memiliki organ
jantan dan betina. Beberapa serangga , seperti lebah madu,
menampilkan variasi lebih lanjut dengan reproduksi hanya
melibatkan beberapa individu dalam populasi besar. Sebuah
populasi hidup lebih lama dari anggotanya hanya dengan
reproduksi, generasi individu baru dari yang sudah ada.
Amphibi memegang peranan dalam ekosistem yang merupakan salah
satu komponen dalam jaring-jaring makanan. Bahkan hal itu tidak menutup
kemungkinan rusaknya jaring-jaring makanan akan berakibat pula rusaknya
keseimbangan ekosistem. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kelestarian
amphibi yang semakin terancam dengan adanya penggunaan atau eksploitasi
yang berlebihan serta rusaknya habitat atau tempat hidupnya. Sekarang sudah
jarang ditemukan habitat untuk amphibi karena aktivitas manusia yang
merugikan (Firmansyah, 2007). Aktivitas manusia yang merusak tersebut
diantaranya adanya perusakan habitat atau pembukaan lahan, pemakaian
pestisida bagi tanaman yang akan berdampak terhadap hewan yang ada
disekitarnya, berkurangnya sumber makanan hewan akibat pembukaan lahan
(Kasmeri, 2016).
Periode pertumbuhan awal sejak zigot mengalami pembelahan
berulangkali sama saat embrio memiliki bentuk primitif ialah bentuk dan
susunan tubuh embrio yang masih sederhana dan kasar. Bentuk dan susunan
tubuh embrio itu umum terdapat pada jenis hewan vertebrata. Periode ini
terdiri atas 4 tingkat yaitu tingkat pembelahan, tingkat blastula, tingkat
gastrula dan tingkat tubulasi (Yatim, 2015).
Maka dari itu praktikum perkembangan embrio ayam ini sangat
penting dilakukan agar kita lebih memahami tahapan perkembangan embrio
ayam secara langsung tidak hanya dari teori dan diharapkan agar kita lebih
paham mengenai perkembangan embrio dari awal sampai akhir dan dengan
praktikum ini juga dapat melatih keterampilan kita dalam melakukan
percobaan.
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari perkembangan embrio katak mulai zigot sampai bentuk
larva.
2. Mempelajari tipe dan pembelahan embrio katak.
3. Mempelajari pembentukan bakal organ katak yang berasal dari setiap
lapisan embrional.
C. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui perkembangan embrio katak mulai zigot sampai
bentuk larva.
2. Mahasiswa mengetahui tipe dan pembelahan embrio katak.
3. Mahasiswa mengetahui pembentukan bakal organ katak yang berasal dari
setiap lapisan embrional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Prosedur Kerja
Ambil sediaan awetan basah Amati dengan menggunakan
embrio katak dengan menggunakan mikroskop. Bandingkan hasil
pipet tetes dan larva katak dengan pengamatan dengan model
tunas ekor dan larva dengan insang perkembangan embrio katak.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
N Gambar
Tahap Gambar Keterangan
O Pembanding
1 Telur
Pembelahan
stadium 2 sel.
1. Grey crescent
2 Pembelahan I
Pembelahan
stadium 4 sel.
3 Pembelahan II
Pembelahan
stadium 8 sel.
1. Mikromer
Pembelahan kearah kutub
4
III anima.
2. Makromer
kea rah kutub
vegetative.
1. Blastomer
pada stadium
5 Morula 32 sel.
1. Mikromer
2. Makromer
6 Blastula
1. Yolk
plug
7 Gastrula 2. Gastrula
1. Lempeng
neuron
2. Notokord
8 Neurulasi 3. Ectoderm
4. Mesoderm
5. Endoderm
6. Arkenteron
9 Organogenesis
1. Anterior
2. Mata
3. Dorsal
10 Larva
4. Ventral
5. Lipatan neural
B. Pembahasan
Tahap embrio dimulai dari proses fertilisasi (penyatuan sel telur dan
sperma). Pada fase morula mengalami pembelahan berkali-kali.
Pembelahan yang cepat terjadi pada bagian vertikal yang memiliki kutub
hewan dan kutub vegetatif. Morula : embrio yang terdiri dari 16-64 sel.
Blastula adalah bentuk lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan, bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel
dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan, di dalam blastula
terdapat cairan sel yang disebut dengan blastosoel. Adapun proses
pembentukan blastula di sebut blastulasi. Blastulasi (proses pembentukan
blastula) menunjukan perbedaan pada tingkat takson masing-
masing.Blastulasi ( proses pembentukan blastula ) menunjukan perbedaan
pada tingkatan takson masing-masing. Proses blastulasi akan diiringi oleh
suatu proses berikutnya yaitu gastrulasi. Pada tingkat gastrula ini akan
terjadi proses dinamisasi daerah-daerah bakal pembentuk alat pada
blastula, diatur dan dideretkan sesuai bentuk dan susunan tubuh spesies
yang bersangkutan.. Dalam gastrulasi sel masih terus membelah dan
memperbanyak sel. Selain terjadi perbanyakan sel, di dalam proses
gastrulasi juga terjadi berbagai gerakan untuk mengatur dan menyusun
deretan sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh dari individu spesies
masing-masing
Pada pengamatan yang telah dilakukan yaitu pada Stadium 1, pada
tahap ini telur belum di buahi. Pada telur katak yang belum dibuahi akan
terlihat suatu ciri-ciri polus animalis berwarna hitam. Polus animalis
merupakan kutub telur yang miskin akan kuning telur (yolk). Stadium 2
(Telur yang telah dibuahi), pada tingkat ini terbentuk membran pembuahan
berbentuk bulan sabit dan berwarna abu-abu yang disebut gray crescent.
Grey crescent adalah daerah yang terbentuk pada fertilisasi. Pada Stadium
3, yaitu pada tingkat ini pada gray crescent membelah dan terbagi menjadi
dua bagian yang sama besar. Dua buah blastomer yang terbentuk memiliki
bagian polus animalis dan vegetativus. Pada tingkat ini bidang
pembelahannya disebut bidang pembelahan pertama dengan pola
meredional.
Stadium 4, pada tingkat ini terjadi pembelahan menjadi 4 sel.
Bidang pembelahan kedua masih tetap meredional. Terjadi perbedaan
pembagian gray crescent. Dua sel memiliki dan dua sel lainnya tidak
memiliki. Tingkat ini disebut juga bidang pembelahan dua. Stadium 5,
merupakan tingkat dimana terjadi pembelahan menjadi 8 sel. Blastomer
dipolus animalis lebih kecil, sedangakan blastomer dipolus vegetativus
lebih besar. Pada tingkat ini, bidang pembelahan disebut pembelahan
ketiga dan berpola latitudinal.
Stadium 6, merupakan pembelahan mnjadi 16 sel, bidang
pembelahan yang terbentuk dua sekaligus yaitu meredional dan vertikal.
Stadium 7, merupakan tingkat dimana pembelahan menjadi 32 sel. Dua
bidang pembelahan yaitu latitudinal. Membentuk massa sel yang disebut
sebagai morulla. Blastomer penyusunnya berukuran lebih kecil apabila
dibandingkan dengan stadium sebelumnya, sedang blastocel
membesar. Stadium 8, pada tingkat ini blastocel terus membesar. Pola
pembelahan berikutnya yang terjadi tidak memiliki aturan pasti.
Pergerakan embrio secara umum dilakukan dengan bantuan silia sel-sel
blastomer bagian luar. Permukaan embrio masih terlihat sebagai susunan
sel-sel yang tidak rata dan membentuk struktur permukaan multiseluler.
Stadium 9, pada tingkat ini struktur permukaan yang multiseluler
berangsur manghilang dan menjadi lebih halus atau rata. Terbentuk
bangunan yang disebut germ ring, epiblast, dan hypoblast. Stadium 10,
tingkat labium dorsale (gastrula awal) tampak lekukan seperti bulan sabit.
Di bibir lekukan adalah sebagai labium dorsale.terjadi epiboly germ ring
ke arah polus vegetativus invaginasi dan involusi bibir dorsal (labium
dorsale). Stadium 11, tingkat labium laterale (gastrula pertengahan),
tampak lekukan tigaperempat lingkaran dipolus vegatativus.
Stadium 12, tingkat bibir ventral (gastrula akhir), tampak lekukan
melingkar di tengah lingkaran sel-selnya besar, di luar lingkaran kecil.
Sesudah gastrula selesai tampak lubang sebagai blastoporus. Sering masih
terdapat yolk plug (provitellus). Stadium 13, tingkat Neural Plate (neural
awal), embrio mulai memanjang. Balstoporus sebagai ujung caudal dan
mengecil seiring dengan adanya pembentukan siria primitiva. Lamina
neuralis juga mulai tampak pada bagian dorsal. Stadium 14, tingkat
neurula pertengahan. Di dorsal terdapat peninggian sepasang torus
medullaris (neural fold).
Stadium 15, pada tingkat ini torus medullaris mengalami peleburan
menjadi satu dan membentuk crista neuralis. Bagian enteron membentuk
bangunan yang memanjang dan diikuti oleh adanya rotasi sumbu tubuh
embrio. Stadium 16, tingkat ratation (neurula akhir), embrio telah jelas
memanjang. Stadium 17, antara kepala dan badan terjadi penyempitan
kelihatan sebagai leher. Di dorsal tampak meninggi. Balstoporus mulai
menghilang dan muncul canalis mesoentericus. Neuroporus menutup,
badan memanjang, bagian dorsal cekung, dan somit-somit terbentuk.
Stadium 18, tingkat mulai bergerak aktif (muscular response), bentuk telah
jelas sebagai berudu yang kelihatan dengan mata biasa. Mulai terjadi
gerakan pertama dengan bantuan otot tubuh embrio. Gerak kontraksi ke
kanan dan ke kiri.
Sumbat esofagus mulai terbentuk dan mulai timbul aorta dorsalis
maupun vena vitellina. Stadium 19, pada tingkat ini jantung mulai
berdenyut (kuntum-kuntum insang). Denyut jantung terletak dibagian
dada, dibagian leher timbul kuntum-kuntum insang sebagai jari-jari
pendek dan ekor sudah mulai memanjang.
Stadium 20, tingkat peredaran pertama pada insang pertama kali..
Pada tingkat ini insang seperti jari-jari, dari capilair-capilair darah. Sudah
terjadi peredaran darah, terlihat butir-butir erythrocyt yang mengalir satu
persatu. Stadium 21, pada tingkat ini mulut sudah termata tampak jernih
buka dan corn, tampak berudu-berudu telah bisa makan. Mata sudah
kelihatan hidup, dan bagian perut langsing.
Stadium 22, pada tingkat ini merupakan permulaan peredaran darah
pada ekor. Bentuk ekor telah lebar dan panjang (melebihi panjang badan).
Tampak butir erythrocyt beredar pada capilair ekor. Insang sudah
mencapai panjang maksimum.
Stadium 23, tingkat ini merupakan ahap pembentukan insang.
Dibagian leher terdapat lipatan yang akan menutup insang. Selanjutnya,
pangkal insang mulai tertutup.
Stadium 24, tingkat ini merupakan tingkat penutupan insang
sebelah kanan. Bagian leher tidak simetris lagi karna insang di sebelah
kanan sudah tertutup oleh operculum atau tutup insang.
Stadium 25, tingkat penutupan insang sempurna. Insang kanan kiri
sudah tidak nampak lagi karena masuk, tertutup operculum. Hanya sebagai
lubang di sebelah kiri yang disebut spiraculum. Demikian perkembangan
katak, untuk tahapan selanjutnya katak akan mengalami metamorfosis.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, maka dapat dirarik kesimpulan
bahwa, Amphibia bentuknya bundar terbentuknya suatu celah di bawah
bidang equator pada daerah kelabu Notocord terbentuk dari mesoderm dorsal
di atas arkenteron. Fertilisasi merupakan penyatuan sel telur dan sperma.Pada
fase fertilisasi zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) yang
melalui tiga fase, yaitu morula, blastula dan gastrula. Fase Embrionik yaitu
fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio
yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di
dalam tubuh induk betina. Fase Pasca Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup setelah masa embrio, terutama penyempurnaan
alat-alat reproduksi setelah dilahirkan.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam proses pengamatan.
Praktikan sebaiknya memahami tahapan perkembangan embrio pada katak
agar memudahkan dalam proses pengamatan dan mengetahui perbedaan tiap
tahapan agar tidak keliru.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Lisa, A.U., Jane, B.R., Michael, L.C., Steven, A.W., & Peter,
V.M. 2016. Biology Eleventh Edition. United States of America: Pearson
Education.
Paputungan, S., Lucia, J.L., Linda, S.T., Jaqualine, L. 2017. Pengaruh Bobot Telur
Tetas Itik Terhadap Perkembangan Embrio, Fertilitas Dan Bobot Tetas.
Jurnal Zootek. 37 (1): 98.
Kasmeri, R., dan Elza, S. 2014. Induksi Kejutan Suhu 360 C Terhadap
Perkembangan Embrio Dan Keberhasilan Poliploidisasi Katak (Rana
cancrivora). Jurnal Pelangi. 6 (2): 146-147.