DISUSUN OLEH :
1. ADE NATASHA 1724004
2. GRACIA DEWI DATU MENGA 1724044
3. ANDHYKA PUTRA BHAYANGKARA 1724050
4. EVAN 1724092
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan “Analisis Basis Sub Sektor Pertanian dan Strategi Pengembangan
Terhadap Pembangunan Ekonomi di Kecamatan Jekan Raya” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu nilai tugas Mata Kuliah Ekonomi
Wilayah Kota tahun ajaran 2018/2019 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang.
Kami menyadari selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan dari beberapa pihak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu IR. Titik Poerwati, MT, selaku Dosen Mata Kuliah Ekonomi Wilayah dan Kota
pada Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota,
Institut Teknologi Nasional Malang yang telah memberikan banyak pengetahuan;
2. Rekan-rekan satu kelompok atas kerja sama dalam menyelesaikan laporan ini; dan
3. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna laporan berikutnya dapat
lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya Mahasiswa ITN
Malang.
Tim Penyusun
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR PETA......................................................................................................................... v
1.3.1 Tujuan............................................................................................................................ 3
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG ii
2.4 Pembangunan Ekonomi ..................................................................................................... 19
5.1 Analisis Basis Sub Sektor Pertanian Kecamatan Jekan Raya Menggunakan Metode
Location Quotient (LQ) ........................................................................................................... 31
5.3 Analisis SWOT Sub Sektor Basis Pertanian Kecamatan Jekan Raya ............................... 35
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG iii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 44
6.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 44
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG iv
DAFTAR PETA
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG v
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. 1 Analisis Diagram SWOT Strategi Pengembangan Sub Sektor Pertanian Basis
Kecamatan Jekan Raya ............................................................................................................ 43
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG vi
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2
1. Sub sektor pertanian apa saja yang menjadi menjadi ekonomi basis atau unggulan di
Kecamatan Jekan Raya ?
2. Bagaimana strategi pengembangan sub sektor basis pertanian tersebut terhadap
pembangunan ekonomi Kecamatan Jekan Raya ?
1.3.1 Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui sub sektor pertanian apa saja yang menjadi ekonomi basis
di Kecamatan Jekan Raya dan mengetahui strategi pengembangan sub sektor basis pertanian
tersebut terhadap pembangunan ekonomi Kecamatan Jekan, Kota Palangka Raya Kalimantan
Tengah.
1.3.2 Sasaran
Sasaran secara umum yang ingin di capai adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis sub sektor pertanian apa saja yang menjadi ekonomi
basis di Kecamatan Jekan Raya.
2. Menganalisis strategi pengembangan sub sektor basis pertanian tersebut terhadap
pembangunan ekonomi Kecamatan Jekan Raya.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 4
1.4.1.2 Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah, dengan luas wilayah
387,53 km2 yang terbagi dalam 4 (empat) wilayah kelurahan, yaitu: Kelurahan Palangka,
Kelurahan Bukit Tunggal, Kelurahan Menteng, dan Kelurahan Petuk Ketimpun.
Adapun luas masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut:
Kelurahan Palangka : 22,49 Km2
Kelurahan Bukit Tunggal : 274,15 Km2
Kelurahan Menteng : 31,27 Km2
Kelurahan Petuk Ketimpun : 59,62 Km 2
Batas-batas wilayah Kecamatan Jekan Raya meliputi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Bukit Rawi / Kabupaten Gunung Mas
Sebelah Timur : Berbasatasn dengan Tumbang Rungan Kecamatan Pahandut
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kota Waringin Timur
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kereng Bangkirai Kecamatan Sebangau
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 5
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Materi penelitian merupakan bagian penting dalam melaksanakan studi/pembelajaran,
oleh sebab itu perlu adanya batasan batasan dari hal yang bersifat umum menjadi materi yang
lebih spesifik agar isi pembahsan tidak meluas. Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas
dan agar tidak terjadi pembahasan yang meluas atau menyimpang pada penulisan laporan ini.
Adapun lingkup materi yang akan dikaji antara lain :
1. Peneliti memfokuskan penelitian hanya pada perekonomian sektor pertanian
Kecamatan Jekan Raya. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat fokus dalam satu
bagian, sehingga data yang diperoleh valid, spesifik, mendalam dan memudahkan
peneliti untuk menganalisis data yang diperoleh.
2. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan 2 metode
analisis yaitu LQ untuk mengetahui ekonomi basis pada sektor pertanian di Kecamatan
Jekan Raya dan analisis SWOT untuk mengetahui strategi pengembangan dalam
pembangunan ekonomi di Kecamatan Jekan Raya.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 6
Peta 1. 1 Peta Administrasi Kota Palangka Raya
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
Peta 1. 2 PetaWILAYAH
PROGRAM STUDI PERENCANAAN Administrasi
DAN Kecamatan
KOTA Jekan RayaPeta 1. 3 Peta Administrasi Kota Palangka Raya
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 7
Peta 1. 4 Peta Administrasi Kecamatan Jekan Raya
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 10
Menurut Arsyad (2005:116), teori basis ekonomi ini merupakan faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena berhubungan langsung dengan permintaan akan
barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber
daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Teori basis ekonomi ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu wilayah harus
meningkatkan arus atau aliran langsung dari luar wilayah agar bisa tumbuh secara efektif, yaitu
dengan cara meningkatkan ekspor. Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Tiebout, dalam
bukunya Nugroho dan Dahuri (2004:58) Tiebout mengemukakan bahwa pasar ekspor
merupakan penggerak utama atau sebagai mesin pertumbuhan ekonomi wilayah. Hasil ekspor
mendatangkan pendapatan dan pendapatan tambahan melalui pengaruh pengganda
(multiplier). Dengan demikian, kegiatan ekspor mengakibatkan pemasukan uang ke dalam
wilayah dan dorongan untuk meningkatkan aktivitas perekonomian wilayah.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 11
secara nasional dan waktu perbandingan juga harus sama. Misalnya: sektor industri tahun 2014
di Papua harus diperbandingkan dengan sektor industri Nasional tahun 2014 juga.
Analisis Location Quotient (LQ) umumnya dipakai untuk melihat perbandingan regional
dengan nasional.Regional adalah daerah yang lebih sempit, sementara itu Nasional adalah
daerah yang lebih luas.
Nilai dari Location Quotient (LQ) adalah (Tarigan, 2014: 82-83):
a. LQ > 1, artinya peranan sektor tersebut lebih besar di daerah daripada nasional.
b. LQ < 1, artinya peranan sektor tersebut lebih kecil di daerah daripada nasional.
c. LQ= 1, artinya peranan sektortersebut sama baik di daerah ataupun secara nasional.
Mirip dengan pernyataan di atas, nilai dari Location Quotient (LQ) adalah (Putra, 2011: 168):
a. LQ > 1, berarti mengindikasikandimungkinkannya dilakukan ekspor pada sektor
tersebut (Relative Spezialization in Sector). Ekspor dilakukan karena adanya surplus.
b. LQ < 1, berarti mengindikasikan bahwa sektor tersebut perlu melakukan impor
(Production Deficit in Sector). Impor dilakukan karena sektor tersebut belum mampu
memenuhi kebutuhan daerah tersebut.
c. LQ = 1, berarti produktivitas sektor tersebut berimbang. Artinya hanya cukup
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu saja sehingga masih
belum layak untuk diekspor (Average Production in Sector).
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 12
hewan yang dapat membantu tugas para petani kegiatan ini merupakan suatu cakupan dalam
bidangpertanian (Bukhori, 2014).
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di Negara-Negara Berkembang.
Peran atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki
posisi yang penting sekali. Hal ini antara lain disebabkan beberapa faktor (Totok Mardikanto,
2007:3). Pertama, sektor pertanian merupakan sumber persediaan bahan makanan dan bahan
mentah yang dibutuhkan oleh suatu Negara. Kedua tekanan-tekanan demografis yang besar di
negara-negara berkembang yang disertai dengan meningkatnya pendapatan dari sebagian
penduduk menyebabkan kebutuhan tersebut terus meningkat. Ketiga, sektor pertanian harus
dapat menyediakan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk ekspansi sektor-sektor lain terutama
sektor industri.
Faktor-faktor ini biasanya berwujud modal, tenaga kerja, dan bahan mentah. Keempat,
sektor pertanian merupakan sektor basis dari hubungan-hubungan pasar yang penting
berdampak pada proses pembangunan. Sektor ini dapat pula menciptakan keterkaitan kedepan
dan keterkaitan kebelakang yang bila disertai dengan kondisi-kondisi yang tepat dapat memberi
sumbangan yang besar untuk pembangunan. Kelima, sektor ini merupakan sumber pemasukan
yang diperlukan untuk pembangunan dan sumber pekerjaan dan pendapatan dari sebagian besar
penduduk negara-negara berkembang yang hidup di pedesaan (Pratomo, 2010).
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 13
kapuk, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung,
tebu, tembakau, serta tanaman lainnya.
c) Peternakan dan hasil-hasilnya
Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya meliputi semua kegiatan pembibitan dan
budidaya semua jenis ternak dan ungags dengan tujuan untuk dikembangbiakkan,
dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun oleh
perusahaan peternakan. Komoditi hasil peternakan antara lain; sapi, kerbai, kambing, babi,
kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi, kulit, serta hewan peliharaan lainnya.
d) Kehutanan
Sub sektor kehutanan meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta
pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan
pemburuan. Komoditi hasil kehutanan diantaranya adalah kayu gelondongan (baik yang
berasal dari hutan rimba, maupun dari hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu,
terpenting, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, air madu, serta hasil hutan lainnya.
e) Perikanan
Sub sektor perikanan meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan
budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya baik yang berada di air tawar maupun yang
berada di air asin. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut
lainnya, ikan emas dan jenis ikan darat lainnya, ikan bandeng dan jenis ikan payau lainnya,
cumi-cumi dan jenis binatang lunak lainnya, rumput laut dan jenis tumbuhan laut lainnya.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 14
sangat penting karena sebagian besar anggota masyarakat di negara-negara miskin
menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana dengan sungguh-sungguh
memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satu- satunya cara dengan meningkatkan
kesejahteraan sebagian besar anggota masyarakatnya yang hidup di sektor pertanian itu. Cara
ini bisa ditempuh dengan jalan meningkatkan produksi tanaman pangan, tanaman
perdaganganmereka dan atau dengan menaikkan harga yang mereka terima atas produkproduk
yang mereka hasilkan, tentu saja tidak setiap kenaikan output akan menguntungkan sebagian
besar penduduk pedesaan yang bergerak di bidang pertanian itu.
Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi
yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Adanya lingkungan yang menunjang kreativitas
akan meimbulkan beberapa wiraswasta perintis yang mencoba menerapkan ide-ide baru dalam
kehidupan ekonomi. Mungkin tidak semua perintis tersebut akan berhasil dalam melakukan
inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut akan menimbulkan posisi monopoli
bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan menghasilkan keuntungan di atas keuntungan
normal yang diterima para pengusaha yang tidak berinovasi. Keuntungan monopolistis ini
merupakan imbalan bagi para innovator dan sekaligus juga merupakan rangsangan bagi para
calon innovator. Hasrat untuk berinovasi terdorong oleh adanya harapan memperoleh
keuntungan monopolistis tersebut. Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu :
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 15
Kesemua proses yang dijelaskan diatas meningkatkan output masyarakat dan secara
keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Sumber kemajuan ekonomi yang
paling penting adalah pembangunan ekonomi tersebut (Khamdani, 2013).
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 17
keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran. Dikatakan demikian karena satuan bisnis
memiliki sumber keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat
daripada pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah direncanakan akan dilayani
oleh satuan usaha yang bersangkutan.
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan atau
organisasi. Fasilitas, sumber aya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran,
citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.
Faktor-faktor kelemahan, jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam
tubuh suatu perusahaan, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja
organisasi yang memuaskan.
Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa
terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah,
keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau
kurang diminati oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan
yang kurang memadai.
3. Peluang (opportunity)
Peluang (opportunity) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan atau organisasi.
Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang.
Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau
peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok
dapat memberikan peluang bagi perusahaan atau organisasi. Faktor peluang adalah berbagai
situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis. Yang dimaksud dengan
berbagai situasi tersebut antara lain:
a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan pengguna produk.
b. Identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian.
c. Perubahan dalam kondisi persaingan.
d. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka berbagai kesempatan
baru dalam kegiatan berusaha.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 18
e. Hubungan dengan para pembeli yang akrab.
f. Hubungan dengan pemasok yang harmonis.
4. Ancaman (threath)
Ancaman (threath) adalah situasi penting yang tidak Menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
sekarang yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar,
meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi
serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
Ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis, jika
tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk
masa sekarang maupun masa depan. Ringkasnya, peluang dalam lingkungan eksternal
mencerminkan kemungkinan dimana ancaman adalah kendala potensial.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 19
pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran
ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita
riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih
banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita
berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.
Secara umum permasalahan pokok pembangunan di Indonesia dalam konteks
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009
adalah (Yuliadi, 2009):
a) Tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
b) Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).
c) Kesenjangan pembangunan antar kelompok, wilayah dan daerah di
Indonesia.
d) Menurunnya kualitas sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.
e) Rendahnya penegakkan hukum dan keadilan.
f) Tingginya angka kejahatan dan masih adanya potensi konflik
horisontal.
g) Ancaman separatisme dan rendahnya kemampuan Hankam.
h) Kelembagaan demokrasi yang masih lemah.
Untuk mengamati dan menganalisis permasalahan pembangunan dan begaimana
kebijakan yang diambil, maka pembahasan dilakukan menurut kelompok dan bidang-bidang
pembangunan. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan SDA namun memiliki keterbatasan
dalam kualitas SDM perlu merumuskan strategi kebijakan untuk dapat mewujudkan tiga tujuan
pembangunan nasional (triple bottom line) secara simultan yaitu pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan berkesinambungan, pemerataan kesejahteraan kepada seluruh rakyat secara adil, dan
terpeliharanya kelestarian lingkungan dan SDA. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan
nasional tersebut perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan pembangunan yang mencakup
(Yuliadi, 2009):
a. Peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi secara berkelanjutan melalui
penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk menghasilkan
produk yang kompetitif.
b. Implementasi tata ruang wilayah secara konsisten untuk mengembangkan sektor
pertanian dan perkebunan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 20
c. Program diversifikasi pangan nasional melalui pengembangan pangan non beras
untuk meningkatkan alternatif pangan rakyat menuju swasembada pangan.
d. Pengembangan industri manufaktur yang mengandung nilai tambah (value added)
yang tinggi sekaligus dapat menyerap tenaga kerja serta mendorong kegiatan
ekonomi terkait.
2.4.1 Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan Daerah
Menurut Arsyad (2005:108), permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah
terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan
daerah yang bersangkutan (endogenous depelovment) dengan menggunakan potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini
mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam
proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja dan merangsang peningkatan
ekonomi.
Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada
percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam
struktur ekonomi. Menurut Emma (2014:4), sektor unggulan adalah sektor atau kegiatan
ekonomi yang mempunyai potensi, kinerja dan prospek yang lebih baik dibandingkan dengan
sektor lainnya sehingga diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha ekonomi turunan
lainnya, demi terciptanya kemandirian pembangunan wilayah. Sektor unggulan dapat pula
diartikan sebagai sektor yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar yang
ditunjukkan dengan parameter-parameter seperti:
1. Sumbangan sektor perekonomian terhadap perekonomian wilayah yang cukup
tinggi.
2. Sektor yang mempunyai multiplier effect yang tinggi.
3. Sektor yang kandungan depositnya melimpah.
4. Memiliki potensi added value yang cukup baik.
Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan
pembangunan daerah yang sesuai era otonomi daerah saat ini, dimana daerah memiliki
kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah
demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran
masyarakat.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 21
Menurut Rachbini dalam jurnal Lantemona (2014), ada empat syarat agar suatu sektor
tertentu menjadi sektor prioritas, yaitu :
1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang
cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek
permintaan tersebut.
2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi
produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas.
3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang
menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.
Sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap
sektor-sektor lainnya.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 22
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritis, kontribusi pembuatan laporan penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan
khususnya ekonomi, terkait dengan analisis basis sub-sektor pertanian dan penerapan
strategi pengembangan (SWOT).
2. Secara praktisi, sebagai masukan bagi pengambil kebijakan (pemerintah) dalam
melakukan implementasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
3. Dalam aspek sosial, masyarakat dapat mengetahui sub-sector pertanian apa saja yang
berpotensi dan tidak di daerahnya, sehingga masyarakat dapat melakukan peningkatan
dan mempertahankan produksi pada sector yang berpotensi dan menerapkan strategi
pengembangannya.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 23
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Observasi
Merupakan pengumpulan data dan informasi melalui pengamatan guna
mendapatkan data obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Observasi (langsung ke
lapangan) meliputi survey keadaan fisik, mencakup semua penelitian-penelitian
(disertai peta-peta) dan mencakup topografi, iklim, sumber air, keadaan tanah dan
sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara, dilakukan dengan cara mencari informasi yang dibutuhkan dengan
cara menanyakan langsung kepada narasumber yang ada di Kecamatan Jekan Raya,
Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Wawancara dilakukan kepada
tokoh-tokoh masyarakat Kecamatan Jekan Raya, Instasnsi, dan masyarakat Kecamatan
Jekan Raya itu sendiri.
3. Kuisioner
Kuisioner, yaitu metode pencarian data yang dilakukan dengan menyebarkan
angket pertanyaan yang berisikan permasalahan- permasalahan yang terdapat di
Kecamatan Jekan Raya. Pada saat penyebaran kuisioner, perlu dipertimbangkan
beberapa hal antara lain :
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 24
1) Waktu, yaitu menyangkut hari dan pelaksanaan kuisioner. Waktu
penyebaran kuisioner ini kami lakukan pada saat Studio Kota yang
dilaksananakan kurang lebih selama 14 hari.
2) Lokasi, tempat penyebaran kuisioner kami lakukan pada rumah- rumah
penduduk di Kecamatan Jekan Raya yang terbagi atas 4 kelurahan, yaitu
Kelurahan Menteng, Kelurahan Palangka, Kelurahan Bukit Tunggal dan
Kelurahan Petuk Katimpun.
Melihat Buku Profil Kelurahan, ataupun bisa dengan melihat buku Kecamtan Dalam
Angka.
Meminta data ke kantor BPS, Kelurahan/Kecamatan atau Instansi yang terkait perihal
data ekonomi.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 25
memahami kondisi perekonomian dan status perekonomiannya. Analisa perekonomian sangat
berpengaruh besar terhadap suatu perencanaan untuk mengetahui komoditi unggulan yang
dapat memacu pertumbuhan daerah tersebut.Dalam melakukan analisa perekonomian yang ada
di Kecamatan Jekan Raya, adapun metode yang digunakan dalam melakukan analisa yaitu
analisa Location Quotient dan Shift-Share.
Li / Lt Vi / Vt
LQ = LQ =
Ni / Nt Yi / Yt
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 26
Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan, demikian halnya dengan metode
LQ.
Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan antara lain:
1. LQ merupakan suatu alat analisis yang digunakan dengan mudah dan sederhana, serta
cepat penggunaannya.
2. LQ dapat digunakan sebagai analisis awal untuk suatu wilayah, kemudian dapat
dilanjutkan dengan alat analisis lainnya.
3. Perubahan tingkat spesialisasi dari setiap sektor dapat pula diketahui dengan
membandingkan LQ dari tahun ke tahun.
4. Penerapannya tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian
analisis cukup dengan spread sheet dari Excel atau program Lotus jika datanya tidak
terlalu banyak.
Dari segi keterbatasannya, metode LQ terbatas dalam:
1. Karena kesederhanaan pendekatan LQ ini, maka yang dituntut adalah akurasi data. Sebaik
apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya jika data yang digunakan tidak
valid.
2. Pengumpulan data yang sangat valid sangat sulit dilakukan di lapangan sehingga
mempersulit pengumpulan data.
3. Deliniasi wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan wilayah yang dikaji dan ruang
lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang
aneh, tidak sama dengan apa yang kita duga.
4. Perlu diketahui bahwa nilai LQ dipengaruhi oleh berbagai faktor. Nilai hasil
perhitungannya bias, karena tingkat disagregasi peubah spesialisasi, pemilihan peubah
acuan, pemilihan entity yang diperbandingkan, pemilihan tahun dan kualitas data.
Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakan standar normatif untuk
ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Namun demikian ketika banyak komoditas di suatu
wilayah yang menghasilkan LQ > 1, sementara yang dicari hanya satu, maka yang harus
dipilih adalah komoditas yang mendapatkan LQ paling tinggi. Karena nilai LQ yang semakin
tinggi di suatu wilayah menunjukkan semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas
tersebut. Dengan demikian, metode analisis LQ atau location quotient dapat digunakan secara
mudah dan efisien jika ingin menghitung sektor unggulan suatu tempat. Kekurangan-
kekurangan yang ditemui di lapangan dapat dikurangi dengan teliti dan rajin dalam
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 27
mengumpulkan data. Hasil yang didapatkan kemudian adalah akurasi dan sektor unggulan
yang dapat diberdayakan dan dikembangkan oleh seluruh masyarakat wilayah tertentu.
4.2.1.2 Analisa SWOT (Strenght-Weaknees Opportunity-Threat)
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 28
Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam jika tidak
diatasi maka akan menjadi hambatan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi.
Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-
menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan tekhnologi, serta peraturan baru atau yang
direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam suatu perusahaan, sedang peluang dan
ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan yang
bersangkutan. Jika dapat dikatakan bahwa analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh
dalam melakukan analisis strategi, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu
strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang
sehingga berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh
perusahaan dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matrik SWOT sebagai alat pencocokan yang mengembangkan empat tipe strategi
yaitu SO, WO, ST dan WT. Perencanaan usaha yang baik dengan metode SWOT dirangkum
dalam matrik SWOT yang dikembangkan oleh Kearns sebagai berikut :
IFAS (internal strategic factory analysis summary) dengan kata lain faktor-faktor
strategis internal suatu perusahaan disusun untuk merumuskan faktor-faktor internal dalam
kerangka strength and weakness. Sedangkan EFAS (eksternal strategic factory analysis
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 29
summary) dengan kata lain faktor- faktor strategis eksternal suatu perusahaan disusun untuk
merumuskan faktor- faktor eksternal dalam kerangka opportunities and threaths.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Basis Sub Sektor Pertanian Kecamatan Jekan Raya Menggunakan Metode
Location Quotient (LQ)
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ekonomi basis sub sektor pertanian di
Kecamatan Jekan sehingga sektor-sektor strategis yang potensial tesebut dapat dikembangkan
untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kecamatan Jekan Raya. Aktivitas basis
memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah.
Semakin besar ekspor suatu wilayah kewilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah
tersebut, dan demikian sebaliknya.
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena
mempunyai keunggulan kompetitif yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah
sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis
. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location Quotient (LQ),
untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis.
Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar
kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan -
keunggulan/kriteria. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi
dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor
tersebut dalam perekonomian daerah .
Berikut adalah data produksi perekonomian sektor pertanian yang ada di Kecamatan
Jekan Raya tahun 2014-2018 yang dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5. 1
Tabel Data Produksi Pertanian Kecamatan Jekan Raya
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 31
Jumlah Produksi Pertanian(Ton )
Tahun Padi Ubi Kacang-
Jagung Ubi Jalar Cabe Timun Jumlah
Ladang Kayu Kacangan
2016 0 29 0 0 357 326 468 1180
2017 0 14 48 0 35 5 7 109
2018 0 7.25 250 0 35 5 100 397.25
Jumlah 0 88.25 298 0 968 919 1168 3441.25
Sumber : Kecamatan Jekan Raya Dalam Angka 2014-2018
Pada tabel di 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa sub sektor atau komoditas pertanian yang
ada di Kecamatan Jekan Raya terdiri dari padi lading, jagung, ubi kayu, ubi jalar, cabe, kacang-
kacangan dan timun. Namun angka produksi selama 5 tahun terakhir untuk setiap sub sektor
mengalami kenaikan dan penurunan dan belum diketahui sub sektor mana yang menjadi
ekonomi basis di Kecamatan Jekan Raya. Oleh sebab itu dari data diatas perlu dilakukannya
analisis LQ untuk menentukan sub sektor mana yang menjadi ekonomi basis sehingga dapat
dikembangkan.
Apabila hasil perhitungan dari analisis LQ menunjukkan angka lebih dari satu (LQ >
1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Sebaliknya apabila hasilnya menunjukkan
angka kurang dari satu (LQ < 1) berarti sektor tersebut bukan sektor basis. Berikut adalah hasil
dari analisis LQ sektor pertanian di Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya.
Tabel 5. 2
Tabel Analisis LQ Sektor Pertanian Kecamatan Jekan Raya
LQ Rata-
No Jenis Pertanian Kategori
2014 2015 2016 2017 2018 rata
1 Padi Ladang 3.77 0.00 0.00 0.00 0.00 0.75 - Non Basis
2 Jagung 4.37 4.37 4.37 0.98 0.12 2.84 + Basis
3 Ubi Kayu 0.00 0.00 0.00 1.00 1.20 0.44 - Non Basis
4 Ubi Jalar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 - Non Basis
5 Cabe/Lombok 0.63 1.07 0.88 2.87 1.48 1.39 + Basis
6 Terong 1.09 0.87 1.21 0.35 0.45 0.79 - Non Basis
7 Kacang-kacangan 0.91 1.23 0.88 0.45 0.12 0.72 - Non Basis
8 Timun 1.29 0.89 0.99 0.49 1.84 1.10 + Basis
Sumber : Hasil Analisa 2019
Berdasarkan hasil analisis di atas, terdapat di sub sektor pertanian yang masuk ke dalam
ekonomi basis dengan hasil LQ > 1 yaitu sub sektor jagung, cabe/lombok dan timun.
Sedangkan sub sektor non basis dimana nilai LQ < 1 adalah padi ladang, ubi kayu, ubi jalar,
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 32
terong dan kacang kacangan. Adapun penjelasan terkait sub sektor ekonomi yang masuk ke
dalam ekonomi basis adalah sebagai berikut :
5.1.1 Sub Sektor Unggulan
A. Jagung
Panen jagung berlangsung setiap tahun, tetapi puncaknya pada bulan Februari dan
Desember. Musim tersebut kadang -kadang bergeser 1 atau 2 bulan lebih awal atau mundur,
sehingga dapat menyebabkan jumlah produksinya mengalami kenaikan atau penurunan.
Berdasarkan hasil analisis LQ yang telah didapatkan, jagung memiliki nilai yang
paling tinggi yaitu sebesar 2,84, ini menunjukkan bahwa jagung merupakan sub sektor
basis pertanian, dimana hasil produksi jagung di Kecamatan Jekan Raya mampu untuk
memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri dan mampu menyuplai kebutuhan bagi daerah
lain. Hal ini menyebabkan terjadinya pemusatan aktivitas di Kecamatan Jekan Raya yang
disebabkan oleh komoditas jagung tersebut. Adapun harga per kilogramnya yang relatif
terjangkau yaitu Rp. 3000 – Rp. 4000 sehingga jagung dapat dinikmati oleh semua
kalangan.
B. Cabe/Lombok
Berdasarkan hasil analisis LQ sub sektor unggulan cabe/ lombok termasuk sub
sektor basis. Menurut hasil analisis LQ tersebut diperoleh nilai LQ=1,39 ini menunjukkan
bahwa cabe / lombok merupakan sub sektor basis pertanian, dimana hasil produksi cabe /
lombok di Kecamatan Jekan Raya mampu untuk memenuhi kebutuhan di wilayahnya
sendiri dan mampu menyuplai kebutuhan bagi daerah lain. Walaupun harga cabe yang
terkadang mengalami kenaikan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa cabe menjadi salah
satu sub sektor yang tetap di cari oleh masyarakat khususnya di Kecamatan Jekan Raya.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 33
A. Timun
Sub sektor pertanian berupa timun di Kecamatan Jekan Ray merupakan sub sektor
pertanian kategori potensial karena memiliki nilai LQ sebesar 1,10 yang berarti bahwa
subs sektor timun memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah (-) tetapi kontribusi yang
diberikan cukup besar (+). Sektor potensial ini nantinya mampu dijadikan sebagai sektor
basis dalam jangka panjang. Hal ini berarti bahwa sektor tersebut dapat dikembangkan
menjadi basis ekonomi Kecamatan Jekan Raya dengan perlakuan-perlakuan khusus.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 34
5.2.2 Faktor - Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi peluang dan
ancaman bagi pengembangan sub sektor pertanian basis di Kecamatan Jekan Raya. Faktor-
faktor eksternal eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan sub sektor
pertanian basis di lokasi penelitian, yaitu sebagai berikut :
a. Peluang (Opportunity)
1) Permintaan pasar meningkat
2) Saluran pemasaran dekat
3) Adanya bantuan modal dari Badan Ketahanan Pangan Kota
4) Ketersediaan lahan koson
5) Adanya kegiatan magang kepada petani untuk meningkatkan pemahaman
b. Ancaman (Treath)
1) Serangan hama dan penyakit
2) Adanya persaingan dari Kecamatan lain
3) Tingginya biaya usaha tani
4) Permainan harga oleh para pengumpul
5) Kurangnya lembaga pendukung usaha tani
5.3 Analisis SWOT Sub Sektor Basis Pertanian Kecamatan Jekan Raya
Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dan dapat
menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan eksternal dan internal serta mampu mengarahkan
dan berperan sebagai katalisator dalam proses perencanaan strategis. Unsur-unsur yang
terdapat dalam analisis SWOT meliputi S (strength), W (weakness), O (opportunity), dan T
(threat). Matriks ini mampu menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu
strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, serta strategi S-T. Unsur-unsur yang terdapat dalam
analisis SWOT merupakan pertimbangan dari hasil analisis LQ yang telah dilakukan dan
berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Kecamatan Jekan Raya dan para petani petani
yang ada di Kecamatan Jekan Raya. Strategi S-O merupakan upaya untuk memaksimalkan
setiap unsur kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan setiap unsur peluang seoptimal
mungkin. Strategi W-O merupakan upaya untuk memperbaiki masing masing unsur
kelemahan agar mampu memanfatkan setiap unsur peluang yang ada seoptimal mungkin.
Strategi W-T merupakan upaya untuk memperbaiki unsur kelemahan agar dapat menundukkan
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 35
setiap unsur tantangan seoptimal mungkin. Sedangkan strategi S-T merupakan upaya
memaksimalkan setiap unsur kekuatan untuk menjaga setiap unsur tantangan seoptimal
mungkin.
Tabel 5. 3
Tabel Matriks Internal Strategi Faktor Analisis System (IFAS)
Skor = Bobot x
No Faktor Analisis Swot Nilai
Bobot Nilai Skor
KEKUATAN (S)
1 Petani sudah lama berpengalaman dalam melakukan usaha tani. 0.17 3 0.50
2 Motivasi petani untuk maju sangat tinggi 0.17 3 0.50
Kualitas jagung, cabe dan cimun yang dihasilkan mampu bersaing
3 0.22 4 0.89
dipasar
4 Karakteristik lahan sesuai untuk lahan pertanian 0.22 4 0.89
5 Ketersediaan sarana pertanian 0.22 4 0.89
Jumlah 1 18 3.67
KELEMAHAN (W)
1 Kurangnya informasi pasar 0.18 2 0.36
2 Modal terbatas 0.36 4 1.45
Petani tidak memiliki hubungan kemitraan dengan perusahaan
3 0.18 2 0.36
(input) pendukung
4 Peralatan usaha tani yang masih sederhana 0.18 2 0.36
5 Skala usaha pertanian yang masih kecil 0.09 1 0.09
Jumlah 1 11 2.64
Total Faktor Internal 1 6.30
Sumber : Hasil Analisa 2019
Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat pada tabel di atas, diperoleh nilai total IFAS
untuk sub sektor pertanian basis di Kecamatan Jekan Raya 6,30 yang terdiri dari skor kekuatan
sebesar 3,67 dengan skor kekuatan tertinggi 0,22 yaitu kualitas sub sektor pertanian,
karakteristik lahan dan ketersediaan sarana pertanian. Sedangkaan skor kelemahan yaitu 2,64
dengan skor faktor kelemahan terendah 0,09 yaitu skala usaha pertanian yang masih kecil. Oleh
karena itu dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada, maka usaha pertanian
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 36
basis di Kecamatan Jekan Raya masih menduduki posisi strategis yang cukup kuat untuk terus
dikembangkan karena faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan.
Tabel 5. 4
Tabel Matriks Eksternal Strategi Faktor Analysis System (EFAS)
Skor = Bobot x
No Faktor Analisis Swot Nilai
Bobot Nilai Skor
PELUANG (O)
1 Permintaan pasar meningkat 0.27 4 1.07
2 Saluran pemasaran dekat 0.13 2 0.27
3 Adanya bantuan modal dari Badan Ketahanan Pangan Kota 0.27 4 1.07
Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat pada tabel di atas, diperoleh nilai total EFAS
untuk sub sektor pertanian basis di Kecamatan Jekan Raya sebesar 5,38 yang terdiri dari skor
peluang sebesar 3,27 dengan skor peluang tertinggi 0,27 yaitu pelung permintaan pasar
meningkat dan adanya bantuan dari Badan Ketahanan Pangan Kota. Sedangkan skor ancaman
sebesar 2,11 dengan skor faktor ancaman terendah 0,11 yaitu permainan harga oleh
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 37
pengumpul dan kurangnya lembaga pendukung usaha tani. Memperhatikan peluang dan
ancaman yang ada, maka usaha pertanian basis di Kecamatan Jekan Raya masih menduduki
posisi yang cukup strategis untuk terus dikembangkan karena skor peluang lebih dominan
daripada skor ancaman.
Tabel 5. 5
Tabel Matriks Analisis SWOT
3. Adanya bantuan modal dari 3. Kerjasama terhadap saluran 3. Menambah informasi dengan kerja
Badan Ketahanan Pangan pemasaran sama dengan saluran pemasaran
Kota
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 38
4. Mengoptimalkan SDA dengan baik 4. Pengoptimalan lahan yang ada
4. Ketersediaan lahan kosong sebagai pengembangan sektor basis dengan baik
pertanian
5. Adanya kegiatan magang 5. Menambah lahan budidaya dengan 5. Insiatif pinjaman modal guna
kepada petani untuk lahan tersedia untuk peningkatan memperluas lahan budidaya
meningkatkan pemahaman produksi
Ancaman (Threath) Strategi (S+T) Strategi (W+T)
1. Menggunakan pestisida sebagai 1. Memaksimalkan lahan pertanian
1. Serangan hama dan penyakit
pencegah dan pembasmi hama untuk mendukung usahan tani
2. Meningkatkan mutu produk 2.Mengupayakan akses bantuan dari
2. Adanya persaingan dari
berdaya saing pemerintah
Kecamatan lain
3. Reputasi petani dan meningkatnya 3. Meningkatkan kemitraan.
3. Tingginya biaya usaha tani produksi memperkecil biaya
usahatani
4. Meningkatkan hasil panen di 4. Mengoptimalkan lahan usahatani
jaringan pasar guna menceggah hama dan
4. Permainan harga oleh para
penyakit yang berdampak pada
pengumpul
kualitas pertanian
Setelah menidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman dalam pengembangan sub sektor pertanian basis di
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, maka dengan menggunakan analisis matriks
SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi tersebut adalah sebagai berikut :
a) Strategi SO
Strategi yang menggunakan kekuatan internal dan memanfaatkan peluang eksternal
dengan :
1. Menjaga kualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen, sub sektor pertanian
basis Kecamatan Jekan Raya yang meliputi jagung, cabe serta timun harus mampu
menghasilkan produk yang unggul dari kualitas. Hal ini akan menciptakan kepuasan
konsumen sehingga konsumen akan mengkomsumsi secara kontinyu. Dengan adanya
permintaan pasar yang meningkat terhadap sub sektor pertanian basis tersebut, maka
Kecamatan Jekan Raya bisa menyesuaikan salah satunya menjaga kualitas.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 39
2. Menambah distribusi pasar yang diambil dapat memanfaatkan peluang dengan akses
pengangkutan yang baik. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan menambah
agen penjualan sub sektor pertanian basis di daerah lain.
3. Kerjasama tehadap saluran pemasaran bertujuan produk pertanian jagung, cabe dan
timun keluar daerah yang lebih luas. Dengan petani memanfaatkan pengalaman yang
dimiliki untuk kemajuan kualitas dan peningkatan produksi yang dimiliki agar hasil
bertambah.
4. Mengoptimalkan sumber daya alam sebesar besarnya untuk kepentingan peningkatan
jumlah produksi dengan menambah perluasan lahan pertanian jagung, cabe dan timun
dengan memanfaakan peluang pasar yang ada sehingga dengan adanya SDA tanah yang
subur dan ketersediaan air hal ini dapat mendorong keberhasilan budidaya.
5. Menambah lahan budidaya dengan memanfaatkan ketersediaan lahan kosong di
Kecamatan Jekan Raya. Dengan adanya tersedianya sarana pertanian yang ada bisa
mendorong dalam pengembangan jagung, cabe dan timun guna meningkatkan
produktifitas hasil panen yang berkualitas.
b) Strategi W-O
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengn memanfaatkan
peluang eksternal seperti yang dijelaskan berikut ini :
1. Meningkatkan teknologi produksi dengan strategi peningkatan teknologi produksi,
pada pertanian jagung, cabe dan timun, maka. Upaya peningkatan teknologi produksi
diharapkan dapat menghasilkan panen jagung, cabe dan timun berkualitas yang
bertujuan agar hasil panen pun mengalami peningkatan dari sebelumnya untuk
memenuhi pasar dengan memanfaatkan permintaan pasar.
2. Penguatan petani. Hal ini agar petani bisa mengolah pengembangan hasil panen sebagai
kemajuan usaha tani jagung, cabe dan timun didukung adanya beberapa peluang yang
menjamin usahatani akan lebih baik. Adanya lahan tersedia di Kecamatan Jekan Raya
ini bisa dimanfaatkan untuk memperluas usahatani jagung, cabe dan timun, serta
menambah lahan panen akan menambah jumlah hasil produksi dengan memanfaatkan
ekses pengakutan yang bertujuan bisa menambah pedagang/ pasar kelebih luas lagi.
3. Kerjasama dengan pemasaran adalah memanfaatkan melalui dekatnya saluran
pemasaran agar dapat mempromosikan hasil panen jagung, cabe dan timun lebih luas,
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 40
dengan begitu dapat menambah jumlah konsumen yang mengkonsumsi hasil panen
tersebut.
4. Mengoptimalkan lahan panen yang sudah ada dengan cara pengolahan dan
pemberantasan hama dan penyakit, pemberian pupuk bisa menghasilkan produk
berkualitas dan peningkatan produksi sehinga petani bisa memanfaatkan peluang pasar
yang ada sebagai pengembangan usahatani jagung, cabe dan timun yang lebih
menguntungkan petani.
5. Insiatif melakukan pijaman modal di kredit setempat guna melakukan pengembangan
usaha tani dengan cara memanfaatkan ketersediaan lahan kosong untuk dilakukan
memperluas panen jagung, cabe dan timun di Kecamatan Jekan Raya.
c) Strategi S-T
Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengurangi atau
menghindari pengaruh dari ancaman eksternal seperti yang telihat pada penjelasan berikut :
1. Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pengalaman, petani rutin
memperhatikan hasil panen tujuan mencegah sebelum adanya hama dan penyakit yang
dapat merusak hasil panen tersebut.
2. Meningkatkan mutu produksi pertanian sub sektor jagung, cabe dan timun guna
mengimbangi adanya produk dari luar daerah yang masuk pada dalam pasar.
Peningkatan mutu produksi pertanian jagung, cabe dan timun dilakukan dengan,
pemupukan yang cukup serta pemeliharaan yang dilakukan secara kontinyu dan
diperoleh hasil produksi yang lebih baik, sehingga dengan hasil yang baik tersebut
produk dalam pasaran mampu bersaing dengan produk luar daerah.
3. Reputasi petani dan kualitas produk, meningkatnya produksi pertanian jagung, cabe
dan timun merupakan kekuatan untuk memperkecil ancaman atas, kenaikan struktur
biaya produksi dan administrasi
4. Meningkatkan hasil panen usahatani jagung, cabe dan timun didukung tersediaan
sarana pertanian untuk pengembangan hasil panen jagung, cabe dan timun sebagai
nilai tambah pendapatan tetapi juga diimbangi dengan harga yang sesuai oleh karena
itu petani miningkatkan jaringan pasar tujuan melihat permintaan konsumen dan harga
komoditas tersebut sehingga bertujuan mencegah adanya pedagang membuat harga
pada petani yang tidak sesuai.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 41
5. Menggunakan SDA dengan tanah yang subur dan kecukupan air dimana petani sebagai
salah satu yang membantu pengembangan usahatani tersebut. Oleh karena itu petani
harus memanfaatkan SDA dengan sebaik mungkin.
d) Strategi W-T
Strategi WT merupakan taktik atau cara yang ditujukan pada pengurangan kelemahan
internal dan menghindar dari ancaman ekternal, seperti yang terangkum pada penjelasan
berikut ini :
1. Memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada dalam meningkatkan proses
pemasaran hasil panen sub sektor pertanian basis di Kecamatan Jekan Raya.
2. Mengupayakan akses bantuan pembiayaan dari pemerintah maupun pihak swasta
untuk menanggulangi tingginya biaya usahatani.
3. Memperbaiki dan meningkatkan kemitraan dengan pengempul pertanian jagung, cabe
dan timun yang menguntungkan kedua belah pihak
4. Mengoptimalkan lahan usahatani yang ada secara optimal tujuan agar pengembangan
usahatani dapat menjadi harapan petani. Hal ini harus dilakukan yaitu dalam mencegah
hama dan penyakit.
5. Meningkatan ketrampilan yang bertujuan untuk mengembangkan usahatani baik
dalam pengolahan maupun perawatan bisa menjadikan hasil produk berkualiatas daya
saing dengan produk dari daerah lain.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 42
Dengan demikian diperoleh angka pada kedua sumbu (X dan Y = 1,63 dan 1,16 yang
benilai positif terhadap pengembangan sub sektor pertanian basis di Kecamatan Jekan Raya.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5. 1
Analisis Diagram SWOT Strategi Pengembangan Sub Sektor Pertanian Basis Kecamatan Jekan Raya
Hasil analisis data pada diagram SWOT diperoleh kordinat 1,63 & 1,16, yang mana
kordinat ini berada pada kuadrat 1 yaitu strategi agresif. Strategi ini menjukan situasi yang
sangat menguntungkan. Pengembangan sub sektor pertanian basis di Kecamatan Jekan Raya
memiliki kekuatan dan peluang yang sifatnya menyatu dan saling mendukung, yaitu dengan
cara menggunakan faktor semua kekuatan dan peluang untuk memanfaatkan peluang yang ada.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisis Location Quotient (LQ) terdapat 2 (dua) sub sektor basis yang nilai
LQ >1 yaitu sub sektor pertanian jagung dengan nilai LQ rata-rata sebesar 2,84 ,
cabe/lombok dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,39 dan timun dengan nilai LQ rata-rata
sebesar 1,10. Dari ketiga sub sektor tersebut, sub sektor pertanian jagung dan cabe paling
tinggi memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Kecamatan Jekan Raya Kota
Palangka Raya
2. Terdapat 5 (lima) sub sektor lainnya termasuk ke dalam sektor non basis yang nilai
LQ < 1 yaitu sub sektor padi ladang, ubi kayu, ubi jalar,, terong dan kacang-kacangan.
3. Sub sektor jagung dan cabe termasuk dalam komoditas unggulan dimana sub sektor
tersebut mampu diproduksi untuk kebutuhan daerah sendiri dan dapat dijual keluar
daerah Kecamatan Jekan Raya.
4. Sub sektor timun masuk dalam kategori komoditas potensial dimana mempunyai potensi
untuk dikembangkan di Kecamatan Jekan Raya.
5. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap analisis SWOT sebagai strategi
perkembangan sub sektor pertanian basis di Kecamatan Jekan dapat disimpulkan bahwa
hasil analisis SWOT terhadap strategi perkembangan sub sektor tersebut diperoleh nilai
IFAS sebesar 6,30 dan nilai EFAS sebesar 5,38 dan strategi yang tepat dalam strategi
perkembangan sub sektor pertanian basis di Kecamatan Jekan Raya adalah strategi
agresif dimana sub sektor ini memiliki kekuatan dan peluang yang sifatnya menyatu dan
saling mendukung, yaitu dengan cara menggunakan faktor semua kekuatan dan peluang
untuk memanfaatkan peluang yang ada. Sehingga benar-benar dimungkinkan untuk
terus menjalankan pengembangn, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan
secara maksimal dalam bidang perekonomian.
6.2 Saran
Pemerintah dan kelompok tani di Kecamatan Jekan Raya sebaiknya selalu
memperhatikan pengembangan sub sektor jagung, cabe dan timun sebagai sektor basis dengan
menjadikan alternatif strategi yang dihasilkan dalam penelitian ini sebagai salah satu informasi
dalam pengembangan ketiga sub sektor tersebut dalam mendukung peningkatan kinerja sektor
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 44
pertanian di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Serta perlu adanya pengembangan
tekonologi usahatani dan pendampingan petani dalam penanganan pasca panen sampai
pemasaran ketiga sub sektor basis tersebut.
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 45
LAMPIRAN
(Lembar Asistensi Ekonomi Wilayah dan Kota)
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 46
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 47
LAPORAN
EKONOMI WILAYAH DAN KOTA 2019
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 48