Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIQH MUAMALAH

Bapak.Yalis Shokib, S.HI.,M.H.

Disusun oleh :
1 Siti Wasi’atul Khoiriyah ( 17130210221 )
2 Sidum Meriantani ( 17130210384 )

Kelas Manajemen 4A5

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN


UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Fiqih Muamalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih kepada Bapak.Yalis Shokib S.H.I.,M.H. selaku Dosen mata kuliah
Fiqih Muamalah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fiqih Muamalah. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapunyang membacanya.
Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Kediri,14 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG ...................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................1
1.3. TUJUAN .......................................................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAAN
2.1.PENGERTIAN FIQH MU’AMALAH ..........................................................................3
2.2.PEMBAGIAN FIQH MU’AMALAH ...........................................................................4
2.3.RUANG LINGKUP FIQH MU’AMALAH ..................................................................5
2.4. SUMBER-SUMBER FIQH MU’AMALAH ................................................................6
2.5. KONSEP DASAR DAN PRINSIP HUKUM FIQH MU’AMALAH ..........................7
2.6. FIQH MU’AMALAH DAN SISTEM EKONOMI ISLAM .........................................8

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................10
3.2 KRITIK DAN SARAN ................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................11


LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk sosial yang berkodrat hidup dalam bermasyarakat.
Sebagai makhluk sosial dalam hidupnya manusia memerlukan manusia-manusia lain
yang bersama-sama hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama
lain, disadari atau tidak, untuk mencukupkan kebutuhan-kebutuhan hidup.
Untuk itu perlu kita ketahui juga bahwasanya dalam islam segala hal yang
berkaitan dengan manusia semuanya sudah diatur secara jelas. Aturan tersebut salah
satunya yakni terdapat dalam kajian tentang fiqh muamalah yang mana didalamnya
mencakup seluruh aturan sisi kehidupan individu dan masyarakat, baik
perekonomian, sosial kemasyarakatan, politik bernegara, serta lainnya.
Para ulama mujtahid dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan yang setelah
mereka tidak henti-hentinya mempelajari semua fenomena dan permasalahan manusia
atas dasar ushul syariat dan kaidah-kaidahnya. Yang bertujuan untuk menjelaskan dan
menjawab hukum-hukum permasalahan tersebut supaya dapat dimanfaatkan pada
masa-masanya dan setelahnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian fiqh mu’amlah?
2. Bagaimana pemagian fiqh mu’amalah?
3. Seperti apa ruang lingkup fiqh mu’amalah?
4. Apa saja sumber-sumber fiqh mu’amalah?
5. Bagaimana konsep dasar dan prinsip hukum fiqh mu’amalah?
6. Apa hubungan fiqh mu’amalah dan sistem ekonomi islam?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian fiqh mu’amlah?
2. Untuk mengetahui pemagian fiqh mu’amalah?
3. Untuk mengetahui ruang lingkup fiqh mu’amalah?
4. Untuk mengetahui sumber-sumber fiqh mu’amalah?

1
5. Untuk mengetahui konsep dasar dan prinsip hukum fiqh mu’amalah?
6. Untuk mengetahui fiqh mu’amalah dan sistem ekonomi islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FIQH MU’AMALAH


Fiqh Mu’amalah tersusun dari dua kata, yaitu kata fiqh dan mu’amalah.
Arti kata fiqh secara etimologi (bahasa) adalah al-fahm (‫( )اَ ْلفَ ْهم‬paham), sesuai
dengan arti fiqih dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
‫ﻤﻦ ﻴﺮﺪ ﷲ ﺑﻪ ﺨﻴﺮﺍ ﻴﻔﻘﻬﻪ ﺍﻠﺪﻴﻦ‬
“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya,
niscaya diberikan kepada-Nya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan
agama.”

Menurut terminologi, fiqih pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan


yang mencakupseluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun
ibadah,yakni sama dengan artin Syari’ah Islamiyah. Namun, pada perkembangan
selanjutnya, fiqih diartikan sebagai bagian dari Syari’ah Islamiyah, yaitu
pengetahuan tentang hukum Syari’ah Islamiyah.

Pengertian mu’amalah secara etimologi berasal dari bentuk masdar kata


‘amala (‘aamala-yu’aamilu mu’aamalatan) yang berwazan (faa’ala-yufaa’ilu-
mufaa’alatan) yang artinya saling bertindak, saling beeamal.
Adapapun pengertian fiqh mu’amalah secara termologi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu pengertian fiqh mu’amalah dalam pengertian luas dan fiqh mu’amalah dalam
pengertian sempit. Definisi fiqh mu’amalah dalam arti luas dijelaskan oleh para
ahli sebagai berikut :
1. Menurut ad-Dimyati sebagaimana yang dinukil oleh Hendi Suhendi, adalah :
‫ﺍﻠﺘﺤﺼﻴﻞ ﺍﻠﺪ ﻨﻴﻮﻱ ﻠﻴﻜﻮﻦ ﺴﺑﺑﺎ ﻠﻼﺨﺮ‬
“(Aktifitas) untuk menghasilkan duniawi,supaya menjadi sukses dalam
masalah ukhrawi”
2. Menurut Muhammad Yusuf Musa sebagaimana yang dinukil Abdul Majid
berpendapatan bahwa mu’amalah adalah peraturan-peraturan Allah yang
harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia”
3
3. Mu’amalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan”

Sedangkan pengertian mu’amalah dalam pengertian sempit (spesifik) telah


didefinisikan oleh para ulaa, sebgai berikut :
1. Menurut Hudhari Bek sebagaimana yang dinukil oleh Hendi Suhendi, adalah :
‫ﺍﻠﻤﻌﺎﻤﻠﺔ ﻫﻲ ﺠﻤﻴﻌﺔ ﺍﻠﻌﻘﻮﺪ ﺍﻠﺘﻰ ﺑﻬﺎ ﻴﺘﺑﺑﺎﺪﻞ ﻤﻨﺎﻔﻌﻬﻡ‬
“Mu’amalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya”
2. Menurut Idris Ahmad, mu’amalah adalah aturan-aturan Allah yang mengantur
hubungan tentang manusia dengan manusia dalam usahanya untuk
mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik.
3. Menurut Rasyid Ridha, mu’amalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu
yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.

Dari beberapa definisi diatas, dapat dipaham bahwa dimaksud dengan fiqh
mu’amalah dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara
memeperoleh dan mengembangkan harta benda.

2.2 PEMBAGIAN FIQH MU’AMALAH


Menurut Ibn ‘Abidin, fiqh mu’amalah dibagi menjadi lima bagian :
1. Mu’amalah Maliyah (Hukum Kebenaran)
2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Ariyah (Pinjaman)
5. Tirkah (Harta Peninggalan)

Sedangkan al-Fikri, dalam kitabnya al-Mu’amalah al-Madiyah waal-


Adabiyah menyatakan bahwa mu’amalah dibagi menjadi dua bagian :
1. Al-Mu’amalah al-Madiyah adalah mu’amalah yang mengaji objeknya,
karena itu sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa mu’amalah al-
madiyah adalah mu’amalah yang bersifat kebenaran, karena objek fiqh
mu’amalah adalah yang halal, haram dan subhat untuk diperjual-belikan,
4
benda-benda yang memudahkan dan benda-benda yang mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia serta segi-segi lainnya.
Dengan kata lain, al-mu’amalah al-madiyah adalah berupa aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh syara’ dari segi objek benda. Karena itu
aktifitas bisnis seorang muslim tidak hanya berorientasi untuk
mendapatkan keuntungan semata (keuntungan materiil), tetapi praktek
bisnis tersebut harus dilandasi oleh nilai-nilai sakral agama, dalam rangka
untuk mendapatkan ridha Allah Swt, dengan cara dia harus senatiasa
merujuk kepada peraturan-peraturan syara’ dalam setiap melaksanakan
aktifitas biasanya.

2. Al-Mu’amalah al-Adabiyah adalam mu’amalah yang ditinjau dari segi


cara tukar-menukar benda, yang bersumber dari panca indera manusia,
yang unsur penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban
misalnya jujur, hasud, dengki dan dendam.
Al-Mu’amalah al-adabiyah yang dimaksud ialah aturan-aturan Allah yang
wajib diikuti berkaitan dengan aktifitas manusia yang wajib diikuti
berkaitan dengan aktifitas manusia dalam hidup bermasyarakat yang
ditinjau dari segi subjeknya, yaitu manusia sebagai pelakunya. Adabiyah
iniberkisar dalam ridhaan antara kedua belah pihak saat melangsungkan
akad, sehingga tidak boleh terjadi unsur dusta, menipu (manipulasi)
didalamnya.

2.3 RUANG LINGKUP FIQH MU’AMALAH


Sesuai dengan pembagian mu’amalah, maka ruang lingkup fiqh
mu’amalah juga dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Ruang lingkup Mu’amalah Adabiyah


Ruang lingkup mu’amalah yang bersifat adabiyah adalah ijab dan Kabul,
saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan
kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan dan segala
sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang terdapat kaitannya dengan
pendistribusian harta dalam hidup bermasyarakat.

5
2. Ruang Lingkup Mu’amalah Madiyah
Pembahasan madiyah ialah masalah jual beli (al-bai’ wa al-tijarah), gadai (al-
rahn), jaminan dan tanggungan ( kafalah dan dhaman ), perseroan atau
perkongsian ( al-syirkah ) perseroan harta dan tenaga (al-muzara’ah), sewa
menyewa tanah (al-mukhabarah), upah (ujrah al-‘amal), gugatan (syuf’ah),
sayembara (al-ji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah), pemberian
(al-hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (as-sulhu), dan ditambah dengan
permasalahan kontemporer (al-mu’ashirah) seperti masalah bunga bank,
asuransi, kredit, dan lain- lain.

2.4 SUMBER-SUMBER FIQH MU’AMALAH


Sumber-sumber fiqh secara umum berasal dari dua sumber utama, yaitu
dalil naqly yang berupa Al-Qur’an dan Al-Hadist, dan dalil Aqly yang berupa
akal (ijtihad). Penerapan sumber fiqh islam ke dalam tiga sumber, yaitu Al-
Qur’an, Al-Hadist, dan ijtihad.
1. Al-Qur’an
Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
dengan bahasa arab yang memiliki tujuan kebaikan dan perbaikan manusia,
yang berlaku di dunia dan akhirat. Al-Qur’an merupakan dasar utama umat
islam, termasuk di dalamnya masalah hukum. Sebagai sumber hukum yang
utama, Al- Qur’an dijadikan patokan pertama oleh umat islam dalam
menemukan dan menarik hukum suatu perkara dalam kehidupan.
2. Al-Hadits
Al-Hadits adalah segala yang disarankan kepada Rasulullah SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan. Al-Hadits merupakan sumber
fiqh kedua setelah Al-Qur’an yang berlaku dan mengikat bagi umat islam.
3. Ijma’ dan Qiyas
Ijma’ adalah kesepakatan mujtahid terhadap suatu hukum syar’i dalam suatu
masa setelah wafatnya Rasulullah SAW. Suatu hukum syar’i agar bisa
dikatakan sebagai ijma’, maka penetapan kesepakatan tersebut harus
dilakukan oleh semua mujtahid, walau ada pendapat lain yang menyatakan
bahwa ijma’ bisa dibentuk hanya dengan kesepakatan mayoritas mujtahid
saja. Sedangkan qiyas adalam kiat untuk menetapkan hukum pada kasus baru

6
yang tidak terdapat dan nash (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), dengan cara
menyamakan pada kasus baru yang sudah terdapat dalam nash.

2.5 KONSEP DASAR DAN PRINSIP HUKUM FIQH MU’AMALAH


Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi
kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini berusaha
mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah ataupun etika. Artinya,
kegiatan ekonomi dan perikatan lain yang dilakukan oleh manusia dibangun
dengan dialektika nilai materialisme dan spiritualisme berdasarkan sumber hukum
syari’at Islam. Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai
materi, akan tetapi terdapat sandaran transendental di dalamnya, sehingga akan
bernilai ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah juga
sangat konsen terhadap nilai-nilai humanisme.

Di antara kaidah dasar dan hukum fiqih muamalah adalah sebagai berikut :

1. Hukum asal dalam muamalat adalah mubah


2. Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
3. Meninggalkan intervensi yang dilarang
4. Menghindari eksploitasi
5. Memberikan toleransi dan tanpa unsur paksaan
6. Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah[2]

Konsep dasar yang menjadi acuan fiqih mu’amalah selain Al-Qur’an dan
Al-Hadits serta Ijma’ dan Qiyas adalah sisi kemaslahatan, karena pada dasarnya
semua bentuk interaksi dan perikatan yang dilakukan manusia hukumnya adalah
mubah, selain hal-hal yang secara jelas ditunjukkan pelarangannya oleh sumber
utama syari’at Islam.

Selain itu pertimbangan hukum dalam fiqih mu’amalah adalah


kemashlahatan umat demi tercapainya tujuan bersama yang saling
menguntungkan, untuk itulah fiqih mu’amalah dipandang sebagai sebuah disiplin
ilmu pengetahuan karena perkembangan manusia yang senantiasa dinamis,
sehingga pembahasan terhadap permasalahan hukum yang berkaitan dengan
mu’amalah senantiasa berkembang.

7
Adapun prinsip-prinsip muamalah dalam islam yakni sebagai berikut:

1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan
oleh al-qur’an dan sunnah rasul. Bahwa hukum islam memberi kesempatan
luas perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai dengan
perkembangan kebutuhan hidup masyarakat.
2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela , tanpa mengandung unsur paksaan.
Agar kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu diperhatikan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat. Bahwa sesuatu bentuk
muamalat dilakukan ats dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat.

Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari


unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam
kesempitan. Bahwa segala bentuk muamalat yang mengundang unsur penindasan
tidak dibenarkan.

2.6 FIQH MU’AMALAH DAN SISTEM EKONOMI ISLAM


Objek kajian ekonomi adalah perilaku atau perbuatan manusia yang
berkaitan dengan fungsi produksi, distribusi, dan konsumsi. Sedangkan pengertian
fiqh mu’amalah secara umum juga tidak jauh beda dengan pengertian ekonomi.
Karena tema bahasan dalam fiqh mu’amalah juga menyangkut dalam masalah
harta, perikatan dan teknis operasionalnya.
Agama, baik islam maupun non islam, pada esensinya merupakan panduan
bagi perilaku manusia. Panduan moral tersebut secara garis besar bertumpu
kepada ajaran akidah dan syari’ah. Antara agama islam ekonomi terdapat
ketersinggungan objek. Dalam hal ini islam berperan sebagai panduan moral
terhadap fungsi produksi, distribusi dan konsumsi. Bahkan fungsi kontrol ini tidak
hanya terbatas dalam wilayah ekonomi saja, tetapi ia mencakup keseluruhan aspek
dalam kehidupan.
Oleh sebab itu suatu perilaku ekonomi yang islami secara normatif dapat
dipahami sebagai sebuah sistem ekonomi yang dibangun berdasarkan tuntunan
ajaran islam. Ekonomi islam adalah sebuah tatanan ekonomi yang dibangun diatas
ajaran tauhid dan prinsip-prinsip moral islam seperti keadilan, dibatasi oleh syariat
8
misalnya halal dan haram dan fiqh. Jadi, fiqh mu’amalah yang ruang lingkupnya
meliputi hukum benda dan hukum perikatan dalam kontruksi sistem ekonomi
islam hanya berperan sebagai instrumen teknis. Artinya ekonomi islam pada satu
sisi dibatasi oleh aturan – aturan teknis yang terdapat dalam fiqh mu’amalah.
Namun ini bukan satu-satunya batasan, prinsip moral (nilai – nilai ideal) dan
syari’at islam lebih banyak berpengaruh terhadap system ekonomi islam
dibanding fiqh mu’amalah.
Pada sisi lain, perkembangan sistem ekonomi islam yang dihasilkan dari
kajian perilaku ekonomi masyarakat muslim telah mendekte instrumen hukum
teknis (fiqh mu’amalah). Sekalipun antara keduanya ( antara fiqh mu’amalah dan
ekonomi islam ) saling terkait, namun sesungguhnya keduanya adalah dua hal
yang berbeda.

9
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


Fiqih Mumalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang
berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam
kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci. Ruang lingkup
fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan
hukum-hukum islam yang berupaperaturan-peraturan yang berisi perintah atau
larangan seperti wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. hukum-hukum
fiqih terdiri dari hukum hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam
kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Allah dan hubungan
manusia dengan manusia lainnya.

3.2 KRITIK DAN SARAN

Demikianlah makalah yang kami susun. Mungkin banyak sekali


kekurangan atau kekeliruan dan kesalahan dalam makalah yang kami susun.
Apa bila ada kesalahan itu semua datangnya dari kami selaku manusia yang
penuh kesalahan, dan apabila ada kebenaran itu semua tak lain datangnya dari
Allah Swt. Maka untuk itu kami tak lupa mohon dengan sangat kritik dan
saran guna perbaikan makalah kami selanjutnya. Mudah-mudahan banyak
manfaat dalam makalah ini bagi kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Qomarul Huda. 2011. Fiqh Mu’amalah. Yogyakarta : Teras.

http://greenz-family.blogspot.com/

https://teraspena.wordpress.com/2017/02/17/154/

https://tabassamsite.wordpress.com/2016/04/06/makalah-fiqh-muamalah/

11

Anda mungkin juga menyukai