A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia. Namun bangsa Indonesia
belum memanfaatkan secara maksimal potensi yang ada. Indonesia memiliki potensi produksi perikanan
sekitar 65 juta ton per tahun dan baru 20%-nya yang dimanfaatkan. Sumberdaya kelautan selama ini seolah
hanya dipandang sebelah mata dan dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan tidak dilakukan secara
profesional dan ekstraktif, sehingga tidak mengherankan apabila sektor ekonomi kelautan hanya
berkontribusi kecil terhadap PDB Indonesia yakni sekitar 25%.
Komoditas rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai startegis
ekonomi yang besar baik sebagai penggerak ekonomi masyarakat maupun sebagai penopang perekonomian
nasional. Peningkatan produksi rumput laut saat ini harus dihadapkan pada sebuah tantangan salah satunya
adalah fenomena penurunan daya dukung lingkungan perairan dan perubahan iklim global yang secara
langsung berdampak pada pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan. Kondisi ini dapat dilihat bahwa
pada beberapa lokasi misalnnya telah terjadi pergeseran pola musim tanam yang lebih pendek dari
sebelumnya. Berbagai konflik pemanfaatan ruang juga disinyalir menyebabkan usaha rumput laut mulai
tereduksi oleh sektor lain seperti parawisata.
Berkenaan dengan semakin tingginya minat masyarakat dalam membudidayakan rumput laut, maka
di sekolah-sekolah kejuruan khususnya bidang perikanan telah menangkap peluang tersebut dengan
memasukkan mata pelajaran budidaya rumput laut sebagai salah satu kompetensi yang dapat dicapai agar
siswa mampu menguasai segala seluk beluk rumput laut termasuk pembenihan dan pembesarannya. Agar
siswa dapat menerima materi tentang cara budidaya dan pembibitan rumput laut, maka para guru bidang
perikanan harus terlebih dahulu menguasai bidang budidaya dan pembibitan rumput laut tersebut agar
memudahkan dalam mentransfer ilmu ke pada siswa (i) nya.
Budidaya rumput laut merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMK Kelautan dan
Perikanan di Indonesia, mata pelajaran ini dianggap penting saat ini dikarenakan budidaya merupakan salah
satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang digalakkan pemerintah diantaranya pengembangan
budidaya rumput laut.
Melalui penyediaan materi pembibitan rumput laut ini, diharapkan peserta didik dapat belajar dan
menguasai di bidang rumput laut terutama yang terkait dengan potensi dan prospek pengembangan rumput
laut khususnya bidang pembibitan rumput laut mulai dari , siklus hidup dan sistem reproduksi pembibitan,
sampai kelayakan usaha serta pemasaran hasil rumput laut serta berbagai pengetahuan lainnya yang terkait
dengan bidang pengembangan rumput laut.
Kegiatan Pembelajaran 1.
Mengidentifikasi bibit rumput laut berbagai jenis algae sesuai standar
kualitas dan kuantitas
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami berbagai jenis rumput
laut yang umum ada di Indonesia, kemudian mengetahui taksonominya serta sistem reproduksi dan siklus
hidupnya.
C. Uraian Materi
1. Kondisi budidaya rumput laut di Indonesia
Bioteknologi:
Kultur jaringan untuk menumbuhkan sel
Non Pangan:
Pakan ternak, pakan biota budidaya
perikanan (abalone, teripang, baronang),
pellet ikan, pelarut cat, perekat benang
tenun, pewarna benang, kertas film, pelapis
foto film
Sumber: WWF Indonesia, 2014
Berdasarkan produksi global rumput laut yang dilaporkan oleh FAO pada tahun 2010, Indonesia
merupakan negara produsen terbesar untuk Kotoni (63,37% dari total produksi dunia) dan menempati urutan
kedua untuk Gracilaria (30,02% dari produksi total dunia). Secara nasional, produksi rumput laut di
Indonesia juga didominasi oleh Kotoni dan Gracilaria.
Usaha budidaya rumput laut di laut banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir di Indonesia,
dijadikan sebagai pekerjaan utama maupun sampingan. Beberapa keuntungan dalam budidaya rumput laut
adalah: 1) Tidak memerlukan modal yang tinggi, 2) Teknologi budidaya yang diterapkan adalah teknologi
sederhana sehingga mudah diadopsi oleh masyarakat kecil, 3) Efisien dalam pemanfaatan waktu, 4) Siklus
budidaya singkat, pembudidaya bisa mendapatkan hasil panen dalam waktu 45 hari, 5) Budidaya rumput
laut dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk para ibu rumah tangga (WWF Indonesia, 2014).
Secara ekonomi rumput laut merupakan komoditas yang perlu dikembangkan karena produk
sekundernya dapat memberi manfaat yang cukup besar pada berbagai bidang industri seperti industri
farmasi (salep dan obatan-obatan), industri makanan (agar, alginate, dan karaginan). Realisasi produksi
rumput laut pada tahun 2010 adalah sebesar 3,082 juta ton. Berdasarkan data Statistik KKP 2010-2011
produksi budi daya rumput laut selama lima tahun yaitu sejak tahun 2005-2010 mengalami kenaikan yang
signifikan. kenaikan jumlah produksi pada 2005-2006 mencapai 0,46 juta ton atau setara dengan 50,55%.
Pada 2006-2007 sebanyak 0,36 juta ton atau setara dengan 26,28%, Pada 2007-2008 sebesar 0,417 juta ton
atau setara dengan 24,13%. Pada 2008-2009 sebesar 0,43 juta ton atau setara dengan 20 %. Pada 2009-2010
sebesar 0,51 juta ton atau setara denga 19,74%. Dengan demikian rata-rata kenaikan selama lima tahun
mencapai 28,14% (Akbar, 2014).
Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi negara dan
budidayanya merupakan sumber pendapatan petani nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu
memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia yang sangat potensial. Sebagai negara
kepulauan, maka pengembangan rumput laut di Indonesia dapat dilakukan secara luas oleh para
petani/nelayan. Namun adanya permasalahan dalam pembudidayaan rumput laut seperti pengadaan benih,
teknis budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasarannya, maka untuk pengembangan usaha budidaya
rumput laut ini para petani/ nelayan perlu melakukannya dengan pola PKT (Proyek Kemitraan Terpadu)
dimana para petani/ nelayan bekerjasama menjalin kemitraan dengan pengusaha besar rumput laut.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui DJPB terus mendorong pengembangan
budidaya rumput laut melalui kebijakan industrialisasi seiring meningkatnya permintaan dunia terhadap
komoditas rumput laut. Kebijakan industrialisasi untuk komoditas rumput laut sangat tepat untuk
dikembangkan baik dari segi peningkatan produksi maupun memberi nilai tambah sehingga rumput laut dari
Indonesia mampu bersaing di pasar global. Selanjutnya, bisnis budidaya rumput laut menjadi bisnis yang
menguntungkan, dimana budidaya rumput laut lebih mudah dilakukan dari pada melaut mencari ikan atau
sebagainya. Yang perlu dilakukan hanya menaruh bibir rumput laut di daerah laut pada kedalaman 1-5 m
dan masa tunggu panen sekitar 1,5 - 2 bulan saja. Itu artinya, dalam satu lokasi nelayan bisa panen sebanyak
8 kali. Jika memiliki banyak lokasi budidaya, maka setiap bulannya bisa panen berkali-kali.
Selama peminat terhadap olahan rumput laut di Indonesia tetap besar dan tiap tahunnya selalu naik,
maka bisnis budidaya rumput laut di Indonesia tidak akan mati, malah justru akan semakin menghidupkan
masyarakat. Pendapatan yang bisa mencapai 5 juta per bulannya tentu menjadi pertimbangan yang baik bagi
para pembudidaya. Hal terpenting demi mendorong bisnis budidaya rumput laut di Indonesia tetap hidup
yaitu peran pemerintah. Dorongan dengan kebijakan pemerintah akan sangat berguna bagi para pebisnis
budidaya. Pemerintah harus memperhatikan nasib para nelayan dan pembudidaya dan berbagai kalangan di
pesisir pantai dengan memberikan kebijakan yang tentunya memihak rakyat. Dengan adanya peran
pemerintah, maka bisnis budidaya di perairan Indonesia akan semakin tumbuh dan berkembang pesat.
Indonesia Bagian Timur dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai sentral rumput laut, seperti di Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara,
Sulawesi Tenggara dan juga di wilayah Kalimantan seperti Nunukan dan Tarakan.
Salah satu sentra pengembangan rumput laut yang sangat potensial di Indonesia adalah Sulawesi
Selatan. Selain produksi pertanian sektor pangan yang masih mendominasi, budidaya rumput laut pun
menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program revitalisasi perikanan di Sulawesi Selatan disamping
udang dan tuna. Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dan juga keunggulan budidaya rumput
laut diantaranya adalah peluang pasar ekspor yang terbuka luas, harga relatif stabil, juga belum ada batasan
atau kuota perdagangan bagi rumput laut, teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah
dikuasai, siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan, kebutuhan
modal relatif kecil, merupakan komoditas yang tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya serta
usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga
kerja. Ditambah lagi kondisi geografis yang sesuai dan tersedianya sarana pelabuhan untuk mengekspor
rumput laut merupakan keuntungan bagi Sulawesi Selatan dalam meramaikan pasar luar negeri.
Pengembangan budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan memberikan prospek yang menjanjikan.
Panjang garis pantainya mencapai 1.937 km. Luas lahan budidaya laut Sulawesi Selatan mencapai 193.700
ha dan sekitar 10% nya dimanfaatkan untuk pengembangan rumput laut, sedangkan lahan budidaya tambak
untuk budidaya rumput laut sekitar 32.000 ha. Jenis rumput laut komersial bernilai ekonomis tinggi yang
dibudidayakan di Sulawesi Selatan adalah Euchema cottonii (budidaya laut) dan Gracilaria sp (budidaya
tambak). Produksinya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Departemen Kelautan
dan Perikanan (DKP) provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2006 menunjukkan produksi rumput laut
Sulawesi Selatan mencapai 617.147,60 ton, tahun 2007 meningkat menjadi 630.740,70 ton. Kemudian pada
tahun 2008 produksinya telah mencapai 748.527,80 ton, tahun 2009 sebesar 824.026,00 ton dan proyeksi
capaian tahun 2010 sebesar 1.521.446,00 ton.
Anggadiredja et. Al. (2006) mengestimasi bahwa permintaan dunia akan bahan baku dan hasil
olahan rumput laut akan meningkat sebesar 10% per tahun. Misalnya untuk penghasil karaginan pada tahun
2010 meningkat sebesar 322.500 ton yang terdiri dari Eucheema cottonii sebesar 274.100 ton dan
Gracilaria sp sebesar 48.400 ton. Fakta di atas memberikan peluang ekspor yang besar untuk Sulawesi
Selatan sebagai sentra penghasil kedua spesies rumput laut tersebut, dalam memenuhi permintaan kebutuhan
dunia. Dengan upaya peningkatan ekspor rumput laut secara efisien, bukan hanya mengekspor rumput laut
kering tetapi diharapkan Sulawesi Selatan kedepan juga mampu mengekspor hasil olahan rumput laut. Hal
ini tentu akan merangsang pertumbuhan dan stabilitasi ekonomi Sulawesi Selatan.
Selain sebagai penghasil dan eksportir rumput laut, Sulawesi Selatan masih melakukan impor dalam
bentuk olahan rumput laut, dan ada juga impor untuk jenis rumput laut yang tidak ditemukan di perairan.
Volume impor rumput laut Sulawesi Selatan juga mengalami fluktuatif dan cenderung mengalami
penurunan volume. Apabila dibandingkan dengan volume ekspor, rasio impor terhadap ekspor relatif
menurun, artinya dalam perkembangannya impor tidak terlalu berpengaruh besar terhadap ekspor rumput
laut Sulawesi Selatan. Hal ini terbukti bahwa setiap tahunnya Sulawesi Selatan mampu menyumbang kurang
lebih 30% dari total ekspor nasional.
Sulawesi Selatan harus mempunyai kemampuan dalam bersaing baik dari segi harga, kualitas,
kebijakan-kebijakan perdagangan, dan kemampuan dalam manajemen produksi rumput laut. Berdasarkan
argumentasi tersebut, dapat dikatakan bahwa kebutuhan untuk meningkatkan bisnis rumput laut masih
sangat terbuka dan potensial, selain dari produksi rumput laut yang semakin baik juga permintaannya yang
semakin besar. Globalisasi ekonomi memberikan pengaruh dan tantangan yang semakin besar terhadap
pertanian atau agribisnis di Sulawesi Selatan. Dewasa ini, agribisnis tidak hanya membutuhkan kemampuan
untuk dapat bersaing di pasar lokal, tetapi juga harus mampu berkompetisi di pasar luar negeri, serta
memerlukan pengembangan strategi baru untuk dapat mempengaruhi konsumen baru di pasar yang baru
pula.
Beberapa negara tujuan utama ekspor rumput laut Sulawesi Selatan yaitu Amerika, China, Chili,
Jerman, dan Jepang. Kelima negara tersebut banyak mengimpor rumput laut kering dari Sulawesi Selatan
sebagai bahan baku industri olahan rumput laut. Berdasarkan data, China merupakan negara pengekspor
terbesar untuk jenis cerragenan dan kosmetik, kemudian disusul Chili dan Jerman pada posisi ketiga.
Melihat nilai dan volume ekspor rumput laut Sulawesi Selatan yang cenderung terus meningkat,
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut pun perlu mendapat perhatian pemerintah. Hambatan
perdagangan dalam bentuk tarif maupun non-tarif juga perlu terus dieliminir. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor rumput laut yaitu harga ekspor rumput laut, GDP perkapita negara tujuan ekspor, dan
nilai tukar (kurs). Perubahan harga dapat berdampak pada jumlah permintaan baik itu besar maupun kecil.
Bila harga naik dengan pendapatan konsumen tetap maka jumlah permintaan akan menurun (sesuai dengan
hukum permintaan) karena daya beli konsumen akan menurun.
GDP perkapita negara tujuan ekspor juga mempengaruhi ekspor rumput laut Sulawesi Selatan.
Sebagai importir, permintaan terhadap rumput laut tergantung dari tingkat GDP perkapitanya. Hal ini
karena, realisasi impor ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu negara untuk membeli barang-barang
buatan luar negeri, yang berarti besarnya impor tergantung dari tingkat pendapatan negara tesebut. Faktor
lain yang mempengaruhi ekspor adalah nilai tukar (kurs). Dalam pembayaran transaksi, kita dihadapkan
pada dua macam mata uang yaitu domestik dan luar negeri. Adanya perbedaan mata uang yang digunakan di
negara pengekspor dengan negara pengimpor mengakibatkan adanya masalah, antara lain nilai tukar. Nilai
tukar merupakan harga mata uang persatuan uang dasar yang dinyatakan dalam mata uang negara yang
bersangkutan (Soediono (1991) dalam Putra (2009).
Saat ini yang diperlukan adalah meningkatkan dukungan sektor pengolahan terhadap usaha
budidaya rumput laut, dan dukungan yang diperlukan antara lain didirikannya unit pengolahan rumput laut
di sentra-sentra budidaya rumput laut, sehingga mempermudah pemasaran dan menurunkan biaya
transportasi. Selain itu, dari sektor hulu atau budidaya, saat ini telah dikembangkan bibit rumput laut kultur
jaringan (kuljar). Dengan keunggulan yang dimiliki rumput laut kuljar ini, kendala yang selama ini dihadapi
dalam budidaya rumput laut seperti kendala lokasi, salinitas, dan curah hujan, dapat diatasi sehingga mampu
mendorong peningkatan produksi rumput laut nasional khususnya jenis E. cottonii.
Dengan bibit rumput laut kultur jaringan, pengembangan lokasi budidaya rumput laut melalui
kegiatan ekstensifikasi dapat dilakukan. Penguasaan teknologi dalam hal peningkatan kualitas bibit rumput
laut ini perlu didukung dengan pengembangan kebun bibit rumput laut kultur jaringan sehingga masyarakat
tidak mengambil bibit dari hasil pembudidayaannya tetapi dari pembibit rumput laut yang memang fokus
pada usaha pembibitan, sehingga kualitas bibit tetap terjaga dan ketersediaannya berkelanjutan. Hal ini pun
akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena membuka lapangan pekerjaan sebagai penghasil bibit
rumput laut yang berkualitas.
Disamping itu, industrialisasi rumput laut telah dilaksanakan sejak tahun 2013 di enam provinsi,
yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Utara. Melalui kebijakan industrialisasi, integrasi hulu dan hilir akan dapat dilakukan dengan
mudah karena pembudidaya rumput laut akan dapat dengan mudah memasarkan produknya, sementara
pabrik pengolah akan mudah mendapatkan bahan baku.
Gracilaria sp saat ini merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak diminati dunia. Tercatat
terdapat beberapa negara yang merupakan importir tetap produksi rumput laut Indonesia, diantaranya
Jepang, Hongkong, Korea Selatan, USA, Inggris, Perancis, Denmark, Spanyol, Taiwan, China, Malaysia
dan Chili. Bila mau disimak, kenaikan nilai ekspor, pada tahun 1985 adalah sebanyak 5.445,678 ton dan
pada tahun 1986 meningkat menjadi 6.560,770 ton. Produksi rumput laut meningkat lebih tinggi pada
tahun 1990, yakni mencapai 119.276 ton dan pada tahun 1994 produksi rumput laut mengalami penurunan
menjadi 110.462 ton (BPS 1994).
Tahun 2013 total volume ekspor rumput laut mencapai 182.000 ton. Nilai ekspor tersebut meningkat
17,8 % dibandingkan 2012. Tahun 2014 total volume ekspor diperkirakan meningkat 20 % bila
dibandingkan tahun 2013. Tentunya tahun 2015 proyeksi pertumbuhannya juga tidak akan jauh berbeda.
Dari total produksi rumput laut di Indonesia sebagian besar dihasilkan di perairan Maluku dan Nusa
Tenggara Timur. Sisanya tersebar di Riau, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi. Sedangkan
di Jawa produksi rumput laut dikembangkan salah satunya di Indramayu. Total ada 5 kabupaten di
Indramayu yang sanggup memproduksi rumput laut sekitar 1.280 ton. Ada beberapa keunggulan bisnis
rumput laut diantaranya:
- Peluang pasar ekspor yang terbuka luas
- Harga relatif stabil
- Belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput laut.
- Teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai
- Siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan
- Kebutuhan modal relatif kecil
- Merupakan komoditas yang tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya
- Usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga mampu menyerap
tenaga kerja.
Selain itu, permintaan rumput laut meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan
pertumbuhan industri berbasis rumput laut, serta kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali kepada
produk-produk hasil alam. Diperkirakan, dalam kurun waktu lima tahun ke depan kebutuhan produk olahan
rumput laut terus meningkat. Berdasarkan kecenderungan ekspor dan impor produk olahan rumput laut
selama periode 1999-2004. Diperkirakan pasar dunia produk olahan rumput
laut meningkat sekitar 10 persen setiap tahun untuk karaginan semirefine (SRC), agar, dan alginat
untuk industri (industrial grade). Adapun alginat untuk makanan (food grade) meningkat sebesar 7.5 persen
dan karaginan refine sebesar 5 persen. Meski permintaan meningkat Indonesia baru sebatas menyuplai
bahan mentah berbentuk gelondongan, dan biasanya Indonesia mengimpor kembali rumput laut tersebut
dalam bentuk produk olahan, karena Indonesia merupakan salah satu pasar potensial yang kebutuhan
konsumsi rumput laut olahannya cukup besar. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia sedang mengupayakan
untuk mengembangkan pabrik-pabrik pengolah lokal yang diharapkan dapat mensuplai kebutuhan lokal
rumput laut olahan.
Walaupun perairan pantai Indonesia mempunyai potensi sebagai penghasil rumput laut, tetapi masih
kalah jauh dengan produksi rumput laut dari Filipina. Hal ini disebabkan karena produksi rumput laut
Indonesia selama ini masih tergantung dari hasil panen dari alam, sedangkan di Filipina sudah dibudayakan
secara intensif. Usaha budidaya rumput laut di Indonesia baru dilakukan di beberapa daerah dan itupun
masih terbatas pada jenis Eucheuma cottoni. Meski produktivitas tinggi namun penyerapan rumput laut oleh
industri nasional baru sekitar 30% dari produktivitas. Rendahnya produktivitas yang dilakukan oleh industri
lokal dikarenakan pihak investor masih memiliki banyak kendala dalam berbisnis rumput laut. Industri
dalam negeri masih mengeluh dengan tingginya harga bahan baku sehingga sulit bersaing dengan pelaku
ekspor.
Selain itu, sistem perijinan untuk mendirikan industri pengolahan juga cukup ribet, dimana
diperlukan 14 surat ijin yang dikeluarkan oleh kementerian dan lembaga. Panjangnya proses ini jelas
memakan biaya besar dan tidak efisien. Persoalan masih belum selesai sampai disitu, sebab dari sisi logistik
hingga pemasaran, rumput laut juga menemui banyak kendala. Karena itu, untuk menggenjot produksi
rumput laut di tahun 2015 lalu diperlukan roadmap atau perencanaan yang matang. Hal ini dilakukan agar
lebih terstruktur dan optimal. Roadmap juga bisa menjadi acuan bagi pola pengembangan industri yang
lebih bisa dipertanggungjawabkan. Sampai saat ini belum ada platform kerjasama antara beberapa
kementerian. Hal ini membuat bisnis ini sulit untuk dikembangkan. Padahal pengembangan industri rumput
laut sudah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 27/ 2012 tentang
Industrialisasi Kelautan dan Perikanan.
Namun demikian, setidaknya sampai kini sudah ada 22 pabrik pengolah rumput laut, yaitu terdiri
dari 12 pabrik pengolah agar, 8 pabrik karagenan, 1 pabrik alginat dan 1 pabrik pengolah sun
chlorella. Diharapkan ke-22 pabrik pengolah ini dapat mensuplai kebutuhan rumput laut olahan dalam
negeri. Pabrik-pabrik pengolah tersebut diantaranya tersebar di Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan. Akan tetapi, sampai saat ini kendatipun potensi pasarnya
besar, namun produksi dari pabrik pengolah tersebut masih relatif kecil yaitu sekitar 6.295 ton per
tahun. Khusus untuk pengolah agar-agar, produk yang dihasilkan baru mencapai 888 ton per tahun.
Pertanian rumput laut saat ini sudah menjadi bagian lain dari salah satu matapencaharian masyarakat
nelayan dan telah meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat setempat. Dengan digalakkan budidaya
komoditas ini penghasilan nelayan tidak hanya dari menangkap ikan saja melainkan mereka juga
memperoleh penghasilan dari rumput laut yang dibudidayakannya. Karena mudahnya perawatan, rumput
laut tidak menyita waktu bagi para nelayan sehingga mereka masih dapat mencari ikan atau mengerjakan
pekerjaan lainnya.
Dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya, maka rumput laut sebenarnya lebih
menjajnjikan karena rumput laut dapat memberikan penghasilan sepanjang tahun bagi para petani secara
terus menerus dan konstan, hal ini disebabkan karena budidaya rumput laut tidak memerlukan waktu yang
panjang sementara Komoditas pertanian lain seperti coklat, sawit, cengkeh butuh waktu berbulan-bulan
untuk mendapatkan hasil panennya.
Budidaya rumput laut juga menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat yang dapat
dilakukan oleh perempuan tua sekalipun bahkan juga anak-anak. Mereka dapat bekerja mengikat bibit
rumput laut yang akan ditanam. Dengan kata lain, petani rumput laut akan dapat bekerja bersama
keluarganya dan menikmati hasil panen bersama. Hal lain yang tidak kalah penting adalah bahwa budidaya
rumput laut sangat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Tidak seperti tanaman
darat yang sering membutuhkan bahan-bahan kimia untuk pemupukan sehingga menyebabkan kerusakan
struktur tanah atau penggunaan pestisida yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Budidaya
rumput laut bahkan dapat membantu keseimbangan ekosistem laut, rumput laut sering digunakan oleh ikan-
ikan kecil sebagai tempat tinggal dan tempat berkembang biak bagi mereka.
Budidaya rumput laut yang pada umumnya dapat dilakukan oleh para petani/nelayan dalam
pengembangannya memerlukan keterpaduan unsur-unsur sub sistem, mulai dari penyediaan input produksi,
budidaya sampai ke pemasaran hasil. Keterpaduan tersebut menuntut adanya kerjasama antara pihak-pihak
yang terkait dalam bentuk kemitraan usaha yang ideal antara petani/usaha kecil yang pada umumnya berada
dipihak produksi dengan Pengusaha Besar yang umumnya berada di pihak yang menguasai pengolahan dan
pemasaran.
Usaha perikanan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam bentuk usaha perikanan rakyat,
dan perikanan besar milik pemerintah serta milik swasta nasional atau asing. Perikanan rakyat merupakan
usaha skala kecil yang bercirikan antara lain pengelolaanya secara tradisional, produktivitas rendah dan para
umumnya tidak mempunyai kekuatan menghadapi kompetisi pasar. Di lain pihak, perikanan besar yang
memiliki teknologi skala usaha yang besar, mengelola usahanya secara modern dan teknologi tinggi,
sehingga produktivitasnya tinggi dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan pasar. Kelemahan
dari pengusaha perikanan kecil dan kekuatan dari pengusaha perikanan besar, merupakan potensi yang bisa
menciptakan kesenjangan diantaranya. Karena dalam perkembangannya ada saling berkepentingan di antara
kedua pihak, kesenjangan yang bisa timbul akan dapat diperkecil dengan mengadakan kemitraan antara
pengusaha kecil perikanan rakyat dengan pengusaha besar di bidang perikanan atau produk kelautan. Salah
satu komoditas yang masuk sebagai komoditas perikanan karena diusahakan di laut, dan yang dapat
dikembangkan dengan menjalin kerja sama kemitraan adalah budidaya rumput laut.
Melalui industri pengolahan, rumput laut dapat digunakan sebagai bahan industri pangan maupun
non pangan. Komponen paling penting dari rumput laut adalah karagenan atau kadang juga disebut sebagai
tepung rumput laut. Dari rumput laut kering, sekitar 25% beratnya adalah terdiri dari karagenan. Karagenan
diambil dari rumput laut dengan serangkaian proses ekstraksi yang cukup rumit. Karagenan sendiri terdiri
dari dua jenis yaitu semi refined Carrageenan dan refined carrageenan, dua jenis Carrageenan ini semuanya
dapat dikonsumsi baik sebagai makanan baik untuk manusia maupun makanan hewan.
Thallus adalah bentuk pertumbuhan yang menyerupai percabangan. Rumput laut menyerap
makanan melalui sel-sel yang terdapat pada thallus. Holdfast (juga ada pada kelp) adalah bagian dasar dari
rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada substrat. Selanjutnya, manfaat rumput laut adalah:
- Antikanker
- Antioksidan klorofil
- Pada alga hijau dapat berfungsi sebagai zat antioksidan. Zat ini berfungsi membersihkan tubuh dari
reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.
- Mencegah kardiovascular.
- Ekstrak rumput laut dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Selain itu juga rumput laut
dapat menyerap kelebihan kada garam, baik untuk dikonsumsi bagi penderita stroke.
- Kandungan serat yang tinggi bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolism sehingga
baik untuk penderita Obesitas.
- Agar-agar.
- Obat tradisional, untuk mengobati penyakit bronchitis, TBC, batuk, demam, influinza, dan cacingan.
Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang bila diekstraksi dapat menghasilkan senyawa
hidrokoloid yang disebut senyawa fikokoloid. Senyawa hidrokoloid yang berasal dari rumput laut
merupakan bahan dasar sekitar 500 jenis produk komersial yang digunakan diberbagai industri. Senyawa
hidrokoloid pada umumnya dibangun oleh senyawa polisakarida rantai panjang dan bersifat hidrofilik (suka
air). Senyawa hidrofilik berfungsi sebagai pembentuk gel (gelling agent), penstabil (stabilizer), pengemulsi
(emulsifier), pensuspensi (suspending agent) dan pendispersi.
Hampir semua fungsi tersebut terkait dengan proses produksi industri, seperi industri makanan,
minuman, farmasi, kosmetik, makanan ternak, tekstil, pembersih, pengharum, cat, film, kertas, keramik dan
fotografi. Senyawa hidrokoloid yang berasal dari rumput laut komersial di Indonesia antara lain agar
(dihasilkan oleh rumput laut agarofit), karagenan (dihasilkan oleh rumput laut karaginofit) dan alginat
(dihasilkan oleh rumput laut alginofit).
Rumput laut G. verrucosa merupakan alga merah (kelas Rhodophyceae) penghasil agar (agarofit).
Agar memiliki sifat seperti gelatin dan merupakan hasil ekstraksi non-nitrogen. Agar banyak digunakan
dalam berbagai industri. Diantaranya pada pembuatan serbat, es krim dan keju, agar berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan dan memberikan kehalusan karena daya buihnya yang rendah. Pada industri roti,
agar digunakan sebagai cover coklat dan lapisan donat. Tujuannya untuk mencegah dehidrasi pada adonan
kue. Untuk produksi manisan, agar berfungsi sebagai pengental dan pembentuk gel. Sementara pada produk
yoghurt dengan rasa sedikit asam, agar dimanfaatkan untuk menjaga produk supya lebih konsisten. Agar
juga digunakan untuk kultur mikrobiologi, industri kulit, tekstil, dan fotografi. Disamping itu rumput laut
juga memberikan nilai tambah tersendiri bagi keindahan wisata bahari. Karena adanya keanekaragaman
bentuk dan warna rumput laut yang indah di dasar perairan dapat dijadikan sebagai objek wisata menarik
para wisatawan asing.
Rumput laut termasuk jenis ganggang pada umumnya ganggang dapat diklasifikasikan menjadi
kelas yaitu: ganggang hijau (chloropheceae), ganggang hijau biru (cyanophyceae), ganggang coklat
(pheaceophyceae) dan ganggang merah (rhodophyceae). Ganggang hijau dan ganggang hijau biru banyak
hidup dan berkembang biak di air tawar, sedangkan ganggang coklat dan ganggang merah memiliki habitat
laut yang biasanya lebih dikenal dengan rumput laut. Ganggang cokelat lebih dikenal sebagai rumput karang
atau rockweed, sering dimanfaatkan untuk industri alginat, sedangkan ganggang merah merupakan sumber
bahan baku bagi industri agar-agar, carragenan dan fulcellaran serta produk-produk lainnya. Rumput laut
atau seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tumbuh melekat erat pada substrat pada yang
terdapat di lautan seperti batu-batuan, karang dan bangkai kulit karang.
Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa,
karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaan laut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Pada umumnya
rumput laut terdapat di sekitar pantai dalam jumlah dan jenis beragam, namun hanya beberapa jenis saja
yang dapat dimakan karena alasan rasa.
Sebelum manusia mengenal tekhnologi budidaya rumput laut E. Cottonii, rumput laut ini
berkembang biak secara alami karena "berkah kebaikan" ombak dan arus air laut yang kuat. Ombak yang
kuat mematahkan thalus rumput laut kemudian thalus yang patah melayang didalam air laut dan dibawa oleh
arus air keseluruh penjuru lautan hingga akhirnya jatuh kedalam pasir atau menempel pada bebatuan karang
dan akhirnya tumbuh di tempat tersebut. Dengan cara ini rumput laut menyebar kesuluruh penjuru dunia,
sepanjang mereka menemukan iklim dan kondisi lingkungan yang cocok, mereka akan tumbuh ditempat
tersebut.
Setelah manusia mengetahui manfat rumput laut sebagai berkah alam terhadap mereka dan telah
melalui rentan waktu yang panjang dan dimulai dari penelitian yang paling tradisional hingga paling
canggih ditemukanlah segudang manfaat rumput laut untuk kehidupan manusia. Akhirnya upaya
budidayapun dilakukan untuk memperbanyak dan mempermudah mendapatkan rumput laut.
b) Eucheuma Spinosum
Rumput laut Eucheuma spinosum pertama kali dipublikasikan pada tahun 1768 oleh Burman dengan
nama Fucus denticulatus Burma, kemudian pada tahun 1822 C. Agardh memperkenalkannya dengan nama
Sphaerococus isiformis C. Agardh, selanjutnya pada tahun 1847 J. Agardh memperkenalkannya dengan
nama Eucheuma J. Agardh. Dalam beberapa pustaka ditemukan bahwa Eucheuma spinosum dan Eucheuma
muricatum adalah nama untuk satu spesies gangang. Dalam dunia perdagangan Eucheuma spinosum lebih
dikenal dari pada Eucheuma muricatum (Istiani dkk, 1985). Euchema spinosum memiliki kandungan
keraginan yang banyak digunakan dalam berbagai industri (Winarno, 1990).
Euchema spinosum merupakan rumput laut dari kelompok alga merah (Rhodophyceae) yang
mampu menghasilkan keraginan. Euchema dikelompokkan menjadi beberapa species yaitu Euchema edule,
Euchema spinosum, Euchema cottoni, Euchema cupressoideum dll, namun yang banyak dibudidayakan di
Indonesia hanya sebatas Euchema spinosum dan Euchema cottoni. Euchema spinosum banyak
dibudidayakan diwilayah Sumenep-Madura. Akan tetapi species ini masih belum banyak diteliti bagaimana
cara ekstrasi untuk menghasilkan iota keraginan maupun komposisi kimia yang dikandung iota keraginan
tersebut. Proses selama ini hanya mengacu pada pengolahan langsung menjadai permanen maupun dodol
bahkan banyak yang dijual kering tanpa melaui pengolahan.
Keraginan adalah getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari species
tertentu pada kelas Rhodophyceae. Keraginan berfungsi sebagai pengental, pengemulsi, pensuspensi, dan
faktor penstabil. Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan untuk menentukan divisi dan mencirikan
kemungkinan filoginetik antara kelas secara khas digunakan komposisi plastida, pigmen, struktur
karbohidrat dan komposisi dinding sel.
Klasifikasi Eucheuma spinosum adalah sebagai berikut:
Kigdom : Plantae
Devisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Sub kelas : Florideae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma spinosum (Atmaja dkk., 1996).
Umunya ciri-ciri dari Euchema sp yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau
tumpul, dan ditumbuhi tonjolan-tonjolan, berupa duri lunak yang tersusun berputar teratur mengelilingi
cabang. Bentuk dari rumput laut ini tidak mempunyai perbedaan susunan kerangka antara akar, batang, dan
daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang
berbentuk bulat, silindris atau gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistem
percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan kompleks.
Jumlah setiap percabangan ada yang runcing dan ada yang tumpul. Permukaan kulit luar agak kasar, karena
mempunyai gerigi dan bintik-bintik kasar.
Eucheuma spinosum memiliki permukaan licin, berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning, atau
merah ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm. Eucheuma spinosum tumbuh melekat ke substrat dengan alat
perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengn
ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau
melengkung seperti tanduk. Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan untuk menentukan divisi dan mencirikan
kemungkinan filoginetik antara kelas secara khas digunakan komposisi plastida, pigmen, struktur
karbohidrat dan komposisi dinding sel.
Eucheuma spinosum tumbuh pada tempat-tempat yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya,
antara lain tumbuh pada perairan yang jernih, dasar perairannya berpasir atau berlumpur dan hidupnya
menempel pada karang yang mati. Persyaratan hidup lainnya yaitu ada arus atau terkena gerakan air.
Eucheuma spinosum tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang
pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengn ciri khusus mengarah ke arah datangnya
sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk.
Kadar garamnya antara 28-36 ppm. Dari beberapa persyaratan, yang terpenting adalah Eucheuma
spinosum memerlukan sinar matahari untuk dapat melakukan fotosintesis (Aslan, 1998). Ciri- ciri dan
reproduksi Eucheuma spinosum adalah:
- Dinding sel dari manan dan xilan
- Bentuk talus seperti benang
- Sebagian besar anggota sebagai bahan agar-agar
- Reproduksi aseksual dengan spora haploid dan aseksual dengan konjugasi.
Bentuk dari tanaman ini tidak mempunyai perbedaan susunan kerangka antara akar, batang, dan
daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang
berbentuk bulat, silindris atau gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistem
percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan kompleks.
Jumlah setiap percabangan ada yang runcing dan ada yang tumpul. Permukaan kulit luar agak kasar, karena
mempunyai gerigi dan bintik-bintik kasar. Eucheuma spinosum memiliki permukaan licin, berwarna coklat
tua, hijau coklat, hijau kuning, atau merah ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm.
Kandungan kimia dari rumput laut Eucheuma spinosum adalah Iota keraginan (65%), protein,
karbohidrat, lemak, serat kasar, air dan abu. Iota keraginan merupakan polisakarida tersulfatkan dimana
kandungan ester sulfatnya adalah 28-35%. Komposisi kimia yang dimiliki rumput laut Eucheuma spinosum
dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Komposisi kimia rumput laut jenis Eucheuma spinosum
Komponen Kimia Komposisi
Kadar air 21,90 (%)
Protein 5,12 (%)
Lemak 0,13 (%)
Karbohidrat 13,38 (%)
Serat kasar 1,39 (%)
Abu 14,21 (%)
Mineral : 52,85 ppm
Ca 0,180 ppm
Fe 0,768 ppm
Cu -
Pb 0,21 mg/100g
Vit B1 (Thiamin) 2,26 mg/100g
Vit B2 (Ribolavin) 43 mg/100g
Vit C 65,75 %
Keragenan
Sumber: Nazmi (2011)
Penamaan Kappaphycus didasarkan pada jenis karaginan yang dihasilkan. Ada tiga jenis karaginan
yang dihasilkan dari order Gigartinales yaitu kappa karaginan, lamda karaginan, dan iota karaginan.
Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii menghasilkan kappa karaginan. Oleh karena itu, nama spesies
Eucheuma cottonii, dalam dunia perdagangan nasional dan internasional umumnya lebih dikenal
sebagai Kappaphycus alvarezii).
Kappaphycus alvarezii yang dibudidayakan yaitu varietas coklat dan variaetas hijau. Kappaphycus
alvarezii varietas coklat dan varietas hijau terdapat perbedaan genetik yang cukup besar. Kedua varietas
yang berbeda ini sering dicampur saat penjualan. Hal ini disebabkan keduanya memiliki komposisi kimia
yang sama.
Kappaphycus alvarezii memiliki thallus silindris, permukaan kulit licin, dan batang berwarna merah
sampai coklat tua. Duri pada thallus sama seperti E. spinosum tetapi tidak tersusun melingkari thallus.
Percabangan ke berbagai arah dengan batang utama keluar saling berdekatan di daerah basal (pangkal).
Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa holdfast. Cabang pertama dan kedua tumbuh
membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari.
Percabangan tersebut tampak ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk. Secara umum bentuk
morfologi dari varietas hijau tidak terlalu berbeda dari varietas merah.
Ukuran thallus varietas merah lebih besar dibandingkan thallus varietas hijau pada umur yang sama.
Alga pada divisio ini memiliki pigmen phycobilin. Pigmen ini bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki
penyesuaian antara proporsi pigmen berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai
warna pada thallus. Phycobilin merupakan pigmen photoreseptor.
Rumput laut Kappahycus alvarezii memiliki beberapa strain yang banyak
dibudidayakan. Budidaya rumput laut yang berkembang pesat di Filipina membuat Filipina sebagai sentra
rumput laut budidaya khusunya jenis Kappaphycus alvarezii. Strain yang dikenal dimasyarakat pembudidaya
rumput laut antara lain:
- Tambalang, strain ini memiliki thalus yang panjang dan diameter yang besar dengan percabangan
yang jarang. Biasanya hidup di perairan dalam di Filipina, namun sekarang juga merupakan strain
yang mendominasi di Indonesia, India, Sabah, Malaysia dan Tanzania. Strain Tambalang juga
memiliki warna yang bermacam-macam yang dikenal umum di masyarakat pembudidaya.
- Flower, strain ini memiliki percabangan yang pendek, mengumpul seperti bunga. Banyak ditemukan
di daerah karang Filipina. Strain ini telah banyak dibudidayakan di Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Timur.
- Vanguard, strain ini percabangannya lebih pendek dari Tambalang namun memiliki lebih besar dari
Flower. Telah banyak dibudidayakan di Mindanao.
- Bisaya, strain persilangan antara Tambalang dan Sacol, banyak ditemukan di daerah Bohol Filipina.
- Sacol, Kappaphycus alvarezii strain Sacol merupakan rumput laut yang
berasal dari Pulau Sacol, Filipina. Rumput laut ini banyak ditemukan di dasar perairan yang berlumpur
maupun berpasir, berbentuk rumpun dari banyak cabang yang pendek, dengan diameter thallus kecil.
Kappaphycus strain sacol berwarna hijau cerah dan tumbuh membulat seperti bola.
- Sumba, strain yang memiliki percabangan panjang dan kecil, seperti rambut kasar, namun kuat seperti
Tambalang. Strain ini merupakan strain asli Pulau sumba Indonesia, namun sekarang telah banyak
dibudidayakan di beberapa daerah di Indonesia terutama di Bali
- Saat ini telah berkembang pula strain-strain yang dikembangkan di Indonesia sehingga diberi nama
strain maumere, strain Bangkok, strain polewali, strain kangkung/gadis bali, dan sebagainya.
Penamaan strain ditentukan sesuai dengan nama daerah perkembangan rumput laut tersebut.
Kappaphycus alvarezii strain maumere juga berasal dari Filipina, dengan thallus berwarna coklat
kemerahan dengan percabangan tidak teratur dan berdiameter besar.
Di Maluku Utara, khususnya Pulau Limbo Kecamatan Taliabu Barat terdapat rumput laut
marga Eucheuma yang diusahakan sejak tahun 1968, panen dilakukan 2 kali setahun, rata-rata tiap kali
panen menghasilkan 60 ton berat kering. Di Seram Timur Maluku Tengah merupakan daerah rumput laut
marga Eucheuma utama di seluruh seram. Rumput laut tersebut diusahakan sejak tahun 1966 dengan rata-
rata produksinya 130 ton kering setiap tahunnya.
c) Gelidium
Gelidium sp. merupakan salah satu spesies dari famili gelidiaceae. Spesies ini memiliki warna
merah kecoklatan (pirang), bentuk tubuh seperti rumput atau semak, batang utama tegak dan mempunyai
cabang-cabang yang terdiri dari axis (cabang utama), primary branch dan secondary branch. Sepanjang
tubuhnya ditumbuhi bagian yang seperti duri. Di ujung cabang terdapat spical pit yang berbentuk bulat yang
merupakan titik tumbuh. Alga ini memiliki holdfast yang berfungsi sebagai tempat melekat pada terumbu
karang sehingga dapat beradaptasi dengan gerakan ombak pada zona pasang-surut (Anonim, 2005a).
Alga ini termasuk dalam kelompok Rhodophyceae dan tergolong ke dalam carragenophyt, yaitu
kelompok penghasil carragenan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pasta, bahan pembuat cream
jelly, agar-agar dan roti. Selain itu Gelidium sp. memiliki kadar protein yang tinggi dan berbagai macam
vitamin yang penting. Persebaran alga ini dipengaruhi oleh alam seperti substrat, salinitas, ombak, arus, dan
pasang surut. Alga ini muncul di permukaan laut pada saat surut dan mengalami kekeringan. Klasifikasi
rumput laut jenis Gelidium adalah sebagai berikut:
Devisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Subclass : Florideae
Ordo : Gelidiales
Familiy : Gelidiaceae
Genus : Gelidium
Spesies : Gelidium sp. (Sumber: http://andrian-deri-alviana.blogspot.co.)
Gambar 1.5 Geledium sp. (Sumber: www.boldsystems.org)
2) Alga Coklat
Saat bereproduksi, alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berulu cambuk sexsual dan
asexsual. Mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karotin, violasantin dan fukosantin. Persediaan makanan
(hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta, 1-3 ikatan glukan) Pada bagian dalam dinding selnya terdapat
asam alginik dan alginat. Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis) Ukuran dan bentuk
thalli beragam dari yang berukuran kecil sabagai epifit, sampai berukuran besar, bercabang banyak,
berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang sederhana dan adapula yang tidak bercabang. Umunya
tumbuh sebagai alga benthik Spesies dari divisi ini adalah marga: Sargassum, Hormypesa, Turbinaria.
a) Sargassum
Rumput laut jenis Sargassum sp ini umumnya memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng.
Cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat. Bentuk daun melebar, lonjong atau seperti pedang.
Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter. Warna thallus umumnya coklat. Berikut
ini adalah klasifikasi dari Sargassum sp:
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Phaeophycea
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga :Sargassum
Jenis : Sargassum sp.
Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh Sargassum sp. antara lain thallus pipih, licin, batang
utama bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Cabang
pertama timbul pada bagian pangkal sekitar 1 cm dari holdfast. Percabangan berselang- seling secara
teratur. Bentuk daun oval dan memanjang berukuran (40x10) mm. Pinggir daun bergerigi jarang,
berombak, dan ujung melengkung atau meruncing. Vesicle (gelembung seperti buah) berbentuk
lonjong, ujung meruncing berukuran (7x1,5) mm, dan agak pipih. Rumput laut jenis ini mampu
tumbuh pada substrat batu karang di daerah berombak (Othmer, 1986)
Rumput laut sargassum telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat.
Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-gum),
protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan
kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin, seperti A, B1, B2, B6, B12, dan C,
betakaroten serta mineral, seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, dan yodium. Hidrokoloid
dari Rumput laut (Karaginan, Agar dan Alginat) sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai gelling
agent, stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai industri seperti
industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film,
makanan ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain-lain.
3) Alga Hijau
Ciri-ciri umum alga hijau (rumput laut/ makroalga) adalah; Berwarna hijau, Thallus berbentuk
lembaran (Ulva lactuca), batangan (Caulerpa corynophora) atau bulatan (Caulerpa sertlariodes) yang
bersifat lunak, keras atau siphonous terdiri dari uniseluler atau multiseluler. Rumpun berbagai bentuk dari
yang sederhana hingga yang kompleks seperti tumbuhan tingkat tinggi seperti tanaman yang menjalar.
Mengandung pigmen fotosintetik, klorofil a dan b, carotene, xantofil dan lutein. Produk fotosintetiknya
berupa starch (kanji). Perkembangbiakan dengan perkawinan vegetatif, gamet jantan memiliki cambuk
(flagella) untuk pergerakan aktif dalam proses pembuahan. Umumnya eukarotik, berinti satu atau banyak
(Kunositik) Bersifat bentik dan plantonik.
Contoh dari alga hijau antara lain Caulerpa lentillifera C.A. Agardh, Caulerpa racemosa var
macrophysa (Kutzing) Taylor, Caulerpa sertulariodes, Codium decorticatum, Halimeda copiosa, Ulva
reticulata Forsskal. Untuk memperrtahankan hidup rumput laut memerlukan: subtrat, sebagai tempat
menempel agar tetap pada tempatnya sinar matahari Nutrient/unsur hara, yang diserap oleh seluruh
permukaan tubuhnya dari air disekelilingnya. Oksigen (O2) dan Carbon dioksida (CO2) Perkembangan
rumput laut dalam daur hidupnya dapat bersifat Vegetatif dan Generatif. Secara vegetatif dengan stek dan
tunas sedangkan secara generatif dengan spora.
Alga ini berwarna hijau karena tidak mempunyai zat warna (pigmen) lain, kecuali hanya klorofil
yang berwarna hijau sebagai satu-satunya cel warna yang ada. (Sadhori, 1992). Ganggang hijau pada
umumnya hidup sebagai plankton baik pada air tawar, dan di darat di tempat-tempat yang basah. Ada juga
yang tumbuh di atas daun yang hidup seperti halnya jenis Cephaleuros virecens yang hidup menumpang
(parasit) pada daun beberapa macam pohon dan semak (Sadhori, 1992). Golongan algae hijau
(Chlorophyceae) hanya di konsumsi lokal, misalnya Caulerpa.
Pada daun teh sering dikenal “red rust” yang sangat merugikan tanaman teh tersebut. Jenis yang
tersebar yang hidup di laut dikenal sebagai (Ulva lactuca) jenis tersebut biasanya dapat dimakan sebagai
sayuran (Sadhori, 1992 ), beberapa contoh jenis alga hijau (Chlorophyceae) adalah sebagai berikut:
a) Bryopsis Lamouroux
Order : Bryopsidales
Famili : Bryopsidaceae
Ciri-ciri spesies:
- Talus mudah (Bryopsis indicia)
- Talus bercabang (Bryopsis pennata)
- Tallus berwarna hijau terang
- Tinggi 2-3 cm
- Tidak bercabang
- Menempel dengan rizoid bentuk serabut.
- Ramulus tersusun dalam dua barisan bertentangan; hujung berbentuk arkuat; panjang 0.5 - 2 mm.
Habitat: Di atas batu atau batu karang di zona litoral tenang.
b) Bryopsis pennata Lamouroux var. lepriuii (Kützing) Collins dan Harvey
Ciri-ciri spesies:
- Tallus berwarna hijau tua.
- Pelekap jenis rizoid.
- Filamen utama tegak, percabangan tidak tentu.
- Ramulus di kedua sisi berseberangan
- Panjang 0,5-2 mm.
Habitat: Di dalam lopak di atas batu di zon litoral.
c) Caulerpa serrulata (Forsskal) J.Agardh
Ciri-ciri spesies:
- Talus hijau kekuningan.
- Stolon menjalar
- Diameter 1 - 2 mm
- Menghasilkan rizoid tanpa warna.
Habitat : Kawasan berpasir dan cela-cela batu di zona litoral yang dangkal
c) Hypnea
Klasifikasi dari rumput laut berjenis Hypnea musciformis yaitu sebagai berikut.
· Kingdom : Plantae
· Divisi : Rhodophyta
· Kelas : Rhodophyceae
· Bangsa : Gigartinales
· Suku : Hypneaceae
· Genus : Hypnea
· Species : Hypnea musciformis
Rumput laut jenis ini adalah bahan mentah untuk phycocolloid yang mirip dengan karagenan dari
Chondrus crispus dengan fraksi kappa dan lambda. Hypnea musciformis termasuk kedalam kelompok
ganggang atau alga. Thallus berbentuk silinder dengan diameter 0.5 - 1cm. Tinggi dari Hypnea musciformis
yaitu sekitar 10 -20 cm. Hypnea musciformis memiliki pertumbuhan thallus yang bercabang.
percabangannya tidak teratur, biasanya tumbuh melingkari ganggang lain yang ada disekitarnya. Hypnea
musciformis sering ditemukan secara epifit pada alga terumbu seperti Sargassum echinocarpum, Sargassum
polyphyllum, dan Acanthophora spicifera.
d) Lawi-lawi
Lawi-lawi merupakan sejenis tanaman rumput laut atau alga hijau yang mempunyai nama ilmiah
Caulerpa sp. Lawi-lawi ini adalah sebutan untuk tanaman rumput laut dengan kelas caulerpa bagi orang
Sulawesi sedangkan orang ditanah jawa menyebut tanaman ini dengan nama latoh. Tanaman rumput laut
jenis Caulerpa ini menyerupai telur ikan dan berwarna hijau dimana masyarakat biasa memanfaatkannya
sebagai pelengkap menu sehari hari yang bisa dikonsumsi begitu saja dalam keadaan mentah atau disajikan
dengan ikan dan nasi.
Bahkan di beberapa negara pengekspor tanaman lawi-lawi, rumput laut yang tumbuh di laut dangkal
dan berair tenang ini disajikan sebagai pelengkap sushi atau pengganti telur ikan. Selain dimanfaatkan untuk
konsumsi sehari-hari, tanaman lawi-lawi banyak dibudidayakan karena kandungan didalamnya yang dapat
berfungsi sebagai pencegah jamur, penyakit rematik, bahan pembuatan kosmetik bahkan pencegah
tumbuhnya tumor didalam tubuh.
Lawi-lawi merupakan jenis tumbuhan rumput laut yang mengandung nutrisi tinggi dan tidak
mengandung zat berbahaya bagi tubuh sehingga tumbuhan ini sangat aman untuk dikonsumsi sehari-hari
dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, Semua bagian tumbuhan rumput laut ini tentunya juga bisa
dikonsumsi secara keseluruhan. Berikut rincian kandungan nutrisi lawi-lawi dalam kadar per 100 g:
- Jumlah Kandungan Energi 18 kkal
- Jumlah Kandungan Protein 0,5 g
- Jumlah Kandungan Lemak 0,9 g
- Jumlah Kandungan Karbohidrat 2,6 g
- Jumlah Kandungan Kalsium = 307 mg
- Jumlah Kandungan Fosfor = 307 mg
- Jumlah Kandungan Zat Besi = 9,9 mg
- Jumlah Kandungan Vitamin A = 0 IU
- Jumlah Kandungan Vitamin B1 = 0 mg
- Jumlah Kandungan Vitamin C = 1,3 mg
Gambar 1.9 Lawi-lawi (Sumber: http://rumputlautindonesia.blogspot.co.id/)
Karakteristik lawi-lawi yakni lawi-lawi dapat tumbuh di area laut yang dangkal dan memiliki
gelombang atau aliran yang tenang. Ciri-ciri tanaman rumput laut dengan jenis Caulerpa ini adalah
bentuknya yang seperti anggur dengan bulatan-bulatan berwarna hijau transparan. Tanaman lawi-lawi
memiliki thallus atau batang dengan bentuk lembaran serta tekstur lunak dan kenyal hampir seperti jelly.
Terdapat rumpun yang sederhana hingga kompleks pada susunan tanaman rumput laut sebagai representatif
batang, daun dan akar. Lawi-lawi berkembang melalui perkawinan gamet atau spora. Bulatan-bulatan
tanaman lawi-lawi ini akan pecah ketika di kunyah didalam mulut sehingga menimbulkana rasa asin yang
berasal dari cairan yang terdapat didalam tanaman tersebut.
Tanaman rumput laut atau alga hijau ini mempunyai nilai ekonomis bagi sebagian masyarakat
pesisir pantai yang membudidayakannya. Selain berpeluang untuk diekspor ke luar negeri sebagai
pelengkap makanan olahan laut ternyata lawi-lawi juga dapat dijadikan sebagai penangkal kanker atau
penyakit ganas lainnya serta kandungan vitamin A didalamnya dapat menjaga kejernihan mata. Proses
pengolahan tanaman lawi-lawi juga tidak terlampau sulit bahkan dikonsumsi dalam keadaan segar sebagai
salad. Di Asia Tenggara sendiri telah membudidayakan tanaman rumput laut jenis caulerpa sebagai
komoditas ekspor yang menjanjikan.
Lawi-lawi merupakan tanaman rumput laut dengan jenis Caulerpa sp yang banyak dibudidayakan di
Asia Tenggara karena kandungan manfaat didalamnya. Selain sebagai pelengkap olahan makanan laut
sehari-hari, ternyata lawi-lawi dapat dijadikan lahan bisnis hasil laut. Bahkan budidaya tanaman lawi-lawi
lebih mudah dan menjanjikan dibandingkan budidaya tanaman rumput laut dengan jenis lain. Bahkan
permintaan dari Jepang dan Korea melonjak tinggi pada tiap tahunnya.
Jenis tanaman rumput laut yang sering dikenal dengan istilah anggur laut ini mempunyai
keunggulan selama proses budidaya dibandingkan dengan proses budidaya tanaman rumput laut dari jenis
lain. Selain itu, proses pengolahannya pun tergolong mudah dan praktis. Dengan begitu Lawi-lawi menjadi
primadona bagi kalangan pesisir yang membudidayakannya untuk dijadikan lahan usaha atau mata
pencaharian dari hasil laut. Berikut alasan dari keunggulan budidaya lawi-lawi:
- Lawi-lawi mempunyai potensi bisnis hasil laut dalam kancah lokal maupun internasional.
- Minimnya biaya perawatan sebelum memasuki masa panen sehingga menekan angka kerugian
- Mudahnya budidaya tanaman rumput laut dengan jenis Caulerpa
- Dapat dijual dalam keadaan basah sehingga dapat meminimalisir waktu pengeringan
- Mempunyai fungsi ekonomis dan proses pengolahannya cukup mudah
a) Manfaat Lawi-lawi
Tumbuhan rumput laut atau alga hijau yang dikenal dengan nama anggur laut ini mempunyai
beragam manfaat. Selain sebagai sumber daya alam yang biasa dikonsumsi sehari-hari, lawi-lawi juga dapat
dijadikan obat bahkan bahan dasar kosmetik layaknya pemanfaatan tanaman rumput laut dari jenis lain.
berikut beberapa manfaat lawi-lawi :
- Lawi -lawi dapat dijadikan mata pencaharian masyarakat pesisir pantai
- Bebarapa kandungan zat atau nutrisi didalamnya dapat dimanfaatkan untuk pengobatan suatu penyakit
- Lawi-lawi dapat dijadikan olahan tradisional yang khas dari suatu daerah
- Dapat dijadikan sebagai penstabil kualitas air didalam aquarium
- Lawi-lawi mempunyai nilai ekonomi.
Kegiatan Pembelajaran 2
Siklus Hidup, Reproduksi dan Perkembangbiakan Rumput Laut
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami siklus hidup, sistem
reproduksi dan sistem perkembangbiakan beberapa jenis rumput laut
C. Uraian Materi
1. Sistem pengembangbiakan / reproduksi rumput laut
Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor ekologis serta jenis
substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, rumput laut mengambil nutrisi dari lingkungan sekitarnya secara
difusi melalui dinding thallusnya. Perkembangbiakannya dilakukan dua cara, yaitu secara kawin antara
gamet jantan dan gamet betina (generatif) serta secara tidak kawin dengan melalui vegetatif, konjugatif dan
persporaan (Ditjenkan Budidaya, 2005).
Reproduksi rumput laut umumnya dilakukan melalui tiga cara yaitu secara generative (seksual
dengan gamet), vegetatif (aseksual dengan spora) dan pembelahan sel. Secara generatif terjadi dengan
adanya peleburan antara gamet-gamet yang berbedaya itu antara spermatozoid yang dihasilkan dalam
antheridia dengan sel telur atau ovum yang dihasilkan dalam oogenium.
Reproduksi secara fragmentasi terjadi pada algauni seluler yaitu dengan cara pembelahan sel
sedangkan pada algamulti seluler, thallus akan patah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil kemudian tiap
bagian tersebut akan tumbuh menjadi individu baru.
(sumber: http://www.sridianti.com/bagaimana-reproduksi-alga-seksual.html)
Reproduksi secara vegetatif yaitu mula-mula tanaman tetrasporofit yang hidup bebas (diploid) sel-
selnya menjalani prosesmeiosis. Tetraspora kemudian dilepaskan dan berkembang menjadi gametofit jantan
dan betina yang haploid. Gametofit jantan yang telah dewasa menghasilkan sel-sels permatangial yang
nantinya menjadi sel spermatangia, sedangkan gametofit betina menghasilkan sel khusus yang disebutk
arpogonia yang dihasilkan dari cabang-cabang karpogonial.
Proses fertilisasi terjadi setelah spermatium mencapai trikogin dan karpogonium, meleburkan intinya
dan bersatu dengan intitelur. Zygot yang dihasilkan mengalami pembelahan menjadi sel-sel yang bersifat
diploid. Kelompok sel yang diploid tersebut dinamakan karposporofit. Akibatnya dalam satu kali fertilisasi
dapat terbentuk karposporofit diploidyangakan tumbuh menjadi tetrasporofit (Dawes, 1981in Iksan, 2005).
2. Siklus Hidup Rumput Laut
Siklus hidup rumput laut umumnya bersifat trifasik, artinya, dalam satu siklus hidupnya mengalami
pergantian fase pertumbuhan yaitu: fase gametofit, fase karposporofit dan fase tetrasporofit. Siklus hidup
Gracilaria sp. dapat kita lihat pada Gambar 2. Ketiga fase pertumbuhan tersebut menjadi bagian yang
mutlak dialami dalam satu siklus pertumbuhan beberapa jenis Gracilaria sp (Yamamoto,1991).
a) Fase Gametofit
Gametofit merupakan hasil germinasi dari tetraspora. Untuk membedakan gametofit jantan dan
gametofit betina dapat dilihat secara morfologi, yaitu dengan melihat perbedaan warna talus. Gametofit
jantan mempunyai warna yang lebih pucat dan berukuran lebih panjang bila dibandingkan dengan gametofit
betina (Oza,1976). Menurut Edelstein et.al., (1978), dalam pertumbuhannya gametofit jantan akan
mengalami proses pematangan, membentuk spermatangium, yaitu kantong atau badan yang akan
memproduksi spermatia (sel gamet jantan).
Gametofit betina akan membentuk cabang karpogonia. Calon cabang karpogonia berasal dari sel-sel
korteks dan sub korteks (Oza,1976). Hasil penelitian Edelstein et.al., (1978) menyatakan bahwa
pembentukan cabang karpogonia berawal dari dibentuknya supporting cell dilapisan korteks tumbuhan.
Perkembangan selanjutnya supporting cell akan membelah kearah tepi dan tengah. Sel-sel dibagian tepi
akan menjadi sterilbranch, sedangkan sel di bagian tengah akan menjadi karpogonium dan trichogyne.
b) Fase Karposporofit
Karpogonium dilengkapi dengan trichogyne yang berfungsi untuk menarik spermatia. Spermatia
pada alga merah tidak memiliki flagel, sehingga pembuahan terjadi secara pasif, yaitu bila spermatia dapat
tertarik masuk kedalam karpogonium. Selanjutnya terjadi pembuahan pada karpogonium oleh spermatia.
Setelah karpogonium dibuahi, maka trichogyne akan mengerut, karpogonium akan melebur dengan
sel dibawahnya berbentuk seperti filament. Filament ini akan membentuk beberapa lobus, dari fase inilah
gonimoblast dibentuk. Selanjutnya karpospora dibentuk pada ujung-ujung dari filament gonimoblast.
Sementara itu, supporting cell dan cell branch juga melebur menjadi satu berfungsi sebagai sel nutrisi
(Chapman, 1980).
Karpogonium yang telah dibuahi mengalami serangkaian proses dalam perkembangan selanjutnya.
Terjadi perubahan morfologis dari tumbuhan Gracilariasalicornia, yaitu terlihat ‘bintil-bintil’ dipermukaan
talus. ‘Bintil’ tersebut merupakan hasil dari proses perkembangan karpogonium dan disebut sebagai
sistokarp. Setelah sistokarp matang, karpospora akan dikeluarkan ke lingkungan. Sistokarp yang telah
matang, akan ditandai dengan karpospora yang telah dipenuhi substansi berwarna coklat (Sjafrie,1992).
c) Fase Tetrasporofit
Karpospora yangtelah dilepaskan ke lingkungan akan bergerminasi dan tumbuh menjadi bentuk
tumbuhan tetrasporofit. Pada Gracilaria sp tetrasporofit dan gametofit sangat sulit untuk dibedakan
(isomorph). Selanjutnya, tetrasporofit akan membentuk tetrasporangium yang akan menghasilkan
tetraspora. Kemudian tetraspora akan dilepaskan ke lingkungan dan kembali tumbuh menjadi gametofit
jantan dan betina (Oza,1976).
Kegiatan Pembelajaran. 3
Menerapkan Pembibitan Rumput laut dengan metode stek/Fragmentasi, metode spora
dan Metode Kultur Jaringan
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami beberapa metode
pembibitan rumput laut
C. Uraian Materi
Usaha untuk mengetahui reproduksi adalah hal penting dalam jangka panjang. Hal ini
beberapa jenis rumput laut sepert Gracilaria sp mempu menghasilkan spora (tetraspora dan
karpospora) dalam waktu yang singkat. Siklus hidup rumput laut akan mempenagruhi
perkembangan rumput laut dan juga keberhasilan pembibtitan rumput laut. Pengembangbiakan/
reproduksi rumput laut yang telah dilakukan oleh para pembudidaya ada tiga yaitu:
a. Pembibitan rumput laut dengan cara stek atau fragmentasi
Pembibitan berasal dari kata bibit. Bibit adalah calon tanaman yang akan ditanam pada saat
produksi rumput laut yang dipelihara di laut maupun ditambak dan diusahakan dibudidayakan secara
optimal pada lingkungan perairan yang ada. Bibit yang akan digunakan diperoleh dengan berbagai macam
cara salah satu caranya adalah dengan fragmentasi.
Fragmentasi adalah pemotongan yaitu pemotongan thallus rumput laut dengan ukuran tertentu
untuk dijadikan bibit. Apakah thallus itu? Rumput laut termasuk kedalam division Thallophyta
(tumbuhan berthallus) karena mempunyai struktur kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun,
berbatang dan berakar, semuanya terdiri dari thallus (batang) saja. Jadi peristilahan thallus dalam budidaya
rumput laut adalah bagian tubuh nya yang semuanya berbentuk batang. Keseluruhan bagian tubuh dari
rumput laut merupakan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam, ada yang berbentuk
silindris, lembaran, bulat seperti kantung, menempel seperti kerak bahkan serabut-serabut seperti rambut
dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(multiseluler).
Fragmentasi merupakan salah satu metode dalam membibitkan atau memperbanyak individu
baru dengan cara melakukan pemotongan bagian tubuh dari rumput laut tersebut. Dengan fragmentasi
pembibitan rumput laut dapat dilakukan dengan memotong thallus pada rumput laut yang akan dijadikan
bibit. Metoda pembibitan dengan fragmentasi banyak digunakan untuk membibitkan jenis Eucheuma
spp dan Gracilaria spp. Rumput laut jenis ini memiliki substansi thallus yang lunak seperti tulang rawan
dan bentuk percabangan berselang yang tidak teratur.
Langkah-langkah pengadaan bibit rumput laut dengan metoda fragmentasi dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
- Bibit diambil dari tempat penampungan dalam keadaan segar dan telah diseleksi pada awal
pemilihan bibit unggul dan dikumpulkan didalam ember/wadah lain yang berisi air laut.
- Bibit diambil satu persatu, dipilih thallus yang masih muda yang mempunyai
ukuran 10-15 cm dari ujung thallus dengan wama kuning kemerah-merahan, kemudian dilakukan
pemotongan. Pemotongan thallus ini dilakukan dengan menggunakan tangan atau alat bantu berupa
gunting stek untuk tanaman.
- Rumput laut hasil pemotongan dikumpulkan kedalam ember dan ditimbang.
Bibit yang akan dibudidayakan memiliki berat 30-150 g/individu perajut atau pertali rafia.
- Bibit hasil pemotongan thallus rumput laut kemudian ditanam dengan mengikat
pada tali-tali raffia/nilon atau dimasukkan kedalam kantong rajut/jaring.
- Bibit hasil fragmentasi (stek) tersebut, dibawa dan ditanam di perairan areal budidaya dengan jarak
20-100 cm sedangkan di tambak bibit dari jenis Gracilaria spp ditanam dengan metoda tebar
dengan padat penebaran 80 100 g/m2 atau 800 -1000 kg /hektar.
- Penanaman rumput laut di areal budidaya dilaksanakan pada pagi hari atau sore hari, pada cuaca yang
teduh/sejuk.
Gambar 1.15 Metode Pembibitan rumput laut dengan spora di bak fiber
Pertukaran generasi antara seksual dengan aseksual merupakan pola yang umumnya terdapat pada
tanaman rumput. Ada tiga tipe daur hidup dalam reproduksi seksual algae yaitu :
a) Haplobiontik, yaitu hanya ada satu individu kehidupan bebas yang terlibat dalam daur hidup, dalam
keadaan ini kromosom pada individu adalah haploid
b) Haplobiontik diploid, dalam hal ini individu yang melakukan daur hidup adalah diploid
c) Diplobiontik. Dalam proses pembiakan terdapat dua individu (fase) yang terlibat dalam daur
hidup yaitu gametofit haploid yang menghasilkan gamet dan sporofit diploid yang menghasilkan
spora. Pertemuan antara 2 gamet (jantan dan betina) akan membentuk zygot yang kemudian menjadi
sporofit. Individu baru inilah yang mengeluarkan spora dan berkembang melalui meiosis
dalam sporogenesis menjadi gametofit.
Pada Floridiophycidae seperti Eucheuma, Gracilaria dan Gelidium dikenal pertukaran generasi yang
disebut tripasik. Pada tingkat selular, reproduksi seksual dapat berupa plasmogami (penyatuan plasma),
karyogami (penyatuan nuklei atau inti sel), penyatuan kromosom dari gen dan meiosis. Dalam hal ini terjadi
pertukaran dan formasi kombinasi yang baru pada materi genetik.
Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari
tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umumnya terdapat pada algae merah. Pada algae yang bersel satu
(uniseluler) setiap individu mempunyai kemampuan untuk membelah diri dan membentuk individu baru.
Pada algae yang multiseluler (bersel banyak) seperti Enterromorpha, Polysiphonia, Gracilaria dan
Eucheuma, potongan thallusnya mempunyai kemampuan berkembang meneruskan pertumbuhan.
Ukuran organ dan sel reproduksi suatu jenis rumput laut erat kaitannya dengan karakter
reproduksinya seperti daya sebar dan kemampuan tenggelam atau menempel pada substrat di dasar
perairan. Perbedaan ukuran organ dan sel reproduksi ini juga yang menyebabkan perbedaan bentuk,
struktur dan nama yang berlainan pada jenis-jenis rumput laut. Perkembangan sel ini tergantung pada jenis
kelamin dan stadianya.
Proses pembiakan rumput laut dengan spora dapat dilakukan dengan proses pembentukan spora
yang terdapat pada tubuh rumput laut. Proses tersebut dapat diamati dengan melihat tumbuhnya bintil
di bagian permukaan thallus yang disebut dengan sistokarp. Berdasarkan Gambar 4, setelah sistokarp
diletakkan disaringan pada permukaan air fiber, biasanya 24 jam kemudian sampai 2 hari sistokarp akan
mengeluarkan dan meletakkan thallus baru yang disebut karpospora. Dua hari setelah peletakkan,
karpospora segera dipindahkan ketempat pembibitan dan diletakkan di substrat yang telah disiapkan
untuk dipelihara selama ± 1,5 bulan sampai menjadi tanaman kecil. Kegiatan pemeliharaan bibit masih
menggunakan bak beton/fiber dengan sirkulasi air yang baik. Ciri-ciri spora yang baik adalah :
a) Spora berasal dari sistokarp (penghasil karpospora) yang sudah matang. Hal ini ditandai dengan
ukuran diameter sistokarp yaitu 1000-1500 µm. Karpospora akan dikeluarkan ke lingkungan
melalui lubang/ ostiole dan mempunyai ukuran yang bervariasi walaupun berasal dari satu sistokarp
b) Sustansi karpospora berwarna coklat tua atau coklat kehitaman, jika diketemukan substansi warna
hijau, karpospora tersebur belum matang
c) Diameter karpospora sudang matang 25 - 30 µm.
Di Jepang terdapat jenis rumput laut yang sangat terkenal dan banyak dimanfaatkan sebagai
makanan. Jenis rumput laut ini disebut Nori. Teknik pembibitan rumput laut tersebut dapat melalui metode
pembibitan dengan spora. Pembibitan dilaksanakan di pinggir pantai atau perairan yang mempunyai
arus yang kecil. Metode budidaya yang digunakan yaitu metode rakit. Bibit Nori yang telah melekat pada
substrat berupa cangkang mollusca dimasukkan kedalam keranjang plastik bersama substrat tempat
penyebaran Nori tersebut. Secara bertahap sitokart pada Nori akan menyebar dan melekat pada substrat
lain.
Setelah metode budidaya disiapkan, bibit rumput laut hasil pembibitan dengan spora yang telah
dipelihara ± 1,5 bulan, dipindahkan ke media pembesaran dengan prosedur sebagai berikut :
a) Di dasar laut/tambak, bibit ditebar dengan merata keseluruh bagian dan dipelihara setiap hari meliputi
kebersihan rumput laut, penumpukan rumput laut pada satu tempat dan hama penyakit yang menyerang.
b) Di laut dengan dasar perairan cukup dalam, bibit diikatkan pada tali rise dengan jarak
tertentu/dimasukkan kedalam jaring dengan berat awak bibit 3-5 ons perrajut.
c) Di bak beton/fiber, bibit dapat dilaksanakan baik dengan metode sebar maupun metode apung, dengan
pengaturan sirkulasi air.
Pengambilan rumput laut dari hasil pembibitan, mempunyai perbedaan teknik tertentu,
tergantung jarak lokasi pembibitan ke lokasi pembesaran. Umumnya untuk lokasi yang membutuhkan
waktu relatif singkat (1 hari) pengangkutan rumput laut dilakukan hanya dengan memasukkan rumput laut
pada karung-karung basah dan ditutup dengan plastik agar tidak terkena matahari langsung. Sedangkan
untuk pengangkutan dengan jarak jauh (2-3 hari) menggunakan box tertentu. Teknik pengangkutan ini
meliputi :
a) Kantong plastik (sesuai ukuran box) dimasukkan kedalam box Styrofoam
b) Secara bergantian kain/tissue/spon/kapas basah dimasukkan kedalam kantong plastik dengan merata dan
bibit rumput laut sampai memenuhi ¾ box
c) Kantong plastik diikat dan pada permukaan kantong dibuat beberapa lubang sebagai sirkulasi udara.
d) Untuk mempertahankan kesegaran bibit sebaiknya setiap/4 jam sekali bibit tetap disiram, disemprot
menggunakan air laut tempat bibit diambil.
Setelah bibit sampai di lokasi pembesaran bibit sebaiknya dimasukkan ditempat penampungan
sementara dan terendam air laut ±3 jam agar bibit dapat kembali segar, sambil mempersiapkan penanaman
rumput laut. Bibit dapat ditebar/ditanam setelah sarana penanaman telah siap dengan langkah awal
pengambilan bagian thallus bibit yang memenuhi kriteria/persyaratan bibit yang berkualitas, yaitu
bagian thallus yang masih muda, bersih dan segar. Tidak terdapat gejala serangan hama dan penyakit dan
berasal dari satu jenis rumput laut (monospesies). Bibit ini dapat diambil dengan memotong ujung
thallus rumput laut.
Penebaran/penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Hal ini untuk menjaga
rumput laut dapat bertahan dan masih dalam keadaan segar. Berat rumput laut awal penanaman ± 3-5
ons perrajut atau pertali ris. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan bibit adalah:
a) Pengangkutan bibit tidak boleh terkena matahari langsung yang kuat. Disarankan bibit rumput laut
ditutup terpal. Pengangkutan bibit disarankan sore atau pagi-pagi hari
b) Biarkan bibit selalu dalam keadaan basah dengan cara menyirami dengan air laut
c) Bibit harus bersih dari bahan lain seperti terkena air hujan, minyak dan bahan-bahan lain yang
berbahaya (kimia)
d) Setelah sampai di lokasi penanaman bibit yang didapat segera dimasukkan dalam seed bin atau
bak kecil yang telah dipersiapkan
Untuk melengkapi konstruksi, tambak harus dilengkapi dengan pintu masuk dan pintu pengeluaran
air yang berfungsi dalam sirkulasi air, serta saluran air/drainase
Gambar 2.3. Salah Satu Bentuk Pintu Air Yang Terbuat dari Kayu
(Sumber: docplayer.info)
2) Sampan
Untuk memudahkan mobilisasi di lahan baik di lahan tambak maupun di laut, maka dibutuhkan
sampan, baik pakai mesin maupun yang tidak pakai mesin. Sampan ini dapat digunakan untuk mengontrol
rumput laut yang dibudidayakan maupun sebagai sarana transportasi bibit atau hasil budidaya.
Gambar 2.4 Sampan yang Biasanya di Digunakan di Tambak
(Sumber: azrul90.wordpress.com)
5) Kapur
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan
unsur kalsium (Ca) tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-
unsur hara seperti fosfor (P) mudah diserap tanaman dan keracunan aluminium (Al) dapat dihindarkan.
Pengapuran merupakan salah satu bentuk dari remediasi selain pengoksidasian dan pembilasan tanah,
untuk mengatasi permasalahan utama pada tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah (3-5); kurang
tersedia fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi (Fe) sering
berlebihan sehingga dapat meracuni organisme; serta kelarutan aluminium (Al) sering tinggi sehingga
merupakan penghambat ketersediaan fosfor. Penambahan pupuk, terutama yang mengandung P sering tidak
bermanfaat pada tanah masam ini bila unsur-unsur toksik sepertì aluminium, besi, dan mangan (Mn) tidak
diatasi.
Pengapuran berguna untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak. dasar tambak yang ber-pH
rendah dapat menyebabkan rendahnya pH air tambak. Oleh karena itu, perbaikan pH air tambak harus
dimulai dari perbaikan pH tanah dasar tambak, selain untuk memperbaiki keasaman dasar tambak, kapur
juga berfungsi sebagai desinfektan dan juga sebagai penyedia unsur hara (fosfor) yang dibutuhkan plankton.
Tanah dasar tambak yang mengandung pirit harus direklamasi terlebih dahulu selama kurang lebih 4 bulan
sebelum diberi kapur.
Kapur yang digunakan di tambak berfungsi untuk meningkatkan kesadahan dan alkalinitas air
membentuk sistem penyangga (buffer) yang kuat, meningkatkan pH, sebagai desinfektan, mempercepat
dekomposisi bahan organik, mengendapkan besi, menambah ketersediaan unsur P, dan merangsang
pertumbuhan plankton serta benthos. Fungsi pengapuran antara lain:
- Meningkatkan pH tanah dan air
- Membakar jasad jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar
- Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus
- Memperbaiki kualitas tanah
- Kapur yang diberikan secara cukup dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
plankton
Manfaat pengapuran diantaranya:
- menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat
- mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air atau tanah yang mencolok
- mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara akan terbebas.
- mengendapkan koloid yang melayang-layang dalam air tambak
Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah dasar kolam. setelah
pengapuran selesai, tanah dasar tambak dibalik dengan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke dalam
lapisan tanah dasar. Pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan dengan cara dinding kolam dan
dasar terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampuri air.
Sebelum mengapurnya, kita harus mengeringkan tambak terlebih dahulu. Tebarkan kapur secara
merata di permukaan tambak dengan jumlah yang disesuaikan dengan luas tambak dan tekstur tanah. Kapur
yang diperlukan adalah kapur pertanian atau kapur lain dengan takaran disesuaikan dengan pH tanah.
Pengapuran yang dilakukan dibagi atas 2 tahap yaitu pengapuran dasar dan pengapuran susulan.
Pengapuran dasar dilakukan setelah pengeringan tambak dengan dosis 1.000-2.000 kg/ha yang ditebar
secara merata ke permukaan tanah dasar tambak. Pengapuran susulan dilakukan setelah ikan/udang
dipelihara selama 2 bulan dengan cara disebar langsung secara merata ke dalam petakan air tambak.
Adapun cara-cara pengapuran tambak agar memperoleh hasil yang baik, diantaranya:
- Tanah dasar tambak setelah pengeringan digali dengan kedalaman sekitar 10 cm, selanjutnya dicampur
dengan kapur dan diaduk
- Pengadukan harus baik dan benar hingga merupakan adonan yang homogen serta sempurna
- Setelah adonan sempurna, bisa dikembalikan dan diratakan pada dasar tambak
- Pengapuran dilakukan setiap musim penebaran benur atau nener
Gambar 2.10. Cara Pengapuran (Sumber: wicaramina.blogspot.com)
Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah dasar kolam. setelah
pengapuran selesai, tanah dasar kolam dibalik dengan menggunakan cangkul sehingga kapur bisa lebih
masuk ke dalam lapisan tanah dasar, pengapuran untuk tambak semen dan terpal dilakukan dengan cara
dindingtambak dan terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampur air. Cara pengapuran tambak yaitu
dengan mengukur pH tanah lebih dulu di beberapa titik yang berbeda dengan menggunakan alat pengukur
pH tanah sampai diperoleh angka yang tepat, kemudian hitung kebutuhan kapur.
Jenis kapur yang digunakan pada kegiatan budidaya udang tradisional plus ini adalah kapur dolomit
(Ca Mg(CO3)2, karena kapur ini memiliki pengaruh yang lebih lama, mudah diperoleh, meninggalkan residu
dan kecepatan reaksinya lebih lambat, juga mengandung Mg selain Ca. Jenis kapur yang biasa digunakan
untuk pengapuran kolam adalah kapur aktif atau kapur tohor (CaO) dan kapur pertanian (CaCO3) atau
CaMg(CO3)2. Kapur tohor atau kapur sirih adalah kapur yang pembuatannya melalui proses pembakaran.
Bahan penyusunnya berupa batuan tohor gunung dan kulit kerang. Kapur pertanian adalah kapur karbonat
yang bahan penyusunnya berupa batuan kapur tanpa melalui proses pembakaran, tetapi langsung digiling.
terdapat dua macam kapur pertanian, yaitu kalsit dan dolomit. kalsit bahan bakunya didominasi oleh
kandungan karbonat dan sedikit magnesium (CaCO3), sementara dolomit bahan bakunya didominasi oleh
kalsium karbonat dan magnesium karbonat (CaMg(CO3)2).
Sebelum menentukan dosis kapur pada persiapan tambak, maka perlu diketahui cara pengukuran pH
menggunakan pH meter. Setelah nilai pH tanah diketahui maka dosis kapur yang digunakan disesuaikan
dengan tingkat keasaman tanah. Kebutuhan kapur per hektar tambak tergantung dari derajat keasaman tanah
tambak (pH). Umumnya, tambak yang sudah beberapa kali digunakan untuk pemeliharaan udang akan ber-
pH rendah karena telah terjadi proses pembusukan bahan organik berupa sisa pakan dan kotoran udang
sehingga menghasilkan asam dari proses oksidasi. semakin rendah pH tanah, jumlah kapur yang diperlukan
juga semakin banyak.
Istilah kebutuhan kapur digunakan untuk menyatakan jumlah kapur yang harus diberikan pada tanah
untuk pertanaman tertentu. Kebutuhan kapur juga digunakan untuk menyatakan jumlah kapur atau
kesetaraannya yang harus diberikan pada tanah untuk menaikan pH tanah menjadi pH 5,5 dari pH 3,75.
Angka-angka yang diperoleh dari suatu cara penentuan kebutuhan kapur harus dikalikan dengan indeks
netralisasi, tergantung pada susunan serta kehalusan bahan yang digunakan dalam pengapuran dan jumlah
yang mungkin dapat tercuci.
b. Sarana dan prasarana yang sering digunakan dalam pembibitan rumput laut yang dilakukan
di laut lepas
1) Patok
Patok dalam budidaya rumput laut seperti Eucheuma cottoni di laut memiliki fungsi agar posisi
rumput laut tidak bergerak. Penentuan jenis patok perlu diperhatikan karena kesalahan dalam memilih jenis
balok dapat berakibat fatal dalam proses budidaya. Umumnya patok yang digunakan pada budidaya atau
pembibitan rumput laut terbuat dari patok kayu yang kuat.
Gambar 2.11. Patok Yang Biasa digunakan budidaya rumput laut di Laut
(Sumber: www.cvamarizmitrayasa.com)
2) Bambu
Untuk proses budidaya rumput laut sebaiknya dipilih jenis bambu yang tua dan memiliki ketahanan
terhadap air laut. Kesalahan dalam memilih jenis bambu ini dapat berakibat fatal dalam proses budidaya.
5) Palu
Palu dalam budidaya rumput laut memegang peranan yang cukup penting terutama dalam pemasangan
patok atau untuk keperluan lainnya, misalnya pembuatan rumah jaga atau keperluan lainnya.
Gambar 2.15. Palu yang biasa digunakan dalam budidaya rumput laut
(Sumber: vickyedh.blogspot.com)
6) Pelampung
Dalam budidaya Eucheuma cottoni di laut pelampung memegang peranan penting, terutama untuk
menjaga tingkat kestabilan rumput laut yang dibudidayakan, posisi rumput laut tidak bergeser terutama terkait
dengan jarak rumput laut dari dasar perairan.
7) Golok
Dalam budidaya rumput laut, golok memegang peranan penting terutama dalam pembuatan rumah
jaga, tempat penjemuran rumput laut sampai pada proses peruncingan patok.
Gambar 2.16. Golok yang biasa digunakan untuk budidaya rumput laut
(Sumber: golokchenglim.blogspot.com)
8) Tali
Tali dalam budidaya rumput laut seperti Eucheuma cottonii memegang peranan penting terutama pada
metode penanaman sistem longline karena pada tali inilah rumput laut diikatkan. Tali juga dipergunakan untuk
mengikat rumput laut, sebagai tali tambang yang mengelilingi lahan budididaya serta berbagai keperluan
lainnya.
9) Jangkar pemberat
Jangkar atau pemberat digunakan untuk menahan tali atau rakit didasar perairan sehingga tidak ikut terbawa
arus air, pemberat yang umum digunakan antara lain: Jangkar besi, semen beton, batu dibungkus, dll.
Gambar 2.21a. Berbagai jenis Jangkar (Sumber: Gambar 2.21b. Jangkar Beton
ismail-jeunib.blogspot.com) (Sumber: afirmankaryono.blogspot.com)
Kegiatan Pembelajaran. 5
Merancang Kegiatan Pembibitan Rumput Laut
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui faktor pendukung
rekayasa pembibitan rumput laut, cara memilih bibit, memperbaharui bibit rumput laut serta cara
memelihara rumput laut..
C. Uraian Materi
1. Faktor-faktor pendukung rekayasa pembibitan rumput laut
a. Kondisi Lingkungan
Faktor-faktor oseanografis dan bermacam-macam substrat sangat menentukan pertumbuhan rumput
laut.
1) Sinar Matahari
Sinar matahari sangat diperlukan untuk melakukan fotosintesis, sehingga rumput laut yang hidup di
perairan dangkal sangat bagus pertumbuhannya, karena penetrasi sinar matahari dapat mencapai dasar
perairan. Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam air berhubungan dengan kecerahan karena rumput
laut tidak dapat tumbuh atau terganggu pada lingkungan yang keruh.
2) Gerakan Air Laut
Rumput laut memerlukan gerakan air yang cukup untuk membantu mempercepat absorbsi zat hara.
Gerakan air laut dapat terjadi karena adanya arus dan ombak. Arus dapat terjadi akibat pengaruh dari pasang
dan angin. Kisaran kecepatan arus yang cukup untuk pertumbuhan rumput laut antara 10-30 cm dan gerakan
ombak menyebabkan penyebaran spora di dalam perairan.
Kekuatan gerakan air berpengaruh pada pelekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dari
algae yang tumbuh pada daerah berombak dann berarus kuat umumnya cepat tenggelam dan memiliki
kemampuan menempeldengan cpat dan kuat. Smentara itu, algae yang tumbuh didaerh tenang memiliki
karakterisik spora yang mengandung lapisan lender, dan memiliki ukuran serta bentuk yang ebih besar.
Gerakan air tersebut juga sangat berperan dalam mempertahankan irkulasi zat hara yang erguna unuk
perumbuhan.
Rumput laut merupakan organisme yang memperoleh makanan melalui aliran air yang melewatinya
atau melalui sintesa bahan makanan di sekitarnya dengan bantuan sinar matahari. Gerakan air yang cukup
akan menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya
fluktuasi yang besar terhadap salinitas maupun suhu air. Gerakan air akan membawa unsur hara,
menghilangkan kotoran yang menempel pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya
fluktuasi suhu air yang besar. Kecepatan arus yang baik adalah 20-40 cm/detik (Anonim, 2005). Indikator
suatu lokasi yang memiliki arus yang baik adalah adanya pertumbuhan karang lunak dan padang lamun
yang bersih dari kotoran dan cenderung miring ke satu arah
3) Dasar Perairan
Dasar perairan yang paling baik bagi pertumbuhan rumput laut adalah dasar perairan yang stabil
yang terdiri dari potongan karang mati bercampur dengan pasir karang. Dasar perairan seperti ini biasnya
juga terkait dengan tingkat kecerahan perairan. Perairan dengan dasar karang ataupun karang mati memiliki
kejernihan air yang relative baik. Hal ini cukup penting bagi berlangsungnya fotosintesis bagi rumput laut
(Runtuboy dan Sahrun, 2001).
Dasar perairan yang berlumpur, kurang sesuai sebagi lokasi pemeliharaan rumput laut. Dasar
perairan yang didominasi oleh lumpur dapat mengakibatkan kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan yang tinggi
bukan hanya mengakibatkan penetrasi cahaya yang rendah namun dampak langsungnya juga dapat berupa
penempelan lumpur pada permukaan rumput laut, dan jika dibiarkan maka akan semakin meneutupi
permukaan rumput laut yang di pelihara. Artinya terjadi pengadukan lumpur selain berpengaruh langsung
pada penutupan permukaan rumput laut, juga mengurangi penetrasi cahaya. Pada kondisi seperti ini rumput
laut tidak dapat tumbuh dan dapat mengakibatkan kematian jika hal ini berlangsung lama. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menghindari kondisi seperti ini adalah dengan melakukan pembersihan secara rutin pada
rumput laut.
4) Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan sangat tergantung dari metode budi daya yang akan dipilih. Metode lepas dasar
dilakukan pada kedalaman perairan tidak kurang dari 30-60 cm pada waktu surut terendah, sedangkan
metode rakit apung, rawai dan jalur pada perairan dengan kedalaman sekitar lebih dari 2 m. Kondisi ini
untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari
(Sandhori, 1989). Hal ini maksudkan supaya rumput laut tidak mengalami kekeringan pada saat terjadinya
surut terendah dan tidak tekena sinar cahaya matahari secara langsung.
Pada perairan yang dalam kedalaman air dapat disiasati dengan memilih teknik budidaya yang
digunakan. Misalnnya dengan menggunakan metode budidaya apung, maka rumput laut yang
dibudidayakan relatif akan mengikuti naik turunnya permukaan air sehingga posisinya dalam air akan tetap
baik untuk pertumbuhan optimal rumput laut.
5) Substrat
Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat melekat agar tetap pada tempatnya. Rumput laut
banyak ditemukan melekat pada batu, potongan karang, cangkang moluska, potongan kayu, pasir dan
lumpur. Berdasarkan tempat tumbuhnya, rumput laut dapat dibagi menjadi:
- Epilitic yaitu jenis rumput laut yang menempel pada batu
- Epipelic yaitu jenis rumput laut yang menancap pada pasir
- Epifitic yaitu rumput laut yang menempel pada tumbuhan
- Epizaik yaitu rumput laut yang menempel pada hewan yang telah mati
Kualitas perairan yang mempenagruhi budidaya rumput laut terdiri dari faktor fisik dan kimia,
diantara faktor fisik dan kimia adalah sebagai berikut:
1) Kualitas perairan untuk budidaya rumput laut di laut lepas, contohnya untuk jenis Euchema sp:
a. Terdapat gerakan arus air, dengan kecepatan arus berkisar 0,5 m/detik. Gerakan airdiperlukan untuk
mengangkut nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan rumputlaut dan membantu membersihkan
kotoran yang menempel pada rumput laut.Gerakan arus tidak terlalu keras sehingga tidak merusak
rumput laut.
b. Kedalaman perairan disesuaikan dengan sistem budidaya. Kedalaman pada metodelepas dasar
sistem patok minimal 0,3 m saat surut terendah, sedangkan pada system longline, kedalaman
perairan pada surut terendah minimal 1,0 m. Sistem budidaya longline juga bisa dilakukan pada
perairan dalam.
c. Perairan cukup jernih, untuk metode longline daya tembus cahaya matahari lebihdari 5 m.
d. Tinggi gelombang tidak terlalu besar (sebaiknya kurang dari 1,0 m) sehingga tidakmerusak
konstruksi sarana budidaya dan rumput laut.
e. Jauhi lokasi yang dekat dengan sumber air tawar seperti muara sungai karenasalinitas yang rendah
tidak baik untuk perkembangan rumput laut.
f. Jauhi lokasi dengan kandungan nitrat dan phosphat yang tinggi. Kandungan N danP yang lebih
tinggi dari nilai rentang optimal menandakan bahwa perairan tersebutmengalami eutrofikasi yang
dapat berpengaruh negatif terhadap rumput laut yangdibudidayakan, yaitu meningkatnya
pertumbuhan organisme penempel (WWF Indonesia, 2014).
g. Pilihlah lokasi yang jauh dari limbah pencemaran. Limbah buangan dari rumah tangga, tambak
maupun kegiatan pertanian serta industri akan meningkatkan kesuburan perairan sehingga akan
mengakibatkan suburnya organisme penempel.
h. Hindari budidaya rumput laut di atas ekosistem terumbu karang, jika terpaksa dilakukan, maka:
- Pilihlah lokasi yang mempunyai kedalaman air pada saat surut terendah lebih dari 5 m,
- Gunakan metode longline dengan jarak antar bibit dan antar tali bentangan diperlebar, agar
sinar matahari tetap bisa masuk ke dasar perairan,
- Jarak antar bibit minimal 50 cm, dan jarak antar tali bentangan minimal 100 cm,
- Jangkar harus diletakkan secara hati-hati agar tidak merusak karang,
- Jangkar harus kuat sehingga tidak mudah bergeser dan mengakibatkan kerusakan karang,
- Pengontrolan rumput laut harus menggunakan perahu dan tidak boleh menginjak karang
(WWF Indonesia, 2014).
Nilai parameter kimia kualitas air yang sesuai untuk bibit rumput laut, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.1. Nilai parameter kualitas air untuk bibit rumput laut
No Parameter Satuan Rentang Optimum
1 Suhu o
C 26 – 32
2 Salinitas Ppt 27 – 34
3 pH 7 – 8,5
4 Nitrat Ppm 1 -3
5 Phosphat Ppm 0,01 – 0,02
Sumber: WWF, 2014
b. Faktor Resiko
Faktor resiko merupakan salah satu faktor non-teknis yang perlu mendapat pehatian dalam
pemilihan lokasi budidaya, yang meliputi:
1) Keterlindungan
Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya dan rumput laut, maka diperlukan lokasi yang
terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar. Lokasi yang terlindung biasanya didaerah yang
yang memiliki pulau-pulau didepannya sehingga tidak terbuka langsung dengan laut lepas. Selain terlindung
oleh pulau, daerah yang dianggap cukup terlindung adalah perairan semi tertutup seperti teluk sehingga
perairan yang ada didalamnya relative aman dari terjangan ombak dan badai yang cukup keras (Santika,
1985).
Wilayah perairan yang cukup sering mendapatkan terpaan ombak dan gelombang setiap tahun
kurang sesuai untuk dipilih sebagai areal budidaya rumput laut. Pada kondisi perairan seperti ini akibat yang
pat ditimbulkan berupa kerugian material atau usaha yang kurang menguntungkan. Bahkan pada kondisi
yang lebih parah dpat mengakibatkan kehilangan seluruh fasilitas budidaya.
2) Keamanan
Masalah pencurian dan sabotase mungkin saja dapat terjadi pada lokasi tertentu, sehingga upaya
pengamanan baik secara perorangan maupun secara kelompok harus dilakukan. Upaya pendekatan dan
hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar lokasi perlu dilakukan. Lokasi budidya rumput laut di
tablolong dan pasir panjang sesuai hasil survey di lapangan dan hasil wawancara di jelaskan bahwa di kedua
lokasi tersebut jarang terjadi pencurian dan sabotase karena kebanyakan pemilik usaha budidya rumput
tersebut bermukim disekitar areal usaha budidaya sehingga proses pengotrolan dan pengawasan dapat terus
dijalankan.
3) Konflik Kepentingan
Pemilihan lokasi sebaiknya tidak menimbulkan konflik dengan kepentingan lain. Beberapa kegiatan
perikanan (penangkapan ikan, pemasangan bubu, bagang, dll) dan kegiatan non perikanan (parawisata,
perhubungan laut, industri, taman laut, dan lain-lain) dapat berpengaruh negatif terhadap aktivitas usaha
rumput laut.
4) Aspek Peraturan dan Perundang-Undangan
Untuk menguatkan keberlanjutan usaha budi daya rumput laut, maka pemilihan lokasi harus tidak
bertentangan dengan peraturan pemerintah serta harus mengikuti tata ruang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah setempat.
Pemilik usaha budidaya rumput laut cenderung memilih lokasi yang berdekatan dengan tempat
tinggal, sehingga kegiatan monitoring pertumbuhan dan penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan
mudah. Kemudian lokasi diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena akan mempermudah dalam
pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, hasil panen dan pemasarannya. Hal tersebut akan mengurangi
biaya pengangkutan.
KEGIATAN PEMBELAJARAN .6
Mengidentifikasi kegiatan pembibitan rumput laut (media, indukan, metode, pemeliharaan, dan
sebagainya)
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui faktor pendukung
rekayasa pembibitan rumput laut, cara memilih bibit, memperbaharui bibit rumput laut serta cara
memelihara rumput laut..
a) Pola Reproduksi
Salah satu pembatas produksi rumput laut budidaya adalah ketersediaan bibit (initial stock), baik
jumlah maupun mutunya. Bibit umumnya langka pada awal musim tanam, setelah terjadi kasus penyakit
atau kegagalan produksi akibat musim tidak menguntungkan. Penyediaan bibit mutlak diperlukan untuk
menjaga keberlanjutan usaha budidaya. Untuk mendapatkan bibit yang baik maka perlu dilakukan seleksi
bibit. Bibit rumput laut hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang unggul
yang masih muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan.
b) Penyediaan Bibit
c) Sumber Bibit
Sumber bibit sedapat mungkin dekat dengan lokasi budidaya. Sumber bibit dapat berasal dari
alam maupun dari budidaya yang telah ada. Sumber bibit yang dekat dengan lokasi budidaya akan
mengurangi permasalahan pengangkutan dan penyimpanan serta penurunan mutu bibit. Bibit harus
tersedia pada saat dibutuhkan dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan luas area penanaman. Penyediaan
bibit sebaiknya dilaksanakan segera setelah konstruksi untuk budidaya rumput laut telah terpasang dan
sumber perolehan bibitnya sudah ada. Pada petakan budidaya dengan metode lepas dasar seluas 100m2
diperlukan bibit sekitar 240 kg dan pada rakit berukuran 2,5x5 m2 diperlukan sekitar 30 kg. Kebutuhan
bibit Gracillaria di tambak antara 800-1000 kg/ha.
Bibit tanaman harus mono spesies, mudah dan segar. Bibit yang berasal dari stok alam sering
tercampur dengan jenis rumput lain, sedangkan bibit yang berasal dari budidaya hanya terdiri dari satu
jenis atau mono spesies. Bibit tanaman yang muda, bersih dan segar akan memberikan pertumbuhan yang
optimal. Tanaman yang muda terdiri dari sel dan jaringan muda. Bibit tanaman yang bersih (bebas dari
debu dan kotoran lain) dapat melaksanakan penyerapan makanan dan fotosintesis dengan baik, sehingga
tanaman dapat tumbuh optimal. Tanaman yang segar tampak dari thalusnya yang keras dan warna yang cerah.
Sebaliknya tanaman yang layu thallusnya terlihat lembek dan berwarna pucat.
Bibit rumput laut sebaiknya berasal dari kebun bibit. Apabila rumput laut yang dibudidayakan sudah
mulai menurun pertumbuhannya, maka sebaiknya dilakukan pembaharuan bibit yang dapat diperoleh dari
kebun bibit. Bibit yang dikembangkan dalam kebun bibit dapat berasal dari hasil seleksi varietas atau dari
galur murni yang diperoleh dari balai/lembaga penelitian milik pemerintah (WWF Indonesia, 2014).
1) Seleksi Bibit
Bibit rumput laut yang baik untuk dibudidayakan adalah mono spesies, muda, bersih, dan segar.
Selanjutnya, pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan bibit harus dilakukan dalam keadaan lembab
serta terhindar dari panas, minyak, air tawar dan bahan kimia lain (Kolang, et al., 1996). Kualitas dan
kuantitas produksi budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh bibit rumput lautnya, maka kegiatan
penyediaan bibit harus direncanakan dan memperhatikan sumber perolehan.
Pemilihan bibit dalam budidaya rumput laut merupakan hal yang sangat penting. Ciri-ciri bibit
rumput laut yang bagus diantaranya adalah:
- Umur rumput laut untuk bibit adalah 25-30 hari.
- Bercabang banyak atau rimbun.
- Tidak ada bercak, tidak mengelupas dan tidak berlendir.
- Segar dan lentur (tidak layu).
- Tidak terserang penyakit.
- Mulus (tidak terluka) dan tidak patah-patah.
- Bau yang alami (segar).
- Tidak ditumbuhi lumut atau tanaman penempel.
- Terdapat banyak calon thallus / anakanrumput laut.
Pada Gracilaria tanaman yang dipilih untuk bibit adalah Gracilaria yang pada usia panennya
memiliki "kandungan agar-agar" yang cukup tinggi dan memiliki "kekuatan gel" yang tinggi pula.
Pemeriksaan di laboratorium oleh pakar sebelum tanaman dijadikan bibit dapat membantu memilih
bibit yang baik dan dapat mencegah menyebarnya bibit yang berkualitas rendah. Bagian tanaman yang
dipilih untuk bibit adalah thallus yang relatif masih muda dan sehat, yang diperoleh dengan cara
memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan panjang sekitar 5-10 cm. Dalam memilih bibit
rumput laut Gracilaria perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Thallus yang dipilih masih cukup elastis
- Thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya lebih besar dari cabangnya
- Ujung thallus berbentuk lurus dan segar
- Bila thallus digigit/ dipotong akan terasa getas (britel); 5) bebas dari tanaman lain (epipit) dan kotoran
lainnya.
Pemilihan bibit rumput laut yang akan ditanam harus dilakukan agar terpilih bibit dengan mutu
terbaik dan menghasilkan produk rumput laut yang baik pula. Persiapan bibit di lokasi tambak sebaiknya
dilakukan sehari sebelum kegiatan penanaman yaitu setelah pengambilan bibit langsung dari area tambak
yang kemudian dilakukan penyortiran. Setelah dilakukan penyortiran, bibit ditampung dalam kardus
kemudian disimpan dalam gudang agar siap tebar di hari selanjutnya.
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui jenis Hama dan
Penyakit yang menyerang bibit rumput laut dan cara penanganannya
C. Uraian Materi
Lingkungan, Biota Air, Penyakit dan Kesehatan Rumput Laut Dalam Proses Budidaya
c.
Penyakit yang biasa menyerang rumput laut adalah ice-ice. Penyakit ini merupakan akibat dari
perubahan lingkungan dan kondisi ekstrim perairan seperti rendahnya salinitas akibat banjir atau
sering hujan dengan curah hujan tinggi, suhu air yang terlalu tinggi (>31°C) atau lebih rendah
(<26°C). kondisi semacam ini disebabkan oleh sifat budidaya rumput laut yang bersifat water-
based aquaculture disuatu perairan yang bersifat open access sehingga perubahan lingkungan
perairan akibat pencemaran limbah industry atau rumah tangga secara langsung akan
mengakibatkan kegagalan dalam produksi rumput laut basah.
2. Proses Terjadinya Penyakit
Secara umum dapat dinyatakan, bahwa timbulnya penyakit infeksi pada organisme
budidaya/yang melibatkan organisme patogen didahului oleh terjadinya stres. Keadaan ini secara
fisiologis menyebabkan meningkatnya energi untuk pemulihan diri dalam mencapai kembali
homeostasis tubuh. Kondisi ini pada akhirnya mengakibatkan gangguan keseimbangan hubungan
parasit-inang yang akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, sehingga organisme
budidaya menjadi sakit.
Timbulnya penyakit infeksi termasuk diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan interaksi
inang, patogen dan lingkungan media hidup organisme budidayanya. Dari interaksi tersebut, jelas
terlihat terjadinya penyakit pada ikan terdiri dari penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi
bersifat menular, yang berarti dapat menginfeksi individu lain dalam populasi. Sebaliknya
penyakit non infeksi tidak bersifat menular ke individu lainnya dalam populasi. Penyakit infeksi
pada ikan disebabkan oleh patogen yang selalu ada dalam media hidup organisme budidaya.
Gambar . di bawah ini memperlihatkan interaksi ketiganya yang menimbulkan penyakit
infeksi atau non infeksi baik pada organisme budidaya atau di perairan umum air tawar, payau dan
marine.
Gambar .Interaksi organisme budidaya (I), Patogen (P), Lingkungan (L) PI = Penyakit
Infeksi; PNI = Penyakit Non Infeksi
Penyakit bakterial hewan akuatik antara lain penyakit septicemia bakterial, vibriosis,
myxobacteriosis, penyakit insang bakterial. Penyakit cendawan pada organisme budidaya antara
lain Saprolegniasis dan insang hitam. Ichthyopthirius, Trichodina, Myxobolus, Vorticella,
Zoothamnium dan Epistylis merupakan protozoa yang sering me-nimbulkan gangguan kesehatan.
Beberapa jenis cacing yang tergolong trematoda monogenea (seperti Dactylogyrus dan
Gyrodactylus) dan Lernea juga dapat menginfeksi.
Beberapa penyakit non infeksi misalnya diakibatkan perubahan suhu, pH perairan,
intoksikasi, malnutrisi dan tumor dapat terjadi pada populasi organisme budidaya. Meskipun tidak
menular, penyakit inipun mempengaruhi produksi dan keberhasilan panen.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit
Organisme budidaya hidup dalam ekosistem akuatik yang terdiri dari komponen biotik dan
abiotik yang berinteraksi satu dengan lainnya. Komponen abiotik terdiri dari faktor fisik, kimia
dan komponen biotik berperan menimbulkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan.
a. Faktor Fisika-Kimia Lingkungan Akuatik
Komponen abiotik yang berkaitan dengan timbulnya penyakit organisme budidaya
meliputi kondisi fisika-kimia lingkungan akuatik. Kondisi fisika -kimia itu misalnya suhu, pH
(keasaman), salinitas, senyawa-senyawa dan garam-garam kimia yang terlarut atau terikat pada
sedimen misalnya senyawa yang mengandung unsur P, N, S, Cl dan logam (Na, K, Ca, Mg, Hg,
Cd, Pb) dan garam-garamnya organik atau inorganik.
Kondisi fisika-kimia air terutama pada perairan pantai, estuaria dan kolam budidaya cepat
berubah kualitasnya, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan homeostasisnya. Dalam
keadaan demikian ini, organisme budidaya berada dalam cekaman stress, selanjutnya patogen
akuatik opportunistik dan mikroflora akan mudah berkembang dalam tubuhorganisme budidaya
dan pada akhirnya akan menyebabkan sakit.
b. Suhu Perairan
Suhu perairan mempengaruhi kehidupan organisme budidaya dan komponen lingkungan
media hidupnya. Karenanya perubahan suhu mempunyai dampak terhadap proses fisiologis dan
biokimia organisme budidaya, kelarutan ok sigen dan kelimpahan plankton. Di samping itu, suhu
perairan juga mempengaruhi keseimbangan ionik dalam sistem akuatik tersebut.
Timbulnya penyakit pada organisme budidaya akibat perubahan suhu berkaitan dengan
terganggunya respon imunitas organisme tersebut. Peran suhu dalam hal ini mempengaruhi laju
biosintesa produksi respon imunitas. Terbentuknya respon imun optimal organisme budidaya
perairan hangat terjadi padasuhu 20 -30oC, sedang perairan dingin pada suhu 10-15oC.
Pada suhu tinggi laju metabolisme or ganisme budidaya termasuk konsumsi oksigen
meningkat, namun kelarutan oksigen rendah. Kondisi ini menyebabkan organisme budidaya dalam
keadaan hipoksia, sehingga organisme budidaya menjadi stres yang memudahkan organisme
tersebut mendapat infeksi. Kondisi ini dapat diketahui dengan melihat banyaknya organisme
budidaya bergerombol pada saluran inlet atau organisme budidaya terlihat berenang di permukaan
air. Sebaliknya pada suhu rendah, laju metabolisme organisme budidaya menurun. Keadaan ini
dapat diketahui dengan berkurangnya respon makan organisme budidaya dan pertumbuhannya.
Mengingat keadaan ini frekuensi pemberian pakan sebaiknya dise suaikan
dengankandungan oksigen terlarut yang ada. Selain suhu, fluktuasi oksigen dalam perairan juga
dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesa fitoplankton. Aktivitas fotosintesa ini berkaitan dengan
intensitas cahaya yang masuk. Kondisi ini mengakibatkan kandungan oksigen tinggi terutama pada
tengah hari, yang mungkin menimbulkan blooming(melimpah ruah) alga yang dapat
mengakibatkan tertutupnya permukaan perairan dan liberasi bahan toksik alga yang
membahayakan organisme budidaya. Keadaan ini ditunjukkan oleh warna dan bau perairan,
perubahan tingkah laku organisme budidaya. Sedangkan proses lanjut dari bloomingini, akan
terjadi penurunan kandungan oksigen terlarut sebagai akibat proses dekomposisi. Hal ini akan
menyebabkan organisme budidaya mengalami hipoksia. Keadaan ini dapat diketahui dengan
warna dan bau perairan dalam ekosistem tersebut dan organisme budidaya sering muncul ke
permukaan air
Selain suhu, pH perairan juga berpengaruh terhadap status kesehatan organisme budidaya.
Perairan dengan pH rendah antara lain disebabkan oleh terjadinya hujan asam sebagai akibat
antropogenik dalam kegiatan industri dan proses-proses kimiawi dan mikrobial dalam ekosistem
akuatik. Kondisi ini mempengaruhi keseimbangan sistem buffer kalsium dan bikarbonat dan
rendahnya pH berkaitan dengan kalsium, bikarbonat, karbonat, sodium dan magnesium.
Dampak negatif pH rendah terhadap kondisi fisik organisme budidaya adalah gangguan
os-moregulasi dan fungsi respirasi insangproduksi mukus yang berlebihan, terjadinya fusi lamella
insang yang akhirnya mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan kematian.
Kematian ikan akibat pengaruh perairan yang masam itu disebabkan terjadinya gangguan
ion dalam plasma, dalam hal ini terjadi asidosis darah. Akibat lainnya yang terjadi pada organisme
budidaya adalah terbentuknya katekolamin yang berdampak negatif terhadap osmoregulasi, sistem
sirkulasi dan respirasi serta terhadap terbentuknya tanggap kebal. Keadaan pH perairan yang
rendah ini dapat diketahui melalui per-ubahan tingkah laku renang ikan. Produk mukus yang
berlebihan terutama dapat terlihat di insang.
d. Faktor Biotik
Sebagai salah satu komponen biosinosanya, mikroba akuatik dapat hidup sebagai makhluk
bebas, terikatpada sedimen sebagai epibion atau bersimbiosa dengan organisme akuatik lainnya
dan beberapa jenis dapat menimbulkan penyakit. Beberapa patogen tersebut bersifat obligat dan
lainnya bersifat opportunistik, atau fakultatif seperti tercantum pada tabel1. Patogen obligat
menunjukkan, bahwa patogen selalu berasoasiasi dengan organisme budidaya, sedang patogen
fakultatif mudah ditemukan dalam media hidup organisme budidaya.
4. Pengendalian Penyakit
Sebagaimana telah diketahui, berjangkitnya penyakit pada hewan akuatik merupakan
interaksi antara inang, patogen dan lingkungan. Karena itu, pengendalian penyakit harus
memperhatikan komponen biota yang dibudidayakan dan air sebagai media dan lingkungan
budidaya. Pengendalian penyakit ini dilakukan sebagai bagian dalam kegiatan budidaya.
Dalam pelaksanaannya, pengendalian penyakit meliputi tindakan pencegahan dan
pengobatan. Tindakan ini didasarkan atas perkembangan kejadian timbulnya penyakit. Tindakan
pencegahan dimaksudkan untuk melindungipopulasi dan individu biota yang dibudidayakan dari
serangan penyakit, yang berarti sebagai upaya mencegah terjadinya penyakit dan menghambat
perluasan penyakit. Sedangkan tindakan pengobatan dimaksudkan untuk memulihkan status
kesehatan yang terganggu akibat sakit kembali ke kondisi sehat.
a. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan penyakit dilakukan dengan memperhatikan organisme budidaya
sebagai biota yang dibudidayakan dan air sebagai media dan lingkungan bu didaya. Karenanya
tindakan pencegahan dilakukan terhadap wadah, air dan biota.
1) Air (Penyediaan Air)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah cukup tersedianya suplai air yang bebas dari
polusi pestisida dan industri, kecukupan oksigen, dihindari peningkatan kadar amoniak dan
karbonat yang mempengaruhi keseimbangan ionik dalam ekosistem perairan dan fluktuasi suhu
yang ekstrim yang menimbulkan stres pada ikan. Penyediaan air yang bersih untuk mencukupi
kebutuhan (kuantitas dan mutu) dapat dilakukan melalui penggunaan kolam reservoir air, kolam -
kolam pengendapan, penyaringan, ozonisasi dan radiasi ultraviolet.
2) Tanah (Perlakuan Tanah Dasar)
Perlakuan tanah dasar kolam yang mengandung komponen yang membahayakan
kehidupan organisme budidaya. Perlakuan diberikan secara fisik dengan pelumpuran dan
membuangnya keluar dari kolam, pembalikan tanah dasar, pengeringan dan penjemuran dasar
kolam dengan sinar matahari. Secara biologis dengan menggunakan bakteri pengurai (dikenal juga
sebagai organisme probioticbioremediasi), secara kimiawi melalui pemakaian bahan kimia
(pestisida, mollusida, kapur).
3) Organisme budidaya (Tindakan pencegahan)
Tindakan pencegahan yang dilakukan terhadap organisme budidaya sebagai biota budidaya
adalah dengan memperhatikan kualitas benih yang dibudidayakan, padat penebaran, kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan, pemuliaan organisme bu didaya, kemo dan imunoprofilaksis serta
tindakan karantina. Disamping itu perlu dilakukan monitoring status kesehatan organisme
budidaya dari waktu ke waktu, agar diperoleh informasi dini tentang kemungkinan terjadinya
peledakan penyakit.
4) Kualitas benih
Kualitas benih yang dibudidayakan berkaitan dengan status kesehatannya dapat diamati
melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, seleksi atau screening umum dan spesifik
terhadap patogen. Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan memperhatikan morfologi anatomi
melalui pemeriksaan secara visual dan perabaan. Pemeriksaan mikroskopik berhubungan dengan
pencarian patogen eksternal dan internal yang kemungkinan menginfeksi benih.
5) Padat penebaran
Padat penebaran terkait dengan ukuran awal tebar dan luasan lahan budidaya. Daya dukung
lahan, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan juga perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
kegiatan budidaya.
Bakteri yang dapat diisolasi dari rumput laut dengan gejala ice-ice adalah Pseudoalteromonas
gracilis, Pseudomonas sp., dan Vibrio sp . Agarase dari bakteri merupakan salah satu faktor
virulen yang berperan terhadap infeksi ice-ice Kompetitor filament alga. Faktor lain yang
pengaruhnya sama merugikan adalah alga filament yang penempel tanaman inang, dimana
pengaruhnya dapat menyebabkan kematian tanaman secara perlahan -lahan. Pada
umumnya alga filament muncul setelah periode terinfeksi ice-ice, dimana alga ini menutupi thalli
tanaman inang yang masih bertahan hidup karena penyakit, sehingga akan menghalangi tanaman
untuk memperoleh makanan/zat hara maupun mendapatkan cahaya matahari untuk proses
fotosintesa, akibatnya rumput laut semakin lama semakin kurus, layu dan akhirnya mati. Alga ini
sulit dibersihkan karena menempel erat pada thalli/batang, sehingga pada saat dibersihkan banyak
thalli yang patah atau terluka. Fenomena ini muncul pada akhir dari musim pancaroba menuju ke
musim kemarau atau awal musim kemarau.
Gambar .Thallus Eucheuma yang Terinfeksi Ice-ice
B. Pengembangan Konsep Keseimbangan Lingkungan, Biota Air dan Penyakit Dalam
Budidaya Rumput Laut
1. Pengendalian Hama dan Penyakit Rumput Laut
Pengendalian hama dan penyakit rumput laut dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
sebelum rumput laut yang dibudidayakan terserang hama atau penyakit. Atau dapat pula berupa
upaya penanggulangan akibat hama atau penyakit yang sudah menyerang rumput laut yang
dibudidayakan. Upaya pengendalian hama dan penyakit rumput laut dapat disesuaikan denga n
metode penanaman rumput laut yang digunakan dalam proses budidaya serta karakteristik hama
dan penyakit yang menyerang.
Permasalahan utama yang muncul pada alat budidaya rumput laut longline dan rakit saat
ini adalah tingginya intensitas penyerangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi
rumput laut masyarakat sampai 40-50% dari total produksi. Hama yang sangat sering menyerang
rumput laut adalah hama ikan Siganus sp. yang bergerombol banyak dan sangat menyukai rumput
laut sebagai makanan utama. Disamping itu juga banyaknya penempelan lumut dan crustacea yang
cukup sering di beberapa tempat pemeliharaan dekat muara. Penyebab utama dari munculnya
penyakit ice-ice adalah desain metode penanaman dan letak konstruksitanam masyarakat biasanya
terlalu dekat dengan permukaan yang sangat rentan terhadap perubahan salinitas dan suhu sebagai
pemacu utama kemunculan penyakit ice-ice.
Pengobatan pada rumput laut yang telah dimangsa oleh hama tidak dapat dilakukan secara
optimal karena membutuhkan biaya yang mahal dan tidak efisien. Sehingga sebaiknya dilakukan
upaya pencegahan, beberapa upaya pencegahan yang ramah lingkungan dan ekonomis terhadap
hama pemangsa (grazer) rumput laut antara lain :
- Menghindari, penanaman rumput laut sebaiknya dilakukan di area yan g tidak terdapat hama
yang akan merugikan rumput laut. Penggeseran letak unit penanaman ke lokasi yang lebih
aman juga dapat dilakukan. Pergeseran posisi penanaman menghindari daerah terumbu karang
dapat menghindari pemangsaan ikan beronang
- Menanam rumput laut dengan melimpah sehingga grazer akan tertekandengan jumlah
biomassa yang tinggi, meskipun akan terjadi kerugian namun jika penanaman dalam jumlah
yang besar maka kerugian yang dialami karena pemangsaan relatif ringan, karena rumput laut
tetap akan mendapatkan biomassa yang besar jumlahnya. Penanaman rumput laut dengan
merapatkan jarak tanam juga dapat menurunkan serangan hama penyu hijau.
- Upaya lain dapat menggunakan jaring penghalang pada area budidaya atau menggunakan
metode kantong sehingga rumput laut yang ditanam akan terlindung dari serangan grazer.
- Menghindari masa tanam pada musim tertentu, hal ini juga banyak dilakukan untuk
menghindari grazer. Pada saat populasi grazer meningkat penanaman rumput laut dihentikan
lebih dulu untuk mengurangi kerugian yang dihasilkan.
- Menangkap grazer sebisa mungkin untuk mengurangi populasi grazer di perairan.
Penangkapan grazer berupa ikan baronang telah banyak dilakukan, ikan baronang juga telah
menjadi salah satu ikan yang digemari untuk di konsumsi oleh masyarakat pesisir.
- Penanggulan penyakit pada rumput laut berupa ice-ice dapat dilakukan dengan cara
menurunkan posisi tanaman lebih dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar
matahari. Cara lain juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk nitrogen, akan tetapi upaya
tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut.
Perlunya perhatian dalam menghadapi timbulnya penyakit ice-ice dapat melalui beberapa
cara, yaitu hindari budidaya rumput laut satu sampai dua minggu menjelang musim kemarau
(musim dimana penyakit mulai muncul setelahnya algae blooming) dan istirahat selama 1-2 bulan
untuk membersihkan tali atau rakit, setelah itu baru menanam. Kemudian perhatikan juga waktu
tanam/ bulan tanam yang ideal yaitu pada akhir musim hujan.
Penyegaran bibit dari luar daerah, artinya bibit lokal jangan digunakan lagi setelah bibit
yang diambil dari hasil panen tiga kali berturut-turut. Perhatikan juga lokasi budidaya, termasuk
didalamnya salinitas, kecerahan/kebersihan, predator, unsur hara, arus dan bebas dari ombak yang
besar. Dalam jangka panjang juga perlu adanya penelitian bibit unggul secara biomolekuler agar
memperoleh tanaman yang cepat tumbuh, habitusnya besar, mutu fikokoloidnya baik dan tahan
terhadap goncangan lingkungan maupun penyakit.
Cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan memonitor adanya perubahan-perubahan
lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan. Di samping itu dilakukan
penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahayasinar matahari.
Menambah kedalaman konstruksi tanam pada perairan juga dapat dijadikan salah satu upaya
penanganan ice-ice pada rumput laut. Permukaan perairan memiliki karakter perairan yang tidak
stabil, terutama salinitas dan intensitas cahaya matahari. Perubahan lingkungan yang drastis ini
mampu memacu stres rumput laut.
Beberapa petani rumput laut melakukan upaya perendaman bibit rumput laut ke dala m
larutan PK terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penyakit ice-ice pada rumput laut. PK juga
bermanfaat dalam mencegah terserangnya bakteri yang berpotensi menempel pada luka
pemotongan pangkal bibit.
Ada beberapa teknik pengendalian anatar lain :
- Bibit Rumput Laut
Kualitas bibit sangat menentukan produktivitas, kualitas produk dan ketahanan terhada p
penyakit. Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian
penyakit ice-ice. Philiphina telah memiliki bibit unggul, yaitu Kappaphycus striatum galur saccol
yang tahan terhadap ice-ice.
- Desinfeksi Bibit
Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara dicelupkan pada larutan PK (potasium
permanganat) dengan dosis 20 ppm.
2. Manajemen Kesehatan Rumput Laut
a. Lokasi
Parameter penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi dalam kaitannya
dengan manajemen kesehatan rumput laut antara lain:
- Suhu 20-28oC. Kecepatan arus 20-40cm/detik.
- Dasar Perairan karang dan berpasir
- Kedalaman Air minimal 2 m saat air surut terendah, maksimum 15 m.
- Salinitas 28-35 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt.
- Kecerahan perairan, sinar matahari harus dapat mencapai posisi rumput laut.
- Lokasi bebas dari cemaran.
b. Teknik Budidaya
Teknik budidaya yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lingkungan perairan. Pada
perairan yang relatif tenang, metode budidaya rakit, long line, dan pancang dapat diterapkan. Pada
perairan yang bergelombang relatif besar metode budidaya yang tepat adalah metode kantong
(Metode Cidaun). Pembersihan terhadap kotoran yang melekat pada thallus dan biofouling harus
dilakukan secara rutin. Pembersihan dilakukan sesering mungkin ( sebaiknya setiap hari) dengan
cara digoyang-goyang di dalam air sampai kotoran lepas.
c. Musim Tanam
Penanaman rumput laut untuk metode rakit, long line dan pancang sebaiknya dilakukan
bukan pada musim gelombang. Untuk lokasi di pantai barat sebuah pulau, penanaman sebaiknya
dilakukan pada musim angin timur. Sebaliknya untuk lokasi di pantai timur sebuah pulau
penanaman, dilakukan pada musim angin barat. Penanaman rumput laut dengan metode kantong
dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh musim. Pada saat musim kurang baik
penanaman rumput laut hanya ditujukan untuk penyediaan bibit.
C. Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Dalam Budidaya Rumput Laut
Hama dan penyakit dapat menyebabkan rusaknya tanaman rumput laut, hal ini karena hama
rumput laut bersifat grazer sehingga tanaman rumput laut dikonsumsi oleh hama yang ada dilokasi
budidaya. Ada juga hama rumput laut yang sifatnya menempel pada thallus rumput laut, hal ini
menyebabkan thallus rumput laut tidak dapat menerima nutrien dan oksigen yang tersedia di
perairan dengan optimal karena permukaannya tertutupi oleh hama penempel. Hama yang sifatnya
epifit merupakan hama yang menempel dan mengambil nutrien dari thallus rumput laut untuk
bertahan hidup, seperti benalu.
1. Jenis hama dan gejala serangan pada rumput laut
Hama rumput laut umumya memangsa rumput laut sehingga akan menimbulkan kerusakan
fisik terhadap thallus, dimana thallus akan mudah terkelupas, patah ataupun habis dimakan hama.
Hama penyerang rumput laut dibagi menjadi dua menurut ukurannya, yaitu :
a. Hama Mikro
Hama mikro merupakan organisme parasit yang umumnya mempunyai panjang kurang
dari 2 cm. hama mikro umumnya hidup menumpang pada rumput laut, hama mikro yang sering
menyerang rumput laut antara lain :
- Larva bulu babi (Tripneustes sp.) yang bersifat planktonik, melayang-layang didalam air dan
kemudian menempel pada tanaman rumput laut.
- Larva teripang (Holothuria sp.) yang mula-mula menempel dan menetap pada thallus rumput
laut, kemudian tumbuh menjadi besar. Larva yang sudah besar tersebut dapat memakan thallus
rumput laut secara langsung dengan cara menyisipkan ujung -ujung cabang rumput laut
kedalam mulutnya.
- Lumut Kutu, berwarna coklat kehitaman dengan ukuran yang kecil seperti rambut, biasanya
menempel dan menembus jaringan thallus rumput laut menyebabkan terhambatnya penetrasi
cahaya matahari sehingga thallus rumput laut membusuk dan rontok. Tingkat Penyebarannya
cepat dan menjadi penyebab kerusakan masal pada budidaya rumput laut.
- Epifit, hama mikro juga dapat berupa epifit atau jenis rumput lau t lain yang secara tidak
sengaja spora dari rumput laut lain terbawa arus sehingga dapat menempel dan menetap pada
thallus yang dibudidayakan. Epifit ini juga dapat mengurangi penetrasi cahaya yang diterima
oleh rumput laut budidaya sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan
rumput laut yang dibudidayakan. Rumput laut yang ditempeli epifit, thalusnya akan menjadi
lembek, pucat, kurus hingga akhirnya hancur.
- Kumpulan telur, hama mikro lain yang ditemukan pada rumput laut dapat jugaberupa
kumpulan dari telur organisme lain yang ditempelkan di tanaman rumput laut yang
dibudidayakan atau ada juga organisme lain yang menjadikan rumput laut sebagai shelter atau
tempat berlindung sehingga menyimpan makanan di tanaman rumput laut tersebut.
15
Gambar. Hama mikro pada rumput laut (a) Sphacelaria sp. (b) Neosiphonia sp. (c)
Zoocanthid dan (d) kumpulan telur hewan laut atau Bryozoans
b. Hama Makro
Hama makro merupakan organisme parasit yang berukuran lebih dari 2 cm yang terdapat
dilokasi budidaya itu sendiri dan sudah dalam bentuk ukuran besar/dewasa. Beberapa hama makro
yang sering dijumpai pada budidaya rumput laut antara lain :
1) Ikan Baronang (siganus spp),
Ikan Baronang merupakan hama perusak terbesar pada budidaya rumput laut. Benih ikan
beronang mempunyai sifat bergerombol merupakan hama yang paling serius penyerangannya.
Ikan ini menyerang seluruh thallus bagian luar, akibatnya rumput laut hanya tertinggal
kerangkanya saja. Serangan ikan beronang bersifat musiman terutama pada musi m benih, sehingga
di setiap daerah waktu serangannya pun berbeda. Ikan beronang memakan ujung -ujung thallus
Gracilaria sp. Tanda pada rumput laut yang termakan ikan beronang adalah terdapat bekas
potongan kecil pada ujung thallus, tidak semua thallus termakan habis dan rumput laut tidak
mengalami pembusukan. Ikan beronang tidak memakan seluruh thallus. Thallus yang dimakan
hanya percabangan yang paling muda. Biota ini menjadi salah satu pengganggu pada budidaya
rumput laut karena sifat makannya yang bergerombol dan mencari tumbuhan hijau. Ikan beronang
mempunyai mulut yang kecil. Biota ini juga tidak memakan rumput laut sebagai makanan utama.
Sehingga rumput laut yang dimakan hanya cabang thallus yang baru tumbuh atau yang muda saja
Berbeda dengan thallus yang dimakan penyu, ujung thallus yang termakan penyu akan mudah
tumbuh lagi.
16
Gambar. Sekelompok Ikan yang Menyerang Rumput Laut
2) Penyu Hijau (Chelonia midas)
Penyu Hijau merupakan hama yang merusak tanaman budidaya rumput laut yang paling
ganas. Penyu hijau biasanya menyerang pada malam hari. Hama ini dapat memangsa habis
tanaman budidaya pada areal yang tidak terlalu luas. Tanda-tanda tanaman rumput laut terserang
penyu hijau adalah tanaman hanya tertinggal pada ikatan tali saja dan tampak bekas seperti
dipotong benda tajam.
Bintang laut merupakan hama yang mempunyai kemampuan memanjat pada tanaman rumput
laut dan dapat menutupi cabang-cabangnya. Cabang yang ditutupi/ditempeli oleh bintang laut akan
mati serta banyak percabangan yang patah. Larva bintang laut sama dengan larva bulu babi yang
memiliki sifat planktonis, sehingga dapat menempel pada thallus rumput laut yang secara tidak
langsung dapat mengganggu proses fotosintesis. Serangan bulu babi pengaruhnya relatif kecil
dan tidak terasa terutama pada areal budidaya yang cukup luas. Hama bintang laut tidak
menyerang rumput laut yang jauh dari dasar perairan.
Gambar . Bintang laut sebagai hama rumput laut (a) bintang laut yang menyerang
Caulerpa sp dan (b) larva bintang laut yang bersifat plantonis
5) Teritip
Teritip yang mempunyai ukuran lebih besar menempel pada thallus yang tua sedangkan
teritip ukuran kecil menempel pada thallus muda. Penempelan teritip biasanya diikuti dengan
tumbuhnya lumut di sekitar thallus yang ditempeli. Sedangkan kerusakan yang timbul adala h
thallus yang ditempeli lama kelamaan akan berwarna putih. Tanda - tanda rumput laut yang di
tempeli oleh teritip di antaranya yaitu terdapat bekas potongan pada percabangan dan ujung
thallusnya serta adanya pembusukan akibat potongan tersebut. Sedangkan k erusakan yang
disebabkan oleh adanya penempelan teritip pada rumput laut adalah timbulnya lumut di sekitar
thallus.
6) Siput
Siput merupakan salah satu hama yang banyak menyerang rumput laut yang dibudidaya
ditambak seperti Gracilaria. Hama yang berasal dari jenis siput ini keberadaannya cukup
merugikan bagi rumput laut tersebut. Siput ini akan memakan bagian ujung dari rumput laut yang
masih muda dan bagian yang akan tumbuh dan berkembang. Tunas Gracilaria biasanya berbentuk
silindris sampai pipih dengan tek stur seperti tulang rawan, percabangan banyak, ada yang
sederhana tetapi ada pula yang rumit dan rimbun. Setelah percabangan biasanya thallus menjadi
lebih kecil. Gracilaria mempunyai pertumbuhan uniaxial, dengan sel tunggal yang tumbuh ditiap
ujung tali. Kumpulan cabang dichotomous Gracilaria verrucosa mempunyai panjang hampir 30 -
40 cm. Thalii dapat berwarna hijau kecoklatan, merah, pirang merah kecoklatan merah tua, merah
muda dan sebagainya. Jika bagian thallus ini dimakan oleh siput, maka rumput laut ti dak akan
tumbuh dan berkembang, dan bahkan lama -lama akan habis dimakan oleh siput tersebut.
7) Alga Ectocarpus
Ectocarpus sp. merupakan salah satu jenis dari ganggang cokelat ( Phaeophyceae).
Ganggang cokelat umumnya terdapat di laut, melekat pada batu -batuan dan seringkali terdampar
di pantai. Bentuk tubuhnya menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki alat yang mirip
akar, batang dan daun. Panjang thallusnya dapat mencapai 10 meter. Ganggang ini berwarna
kecoklatan karena selain mengandung klorofil juga mengandung pigmen fukosantin yang
merupakan pigmen dominan dan karoten serta santofil. Cara kita mengenali tumbuhan ini di pantai
adalah dengan mengamati ciri-cirinya, berupa thallus berwarna cokelat yang mempunyai
gelembung-gelembung udara. Adanya gelembung udara ini menyebabkan ganggang cokelat dapat
mengapung dalam air laut. Gelembung udara juga mengandung cadangan udara untuk bernapas.
Ganggang cokelat berkembangbiak secara vegetatif dengan fragmentasi dan
berkembangbiak secara generatif dengan ooga mi yaitu peleburan spermatozoid dan ovum
membentuk zigot. Kemudian zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi ganggang cokelat
dewasa. Alga ini jika tumbuh berdampingan dengan rumput laut budidaya akan menyebabkan
persaingan dalam hal pemanfaatan nutrisi dan oksigen terlarut. Hama ini banyak ditemukan pada
budidaya di tambak.
h) Alga Enteromorpha.
Enteromorpha sp. berasal dari kata enteron yang berarti usus dan morphe yang berarti
bentuk. Sel bagian tengah dan ujung berisi satu pirenoid di setiap selnya. Klor oplasnya sering
memiliki bentuk seperti mangkuk yang tampak di bagian permukaan dengan ukuran yang berbeda
panjangnya pada masing-masing sel. Bentuk dan susunan selnya seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi. Alga ini berukuran kecil dan sering membentuk rumpun. Thallusnya berbentuk tabung dan
di dalamnya terdapat ruang silinder. Siklus hidupnya mengalami pergantian keturunan yang
isomorfik, tetapi beberapa spesies hanya menggunakan zoospora dalam reproduksinya. Zoospora
dibebaskan melalui lubang lateral pada dinding sel. Alga ini digunakan untuk makanan ikan
(Aslan, 1991). Alga ini juga banyak ditemukan pada budidaya Gracilaria ditambak, sebagai
pesaing nutrisi dan oksigen terlarut.
Gejala kerusakan rumput laut yang diakibatkan oleh pemangsaan dapat dikelompokkan
berdasarkan ciri-cirinya untuk mengidentifikasi hama yang menyerang rumput laut tersebut.
Pengelompokkan berdasarkan ciri-cirinya adalah :
- Gouging (lecet) adalah luka kecil pada thalus rumput laut, lapisan pigmen sedikit terkelupas
seolah-olah tidak terjadi kerusakan. Serangan ini dapat disebabkan oleh siput atau larva
bintang laut
- Planing, menunjukkan kerusakan yang berupa kerusakan di salah satu sisi thallus dengan
bentuk seperti gesekan. Hal ini disebabkan karena serangan benih bintang laut yang berukuran
lebih besarStripping adalah luka dan goresan yang lebih dalam pada thallus dan menyebabkan
luka yang serius. Sehingga menyebabkan lapisan korteks thalus hilang
- Tip nipping (bekas gigitan) menunjukkan kerusakan pada ujung thalusyang digigit, namun
bagian bekas gigitan tersebut tumbuh kembalitunas baru. Hal ini dapat disebabkan oleh ikan
herbivora seperti ikanberonang, surgeon fish atau parrot fishTotal damage (kerusakan total)
rumput laut secata keseluruhan rusakakibat gigitan, terutama dibag ian thallus mudaRumput
laut rusak bahkan sebagian besar hilang, hal ini dapatdisebabkan oleh penyu hijau
2. Jenis penyakit dan gejala serangan pada rumput laut
Semangun (1996) menjelaskan penyakit tumbuhan bila ditinjau dari sudut biologi adalah
sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan bagian tubuh tidak dapat melakukan
kegiatan fisiologi yang biasa, sementara dari sudut ekonomi penyakit adalah ketidakmampuan
tumbuhan untuk memberikan hasil yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Jasad renik
(mikroba) tidak langsung menjadi penyebab suatu penyakit, tapi keadaan luar telah melemahkan
tumbuhan terlebih dahulu, sehingga jasad dapat masuk atau juga oleh penyebab -penyebab yang
bekerja terus menerus dalam waktu yang lama. Penyakit hanya akan terjad i jika pathogen yang
virulen, dan lingkungan yang sesuai. Penyakit tidak akan terjadi jika pathogen yang virulen
bertemu dengan bagian tubuh yang rentan, tetapi lingkungan tidak mendukung. Lingkungan
seperti kelembaban, suhu, sinar matahari dan unsur hara sangat mempengaruhi proses tersebut.
Penyakit pada rumput laut terjadi akibat serangan sekunder, yang berasal dari lingkungan.
Penyakit rumput laut juga dapat diawali dari luka atau lecet yang terdapat pada thallus. Luka atau
terkelupasnya thallus rumput laut dapat disebabkan pada penanganan thallus yang kurang baik,
luka akibat pemotongan bibit/fragmentasi bibit atau dapat juga berasal dari bekas gigitan hama.
Luka atau pengelupasan thallus jika terpampang dengan perairan yang kurang bersih atau kurang
optimal maka akan menyebabkan perubahan fisiologis pada rumput laut yang akhirnya akan
mempermudah rumput laut terserang penyakit yang ada di perairan. Penyakit utama yang
menyerang rumput laut adalah ice-ice yang ternyata setelah diteliti lebih dalam, ditemukan infeksi
bakteri pada ice-ice tersebut.
Ice-ice diketahui pertama kali menginfeksi Eucheuma di Philipina pada tahun 197 4 (Aji
1992 dalam Santoso, 2008; Sulistiyo, 1988), merupakan penyakit yang banyak menyerang rumput
laut pada saat musim hujan (Oktober-April) (Doty, 1975; Doty 1979; Mintardjo, 1990). Ice-ice
merupakan penyakit dengan tingkat infeksi cukup tinggi di negara Asia penghasil Eucheuma
(Philips, 1990).
Dalam keadaan stres, rumput laut (misalnya: Gracilaria, Eucheuma atau Kappaphycus)
akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan diduga merangsang
banyak bakteri tumbuh di sekitarnya (Kaas and Perez, 1990). Laminaria juga terinfeksi penyakit
yang mirip ice-ice disebabkan karena tinggi Hidrogen Sulfida (H 2S) yang diproduksi oleh bakteri
saprofit (Wu et al.,1976 dalam Yuan, 1990). Kejadian penyakit ice-ice bersifat musiman dan
menular.
Penyakit ini terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi, biasanya dikenal sebagai
ice-ice dengan gejala timbulnya bintik -bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus, namun lama
kelamaan akan menyebabkan kehilangan warna sampai menjadi putih dan mudah terputus.
Penyakit ini menyerang Kappaphycus alvarezii atau Eucheuma spp. terutama disebabkan oleh
adanya perubahan lingkungan (arus, suhu, kecerahan, dll.) di lokasi budidaya dan berjalan dalam
waktu yang cukup lama.
Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus tersebut menjadi putih
dan rapuh. Selanjutnya, pada bagian tersebut mudah patah dan jaringan menjadi lunak. Infeksi ice-
ice menyerang pada pangkal thallus, batang danujung thallus muda, menyebabkan jaringan
menjadi berwarna putih. Pada umumnya penyebarannya secara vertikal (dari bibit) atau horizontal
melalui perantara air. Infeksi akan bertambah berat akibat serangan epifit yang menghalangi
penetrasi sinar matahari karena thallus rumput laut tidak dapat melakukan fotosintesa.
Darmayanti et al., (2001) juga menjelaskan bahwa dari sampel rumput laut yang diambil
dari budidaya Kappaphycus alvarezii, baik yang sakit atau yang sehat ditemukan bakteri kelompok
vibrio dari jenis Aeromonas sp. Largo et al., (1995) dalam penelitian rumput laut pada budidaya
marga Kappaphycus maupun Eucheuma di Filipina menemukan bakteri kelompok vibrio dan
Cyatophaga-Flavobakterium yang lebih dominan. Selain dari kelompok terebut juga menemukan
bakteri Aeromonas pada (Sargassum dan Thalassia). Dari hasil penelitian tersebut ada suatu
kompetisi antar bakteri pada kondisi tertentu di lingkungannya yang dapat menyebabkan penyakit.
Uyenco et al., (1981) mengemukakan bahwa penyakit ice-ice timbul karena menurunnya
substansi pelindung intraseluler pada saat rumput laut mengalami tekanan lingkungannya.
Beberapa peneliti menyebutkan bahwa timbulnya penyakit pada rumput laut karena adanya
perubahan lingkungan yaitu menurunnya salinitas dan intensitas cahaya. Pada umumnya penyakit
ice-ice yang menyerang pada budidaya Eucheuma striatum di Maluku Tenggara bahwa munculnya
penyakit ice-ice terjadi pada saat awal musim barat (pergantian musim timur ke barat).
(A) (B)
Gambar (A) Proses pemanen dengan sampan, (B) Proses pemanenan dengan langsung.
Kegiatan Pembelajaran. 10
Mengembangkan Produksi dan Teknik Pemeliharaan Bibit Rumput Laut
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui persiapan
yang harus dilakukan sebelum melakukan budidaya serta cara penanaman dan pemiliharaan
bibit rumput laut.
C. Uraian Materi
1. Faktor-faktor pendukung pengembangan produksi bibit rumput laut
a. Pengembangan Rumput Laut
Rumput laut adalah salah satu komoditas unggulan perdagangan dunia dan Indonesia
merupakan kawasan penyedia bahan baku rumput laut bagi negara-negara industri.
Meningkatnya permintaan rumput laut ini didorong oleh beberapa kebutuhan industri seperti
industri makanan, farmasi, kedokteran, kosmetik, dan kertas.
Budidaya rumput laut merupakan salah satu kegiatan budidaya laut yang mempunyai
peluang untuk dikembangkan. Komoditas rumput laut juga merupakan salah satu komoditas
yang masuk dalam program revitalisasi perikanan. Dua alasan penting rumput laut tersebut
menjadi pilihan, pertama, pasar produk derivatif dalam bentuk food grade dan nonfood
grade sangat bervariasi dan permintaan pasar dunia terhadap produk ini cukup tinggi
(Anggadiredja, 2007); kedua, penguasaan teknologi budidaya (sistem rakit atau long
line) mudah diadopsi oleh pembudidaya (Sukadi, 2007).
Sejak berabat-abad yang lalu, rumput laut atau alga telah dimanfaatkan penduduk
pesisir Indonesia sebagai bahan pangan dan obat-obatan. Saat ini, pemanfaatan rumput laut
telah mengalami kemajuan yang pesat. Selain digunakan untuk pengobatan langsung, olahan
rumput laut kini juga dapat dijadikan agar-agar, algin, karaginan, dan furselaran yang
merupakan bahan baku penting dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, dan lain-lain
(Ghufran, 2010).
Pada industri makan, olahan rumput laut digunakan untuk pembuatan roti, sup, es
krim, serbat, keju, puding, selai, susu, dan lain-lain. Pada industri farmasi, olahan rumput
laut digunakan sebagai obat peluntur, pembungkus kapsul obat biotik, vitamin, dan lain-lain.
Pada industri kosmetik, olahan rumput laut digunakan dalam produksi salep, krim, lotion,
lipstik, dan sabun. Disamping itu lahan rumput laut juga digunakan oleh industri tekstil,
industri kulit dan industri lainnya untuk pembuatan plat film, semir sepatu, kertas, serta
bantalan pengalengan ikan dan daging (Ghufran, 2010).
Selain aspek ekonomi, faktor utama penunjang keberhasilan budidaya rumput laut adalah aspek
lingkungan ekologis dan pertumbuhan rumput laut ditentukan kondisi ekologi setempat.
Penentuan lokasi yang telah ditetapkan harus sesuai dengan metode yang akan digunakan.
Penentuan lokasi yang salah akan berakibat fatal bagi usaha yang dilakukan (Winarno, 1990).
c. Aspek ekologi meliputi Fisika, Kimia, dan Biologi Lingkungan yang Mempengaruhi
Budidaya Rumput Laut
Keberhasilan budidaya rumput laut dengan pemilihan lokasi yang tepat merupakan
salah satu faktor penentu. Gambaran tentang biofisik air laut yang diperlukan untuk budidaya
rumput laut penting diketahui agar tidak timbul masalah yang dapat menghambat usaha itu
sendiri dan mempengaruhi mutu hasil yang dikehendaki.
Lokasi dan lahan budidaya untuk pertumbuhan rumput laut jenisEucheuma di wilayah
pesisir dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologioseanografis yang meliputi parameter
lingkungan fisik, biologi dan kimiawiperairan (Puslitbangkan, 1991):
1. Kondisi Lingkungan Fisika
- Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya maupun rumput lautdari pengaruh
angin topan dan ombak yang kuat, maka diperlukan lokasiyang terlindung dari
hempasan ombak sehingga diperairan teluk atauterbuka tetap terlindung oleh karang
penghalang atau pulau di depannyauntuk budidaya rumput laut (Puslitbangkan, 1991).
- Dasar perairan yang paling baik untuk pertumbuhan Eucheuma cottoniiadalah yang
stabil terdiri dari patahan karang mati (pecahan karang) danpasir kasar serta bebas dari
lumpur,dengan gerakan air (arus) yang cukup20-40 cm/detik (Ditjenkan Budidaya,
2005).
- Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan Eucheuma cottonii adalahantara 2-15 m
pada saat surut terendah untuk metode apung. Hal ini akanmenghindari rumput laut
mengalami kekeringan karena terkena sinarmatahari secara langsung pada waktu surut
terendah dan memperoleh(mengoptimalkan) penetrasi sinar matahari secara langsung
pada waktu airpasang (Ditjenkan Budidaya, 2005).
- Kenaikan temperatur yang tinggi mengakibatkan thallus rumput laut menjadi pucat
kekuning-kuningan yang menjadikan rumput laut tidak dapat tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu suhu perairan yang baik untuk budidaya rumput laut adalah 20-28°C
dengan fluktuasi harian maksimum 4°C (Puslitbangkan, 1991). Menurut Kadi dan
Atmaja (1988) suhu yang dikehendaki pada budidaya rumput laut E. Cottonii berkisar
antara 27-29 ºC. Sedangkan Ditjenkanbud (2005) melaporkan bahwa pada kisaran
suhu 27-29 ºC Eucheuma memberikan laju pertumbuhan rata-rata di atas 5 %.
- Tingkat kecerahan yang tinggi diperlukan dalam budidaya rumput laut.Hal ini
dimaksudkan agar cahaya penetrasi matahari dapat masuk kedalamair. Intensitas sinar
yang diterima secara sempurna oleh thallus merupakanfaktor utama dalam proses
fotosintesis. Kondisi air yang jernih dengantingkat transparansi tidak kurang dari 5
meter cukup baik untuk pertumbuhan rumput laut (Puslitbangkan, 1991).
2. Kondisi Lingkungan Kimia
- Rumput laut tumbuh pada salinitas yang tinggi. Penurunan salinitasakibat air tawar
yang masuk akan menyebabkan pertumbuhan rumputlaut menjadi tidak normal.
Salinitas yang dianjurkan untuk budidayarumput laut sebaiknya jauh dari mulut muara
sungai. Salinitas yangdianjurkan untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii
adalah 28-35 ppt (Ditjenkan Budidaya, 2005).
- Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan rumput
laut (Luning, 1990). Menurut Kadi dan Atmaja (1988), derajat keasaman (pH) yang
baik bagi pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma sp. berkisar antara 7-9 dengan
kisaran optimum 7,3-8,2
- Mengandung cukup makanan berupa makro dan mikro nutrien.Menurut Joshimura
dalam Wardoyo (1978) bahwa kandungan fosfatsangat baik bila berada pada kisaran
0,10-0,20 ppm sedangkan nitratdalam kondisi berkecukupan biasanya berada pada
kisaran antara 0,01-0,7 ppm. Dengan demikian dapat dikatakan perairan tersebut
mempunyai tingkat kesuburan yang baik dan dapat digunakan untuk kegiatan
budidaya laut.
3. Kondisi Lingkungan Biologi
Sebaiknya untuk perairan budidaya Eucheuma dipilih perairan yang secara alami
ditumbuhi oleh komonitas dari berbagai makro algae seperti Ulve, Caulerpa, Padina,
Hypnea dan lain-lain, dimana hal ini merupakan salah satu indikator bahwsa perairan
tersebut cocok untuk budidaya Eucheuma. Kemudian sebaiknya bebas dari hewan air
lainnya yang besifat herbivora terutama ikan baronang/lingkis (siganus. spp), penyu laut
(Chelonia midos} dan bulu babi yangdapat memakan tanaman budidaya (Puslitbangkan,
1991).
4. Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Persyaratan ekologis untuk lokasi budidaya rumput laut secara tersirat tertuang dalam
ketentuan mutu tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut yang dikeluarkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup.
Tabel 3.1. Persyaratan ekologis untuk lokasi budidaya rumput laut Euchema cottonii menurut
Kep. Men.02/MenKLH/I/1988 tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut.
No Parameter Satuan Diperbolehkan Diinginkan
A. Oseanografi
1 Kedalaman m 5-40 7 –15
2 Arus m/detik 0.15 -0.50 0.25-0.35
3 Substrat Dasar - Pasir Karang
4 Keterlindungan - Terlindung Sangat terlindung
B. KualitasAir
o
1 Suhu C alami Alami
2 Salinitas ±10%o Alami
3 pH mg/l 6-9 6.5-8.5
4 TSS - 80 <25
Sumber: Kementerian KLH (1988)
Adapun bobo menurut Aslan (1988) dan Ditjekanbud (2005), bahwa kecerahan,
salinitas, nitrat dan fosfat memperoleh nilai bobot (12%), sedangkan arus, keterlindungan, suhu,
kedalaman, gelombang, substrat dan pencemaran nilai bobotnya (8%) (Tabel 3.2).
Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput laut diperoleh dari beberapa literatur
hasil penelitian. Besarnya bobot yang diberikan masing-masing parameter berbeda, karena
pembobotan dilakukan berdasarkan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing
parameter.
Tabel 3.2. Matriks KesesuaianLokasi Untuk Budidaya Rumput Laut
Skor (S) Bobot (%)
Parameter Satuan Tidak sesuai Sesuai Sangat sesuai
1 2 3 5
Arus cm/detik <10 atau>40 10-20 atau30-40 20-30 8
Kecerahan M <3 3-5 >5 12
Keterlindungan - Terbuka Agakterlindung Terlindung 8
b. Sarana Komunikasi
Dalam dunia pemasaran, komunikasi yang efektif dan efisien menjadi aspek penting
ketika perusahaan hendak menyampaikan pesan merek kepada khalayak sasaran mereka dan
mencapai kesuksesan, apalagi ketika teknologi komunikasi semakin berkembang cepat. Dalam
keseharian, kita dapat melihat perusahaan menggunakan berbagai bentuk atau media
komunikasi pemasaran seperti papan iklan, spanduk, iklan televisi, tenaga penjualan, dan
lainnya. Bauran pemasaran (marketing mix) meliputi elemen-elemen seperti product, price,
place, promotion yang termasuk juga komponen promosi. Tujuan yang dikehendaki dari
kegiatan-kegiatan komunikasi pemasaran yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan
perubahan tindakan.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang merupakan gagasan atau informasi
yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Pemasaran adalah proses
pemenuhan kebutuhan dan keinginan melalui suatu pertukaran antara penjual dengan
pelanggan. Dari kedua unsur pokok tersebut, komunikasi pemasaran yaitu kegiatan pemasaran
yang memadukan teknik-teknik komunikasi agar terjadi proses pembelian dan loyalitas
pelanggan terjaga.
Dalam mengembangkan strategi komunikasi pemasaran, perusahaan harus mampu
mengenali dan menyeimbangkan kelemahan dan kelebihan berbagai media untuk menghasilkan
program komunikasi yang efektif. Hal tersebut dikenal dengan istilah komunikasi pemasaran
terpadu (integrated marketing communication).
Menurut Don Schultz, definisi IMC yaitu komunikasi pemasaran terpadu adalah proses
bisnis strategis yang digunakan untuk merencanakan, mengembangkan, mengeksekusi, dan
mengevaluasi program komunikasi merek yang terkoordinasi, dapat diukur, persuasif secara
berkelanjutan dengan konsumen, pelanggan, prospek, karyawan, asosiasi, dan audiens internal
dan eksternal yang relevan lainnya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan baik keuntungan
finansial jangka pendek dan nilai merek dan shareholder jangka panjang.
Dalam perkembangan komunikasi pemasaran, terjadi beberapa perubahan lingkungan
komunikasi. Pertama, ketika pasar telah terpecah, maka pemasar mulai membidik pasar yang
lebih sempit atau tersegmentasi. Kedua, perkembangan teknologi informasi mempercepat proses
pemasaran tersegmentasi. Berbeda dengan masa lalu, kini dunia pemasaran modern
mengintegrasikan berbagai macam media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan merek
dan menunjang suksesnya tujuan pemasaran. Hal itu ditandai dengan makin banyaknya aktivitas
promosi penjualan, pemasaran langsung, dan public relations yang menantang peran dominan
periklanan.
c. Ketersediaan Bibit
Keberhasilan usaha budidaya rumput laut sangat tergantung pada kesediaan bibit
rumput laut yang bermutu. Ketersediaan bibit dengan kualitas yang baik sangat diperlukan
dalam peningkatan produksi dan kualitas rumput laut. Pemenuhan kebutuhan bibit rumput laut
sebagian besar masih diperoleh dari hasil budidaya. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan
bimbingan teknis bagi para pembibit maupun pembudidaya untuk menjaga dan
mempertahankan kualitas bibit rumput laut tersebut.
Peluang pasar rumput laut sangat potensial, sehingga kualitas bibit perlu mendapat
perhatian untuk menjaga kualitas rumput laut yang dihasilkan. Bibit dengan kualitas yang baik
diharapkan dapat menghasilkan rumput laut dengan kualitas bermutu. Kualitas rumput laut akan
berpengaruh terhadap harga jual rumput laut. Oleh sebab itu, perlu terus di dorong
mengembangkan teknologi yang inovatif dan aplikatif, untuk mendukung peningkatan produksi
perikanan budidaya. Pengembangan bibit rumput laut Eucheuma cottonii melalui kultur jaringan
dan bibit Gracilaria, adalah bagian dari upaya untuk menyediakan bibit rumput laut yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup.
Rumput laut kultur jaringan menawarkan berbagai keunggulan seperti mempunyai
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan rumput laut lokal, lebih tahan terhadap penyakit,
kandungan karagenan lebih tinggi, dan bibit rumput laut kultur jaringan ini setiap saat bisa
diproduksi, tidak mengenal musim karena pembibitannya melalui laboratorium.
Rumput laut lokal umumnya memiliki laju pertumbuhan hariannya (LPH) sekitar 4-5%.
Sementara, LPH rumput laut kultur jaringan berkisar 7%-11%. Jadi, jika dikalkulasi, hasil panen
rumput laut kuljar lebih banyak daripada rumput laut lokal. Bila rumput laut lokal bisa dipanen
sebanyak 7-10 ton/4.000 m2, produksi rumput laut kultur jaringan mampu mencapai 10-15 kali
lipatnya. Hasil uji multilokasi di beberapa tempat di Lampung Selatan misalnya, rumput laut
kultur jaringan lebih tahan terhadap gangguan penyakit bulu kucing yang dua-tiga tahun terakhir
marak menyerang rumput laut lokal. Rumput laut lokal yang sudah terkena penyakit biasanya
memiliki laju pertumbuhannya hanya 2-3%. Satu sudah terkena, bisa massal kena semua. Kalau
rumput laut kultur jaringan sampai sekarang ini belum kena penyakit. Kalaupun kena cuma
sedikit, mungkin di bawah 1%.
Disamping itu,rumput laut kultur jaringan pertumbuhannya lebih cepat dan tahan
penyakit. Thalusnya lebih panjang, lebih rimbun. Masa pemeliharaan sama tapi bobot yang
dihasilkan lebih banyak. Rumput laut kultur jaringan mengandung karagenan 44%, lebih tinggi
dari pada rumput laut lokal yang sebesar 32%. Karagenan digunakan pada industri makanan
sebagai bahan pengental, pembuat gel, dan pengemulsi.
Pada perairan yang subur, hasil panen bibit rumput laut kultur jaringan bisa mencapai
400 g/rumpun. Sedangkan bibit rumput laut lokal dalam 30 hari pemeliharaan hanya mencapai
200-300 g/rumpun. Namun deikian, bibit rumput laut ini sebaiknya dibatasi penggunaannya
sebanyak 5-6 kali siklus budidaya untuk menjaga sifat unggulnya.
Kegiatan Pembelajaran. 11
Menganalisa kelayakan usaha pembibitan rumput laut
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami tahapan
perencanaan dalam usaha pembibitan rumput laut, menganalisis aspek-aspek dalam penyusunan
kelayakan usaha yang meliputi aspek teknis, aspek keuangan, aspek pasar, dan aspek hukum,
serta mampu menganalisis kelayakan suatu usaha pembibitan rumput laut dan membuat
laporannya.
C. Uraian Materi
1. Perencanaan Usaha Pembibitan Rumput Laut
Perencanaan adalah fungsi mana-jemen yang berhubungan dengan pemilihan visi, misi
dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran. Dari kedua pengertian
di atas sekarang dapat didefinisikan arti perencanaan usaha yaitu sebagai proses penentuan visi,
misi dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran yang diperlukan
untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis tertentu.
c) Anggaran
Anggaran adalah rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan
dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk periode
tertentu di masa yang akan datang. Dalam perencaan anggaran dikenal 4 macam sistem
yaitu:
1) Sistem Anggaran Tradisional
Sistem anggaran tradisional disusun berdasarkan jenis pengeluarannya. Macam-
macam anggaran yang umum dengan menggunakan sistem anggaran tradisional dalam
suatu perusahaan kecil dalam bidang manufaktur:
- Anggaran produksi
- Anggaran bahan baku
- Anggaran tenaga kerjaanggaran biaya overhead pabrik ( BOP)
- Anggaran variable
- Anggaran modal
- Anggaran piutang
- Anggaran kas
2) Sistem anggaran hasil karya
Disusun berdasarkan sasaran yang ingin di capai. Dalam komponen biaya ini, telah
diperhitungkan biaya-biaya seperti gaji, sewa gedung dan pembelian bahan baku
3) Sistem anggaran PPBS (Planning Programming Budgerting System)
Biasanya diterapkan pada perusahaan besar dan modern, termasuk dalam APBN yang
dikelola pemerintah. Sistem ini merupakan system terpadu dan berorientasi pada
program untuk membantu pimpinan membuat keputusan mengenai alokasi sumber-
sumber yang serba terbatas melalui cara pemilihan alternative berdasarkan skala
prioritas dan berupaya untuk pencapaian tujuan yang sudah ditentukan, komponen
yang perlu diperhatikan:
- Tujuan/sasaran yang harus dicapai
- Kelangkaan/keterbatasan sumber daya
- Cara/metode yang akan di tempuh
4) Sistem anggaran ZBB (Zero Base Budgeting)
Merupakan pengembangan system PPBS yang mengacu kepada pendekatan
manajemen berdasarkan sasaran
4. Aspek Keuangan
Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan
keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Aspek keuangan juga merupakan muara dari
semua aspek sebab keuangan implikasi dari seluruh program proyek yang harus diperhitungkan.
Berbagai hal yang menyangkut keuangan perlu dibahas mulai dari awal perencanaan, periode
persiapan, pelaksanaan pembangunan proyek dan periode operasi ketika usaha berjalan. Kita
bedakan periode tersebut menjadi dua yaitu periode persiapan dan periode operasi. Implikasi
keuangan periode persiapan akan terkafer dalam kebutuhan dana investasi, sedangkan dalam
masa operasi tercermin pada proyeksi rugi-laba, proyeksi neraca, proyeksi arus kas dan proyeksi
kemampuan melunasi pinjaman serta tingkat pengembalian.
Studi keuangan akan lebih memberikan pendalaman ke arah bagaimana dana akan
dialokasikan. Secara umum, pengalokasian dana tersebut dapat dilakukan ke dalam dua
bentuk, yaitu untuk aktiva tetap (fixed assets), dan untuk modal kerja (working capital).
Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu bisnis dapat
dijalankan atau tidak. Akhir-akhir ini, telah banyak berkembang berbagai lembaga keuangan
maupun non-keuangan yang telah bersedia untuk mendanai suatu aktivitas bisnis, tentu saja
dengan persyaratan tertentu.
Menurut Carter dan Usry (2004) biaya adalah: nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan
untuk memperoleh manfat. Biaya seringkali sinonim dengan beban. Biaya-biaya dapat dibagi
dalam kategori (diklasifikasi) menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi, biaya tidak
langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biaya produk, biaya periode, biaya
bersama (joint cost), biaya estimasi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost), dan biaya tunai.
Untuk lebih jelasnya kita bahas aspek keuangan meliputi hal sebagai berikut :
a. Biaya Pra-operasi
Dalam membangun sebuah usaha perlu diawali dengan pembuatan gagasan, penelitian
tentang produk, pasar dan aspek-aspek lain yang dipertimbangkan untuk diambil sebuah
keputusan. Guna keperluan tersebut mempunyai konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan kita
sebut biaya pra-operasi. Penggunaan biaya tersebut keperluan penelitian, perencanaan, studi
kelayakan, perancangan (design), biaya konsultan dan biaya pemasaran sebelum produk siap
diluncurkan ke pasar. Biaya-biaya tersebut sudah harus dikeluarkan sebelum diambil keputusan
untuk melaksanakan proyek yang dikelompokkan sebagai sunk cost atau investasi yang nilainya
tetap dan telah dikeluarkan semuanya tidak mempunyai sisa. Biaya tersebut dikeluarkan baik
usaha tersebut jadi dijalankan atau batal. Sun cost tidak dimasukkan dalam perhitungan NPV
karena biaya tersebut diluar perhitungan studi kelayakan usaha.
c. Sumber Dana
Sumber dana dari lembaga-lembaga itu sering disebut sebagai modal asing (modal
pinjaman). Sumber dana yang digunakan untuk belanja usaha bisa berasal modal sendiri dan
pinjaman bank.
1) Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang dimiliki oleh pemegang saham, yang dinyatakan
dalam akte pendirian perusahaan. Umumnya jumlah dana yang tercantum dalam akte pendirian
tersebut masih jauh dari cukup untuk antisipasi kebutuhan dana investasi keseluruhan.
2) Pinjaman
Guna penguatan kebutuhan modal kerja dan membeli harta tetap dibutuhkan pinjaman
dari bank atau lembaga keuangan lainnya. Ketentuan besaran pinjaman, periode penarikan,
cicilan, tingkat bunga, jatuh tempo pelunasan dan biaya administrasi lainya dicantumkan dalam
perjanjian kontrakkredit yang disepakati antara pihak perusahaan dan bank.
Sumber dana bisa juga didapat dari modal asing yaitu sumber dana yang didapatkan
dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank,
perusahaan leasing, dan lain sebagainya. Sumber dana dari modal asing biasanya berwujud
hutang, baik hutang jangka panjang, maupun hutang jangka pendek.
e. Proyeksi Rugi-Laba
Proyeksi rugi-laba adalah gambaran keuntungan operesasi usaha beberapa tahun
kedepan. Untuk membuat proyeksi rugi-laba harus dihitung terlebih dahulu proyeksi nilai
penjualan, biaya produksi dan biaya operasi. Biaya operasi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan operasional kantor dan pemasaran produk. Biaya-biaya produksi dan operasi dapat pula
dikelompokkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
j. Pembelanjaan Campuran
Seperti dijelaskan sebelumnya, di dalam menjalankan usahanya, suatu entitas bisnis
diharapkan harus memiliki modal yang cukup untuk melakukan pembiayaan terhadap aktivitas-
aktivitas bisnisnya dalam rangka pemenuhan atas barang ataupun jasa terhadap kepuasan
konsumen. Dari aktivitas pembiayaan tersebut, diharapkan suatu perusahaan mampu menghasilkan
laba.
Untuk memenuhi modal yang cukup tersebut, perusahaan akan melakukan kegiatan
pencarian modal. Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Dalam
kenyataannya, jumlah kredit atau hutang di dalam kegiatan permodalan suatu perusahaan untuk
membelanjai proyek selalu terbatas.
Semakin tinggi peranan hutang di dalam pembiayaan aktivitas bisnis suatu perusahaan,
maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk mencapai kemampulabaan modal sendiri
yang tinggi dari perusahaan tersebut, diikuti semakin tingginya risiko, namun keamanan yang
dijamin akan semakin rendah. Sebaliknya, bila peranan modal sendiri yang semakin tinggi,
maka risiko yang dihadapi perusahaan akan lebih rendah, sementara keamanan akan lebih
tinggi, dan sekaligus pula kemampulabaan akan modal sendiri semakin rendah.
Karena faktor-faktor di atas, banyak pimpinan proyek selalu menggunakan pembelanjaan
campuran di dalam mendanai kegiatan bisnisnya. Pembelanjaan campuran (financing mix) adalah
penggunaan pembelanjaan dengan mengkombinasikan antara pembelanjaan modal sendiri dan
pembelanjaan hutang/kredit. Dengan pembelanjaan campuran, diharapkan perusahaan dapat
menghasilkan laba dengan cara yang efektif. Pertimbangan di dalam memilih penggunaan
pembelanjaan campuran adalah dengan melihat faktor kemampulabaan (return on equity) dan
risiko serta keamanan.
l. Keamanan
Setiap penanam modal/investor tentunya menanamkan modalnya, dengan tujuan ingin
memperoleh kompensasi tambahan lebih dari modal yang akan ia tanamkan pada suatu
perusahaan. Namun, meskipun demikian, kompensasi atau tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor di masa depan, tentunya tidak selamanya akan sesuai dengan harapan
si pemegang saham. Sebab masa depan penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu tingkat keamanan dari perusahaan yang dapat digambarkan dari laporan
keuangan dan analisis pengembalian modal dari perusahaan yang bersangkutan.
Keterkaitan antara keamanan dengan analisis keuangan, terutama kegiatan
pembelanjaan campuran, yaitu: semakin lama jangka waktu (validitas) jatuh tempo suatu dana
yang digunakan dalam aktivitas pendanaan perusahaan, maka akan semakin aman pula
aktivitas pendanaan tersebut digunakan untuk membiayai proyek. Sehingga dapat kita
simpulkan, dana yang paling aman digunakan untuk membelanjai aktiva adalah dari modal
sendiri. Sebab modal sendiri dapat digunakan untuk membiayai proyek selama umur proyek,
Artinya dana modal sendiri memiliki probabilitas pembayaran kompensasi nilai lebih
besar dibandingkan dengan hutang/kredit. Dan dana yang paling tidak aman untuk
diinvestasikan adalah yang bersumber dari hutang lancar, karena hutang lancar akan dilunasi
dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.
b. Analisis Finansial
1) Net Present Value (NPV)
Analisis aliran kas dilakukan untuk mengetahui besarnya arus kas yang diperoleh dari
selisih penerimaan dan biaya. Arus penerimaan bersih sekarang (NPV) menunjukkan
keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan
arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu
tertentu. Notasinya sebagai berikut:
Keterangan:
- B t = Manfaat penerimaan tahun ke-t (Rp)
- C t = Biaya yang dikeluarkan tahun ke-t (Rp)
- N = umur ekonomis usaha (tahun)
- I = tingkat suku bunga (%)
- t = periode investasi (i = 1,2,...n)
Kriteria kelayakan pada metode ini adalah:
- Net B/C> 1, usaha dianggap layak
- Net B/C = 1, merupakan titik impas
- Net B/C < 1, usaha tidak layak.
Kelebihan menggunakan Net B/C dalam menganalisa sebuah proyek adalah lebih
mencerminkan berapa rasio keuntungan yang akan didapat karena manfaat yang didapat telah
dikurangi dengan biaya. Selain itu, Metode ini telah memperhitungkan aliran kas selama umur
proyek investasi. Sedangkan kekurangannya adalah proses penghitungan akan lebih lama karena
setelah mengidentifikasi semua biaya, kita akan mengurangkannya dengan manfaat untuk setiap
tahun selama umur proyek. Dalam perhitungan Net B/C biaya tiap tahun dikurangkan dari
benefit tiap tahun untuk mengetahui benefit netto yg positif dan negatif. Kemudian jumlah
present value positif dibandingkan dengan jumlah present value yang negatif.
Berikut ini sebuah contoh untuk lebih mudah memahami perhitungan Net B/C ratio:
Diketahui suatu proyek besar menghasilkan estimasi biaya dan manfaat sebagai berikut:
Keterangan :
- BEP : Break Even Point
- FC : Fixed Cost
- VC : Variabel Cost
- P : Price per unit
2) Break even point dalam rupiah.
Keterangan :
- BEP : Break Even Point
- FC : Fixed Cost
- VC : Variabel Cost
- P : Price per unit
- S : Sales Volume
c. Analisis Sensitifitas
Analisis sensitivitas adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh- pengaruh yang
akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Pada bidang pertanian, bisnis
sensitive berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk,
keterlambatan pelaksanaan usaha, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.
Analisis sensitivitas dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya
dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi
atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV
sama dengan nol (NPV = 0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku
bunga dan Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa usaha yang
akan dijalankan mentoleransi peningkatan Rumus BEP yang pertama adalah
harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger,1986).
Analisis sensitifitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh proyek dapat dilaksanakan
mengikuti perubahan harga, baik biaya produksi maupun harga jual produk atau kelemahan
estimasi hasil produksi. Parameter yang biasanya berubah dan perubahannya dapat
mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat
pajak dan sebagainya. Analisis sensitifitas juga dilakukan apabila terjadi suatu kesalahan
pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat (Pramudya, 2002). Berikut ini disajikan salah satu
contoh analisa usaha budidaya/pembibitan rumput laut jenis Eucheuma cottoni Eucheuma
cottoni yang dibudidayakan di laut.
Harga
No. Uraian Volume Satuan Jumlah Biaya Keterangan
Satuan (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
I. BIAYA INVESTASI :
2. Tali No. 5 (Tali Bentangan) 50.0 roll 75,000.0 3,750,000.0 400 Jalur
4. Tali No. 8 (Tali Jangkar) 2.0 roll 300,000.0 600,000.0 120 titik
Artinya titik impas usaha penjualan tercapai pada harga jual rumput laut kering Rp. 11,428.6 / kg
Artinya titik impas usaha penjualan tercapai pada jumlah produksi 1,200.0 kg rumput laut kering
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami bagaimana
menganalisis kebutuhan pasar rumput laut, merencanakan pemasaran rumput laut, memprediksi
keuntungan yang akan diperoleh serta resiko kerugian dan factor-faktor yang
mempengaruhinya, kemudian melakukan evaluasi terhadap hasil pemasaran produk sehingga
dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan teknik pemasarannya dan inovasi-inovasi dalam
pemasaran.
C. Uraian Materi
1. Kebutuhan Pasar
Seiring bertambahnya permintaan dunia terhadap komoditas rumput laut sekarang
ini, menjadikan Pemerintah Indonesia untuk selalu mendorong budidaya serta industrialisasi
rumput laut tersebut. Potensi dan kualitas rumput laut Indonesia serta produk turunannya
sangatlah luar biasa itu juga yang menjadikannya diminati oleh berbagai negara di dunia.
Hampir kurang lebih 555 jenis rumput laut di Indonesia dan sebagian besar produk-produk
rumput laut telah diekspor sebagai rumput laut kering maupun olahan.
Permintaan komoditas rumput laut di Indonesia semakin mencuri perhatian pasar
internasional saat ini. Terbukti, saat ini ada tiga negara di Asia yang memborong rumput laut
produksi dalam negeri, nilai kontraknya hingga US$58 juta atau senilai Rp782,71 miliar. Ketiga
importir terbesar di Asia tersebut adalah China, Malayasia, dan Singapura. Dunia mengakui
kualitas rumput Indonesia. Dari total ekspor rumput laut dunia, Indonesia menjadi pemasok
utama rumput laut dunia dengan pangsa pasar sebesar 26,50 persen dari total US$ 1,09 miliar
permintaan dunia.
Jenis rumput laut asal Indonesia yang paling diminati adalah produk rumput laut kering.
Karena, rumput laut kering mampu diolah menjadi bahan-bahan penting pengganti pangan di
antaranya diolah menjadi bahan baku makanan, makanan hewan peliharaan, bahan makanan
tambahan, hingga pengendalian pencemaran. Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi pelaku
usaha rumput laut untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kualitas rumput laut
Indonesia.
Pemerintah akan terus mendukung pengembangan peta jalan (roadmap) pembangunan
sektor rumput laut nasional sehingga nilai tambah yang dihasilkan bagi petani semakin
dirasakan, namun peran serta asosiasi juga sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut.
Karena itu, koordinasi dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri perlu terus
dilakukan. Hal tersebut dilakukan guna mendorong pengembangan industri tersebut dari huli
hingga ke hilir. Kerja sama antara Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) dengan Seaweed
Industry Association of The Phillipones (SIAP) akan menjadikan ASEAN sebagai basis
produksi dan memaksimalkan pemenuhan pasar rumput laut.
Sebagai negara dengan perairan yang luas, kekayaan hasil laut Indonesia dinilai tidak
terbatas dan produksi rumput laut yang melimpah ini harus dimanfaatkan oleh industri dalam
negeri. Transaksi pembelian rumput laut kering ini dibeli oleh tiga importir asal Tiongkok,
yakni Green Fresh Foodstuff Co. Ltd, Xiamen DSC Import & Export Co. Ltd, dan Fujian
Province LVQI Food Colloid Co. Ltd dari PT Phoenix Jaya dengan total nilai kontrak sebesar
US$24,6 juta. Selain itu, pembelian dari Shanghai Brilliant Gum Co. Ltd atas produk rumput
laut PT Rika Rayhan Mandiri sebesar US$24 juta. Sementara perusahaan Singapura Gills &
Fins Pte. Ltd melakukan melakukan kontrak kerjasama dengan PT Jaringan Sumber Daya
senilai US$500 ribu. Perusahaan lain yang tercatat melakukan penandatangan kontrak
pembelian rumput laut diantaranya adalah, PT Sumber Makmur sebesar US$ 5 juta, PT Agro
Niaga sebesar US$ 3,4 juta, dan PT Simpul Distribusi sebesar US$ 1 juta.
Rumput Laut banyak digunakan sebagai produk makanan dan kesehatan. Tidak
hanya itu, tumbuhan ini juga digunakan sebagai pupuk taman dan pertanian. Untuk
pengembangan selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan bio diesel. Jika melihat segi
pemasaran, produk added value rumput laut dapat berupa makanan, pupuk, bahan makanan
tambahan, pengendalian pencemaran dan bahan kecantikan.
Dari beragam jenis rumput laut tersebut, yang dibudidayakan, dikembangkan dan
diperdagangkan secara luas di Indonesia adalah jenis karaginofit, (di atarannya eucheuma
spinosium, eucheuma edule, eucheuma serra, eucheuma cottonii, dan eucheuma spp),
agarofit (gracilaria spp, gelidium spp dan gelidiella spp), serta alginofit (sargassum spp,
laminaria spp, ascophyllum spp dan macrocystis spp), yang merupakan bahan baku berbagai
industri karena merupakan sumber keraginan (tepung rumput laut), agar-agar dan alginate.
Rumput laut Indonesia dikenal dengan kualitasnya yang baik dan banyak diminati
oleh industri karena mengandung sumber keraginan, agar-agar dan alginate yang cukup
tinggi dan cocok digunakan sebagai bahan baku industri makanan, pelembut rasa,
pencegah kristalisasi es krim dan obat-obatan. Selain itu, rumput laut di Indonesia juga
dapat digunakan sebagai bahan baku benang jahit operasi (sea cut-gut), dekorasi porselen
(pengikat warna dan plasticizer), industri kain (pengikat warna), industri kertas (lackuer
dan penguat serta pelican kertas), industri fotografi (pengganti gelatin), bahan campuran
obat (obat penyakit: gondok/basedow, rheumatic, kanker, bronchitis kronis/emphysema,
scrofula, gangguan empedu/kandung kemih, ginjal, tukak lambung/saluran cerna, reduksi
kolestrol darah, anti hipertensi, menurunkan berat badan, anti oksidan), bahan bakar bio
fuel dan lain sebagainya.
Kualitas baik yang dimiliki oleh rumput laut tersebut, selain pembudidayaannya
dilakukan dengan cara yang baik dan benar, iklim dan geografis Indonesia (sinar matahari,
arus, tekanan dan kualitas air serta kadar garam) sesuai dengan kebutuhan biologis dan
pertumbuhan rumput laut. Sebab, rumput laut mampu menyerap sinar matahari dan
nutrisi air laut secara optimal dan menghasilkan rumput laut yang kaya akan poliskarida
(agar-agar da n lemak), phaeophyceae (alginat), chlorophyceae (kanji & lemak).
Produk olahan rumput laut yang memiliki pangsa pasar didunia dengan kuantitas
permintaan ekspor yang besar adalah:
- Karaginan (Carragenan)
Pangsa pasar dunia rumput laut yang mengandung carragenan rata-rata mencapai
130.000 ton per tahun, sedangkan pasar carragenan mencapai 15.000-20.000 ton/tahun. Pasar
terbesar di Eropa (35%), Asia Pasiflk (25%), Amerika Utara (25%), dan Amerika Selatan
(15%). Perusahaan-perusahaan yang mendominasi pasar rumput laut penghasil carragenan
adalah FMG (Amerika), QPF (Denmark), dan France Setia (Perancis). Perdagangan rumput laut
bersifat oligopolistik dimana petani pembudidaya atau produsen hanya dapat menjual kepada
sejumlah kecil pembeli. Industri karaginan dunia mengalami pertumbuhan yang
menggembirakan, khususnya produk yang konvensional Semi Refined Products (SRC). Hal ini
disebabkan karana banyaknya indutri hilir seperti industri daging dan dairy di pasar Amerika
Serikat yang membutuhkan karaginan (PPIP, Badan Agribisnis, 1996).
- Agar-agar
Perdagangan Internasional agar-agar sebagai bahan mentah dan sebagai penghasil
produk jadi terus meningkat. Kebutuhan dunia diperkirakan sebesar 10.000 ton bahan mentah
agar-agar dan 3.500 ton produk jadi pertahun. Jepang adalah Negara konsumen utama agar-agar
dengan volume kebutuhan sekitar 2.000 ton per tahun. Industri pengolahan agar Jepang sudah
begitu maju sehingga Jepang hanya mengimpor ramput laut penghasil agar dengan kualitas A.
Kebutuhan Amerika Serikat mencapai 1000 ton/tahun (80 % dipenuhi impor). Negara pembeli
agar-agar lainnya adalah Jerman sebesar 210 ton/tahun, Italia mencapai 100-400 ton/tahun dan
Thailand, Singapura dan Malaysia masing-masing sekitar 200 ton per tahun.
- Alginat
Negara pesaing utama Indonesia dalam menghasilkan rumput laut kering adalah
Philipina. Sedangkan negara pesaing produk olahan rumput laut adalah Chili, Canada, Perancis,
Spanyol, dan Jepang. Dilihat dari kondisi alam, seharusnya Indonesia dapat memproduksi
rumput laut lebih banyak dari Negara Philipina. Hal ini dapat dilakukan bila persyaratan sistem
manajemen budidaya, dan pengolahan diperbaiki.
Hal ini merupakan tantangan dan sekaligus peluang pemasaran rumput laut Indonesia.
Pasar utama produk rumput laut Indonesia adalah adalah Jepang, Hongkong dan Denmark vane
diperkirakan dapat menyerap sebesar 71% dari total produksi rumput laut Indonesia. Seandainya
Indonesia dapat memperbaiki kualitas bahan baku dan produk rumput laut peluang pasar ke
negara-negara lain masih terbuka lebar.
Perdagangan internasional rumput laut mengalami peningkatan rata-rata 6% dari sisi
demand dan 5% dari sisi supply. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan harga rumput laut
yang akan meningkat. Eksportir terbesar rumput laut adalah China yang memproduksi 27%
rumput laut dunia. Pertumbuhan produksi rumput laut di China didorong oleh permintaan dalam
negeri yang meningkat pesat, terutama dalam bentuk makanan dan farmasi. Selain itu
permintaan dari Jepang akan rumput laut China yang meningkat 25% pada tahun 2004 juga
menjadi pemicu peningkatan produksi rumput laut China. Korea juga memiliki tingkat produksi
rumput laut yang cukup tinggi didorong oleh kebutuhan industri kosmetik dan farmasi dalam
dan luar negeri.
2. Perencanaan Pemasaran
a. Konsep Perencanaan Pemasaran
Apakah Anda baru saja membuka usaha atau berbisnis untuk waktu yang lama, setiap
bisnis membutuhkan rencana pemasaran. Kabar baiknya adalah sementara ada cara formal
untuk menciptakan rencana pemasaran, namun ada rencana pemasaran dasar yang dapat
dilakukan oleh siapa saja. Berikut cara membuat rencana pemasaran dengan cepat dan akurat:
- Review produk atau jasa yang akan dibuat
Setiap perusahaan biasanya menjual baik produk atau jasa. Beberapa perusahaan mungkin
menjual kombinasi dari keduanya. Langkah pertama yang perlu Anda ambil dalam
membuat rencana pemasaran adalah menuliskan semua produk dan/jasa. Selanjutnya,
jelaskan bagaimana masing-masing produk atau jasa yang Anda tawarkan berbeda dari
pesaing Anda. Setelah mengambil informasi ini, doronglah imajinasi Anda sedikit lebih
jauh dan bertanya pada diri sendiri bagaimana Anda bisa membuat produk dan/jasa yang
ada menjadi lebih baik atau apa produk dan/jasa tambahan yang bisa memenuhi kebutuhan
pelanggan.
- Pikirkan harga yang Anda tetapkan untuk produk
Apakah harga Anda kompetitif? Apakah ada sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk
memotong biaya produksi? Tuliskan daftar cara yang mungkin dapat menarik pelanggan
baru dengan menawarkan promosi. Tambahkan ke daftar ini semua cara yang Anda bisa
mendorong pelanggan kembali dengan menawarkan diskon khusus, program loyalitas atau
insentif lainnya.
- Pikirkan tentang bagaimana produk didistribusikan
Apakah Anda menjual secara online? Apakah Anda memiliki sebuah toko? Pikirkan
tentang bagaimana Anda mungkin dapat menciptakan proses yang lebih efektif dan efisien
untuk menjangkau pelanggan. Pikirkan rencana distribusi baru dalam hal menjangkau
pelanggan baru dan menjangkau pelanggan saat ini.
- Promosikan produk Anda
Anda dapat memiliki produk atau jasa terbesar di dunia, tetapi jika tidak ada yang tahu
tentang hal ini maka Anda tidak akan melakukan penjualan. Bagaimana Anda saat ini
menyebarkan berita tentang perusahaan Anda sekarang? Apakah ada cara yang mungkin
dapat menambah atau mengubah cara-cara yang Anda mencapai pelanggan potensial?
Apakah ada cara-cara baru yang mungkin dapat menjangkau target Anda? Tuliskan
jawaban Anda untuk pertanyaan-pertanyaan ini dan mulai untuk mengevaluasi perubahan
yang mungkin diperlukan dalam promosi bisnis.
- Tinjau dan revisi daftar Anda
Setelah Anda telah menulis semua informasi ini, baca kembali apa yang telah ditulis. Ketika
Anda melakukan ini, Anda akan memikirkan item untuk menambah atau menghapus. Ini
adalah proses untuk membantu menciptakan pedoman pemasaran bagi perusahaan Anda
selama enam sampai 12 bulan berikutnya.
b. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah proses menentukan bagaimana organisasi bias mencapai tujuannya.
Perencanaan adalah proses menentukan dengan tepat apa yang dilakukan organisasi untuk
mencapai tujuannya. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai perkembangan sistematis dari
program tindakan yang ditujukan pada pencapaian tujuan bisnis yang telah disepakati dengan
proses analisa, evaluasi, seleksi diantara kesempatan-kesempatan yang diprediksi terlebih
dahulu. Perencanaan dapat pula diartikan sebagai proses mengantisipasi hal-hal yang mungkin
terjadi di masa datang dan menentukan strategi yang harus digunakan untuk mencapai sasaran
di masa depan.
Dalam proses perencanaan dapat dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain:
- Menganalisa situasi yakni manejemen membuat suatu analisa yang teliti tentang situasi
perusahaan, termasuk : pasarnya, persaingannya, produk, saluran distribusi dan program
promosi.
- Penentuan tujuan
- Pemilihan strategi dan taktik untuk mencapai tujuan tersebut.
- Penilaian hasil operasinya secara periode.
1) Tujuan perusahaan
Penetapan tujuan perusahaan merupakan titik awal perencanaan pemasaran. Tujuan ini
sangat penting dan harus ditetapkan sebelum mengambil suatu strategi, tanpa adanya tujuan
yang pasti perusahaan tidak akan dapat beroperasi dengan baik meskipun memiliki kesempatan
yang baik. Pada dasarnya tujuan perusahaan ini dapat dibedakan atas 2 yaitu:
- Tujuan umum
Kebanyakan perusahaan menetapkan untuk mencari laba sebagai tujuan yang hendak
dicapai. Sebenarnya laba itu sendiri merupakan suatu akibat dari hasilnya perusahaan dalam
mencapai tujuannnya. Namun laba yang diinginkan tersebut bukanlah sekedar dari hasil
penjualan saja, tetapi harus dapat memberikan kepuasan kepada pembeli dengan memperhatikan
lingkungannya.
- Tujuan khusus
Tujuan khusus diperlukan sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Kegunaan tujuan khusus ini adalah untuk menentukan peranan
setiap individu didalam organisasi, mempertahankan adanya keseimbangan dalam pengambilan
keputusan dari beberapa manajer, dapat dipakai sebagai dasar dalam perencanaan khusus,
mendorong pelaksanaan kegaiatan dan untuk dijadikan dasar dalam mengambil tindakan koreksi
dan pengawasan. Adapun tujuan khusus ini diantaranya adalah:
- Meningkatkan kualitas produk
- Memperluas pasar
- Mendapatkan laba untuk jangka pendek dan sebagainya.
2) Konsep Perencanaan Pemasaran
Perencanaan sangat diperlukan untuk mengikuti perkembangan di masa mendatang.
Tanpa perencanaan, sebuah organisasi kemungkinan akan mengambil cara-cara ekstrim untuk
menghindari kerugian atau untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya penurunan
penjualan misalnya akan memaksa perusahaan untuk mengambil tindakan secara darurat, dan
tindakan yang harus diambil menyangkut pertimbangan-pertimbangan tentang masalah
lingkungan. Untuk mengambil beberapa pendekatan kita perlu mengetahui lebih dalu tentang
persiapan organisatoris yang dipakai untuk membuat dan mengendalikan program pemasaran.
Perencanaan dapat mencakup suatu periode waktu yang panjang atau periode waktu
yang pendek. Perencanaan jangka panjang untuk 3,5,10 bahkan 25 tahun biasanya melibatkan
peranan dari top manejemen maupun staf khusus. Masalah yang dihadapinya sangat luas, seperti
masalah perluasan pabrik, pasar dan produk.
Pada perencanaan jangka pendek, periode waktunya relatif pendek, yaitu satu tahun atau
kurang. Biasanya perencanaan jangka pendek ini dilakukan oleh pelaksana bawah dan
menengah. Masalah-masalah yang dapat dimasukkan dalam perencanaan jangka pendek antara
lain:
- Kampanye periklanan untuk periode yang akan datang
- Pembelian pada musim yang akan datang
- Menyangkut daerah operasi dari tenaga penjualannya.
Dalam hal ini kita harus mengetahui dan dapat membedakan ketiga macam konsep
perencanaan, yaitu:
a) Perencanaan perusahaan secara keseluruhan
Perencanaan perusahaan secara keseluruhan mencakup penentuan tujuan umum
perusahaan dalam jangka panjang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Tujuan dan strategi
jangka panjang ini kemudian menjadi suatu kerangka untuk mengembangkan rencana-rencana
yang tercakup didalamnya. Masalah-masalah utama yang ada dalam perencanaan perusahaan ini
adalah:
- Keuangan
- Produksi
- Kebutuhan tenaga kerja
- Riset dan pengembangan
- Penentuan sasaran pasar dan program pemasarannya.
Pertimbangan pemasaran ini lebih cenderung mempengaruhi kebijakan dalam
perusahaan baik kebijaksanaan jangka pendek maupun kebijaksanaan jangka panjang. Oleh
karena itu, perencanaan perusahaan dan perencanaan pemasaran sering dijadikan satu.
b) Perencanaan pemasaran jangka panjang
Perencanaan pemasaran mencakup pengembangan program jangka panjang untuk
masalah-maslah yang luas dalam marketing mix (produk, struktur harga, sistem distribusi dan
kegiatan-kegiatan promosi). Perencanaan pada masing-masing variable harus dikoordinir dan
ditangani dengan baik, sebab setiap variable marketing mix tersebut selalu mengadakan
interaksi dengan variable lainnya. Perencanaan pemasaran dapat mencakup upaya mendesain
kegiatan yang berhubungan dengan sasaran pemasaran dan perubahan lingkungan pemasaran
sehingga perencanaan pemasaran merupakan dasar untuk semua strategi dan keputusan
pemasaran. Rencana pemasaran juga dapat berarti dokumen tertulis yang berlaku sebagai buku
petunjuk atas semua kegiatan pemasaran yang harus dijalankan oleh manajer pemasaran.
c) Rencana pemasaran tahunan
Rencana pemasaran tahunan mencerminkan proses perencanaan yang berjalan untuk
satu periode waktu. Dalam hal ini, manejemen akan mengembangkan suatu rencana induk yang
mencakup kegiatan pemasaran setiap tahunnya. Perhatiannya dapat lebih dicurahkan pada
rencana tahunan ini, karena rencana tersebut menunjang rencana induk jangka panjangnya.
Sebagai contoh, perencanaan pemasaran jangka panjang menentukan tujuan untuk
memperkenalkan produk-produk baru. Rencana pemasaraan tahun berikutnya, bagaimanapun
harus dapat membuat keseimbangan dalam persediaan dengan cara mempromosikan jenis
produk yang sedang mengalami tahap kemunduran dalam siklus kehidupan produknya. Ini
dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan produk tersebut sehingga persediaannya dapat
seimbang.
3) Karekteristik Rencana Pemasaran
Rencana pemasaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga Kriteria tertentu
dipenuhi. Beberapa karekteristik yang penting yang haris ada pada rencana pemasaran efektif
adalah sebagai berikut:
- Rencana pemasaran hendaknya memberikan strategi untuk mencapai tujuan atau misi
perusahaan
- Rencana pemasaran hendaknya didasarkan pada fakta dan asumsi valid
- Rencana pemasaran hendaknya memungkinkan penggunaan sumber daya yang ada.
4) Merumuskan Rencana Pemasaran
Manejer perlu mengembangkan rencana-rencana tertulis dalam bentuk sasaran, anggaran
dan penentuan tugas. Ini merupakan taktik untuk mewujudkan tujuan tertentu. Jika manejer
sudah menetapkan untuk mencapai suatu tingkat penjualan tertentu, baru kemudian dibuat
keputusan-keputusan dibidang pemasaran, produksi, keuangan dan personalia. Masalah-masalah
pokok yang digunakan untuk mengembangkan rencana pemasaran adalah sebagai berikut:
- Target penjualan
- Anggaran pemasaran
- Alokasi marketing mix
- Penetapan harga
- Alokasi anggaran pemasaran pada produk.
a) Target penjualan
Rencana pemasaran itu dimulai dengan penentuan target penjualan pada setiap bagian
yang ada didalam perusahaan. Target penjualan tersebut ditetapkan berdasarkan analisa
berbagai kemungkinan strategi pemasaran yang menguntungkan. Untuk itu perlu diadakan
alokasi target penjualan pada daerah penjualan dan masing-masing salesmen dengan
memperhatikan penjualan masa lampau serta perkiraan potensinya. Biasa ini disebut kuota
penjualan.
b) Anggaran pemasaran
Untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan pemasaran, perlu disusun anggaran
pemasaran yang menyeluruh. Biasanya anggaran pemasaran yang menyeluruh ini biasanya
ditetapkan berdasarkan suatu prosentase (%) dari tarif penjualan. Perusahaan perlu menganalisa
tugas pemasaran yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tingkat volume penjualan
tertentu atau market share tertentu. Baru kemudian menetapkan besarnya biaya yang diperlukan
pada masing-masing tugas tersebut. Dengan demikian dapatlah disusun anggaran pemasaran
yang dinginkan.
c) Alokasi Marketing Mix
Perusahaan haarus menetapkan bagaimana cara mengalokasi anggaran pemasaran untuk
suatu produk ke berbagai alat pemasaran seperti periklanan, promosi penjualan dan personal
selling. Meskipun alat-alat tersebut sudah ditetapkan pada saat membauat strategi pemasaran,
namun masih ada kemungkinan terjadi konflik di anatar setiap kegiatan di dalam pemasaran.
Hal ini disebabkan karena setiap tugas itu selalu ada kaitannya dengan jumlah uang yang
diperlukan.
Sebagai gambaran dapat dilihat pada contoh berikut ini: Menejer perusahaan
berpendapat bahwa perusahaan akan lebih baik menambah seorang salesmen dari pada
memasang iklan setiap tahunnya. Tetapi seorang manejer riset pemasaran mempunyai
pendapat, lebih baik uang tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan
langganan daripada dipakai untuk menambah salesmen dan untuk memasang iklan.
d) Penetapan Harga
Penetapan harga ini merupakan satu elemen yang menghasilkan laba didalam rencana
pemasaran. Faktor-faktor yang mendasari penetapan harga harus dipertimbangkan pada saat
permulaan bersama-sama dengan penyusunan strategi pemasaran. Perusahaan harus menetapkan
harga dan daftar harga sebelum memberikan potongan serta penghargaan. Dalam hal ini, bagian
pemasaran perlu mempertimbangkan 3 elemen yang terdapat pada permintaan yaitu: Tingkat,
Saat; Sifat. Selain itu juga harus mempertimbangkan factor biaya dan persaingan dalam
menetapkan harga yang direncanakan.
e) Alokasi anggaran pemasaran pada produk
Kebanyakan perusahaan itu tidak hanya menghasilkan satu macam produk saja, tetapi
beberapa macam. Setiap tahun perusahaan tersebut harus menghitung banyaknya uang yang
dialaokasikan pada masing-masing produknya. Dalam menentukan produk mana yang
memerlukan tambahan anggaran pemasaran, dan produk mana yang perlu dikuarngi
anggarannya, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
adalah:
- Jumlah produk line
- Banyaknya produk mix
- Jenis produk yang mempunyai permintaan cukup banyak baik pada saat sekarang maupun
pada saat yang akan datang.
- Jenis produk yang permintaannya sedikit.
5) Tekhnik Menyusun Rencana Pemasaran
Dalam kondisi lingkungan bisnis yang senantiasa berubah dan tingkat persaingan dalam
merebut pangsa pasar semakin ketat. Upaya pemasaran produk merupakan salah satu kunci
keberhasilan suatu organisasi bisnis. Kegiatan pemasaran dapat menjadi sumber kegagalan
perusahaan atau menjadi tempat pemborosan jika tidak direncanakan dengan baik. Suatu
rencana pemasaran pada umumnya berisi delapan bagian yakni:
a) Ringkasan Eksekutif.
Ringkasan eksekutif merupakan ikhtisar dari seluruh rencana pemasaran yang telah dibuat,
sehingga dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal pokok isi rencana pemasaran
tersebut.
b) Analisa Situasi.
Analisa situasi biasanya menyajikan data dan informasi mengenai situasi pemasaran
meliputi:
- Situasi pasar
Data dan informasi mengenai besar dan pertumbuhan pasar selama beberapa tahun dan
kecenderungannya pada beberapa tahun mendatang, serta kecenderungan perubahan
persepsi dan perilaku konsumen
- Situasi Produk
Situasi produk biasanya menyangkut data perkembangan penjualan, tingkat harga, marjin,
kontribusi dan keuntungan.
- Situasi Persaingan
Data pesaing menyangkut, kapasitas, pangsa pasar, tujuan dan strategi, mutu produk, dan
berbagai karekteristik pesaing yang relevan.
- Situasi Distribusi
Jenis, jumlah, wilayah dan peranan saluran distribusi berupa sumber informasi, sarana
promosi, berusaha menanbah pembeli, melalukan penyesuaian, melakukan negosiasi harga
dan cara pembayaran, melakukan distribusi fisik saja, melakukan pembiayaan distribusi
dan atau turut menanggung resiko.
c) Analisa SWOT dan Analisis Masalah
Melakukan identifikasi analisis terhadap peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi
oleh perusahaan sebagai hasil interaksi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Pengaruh hasil interaksi lingkungan internal perusahaan juga perlu diidentifikasi
dan dianalisis berupa kekuatan dan kelemahan. Dengan demikian, setelah analisis SWOT
dilakukan, dirumuskanlah masalah-masalah pokok yang harus dijadikan dasar dalam penentuan
sasaran, strategi dan rencana aksi/taktik
d) Sasaran
Mendefiniskan sasaran (tujuan) yang ingin dicapai, baik sasaran keuangan maupun
sasaran pemasaran. Sasaran keuangan antara lain adalah ROI, arus kas dan keuntungan. Sasaran
pemasaran antara lain target dan pertumbuhan penjualan, pangsa pasar, jangkauan pemasaran,
jumlah saluran distribusi, tingkat harga dan lain-lain.
e) Startegi Pemasaran
Strategi pemasaran dirumuskan berdasarkan SWOT dan sasaran yang ingin dicapai, dan
penetapannya terutama didasarkan pada pertimbangan biaya dan manfaat, serta kemampuan
sumber daya untuk melaksanakannya.
1) Menganalisis Kekuatan dan Kelemahan
Penting bagi wiraswstawan untuk mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan
produk pada pasar yang dituju. Kelemahan berhubungan dengan kapasitas produk yang dibatasi
oleh ruang dan peralatan. Di samping itu, perusahaan mempunyai sistem distribusi produk/jasa
yang tidak memadai dan harus bergantung pada perwakilan perusahaan. Kurangnya dana untuk
mendukung usaha promosi besar-besaran bisa diindentifikasi sebagai kelemahan.
2) Penetapan Tujuan dan Sasaran
Sebelum keputusan strategi pemasaran bisa diuraikan, wiraswastawan harus
menetapkan tujuan dan sasaran pemasaran realitis dan spesifik. Sasaran dan tujuan tersebut
harus menguraikan kemana perusahaan diarahkan dan menspesifikasi hal-hal seperti pangsa
pasar, laba, penjualan (menurut wilayah dan daerah), penetrasi pasar, jumlah distributor, tingkat
kesadaran, peluncuran produk barn, kebijakan penentuan harga promosi penjualan dan
dukungan periklanan. Contoh, wiraswastawan mungkin menetapkan tujuan untuk tahun pertama
sebagai berikut: 10 persen penetrasi pasar, 60 persen sampel pasar, distribusi 75 persen dari
pasar. Semua tujuan harus bisa diterima dan layak sesuai dengan situasi bisnis yang ada. Semua
tujuan tersebut bisa dikuantifikasi dan bisa diukur untuk tujuan pengawasan. Akan tetapi, tidak
semua tujuan harus dikuantifikasi. Perusahaan atau pengusaha bisa menetapkan sasaran atau
tujuan, seperti riset sikap pelanggan terhadap produk, penetapan program pelatihan, perbaikan
kemasan, perubahan nama produk, atau menemukan distributor baru. Perlu pula dibatasi tujuan
dan sasaran karena terlalu banyaknya tujuan yang harus dipenuhi akan mempersulit pengawasan
dan monitor.
3) Mendefinisikan Strategi Pemasaran dan Usaha yang Dilakukan
Sekali tujuan dan sasaran pemasaran ditetapkan, wiraswastawan bisa mengembangkan
strategi untuk tujuan tersebut. Strategi tersebut merespons pertanyaan,” Bagaimana kita akan
kesana? Penting sekali bahwa strategi dan tindakan yang diambil bersifat spesifik dan terperinci.
Contoh strategi yang baik dan buruk adalah sebagai berikut. Strategi yang buruk. Kita
akan meningkatkan penjualan produk kita dengan menurunkan harga. Strategi yang baik, kita
akan meningkatkan penjualan produk hingga 6-8% dengan (1) menurunkan harga 10%, (2)
menghadiri pameran perdagangan, dan (3) mengadakan pengiriman pos kepada 5.000 pelanggan
potensial.
4) Perancangan Tanggung Jawab Implementasi
Penulisan rencana pemasaran hanya merupakan awal dari proses pemasaran. Rencana
harus diimplementasikan dengan efektif untuk memenuhi semua tujuan yang diinginkan.
Seseorang, dan biasanya adalah wiraswastawan, harus bertanggung jawab bagi implementasi
tiap-tiap strategi dan tindakan yang diambil dalam rencana pemasaran.
5) Penganggaran Strategi Pemasaran
Keputusan perencanaan efektif harus mempertimbangkan biaya-biaya dalam
implementasi keputusan tersebut. Jika wiraswastawan mengikuti prosedur perincian strategi dan
program untuk memenuhi tujuan dan sasaran yang diinginkan, biaya-biaya harus jelas. Jika
asumsi diperlukan, asumsi tersebut harus dinyatakan dengan jelas sehingga siapa pun yang
menelaah rencana pemasaran memahami implikasi tersebut.
6) Memonitor Kemajuan Usaha Pemasaran
Monitoring rencana melibatkan penjajakan hasil-hasil tertentu dari usaha pemasaran.
Data penjualan menurut produk, daerah, perwakilan penjualan, dan tempat penjualan adalah
hasil tertentu yang harus dimonitor. Apa yang dimonitor tergantung pada tujuan dan sasaran
tertentu yang diuraikan pada rencana pemasaran. Suatu tanda-tanda dari proses monitor akan
memberikan peluang pada wiraswastawan untuk mengarahkan kembali atau memodifikasi
usaha pemasaran sekarang untuk memungkinkan perusahaan mencapai tujuan dan sasaran
awalnya.
7) Membuat dan Melaksanakan Rencana Pemasaran
Perencanaan strategis merupakan proses manajerial untuk menghasilkan dan
mempertahankan kesesuaian antara sasaran dan sumber daya organisasi dengan peluang pasar
(market oportunities) yang timbul. Tujuan perencanaan strategis adalah menghasilkan laba dan
pertumbuhan jangka panjang. Suatu pengambilan keputusan strategis (strategis decisions)
membutuhkan komitmen atas sumber daya secara jangka panjang. Kesalahan dalam membuat
strategi dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Sebaliknya, perencanaan strategis
yang baik dapat membantu melindungi sumber daya perusahaan memproteksi sumber dayanya
terhadap desakan persaingan. Hakikat perencanaan strategis adalah memahami pentingnya
marketing strategi dan mengetahui garis besar rencana pemasaran.
a) Mengapa Membuat Rencana Pemasaran ?
- Rencana pemasaran dapat menjadi dasar bagi pihak manajemen guna melakukan
perbandingan antara kinerja yang diharapkan dengan kinerja nyata yang telah dicapai.
- Rencana pemasaran tertulis menjelaskan semua kegiatan yang membantu para karyawan
dalam memahami dan bekerja sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama.
- Rencana pemasaran memudahkan kita untuk mengkaji tentang lingkungan pemasaran
(marketing environment) serta cara kerja karyawan perusahaan.
- Setelah rencana pemasaran dibuat, bisa dijadikan sebagai acuan bagi keberhasilan aktivitas
perusahaan di masa mendatang.
- Rencana pemasaran memudahkan manajer pamasaran untuk masuk ke pasar dengan
kesadaran akan berbagai kemungkinan dan masalah yang mungkin dihadapi.
b) Unsur-unsur Rencana Pemasaran
Perusahaan memerlukan rencana pemasaran karena ruang lingkup rencana pemasaran
sangat luas dan kompleks. Tiga elemen yang terdapat dalam semua rencana pemasaran:
- Penentuan misi dan sasaran perusahaan
- Melakukan analisis situasi
- Menggambarkan pasar yang dituju dan menetapkan komponen-komponen bauran
pemasaran.
Elemen-elemen yang mungkin termasuk dalam rencana pemasaran adalah:
- Anggaran
- Jadwal pelaksanaan
- Sosial
- Teknologi
- Demografi
- Politik dan hukum
- Ekonomi
- Persaingan
b. Spesialisasi selektif
Spesialisasi selektif yaitu perusahaan memilih sejumlah segmen pasar yang menarik dan
sesuai dengan tujuan serta sumber daya yang dimiliki. Spesialisasi pasar
yaitu perusahaan memusatkan diri pada upaya melayani berbagai kebutuhan dari suatu
kelompok pelanggan tertentu. Spesialisasi produk yaitu perusahaan memusatkan diri pada
pembuatan produk tertentu yang akan dijual kepada berbagai segmen pasar.
Pelayanan penuh (full market coverage) yaitu perusahaan berusaha melayani semua
kelompok pelanggan dengan semua produk yang mungkin dibutuhkan. Hanya perusahaan besar
yang mampu menerapkan strategi ini, karena dibutuhkan sumber daya yang sangat besar.
c. Positioning
Pengertian Positioning berhubungan dengan upaya identifikasi, pengembangan, dan
komunikasi keunggulan yang bersifat khas serta unik. Dengan demikian, produk dan jasa
perusahaan dipersepsikan lebih superior dan khusus (distinctive) dibandingkan dengan produk
dan jasa pesaing dalam persepsi konsumen.
Fokus utama positioning adalah persepsi pelanggan terhadap produk yang dihasilkan
dan bukan hanya sekedar produk fisik. Keberhasilan positioning sangat ditentukan oleh
kemampuan sebuah perusahaan untuk mendeferensiasikan atau memberikan nilai superior
kepada pelanggan. Nilai superior sendiri dibentuk dari beberapa komponen.Sedangkan kunci
utama keberhasilan positioning terletak pada persepsi yang diciptakan dari: persepsi perusahaan
terhadap dirinya sendiri, persepsi perusahaan terhadap pesaing, persepsi perusahaan terhadap
pelanggan, persepsi pesaing terhadap dirinya sendiri, persepsi pesaing terhadap perusahaan,
persepsi pesaing terhadap pelanggan, persepsi pelanggan terhadap dirinya sendiri, persepsi
pelanggan terhadap perusahaan, dan persepsi pelanggan terhadap pesaing.
d. Pengertian Deferensiasi
Deferensiasi yang kompetitif adalah tindakan merancang satu perbedaan yang berarti
untuk membedakan penawaran perusahaan dari lawan/pesaing. Deferensiasi bisa berdasarkan
"produk" yang ditawarkan dengan berbagai keistimewaan, penambahan pelayanan, peningkatan
kualitas, kemudahan pelanggan, dll. Deferensiasi "personil" dengan cara mempekerjakan atau
melatih orang-orang yang lebih baik dari pesaing mereka. Sedangkan deferensiasi "saluran"
yaitu perusahaan mencapai deferensiasi dengan cara membentuk saluran distribusi, terutama
jangkauan, keahlian, dan kinerja saluran tersebut. Diferensiasi "citra" adalah persepsi
masyarakat terhadap perusahaan atau produk.
e. Manfaat dan Kelemahan Segmentasi
Banyaknya perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar pengelompokkan
variabel tertentu. Dengan menggolongkan atau mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat
dikatakan bahwa secara umum perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan
meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam
jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991). Manfaat yang lain dengan
dilakukannya segmentasi pasar, antara lain:
- Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai kecenderungan-
kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah.
- Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
- Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.
- Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat bagi segmen
yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
- Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau periode-periode
dimana reaksi pasar cukup besar.
Gitosudarmo (2000) menambahkan manfaat segmentasi pasar ini, sebagai berikut:
- Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen lainnya.
- Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen.
- Dapat digunakan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling besar.
- Dapat digunakan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan pasar sasaran.
Sekalipun tindakan segmentasi memiliki sederetan keuntungan dan manfaat, namun
juga mengandung sejumlah resiko yang sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari
tindakan segmentasi itu sendiri, antara lain:
- Biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses produksi lebih pendek.
- Biaya penelitian/ riset pasar akan bertambah searah dengan banyaknya ragam dan macam
segmen pasar yang ditetapkan.
- Biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak menyediakan
diskon.
- Kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa.
Bahkan mungkin akan terjadi persaingan yang tidak sehat, misalnya kanibalisme sesama
produsen untuk produk dan segmen yang sama.
Tabel 5.1. Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut Indonesia diurutkan berdasarkan Volume
Ekspor Terbesar
Negara Tujuan Volume Ekspor per Tahun (dalam Ton) Total
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
China 806 1,212 1,603 4,187 9,337 13,785 24,926 35,834 91,690
Hongkong 6,857 9,157 7,809 7,164 7,867 9,214 8,385 15,674 72,127
Philippines 1,205 140 1,523 1,472 4,574 5,302 8,060 11,145 33,421
Spain 3,451 3,838 4,359 4,700 3,364 4,716 4,736 4,431 33,595
Denmark 3,148 2,574 3,954 3,948 4,499 6,294 3,754 2,125 30,296
USA 2,299 980 1,662 1,804 2,128 1,750 1,065 5,751 17,439
South Korea 1,335 639 605 229 1,510 1,152 5,143 3,843 14,456
France 3,572 1,217 1,617 1,833 1,355 1,575 2,919 604 14,692
UK (Inggris) 370 806 714 499 400 395 832 848 4,864
Taiwan 710 621 479 407 422 749 505 535 4,428
Negara lain 1,331 1,890 3,549 2,316 4,706 6,078 8,901 14,798 43,569
Total Ekspor Ind 25,084 23,074 27,874 28,559 40,162 51,010 69,226 95,588 360,577
Rasio* 94.69 91.81 87.27 91.89 88.28 88.08 87.14 84.52 87.92
Sumber : DKP, 2008, dalam Rajagukguk (2009)
Pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata 86.41 persen ekspor rumput laut
Indonesia ditujukan untuk negara-negara tersebut. Artinya negara- negara tersebut di atas
menjadi konsumen yang sangat penting bagi industri dan ekspor rumput laut Indonesia. Data
pada Tabel 5.1 juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prioritas negara tujuan ekspor
yang berbeda dengan negara tujuan ekspor (importir) dunia seperti telah dijelaskan di atas. Hal
ini menjadi sebuah indikator bahwa pangsa pasar rumput laut Indonesia di pasar dunia masih
relatif rendah yang berdampak pada daya saing yang lemah. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih
jauh mengenai pangsa pasar Indonesia di pasar dunia, khususnya di negara tujuan ekspor
Indonesia.
Kondisi yang berbeda ditemukan juga pada data negara tujuan ekspor rumput laut
Indonesia apabila dilihat dari nilai ekspornya berdasarkan data yang diperoleh dari DKP
(2008). Seperti misalnya Jepang, berdasarkan volume ekspor Jepang bukanlah termasuk 10
negara tujuan ekspor utama karena hanya menempati posisi ke-13 sebagai negara tujuan
ekspor. Tetapi, Jepang memberikan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan negara
lain yang mengimpor lebih banyak. Demikian juga dengan negara lain, seperti Taiwan.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya volume ekspor ternyata tidak secara
langsung dapat memberikan nilai ekspor yang besar pula. Hal ini sangat terkait dengan posisi
tawar yang lemah di negara tujuan ekspor seperti Jepang. Secara lengkap, data negara tujuan
ekspor berdasarkan nilai ekspor terbesar dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut Inonesia berdasarkan Nilai Ekspor Terbesar
Negara Tujuan Nilai Ekspor per Tahun (dalam Ribu US$)
Ekspor 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
China 349 337 452 2,553 3,139 4,010 7,613 12,876 11,180
Hongkong 2,594 3,272 3,451 2,103 3,052 2,659 2,261 4,606 8,037
Philippines 454 86 1,209 748 2,447 3,370 4,292 6,052 7,080
Japan 3,530 3,014 2,697 2,005 2,258 1,945 2,305 3,617 4,090
Spain 2,387 2,400 1,618 2,351 1,768 2,404 2,207 1,749 2,242
Denmark 1,868 1,619 2,007 2,132 2,644 4,208 2,699 834 787
USA 1,293 461 821 1,077 1,083 1,398 1,296 3,843 3,017
South Korea 1,280 611 352 89 989 610 2,930 2,281 3,404
UK (Inggris) 538 1,379 1,024 575 479 451 1,851 2,416 2,025
France 828 428 331 600 398 297 805 549 1,243
Negara lain 1,163 2,064 3,268 1,553 2,254 3,944 7,296 10,763 14,419
Nilai Ekspor Ind 16,284 15,671 17,230 15,786 20,511 25,296 35,555 49,586 57,524
Sumber : DKP, 2008 dalam Rajagukguk (2009)
Pada Tabel 5 . 2 menunjukkan bahwa negara tujuan ekspor prioritas berbeda dengan
data sebelumnya. Berdasarkan nilai ekspor terbesar, China masih tetap menjadi negara tujuan
ekspor utama Indonesia dengan total nilai ekspor mencapai 42,59,000 US $ selama kurun waktu
1999 hingga 2006. Penerimaan Indonesia melalui nilai ekspor rumput laut ke negara tujuan
ekspor menunjukkan trend positif, dan hal ini sekaligus menjadi indikator yang menunjukkan
peluang peningkatan penerimaan yang semakin besar.
Analisis tentang posisi daya saing dapat ditunjukkan dengan menilai menurut volume
ekspor, perkembangan hasil dan jumlah yang diekspor, serta share atau sumbangan ekspor
rumput laut Indonesia terhadap total ekspor rumput laut dunia. Berdasarkan data dari FAO tahun
2008, China masih menjadi pemasok (eksportir) terbesar rumput laut dunia. Selang tahun 1999
sampai 2006, China mampu menyumbang 20.42 persen terhadap ekspor rumput laut dunia.
Diikuti oleh Indonesia sebesar 16.28 persen.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indonesia cukup memiliki kemampuan
dalam memperebutkan pangsa pasar rumput laut dunia. Tetapi, terkait dengan harga ekspor
dapat dikatakan bahwa posisi tawar Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan
produsen lain. Dan hal ini sangat berkaitan dengan daya saing Indonesia di pasar
internasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor rumput laut Indonesia ke
negara-negara tujuan, baik faktor internal maupun faktor eksternal, dan bagaimana pengaruhnya
perlu diketahui dengan baik.
4. Memasarkan Produk
Didalam menjalankan sebuah bisnis atau usaha, ada beberapa hal yang dirasa lebih
penting dibandingkan menghasilkan sebuah produk dan pemasaran produk menjadi hal yang
penting manakala produk telah dihasilkan.
Minimal terdapat lima hal penting yang merupakan strategi pemasaran yang umumnya
diterapkan oleh berbagai pengusaha atau perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk
barang atau jasa yang dihasilkan:
a. Menganali Pelanggan
Pertama, Kenali target pasar yang akan dibidik, lalu dilakukan identifikasi. Bisa melalui
survey atau pengamatan dan yang lainnya, semisal bisnis yang dijalani berkecimpung dalam
bidang pemasaran rumput laut atau lainnya, maka perlu diusahakan agar pasar yang dibidik
adalah kalangan para konsumen yang akan menggunakan rumput laut termasuk pengusaha yang
bergerak dalam bidang pengolahan rumput laut atau penggunaan rumput laut dalam berbagai
bentuk yang memiliki kepentingan dan merasa membutuhkan.
Ketepatan identifikasi sangat membantu mempermudah didalam menyusun strategi
pemasaran yang efektif dan efisien serta menghindari pembengkakan biaya dan waktu yang bisa
melelahkan, tentu sangat sulit bagi anda jika anda menjual rumput laut pada daerah-daearh yang
merupakan sentra produksi rumput laut kecuali menjualnya kepada pedagang pengumpul atau
pedagang perantara bahkan kepada pedagang yang lebih besar.
b. Melakukan Promosi
Untuk memasarkan produk rumput laut sedikit berbeda dengan produk lainnya seperti
makanan dan minuman misalnya yang membutuhkan banyak promosi. Untuk produk rumput
laut, jika produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik serta harga yang bersaing maka
akan dicari pembeli karena hingga saat ini kebutuhan rumput laut masih sangat besar
dibandingkan dengan produksi yang ada saat ini. Namun demikian, promosi masih perlu
dilakukan agar lebih memperbanyak peluang untuk penjualan atau pemasarannya, bahkan perlu
dilakukan promosi yang konsisten, dan jangan lupa, perlu diamati kerja para kompetitor,
bagaimana mereka melakukan promosi produknya kepada konsumen. apa yang mereka
terapkan, lalu kita bisa memodifikasi lalu menerapkannya juga dengan cara yang lebih dari para
pesaing.
Namun jangan pernah mengekor, karena itu hanya akan membuat kesuksesan produk
kita juga akan mengekor. Menjalankan ide secara orisinil lebih diutamakan dan hasilnya akan
jauh lebih efektif dan efisien dari sekedar mengekor. Satu lagi cara memasarkan produk yang
bisa dilakukan, mengusahakan promosi gaya dari mulut ke mulut. Sebuah cara yang banyak
pihak menyatakan kuno, ya bisa jadi. namun jika berhasil membuat suatu program dimana
sukses menyebabkan masyarakat membicarakannya terus menerus dari mulut kemulut
mengenai produk yang dihasilkan, maka ini akan menjadi viral dan masif dipromosikan dengan
biaya yang relatif kecil, efektif dan tentu juga efisien
c. Memilih Lokasi Strategis
Pemilihan lokasi yang strategis memegang peranan yang sangat penting, karena rumput
laut tidak dapat diproduksi jika lokasi tidak mendukung, misalnya untuk memproduksi rumput
laut jenis Eucheuma cottoni harus dibudidayakan di laut dengan kualitas perairan yang sesuai
kebutuhan tumbuh dan berkembang jenis rumput laut ini. Demikian pula untuk
membudidayakan rumput laut jenis Gracilaria di tambak, dibutuhkan suatu kondisi yang sesuai
dengan kebutuhan hidup dan tumbuh jenis rumput laut tersebut.
Pertimbangan lain adalah lokasi pembibitan dan budidaya sebaiknya jaraknya tidak
terlalu jauh agar memudahkan proses pengangkutan bibit. Disamping itu, lokasi budidaya tidak
jauh dari lokasi pemasaran rumput laut.
d. Menggunakan Media Internet Marketing
Kata-kata Internet Marketing sudah menghiasi keseharian kita paling tidak setengah
windu belakangan ini. Internet marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang sedang
naik pamor saat ini. Media sosial menjadi ladang pemasaran baru, dengan jejaring sosial,
manajemen pemasaran bisa mengetahui apa saja yang dibutuhkan konsumennya, sudah banyak
jasa jasa internet marketing, tool-tool internet marketing bisa digunakan untuk mengetahui
kebutuhan konsumen yang bagaimana yang perlu disasar. Internet sudah menjadi kebutuhan
pokok bagi sebagian masyarakat, bisa dibayangkan sehari tanpa koneksi internet? khususnya
pemuda pemudi? anda tentu bisa bayangkan sendiri, betapa begitu besarnya pangsa pasar dari
dunia maya yang bisa digarap saat ini.
Dunia sedang berubah, konsumen cenderung lebih ingin berbelanja tanpa harus capek,
ribet dan langsung menuju tempat dimana dia membutuhkan sesuatu tanpa tahu apakah ditempat
yang dituju, barang yang dia inginkan tersedia atau tidak. akan mengorbankan banyak waktu
dan melelahkan harus memecah keramaian dalam perjalanan. Internet adalah solusinya.
Website, jejaring sosial, fanspage atau teknis teknis detail lainnya dalam dunia internet seakan
menjadi kebutuhan khusus dalam strategi pemasaran. Internet marketing bisa memunculkan
interaksi secara langsung dengan pelanggan tanpa ada batas ruang dan waktu
Gambar 5.1. Pemasaran Menggunakan Media Internet
(Sumber: http://nichonotes.blogspot.co.id)
e. Menjalin Ikatan Baik Terhadap Konsumen
Sudah pasti pernah mendengar istilah "Konsumen Adalah Raja", maka perlakukanlah
konsumen layaknya seorang raja untuk menjaga kelangsungan bisnis. Menjalin hubungan yang
erat dengan konsumen, semisal menghubungi hanya untuk sekedar menanyakan pendapatnya
atas produk, testimoni atas produk yang dikeluarkan dan promo promo yang dijalankan.
Konsumen memerlukan produk dan perusahaan memerlukan konsumen. Simbiosis mutualisme
ini harus diterapkan, mempertahankan konsumen bukanlah perkara mudah, menjalin ikatan
dengan konsumen akan memudahkan ini. Menjalin ikatan dengan konsumen secara baik adalah
kunci yang cukup ampuh dalam kesuksesan penjualan produk, termasuk produk rumput laut.
5. Laporan Pemasaran
Program kerja, anggaran, kesiapan SDM marketing dan target penjualan merupakan
kesatuan dari kebijakan marketing termasuk penjualan atau pemasaran rumput laut. Tidak ada
anggaran disetujui tanpa program kerja terarah, sebaliknya program kerja terarah sia-sia kalau
tidak didukung anggaran memadai. Di tangan tenaga marketing andal, target penjualan yang
didukung anggaran dan program kerja pintar masuk akal diraih. Soal lainnya tinggal bagaimana
cara membuat laporan kerja marketing agar mudah dievaluasi.
Memahami kegiatan marketing sepotong-sepotong sebagaimana terjadi di usaha
pembudidaya atau pembibitan rumput laut kebanyakan sungguh tidak membantu. Makin
menjauhkan marketing dari pencapaian target saja. Masih sering dijumpai pengusaha
pembudidaya rumput laut hanya suka membicarakan target tanpa melihat utuh dua aspek
marketing; anggaran dan program kerja.
Pada kondisi lain, kalau hanya berbekal anggaran dan program kerja saja tanpa
didukung oleh strategi pemasaran yang baik, hasilnya pun tidak akan maksimal. Respon
melimpah calon konsumen bisa didapat akibat adanya program kerja gencar tetapi keberhasilan
closing penjualan rendah. Karena kita gagal menangkap hasil buruan yang dihasilkan program
kerja massif secara jitu. Mencapai target penjualan idealnya dimulai dari melakukan pola
terintegrasi antara program kerja, kesiapan SDM penjualan, anggaran dan evaluasi kerja terukur.
Misalnya target penjualan pada semester I awal tahun program tercapai maksimal, tetapi
menguras anggaran di atas 50% dari budget anggaran 1 tahun, tentu pencapaian ini patut
diwaspadai. Potensial menimbulkan ketimpangan penjualan pada semester berikutnya karena
anggaran telah hampir habis terpakai.
Cara sederhana agar kegiatan marketing bisa dilakukan adalah dengan mengevaluasi;
form check list rencana kerja, laporan penggunaan anggaran, laporan realisasi program kerja,
laporan penjualan, dan membuat laporan analisa serta rekomendasi atas semua kegiatan
marketing perumahan persemester.
a. Form Check List Rencana Kerja
Buatlah form check list rencana kerja penjualan sesuai tema dasar kegiatan pemasaran
rumput laut yang bakal dilakukan. Saat menyusun terencana kerja, fator utama yang harus
diperhatikan adalah menyasar segmentasi pasar. Masing-masing rencana kegiatan dibuat
terperinci dan terpisah satu sama lain selengkap-lengkapnya. Jumlah rencana item kerjanya
seharusnya bisa mencapai ratusan bila semua ditulis lengkap. Saat melakukan evaluasi item
kerja, bakal terlihat berapa item kerja terlaksana dan mana item kerja belum terlaksana. Lalu
buatlah prosentase dari total rencana kerja, berapa persen yang mampu terealisasi. Buat pula
catatan di halaman paling bawah sebagai penjelasan. Apa hambatan di lapangan kalau ada, atau
faktor pendukung mengapa program dimaksud bisa terlaksanan baik. Intinya mesti ada
interpretasi atas item kerja yang terlaksana dan item kerja yang terhambat.
b. Laporan Penggunaan Anggaran
Membuat laporan penggunaan anggaran cukup disebut angka global saja, jumlah
terpakai, kronologi penggunaan berstandar akuntasi biasa. Soal real pelaporan rinci berbentuk
kwitansi dan bukti pengeluaran sebaiknya dibuat terpisah karena ada bagian administrasi
keuangan yang membuatnya. Perlihatkan berapa banyak dan prosentasikan dari jumlah terpakai
berbanding anggaran yang tersedia.
c. Laporan Penjualan
Isi form laporan penjualan rumput laut berikut data administrasi yang menyertainya.
Data prinsip laporan penjualan dapat berisi harga pembelian dari konsumen, data konsumen,
jumlah permintaan, dan cara pembayaran. Dari laporan penjualan yang dibuat akan tampak
perbandingan antara proyeksi cash in bakal diterima dengan real cash out yang telah
dikeluarkan. Jika berimbang, dalam pengertian uang yang dikeluarkan bakal menghasilkan cash
in lebih banyak sebagaimana jumlah dan jadwal yang dibuat di forecast keuangan, maka
kegiatan penjualan atau marketing dianggap berhasil. Ukuran gampangnya, dalam 3 bulan
pertama marketing harus mampu membukukan setidaknya 20% penjualan berbanding omzet
keseluruhan.
d. Analisa dan rekomendasi
Setelah tersaji semua laporan program kerja, laporan penggunaan anggaran dan laporan
penjualan tahap akhir dari laporan kerja penjualan/marketing ialah membuat analisa dan
rekomendasi kebijakan. Dokumen analisa dan rekomendasi kebijakan sangat diperlukan sebagai
dasar untuk membuat program marketing selanjutnya. Bercermin dari pelaksanaan dan hasil
kerja sebelumnya, maka budget anggaran dan sasaran program kerja dianggap telah memiliki
referensi aktual. Akan tampak program kerja terlaksana berkatagori bagus atau tidak setelah
dilakukan evaluasi menyeluruh per bulan. Jika buruk, tak sepadan dengan target penjualan
maka evaluasinya apa, jika bagus apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan. Rekomendasi
berisi permohonan dukungan manajemen untuk meningkakan kinerja. Tetapi perlu diingat,
basisnya harus data, tidak boleh selera alias.
EVALUASI
Dalam penyusunan materi ini dilengkapi dengan soal latihan, maka jawablah soal-soal
latihan tersebut dengan baik dan benar. Jika jawaban Anda belum sesuai dengan kunci jawaban,
maka jangan berputus asa, lakukan kembali pendalaman tentang isi materi serta tambalah
pengetahuan Anda dengan materi dari sumber lain. Jika mengalami kesulitan, jangan ragu untuk
bertanya kepada kawan, instruktur atau tanyakan bagian yang belum dipahami pada saat
instruktur memberikan materi tersebut.
Semoga Anda sukses dalam mempelajari dan mendalami isi materi PKB guru Budidaya
Rumput Laut Grade 9 ini.
DAFTAR PUSTAKA
Akma., R . Sugeng dan Ilham. 2008. Teknologi Manajemen Budidaya Rumput Laut
(Kapphaphycus alvarezii). Takalar
Amiluddin, NM. 2007. Kajian Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii yang Terkena Penyakit Ice-Ice di Perairan Pulau Pari
Kepulauan Seribu. Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Anonim. 2005a. Petunjuk Praktikum Biologi Laut. Jurusan Perikanan. UGM. Yogyakarta
Aditya, T.W. , P. Yuwan dan Sudjiharno, 2001, Pemilihan Lokasi Teknologi Budidaya
Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii). Petunjuk Teknis Departemen Kelautan dan
Perikanan. Direktorat Jenderal Perikana Budidaya. hlm 16-22.
Afrianto E dan Evi L. 1993. Budidaya Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta
Afrianto E., dan Liviawaty, E., 2003. Budidaya Laut dan Cara Pengolahannya. Bharata.
Jakarta. 84 hal.
Aini, Q.A., 2009. Taman Vertikultur Pamer Lokasi Tanaman di Lahan Sempit.
www.sittibelajar.com&ref. Diakses Jumat, 28 Juni 2013. 3 hlm
Anjas, R., dan A . Julianti. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut
Sulawesi Selatan Periode Tahun 1999-2009. Skripsi. Prodi Ilmu Ekonomi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Hasanuddin.
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A. Istini. S,. 2009. Rumput Laut Pembudidayaan Pengelolaan dan
Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.147 Hlm.
Armita, D. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air di Daerah Budidaya Rumput Laut
Dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut, di Dusun Malelaya, Desa
Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Skripsi. Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar
Arsyad S., 2009. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii dengan Menggunakan Metode Lepas Dasar (off Bottom Method). Skripsi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari. 57 hlm.
Ask E.L and Azanza R.V., 2002. Advances in cultivation technology of commercial
eucheumatoid species, a review with suggestions for future research. Aquakultur. 206:
257-277.
Aslin, L., 2009. Pengaruh Lama Perendaman yang Berbeda dengan Menggunakan Pupuk
Organik Cair Lengkap Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
pada Sistem Longline. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu.
Kendari. 51 hal.
Asmawati, 2010. Pengaruh Jarak Tanam Bibit Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Karaginan Rumput Laut Varietas Cokelat (Kappaphycus alvarezii) dengan Metode
Long Line Di Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari.72 Hlm
Asnawati, S., 2010. Pengaruh Jarak Kedalaman Tali Ris Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan
dan Kadar Rumput Laut Varietas Merah (Kappaphycus alvarezii) dengan Metode Long
Line Di Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasmeeto Kabupaten Konawe. Skripsi.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari. 55 Hlm
Aslan, L.M., Rahman, A., Lailah, S., 2011. Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam
yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Karaginan Rumput Laut Kappaphycus
alvareziiVarietas Hijau dengan Menggunakan Metode Vertikultur. Laporan Penelitian.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. 54 hal.
Atmadja, dkk., 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi-
LIPI. Jakarta.
Atmadja, W., S. 2007. Apa Rumput Laut itu sebenarnya? Divisi Penelitian dan Pengembangan
Seaweed. Kelompok Studi Rumput Laut Kelautan. UNDIP. Semarang. 8 hlm.
Ayubi, A. L. 2014. Sekilas Tentang Budidaya Rumput Laut. Mahasiswa Hoelea Kupang.
http://mahasiswaleuhoe.blogspot.co.id/2014/03/sekilas-tentang-budidaya-rumput-
laut.html
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. 2008. Jepara dalam Angka. Jepara
Bazzar, ., dan D. Prasetyo. 2011. Eucheuma cottonii. Tugas paper ekologi laut. Program studi
ilmu kelautan. Jurusan ilmu kelautan. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas
diponegoro, semarang. http://danarprasetyo-
scientific.blogspot.co.id/2011/11/eucheuma-cottoni.html
Bold, H.C. dan M.J. Wynne. 1978. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction.
New Delhi : Prentice Hall Of India.
Boyd, C.E., 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn University. Alabama.
USA.
Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds For Aquaculture, Alabama Agricultural Experiment
Station. Auburn University. Alabama. 482 p.
BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, 2010. Eksistensi Rumput Laut
Indonesia. http://www.bppt.go.id/eksistensi-rumput-laut-indonesia. Diakses Tanggal 19
November 2010.
David FR. 2004. Konsep Manajemen Strategis. Penerjemah: Hamdy Hadi. Edisi VII.
Prenhallindo, Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara. 2008. Buku Saku. Jepara
(DJPB KKP) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2004b. Strategi Pengembangan Potensi Rumput Laut Nasional untuk Mendukung
Usaha Pembudidayaan dan Pengolahan Hasil Rumput Laut. Jakarta
Dawes, C. J. 1990. Marine Botany A Wiley Interscience. Publication John Wiley & Sons. New
York
Dodge, J. D. 1973. The Fine Structure of Algae Cells. Academic Press. London.
Djai, S., 2010. Pengaruh Jarak Tanam Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Karaginan Rumput Laut Varietas Hijau Kappaphycus alvarezii dengan Menggunakan
Metode Long Line di Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasmeeto Kabupaten Konawe.
Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari. 50 Hal
DKP, 2006a. Petunjuk Teknis Budidaya Laut Rumput Laut Eucheuma spp.. Direktorat Produksi
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.
DKP. 2006b. Panduan Mata Pencaharain Alternatif Volume 2. PT. Bina Marina Nusantara.
Jakarta. 24 hlm.
Effendie, H., 2000. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB. Bogor.
Effendie, H., 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB. Bogor. Hlm 257.
Ghufran, M.H.K.K. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-
obatan. Lily Publisher. Yogyakarta.
Hung, D.L., Kanji, H., H. Q. Nang., T. Kha., L.T. Hoa. 2008. Seasonal Changes in Growth
Rate, Carrageenan Yield And Lectin Content in The Red Alga Kappaphycus alvarezii
Cultivated in Camranh Bay, Vietnam. Journal Appl Phycol. 21:265–272
Hurtado, A.Q., R.F. Aqbayani, R. Sanares, M.R. de Costro – Mallare. 2008. The Seasonality
and Economic Feasibility of Cultivating Kappaphycus alvarezii in Panagaton, Cays,
Caluya, Antique, Philippines . Aquaculture 199: 295-310.
http://trustbe.blogspot.co.id/2012/12/makalah-sarana-dan-prasarana.html
http://biologilautbootani.blogspot.co.id/2012/03/rumput-laut.html
http://www.digitalpromosi.com/smart/peluang-usaha/2325-budidaya-rumput-laut-dan-potensi-
bisnisnya-yang-tinggi
http://ke-laut-an.blogspot.co.id/2013/06/praktikum-rumput-laut-seaweed.html
http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-di-
2015#ixzz3xH94iwI8
http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-di-
2015#ixzz3xH9PvTJH
http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-di
2015#ixzz3xH8lbBPp
http://rezrahmann.blogspot.co.id/2013/09/rumpur-laut-hypnea-musciformis.html
http://rumputlautkerings.blogspot.co.id/2014/02/klasifikasi-euchema-cottonii.html
http://www.cvamarizmitrayasa.com/2014/02/mengenal-rumput-laut-eucheuma-cottonii.html
http://andrian-deri-alviana.blogspot.co.id/2013/04/identifikasi-spesies-alga-merah.html
http://www.fao.org/docrep/field/003/ab882e/AB882E15.htm
http://rumputlautindonesia.blogspot.co.id/
http://www.sinarharapan.co/news/read/140829053/budidaya-rumput-laut-indonesia-akan-
ungguli-tiongkok
http://fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/Ebook/Biologi%20Laut%20Jilid%202/bab_6.df
http://e-journal.uajy.ac.id/372/3/2BL01029.pdf
http://www.bitebrands.co/2013/11/pengertian-dan-bentuk-bentuk-komunikasi.html
http://arsal-arsenal.blogspot.co.id/2014/06/budidaya-rumput-laut-di-tambak-air-payau.html
http://wicaramina.blogspot.co.id/2015/05/pengapuran-tambak.html
http://www.univer-science.com/2014/10/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34197/3/Chapter%20II.pdf
http://www.indopos.co.id/2015/07/kultur-jaringan-mempercepat-produksi-rumput
laut.html#sthash.RBykiVpR.dpuf
http://radensanopaputra.blogspot.co.id/2013/10/aspek-aspek-dalam-studi-kelayakan-bisnis.html
http://iqbalfawaidfikri.blogspot.co.id/2013/04/aspek-teknik-dan-teknologi.html
http://iqbalfawaidfikri.blogspot.co.id/2013/04/aspek-teknik-dan-teknologi.html
http://webmantab.blogspot.co.id/2012/10/aspek-pemasaran-pasar-didefinisikan.html
http://kumpulantugasmakalahekonomi.blogspot.co.id/2014/09/aspek-pasar-dan-pemasaran-
dalam-studi.html
http://niia1993.blogspot.co.id/2012/12/aspek-pasar-dan-pemasaran-dalam-studi.html
http://www.asarychae.com/2012/07/aspek-pasar-dan-pemasaran.html
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=16097&val=989
http://faithgun.blogspot.co.id/2011/05/studi-kelayakan-bisnis-aspek-keuangan.html
http://usupress.usu.ac.id/files/Studi%20Kelayakan%20Bisnis_2_Final_normal_bab%208.pdf
http://nisyara.blogspot.co.id/2012/10/aspek-finansial-pada-studi-kelayakan.html
http://siska-hiablog.blogspot.co.id/2013/06/makalah-aspek-ekonomi-dan-sosial.html
http://miftahuljuaharifahmi.blogspot.co.id/2012/05/makalah-aspek-ekonomi-dan-sosial-
dan.html
http://ekasyaefatulhuda.blogspot.co.id/2015/05/pendahuluan-merintis-atau-memulai.html
http://www.bappebti.go.id/media/docs/info-komoditi_2015-06-30_10-11-
34_Analisis_Bulanan_Rumput_Laut-Mei.pdf
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwj9096
zvanKAhUWBI4KHSwDCV4QFggkMAE&url=http%3A%2F%2Fetd.repository.ugm.a
c.id%2Fdownloadfile%2F81443%2Fpotongan%2FS3-2015-324563-
chapter1.pdf&usg=AFQjCNEeh5yTtlqQJ1gY_uRb9Fxki4siGQ&sig2=ZrdELvbq_1SDJ
UDJzG2QuQ
http://www.kompasiana.com/aniskurniawan/rumput-laut-sebagai-sumber-pendapatan-alternatif-
potret-dari-4-daerah-di-sulsel_567f6fe0727e6192123cfd27
http://www.agrina-online.com/redesign2.php?rid=10&aid=4665
http://putrajatim.blogspot.co.id/2012/02/pengenalan-studi-kelayakan-bisnis.html
http://www.kemendag.go.id/id/news/2015/08/03/rumput-laut-indonesia-laris-manis-di-pasar-
internasional
http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-di-
2015http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-
di-2015
http://marufkasim.blog.com/2012/12/26/pengembangan-budidaya-rumput-laut-bagi-masyarakat-
pesisir/
http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/272/MEWUJUDKAN-KEDAULATAN-
RUMPUT-LAUT-NASIONAL/?category_id=13
http://kkp.go.id/index.php/pers/komoditas-rumput-laut-kian-strategis/?print=pdf
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/6201390367517.pdf
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/6201390367517.pdf
http://www.jasuda.net/beritadtl.php?ID=161
http://kenshuseidesu.tripod.com/id49.html
http://aryacorrec.blogspot.co.id/2011/06/rumput-laut.html
http://www.univer-science.com/2014/10/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria.html
http://www.univer-science.com/2014/10/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria.html
http://docplayer.info/333364-Posisi-tanam-rumput-laut-dengan-modifikasi-sistem-jaring-
terhadap-pertumbuhan-dan-produksi-eucheuma-cottonii-di-perairan-pantura-
brebes.html
http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera33-Zqlepyi0cuUJFcijpDKR7J5Ui.pdf
http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewFile/4176/3161
http://budidayaperairanq.blogspot.co.id/2013/07/budidaya-rumput-laut-jenis-k.html
Hung, D.L., Kanji, H., H. Q. Nang., T. Kha., L.T. Hoa. 2008. Seasonal Changes in Growth
Rate, Carrageenan Yield And Lectin Content in The Red Alga Kappaphycus alvarezii
Cultivated in Camranh Bay, Vietnam. Journal Appl Phycol. 21:265–272
Hurtado, A.Q., R.F. Aqbayani, R. Sanares, M.R. de Costro – Mallare. 2008. The Seasonality
and Economic Feasibility of Cultivating Kappaphycus alvarezii in Panagaton, Cays,
Caluya, Antique, Philippines . Aquaculture 199: 295-310.
Ismail T, Laili I, Nanik DJ. 2009. Etanol dari Molases Menggunakan Zymomonas Mobilis yang
Dimobilisasi dengan k-Karaginan dengan Faktor Tertentu. Prosiding Seminar Nasional
XIV Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS. Surabaya
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Kadi, A., Atmadja WS. 1988. Rumput Laut Jenis Algae. Reproduksi, Produksi, Budidaya dan
Pasca Panen. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. Jakarta: Pusat
penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 101
hlm.
Kamlasi Y. 2008. Kajian Ekologi dan Biologi untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut
(Eucheuma cottoni) di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten
Kupang Propinsi Nusa Tenggra Timur. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Kasijan Romimohtarto, Sri Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengantar Tentang Biologi
Laut. Jakarta : Djambatan.
Kasry, A. dkk. 2010. “Ekologi Perairan”. Universitas Riau. Pekanbaru.
Khamdiyah, Nur. 2010. “Pembuatan Etanol dari Alga Merah (Euchema spinosum) dengan
Sakarifikasi dan tanpa Sakarifikasi pada Variasi Lama Fermentasi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Khasanah, U. 2013. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut
Eucheuma cottoni di Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo. Skripsi.
Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Makassar
Kurniastuty, P. Hartono dan Muawanah, 2001. Hama dan Penyakit Rumput Laut. Dep.
Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut.
Lampung. 55Hlm.
Kordi, M., G. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik dan Obat-obatan.
Lily Publisher. Yogyakarta. 87 hlm.
Marine, A. P. 2010. Rumput Laut jenis Gracilaria. Semua Tentang Ilmu Kelautan. Prodi. Ilmu
Kelautan Universitas Sriwijaya. http://ayumarine07.blogspot.co.id/2010/11/rumput-
laut-jenis-gracilaria.html
Nazmi, R. 2011. Rumput laut Euchema spinosum. Biologi Laut Rumput Laut Euchema
spinosum. Teknologi hasil perikanan. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas
Riau. Pekanbaru. http://ryannazmi.blogspot.co.id/2011/07/rumput-laut-euchema-
spinosum.html
Neish., I., C. 2005. The Eucheuma Seaplant Handbook Vol I. Agronomi, Biology and Culture
System. Seaplantnet Technical Monograph. 36 Hlm.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa : Dr. H.
Muhammad Eidman Msc.dkk. Jakarta : PT Gramedia.
Pong-masak R., 2010. Panen 10 Kali Lipat Dengan Metode Vertikultur. Majalah TROBOS
Edisi Juni. 2010.
Pong-Masak, P.R., Tjaronge, M., dan Rachmansyah. 2011. Perbaikan BibitRumput Laut
Melalui Metode Seleksi Klon. Makalah yang Dipresentasekan pada Acara Sosialisasi
dan Temu Konsultan Teknologi Budidaya dai Balitbang Kelautan dan Perikanan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya , BRPBAP, Maros di Hotel Horizon-
Kendari, 17 Maret 2011.
Prasetyarto dan Suhendar. 2010. Materi Tentang Laut dan Pesisir. Jakarta.
Prihanigrum, A., M. Meiyana dan Evalawati. Tahun 2001, Biologi Rumput Laut; Teknologi
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii). Petunjuk Tekhnis. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut.
Lampung. 66 Hlm.
Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Rasjid, F., Firdaus, M., Pudu, S., Dahya., Idris., Herman Subandi., 2000. Budidaya Rumput
Laut (Eucheuma cottonii) Dengan Sistem Rakit Cara Tanam Legowo 6. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Kendari. hlm 5-6.
Restiana, W.A dan R. Diana. 2009. Analisa Komposisi Nutrisi Rumput Laut (Euchema
cottoni) Di Pulau Karimunjawa Dengan Proses Pengeringan Berbeda. Disertasi Program
Studi Budidaya Universitas Diponegoro, Semarang
Romimohtarto, K., dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta. 326 hlm.
Sadhori, S.N.1990. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta. p.17-21
Said, Rosiana, 2011. Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kadar Karaginan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezi) Varietas
Merah dengan Metode Vertikultur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Unhalu. Kendari. 95 Hlm.
Safitri, A.S,. 2009. Pengaruh Umur Panen Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Karaginan Kappaphycus alvarezii Dengan Metode Longline. Skripsi Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari. 57 Hlm
Setiadi, A., dan Budihardjo, U. 2000. Rumput Laut Komoditas Unggulan. Penerbit PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Setyaningsih, H. 2011. Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
Dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannyadi Perairan Karimunjawa.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyobudiandi. T., Seokendarsi. E., Jauriah. M., Bahtiar., Hari. H., 2009. Rumput Laut
Indonesia Jenis dan Upaya Pemanfaatannya
Sirajuddin M., 2009. Analisa Ruang Ekologi untuk Pengelompokan Zona Pengembangan
Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottoni) di Teluk Waworanda Kabupaten Bima.
Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Supriyadi dan Tim Lentera. 2008. Mewaspadai dan Menanggulangi Penyakit pada Lou
Han. Penerbit Agromedia Wisata. Halaman 8 – 9
Sutomo B. 2006. Manfaat Rumput Laut, Cegah Kanker dan Antioksidan.
http://budiboga.blogspot.com/2006/05/manfaat-rumput-laut-cegah-kanker- dan.html (23
Juli 2009)
Syahputra, Y. 2005. Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Budidaya Rumput Laut Euchema
cottonii pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda dan Perlakuan Jarak Tanam di Teluk
Lhok Seudu. Tesis (tidak dipublikasikan). Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 102 hlm
Sudjiharno, 2001. Teknologi Budidaya Rumput Laut. Balai Budidaya Laut. Lampung. 91 hlm.
Sujatmiko, W., Angkasa W. I., 2004. Teknik Budidaya Rumput Laut dengan Metode Tali
Panjang. BPPT, Jakarta. Hal 18.
Taurino Poncomulyo., Maryani.H., Kristiani. L., 2006. Budidaya dan Pengelolaan Rumput Laut.
PT. Agromedia Pustaka. Surabaya.
Tiar, S. 2012. Pengaruh Jarak Tanam yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Karaginan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Dengan Metode Long Line Di Desa
Toli-Toli Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Skripsi.Universitas Haluoleo. Kendari.
Umar H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganalisa Kelayakan Rencana Bisnis
Secara Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Utojo, Rahmansyah, Abdul Mansyur, A. Marsambuana Pirzan, dan Hasnawi. 2007. Identifikasi
Kelayakan Lokasi Budidaya Rumput Laut Euchema sp. Di Perairan Teluk Tamiang,
Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 1 (3). 401-534.
Yusuf, M.I., 2004. Produksi, Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut
Kappaphycus alvareziiyang Dibudidayakan dengan Sistem Air Media dan Thallus
Benih yang Berbeda. (Disertasi) Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin.
Makassar. 59 Hlm.