Anda di halaman 1dari 220

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia. Namun bangsa Indonesia
belum memanfaatkan secara maksimal potensi yang ada. Indonesia memiliki potensi produksi perikanan
sekitar 65 juta ton per tahun dan baru 20%-nya yang dimanfaatkan. Sumberdaya kelautan selama ini seolah
hanya dipandang sebelah mata dan dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan tidak dilakukan secara
profesional dan ekstraktif, sehingga tidak mengherankan apabila sektor ekonomi kelautan hanya
berkontribusi kecil terhadap PDB Indonesia yakni sekitar 25%.
Komoditas rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai startegis
ekonomi yang besar baik sebagai penggerak ekonomi masyarakat maupun sebagai penopang perekonomian
nasional. Peningkatan produksi rumput laut saat ini harus dihadapkan pada sebuah tantangan salah satunya
adalah fenomena penurunan daya dukung lingkungan perairan dan perubahan iklim global yang secara
langsung berdampak pada pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan. Kondisi ini dapat dilihat bahwa
pada beberapa lokasi misalnnya telah terjadi pergeseran pola musim tanam yang lebih pendek dari
sebelumnya. Berbagai konflik pemanfaatan ruang juga disinyalir menyebabkan usaha rumput laut mulai
tereduksi oleh sektor lain seperti parawisata.
Berkenaan dengan semakin tingginya minat masyarakat dalam membudidayakan rumput laut, maka
di sekolah-sekolah kejuruan khususnya bidang perikanan telah menangkap peluang tersebut dengan
memasukkan mata pelajaran budidaya rumput laut sebagai salah satu kompetensi yang dapat dicapai agar
siswa mampu menguasai segala seluk beluk rumput laut termasuk pembenihan dan pembesarannya. Agar
siswa dapat menerima materi tentang cara budidaya dan pembibitan rumput laut, maka para guru bidang
perikanan harus terlebih dahulu menguasai bidang budidaya dan pembibitan rumput laut tersebut agar
memudahkan dalam mentransfer ilmu ke pada siswa (i) nya.
Budidaya rumput laut merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMK Kelautan dan
Perikanan di Indonesia, mata pelajaran ini dianggap penting saat ini dikarenakan budidaya merupakan salah
satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang digalakkan pemerintah diantaranya pengembangan
budidaya rumput laut.
Melalui penyediaan materi pembibitan rumput laut ini, diharapkan peserta didik dapat belajar dan
menguasai di bidang rumput laut terutama yang terkait dengan potensi dan prospek pengembangan rumput
laut khususnya bidang pembibitan rumput laut mulai dari , siklus hidup dan sistem reproduksi pembibitan,
sampai kelayakan usaha serta pemasaran hasil rumput laut serta berbagai pengetahuan lainnya yang terkait
dengan bidang pengembangan rumput laut.
Kegiatan Pembelajaran 1.
Mengidentifikasi bibit rumput laut berbagai jenis algae sesuai standar
kualitas dan kuantitas

A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami berbagai jenis rumput
laut yang umum ada di Indonesia, kemudian mengetahui taksonominya serta sistem reproduksi dan siklus
hidupnya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Mengenal potensi budidaya rumput laut di Indonesia
2. Mengetahui biologi dan klasifikasi taksonomi rumput laut
3. Menganalisis siklus hidup rumput laut potensial
4. Menganalisis sistem pengembangbiakan / reproduksi rumput laut secara vegetative dan generatif
5. Mengintegrasikan siklus hidup dan perkembangbiakan rumput laut dengan keberhasilan pembibitan
rumput laut

C. Uraian Materi
1. Kondisi budidaya rumput laut di Indonesia

a. Potensi budidaya rumput laut


Sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.504 buah dan panjang pantai yang
mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki peluang dan potensi budidaya komoditi laut yang sangat besar
untuk dikembangkan. Oleh sebab itu sebagian besar penduduknya memenuhi kebutuhannya melalui sektor
perikanan, terutama masyarakat pesisir. Pesisir laut menyimpan trilyunan jenis sumberdaya alam yang
potensial bagi pembangunan negeri ini. Selayaknya sumberdaya potensial wilayah pesisir, Indonesia mampu
memberi warna kental dalam kegiatan perekonomian nasional.
Salah satu komoditas perikanan yang memiliki prospek untuk dikembangkan, yaitu rumput laut.
Rumput laut yang dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Komoditas
ini memiliki kegunaan yang sangat tinggi, diantaranya sebagai penyedia bahan baku industri misalnya untuk
bahan makanan (dodol, minuman, kembang gula, dan lain-lain), kosmetik, dan juga untuk bahan obat-
obatan. Saat ini terdapat sekitar 782 jenis rumput laut yang hidup di perairan Indonesia. Jumlah tersebut
terdiri dari 196 algae hijau, 134 algae coklat, dan 452 algae merah. Indonesia memiliki potensi budidaya
laut yang luar biasa. Luas potensi budidaya laut diperkirakan mencapai 26 juta ha, dan kurang lebih 2 juta
ha diantaranya sangat potensial untuk pengembangan rumput laut dengan potensi produksi rumput laut
kering rata-rata 16 ton per ha. Berdasarkan data DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) RI tahun 2008,
apabila seluruh lahan dapat dimanfaatkan maka akan diperoleh kurang lebih 32 juta ton per tahun. Apabila
harga rumput laut sebesar Rp 4.5 juta per ton, maka penerimaan yang diperoleh berkisar Rp 144 triliun per
tahun. Potensi rumput laut Indonesia dapat menjadi salah satu sumber pemasukan bagi devisa negara, dan
juga mampu menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor rumput laut terbesar dunia.
Rumput laut merupakan golongan tumbuhan perairan di laut yang berukuran besar, dapat dilihat
dengan mata biasa tanpa alat pembesar dan disebut juga makroalga. Secara alami rumput laut bersifat bentik
atau tumbuh menancap atau menempel pada suatu substrat di perairan laut. Jenis rumput laut yang tumbuh
di laut diperkirakan ada ribuan jenis. Berdasarkan FAO (2010), tanaman air yang dibudidayakandan
diperdagangkan di dunia berjumlah 33 spesies.
Kondisi perairan Indonesia yang luas dan subur mencerminkan potensi hasil laut yang cukup tinggi.
Salah satu komoditi sumberdaya laut yang ekonomis adalah rumput laut. Dari ratusan jenis rumput laut yang
tersebar di perairan pantai Indonesia, terdapat 4 jenis bernilai ekonomis yaitu marga Gracilaria, Gelidium
dan Gelidiella sebagai penghasil agar, dan marga Hypnea serta Eucheuma sebagai penghasil carrageenan.
Namun demikian, Jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan adalah Eucheuma sp dan
Gracilaria. Di samping sebagai bahan untuk industri makanan seperti agar-agar, jelly food dan campuran
makanan seperti burger dan lain-lain, rumput laut adalah juga sebagai bahan baku industri kosmetika,
farmasi, tekstil, kertas, keramik, fotografi, dan insektisida. Mengingat manfaatnya yang luas, maka
komoditas rumput laut ini mempunyai peluang pasar yang bagus dengan potensi yang cukup besar.
Permintaan rumput laut kering kurang 9.300 MT per tahun dan untuk kebutuhan industri di luar negeri
15.000-20.000 MT per tahun.
Rumput laut memiliki kandungan berbagai nutrisi dan zat yang bermanfaat untuk berbagai
keperluan kehidupan manusia, baik sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan campuran berbagai produk
industri, kosmetik dan kedokteran. Adapun pemanfaatan rumput laut terkait dengan kandungan zat di
dalamnya adalah dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Kandungan dan manfaat berbagai jenis rumput laut
No Jenis Rumput Laut Kandungan Manfaat/Produk
1 Gracilaria gelidium Agar-agar Pangan:
2 Euchema/ Kappaphycus Karagenan Makanan, campuran makanan, pemberi
Hypnea tekstur, industry pengalengan daging dan
Spinosum ikan, makanan diet.
3 Sargasum Alginat
Turbinaria Farmasi:
Tablet, kapsul, obat cair (penicillin)

Bioteknologi:
Kultur jaringan untuk menumbuhkan sel

Non Pangan:
Pakan ternak, pakan biota budidaya
perikanan (abalone, teripang, baronang),
pellet ikan, pelarut cat, perekat benang
tenun, pewarna benang, kertas film, pelapis
foto film
Sumber: WWF Indonesia, 2014
Berdasarkan produksi global rumput laut yang dilaporkan oleh FAO pada tahun 2010, Indonesia
merupakan negara produsen terbesar untuk Kotoni (63,37% dari total produksi dunia) dan menempati urutan
kedua untuk Gracilaria (30,02% dari produksi total dunia). Secara nasional, produksi rumput laut di
Indonesia juga didominasi oleh Kotoni dan Gracilaria.
Usaha budidaya rumput laut di laut banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir di Indonesia,
dijadikan sebagai pekerjaan utama maupun sampingan. Beberapa keuntungan dalam budidaya rumput laut
adalah: 1) Tidak memerlukan modal yang tinggi, 2) Teknologi budidaya yang diterapkan adalah teknologi
sederhana sehingga mudah diadopsi oleh masyarakat kecil, 3) Efisien dalam pemanfaatan waktu, 4) Siklus
budidaya singkat, pembudidaya bisa mendapatkan hasil panen dalam waktu 45 hari, 5) Budidaya rumput
laut dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk para ibu rumah tangga (WWF Indonesia, 2014).
Secara ekonomi rumput laut merupakan komoditas yang perlu dikembangkan karena produk
sekundernya dapat memberi manfaat yang cukup besar pada berbagai bidang industri seperti industri
farmasi (salep dan obatan-obatan), industri makanan (agar, alginate, dan karaginan). Realisasi produksi
rumput laut pada tahun 2010 adalah sebesar 3,082 juta ton. Berdasarkan data Statistik KKP 2010-2011
produksi budi daya rumput laut selama lima tahun yaitu sejak tahun 2005-2010 mengalami kenaikan yang
signifikan. kenaikan jumlah produksi pada 2005-2006 mencapai 0,46 juta ton atau setara dengan 50,55%.
Pada 2006-2007 sebanyak 0,36 juta ton atau setara dengan 26,28%, Pada 2007-2008 sebesar 0,417 juta ton
atau setara dengan 24,13%. Pada 2008-2009 sebesar 0,43 juta ton atau setara dengan 20 %. Pada 2009-2010
sebesar 0,51 juta ton atau setara denga 19,74%. Dengan demikian rata-rata kenaikan selama lima tahun
mencapai 28,14% (Akbar, 2014).
Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi negara dan
budidayanya merupakan sumber pendapatan petani nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu
memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia yang sangat potensial. Sebagai negara
kepulauan, maka pengembangan rumput laut di Indonesia dapat dilakukan secara luas oleh para
petani/nelayan. Namun adanya permasalahan dalam pembudidayaan rumput laut seperti pengadaan benih,
teknis budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasarannya, maka untuk pengembangan usaha budidaya
rumput laut ini para petani/ nelayan perlu melakukannya dengan pola PKT (Proyek Kemitraan Terpadu)
dimana para petani/ nelayan bekerjasama menjalin kemitraan dengan pengusaha besar rumput laut.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui DJPB terus mendorong pengembangan
budidaya rumput laut melalui kebijakan industrialisasi seiring meningkatnya permintaan dunia terhadap
komoditas rumput laut. Kebijakan industrialisasi untuk komoditas rumput laut sangat tepat untuk
dikembangkan baik dari segi peningkatan produksi maupun memberi nilai tambah sehingga rumput laut dari
Indonesia mampu bersaing di pasar global. Selanjutnya, bisnis budidaya rumput laut menjadi bisnis yang
menguntungkan, dimana budidaya rumput laut lebih mudah dilakukan dari pada melaut mencari ikan atau
sebagainya. Yang perlu dilakukan hanya menaruh bibir rumput laut di daerah laut pada kedalaman 1-5 m
dan masa tunggu panen sekitar 1,5 - 2 bulan saja. Itu artinya, dalam satu lokasi nelayan bisa panen sebanyak
8 kali. Jika memiliki banyak lokasi budidaya, maka setiap bulannya bisa panen berkali-kali.
Selama peminat terhadap olahan rumput laut di Indonesia tetap besar dan tiap tahunnya selalu naik,
maka bisnis budidaya rumput laut di Indonesia tidak akan mati, malah justru akan semakin menghidupkan
masyarakat. Pendapatan yang bisa mencapai 5 juta per bulannya tentu menjadi pertimbangan yang baik bagi
para pembudidaya. Hal terpenting demi mendorong bisnis budidaya rumput laut di Indonesia tetap hidup
yaitu peran pemerintah. Dorongan dengan kebijakan pemerintah akan sangat berguna bagi para pebisnis
budidaya. Pemerintah harus memperhatikan nasib para nelayan dan pembudidaya dan berbagai kalangan di
pesisir pantai dengan memberikan kebijakan yang tentunya memihak rakyat. Dengan adanya peran
pemerintah, maka bisnis budidaya di perairan Indonesia akan semakin tumbuh dan berkembang pesat.
Indonesia Bagian Timur dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai sentral rumput laut, seperti di Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara,
Sulawesi Tenggara dan juga di wilayah Kalimantan seperti Nunukan dan Tarakan.
Salah satu sentra pengembangan rumput laut yang sangat potensial di Indonesia adalah Sulawesi
Selatan. Selain produksi pertanian sektor pangan yang masih mendominasi, budidaya rumput laut pun
menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program revitalisasi perikanan di Sulawesi Selatan disamping
udang dan tuna. Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dan juga keunggulan budidaya rumput
laut diantaranya adalah peluang pasar ekspor yang terbuka luas, harga relatif stabil, juga belum ada batasan
atau kuota perdagangan bagi rumput laut, teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah
dikuasai, siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan, kebutuhan
modal relatif kecil, merupakan komoditas yang tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya serta
usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga
kerja. Ditambah lagi kondisi geografis yang sesuai dan tersedianya sarana pelabuhan untuk mengekspor
rumput laut merupakan keuntungan bagi Sulawesi Selatan dalam meramaikan pasar luar negeri.
Pengembangan budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan memberikan prospek yang menjanjikan.
Panjang garis pantainya mencapai 1.937 km. Luas lahan budidaya laut Sulawesi Selatan mencapai 193.700
ha dan sekitar 10% nya dimanfaatkan untuk pengembangan rumput laut, sedangkan lahan budidaya tambak
untuk budidaya rumput laut sekitar 32.000 ha. Jenis rumput laut komersial bernilai ekonomis tinggi yang
dibudidayakan di Sulawesi Selatan adalah Euchema cottonii (budidaya laut) dan Gracilaria sp (budidaya
tambak). Produksinya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Departemen Kelautan
dan Perikanan (DKP) provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2006 menunjukkan produksi rumput laut
Sulawesi Selatan mencapai 617.147,60 ton, tahun 2007 meningkat menjadi 630.740,70 ton. Kemudian pada
tahun 2008 produksinya telah mencapai 748.527,80 ton, tahun 2009 sebesar 824.026,00 ton dan proyeksi
capaian tahun 2010 sebesar 1.521.446,00 ton.
Anggadiredja et. Al. (2006) mengestimasi bahwa permintaan dunia akan bahan baku dan hasil
olahan rumput laut akan meningkat sebesar 10% per tahun. Misalnya untuk penghasil karaginan pada tahun
2010 meningkat sebesar 322.500 ton yang terdiri dari Eucheema cottonii sebesar 274.100 ton dan
Gracilaria sp sebesar 48.400 ton. Fakta di atas memberikan peluang ekspor yang besar untuk Sulawesi
Selatan sebagai sentra penghasil kedua spesies rumput laut tersebut, dalam memenuhi permintaan kebutuhan
dunia. Dengan upaya peningkatan ekspor rumput laut secara efisien, bukan hanya mengekspor rumput laut
kering tetapi diharapkan Sulawesi Selatan kedepan juga mampu mengekspor hasil olahan rumput laut. Hal
ini tentu akan merangsang pertumbuhan dan stabilitasi ekonomi Sulawesi Selatan.
Selain sebagai penghasil dan eksportir rumput laut, Sulawesi Selatan masih melakukan impor dalam
bentuk olahan rumput laut, dan ada juga impor untuk jenis rumput laut yang tidak ditemukan di perairan.
Volume impor rumput laut Sulawesi Selatan juga mengalami fluktuatif dan cenderung mengalami
penurunan volume. Apabila dibandingkan dengan volume ekspor, rasio impor terhadap ekspor relatif
menurun, artinya dalam perkembangannya impor tidak terlalu berpengaruh besar terhadap ekspor rumput
laut Sulawesi Selatan. Hal ini terbukti bahwa setiap tahunnya Sulawesi Selatan mampu menyumbang kurang
lebih 30% dari total ekspor nasional.
Sulawesi Selatan harus mempunyai kemampuan dalam bersaing baik dari segi harga, kualitas,
kebijakan-kebijakan perdagangan, dan kemampuan dalam manajemen produksi rumput laut. Berdasarkan
argumentasi tersebut, dapat dikatakan bahwa kebutuhan untuk meningkatkan bisnis rumput laut masih
sangat terbuka dan potensial, selain dari produksi rumput laut yang semakin baik juga permintaannya yang
semakin besar. Globalisasi ekonomi memberikan pengaruh dan tantangan yang semakin besar terhadap
pertanian atau agribisnis di Sulawesi Selatan. Dewasa ini, agribisnis tidak hanya membutuhkan kemampuan
untuk dapat bersaing di pasar lokal, tetapi juga harus mampu berkompetisi di pasar luar negeri, serta
memerlukan pengembangan strategi baru untuk dapat mempengaruhi konsumen baru di pasar yang baru
pula.
Beberapa negara tujuan utama ekspor rumput laut Sulawesi Selatan yaitu Amerika, China, Chili,
Jerman, dan Jepang. Kelima negara tersebut banyak mengimpor rumput laut kering dari Sulawesi Selatan
sebagai bahan baku industri olahan rumput laut. Berdasarkan data, China merupakan negara pengekspor
terbesar untuk jenis cerragenan dan kosmetik, kemudian disusul Chili dan Jerman pada posisi ketiga.
Melihat nilai dan volume ekspor rumput laut Sulawesi Selatan yang cenderung terus meningkat,
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut pun perlu mendapat perhatian pemerintah. Hambatan
perdagangan dalam bentuk tarif maupun non-tarif juga perlu terus dieliminir. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor rumput laut yaitu harga ekspor rumput laut, GDP perkapita negara tujuan ekspor, dan
nilai tukar (kurs). Perubahan harga dapat berdampak pada jumlah permintaan baik itu besar maupun kecil.
Bila harga naik dengan pendapatan konsumen tetap maka jumlah permintaan akan menurun (sesuai dengan
hukum permintaan) karena daya beli konsumen akan menurun.
GDP perkapita negara tujuan ekspor juga mempengaruhi ekspor rumput laut Sulawesi Selatan.
Sebagai importir, permintaan terhadap rumput laut tergantung dari tingkat GDP perkapitanya. Hal ini
karena, realisasi impor ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu negara untuk membeli barang-barang
buatan luar negeri, yang berarti besarnya impor tergantung dari tingkat pendapatan negara tesebut. Faktor
lain yang mempengaruhi ekspor adalah nilai tukar (kurs). Dalam pembayaran transaksi, kita dihadapkan
pada dua macam mata uang yaitu domestik dan luar negeri. Adanya perbedaan mata uang yang digunakan di
negara pengekspor dengan negara pengimpor mengakibatkan adanya masalah, antara lain nilai tukar. Nilai
tukar merupakan harga mata uang persatuan uang dasar yang dinyatakan dalam mata uang negara yang
bersangkutan (Soediono (1991) dalam Putra (2009).
Saat ini yang diperlukan adalah meningkatkan dukungan sektor pengolahan terhadap usaha
budidaya rumput laut, dan dukungan yang diperlukan antara lain didirikannya unit pengolahan rumput laut
di sentra-sentra budidaya rumput laut, sehingga mempermudah pemasaran dan menurunkan biaya
transportasi. Selain itu, dari sektor hulu atau budidaya, saat ini telah dikembangkan bibit rumput laut kultur
jaringan (kuljar). Dengan keunggulan yang dimiliki rumput laut kuljar ini, kendala yang selama ini dihadapi
dalam budidaya rumput laut seperti kendala lokasi, salinitas, dan curah hujan, dapat diatasi sehingga mampu
mendorong peningkatan produksi rumput laut nasional khususnya jenis E. cottonii.
Dengan bibit rumput laut kultur jaringan, pengembangan lokasi budidaya rumput laut melalui
kegiatan ekstensifikasi dapat dilakukan. Penguasaan teknologi dalam hal peningkatan kualitas bibit rumput
laut ini perlu didukung dengan pengembangan kebun bibit rumput laut kultur jaringan sehingga masyarakat
tidak mengambil bibit dari hasil pembudidayaannya tetapi dari pembibit rumput laut yang memang fokus
pada usaha pembibitan, sehingga kualitas bibit tetap terjaga dan ketersediaannya berkelanjutan. Hal ini pun
akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena membuka lapangan pekerjaan sebagai penghasil bibit
rumput laut yang berkualitas.
Disamping itu, industrialisasi rumput laut telah dilaksanakan sejak tahun 2013 di enam provinsi,
yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Utara. Melalui kebijakan industrialisasi, integrasi hulu dan hilir akan dapat dilakukan dengan
mudah karena pembudidaya rumput laut akan dapat dengan mudah memasarkan produknya, sementara
pabrik pengolah akan mudah mendapatkan bahan baku.
Gracilaria sp saat ini merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak diminati dunia. Tercatat
terdapat beberapa negara yang merupakan importir tetap produksi rumput laut Indonesia, diantaranya
Jepang, Hongkong, Korea Selatan, USA, Inggris, Perancis, Denmark, Spanyol, Taiwan, China, Malaysia
dan Chili. Bila mau disimak, kenaikan nilai ekspor, pada tahun 1985 adalah sebanyak 5.445,678 ton dan
pada tahun 1986 meningkat menjadi 6.560,770 ton. Produksi rumput laut meningkat lebih tinggi pada
tahun 1990, yakni mencapai 119.276 ton dan pada tahun 1994 produksi rumput laut mengalami penurunan
menjadi 110.462 ton (BPS 1994).
Tahun 2013 total volume ekspor rumput laut mencapai 182.000 ton. Nilai ekspor tersebut meningkat
17,8 % dibandingkan 2012. Tahun 2014 total volume ekspor diperkirakan meningkat 20 % bila
dibandingkan tahun 2013. Tentunya tahun 2015 proyeksi pertumbuhannya juga tidak akan jauh berbeda.
Dari total produksi rumput laut di Indonesia sebagian besar dihasilkan di perairan Maluku dan Nusa
Tenggara Timur. Sisanya tersebar di Riau, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi. Sedangkan
di Jawa produksi rumput laut dikembangkan salah satunya di Indramayu. Total ada 5 kabupaten di
Indramayu yang sanggup memproduksi rumput laut sekitar 1.280 ton. Ada beberapa keunggulan bisnis
rumput laut diantaranya:
- Peluang pasar ekspor yang terbuka luas
- Harga relatif stabil
- Belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput laut.
- Teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai
- Siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan
- Kebutuhan modal relatif kecil
- Merupakan komoditas yang tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya
- Usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga mampu menyerap
tenaga kerja.
Selain itu, permintaan rumput laut meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan
pertumbuhan industri berbasis rumput laut, serta kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali kepada
produk-produk hasil alam. Diperkirakan, dalam kurun waktu lima tahun ke depan kebutuhan produk olahan
rumput laut terus meningkat. Berdasarkan kecenderungan ekspor dan impor produk olahan rumput laut
selama periode 1999-2004. Diperkirakan pasar dunia produk olahan rumput
laut meningkat sekitar 10 persen setiap tahun untuk karaginan semirefine (SRC), agar, dan alginat
untuk industri (industrial grade). Adapun alginat untuk makanan (food grade) meningkat sebesar 7.5 persen
dan karaginan refine sebesar 5 persen. Meski permintaan meningkat Indonesia baru sebatas menyuplai
bahan mentah berbentuk gelondongan, dan biasanya Indonesia mengimpor kembali rumput laut tersebut
dalam bentuk produk olahan, karena Indonesia merupakan salah satu pasar potensial yang kebutuhan
konsumsi rumput laut olahannya cukup besar. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia sedang mengupayakan
untuk mengembangkan pabrik-pabrik pengolah lokal yang diharapkan dapat mensuplai kebutuhan lokal
rumput laut olahan.
Walaupun perairan pantai Indonesia mempunyai potensi sebagai penghasil rumput laut, tetapi masih
kalah jauh dengan produksi rumput laut dari Filipina. Hal ini disebabkan karena produksi rumput laut
Indonesia selama ini masih tergantung dari hasil panen dari alam, sedangkan di Filipina sudah dibudayakan
secara intensif. Usaha budidaya rumput laut di Indonesia baru dilakukan di beberapa daerah dan itupun
masih terbatas pada jenis Eucheuma cottoni. Meski produktivitas tinggi namun penyerapan rumput laut oleh
industri nasional baru sekitar 30% dari produktivitas. Rendahnya produktivitas yang dilakukan oleh industri
lokal dikarenakan pihak investor masih memiliki banyak kendala dalam berbisnis rumput laut. Industri
dalam negeri masih mengeluh dengan tingginya harga bahan baku sehingga sulit bersaing dengan pelaku
ekspor.
Selain itu, sistem perijinan untuk mendirikan industri pengolahan juga cukup ribet, dimana
diperlukan 14 surat ijin yang dikeluarkan oleh kementerian dan lembaga. Panjangnya proses ini jelas
memakan biaya besar dan tidak efisien. Persoalan masih belum selesai sampai disitu, sebab dari sisi logistik
hingga pemasaran, rumput laut juga menemui banyak kendala. Karena itu, untuk menggenjot produksi
rumput laut di tahun 2015 lalu diperlukan roadmap atau perencanaan yang matang. Hal ini dilakukan agar
lebih terstruktur dan optimal. Roadmap juga bisa menjadi acuan bagi pola pengembangan industri yang
lebih bisa dipertanggungjawabkan. Sampai saat ini belum ada platform kerjasama antara beberapa
kementerian. Hal ini membuat bisnis ini sulit untuk dikembangkan. Padahal pengembangan industri rumput
laut sudah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 27/ 2012 tentang
Industrialisasi Kelautan dan Perikanan.
Namun demikian, setidaknya sampai kini sudah ada 22 pabrik pengolah rumput laut, yaitu terdiri
dari 12 pabrik pengolah agar, 8 pabrik karagenan, 1 pabrik alginat dan 1 pabrik pengolah sun
chlorella. Diharapkan ke-22 pabrik pengolah ini dapat mensuplai kebutuhan rumput laut olahan dalam
negeri. Pabrik-pabrik pengolah tersebut diantaranya tersebar di Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan. Akan tetapi, sampai saat ini kendatipun potensi pasarnya
besar, namun produksi dari pabrik pengolah tersebut masih relatif kecil yaitu sekitar 6.295 ton per
tahun. Khusus untuk pengolah agar-agar, produk yang dihasilkan baru mencapai 888 ton per tahun.
Pertanian rumput laut saat ini sudah menjadi bagian lain dari salah satu matapencaharian masyarakat
nelayan dan telah meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat setempat. Dengan digalakkan budidaya
komoditas ini penghasilan nelayan tidak hanya dari menangkap ikan saja melainkan mereka juga
memperoleh penghasilan dari rumput laut yang dibudidayakannya. Karena mudahnya perawatan, rumput
laut tidak menyita waktu bagi para nelayan sehingga mereka masih dapat mencari ikan atau mengerjakan
pekerjaan lainnya.
Dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya, maka rumput laut sebenarnya lebih
menjajnjikan karena rumput laut dapat memberikan penghasilan sepanjang tahun bagi para petani secara
terus menerus dan konstan, hal ini disebabkan karena budidaya rumput laut tidak memerlukan waktu yang
panjang sementara Komoditas pertanian lain seperti coklat, sawit, cengkeh butuh waktu berbulan-bulan
untuk mendapatkan hasil panennya.
Budidaya rumput laut juga menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat yang dapat
dilakukan oleh perempuan tua sekalipun bahkan juga anak-anak. Mereka dapat bekerja mengikat bibit
rumput laut yang akan ditanam. Dengan kata lain, petani rumput laut akan dapat bekerja bersama
keluarganya dan menikmati hasil panen bersama. Hal lain yang tidak kalah penting adalah bahwa budidaya
rumput laut sangat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Tidak seperti tanaman
darat yang sering membutuhkan bahan-bahan kimia untuk pemupukan sehingga menyebabkan kerusakan
struktur tanah atau penggunaan pestisida yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Budidaya
rumput laut bahkan dapat membantu keseimbangan ekosistem laut, rumput laut sering digunakan oleh ikan-
ikan kecil sebagai tempat tinggal dan tempat berkembang biak bagi mereka.
Budidaya rumput laut yang pada umumnya dapat dilakukan oleh para petani/nelayan dalam
pengembangannya memerlukan keterpaduan unsur-unsur sub sistem, mulai dari penyediaan input produksi,
budidaya sampai ke pemasaran hasil. Keterpaduan tersebut menuntut adanya kerjasama antara pihak-pihak
yang terkait dalam bentuk kemitraan usaha yang ideal antara petani/usaha kecil yang pada umumnya berada
dipihak produksi dengan Pengusaha Besar yang umumnya berada di pihak yang menguasai pengolahan dan
pemasaran.
Usaha perikanan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam bentuk usaha perikanan rakyat,
dan perikanan besar milik pemerintah serta milik swasta nasional atau asing. Perikanan rakyat merupakan
usaha skala kecil yang bercirikan antara lain pengelolaanya secara tradisional, produktivitas rendah dan para
umumnya tidak mempunyai kekuatan menghadapi kompetisi pasar. Di lain pihak, perikanan besar yang
memiliki teknologi skala usaha yang besar, mengelola usahanya secara modern dan teknologi tinggi,
sehingga produktivitasnya tinggi dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan pasar. Kelemahan
dari pengusaha perikanan kecil dan kekuatan dari pengusaha perikanan besar, merupakan potensi yang bisa
menciptakan kesenjangan diantaranya. Karena dalam perkembangannya ada saling berkepentingan di antara
kedua pihak, kesenjangan yang bisa timbul akan dapat diperkecil dengan mengadakan kemitraan antara
pengusaha kecil perikanan rakyat dengan pengusaha besar di bidang perikanan atau produk kelautan. Salah
satu komoditas yang masuk sebagai komoditas perikanan karena diusahakan di laut, dan yang dapat
dikembangkan dengan menjalin kerja sama kemitraan adalah budidaya rumput laut.
Melalui industri pengolahan, rumput laut dapat digunakan sebagai bahan industri pangan maupun
non pangan. Komponen paling penting dari rumput laut adalah karagenan atau kadang juga disebut sebagai
tepung rumput laut. Dari rumput laut kering, sekitar 25% beratnya adalah terdiri dari karagenan. Karagenan
diambil dari rumput laut dengan serangkaian proses ekstraksi yang cukup rumit. Karagenan sendiri terdiri
dari dua jenis yaitu semi refined Carrageenan dan refined carrageenan, dua jenis Carrageenan ini semuanya
dapat dikonsumsi baik sebagai makanan baik untuk manusia maupun makanan hewan.

b. Penyebaran Rumput Laut di Indonesia


Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut.
Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di
perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya
dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan
pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi
pantai dari deburan ombak.
Di Pantai Selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai
Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang.
Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung
sampai pesisir SumateraUtara dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian
masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah
Euchema cottonii dan Gracelaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya
banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Berdasarkan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012) beberapa wilayah di
Indonesia yang ditargetkan untuk mengembangkan budidaya rumput laut diantaranya adalah kabupaten
Serang dan Pandeglang di Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Morowali di Propinsi Sulawesi Tenggara,
Kabupaten Sumbawa di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Sumba Timur di Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Selain itu ada 10 propinsi yang sudah melakukan kegiatan Budidaya rumput laut.
Menurut data produksi perikanan budidaya tahun 2012, 10 besar provinsi penghasil rumput laut di
Indonesia adalah :
1) Provinsi Sulawesi Selatan
Perkembangan rumput laut di Indonesia memang berawal dari Provinsi ini
sehingga sejak dulu memang terkenal sebagai penghasil rumput laut terbesar di
Indonesia dengan produksi sebesar total 2.104.446 ton basah atau sebesar
32,30% produksi total rumput laut Indonesia tahun 2012. Dengan perkembangan
produksi dari tahun 2008-2012 sebesar 35,23%. Provinsi ini juga merupakan
penghasil rumput laut jenis gracilaria dengan produksi sebesar 623.734 ton basah
tahun 2012.
2) Provinsi Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tengah juga sebagai salah satu Provinsi penghasil rumput laut terbesar ke-2
setelah Sulawesi Selatan. Namun Provinsi Sulawesi Tengah ini sebagian besar adalah jenis rumput laut
Euchema cottonii. Produksinya yang sebesar 911.590 ton basah pada tahun 2012 adalah berasal dari
budidaya rumput laut jenis Euchema cottonii.
3) Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengembangkan rumput laut jenis euchema cottonii. Dengan
produksi tahun 2012 cukup besar yaitu mencapai 639.192 ton basah. Dan hal ini menggeser posisi yang
sebelumnya 4(empat) besar menjadi 3 (tiga) besar dari 10 Provinsi produksi rumput laut terbesar di
Indonesia
4) Provinsi Jawa Timur
Produksi rumput laut di Provinsi ini cukup fantastis dengan perkembangan produksi 5 tahun
terakhir sejak 2008 sampai dengan 2012, perkembangannya mencapai 103,40 %. Total produksi rumput
laut Provinsi Jawa Timur tahun 2012 sebesar 572.538 ton basah. Budidaya rumput laut di Provinsi ini
terutama didominasi di Kabupaten sumenep, terutama daerah Kepulauan Sapeken maupun di Gili Genteng
dan Pulau Ra’as.
5) Provinsi Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat disamping terkenal dengan produksi Mutiara dan udangnya, terutama udang
vaname juga termasuk Provinsi penghasil rumput laut yang cukup besar. Pada tahun 2012 Provinsi Nusa
Tenggara Barat total produksi rumput laut mencapai 477.037 ton basah. Hal ini menduduki peringkat 5
besar setelah Jawa Timur dengan perkembangan produksi selama lima tahun 2008-2012 sebesar 43,34 %.
6) Provinsi Maluku
Provinsi Maluku juga sangat terkenal dengan produksi mutiaranya yang sudah menembus pasar
dunia. Disamping produksi mutiaranya yang diakui dunia karena kualitasnya ternyata provinsi maluku yang
topografinya berbentuk kepulauan, memiliki potensi untuk pengembangan rumput yang sangat baik.
Perkembanngan rumput lautnya mencapai 147,11 % sejak tahun 2008-2012. Dengan total produksi
rumput laut tahun 2012 sebesar 474.167 ton basah.
7) Provinsi Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur boleh dikatakan salah satu Provinsi yang pertama mengusahakan
budidaya rumput laut di Indonesia. Buktinya tahun 2008 produksinya sangat besar dan sebagai Provinsi
produksi terbesar di Indonesia, dengan total produksi 696.273 ton basah mengalahkan produksi provinsi
Sulawesi Selatan yang sebesar 648.528 ton basah. Namun pada tahun 2007 di Nusa Tenggara Timur
adanya penyalahgunaan green tonic ditambah adanya pencemaran dari tumpahan minyak menyebabkan
rusaknya perairan wilayah budidaya rumput laut. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan produksi
sejak tahun 2009, sehingga perkembangan produksi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2008-2012
perkembangannya minus 11,12 %, dengan total produksi tahun 2012 sebesar 398.736 ton basah.
8) Provinsi Kalimantan Timur
Kalimantan Timur termasuk Provinsi baru yang membudidayakan rumput laut, namun
produksinya cukup menjanjikan. Pada tahun 2011 produksinya meningkat secara signifikan dengan total
produksi sebesar 138.488 ton basah yang sebelumnya tahun 2010 hanya sebesar 40.216 ton basah atau
terjadi peningkatan produksi sebesar 244,36 %. Sedangkan pada tahun 2012 produksi Provinsi
Kalimantan Timur sebesar 195.314 ton basah, dan selama lima tahun terakhir tahun 2008-2012
perkembangan produksi rumput lautnya mencapai 187,64%.
9) Provinsi Sulawesi Utara
Sulawesi Utara Sama dengan Provinsi Kalimantan Timur, termasuk Provinsi baru yang ikut andil
menyumbang produksi rumput laut untuk Indonesia. Kalau melihat prosentase perkembangan produksi
rumput lautnya, sangat besar yaitu sebesar 178.28 % dengan total produksi sebesar 144.168 ton basah.
10) Provinsi Bali
Produksi rumput laut di Bali memang kalau dilihat dari perkembangan lima tahun terakhir tidak
terlalu besar, atau boleh dikatakan stabil. Tetapi kalau dilihat
perkembangannya dari tahun 2010-2012, ada peningkatan yang cukup besar. Untuk tahun 2012 produksi
rumput laut di Provinsi bali total 144.168 ton basah, sehingga dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia,
Provinsi Bali menduduki urutan ke -10.

c. Kapasitas dan Sentra Produksi


Perairan Indonesia merupakan perairan tropika yang kaya akan sumber daya plasma nutfah
rumput laut (menurut ekspedisi oleh Van Bosse 1899-1900 mencapai 555 jenis), membuat komoditas
rumput laut menjadi salah satu hasil laut yang diunggulkan dan dikembangkan secara luas, tersebar di
seluruh wilayah perairan Indonesia (mencapai 384,73 ribu ha) dengan target produksi pada tahun 2014
sebesar 10 juta ton. Berdasarkan data di samping, tahun 2010 produksi tertinggi ditempati oleh Provinsi
Sulawesi Tengah dengan jumlah 833.327 ton, kemudian diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan
(750.134 ton), Nusa Tenggara Timur (596.348 ton), Jawa Timur (383.580 ton) dan Nusa Tenggara Barat
(152.534 ton).
Perkembangan ekspor rumput laut Indonesia selama periode 2008-2012 menunjukan tren positif,
yaitu sebesar 10,29%. Tahun 2012, nilai ekspor sebesar US$ 134 juta sedikit lebih rendah
dibandingkan tahun 2011 mencapai US$ 157 juta. Selain itu, dibandingkan tahun 2012 pada periode
Januari-Juli 2013, perubahan nilai ekspor rumput laut mencapai 7,22%.
Komoditas rumput laut merupakan komoditas yang mempunyai nilai startegis ekonomi yang besar
baik sebagai penggerak ekonomi masyarakat maupun sebagai penopang perekonomian nasional. Indonesia
sebagai bagian dari Coral Three Angel (segitiga karang dunia) disuguhi begitu besar potensi dan ragam jenis
sumberdaya rumput laut.

d. Mewaspadai tantangan pada zona hulu


Merujuk pada data statistik, produksi rumput laut selalu mengalami tren positif, dimana produksi
rumput laut (untuk Gracilaria dan E. Cottoni) mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu
tahun 2010-2013 misalnya produksi rumput laut nasional untuk kedua jenis tersebut mengalami kenaikan
rata-rata per tahun sebesar 27,88%. Namun demikian, kinerja peningkatan produksi tersebut tidak bisa lantas
menjadikan semuanya tidak akan mengalami tantangan ke depan. Beragam fenomena permasalahan yang
bisa muncul harus sudah menjadi perhatian serius sebagai upaya menjamin usaha budidaya terus
berkesinambungan.
Kita bisa lihat misalnya, peningkatan produksi rumput laut saat ini harus dihadapkan pada
sebuah tantangan salah satunya adalah fenomena penurunan daya dukung lingkungan perairan dan
perubahan iklim global yang secara langsung berdampak pada pertumbuhan rumput laut yang
dibudidayakan. Kondisi ini dapat dilihat bahwa pada beberapa lokasi misalnnya telah terjadi pergeseran pola
musim tanam yang lebih pendek dari sebelumnya. Berbagai konflik pemanfaatan ruang juga disinyalir
menyebabkan usaha rumput laut mulai tereduksi oleh sektor lain semisal parawisata.
Kasus ini sudah mulai terjadi di beberapa daerah. Di Karimunjawa misalnya terjadi penurunan
aktivitas usaha budidaya rumput laut secara signifikan seiring perkembangan sektor parawisata; di Kutai
Kartanegara aktivitas usaha budidaya rumput laut harus berbenturan dengan jalur lintasan kapal pengangkut
batu bara; sedangkan di Lombok Barat bagian selatan geliat usaha budidaya rumput laut megalami
penurunan akibat perubahan lingkungan yang fluktuatif dan degradasi kualitas bibit. Masih banyak lagi
tantangan permasalahan termasuk aspek non teknis yang berkaitan dengan masalah di hilir yang sudah
barang tentu berdampak langsung terhadap geliat usaha budidaya di hulu, misalnya posisi tawar dan nilai
ttambah yang masih minim dirasakan oleh para pembudidaya.
Ada beberapa hal penting yang harus segera dilakukan sebagai upaya meminimalisir dan
mengantisipasi tantangan di zona hulu, yaitu :
Pertama, terkait fenomena produksi yang fluktuatif di beberapa daerah, maka perlu ada upaya: (1) segera
melakukan identifikasi untuk menentukan peta kesesuaian lahan budidaya untuk mengantisipasi penurunan
kaualitas lingkungan dan perubahan iklim; (2) mempercepat perekayasaan terkait inovasi bioteknologi
rumput laut untuk menghasilkan bibit rumput laut unggul dan adaptif dan melakukan percepatan distribusi
bibit hasil kultur jaringan ke sentral-sentral produksi dan kawasan potensial.
Kedua, kaitannya dengan potensi konflik penataan ruang, maka perlu segera untuk mendorong Pemda
(sesuai kewennangannya) untuk menyusun dan menetapkan Rencana Zonasi Pemanfaatan Willayah Pesisir,
Laut dan Pulau-Pulau Kecil khususnya zonasi kawasan budidaya laut, dimana di dalamnya mencakup zonasi
untuk budidaya rumput laut sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang di kawasan sentral produksi dan
kawasan potensial baru.
Ketiga, dalam upaya meningkatkan nilai tambah dan posisi tawar pembudidaya, maka perlu didorong upaya:
(1) memfasilitasi terbangunnya sebuah kemitraan yang efektif dengan industri di setral-sentral produksi,
sebagai upaya dalam mengurangi mata rantai distribusi pasar dan mempermudah kontrol terhadap stabilitas
harga dan kualitas produk; (2) menyusun standar produk hasil panen budidaya, untuk kemudian
disosialisasikan secara massive dan ditetapkan sebagai aturan yang wajib.

e. Hiilirisasi rumput laut nasional belum optimal


Ada tantangan yang kerap kali menjadi momok dalam mewujudkan kedaulatan industri rumput laut
nasional yaitu bahwasannya anugerah sumberdaya rumput laut yang Indonesia miliki pada kenyataannya
belum mampu dirasakan dan dimanfaatkan secara optimal, dimana nilai tambah produk rumput laut belum
sepenuhnya secara langsung dirasakan di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena Indonesia masih sebatas
menjadi eksportir raw material, sementara end product lebih banyak dihasilkan oleh negara-negara importir
seperti China, sehingga mereka lebih banyak merasakan nilai tambah. Ironisnya lagi setiap tahun Indonesia
harus mengimpor produk setengah jadi seperti Refiine Carrageenan dan sudah barang tentu end product,
inilah yang menyebabkan Indonesia mempunyai posisi tawar rendah karena pada kenyataannya harga
komoditas rumput laut lebih banyak dikendalikan oleh negara-negara importir khususnya China.
Disatu sisi, upaya untuk memperkuat dan mengembangkan industri nasional belum dapat dilakukan
secara optimal. Tingginya nilai investasi dalam membangun sebuah industri nasional skala besar menjadi
salah satu penghambat pertumbuhan industri rumput laut nasional. Masalah lain adalah belum ada jaminan
ketersediaan bahan baku secara kontinyu baik kuantitas maupun kualitas yang dirasakan Industri nasional
saat ini. Ketimpangan terjadi manakala di hulu terjadi peningkatan produksi sementara di hilir (industri)
kekurangan bahan baku. Apa yang terjadi sesungguhnya?
Jika diidentifikasi selain permasalahan di hulu, masalah utama yang mengganggu siklus bisnis
rumput laut nasional adalah terkait supply chain dan pola tata niaga rumput laut yang tidak tertata dengan
baik. Pada setiap sentral produksi misalnya terdapat begitu banyak pelaku yang melakukan kompetisi
dagang yang tidak sehat. Begitu banyak peran tengkulak dan spekulan yang melakukan sistem hit and run.
Pada beberapa sentral produksi seperti di Lombok para eksportir cenderung menempatkan pedagang
pengumpul di setiap lokasi, diimana pengumpul tersebut menjalin kontrak quota, yang terjadi manakala
karena dibebani kewajiban pemenuhan quota banyak diantara pengepul yang melakukan hit and run tanpa
mempertimbangkan standar kualitas dengan harga yang sama atau bahkan lebih tinggi (diatas standar pasar
yang berlaku).
Kondisi ini memicu pembudidaya untuk tidak lagi mempertimbagkan kualitas namun lebih
mempertiimbangkan harga. Masalah inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab industri nasional
kehilanngan kesempatan untuk mendapatkan produk yang sesuai standar kualitas, disamping para pelaku
industri nasional tidak cukup kuat untuk bersaing dengan para eksportir raw material karena harga banyak
dikendalikan mereka.
Permasalahan lain adalah hampir disetiap sentral produksi belum terbangun sebuah kelembagaan
baik Pokja maupun kelembagaan penunjang yang kuat dan mandiri. Yang terjadi adalah pembudidaya
berjalan sendiri-sendiri sehingga tidak punya kekuatan posisi tawar. Belum adanya kelembagaan yang kuat
juga berpengaruh terhadap pola kemitraan usaha yang rentan pecah kongsi. Padahal sebuah kemmitraan
usaha menjadi bagian penting dalam memutus/ mengurangi mata rantai distribusi pasar/pola tata niaga
dengan begitu akan tercipta efesiensi dan nilai tambah.
Upaya menciptakan nilai tambah dengan membangun unit-unit pengolahan produk setengah jadi
seperti chips yang mulai gencar dilakukan di sentral produksi pada kenyataannya tdak berjalan secara
optimal. Jika kita analisa, ada beberapa kekurangan yang mestinya dijadikan pertimbangan utama, yaitu : (1)
kapasitas sdm penggelola yang tidak disiapkan dengan baik; (2) SOP teknologi yang tidak dikuasai oleh
pengelola sehingga kualitas produk yang dihasilkan rendah; (3) jaminan pasar hasil produk yang tidak
terkoneksi secara pasti dengan industri nasional; dan (5) pola kemitraan yang tidak dibangun secara kuat.
Ironisnya masalah rantai pasok dan hilirisasi rumput laut sampai saat ini masih urung terselesaikan
dengan baik, mungkin secara tidak sadar kita masih menganggapnya sebagai micro problem, padahal
semuanya masalah bisnis rumput laut berawal dari sini. Ada beberapa hal terkait upaya pengembangan
hilirisasi rumput laut nasional yang perlu segera ditindaklanjuti, yaitu: Pertama, terkait jaminan kualitas
produk raw material, maka harus ada upaya : (a) membangun kelembagaan dan kemitraan usaha, sehingga
industri dapat secara langsung melakukan kontrol kualitas, disamping itu akan mempermudah dalam
melakukan pembinaan secara langsung; (b) mendorong pemda bekerjasama dengan industri untuk
membangun sisitem pergudangan dengan tata kelola yang efektif. Penerapan resi gudang (gudang serah)
menjadi salah satu upaya yang dinilai efektif dalam memperbaiki rantai tata niaga rumput laut; (c)
optimalisasi unit pengolahan yang telah ada dengan meperbaiki tata kelola dan membuka akses konektivitas
produk yang dihasilkan dengan industri nasional.
Kedua, kaitannya dengan masalah rantai pasok, maka perlu ada upaya ; (a) pemerintah pusat
menyusun pedoman teknis terkait model tata kelola usaha rumput laut yang efektif dan berkelanjutan; (b)
mendorong pemda untuk menyusun sebuah aturan terkait tata kelola usaha rumput laut yang efektif. Aturan
mengacu pada model yang ada dalam pedoman teknis dan atau bisa mencontoh pada model yang telah
diterapkkan di daerah lain dan berjalan efektif; (c) Pemerintah bersama Asosiasi segera melakukan
pendataan (licensi) terhadap pengepul/middle man di masing-masing sentral produksi sebagai upaya kontrol
dan treacibility dalam penataan rantai tata niaga rumput laut; (e) pemda perlu mengeluarkan regulasi dalam
upaya memperpendek rantai distribusi pasar dengan membangun kelembagaan yang kuat untuk kemudian
memfasilitasi terwujudnya pola kemitraan yangg kuat dan berkesinambungan di setiap sentral produksi;
dan (f) meng-counter peran spekulan melalui kontrol dan pengaturan tata kelola usaha rumput laut yang
efektif.
Ketiga, polemik tentang ketimpangan terkait supply and demand, maka harus ada upaya : (a)
Pemerintah, Pemda dan Asosiasi secara bersama-sama melakukan pemetaan terkait kapsitas produksi,
kapasitas terpasang yang mampu diserap industri nasional, kapsitas terpasang untuk ekspor raw material,
dan kapsitas terpasang untuk msing-masing segmen pasar berdasarkan tipe produk; (b) Pemerintah
melakukan pendataan terhadap pengumpul, para eksportir dan industri nasional beserta kapasitas produksi;
dan (c) bersama-sama secara tranasparan menyusun peta realisasi dan kebutuhan rumput laut nasional
Keempat, kaitannya dengan pengembangan industri rumput laut nasional, maka perlu ada upaya-
upaya yaitu: (a) memperkuat industri nasional melalui fasilitasi akses terhadap pembiayaan dan pemberian
insentif serta penciptaan ikllim usaha dan investasi yang kondusif; dan (b) memfasilitasi kemitraan usaha
langsung dengan industri nasional dan melakukan pengaturan pola tata niaga sebagai upaya dalam
menjamin ketersediaan bahan baku baik kualitas maupun kuantitas.

f. Perlu action plan yang konkrit dan implementatif


Pada era Pemerintahan yang lalu mantan Wakil Presiden Boediono telah mengamanatkan untuk
secara fokus menggarap bisnis rumput laut sebagai salah satu potensi strategis ekonomi nasional. Hasilnnya
telah terbentuk Kelompok Kerja (Pokja) rumput laut nasional yang melibatkan lintas sektoral terkait. Harus
diakui kemudian kinerja Pokja inipun tidak berjalan optimal sebagaimana yang diharapkan, ini bisa kita
lihat dari tidak adanya sinergi dalam implementasi program yang ada, kegiatan yang masih bersifat parsial
menjadi penyebab program tidak fokus pada upaya-upaya penyelesiaian masalah secara komprehensif,
namun yang terjadi justru adanya tumpang tindih kewenangan. Begitupula peran Komisi Rumput Laut
Indonesia masih belum optimal, perannya yang masih terbatas pada level dalam memberikan masukan dan
rekomendasi dirasa masih kurang kuat karena masih bersifat normatif.
Seiring dengan misi besar kabinet kinerja yaitu dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim
dunia, maka komoditas rumput laut menjadi sangat startegis sebagai bagian dalam pengembangan ekonomi
maritim. Oleh karena itu, masalah perumput-lautan nasional harus mendapat porsi perhatian yang lebih
besar. Pembentukan semacam Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengembangan Bisnis Rumput Laut
Nasional yang langsung dibawah kendali Presiden, mungkin menjadi hal yang bisa dilakukan, sebagai upaya
dalam memperkuat dan mempercepat proses industrialisasi rumput laut nasional. Keberadaan Kemenko
Kemaritiman harus dijadikan wadah dalam mengkonsolidasikan semua lintas sektoral terkait untuk fokus
bersama-sama secara sinergi dalam pengembangan industri rumput laut nasional. Penyusunan dan
implementasi road map dan action plan rumput laut skala nasional yang mengakomodir kepentingan
stakeholders pada seluruh level secara konkrit (tidak normatif) menjadi hal mutlak yang harus segera
dilakukan.

a. Definisi dan biologi rumput laut


Istilah “rumput laut” adalah terjemahan dari “sea weed” yang merupakan nama dalam dunia dalam
perdagangan internasional untuk jenis-jenis alga (e) yang dipanen dari laut. Sebenarnya penamaan tidak
tepat karena algae secara botanis tidak termasuk dalam golongan rumput-rumputan (graminae).
Di perairan Indonesia terdapat berbagai jenis rumput laut yaitu lebih dari 500 jenis, namun
hingga saat ini baru beberapa jenis yang dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis seperti Eucheuma
sp, Gelidium sp, Gracilaria sp, Gelidiella sp dan Hypnea sp. Jenis seperti Caulerpa, Sargassum, Gelidium,
Hypnea dan lain-lain mempunyai nilai ekonomis tinggi pula, tetapi hingga saat ini masih dipanen dari
alam, itupun bila ada yang membutuhkan.
Rumput laut (Sea weed) merupakan salah satu jenis tumbuhan laut yang tergolong kedalam
ganggang berukuran besar atau makro algae dan banyak yang hidup melekat di dasar perairan.
Rumput laut termasuk kedalam division Thallophyta (tumbuhan berthallus) karena mempunyai struktur
kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun, berbatang dan berakar, semuanya terdiri dari thallus
(batang) saja. Berdasarkan identifikasinya, rumput laut habitat aslinya adalah di laut, maka dalam
membudidayakan rumput laut di laut merupakan suatu kegiatan budidaya seperti kondisi di alamnya.
Seluruh bagian tanaman yang dapat menyerupai akar, batang, daun ataupun buah semuanya disebut
thallus. Bentuk thallus ini bermacam-macam yaitu bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong,
seperti rambut, dan lain-lain. Semua sifat-sifat thallus itu membantu dalam pengenalan jenis atau species
dalam klasifikasinya.
Rumput laut tergolong pada jenis tumbuhan tingkat rendah, pada tumbuhan ini tidap dapat
dibedakan mana bagian akar, batang, dan daun (thalus). Batang pada thalus ada yang berbentuk tabung,
pipih, gepeng, seperti rambut, bulat seperti ranting. Percabangan thalus bermacam-macam, ada yang tidak
bercabang, ada yang bercabang dua terus-menerus, dan berderet searah pada satu sisi thalus utama.
Bentuk thallus rumput laut ada yang tersusun oleh satu sel dan oleh banyak sel. Percabangan thallus
ada yang dikotomous (bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus
utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang-seling), verticillate
(cabangnya berpusat melingkar), tetratichous (bercabang empat/dua pasang pada thallus utama dengan
panjang tiap-tiap pasang berbeda), polystichous (bercabang banyak pada thallus utama dengan panjang tiap
cabang berbeda), monopodial (bercabang banyak pada setiap satu cabang di sumbu utama), dan
simpodial (berderet searah pada satu sisi pada setiap satu cabang di sumbu utama).
Rumput laut merupakan tumbuhan sejenis alga. Rumput laut tidak memiliki akar, batang, dan daun
tetapi memiliki klorofil sama halnya dengan tumbuhan darat. Rumput laut merupakan tanaman makro alga
yang hidupnya di laut yang tidak mamiliki akar, batang, dan daun sejati dan pada umunya hidup di dasar
perairan dan menempel pada substrat. Rumput laut disebut tanaman karena mempunyai klorofil sehingga
bias berfotosintesis. Fungsi akar, batang, dan daun pada rumput laut digantikan thallus, yaitu menyerap
nutrisi.

Gambar 1.1 Rumput Laut (Sumber: Kemendikbud, 2013)

Thallus adalah bentuk pertumbuhan yang menyerupai percabangan. Rumput laut menyerap
makanan melalui sel-sel yang terdapat pada thallus. Holdfast (juga ada pada kelp) adalah bagian dasar dari
rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada substrat. Selanjutnya, manfaat rumput laut adalah:
- Antikanker
- Antioksidan klorofil
- Pada alga hijau dapat berfungsi sebagai zat antioksidan. Zat ini berfungsi membersihkan tubuh dari
reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.
- Mencegah kardiovascular.
- Ekstrak rumput laut dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Selain itu juga rumput laut
dapat menyerap kelebihan kada garam, baik untuk dikonsumsi bagi penderita stroke.
- Kandungan serat yang tinggi bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolism sehingga
baik untuk penderita Obesitas.
- Agar-agar.
- Obat tradisional, untuk mengobati penyakit bronchitis, TBC, batuk, demam, influinza, dan cacingan.
Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang bila diekstraksi dapat menghasilkan senyawa
hidrokoloid yang disebut senyawa fikokoloid. Senyawa hidrokoloid yang berasal dari rumput laut
merupakan bahan dasar sekitar 500 jenis produk komersial yang digunakan diberbagai industri. Senyawa
hidrokoloid pada umumnya dibangun oleh senyawa polisakarida rantai panjang dan bersifat hidrofilik (suka
air). Senyawa hidrofilik berfungsi sebagai pembentuk gel (gelling agent), penstabil (stabilizer), pengemulsi
(emulsifier), pensuspensi (suspending agent) dan pendispersi.
Hampir semua fungsi tersebut terkait dengan proses produksi industri, seperi industri makanan,
minuman, farmasi, kosmetik, makanan ternak, tekstil, pembersih, pengharum, cat, film, kertas, keramik dan
fotografi. Senyawa hidrokoloid yang berasal dari rumput laut komersial di Indonesia antara lain agar
(dihasilkan oleh rumput laut agarofit), karagenan (dihasilkan oleh rumput laut karaginofit) dan alginat
(dihasilkan oleh rumput laut alginofit).
Rumput laut G. verrucosa merupakan alga merah (kelas Rhodophyceae) penghasil agar (agarofit).
Agar memiliki sifat seperti gelatin dan merupakan hasil ekstraksi non-nitrogen. Agar banyak digunakan
dalam berbagai industri. Diantaranya pada pembuatan serbat, es krim dan keju, agar berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan dan memberikan kehalusan karena daya buihnya yang rendah. Pada industri roti,
agar digunakan sebagai cover coklat dan lapisan donat. Tujuannya untuk mencegah dehidrasi pada adonan
kue. Untuk produksi manisan, agar berfungsi sebagai pengental dan pembentuk gel. Sementara pada produk
yoghurt dengan rasa sedikit asam, agar dimanfaatkan untuk menjaga produk supya lebih konsisten. Agar
juga digunakan untuk kultur mikrobiologi, industri kulit, tekstil, dan fotografi. Disamping itu rumput laut
juga memberikan nilai tambah tersendiri bagi keindahan wisata bahari. Karena adanya keanekaragaman
bentuk dan warna rumput laut yang indah di dasar perairan dapat dijadikan sebagai objek wisata menarik
para wisatawan asing.
Rumput laut termasuk jenis ganggang pada umumnya ganggang dapat diklasifikasikan menjadi
kelas yaitu: ganggang hijau (chloropheceae), ganggang hijau biru (cyanophyceae), ganggang coklat
(pheaceophyceae) dan ganggang merah (rhodophyceae). Ganggang hijau dan ganggang hijau biru banyak
hidup dan berkembang biak di air tawar, sedangkan ganggang coklat dan ganggang merah memiliki habitat
laut yang biasanya lebih dikenal dengan rumput laut. Ganggang cokelat lebih dikenal sebagai rumput karang
atau rockweed, sering dimanfaatkan untuk industri alginat, sedangkan ganggang merah merupakan sumber
bahan baku bagi industri agar-agar, carragenan dan fulcellaran serta produk-produk lainnya. Rumput laut
atau seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tumbuh melekat erat pada substrat pada yang
terdapat di lautan seperti batu-batuan, karang dan bangkai kulit karang.
Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa,
karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaan laut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Pada umumnya
rumput laut terdapat di sekitar pantai dalam jumlah dan jenis beragam, namun hanya beberapa jenis saja
yang dapat dimakan karena alasan rasa.

b. Taksonomi dan Klasifikasi


Dalam taksonomi ganggang atau alga termasuk kedalam Phylum Thallopita yang terbagi kedalam
tujuh divisi yaitu divisi Euglenophyta, Chlorophyta, Crhysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Pynophyta,
Cyanophyta. Ciri-ciri dari phylum ini yaitu tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati, alat
reproduksi terdiri dari satu sel,dan zygote yang merupakan hasil pembuahan sel betina oleh sel jantan hanya
akan tumbuh sesudah keluar dari alat kelamin betina.
Dari ketujuh divisi ini yang terpenting dalam dunia perdagangan adalah rhodophita. Sorjodinoto
(1962) menyatakan bahwa rumput laut adalah jenis algae (ganggang) yang tumbuh di laut. Ganggang
termasuk kedalam devisi Thalophyta dan terbagi menjadi empat kelas yaitu, ganggang hijau
(Chlorophyceae), ganggang cokelat (Phaeo-phytceae), ganggang biru (Cyanophyceae), ganggang merah
(Rhodophyceae).
Berdasarkan pigmen (zat warna) yang dikandungnya, rumput laut dapat diklasifikasikan kedalam
empat jenis yaitu:
1) Algae Merah
Warna alga merah ini sangat mencolok dan bercahaya. Alga ini merupakan benda-benda
makroskopik yang indah dari jenis-jenis yang kecil sekali ukurannya. Memiliki pigmen fikobilin, yang
terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru). Alga ini bersifat adaptasi kromatik,
yaitu mempunyai penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat
menimbulkan berbagai warna pada thali seperti: merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau.
Pigmen dari kromatofor terdiri dari klorofil biasa bersama-sama dengan xantofil, karoten, dan
sebagai tambahan fikoritrin dan fikosianin. Alga merah biasanya berukuran kecil dan bentuknya lebih
beraneka ragam serta jumlahnya lebih banyak. Semua sel ganda yang paling sederhana adalah bentuk
benang bercabang seperti Polysiphonia, yang bersama-sama dengan jenis alga yang lain dinamakan sebagai
lumut laut. Alga merah yang memiliki ukuran yang paling panjang adalah kurang lebih 1-2 m (Soedarto,
1990). Alga ini memiliki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch).
Alga merah mempunyai habitat yang kosmopolitan tetapi paling banyak ditemukan didaerah tropis.
Alga merah berada di bagian yang paling tinggi dari zone antar pasang hingga kedalaman yang lebih
daripada alga-alga yang lain dikebanyakan tempat. Rhodophyceae kurang lebih memiliki 400 genus dan
2500 spesies. Kelompok ini hampir semuanya hidup di laut dan hanya kira-kira 12 genus dan kurang dari
100 spesies yang hidup di air tawar (McConnaughey, 1983).
Sejumlah alga merah mempunyai arti ekonomi yang penting baik sebagai makanan langsung bagi
manusia maupun sebagai sumber ekstrak phycocolloid. Sebagian besar anggotanya hidup di laut, hanya tiga
jenis yang ada di air tawar, yang umumnya ditemukan di sungai mengalir, meskipun sebagian kecil yang
uniselluler terdapat di tanah. Bentuk yang terdapat di laut mempunyai habitat yang bervariasi mulai dari
intertidal sampai laut yang dalam (Dawes, 1981). Ciri-ciri alga merah yang lain menurut Aslan (1998)
adalah sebagai berikut:
- Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk.
- Reproduksi seksualnya dengan karpogonia dan spermatia.
- Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multi aksial (banyak sel di ujung
thallus).
- Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.
- Memiliki pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna
biru).
- Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai
kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli, seperti merah tua, merah
muda, pirang, coklat, kuning, dan hijau.
- Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (floridean starch).
- Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran, dan furselaran.
Rhodophyta dibagi menjadi satu kelas yaitu rhodophyceae, kromatofornya mengandung klorofil a,
karoten dan xanthophyl serta mempunyai ficoerithrine dan fikosianin yang menyebabkan warna merah,
cadangan makanan berupa tepung florida (Vashita, 1984). Rhodophyta dibagi menjadi dua subkelas yaitu
florideae dan bangioideae. Florideae mempunyai sel yang berhubungan satu sama lain yang dihubungkan
oleh benang-benang sitoplasma, sedang bangioideae tidak demikian. Bangioideae mempunyai tubuh
berbentuk filamen atau lembaran, sel yang banyak, terdiri dari satu bangsa (bangiales) dan marga poryphyra
(Pandey, 1995).
Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragenan, porpiran dan furselaran. Contoh :
Gracillaria, Gellidium, Eucheuma, Hypnea, Gigartina, dan Porpiran (Soedarto, 1990). Kandungan karaginan
dan agar sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, contohnya digunakan sebagai bahan
makanan, industry kimia, kosmetik, obat-obatan, dll.
1.1. Penghasil Karaginan
Alga merah yang mengandung banyak karagenan tertentu yang disebut dengan Pseudomonas
Carragenivora. Beberapa jenis alga merah yang mengandung karagenan adalah dari jenis Chondrus,
Eucheuma, Hypnea, Gigartina, dan Iridaea (Boot E, 1975). Sampai saat ini ada lima jenis karagenan dalam
tanaman alga merah yaitu kappa, lamda, iota, Mu, dan Nu karagenan. Dalam industri kue dan roti,
kombinasi antara garam natrium dan lamda karagenan dapat meningkatkan mutu adonan. Pada produk
makanan yang berasal dari susu, karagenan telah banyak dikenal dengan sebagai bahan aditif yang penting.
Beberapa jenis alga merah yang menghasilkan karaginan dan banyak dibudidayakan, diantaranya adalah
Euchema cotonii, dan Euchema spinosum.
a) Eucheuma cottonii
Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah
nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan.
Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil
dan substrat batu karang mati. Nama daerah ‘cottonii’ umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam
dunia perdagangan nasional maupun internasional.
Rumput laut Eucheuma Cottonii dapat tumbuh dalam berbagai macam variasi warna dan ukuran
tergantung cuaca, salinitas dan kesuburan tanaman. Anda kadang melihat rumput laut dengan warna hijau,
coklat muda, kekuningan bahkan ungu. Walaupun mempunyai warna yang berbeda namun akan
menghasilkan produk akhir yang sama.
Rumput Laut E. Cottonii tidak memiliki akar namun batangnya dapat menempel pada batu karang
dan tumbuh diatasnya. E. Cottonii tumbuh dengan banyak percabangan tapi sebagagian besar cabangnya
akan tumbuh kearah permukaan laut. Cabang-cabangnya dapat tumbuh dengan berbagai macam bentuk dan
warna, tergantung rumput laut ini ditanam dimana.
Saat kemarau biasanya rumput laut E.Cottonii akan tumbuh dengan batang yang besar dan
mempunyai cabang yang tidak banyak, sedangkan saat musim dingin akan muncul banyak tunas dan
berkembang menjadi cabang. Hal tersebut disebabkan oleh suhu yang rendah selama musim dingin
bersamaan dengan sirkulasi air yang baik sehingga meningkatkan sirkulasi unsur hara yang dibutuhkan oleh
rumput laut yang dibawa oleh arus air laut.
Rumput laut akan tumbuh lebih cepat saat musim dingin, tetapi dapat tumbuh sepanjang tahun pada
tempat yang sama. Sebagai sebuah gambaran, dengan pertumbuhan yang normal ruput laut akan
berkembang menjadi 10 kali lipat dalam waktu 6 sampai 8 minggu. Dengan kata lain, jika anda menanam
rumput laut seberat 150 gram maka dalam jangka waktu 6 sampai 8 minggu rumput laut tersebut akan
menjadi 1,5 kilo gram. Dari gambaran tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa rumput laut
mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat. Sebuah keuntungan bagi para Petani rumput laut!
Klasifikasi Eucheuma cottonii adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma cottonii
Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus
(menyerupai tulang rawan/muda) serta berwarna hijau terang, hijau olive dan cokelat
kemerahan. Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan),
mempunyai duri yang lunak tumpul untuk melindungi gametangia. Percabangan bersifat alternates
(berseling), tidak teraatur, serta dapat bersifat dichotamus (percabangan dua-dua) dan trichotamus
(percabangan tiga-tiga). Umumnya Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef).
Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil
dan substrat batu karang mati.
Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional
sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54-73
% tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya. Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan Sabah
(Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan ke berbagai negara sebagai tanaman
budidaya. Lokasi budidaya rumput laut jenis ini di Indonesia antara lain Lombok, Sumba, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan Perairan Pelabuhan Ratu.
Gambar 1.2 Eucheuma cottonii (Sumber: semenanjung-senja.blogspot.com)

Sebelum manusia mengenal tekhnologi budidaya rumput laut E. Cottonii, rumput laut ini
berkembang biak secara alami karena "berkah kebaikan" ombak dan arus air laut yang kuat. Ombak yang
kuat mematahkan thalus rumput laut kemudian thalus yang patah melayang didalam air laut dan dibawa oleh
arus air keseluruh penjuru lautan hingga akhirnya jatuh kedalam pasir atau menempel pada bebatuan karang
dan akhirnya tumbuh di tempat tersebut. Dengan cara ini rumput laut menyebar kesuluruh penjuru dunia,
sepanjang mereka menemukan iklim dan kondisi lingkungan yang cocok, mereka akan tumbuh ditempat
tersebut.
Setelah manusia mengetahui manfat rumput laut sebagai berkah alam terhadap mereka dan telah
melalui rentan waktu yang panjang dan dimulai dari penelitian yang paling tradisional hingga paling
canggih ditemukanlah segudang manfaat rumput laut untuk kehidupan manusia. Akhirnya upaya
budidayapun dilakukan untuk memperbanyak dan mempermudah mendapatkan rumput laut.

b) Eucheuma Spinosum
Rumput laut Eucheuma spinosum pertama kali dipublikasikan pada tahun 1768 oleh Burman dengan
nama Fucus denticulatus Burma, kemudian pada tahun 1822 C. Agardh memperkenalkannya dengan nama
Sphaerococus isiformis C. Agardh, selanjutnya pada tahun 1847 J. Agardh memperkenalkannya dengan
nama Eucheuma J. Agardh. Dalam beberapa pustaka ditemukan bahwa Eucheuma spinosum dan Eucheuma
muricatum adalah nama untuk satu spesies gangang. Dalam dunia perdagangan Eucheuma spinosum lebih
dikenal dari pada Eucheuma muricatum (Istiani dkk, 1985). Euchema spinosum memiliki kandungan
keraginan yang banyak digunakan dalam berbagai industri (Winarno, 1990).
Euchema spinosum merupakan rumput laut dari kelompok alga merah (Rhodophyceae) yang
mampu menghasilkan keraginan. Euchema dikelompokkan menjadi beberapa species yaitu Euchema edule,
Euchema spinosum, Euchema cottoni, Euchema cupressoideum dll, namun yang banyak dibudidayakan di
Indonesia hanya sebatas Euchema spinosum dan Euchema cottoni. Euchema spinosum banyak
dibudidayakan diwilayah Sumenep-Madura. Akan tetapi species ini masih belum banyak diteliti bagaimana
cara ekstrasi untuk menghasilkan iota keraginan maupun komposisi kimia yang dikandung iota keraginan
tersebut. Proses selama ini hanya mengacu pada pengolahan langsung menjadai permanen maupun dodol
bahkan banyak yang dijual kering tanpa melaui pengolahan.

Gambar 1.3 Rumput Laut Jenis Eucheuma Spinosum (Sumber: www.actsinc.biz)

Keraginan adalah getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari species
tertentu pada kelas Rhodophyceae. Keraginan berfungsi sebagai pengental, pengemulsi, pensuspensi, dan
faktor penstabil. Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan untuk menentukan divisi dan mencirikan
kemungkinan filoginetik antara kelas secara khas digunakan komposisi plastida, pigmen, struktur
karbohidrat dan komposisi dinding sel.
Klasifikasi Eucheuma spinosum adalah sebagai berikut:
Kigdom : Plantae
Devisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Sub kelas : Florideae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma spinosum (Atmaja dkk., 1996).

Umunya ciri-ciri dari Euchema sp yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau
tumpul, dan ditumbuhi tonjolan-tonjolan, berupa duri lunak yang tersusun berputar teratur mengelilingi
cabang. Bentuk dari rumput laut ini tidak mempunyai perbedaan susunan kerangka antara akar, batang, dan
daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang
berbentuk bulat, silindris atau gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistem
percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan kompleks.
Jumlah setiap percabangan ada yang runcing dan ada yang tumpul. Permukaan kulit luar agak kasar, karena
mempunyai gerigi dan bintik-bintik kasar.
Eucheuma spinosum memiliki permukaan licin, berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning, atau
merah ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm. Eucheuma spinosum tumbuh melekat ke substrat dengan alat
perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengn
ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau
melengkung seperti tanduk. Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan untuk menentukan divisi dan mencirikan
kemungkinan filoginetik antara kelas secara khas digunakan komposisi plastida, pigmen, struktur
karbohidrat dan komposisi dinding sel.
Eucheuma spinosum tumbuh pada tempat-tempat yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya,
antara lain tumbuh pada perairan yang jernih, dasar perairannya berpasir atau berlumpur dan hidupnya
menempel pada karang yang mati. Persyaratan hidup lainnya yaitu ada arus atau terkena gerakan air.
Eucheuma spinosum tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang
pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengn ciri khusus mengarah ke arah datangnya
sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk.
Kadar garamnya antara 28-36 ppm. Dari beberapa persyaratan, yang terpenting adalah Eucheuma
spinosum memerlukan sinar matahari untuk dapat melakukan fotosintesis (Aslan, 1998). Ciri- ciri dan
reproduksi Eucheuma spinosum adalah:
- Dinding sel dari manan dan xilan
- Bentuk talus seperti benang
- Sebagian besar anggota sebagai bahan agar-agar
- Reproduksi aseksual dengan spora haploid dan aseksual dengan konjugasi.
Bentuk dari tanaman ini tidak mempunyai perbedaan susunan kerangka antara akar, batang, dan
daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang
berbentuk bulat, silindris atau gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistem
percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan kompleks.
Jumlah setiap percabangan ada yang runcing dan ada yang tumpul. Permukaan kulit luar agak kasar, karena
mempunyai gerigi dan bintik-bintik kasar. Eucheuma spinosum memiliki permukaan licin, berwarna coklat
tua, hijau coklat, hijau kuning, atau merah ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm.
Kandungan kimia dari rumput laut Eucheuma spinosum adalah Iota keraginan (65%), protein,
karbohidrat, lemak, serat kasar, air dan abu. Iota keraginan merupakan polisakarida tersulfatkan dimana
kandungan ester sulfatnya adalah 28-35%. Komposisi kimia yang dimiliki rumput laut Eucheuma spinosum
dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Komposisi kimia rumput laut jenis Eucheuma spinosum
Komponen Kimia Komposisi
Kadar air 21,90 (%)
Protein 5,12 (%)
Lemak 0,13 (%)
Karbohidrat 13,38 (%)
Serat kasar 1,39 (%)
Abu 14,21 (%)
Mineral : 52,85 ppm
Ca 0,180 ppm
Fe 0,768 ppm
Cu -
Pb 0,21 mg/100g
Vit B1 (Thiamin) 2,26 mg/100g
Vit B2 (Ribolavin) 43 mg/100g
Vit C 65,75 %
Keragenan
Sumber: Nazmi (2011)
Penamaan Kappaphycus didasarkan pada jenis karaginan yang dihasilkan. Ada tiga jenis karaginan
yang dihasilkan dari order Gigartinales yaitu kappa karaginan, lamda karaginan, dan iota karaginan.
Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii menghasilkan kappa karaginan. Oleh karena itu, nama spesies
Eucheuma cottonii, dalam dunia perdagangan nasional dan internasional umumnya lebih dikenal
sebagai Kappaphycus alvarezii).
Kappaphycus alvarezii yang dibudidayakan yaitu varietas coklat dan variaetas hijau. Kappaphycus
alvarezii varietas coklat dan varietas hijau terdapat perbedaan genetik yang cukup besar. Kedua varietas
yang berbeda ini sering dicampur saat penjualan. Hal ini disebabkan keduanya memiliki komposisi kimia
yang sama.
Kappaphycus alvarezii memiliki thallus silindris, permukaan kulit licin, dan batang berwarna merah
sampai coklat tua. Duri pada thallus sama seperti E. spinosum tetapi tidak tersusun melingkari thallus.
Percabangan ke berbagai arah dengan batang utama keluar saling berdekatan di daerah basal (pangkal).
Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa holdfast. Cabang pertama dan kedua tumbuh
membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari.
Percabangan tersebut tampak ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk. Secara umum bentuk
morfologi dari varietas hijau tidak terlalu berbeda dari varietas merah.
Ukuran thallus varietas merah lebih besar dibandingkan thallus varietas hijau pada umur yang sama.
Alga pada divisio ini memiliki pigmen phycobilin. Pigmen ini bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki
penyesuaian antara proporsi pigmen berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai
warna pada thallus. Phycobilin merupakan pigmen photoreseptor.
Rumput laut Kappahycus alvarezii memiliki beberapa strain yang banyak
dibudidayakan. Budidaya rumput laut yang berkembang pesat di Filipina membuat Filipina sebagai sentra
rumput laut budidaya khusunya jenis Kappaphycus alvarezii. Strain yang dikenal dimasyarakat pembudidaya
rumput laut antara lain:
- Tambalang, strain ini memiliki thalus yang panjang dan diameter yang besar dengan percabangan
yang jarang. Biasanya hidup di perairan dalam di Filipina, namun sekarang juga merupakan strain
yang mendominasi di Indonesia, India, Sabah, Malaysia dan Tanzania. Strain Tambalang juga
memiliki warna yang bermacam-macam yang dikenal umum di masyarakat pembudidaya.
- Flower, strain ini memiliki percabangan yang pendek, mengumpul seperti bunga. Banyak ditemukan
di daerah karang Filipina. Strain ini telah banyak dibudidayakan di Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Timur.
- Vanguard, strain ini percabangannya lebih pendek dari Tambalang namun memiliki lebih besar dari
Flower. Telah banyak dibudidayakan di Mindanao.
- Bisaya, strain persilangan antara Tambalang dan Sacol, banyak ditemukan di daerah Bohol Filipina.
- Sacol, Kappaphycus alvarezii strain Sacol merupakan rumput laut yang
berasal dari Pulau Sacol, Filipina. Rumput laut ini banyak ditemukan di dasar perairan yang berlumpur
maupun berpasir, berbentuk rumpun dari banyak cabang yang pendek, dengan diameter thallus kecil.
Kappaphycus strain sacol berwarna hijau cerah dan tumbuh membulat seperti bola.
- Sumba, strain yang memiliki percabangan panjang dan kecil, seperti rambut kasar, namun kuat seperti
Tambalang. Strain ini merupakan strain asli Pulau sumba Indonesia, namun sekarang telah banyak
dibudidayakan di beberapa daerah di Indonesia terutama di Bali
- Saat ini telah berkembang pula strain-strain yang dikembangkan di Indonesia sehingga diberi nama
strain maumere, strain Bangkok, strain polewali, strain kangkung/gadis bali, dan sebagainya.
Penamaan strain ditentukan sesuai dengan nama daerah perkembangan rumput laut tersebut.
Kappaphycus alvarezii strain maumere juga berasal dari Filipina, dengan thallus berwarna coklat
kemerahan dengan percabangan tidak teratur dan berdiameter besar.
Di Maluku Utara, khususnya Pulau Limbo Kecamatan Taliabu Barat terdapat rumput laut
marga Eucheuma yang diusahakan sejak tahun 1968, panen dilakukan 2 kali setahun, rata-rata tiap kali
panen menghasilkan 60 ton berat kering. Di Seram Timur Maluku Tengah merupakan daerah rumput laut
marga Eucheuma utama di seluruh seram. Rumput laut tersebut diusahakan sejak tahun 1966 dengan rata-
rata produksinya 130 ton kering setiap tahunnya.
c) Gelidium
Gelidium sp. merupakan salah satu spesies dari famili gelidiaceae. Spesies ini memiliki warna
merah kecoklatan (pirang), bentuk tubuh seperti rumput atau semak, batang utama tegak dan mempunyai
cabang-cabang yang terdiri dari axis (cabang utama), primary branch dan secondary branch. Sepanjang
tubuhnya ditumbuhi bagian yang seperti duri. Di ujung cabang terdapat spical pit yang berbentuk bulat yang
merupakan titik tumbuh. Alga ini memiliki holdfast yang berfungsi sebagai tempat melekat pada terumbu
karang sehingga dapat beradaptasi dengan gerakan ombak pada zona pasang-surut (Anonim, 2005a).
Alga ini termasuk dalam kelompok Rhodophyceae dan tergolong ke dalam carragenophyt, yaitu
kelompok penghasil carragenan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pasta, bahan pembuat cream
jelly, agar-agar dan roti. Selain itu Gelidium sp. memiliki kadar protein yang tinggi dan berbagai macam
vitamin yang penting. Persebaran alga ini dipengaruhi oleh alam seperti substrat, salinitas, ombak, arus, dan
pasang surut. Alga ini muncul di permukaan laut pada saat surut dan mengalami kekeringan. Klasifikasi
rumput laut jenis Gelidium adalah sebagai berikut:
Devisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Subclass : Florideae
Ordo : Gelidiales
Familiy : Gelidiaceae
Genus : Gelidium
Spesies : Gelidium sp. (Sumber: http://andrian-deri-alviana.blogspot.co.)
Gambar 1.5 Geledium sp. (Sumber: www.boldsystems.org)

1.2. Penghasil Agar


Agar-agar banyak diperoleh dari alga merah jenis tertentu yang disebut Pseudomonas atlantica.
Beberapa jenis alga merah yang telah dilaporkan sebagais penghasil agar-agar adalah dari jenis Gelidium,
Gracillaria, Pterocladia sp., Acanthopeltis japonica, Ahnfeltia plicata. Agar-agar adalah produk kering tak
berbentuk yang mempunyai sifat gelatin. Molekul dari agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan yaitu
polier dari galaktosa dengan ikatan a-1,3 dan b-1,4. Dalam menyusun senyawa agar-agar, galaktan dapat
berupa rantai linear yang netral ataupun yang sudah tersubstitusi dengan metil atau asam. Fungsi utama
agar-agar adalah sebagai bahan pamantap, pengemulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan
pembuatan gel.
Penggunaan aga-agar terutama dalam terutama dalam bidang makanan terutama dalam pembuatan
roti, sup, saus, es krem, jelly, permen. Dalam industri farmasi agar-agar bermanfaat sebagai bahan obat
pencahar atau peluntur dan pembungkus obat antibiotik. Dalam industry kosmetik agar-agar digunakan
untuk aditif dalam pembuatan salep, lotion, krem, lipstick, dan sabun. Dalam industri kulit agar-agar
digunakan untuk sebagai bahan pemantap permukaan yang kaku dan penghalus, serta sebagai campuran
pembuatan pelekat polywood. Agar-agar juga banyak digunakan dama pembuatan pelat film, pasta gigi,
semir sepatu, dan sebagainya.
a) Gracilaria
Gracilaria memiliki beberapa jenis yang bagus untuk dibudidayakan antara lain Gracilaria
verucosa, Gracilaria eucheumoides, dan Gracilaria folifera. Namun ketiga jenis Gracilaria ini agak sulit
dibedakan, sehingga banyak orang mengenalnya dengan Gracilaria sp. atau sesuai nama daerah masing-
masing seperti agar atau dongi-dongi.
Gracilaria sp merupakan rumput laut yang dibudidayakan di muara sungai atau di tambak, meskipun
habitat awalnya berasal dari laut. Hal ini terjadi karena tingkat toleransi hidup yang tinggi ampai salinitas 15
per mil (Anggadiredja, dkk. 2006) Gracilaria sp. merupakan bahan mentah untuk pembuatan agar-agar. Di
Indonesia, rumput laut marga ini merupakan pemasok bahan baku pabrik agar-agar (Romimohtarto dan
Juwana, 2007). Menurut Anggadiredja,.dkk (2006) klasifikasi Gracilaria adalah sebagai berikut :
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Gracilariaceae
Marga :Gracilaria
Jenis : Gracilaria sp

Gambar 1.4 Gracilaria sp. (Sumber: www.kaskus.co.id)


Rumput laut marga gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat morfologi dan
anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang berbeda pula, seperti: gracilaria confervoides,
gracilaria gigas, gracilaria verucosa, gracilaria lichenoides, gracilaria crasa, gracilaria blodgettii,
gracilaria arcuata, gracilaria taenioides, gracilaria eucheumoides, dan banyak lagi. Beberapa ahli
menduga bahwa rumput laut marga gracilaria memiliki jenis yang paling banyak dibandingkan dengan
marga lainnya (Tim AGP, 2008).
Menurut Aslan (1993) Gracilaria sp memiliki ciri sebagai berikut:
- Thalli berbentuk silindris / gepeng dengan percabangan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang
rumit dan rimbun.
- Diatas percabangan umumnya bentuk thalli agak mengecil
- Perbedaan bentuk, struktur dan asal usul pembentukan organ reproduksi sangat penting dalam
perbedaan tiap spesies
- Warna thalli beragam, mulai dari warna hijau-cokelat, merah, pirang, merah-cokelat, dan sebagainya.
- Substansi thalli menyerupai gel atau lunak seperti tulang rawan
Pertumbuhan Gracilaria sp, umumnya lebih baik di tempat dangkal dari pada tempat dalam.
Substrat tempat melekatnya dapat berupa batu, pasir, lumpur, dan lain-lain. Kebanyakan lebih menyukai
intensitas cahaya yang lebih tinggi. Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah antara 20-28oC, tumbuh pada kisaran kadar garam yang tinggi
dan tahan sampai pada kadar garam 50 permil. Dalam keadaan basah dapat tahan hidup diatas permukaan
air (exposed) selama satu hari (Aslan, 1993).
Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah
perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan biasanya
menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrak yang keras lainnya, baik terbentuk secara alamiah
atau buatan (artificial). Ciri-ciri khusus dari G. verrucosa adalah thalus berbentuk silindris dan
permukaannya licin. Thalus tersusun oleh jaringan yang kuat, bercabang-cabang dengan panjang kurang
lebih 250 mm, garis tengah cabang antara 0,5-2,0 mm. Percabangan alternate yaitu posisi tegak percabangan
berbeda tingginya, bersebelahan atau pada jarak tertentu berbeda satu dengan yang lain, kadang-kadang
hampir dichotomous dengan pertulangan lateral yang memanjang menyerupai rumput. Bentuk cabang
silindris dan meruncing di ujung cabang.
Potensi produksi rumput laut cukup meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen
Pertanian (1988) dalam Winarno (1996), lokasi pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia seluas
25.700 Ha, akan tetapi tingkat konsumsi bagi masyarakat Indonesia yang menggunakannya sebagai bahan
pangan sumber serat dan yodium masih rendah. Oleh karena itu hal tersebut merupakan peluang yang sangat
potensial bagi pengembangan teknologi pangan yang memanfaatkan rumput laut untuk menghasilkan
produk olahan yang berkualitas cukup tinggi bagi jenis-jenis makanan yang banyak digemari oleh
masyarakat luas.
Komposisi utama dari rumput laut yang dapat digunakan sebagai bahan pangan adalah karbohidrat,
tetapi karena kandungan karbohidrat sebagian besar terdiri dari senyawa gumi yakni polimer polisakarida
yang berbentuk serat, dikenal sebagai dietary fiber, maka hanya sebagian kecil saja dari kandungan
karbohidrat yang dapat diserap dalam sistem pencernaan manusia. Kandungan gizi rumput laut terpenting
justru pada trace element, khususnya yodium yang berkisar 0,1-0,15% dari berat keringnya (Winarno,
1996).
Gracilaria sp. merupakan jenis rumput laut yang paling banyak digunakan dalam produksi agar-
agar. Hal ini karena Gracilaria sp. mudah diperoleh, murah harganya dan juga lebih mudah dalam
pengolahan. Gracilaria sp. Memiliki kandungan agarosa dan agaropektin yang cukup baik sehingga dapat
menghasilkan agar-agar dengan kekuatan gel yang kuat dan kokoh dibandingkan dengan hasil ekstraksi
Gelidium sp. (Winarno, 1996).
Gracilaria sp adalah rumput laut penghasil agar-agar dari kelas Rhodophyceae (ganggang merah),
famili Gracilariaceae. Sedangkan agar-agar adalah hydrophylic colloid atau senyawa poly sacharida yang
diekstraks dari ganggang merah (Rhodophyceae) yang tidak larut dalam air dingin tetapi larut dalam air
panas Struktur utama agar-agar adalah Agarobiose yang terdiri dari ikatan β (1-4) D-galactose dan α (1-3)
3,6 –anhydro-galactose secara bergantian atau terbentuk dari rangkaian ikatan 1,3 b-D galaktopiranosa dan
ikatan 1,4–3,6 anhidro-a galaktopiranosa (Istini dan Zatnika, 2009).
Agar-agar menjadi sangat penting karena memiliki fungsi sebagai zat pengental, pengemulsi,
penstabil dan pensuspensi yang banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri makanan,
minuman, farmasi, biologi dan lain lain. Sebagian besar agar-agar digunakan dalam industri makanan dalam
bentuk jely; ice cream, makanan kaleng (daging dan ikan) dan roti, permen manisan, pemen selai
(Anggadiredja, dkk,. 2006).
Rumput laut Gracilaria, merupakan salah satu jenis alga merah yang banyak mengandung gel,
dimana gel ini memiliki kemampuan mengikat air yang cukup tinggi. Dengan kemampuannya ini Gracilaria
cocok tumbuh di daerah berpasir. Tanah pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan tanaman.
Tanaman memerlukan kondisi tanah tertentu untuk menunjang pertumbuhannya yang optimum. Kondisi
tanah tersebut meliputi faktor kandungan air, udara, unsur hara dan penyakit. Apabila salah satu faktor
tersebut berada dalam kondisi kurang menguntungkan maka akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman. Sifat fisik tanah bergantung pada ukuran partikel-partikelnya. Partikel diatas 2,0 mm
dikelompokkan sebagai kerikil, pasir antara 0,05 mm dan 2,0 mm, geluh atau silk antara 0,002 sampai 0,05
mm dan lempeng atau clay kurang dari 0,002 mm.
Berdasarkan ukuran bahan padatan terebut, tanah digolongkan menjadi 3 partikel yaitu pasir, debu,
dan liat. Ketiga partikel tersebut dinyatakan dalam % bersama-sama menyusun tanah dan disebut tekstur
tanah. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyimpan dan menyediakan unsur hara
bagi tanaman. Kapasitas lapang adalah kemampuan tanah untuk menyerap air. Kapasitas serap air pada
tanah pasir sangat rendah, ini disebabkan karena tanah pasir tersusun atas 70% partikel tanah berukuran
besar (0,02-2mm). Tanah pasir bertekstur kasar, dicirikan adanya ruang pori besar diantara butir-butirnya.
Kondisi ini menyebabkan tanah menjadi berstruktur lepas dan gembur. Tanah yang terdiri atas partikel besar
kurang dapat menahan air. Air dalam tanah akan berinfiltrasi, bergerak ke bawah melalui rongga tanah.
Akibatnya tanaman kekurangan air dan menjadi layu. Kondisi semacam ini apabila berlangsung terus
menerus dapat mematikan tanaman.
Mempertimbangkan sifat tanah pasir tersebut diatas, maka salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan produktifitas lahan pasir adalah dengan meningkatkan kemampuan tanah pasir dalam
mengikat air. Hal ini dapat dilakukan dengan subtitusi atau penambahan bahan yang bersifat menahan air.
Salah satu alternatifnya adalah dengan menambahkan rumput laut yang mudah diperoleh dalam jumlah yang
melimpah di Indonesia. Selain di daerah terumbu karang, marga Gracilaria juga ditemukan di daerah
estuarin. Gracilaria hidup menempel pada karang, lumpur, kulit kerang dan pasir pada lingkungan yang
airnya stagnan hingga gerakan air yang sedang. Salinitas perairan yang cocok adalah antara 15-34 ppt. Oleh
karena itu, Gracilaria dapat dibudidayakan di laut maupun di tambak.
Perkembangbiakan rumput laut selain berfungsi sebagai kelestarian komunitas juga memiliki
kontribusi yang bermanfaat bagi perikanan. Pengetahuan tentang daur hidup merupakan salah satu
pengetahuan dasar yang dapat mendukung keberhasilan usaha budidaya karena dapat mengetahui
bagaimana cara perkembangbiakan dan keadaan fisik dari rumput laut agar lebih mudah untuk
dibudidayakan. Rumput laut dikenal memiliki tiga macam pola reproduksi, yaitu reproduksi generatif
(seksual) dengan gamet, reproduksi vegetatif (aseksual) dengan spora dan reproduksi fragmentasi dengan
potongan thallus (stek).
Reproduksi secara vegetatif dapat dikembangkan untuk usaha budidaya yang berkembang biak
melalui pertumbuhan stek tunas (thallus muda). Setiap potongan dari seluruh bagian thallus rumput laut
dapat tumbuh menjadi bagian tanaman yang baru. Reproduksi yang demikian relatif murah dan mudah
sehingga banyak dijadikan dasar pengembangan budidaya rumput laut yang ada sekarang ini. Budidaya
rumput laut juga dapat dikembangkan dengan reproduksi generatif yaitu reproduksi melalui perkembangan
gamet. Pertemuan dua gamet membentuk zigot selanjutnya berkembang menjadi sporofit atau individu baru.
Individu baru inilah yang mengeluarkan spora dan berkembang melalui pembelahan dalam sporogenesis
menjadi gametofit. Namun reproduksi secara generatif ini sangat sulit untuk dilakukan dan tidak cocok
untuk budidaya rumput laut dari jenis Euchema sp. dan Gracilaria sp. Daur hidup secara alamiah adalah
generatif melalui spora dan pertemuan antara gamet jantan dan betina. Regenerasi didasarkan pada
pertumbuhan percabangan pada ujung-ujung percabangan, sehingga perbanyakan secara fragmentasi dapat
dilakukan.
b) Gelidiella acerosa
Gelidiella acerosa adalah ganggang merah dengan warna coklat kekuningan, berumbai, terjerat,
tegak, thalli silinder mencapai 6 sentimeter. Ujung-ujung daun yang pinnately dibagi, memberikan
penampilan yang berbulu. Tips cabang Gelidiella acerosa berakhir pada sel apikal tunggal. Pendek, cabang
tebal melekat substratum dengan rhizoids berstolon membentuk tikar padat di sepanjang terumbu dangkal.
Gelidiella acerosa ditemukan diatas batu dan cukup terlindung gelombang dan terumbu di eulittoral rendah
dan zona sublittoral, dan di kolam pasang di tingkat yang lebih tinggi di pantai.
Gelidiella acerosa adalah spesies komersial penting untuk produksi agar. Ini juga telah digunakan
secara tradisional untuk persiapan jeli keras agar pembentuk, atau dimakan segar, dan juga disiapkan
sebagai sayuran salad atau dimasak dan dimakan dicampur dengan nasi. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir, Gelidiella acerosa telah menjadi bahan utama dalam sejumlah mengejutkan produk. Hal ini
digunakan dalam hampir 150 produk rambut, termasuk: warna rambut dan bleaching, sampo dan
kondisioner, styling mousse, busa, gel, semprotan, dan lotion, relaksasi rambut dan masker rambut anti
ketombe

Gambar 1.8 Gelidiella acerosa (Sumber: seaweedindustry.com)

2) Alga Coklat
Saat bereproduksi, alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berulu cambuk sexsual dan
asexsual. Mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karotin, violasantin dan fukosantin. Persediaan makanan
(hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta, 1-3 ikatan glukan) Pada bagian dalam dinding selnya terdapat
asam alginik dan alginat. Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis) Ukuran dan bentuk
thalli beragam dari yang berukuran kecil sabagai epifit, sampai berukuran besar, bercabang banyak,
berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang sederhana dan adapula yang tidak bercabang. Umunya
tumbuh sebagai alga benthik Spesies dari divisi ini adalah marga: Sargassum, Hormypesa, Turbinaria.
a) Sargassum
Rumput laut jenis Sargassum sp ini umumnya memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng.
Cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat. Bentuk daun melebar, lonjong atau seperti pedang.
Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter. Warna thallus umumnya coklat. Berikut
ini adalah klasifikasi dari Sargassum sp:
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Phaeophycea
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga :Sargassum
Jenis : Sargassum sp.
Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh Sargassum sp. antara lain thallus pipih, licin, batang
utama bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Cabang
pertama timbul pada bagian pangkal sekitar 1 cm dari holdfast. Percabangan berselang- seling secara
teratur. Bentuk daun oval dan memanjang berukuran (40x10) mm. Pinggir daun bergerigi jarang,
berombak, dan ujung melengkung atau meruncing. Vesicle (gelembung seperti buah) berbentuk
lonjong, ujung meruncing berukuran (7x1,5) mm, dan agak pipih. Rumput laut jenis ini mampu
tumbuh pada substrat batu karang di daerah berombak (Othmer, 1986)
Rumput laut sargassum telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat.
Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-gum),
protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan
kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin, seperti A, B1, B2, B6, B12, dan C,
betakaroten serta mineral, seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, dan yodium. Hidrokoloid
dari Rumput laut (Karaginan, Agar dan Alginat) sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai gelling
agent, stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai industri seperti
industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film,
makanan ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain-lain.

3) Alga Hijau
Ciri-ciri umum alga hijau (rumput laut/ makroalga) adalah; Berwarna hijau, Thallus berbentuk
lembaran (Ulva lactuca), batangan (Caulerpa corynophora) atau bulatan (Caulerpa sertlariodes) yang
bersifat lunak, keras atau siphonous terdiri dari uniseluler atau multiseluler. Rumpun berbagai bentuk dari
yang sederhana hingga yang kompleks seperti tumbuhan tingkat tinggi seperti tanaman yang menjalar.
Mengandung pigmen fotosintetik, klorofil a dan b, carotene, xantofil dan lutein. Produk fotosintetiknya
berupa starch (kanji). Perkembangbiakan dengan perkawinan vegetatif, gamet jantan memiliki cambuk
(flagella) untuk pergerakan aktif dalam proses pembuahan. Umumnya eukarotik, berinti satu atau banyak
(Kunositik) Bersifat bentik dan plantonik.
Contoh dari alga hijau antara lain Caulerpa lentillifera C.A. Agardh, Caulerpa racemosa var
macrophysa (Kutzing) Taylor, Caulerpa sertulariodes, Codium decorticatum, Halimeda copiosa, Ulva
reticulata Forsskal. Untuk memperrtahankan hidup rumput laut memerlukan: subtrat, sebagai tempat
menempel agar tetap pada tempatnya sinar matahari Nutrient/unsur hara, yang diserap oleh seluruh
permukaan tubuhnya dari air disekelilingnya. Oksigen (O2) dan Carbon dioksida (CO2) Perkembangan
rumput laut dalam daur hidupnya dapat bersifat Vegetatif dan Generatif. Secara vegetatif dengan stek dan
tunas sedangkan secara generatif dengan spora.
Alga ini berwarna hijau karena tidak mempunyai zat warna (pigmen) lain, kecuali hanya klorofil
yang berwarna hijau sebagai satu-satunya cel warna yang ada. (Sadhori, 1992). Ganggang hijau pada
umumnya hidup sebagai plankton baik pada air tawar, dan di darat di tempat-tempat yang basah. Ada juga
yang tumbuh di atas daun yang hidup seperti halnya jenis Cephaleuros virecens yang hidup menumpang
(parasit) pada daun beberapa macam pohon dan semak (Sadhori, 1992). Golongan algae hijau
(Chlorophyceae) hanya di konsumsi lokal, misalnya Caulerpa.
Pada daun teh sering dikenal “red rust” yang sangat merugikan tanaman teh tersebut. Jenis yang
tersebar yang hidup di laut dikenal sebagai (Ulva lactuca) jenis tersebut biasanya dapat dimakan sebagai
sayuran (Sadhori, 1992 ), beberapa contoh jenis alga hijau (Chlorophyceae) adalah sebagai berikut:
a) Bryopsis Lamouroux
Order : Bryopsidales
Famili : Bryopsidaceae
Ciri-ciri spesies:
- Talus mudah (Bryopsis indicia)
- Talus bercabang (Bryopsis pennata)
- Tallus berwarna hijau terang
- Tinggi 2-3 cm
- Tidak bercabang
- Menempel dengan rizoid bentuk serabut.
- Ramulus tersusun dalam dua barisan bertentangan; hujung berbentuk arkuat; panjang 0.5 - 2 mm.
Habitat: Di atas batu atau batu karang di zona litoral tenang.
b) Bryopsis pennata Lamouroux var. lepriuii (Kützing) Collins dan Harvey
Ciri-ciri spesies:
- Tallus berwarna hijau tua.
- Pelekap jenis rizoid.
- Filamen utama tegak, percabangan tidak tentu.
- Ramulus di kedua sisi berseberangan
- Panjang 0,5-2 mm.
Habitat: Di dalam lopak di atas batu di zon litoral.
c) Caulerpa serrulata (Forsskal) J.Agardh
Ciri-ciri spesies:
- Talus hijau kekuningan.
- Stolon menjalar
- Diameter 1 - 2 mm
- Menghasilkan rizoid tanpa warna.
Habitat : Kawasan berpasir dan cela-cela batu di zona litoral yang dangkal
c) Hypnea
Klasifikasi dari rumput laut berjenis Hypnea musciformis yaitu sebagai berikut.
· Kingdom : Plantae
· Divisi : Rhodophyta
· Kelas : Rhodophyceae
· Bangsa : Gigartinales
· Suku : Hypneaceae
· Genus : Hypnea
· Species : Hypnea musciformis

Gambar 1.7 Hypnea (Sumber: university.uog.edu)

Rumput laut jenis ini adalah bahan mentah untuk phycocolloid yang mirip dengan karagenan dari
Chondrus crispus dengan fraksi kappa dan lambda. Hypnea musciformis termasuk kedalam kelompok
ganggang atau alga. Thallus berbentuk silinder dengan diameter 0.5 - 1cm. Tinggi dari Hypnea musciformis
yaitu sekitar 10 -20 cm. Hypnea musciformis memiliki pertumbuhan thallus yang bercabang.
percabangannya tidak teratur, biasanya tumbuh melingkari ganggang lain yang ada disekitarnya. Hypnea
musciformis sering ditemukan secara epifit pada alga terumbu seperti Sargassum echinocarpum, Sargassum
polyphyllum, dan Acanthophora spicifera.
d) Lawi-lawi
Lawi-lawi merupakan sejenis tanaman rumput laut atau alga hijau yang mempunyai nama ilmiah
Caulerpa sp. Lawi-lawi ini adalah sebutan untuk tanaman rumput laut dengan kelas caulerpa bagi orang
Sulawesi sedangkan orang ditanah jawa menyebut tanaman ini dengan nama latoh. Tanaman rumput laut
jenis Caulerpa ini menyerupai telur ikan dan berwarna hijau dimana masyarakat biasa memanfaatkannya
sebagai pelengkap menu sehari hari yang bisa dikonsumsi begitu saja dalam keadaan mentah atau disajikan
dengan ikan dan nasi.
Bahkan di beberapa negara pengekspor tanaman lawi-lawi, rumput laut yang tumbuh di laut dangkal
dan berair tenang ini disajikan sebagai pelengkap sushi atau pengganti telur ikan. Selain dimanfaatkan untuk
konsumsi sehari-hari, tanaman lawi-lawi banyak dibudidayakan karena kandungan didalamnya yang dapat
berfungsi sebagai pencegah jamur, penyakit rematik, bahan pembuatan kosmetik bahkan pencegah
tumbuhnya tumor didalam tubuh.
Lawi-lawi merupakan jenis tumbuhan rumput laut yang mengandung nutrisi tinggi dan tidak
mengandung zat berbahaya bagi tubuh sehingga tumbuhan ini sangat aman untuk dikonsumsi sehari-hari
dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, Semua bagian tumbuhan rumput laut ini tentunya juga bisa
dikonsumsi secara keseluruhan. Berikut rincian kandungan nutrisi lawi-lawi dalam kadar per 100 g:
- Jumlah Kandungan Energi 18 kkal
- Jumlah Kandungan Protein 0,5 g
- Jumlah Kandungan Lemak 0,9 g
- Jumlah Kandungan Karbohidrat 2,6 g
- Jumlah Kandungan Kalsium = 307 mg
- Jumlah Kandungan Fosfor = 307 mg
- Jumlah Kandungan Zat Besi = 9,9 mg
- Jumlah Kandungan Vitamin A = 0 IU
- Jumlah Kandungan Vitamin B1 = 0 mg
- Jumlah Kandungan Vitamin C = 1,3 mg
Gambar 1.9 Lawi-lawi (Sumber: http://rumputlautindonesia.blogspot.co.id/)
Karakteristik lawi-lawi yakni lawi-lawi dapat tumbuh di area laut yang dangkal dan memiliki
gelombang atau aliran yang tenang. Ciri-ciri tanaman rumput laut dengan jenis Caulerpa ini adalah
bentuknya yang seperti anggur dengan bulatan-bulatan berwarna hijau transparan. Tanaman lawi-lawi
memiliki thallus atau batang dengan bentuk lembaran serta tekstur lunak dan kenyal hampir seperti jelly.
Terdapat rumpun yang sederhana hingga kompleks pada susunan tanaman rumput laut sebagai representatif
batang, daun dan akar. Lawi-lawi berkembang melalui perkawinan gamet atau spora. Bulatan-bulatan
tanaman lawi-lawi ini akan pecah ketika di kunyah didalam mulut sehingga menimbulkana rasa asin yang
berasal dari cairan yang terdapat didalam tanaman tersebut.
Tanaman rumput laut atau alga hijau ini mempunyai nilai ekonomis bagi sebagian masyarakat
pesisir pantai yang membudidayakannya. Selain berpeluang untuk diekspor ke luar negeri sebagai
pelengkap makanan olahan laut ternyata lawi-lawi juga dapat dijadikan sebagai penangkal kanker atau
penyakit ganas lainnya serta kandungan vitamin A didalamnya dapat menjaga kejernihan mata. Proses
pengolahan tanaman lawi-lawi juga tidak terlampau sulit bahkan dikonsumsi dalam keadaan segar sebagai
salad. Di Asia Tenggara sendiri telah membudidayakan tanaman rumput laut jenis caulerpa sebagai
komoditas ekspor yang menjanjikan.
Lawi-lawi merupakan tanaman rumput laut dengan jenis Caulerpa sp yang banyak dibudidayakan di
Asia Tenggara karena kandungan manfaat didalamnya. Selain sebagai pelengkap olahan makanan laut
sehari-hari, ternyata lawi-lawi dapat dijadikan lahan bisnis hasil laut. Bahkan budidaya tanaman lawi-lawi
lebih mudah dan menjanjikan dibandingkan budidaya tanaman rumput laut dengan jenis lain. Bahkan
permintaan dari Jepang dan Korea melonjak tinggi pada tiap tahunnya.
Jenis tanaman rumput laut yang sering dikenal dengan istilah anggur laut ini mempunyai
keunggulan selama proses budidaya dibandingkan dengan proses budidaya tanaman rumput laut dari jenis
lain. Selain itu, proses pengolahannya pun tergolong mudah dan praktis. Dengan begitu Lawi-lawi menjadi
primadona bagi kalangan pesisir yang membudidayakannya untuk dijadikan lahan usaha atau mata
pencaharian dari hasil laut. Berikut alasan dari keunggulan budidaya lawi-lawi:
- Lawi-lawi mempunyai potensi bisnis hasil laut dalam kancah lokal maupun internasional.
- Minimnya biaya perawatan sebelum memasuki masa panen sehingga menekan angka kerugian
- Mudahnya budidaya tanaman rumput laut dengan jenis Caulerpa
- Dapat dijual dalam keadaan basah sehingga dapat meminimalisir waktu pengeringan
- Mempunyai fungsi ekonomis dan proses pengolahannya cukup mudah
a) Manfaat Lawi-lawi
Tumbuhan rumput laut atau alga hijau yang dikenal dengan nama anggur laut ini mempunyai
beragam manfaat. Selain sebagai sumber daya alam yang biasa dikonsumsi sehari-hari, lawi-lawi juga dapat
dijadikan obat bahkan bahan dasar kosmetik layaknya pemanfaatan tanaman rumput laut dari jenis lain.
berikut beberapa manfaat lawi-lawi :
- Lawi -lawi dapat dijadikan mata pencaharian masyarakat pesisir pantai
- Bebarapa kandungan zat atau nutrisi didalamnya dapat dimanfaatkan untuk pengobatan suatu penyakit
- Lawi-lawi dapat dijadikan olahan tradisional yang khas dari suatu daerah
- Dapat dijadikan sebagai penstabil kualitas air didalam aquarium
- Lawi-lawi mempunyai nilai ekonomi.

Kegiatan Pembelajaran 2
Siklus Hidup, Reproduksi dan Perkembangbiakan Rumput Laut
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami siklus hidup, sistem
reproduksi dan sistem perkembangbiakan beberapa jenis rumput laut

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Mengenal sistem perkembangbiakan /reproduksi rumput laut
2. Mengetahui siklus hidup rumput laut

C. Uraian Materi
1. Sistem pengembangbiakan / reproduksi rumput laut
Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor ekologis serta jenis
substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, rumput laut mengambil nutrisi dari lingkungan sekitarnya secara
difusi melalui dinding thallusnya. Perkembangbiakannya dilakukan dua cara, yaitu secara kawin antara
gamet jantan dan gamet betina (generatif) serta secara tidak kawin dengan melalui vegetatif, konjugatif dan
persporaan (Ditjenkan Budidaya, 2005).
Reproduksi rumput laut umumnya dilakukan melalui tiga cara yaitu secara generative (seksual
dengan gamet), vegetatif (aseksual dengan spora) dan pembelahan sel. Secara generatif terjadi dengan
adanya peleburan antara gamet-gamet yang berbedaya itu antara spermatozoid yang dihasilkan dalam
antheridia dengan sel telur atau ovum yang dihasilkan dalam oogenium.
Reproduksi secara fragmentasi terjadi pada algauni seluler yaitu dengan cara pembelahan sel
sedangkan pada algamulti seluler, thallus akan patah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil kemudian tiap
bagian tersebut akan tumbuh menjadi individu baru.

Gambar 1.10 Reproduksi Algae

(sumber: http://www.sridianti.com/bagaimana-reproduksi-alga-seksual.html)

Reproduksi secara vegetatif yaitu mula-mula tanaman tetrasporofit yang hidup bebas (diploid) sel-
selnya menjalani prosesmeiosis. Tetraspora kemudian dilepaskan dan berkembang menjadi gametofit jantan
dan betina yang haploid. Gametofit jantan yang telah dewasa menghasilkan sel-sels permatangial yang
nantinya menjadi sel spermatangia, sedangkan gametofit betina menghasilkan sel khusus yang disebutk
arpogonia yang dihasilkan dari cabang-cabang karpogonial.
Proses fertilisasi terjadi setelah spermatium mencapai trikogin dan karpogonium, meleburkan intinya
dan bersatu dengan intitelur. Zygot yang dihasilkan mengalami pembelahan menjadi sel-sel yang bersifat
diploid. Kelompok sel yang diploid tersebut dinamakan karposporofit. Akibatnya dalam satu kali fertilisasi
dapat terbentuk karposporofit diploidyangakan tumbuh menjadi tetrasporofit (Dawes, 1981in Iksan, 2005).
2. Siklus Hidup Rumput Laut
Siklus hidup rumput laut umumnya bersifat trifasik, artinya, dalam satu siklus hidupnya mengalami
pergantian fase pertumbuhan yaitu: fase gametofit, fase karposporofit dan fase tetrasporofit. Siklus hidup
Gracilaria sp. dapat kita lihat pada Gambar 2. Ketiga fase pertumbuhan tersebut menjadi bagian yang
mutlak dialami dalam satu siklus pertumbuhan beberapa jenis Gracilaria sp (Yamamoto,1991).

a) Fase Gametofit
Gametofit merupakan hasil germinasi dari tetraspora. Untuk membedakan gametofit jantan dan
gametofit betina dapat dilihat secara morfologi, yaitu dengan melihat perbedaan warna talus. Gametofit
jantan mempunyai warna yang lebih pucat dan berukuran lebih panjang bila dibandingkan dengan gametofit
betina (Oza,1976). Menurut Edelstein et.al., (1978), dalam pertumbuhannya gametofit jantan akan
mengalami proses pematangan, membentuk spermatangium, yaitu kantong atau badan yang akan
memproduksi spermatia (sel gamet jantan).
Gametofit betina akan membentuk cabang karpogonia. Calon cabang karpogonia berasal dari sel-sel
korteks dan sub korteks (Oza,1976). Hasil penelitian Edelstein et.al., (1978) menyatakan bahwa
pembentukan cabang karpogonia berawal dari dibentuknya supporting cell dilapisan korteks tumbuhan.
Perkembangan selanjutnya supporting cell akan membelah kearah tepi dan tengah. Sel-sel dibagian tepi
akan menjadi sterilbranch, sedangkan sel di bagian tengah akan menjadi karpogonium dan trichogyne.

Gambar 1.11 Siklus hidup rumput laut secara generatif


Gambar 1.12 Siklus hidup Gracilaria sp (Sumber: Kemendikbut, 2013)

b) Fase Karposporofit
Karpogonium dilengkapi dengan trichogyne yang berfungsi untuk menarik spermatia. Spermatia
pada alga merah tidak memiliki flagel, sehingga pembuahan terjadi secara pasif, yaitu bila spermatia dapat
tertarik masuk kedalam karpogonium. Selanjutnya terjadi pembuahan pada karpogonium oleh spermatia.
Setelah karpogonium dibuahi, maka trichogyne akan mengerut, karpogonium akan melebur dengan
sel dibawahnya berbentuk seperti filament. Filament ini akan membentuk beberapa lobus, dari fase inilah
gonimoblast dibentuk. Selanjutnya karpospora dibentuk pada ujung-ujung dari filament gonimoblast.
Sementara itu, supporting cell dan cell branch juga melebur menjadi satu berfungsi sebagai sel nutrisi
(Chapman, 1980).
Karpogonium yang telah dibuahi mengalami serangkaian proses dalam perkembangan selanjutnya.
Terjadi perubahan morfologis dari tumbuhan Gracilariasalicornia, yaitu terlihat ‘bintil-bintil’ dipermukaan
talus. ‘Bintil’ tersebut merupakan hasil dari proses perkembangan karpogonium dan disebut sebagai
sistokarp. Setelah sistokarp matang, karpospora akan dikeluarkan ke lingkungan. Sistokarp yang telah
matang, akan ditandai dengan karpospora yang telah dipenuhi substansi berwarna coklat (Sjafrie,1992).

c) Fase Tetrasporofit
Karpospora yangtelah dilepaskan ke lingkungan akan bergerminasi dan tumbuh menjadi bentuk
tumbuhan tetrasporofit. Pada Gracilaria sp tetrasporofit dan gametofit sangat sulit untuk dibedakan
(isomorph). Selanjutnya, tetrasporofit akan membentuk tetrasporangium yang akan menghasilkan
tetraspora. Kemudian tetraspora akan dilepaskan ke lingkungan dan kembali tumbuh menjadi gametofit
jantan dan betina (Oza,1976).

Kegiatan Pembelajaran. 3
Menerapkan Pembibitan Rumput laut dengan metode stek/Fragmentasi, metode spora
dan Metode Kultur Jaringan

A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami beberapa metode
pembibitan rumput laut

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Mengetahui metode pembibitan rumput laut dengan metode fragmentasi
2. Mengetahui metode pembibitan rumput laut dengan metode spora
3. Mengetahui metode pembibitan rumput laut dengan metode kultur jaringan

C. Uraian Materi
Usaha untuk mengetahui reproduksi adalah hal penting dalam jangka panjang. Hal ini
beberapa jenis rumput laut sepert Gracilaria sp mempu menghasilkan spora (tetraspora dan
karpospora) dalam waktu yang singkat. Siklus hidup rumput laut akan mempenagruhi
perkembangan rumput laut dan juga keberhasilan pembibtitan rumput laut. Pengembangbiakan/
reproduksi rumput laut yang telah dilakukan oleh para pembudidaya ada tiga yaitu:
a. Pembibitan rumput laut dengan cara stek atau fragmentasi
Pembibitan berasal dari kata bibit. Bibit adalah calon tanaman yang akan ditanam pada saat
produksi rumput laut yang dipelihara di laut maupun ditambak dan diusahakan dibudidayakan secara
optimal pada lingkungan perairan yang ada. Bibit yang akan digunakan diperoleh dengan berbagai macam
cara salah satu caranya adalah dengan fragmentasi.
Fragmentasi adalah pemotongan yaitu pemotongan thallus rumput laut dengan ukuran tertentu
untuk dijadikan bibit. Apakah thallus itu? Rumput laut termasuk kedalam division Thallophyta
(tumbuhan berthallus) karena mempunyai struktur kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun,
berbatang dan berakar, semuanya terdiri dari thallus (batang) saja. Jadi peristilahan thallus dalam budidaya
rumput laut adalah bagian tubuh nya yang semuanya berbentuk batang. Keseluruhan bagian tubuh dari
rumput laut merupakan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam, ada yang berbentuk
silindris, lembaran, bulat seperti kantung, menempel seperti kerak bahkan serabut-serabut seperti rambut
dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(multiseluler).
Fragmentasi merupakan salah satu metode dalam membibitkan atau memperbanyak individu
baru dengan cara melakukan pemotongan bagian tubuh dari rumput laut tersebut. Dengan fragmentasi
pembibitan rumput laut dapat dilakukan dengan memotong thallus pada rumput laut yang akan dijadikan
bibit. Metoda pembibitan dengan fragmentasi banyak digunakan untuk membibitkan jenis Eucheuma
spp dan Gracilaria spp. Rumput laut jenis ini memiliki substansi thallus yang lunak seperti tulang rawan
dan bentuk percabangan berselang yang tidak teratur.
Langkah-langkah pengadaan bibit rumput laut dengan metoda fragmentasi dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
- Bibit diambil dari tempat penampungan dalam keadaan segar dan telah diseleksi pada awal
pemilihan bibit unggul dan dikumpulkan didalam ember/wadah lain yang berisi air laut.
- Bibit diambil satu persatu, dipilih thallus yang masih muda yang mempunyai
ukuran 10-15 cm dari ujung thallus dengan wama kuning kemerah-merahan, kemudian dilakukan
pemotongan. Pemotongan thallus ini dilakukan dengan menggunakan tangan atau alat bantu berupa
gunting stek untuk tanaman.
- Rumput laut hasil pemotongan dikumpulkan kedalam ember dan ditimbang.
Bibit yang akan dibudidayakan memiliki berat 30-150 g/individu perajut atau pertali rafia.
- Bibit hasil pemotongan thallus rumput laut kemudian ditanam dengan mengikat
pada tali-tali raffia/nilon atau dimasukkan kedalam kantong rajut/jaring.
- Bibit hasil fragmentasi (stek) tersebut, dibawa dan ditanam di perairan areal budidaya dengan jarak
20-100 cm sedangkan di tambak bibit dari jenis Gracilaria spp ditanam dengan metoda tebar
dengan padat penebaran 80 100 g/m2 atau 800 -1000 kg /hektar.
- Penanaman rumput laut di areal budidaya dilaksanakan pada pagi hari atau sore hari, pada cuaca yang
teduh/sejuk.

Gambar 1.13 Pembibitan dengan cara Fragmentasi (Sumber Kemdikbud 2014)


- Pengambilan bibit dengan cara fragmentasi ini dapat dilakukan dengan cara memetik atau
memotong pada ujung-ujungnya sekitar 10-20 cm. Pemilihan bagian ujung dari rumput laut
dilakukan karena bagian ini terdiri dari sel dan jaringan muda sehingga memberikan
pertumbuhan yang optimal. Cara pemotongan rumput laut yang akan digunakan untuk
dijadikan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemotongan dengan cara memetik/memotong
pada cabangnya dan pemotongan dengan cara menyisakan beberapa cabang untuk bibit. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.14. Tanaman yang berulang-ulang dipotong ujungnya harus
diganti dengan tanaman/bibit baru sebab ukuran batangnya akan membesar dan lambat pertumbuhannya.
Gambar 1.14 Pemotongan bibit Rumput Laut (Sumber Kemdikbud 2014)
Keterangan: (A). Pemotongan dengan cara memetik/memotong pada cabangnya, (B). Pemotongan dengan cara
menyisakan beberapa cabang untuk bibit

b. Pembibitan rumput laut dengan cara spora


Apakah pembibitan rumput laut dengan spora ini? Pembibitan rumput laut secara pola
reproduksinya dibagi menjadi dua yaitu sexual/kawin dan asexual yang berarti tidak kawin. Reproduksi
secara aseksual ini diantaranya dapat dilakukan dengan cara perkembangan spora, pembelahan sel
dan fragmentasi. Metoda pembibitan dengan fragmentasi telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pada bab
ini akan diuraikan tentang pembibitan rumput laut dengan spora.
Pembibitan rumput laut dengan spora dapat dilakukan pada beberapa jenis rumput laut. Rumput
laut masuk dalam divisi Thallophyta dimana mempunyai morfologi yang tidak memperlihatkan adanya akar,
batang dan daun, sehingga secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai struktur kerangka yang mirip,
walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus. Bentuk thallus ada
bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut, dan
sebagainya.
Di dalam thallus terdapat plastida pigmen, karbohidrat dan dinding sel yang digunakan dalam
membedakan berbagai kelas dan menentukan warna thallus. Perbedaan warna thalli menimbulkan adanya ciri
algae yang berbeda seperti algae hijau, algae coklat, algae merah dan algae biru. Berdasarkan
percabangannya, maka thallus dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: dichotomus
(bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate
(bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang seling), ferticillate (cabangnya berpusat
melingkari aksis atau sumbu utama) dan ada juga yang tidak bercabang.
Beberapa identitas biologis yang dapat digunakan untuk menentukan jenis rumput laut yang dapat
dibibitkan dengan spora :
1) Algae Merah, meliputi marga Gracilaria spp dan Eucheuma spp. Ciri-ciri umum dari jenis rumput
laut Euchema spp dan Gracilaria spp telah diuraikan pada bab sebelumnya. Berdasarkan ciri-ciri
tersebut maka jenis rumput laut tersebut dapat dilakukan pembibitan dengan menggunakan metoda
spora. Rumput laut dari divisi Algae merah dapat ditandai dari :
a) Reproduksinya yang tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk
b) Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia
c) Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multiaksial (banyak sel di ujung
thallus)
d) Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak
e) Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna
biru)
f) Bersifat adaptasi kromatik yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai
kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti: merah tua,
merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau.
g) Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch)
h) Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran dan fulselaran.
Alga merah umumnya tumbuh di daerah pasang surut (Intertidal) atau pada daerah yang selalu
terendam air (Subtidal), melekat pada substrat mati. Habitat algae ini lebih menyukai variasi suhu harian
yang kecil dan aliran air yang tetap. Algae ini tumbuh mengelompok sehingga penting dan menguntungkan
dalam penyebaran spora.
2) Alga Coklat, meliputi marga Sargassum. Ciri-ciri Sargassum spp adalah :
a) Bentuk thallus umumnya silindris atau gepeng
b) Cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat
c) Bentuk daun melebar, lonjong atau seperti pedang
d) Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter
e) Warna thallus umumnya coklat
f) Panjangnya mencapai 7 meter
Rumput laut dari divisi alga coklat dapat ditandai dari:
a) Saat berproduksi, algae ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual
dan aseksual
b) Mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin
c) Warna umumnya coklat
d) Persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta, 1-3 ikatan glukan)
e) Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginit dan alginat
f) Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis)
g) Ukuran dan bentuk thalli beragam dari yang berukuran kecil sebagai epifit, sampai berukuran
besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran cabangnya ada yang sederhana dan
ada yang tidak bercabang
h) Umumnya tumbuh sebagai algae benthic.
Algae coklat tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan yang terlindung maupun yang berombak
besar pada substrat batu. Habitatnya umumnya membentuk suatu komunitas sehingga
menguntungkan untuk pengembangan spora.
3) Alga Hijau, meliputi marga Caulerpa spp
Ciri-ciri Caulerpa spp adalah:
a) Thallus utama tumbuh menjalar
b) Ruas batang utama ditumbuhi akar yang pada umumnya menyerupai akar serabut
c) Bentuk cabangnya seperti daun yang beragam, misalnya daun tunggal, bergerigi, bundar seperti
daun pakis, daun kelapa dan daun ketela pohon
Rumput laut dari divisi alga hijau dapat ditandai dari :
a) Reproduksinya mempunyai stadia berbulu cambuk, seksual dan aseksual
b) Mengandung klorofil a dan b, beta, gamma karoten dan santhofil
c) Berwarna hijau
d) Persediaan makanan berupa kanji dan lemak
e) Dalam dinding selnya terdapat selulosa, sylan dan manna
f) Memiliki thilakoid
g) Dalam plastida terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan produksi fotosintesis
h) Thalli satu sel, berbentuk pita berupa mebran, tubular dan kantong atau berbentuk lain
i) Umumnya eukariotik, berinti satu atau banyak (kunositik)
j) Bersifat benthik dan planktonik
Algae hijau umumnya banyak terdapat di pantai yang memiliki rataan terumbu karang dan
perairan yang tenang. Tumbuh pada substrat karang mati, pasir yang berlumpur. Tumbuh pada daerah
pasang surut terendah yang masih tergenang air
Kriteria bibit rumput laut yang unggul dapat ditentukan dengan thallusnya yang bersih dari kotoran dan
segar, terbebas dari hama dan penyakit dan bibit haruslah yang mempunyai sel reproduksi karpospora,
yang dicirikan dengan adanya sistokarp/bintil yang ada di permukaan thallus.

Gambar 1.15 Metode Pembibitan rumput laut dengan spora di bak fiber
Pertukaran generasi antara seksual dengan aseksual merupakan pola yang umumnya terdapat pada
tanaman rumput. Ada tiga tipe daur hidup dalam reproduksi seksual algae yaitu :
a) Haplobiontik, yaitu hanya ada satu individu kehidupan bebas yang terlibat dalam daur hidup, dalam
keadaan ini kromosom pada individu adalah haploid
b) Haplobiontik diploid, dalam hal ini individu yang melakukan daur hidup adalah diploid
c) Diplobiontik. Dalam proses pembiakan terdapat dua individu (fase) yang terlibat dalam daur
hidup yaitu gametofit haploid yang menghasilkan gamet dan sporofit diploid yang menghasilkan
spora. Pertemuan antara 2 gamet (jantan dan betina) akan membentuk zygot yang kemudian menjadi
sporofit. Individu baru inilah yang mengeluarkan spora dan berkembang melalui meiosis
dalam sporogenesis menjadi gametofit.
Pada Floridiophycidae seperti Eucheuma, Gracilaria dan Gelidium dikenal pertukaran generasi yang
disebut tripasik. Pada tingkat selular, reproduksi seksual dapat berupa plasmogami (penyatuan plasma),
karyogami (penyatuan nuklei atau inti sel), penyatuan kromosom dari gen dan meiosis. Dalam hal ini terjadi
pertukaran dan formasi kombinasi yang baru pada materi genetik.
Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari
tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umumnya terdapat pada algae merah. Pada algae yang bersel satu
(uniseluler) setiap individu mempunyai kemampuan untuk membelah diri dan membentuk individu baru.
Pada algae yang multiseluler (bersel banyak) seperti Enterromorpha, Polysiphonia, Gracilaria dan
Eucheuma, potongan thallusnya mempunyai kemampuan berkembang meneruskan pertumbuhan.
Ukuran organ dan sel reproduksi suatu jenis rumput laut erat kaitannya dengan karakter
reproduksinya seperti daya sebar dan kemampuan tenggelam atau menempel pada substrat di dasar
perairan. Perbedaan ukuran organ dan sel reproduksi ini juga yang menyebabkan perbedaan bentuk,
struktur dan nama yang berlainan pada jenis-jenis rumput laut. Perkembangan sel ini tergantung pada jenis
kelamin dan stadianya.
Proses pembiakan rumput laut dengan spora dapat dilakukan dengan proses pembentukan spora
yang terdapat pada tubuh rumput laut. Proses tersebut dapat diamati dengan melihat tumbuhnya bintil
di bagian permukaan thallus yang disebut dengan sistokarp. Berdasarkan Gambar 4, setelah sistokarp
diletakkan disaringan pada permukaan air fiber, biasanya 24 jam kemudian sampai 2 hari sistokarp akan
mengeluarkan dan meletakkan thallus baru yang disebut karpospora. Dua hari setelah peletakkan,
karpospora segera dipindahkan ketempat pembibitan dan diletakkan di substrat yang telah disiapkan
untuk dipelihara selama ± 1,5 bulan sampai menjadi tanaman kecil. Kegiatan pemeliharaan bibit masih
menggunakan bak beton/fiber dengan sirkulasi air yang baik. Ciri-ciri spora yang baik adalah :
a) Spora berasal dari sistokarp (penghasil karpospora) yang sudah matang. Hal ini ditandai dengan
ukuran diameter sistokarp yaitu 1000-1500 µm. Karpospora akan dikeluarkan ke lingkungan
melalui lubang/ ostiole dan mempunyai ukuran yang bervariasi walaupun berasal dari satu sistokarp
b) Sustansi karpospora berwarna coklat tua atau coklat kehitaman, jika diketemukan substansi warna
hijau, karpospora tersebur belum matang
c) Diameter karpospora sudang matang 25 - 30 µm.
Di Jepang terdapat jenis rumput laut yang sangat terkenal dan banyak dimanfaatkan sebagai
makanan. Jenis rumput laut ini disebut Nori. Teknik pembibitan rumput laut tersebut dapat melalui metode
pembibitan dengan spora. Pembibitan dilaksanakan di pinggir pantai atau perairan yang mempunyai
arus yang kecil. Metode budidaya yang digunakan yaitu metode rakit. Bibit Nori yang telah melekat pada
substrat berupa cangkang mollusca dimasukkan kedalam keranjang plastik bersama substrat tempat
penyebaran Nori tersebut. Secara bertahap sitokart pada Nori akan menyebar dan melekat pada substrat
lain.
Setelah metode budidaya disiapkan, bibit rumput laut hasil pembibitan dengan spora yang telah
dipelihara ± 1,5 bulan, dipindahkan ke media pembesaran dengan prosedur sebagai berikut :
a) Di dasar laut/tambak, bibit ditebar dengan merata keseluruh bagian dan dipelihara setiap hari meliputi
kebersihan rumput laut, penumpukan rumput laut pada satu tempat dan hama penyakit yang menyerang.
b) Di laut dengan dasar perairan cukup dalam, bibit diikatkan pada tali rise dengan jarak
tertentu/dimasukkan kedalam jaring dengan berat awak bibit 3-5 ons perrajut.
c) Di bak beton/fiber, bibit dapat dilaksanakan baik dengan metode sebar maupun metode apung, dengan
pengaturan sirkulasi air.
Pengambilan rumput laut dari hasil pembibitan, mempunyai perbedaan teknik tertentu,
tergantung jarak lokasi pembibitan ke lokasi pembesaran. Umumnya untuk lokasi yang membutuhkan
waktu relatif singkat (1 hari) pengangkutan rumput laut dilakukan hanya dengan memasukkan rumput laut
pada karung-karung basah dan ditutup dengan plastik agar tidak terkena matahari langsung. Sedangkan
untuk pengangkutan dengan jarak jauh (2-3 hari) menggunakan box tertentu. Teknik pengangkutan ini
meliputi :
a) Kantong plastik (sesuai ukuran box) dimasukkan kedalam box Styrofoam
b) Secara bergantian kain/tissue/spon/kapas basah dimasukkan kedalam kantong plastik dengan merata dan
bibit rumput laut sampai memenuhi ¾ box
c) Kantong plastik diikat dan pada permukaan kantong dibuat beberapa lubang sebagai sirkulasi udara.
d) Untuk mempertahankan kesegaran bibit sebaiknya setiap/4 jam sekali bibit tetap disiram, disemprot
menggunakan air laut tempat bibit diambil.
Setelah bibit sampai di lokasi pembesaran bibit sebaiknya dimasukkan ditempat penampungan
sementara dan terendam air laut ±3 jam agar bibit dapat kembali segar, sambil mempersiapkan penanaman
rumput laut. Bibit dapat ditebar/ditanam setelah sarana penanaman telah siap dengan langkah awal
pengambilan bagian thallus bibit yang memenuhi kriteria/persyaratan bibit yang berkualitas, yaitu
bagian thallus yang masih muda, bersih dan segar. Tidak terdapat gejala serangan hama dan penyakit dan
berasal dari satu jenis rumput laut (monospesies). Bibit ini dapat diambil dengan memotong ujung
thallus rumput laut.
Penebaran/penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Hal ini untuk menjaga
rumput laut dapat bertahan dan masih dalam keadaan segar. Berat rumput laut awal penanaman ± 3-5
ons perrajut atau pertali ris. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan bibit adalah:
a) Pengangkutan bibit tidak boleh terkena matahari langsung yang kuat. Disarankan bibit rumput laut
ditutup terpal. Pengangkutan bibit disarankan sore atau pagi-pagi hari
b) Biarkan bibit selalu dalam keadaan basah dengan cara menyirami dengan air laut
c) Bibit harus bersih dari bahan lain seperti terkena air hujan, minyak dan bahan-bahan lain yang
berbahaya (kimia)
d) Setelah sampai di lokasi penanaman bibit yang didapat segera dimasukkan dalam seed bin atau
bak kecil yang telah dipersiapkan

c. Pembibitan rumput laut dengan cara kultur jaringan


Pembibitan rumput laut dengan cara kultur jaringan Rumput laut, Eucheuma spp. tergolong dalam
kelompok karaginofit yang dapat memproduksi karaginan berkisar 61,5-84,5% (Atmadja, 1991).
Karaginan merupakan salah satu bahan pembentuk suspensi, stabilizer, pengemulsi, gelling agent, dan
thickening sehingga banyak diperlukan sebagai additive pada industri makanan, minuman, keramik,
fotografer, farmasi, kosmetik, cat, dan lain-lain (Zatnika, 1994). Mengingat pemanfaatan bahan-bahan
tersebut semakin meluas maka upaya budidaya merupakan langkah awal yang tepat dalam
meningkatkan produksi rumput laut, sehingga diharapkan suplai produksi dapat teratur, baik dalam
jumlah dan mutu.
Salah satu faktor penunjang keberhasilan budidaya rumput laut adalah benih yang digunakan.
Benih yang digunakan harus berkualitas baik, bebas dari pengaruh pencemaran lingkungan, penyakit serta
dapat tumbuh dengan cepat. Penggunaan benih dari stok alam seringkali memberikan hasil yang tidak
maksimal. Untuk itu, diperlukan alternatif lain untuk menumbuhkan benih rumput laut melalui metode
kultur in vitro. Kultur invitro mengacu pada kultur jaringan (Gunawan, 1987).
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel
atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat
memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Teknik kultur jaringan memanfaatkan
prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara
konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan
medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro
(bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan
medium dan kondisi tertentu.
Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa setiap
bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan
hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang
sama persis dengan induknya. Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk
mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan media
tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang
mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan
jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya.
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya
berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi
yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung
kebutuhan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya.
Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan
yang ditumbuhkan secara in vitro. Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup
memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Nutrien yang tersedia di
media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah
sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu
ZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan
yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat
mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan adventif
tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan
peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran
sel, dan perkembangan jaringan.
Beberapa jaringan yang lambat dalam pertumbuhan mereka. Bagi mereka akan ada dua pilihan:
(i) Optimalisasi media tumbuh, (ii) Membudidayakan sehat dan penuh semangat tumbuh jaringan atau
varietas. Necrosis bisa merusak jaringan kultur. Umumnya, nekrosis kultur jaringan bervariasi dalam
varietas yang berbeda dari tanaman. Dengan demikian, dapat dikelola oleh kultur sehat dan penuh
semangat tumbuh varietas.
Aplikasi metode kultur in vitro telah dilakukan pada jenis rumput laut, Gracilaria verrucosa sejak
tahun 1992 di Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai, Maros. Penggunaan media Conwy pada
penelitian G.verrucosa menunjukkan pertumbuhan tunas yang lebih baik dibandingkan beberapa komposisi
pupuk dalam media yang dicobakan (Atnini dan Parenrengi, 1994).
Keberhasilan metode kultur in vitro sangat ditentukan oleh penggunaan media pupuk yang baik
dengan komposisi yang tepat. Liao (1983) telah melakukan serangkaian penelitian untuk menumbuhkan
mikro algae sebagai pakan larva udang. Dari penelitian tersebut ternyata beberapa formula media Conwy
dan media yang tersusun dari beberapa senyawa pupuk terbukti bagus untuk menumbuhkan
Skeletonema. Diperkirakan media serupa juga dapat digunakan untuk menumbuhkan Eucheuma
spp. Untuk memastikan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi pupuk
dalam media kultur in vitro rumput laut E.cottonii mengacu pada pupuk kultur mikroalgae (Liao, 1983).
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Penelitian Perikanan Pantai, Maros selama dua
bulan pemeliharaan. Wadah yang digunakan adalah botolbotol kultur volume 250 ml sebanyak 50 buah
yang diisi air laut steril 100 ml salinitas 35 ppt sebagai media pertumbuhan. Terhadap media tersebut
kemudian ditambahkan pupuk sesuai per lakukan, dengan ketentuan: untuk stock Conwy A penambahan
adalah sejumlah 1 ml/l media, stock B: 0,01 ml/l media, stock C: 0,1 ml/l dan mikronutrien: 1 ml/l media.
Alat dan bahan yang digunakan disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121°C
selama 20 menit. Botol-botol kultur ditempatkan pada ruangan terkontrol pada suhu rata-rata 25°C,
dengan sumber cahaya berasal dari lampu tabung 40 watt, dengan intensitas cahaya 1000 lux. Thalus rumput
laut yang dicobakan adalah Eucheuma cottonii yang berasal dari perairan Takalar, Sulawesi Selatan.
Thalus rumput laut diseleksi kemudian dipotong menjadi eksplan sepanjang 3 cm. Sebelum dimasukkan
dalam botol kultur, eksplan dibersihkan kemudian dibilas dengan air laut steril. Setiap botol kultur diisi
dengan 1 buah eksplan. Penggantian media (yang telah diberi pupuk) dilakukan 2 kali seminggu.

KEGIATAN PEMBELAJARAN .4.


Mengidentifikasi Sarana dan prasarana kegiatan pembibitan rumput laut
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui jenis dan kebutuhan
sarana dan prasarana dalam kegiatan pembibitan rumput laut

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Menganalisis faktor-faktor pendukung sarana dan prasarana pembibitan rumput laut.
2. Mengetahui jenis sarana dan prasarana pembibitan rumput laut.
3. Menentukan sarana prasarana yang digunakan dalam rekayasa pembibitan rumput laut
4. Menghitung kebutuhan sarana dan prasarana pembibitan rumput laut.
C. Uraian Materi
a. Sarana dan prasarana pembibitan rumput laut di tambak
1) Pematang Tambak
Bentuk pematang tambak biasanya berbentuk persegi panjang. Setiap unit dipisahkan oleh sejumlah
pematang. Pada setiap pematang tambak terdapat gundukan tanah yang memanjang dan membentuk sekat-
sekat dengan ukuran lebar sekitar 2 m dan jarak antar gundukan selebar 5 m, yang berfungsi mencegah
mengumpulnya rumput laut pada satu bagian tambak, dan memudahkan pekerja melakukan penebaran bibit
rumput laut.

Gambar 2.1 Tambak Untuk Budidaya Gracilaria di Tambak


(Sumber: randy-farm.blogspot.com)
Keadaan dasar tambak sebaiknya adalah tanah berlumpur dan sedikit berpasir karena tidak mudah
menyerap air dan kaya akan bahan organik (zat hara) sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman.

Gambar 2.2 Persiapan Lahan Untuk Pembibitan/Budidaya Gracilaria sp di Tambak


(Sumber: kesatriabahari.blogspot.com640 × 480)

Untuk melengkapi konstruksi, tambak harus dilengkapi dengan pintu masuk dan pintu pengeluaran
air yang berfungsi dalam sirkulasi air, serta saluran air/drainase

Gambar 2.3. Salah Satu Bentuk Pintu Air Yang Terbuat dari Kayu
(Sumber: docplayer.info)

2) Sampan
Untuk memudahkan mobilisasi di lahan baik di lahan tambak maupun di laut, maka dibutuhkan
sampan, baik pakai mesin maupun yang tidak pakai mesin. Sampan ini dapat digunakan untuk mengontrol
rumput laut yang dibudidayakan maupun sebagai sarana transportasi bibit atau hasil budidaya.
Gambar 2.4 Sampan yang Biasanya di Digunakan di Tambak
(Sumber: azrul90.wordpress.com)

3) Bibit Rumput Laut


Berdasarkan pengalaman para petani rumput laut, bibit yang paling cocok untuk dibudidayakan
adalah bibit lokal, karena disamping mudah dalam hal pengadaannya juga bibit tersebut telah cocok dengan
persyaratan untuk pertumbuhannya secara alami.
Akan tetapi bila ternyata pada lokasi yang telah ditentukan tidak terdapat bibit lokal yang
dikehendaki, maka dapat pula dilakukan dengan cara mendatangkan bibit yang sesuai dengan yang
dikehendakidari lokasi lain. Bila terjadi hal yang demikian, maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana
cara membawa bibit tersebut dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kerusakan selama dalam perjalanan.

Gambar 2.5 Bibit Gracilaria sp


(Sumber:www.daengaswar.com)
4) Pupuk
Selain digunakan sebagai tempat untuk budidaya udang dan ikan bandeng, tambak juga digunakan
sebagai lahan untuk melakukan budidaya rumput laut. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak adalah
dari jenis rumput laut Gracilaria. Rumput laut Gracilaria adalah merupakan bahan baku pembuat agar-agar
atau biasa disebut sebagai agarophyte.
Dalam pemeliharaan rumput laut, perawatan kualitas air dan kejernihan air sangat penting agar
rumput laut tumbuh secara optimal. Pada saat air tambak tenang, rumput laut digoyang agar bersih dan tidak
mengganggu proses metabolisme sehingga laju pertumbuhan cepat.
Pemberian pupuk pada rumput laut tidak sama dengan pemberian pupuk pada tanaman lain. Pupuk
yang diberikan adalah urea sebanyak 50kg/ha dan NPK Ponska sebanyak 35kg/ha, dengan dosis pemupukan
adalah 25kg urea di campur dengan 20kg, NPK Ponska pada saat umur tanaman 15 hari setelah tabur,
dan 25kg urea dan 15kg NPK Ponska 10 hari sebelum panen.

Gambar 2.6. Pupuk Urea (Sumber: nurul.kimia.upi.edu)

Gambar 2.7. Pupuk NPK Ponska (Sumber: npkphonska.blogspot.com)

5) Kapur
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan
unsur kalsium (Ca) tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-
unsur hara seperti fosfor (P) mudah diserap tanaman dan keracunan aluminium (Al) dapat dihindarkan.
Pengapuran merupakan salah satu bentuk dari remediasi selain pengoksidasian dan pembilasan tanah,
untuk mengatasi permasalahan utama pada tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah (3-5); kurang
tersedia fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi (Fe) sering
berlebihan sehingga dapat meracuni organisme; serta kelarutan aluminium (Al) sering tinggi sehingga
merupakan penghambat ketersediaan fosfor. Penambahan pupuk, terutama yang mengandung P sering tidak
bermanfaat pada tanah masam ini bila unsur-unsur toksik sepertì aluminium, besi, dan mangan (Mn) tidak
diatasi.

Gambar 2.8. Kapur Pertanian (Kaptan)


(Sumber: groupanfaunnas.wordpress.com)

Pengapuran berguna untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak. dasar tambak yang ber-pH
rendah dapat menyebabkan rendahnya pH air tambak. Oleh karena itu, perbaikan pH air tambak harus
dimulai dari perbaikan pH tanah dasar tambak, selain untuk memperbaiki keasaman dasar tambak, kapur
juga berfungsi sebagai desinfektan dan juga sebagai penyedia unsur hara (fosfor) yang dibutuhkan plankton.
Tanah dasar tambak yang mengandung pirit harus direklamasi terlebih dahulu selama kurang lebih 4 bulan
sebelum diberi kapur.

Gambar 2.9. Reklamasi Tambak (Sumber: wicaramina.blogspot.com)

Kapur yang digunakan di tambak berfungsi untuk meningkatkan kesadahan dan alkalinitas air
membentuk sistem penyangga (buffer) yang kuat, meningkatkan pH, sebagai desinfektan, mempercepat
dekomposisi bahan organik, mengendapkan besi, menambah ketersediaan unsur P, dan merangsang
pertumbuhan plankton serta benthos. Fungsi pengapuran antara lain:
- Meningkatkan pH tanah dan air
- Membakar jasad jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar
- Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus
- Memperbaiki kualitas tanah
- Kapur yang diberikan secara cukup dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
plankton
Manfaat pengapuran diantaranya:
- menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat
- mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air atau tanah yang mencolok
- mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara akan terbebas.
- mengendapkan koloid yang melayang-layang dalam air tambak
Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah dasar kolam. setelah
pengapuran selesai, tanah dasar tambak dibalik dengan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke dalam
lapisan tanah dasar. Pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan dengan cara dinding kolam dan
dasar terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampuri air.
Sebelum mengapurnya, kita harus mengeringkan tambak terlebih dahulu. Tebarkan kapur secara
merata di permukaan tambak dengan jumlah yang disesuaikan dengan luas tambak dan tekstur tanah. Kapur
yang diperlukan adalah kapur pertanian atau kapur lain dengan takaran disesuaikan dengan pH tanah.
Pengapuran yang dilakukan dibagi atas 2 tahap yaitu pengapuran dasar dan pengapuran susulan.
Pengapuran dasar dilakukan setelah pengeringan tambak dengan dosis 1.000-2.000 kg/ha yang ditebar
secara merata ke permukaan tanah dasar tambak. Pengapuran susulan dilakukan setelah ikan/udang
dipelihara selama 2 bulan dengan cara disebar langsung secara merata ke dalam petakan air tambak.
Adapun cara-cara pengapuran tambak agar memperoleh hasil yang baik, diantaranya:
- Tanah dasar tambak setelah pengeringan digali dengan kedalaman sekitar 10 cm, selanjutnya dicampur
dengan kapur dan diaduk
- Pengadukan harus baik dan benar hingga merupakan adonan yang homogen serta sempurna
- Setelah adonan sempurna, bisa dikembalikan dan diratakan pada dasar tambak
- Pengapuran dilakukan setiap musim penebaran benur atau nener
Gambar 2.10. Cara Pengapuran (Sumber: wicaramina.blogspot.com)
Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah dasar kolam. setelah
pengapuran selesai, tanah dasar kolam dibalik dengan menggunakan cangkul sehingga kapur bisa lebih
masuk ke dalam lapisan tanah dasar, pengapuran untuk tambak semen dan terpal dilakukan dengan cara
dindingtambak dan terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampur air. Cara pengapuran tambak yaitu
dengan mengukur pH tanah lebih dulu di beberapa titik yang berbeda dengan menggunakan alat pengukur
pH tanah sampai diperoleh angka yang tepat, kemudian hitung kebutuhan kapur.
Jenis kapur yang digunakan pada kegiatan budidaya udang tradisional plus ini adalah kapur dolomit
(Ca Mg(CO3)2, karena kapur ini memiliki pengaruh yang lebih lama, mudah diperoleh, meninggalkan residu
dan kecepatan reaksinya lebih lambat, juga mengandung Mg selain Ca. Jenis kapur yang biasa digunakan
untuk pengapuran kolam adalah kapur aktif atau kapur tohor (CaO) dan kapur pertanian (CaCO3) atau
CaMg(CO3)2. Kapur tohor atau kapur sirih adalah kapur yang pembuatannya melalui proses pembakaran.
Bahan penyusunnya berupa batuan tohor gunung dan kulit kerang. Kapur pertanian adalah kapur karbonat
yang bahan penyusunnya berupa batuan kapur tanpa melalui proses pembakaran, tetapi langsung digiling.
terdapat dua macam kapur pertanian, yaitu kalsit dan dolomit. kalsit bahan bakunya didominasi oleh
kandungan karbonat dan sedikit magnesium (CaCO3), sementara dolomit bahan bakunya didominasi oleh
kalsium karbonat dan magnesium karbonat (CaMg(CO3)2).
Sebelum menentukan dosis kapur pada persiapan tambak, maka perlu diketahui cara pengukuran pH
menggunakan pH meter. Setelah nilai pH tanah diketahui maka dosis kapur yang digunakan disesuaikan
dengan tingkat keasaman tanah. Kebutuhan kapur per hektar tambak tergantung dari derajat keasaman tanah
tambak (pH). Umumnya, tambak yang sudah beberapa kali digunakan untuk pemeliharaan udang akan ber-
pH rendah karena telah terjadi proses pembusukan bahan organik berupa sisa pakan dan kotoran udang
sehingga menghasilkan asam dari proses oksidasi. semakin rendah pH tanah, jumlah kapur yang diperlukan
juga semakin banyak.
Istilah kebutuhan kapur digunakan untuk menyatakan jumlah kapur yang harus diberikan pada tanah
untuk pertanaman tertentu. Kebutuhan kapur juga digunakan untuk menyatakan jumlah kapur atau
kesetaraannya yang harus diberikan pada tanah untuk menaikan pH tanah menjadi pH 5,5 dari pH 3,75.
Angka-angka yang diperoleh dari suatu cara penentuan kebutuhan kapur harus dikalikan dengan indeks
netralisasi, tergantung pada susunan serta kehalusan bahan yang digunakan dalam pengapuran dan jumlah
yang mungkin dapat tercuci.

b. Sarana dan prasarana yang sering digunakan dalam pembibitan rumput laut yang dilakukan
di laut lepas
1) Patok
Patok dalam budidaya rumput laut seperti Eucheuma cottoni di laut memiliki fungsi agar posisi
rumput laut tidak bergerak. Penentuan jenis patok perlu diperhatikan karena kesalahan dalam memilih jenis
balok dapat berakibat fatal dalam proses budidaya. Umumnya patok yang digunakan pada budidaya atau
pembibitan rumput laut terbuat dari patok kayu yang kuat.
Gambar 2.11. Patok Yang Biasa digunakan budidaya rumput laut di Laut
(Sumber: www.cvamarizmitrayasa.com)
2) Bambu
Untuk proses budidaya rumput laut sebaiknya dipilih jenis bambu yang tua dan memiliki ketahanan
terhadap air laut. Kesalahan dalam memilih jenis bambu ini dapat berakibat fatal dalam proses budidaya.

Gambar 2.12. Bambu Untuk Budidaya Eucheuma cottono di Laut


(Sumber: ceritaanda.viva.co.id)
3) Perahu/Sampan
Penggunaan perahu/sampan dalam budidaya rumput sangat diperlukan untuk memudahkan mobilisasi
alat dan bahan ke laut, termasuk memudahkan dalam proses pengontrolan dan panen rumput laut.

Gambar 2.13. Perahu Untuk Budidaya Eucheuma Cottonii


(Sumber: www.kompasiana.com)
4) Keranjang,
Fungsi keranjang dalam budidaya Eucheuma cottoni adalah untuk menampung bibit rumput laut
sebelum digunakan atau memudahkan pengangkutan rumput laut. Jenis keranjang yang biasa digunakan oleh
petani rumput laut terbuat dari bambu, rotan atau plastik.

Gambar 2.14. Keranjang yang biasa digunakan (Sumber: bogor.antaranews.com)

5) Palu
Palu dalam budidaya rumput laut memegang peranan yang cukup penting terutama dalam pemasangan
patok atau untuk keperluan lainnya, misalnya pembuatan rumah jaga atau keperluan lainnya.

Gambar 2.15. Palu yang biasa digunakan dalam budidaya rumput laut
(Sumber: vickyedh.blogspot.com)
6) Pelampung
Dalam budidaya Eucheuma cottoni di laut pelampung memegang peranan penting, terutama untuk
menjaga tingkat kestabilan rumput laut yang dibudidayakan, posisi rumput laut tidak bergeser terutama terkait
dengan jarak rumput laut dari dasar perairan.

Gambar 2.15a. Pelampung Gambar 2.15b Pelampung dari Botol air


(Sumber: rumputlautindonesia.blogspot.com) kemasan (Sumber: pkpp.ristek.go.id)

7) Golok
Dalam budidaya rumput laut, golok memegang peranan penting terutama dalam pembuatan rumah
jaga, tempat penjemuran rumput laut sampai pada proses peruncingan patok.

Gambar 2.16. Golok yang biasa digunakan untuk budidaya rumput laut
(Sumber: golokchenglim.blogspot.com)

8) Tali
Tali dalam budidaya rumput laut seperti Eucheuma cottonii memegang peranan penting terutama pada
metode penanaman sistem longline karena pada tali inilah rumput laut diikatkan. Tali juga dipergunakan untuk
mengikat rumput laut, sebagai tali tambang yang mengelilingi lahan budididaya serta berbagai keperluan
lainnya.

Gambar 2.17. Berbagai Ukuran Tali yang biasa digunakan


(Sumber: infohargabahanbangunan.blogspot.com)
Sarana prasarana yang harus disiapkan sangat bergantung pada metode pembibitan yang
diterapkan. Dibawah ini akan diuraikan beberapa kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan
metode pembibitan yang digunakan yaitu metode tali rentang atau longline dan rakit apung. Menyiapkan
material budidaya berupa:
- Tali plastik (PE no.10 mm) sebagai tali jangkar.
- Tali plastik (PE no.8 mm) sebagai tali utama.
- Tali plastik (PE no.4 mm) sebagai tali rentang/ris.
- Tali plastik (PE no.1,5 mm) sebagai pengikat bibit.
- Bibit rumput laut (jenis Euchema sp).
- Botol pelampung kecil (botol bekas Aqua).
- Pelampung besar (styrofoam) sebagai pelampung tanda.
- Perahu/motor tempel.
- Jangkar pemberat.
- Pisau kerja.
- Bambu untuk rakit
- Bibit Rumput Laut 100 - 200 gr
- Jarak Tanam Antar bibit 15 - 20 cm

9) Jangkar pemberat
Jangkar atau pemberat digunakan untuk menahan tali atau rakit didasar perairan sehingga tidak ikut terbawa
arus air, pemberat yang umum digunakan antara lain: Jangkar besi, semen beton, batu dibungkus, dll.

Gambar 2.21a. Berbagai jenis Jangkar (Sumber: Gambar 2.21b. Jangkar Beton
ismail-jeunib.blogspot.com) (Sumber: afirmankaryono.blogspot.com)
Kegiatan Pembelajaran. 5
Merancang Kegiatan Pembibitan Rumput Laut
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui faktor pendukung
rekayasa pembibitan rumput laut, cara memilih bibit, memperbaharui bibit rumput laut serta cara
memelihara rumput laut..

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Menganalisis faktor-faktor pendukung rekayasa pembibitan rumput laut
2. Merancang rekayasa pembibitan rumput laut (media, indukan, metode, pemeliharaan, dan sebagainya)
3. Menentukan sarana prasarana yang digunakan dalam rekayasa pembibitan rumput laut
4. Mengelola rekayasa pembibitan rumput laut
5. Mengelola pemeliharaan bibit rumput laut hasil rekayasa
6. Menganalisis parameter keberhasilan rekayasa pembibitan rumput laut
7. Mengevaluasi hasil rekayasa pembibitan rumput laut
8. Melaporkan hasil rekayasa pembibitan rumput laut

C. Uraian Materi
1. Faktor-faktor pendukung rekayasa pembibitan rumput laut
a. Kondisi Lingkungan
Faktor-faktor oseanografis dan bermacam-macam substrat sangat menentukan pertumbuhan rumput
laut.
1) Sinar Matahari
Sinar matahari sangat diperlukan untuk melakukan fotosintesis, sehingga rumput laut yang hidup di
perairan dangkal sangat bagus pertumbuhannya, karena penetrasi sinar matahari dapat mencapai dasar
perairan. Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam air berhubungan dengan kecerahan karena rumput
laut tidak dapat tumbuh atau terganggu pada lingkungan yang keruh.
2) Gerakan Air Laut
Rumput laut memerlukan gerakan air yang cukup untuk membantu mempercepat absorbsi zat hara.
Gerakan air laut dapat terjadi karena adanya arus dan ombak. Arus dapat terjadi akibat pengaruh dari pasang
dan angin. Kisaran kecepatan arus yang cukup untuk pertumbuhan rumput laut antara 10-30 cm dan gerakan
ombak menyebabkan penyebaran spora di dalam perairan.
Kekuatan gerakan air berpengaruh pada pelekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dari
algae yang tumbuh pada daerah berombak dann berarus kuat umumnya cepat tenggelam dan memiliki
kemampuan menempeldengan cpat dan kuat. Smentara itu, algae yang tumbuh didaerh tenang memiliki
karakterisik spora yang mengandung lapisan lender, dan memiliki ukuran serta bentuk yang ebih besar.
Gerakan air tersebut juga sangat berperan dalam mempertahankan irkulasi zat hara yang erguna unuk
perumbuhan.
Rumput laut merupakan organisme yang memperoleh makanan melalui aliran air yang melewatinya
atau melalui sintesa bahan makanan di sekitarnya dengan bantuan sinar matahari. Gerakan air yang cukup
akan menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya
fluktuasi yang besar terhadap salinitas maupun suhu air. Gerakan air akan membawa unsur hara,
menghilangkan kotoran yang menempel pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya
fluktuasi suhu air yang besar. Kecepatan arus yang baik adalah 20-40 cm/detik (Anonim, 2005). Indikator
suatu lokasi yang memiliki arus yang baik adalah adanya pertumbuhan karang lunak dan padang lamun
yang bersih dari kotoran dan cenderung miring ke satu arah
3) Dasar Perairan
Dasar perairan yang paling baik bagi pertumbuhan rumput laut adalah dasar perairan yang stabil
yang terdiri dari potongan karang mati bercampur dengan pasir karang. Dasar perairan seperti ini biasnya
juga terkait dengan tingkat kecerahan perairan. Perairan dengan dasar karang ataupun karang mati memiliki
kejernihan air yang relative baik. Hal ini cukup penting bagi berlangsungnya fotosintesis bagi rumput laut
(Runtuboy dan Sahrun, 2001).
Dasar perairan yang berlumpur, kurang sesuai sebagi lokasi pemeliharaan rumput laut. Dasar
perairan yang didominasi oleh lumpur dapat mengakibatkan kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan yang tinggi
bukan hanya mengakibatkan penetrasi cahaya yang rendah namun dampak langsungnya juga dapat berupa
penempelan lumpur pada permukaan rumput laut, dan jika dibiarkan maka akan semakin meneutupi
permukaan rumput laut yang di pelihara. Artinya terjadi pengadukan lumpur selain berpengaruh langsung
pada penutupan permukaan rumput laut, juga mengurangi penetrasi cahaya. Pada kondisi seperti ini rumput
laut tidak dapat tumbuh dan dapat mengakibatkan kematian jika hal ini berlangsung lama. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menghindari kondisi seperti ini adalah dengan melakukan pembersihan secara rutin pada
rumput laut.
4) Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan sangat tergantung dari metode budi daya yang akan dipilih. Metode lepas dasar
dilakukan pada kedalaman perairan tidak kurang dari 30-60 cm pada waktu surut terendah, sedangkan
metode rakit apung, rawai dan jalur pada perairan dengan kedalaman sekitar lebih dari 2 m. Kondisi ini
untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari
(Sandhori, 1989). Hal ini maksudkan supaya rumput laut tidak mengalami kekeringan pada saat terjadinya
surut terendah dan tidak tekena sinar cahaya matahari secara langsung.
Pada perairan yang dalam kedalaman air dapat disiasati dengan memilih teknik budidaya yang
digunakan. Misalnnya dengan menggunakan metode budidaya apung, maka rumput laut yang
dibudidayakan relatif akan mengikuti naik turunnya permukaan air sehingga posisinya dalam air akan tetap
baik untuk pertumbuhan optimal rumput laut.
5) Substrat
Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat melekat agar tetap pada tempatnya. Rumput laut
banyak ditemukan melekat pada batu, potongan karang, cangkang moluska, potongan kayu, pasir dan
lumpur. Berdasarkan tempat tumbuhnya, rumput laut dapat dibagi menjadi:
- Epilitic yaitu jenis rumput laut yang menempel pada batu
- Epipelic yaitu jenis rumput laut yang menancap pada pasir
- Epifitic yaitu rumput laut yang menempel pada tumbuhan
- Epizaik yaitu rumput laut yang menempel pada hewan yang telah mati
Kualitas perairan yang mempenagruhi budidaya rumput laut terdiri dari faktor fisik dan kimia,
diantara faktor fisik dan kimia adalah sebagai berikut:
1) Kualitas perairan untuk budidaya rumput laut di laut lepas, contohnya untuk jenis Euchema sp:
a. Terdapat gerakan arus air, dengan kecepatan arus berkisar 0,5 m/detik. Gerakan airdiperlukan untuk
mengangkut nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan rumputlaut dan membantu membersihkan
kotoran yang menempel pada rumput laut.Gerakan arus tidak terlalu keras sehingga tidak merusak
rumput laut.
b. Kedalaman perairan disesuaikan dengan sistem budidaya. Kedalaman pada metodelepas dasar
sistem patok minimal 0,3 m saat surut terendah, sedangkan pada system longline, kedalaman
perairan pada surut terendah minimal 1,0 m. Sistem budidaya longline juga bisa dilakukan pada
perairan dalam.
c. Perairan cukup jernih, untuk metode longline daya tembus cahaya matahari lebihdari 5 m.
d. Tinggi gelombang tidak terlalu besar (sebaiknya kurang dari 1,0 m) sehingga tidakmerusak
konstruksi sarana budidaya dan rumput laut.
e. Jauhi lokasi yang dekat dengan sumber air tawar seperti muara sungai karenasalinitas yang rendah
tidak baik untuk perkembangan rumput laut.
f. Jauhi lokasi dengan kandungan nitrat dan phosphat yang tinggi. Kandungan N danP yang lebih
tinggi dari nilai rentang optimal menandakan bahwa perairan tersebutmengalami eutrofikasi yang
dapat berpengaruh negatif terhadap rumput laut yangdibudidayakan, yaitu meningkatnya
pertumbuhan organisme penempel (WWF Indonesia, 2014).
g. Pilihlah lokasi yang jauh dari limbah pencemaran. Limbah buangan dari rumah tangga, tambak
maupun kegiatan pertanian serta industri akan meningkatkan kesuburan perairan sehingga akan
mengakibatkan suburnya organisme penempel.
h. Hindari budidaya rumput laut di atas ekosistem terumbu karang, jika terpaksa dilakukan, maka:
- Pilihlah lokasi yang mempunyai kedalaman air pada saat surut terendah lebih dari 5 m,
- Gunakan metode longline dengan jarak antar bibit dan antar tali bentangan diperlebar, agar
sinar matahari tetap bisa masuk ke dasar perairan,
- Jarak antar bibit minimal 50 cm, dan jarak antar tali bentangan minimal 100 cm,
- Jangkar harus diletakkan secara hati-hati agar tidak merusak karang,
- Jangkar harus kuat sehingga tidak mudah bergeser dan mengakibatkan kerusakan karang,
- Pengontrolan rumput laut harus menggunakan perahu dan tidak boleh menginjak karang
(WWF Indonesia, 2014).
Nilai parameter kimia kualitas air yang sesuai untuk bibit rumput laut, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.1. Nilai parameter kualitas air untuk bibit rumput laut
No Parameter Satuan Rentang Optimum
1 Suhu o
C 26 – 32
2 Salinitas Ppt 27 – 34
3 pH 7 – 8,5
4 Nitrat Ppm 1 -3
5 Phosphat Ppm 0,01 – 0,02
Sumber: WWF, 2014

2) Kualitas perairan untuk budidaya di tambak


Untuk lahan budidaya rumput laut yang cocok terutama sangat ditentukan oleh kondisi ekologis
yang meliputi kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologis (www.iptek.net.id). Menurut Indriani dan
Suminarsih (2004), bahwa persyaratan lokasi untuk budidaya rumput laut jenis Gracilaria sp. adalah
sebagai berikut:
- Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak yang dasar perairannya lumpur berpasir.
- Agar salinitas airnya cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari pantai.
- Kedalaman air tambak antara 60-80 cm.
- Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar dan air laut.
- Derajat keasaman (pH) air tambak optimum antara 8,2 - 8,7.
Hal tersebut didukung pula oleh Aslan (1998) yang menyatakan bahwa persyaratan lahan budidaya
rumput laut jenis Gracilaria adalah sebagai berikut :
- Arus di dalam tambak tidak terlalu besar sehingga rumput laut tidak terkumpul pada suatu tempat
tertentu.
- Areal pertambakan sebaiknya melandai berkisar antara 5-10o untuk memudahkan dalam penggalian
dasar tambak.
- Pasang surut berkisar antara 1,5-2,5 m.
- Tersedianya sumber air tawar untuk menurunkan salinitas air tambak jika salinitasnya terlalu besar.
- Dekat dengan rumah penduduk, hal ini untuk memudahkan dalam pengawasan maupun untuk
memperoleh tenaga kerja.
- Dekat dengan jalan raya, hal ini untuk memudahkan pengangkutan baik selama masa persiapan,
penanaman, maupun pemanenan sekaligus memudahkan dalam pemasaran hasil produksi dari lokasi ke
tempat penjualan.
- Jauh dari kawasan industri, hal untuk menghindari pencemaran khususnya pencemaran air dan tanah.
- Sistem Distribusi Air
Sistem distribusi air di tambak sangat diperlukan untuk memelihara dan mempertahankan
kualitas air, khususnya melalui pergantian air yang teratur dan berulang-ulang. Air dari saluran utama
masuk ke areal pertambakan melalui pintu air utama. Sedangkan untuk areal pertambakan yang terletak
jauh dari saluran air utama, air yang masuk diperoleh dari tambak yang lain melalui pintu air petakan.
Sedangkan air yang masuk (inlet) sangat tergantung pada jenis atau bentuk tambak dengan
memperhitungkan pula pintu air. Kedalaman air yang baik antara 40-80 cm. Untuk memperoleh
intensitas cahaya yang baik, kedalaman yang optimum dibutuhkan adalah 0,5 meter (Aslan, 1998).
- Konstruksi Tambak
Bentuk pematang tambak biasanya berbentuk persegi panjang. Setiap unit dipisahkan oleh
sejumlah pematang. Pada setiap pematang tambak terdapat gundukan tanah yang memanjang dan
membentuk sekat-sekat dengan ukuran lebar sekitar 2 m dan jarak antar gundukan selebar 5 m, yang
berfungsi mencegah mengumpulnya rumput laut pada satu bagian tambak, dan memudahkan pekerja
melakukan penebaran bibit rumput laut.
Keadaan dasar tambak sebaiknya adalah tanah berlumpur dan sedikit berpasir karena tidak
mudah menyerap air dan kaya akan bahan organik (zat hara) sehingga mempercepat pertumbuhan
tanaman. Untuk melengkapi konstruksi, tambak harus dilengkapi dengan pintu masuk dan pintu
pengeluaran air yang berfungsi dalam sirkulasi air, serta saluran air/drainase.

b. Faktor Resiko
Faktor resiko merupakan salah satu faktor non-teknis yang perlu mendapat pehatian dalam
pemilihan lokasi budidaya, yang meliputi:
1) Keterlindungan
Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya dan rumput laut, maka diperlukan lokasi yang
terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar. Lokasi yang terlindung biasanya didaerah yang
yang memiliki pulau-pulau didepannya sehingga tidak terbuka langsung dengan laut lepas. Selain terlindung
oleh pulau, daerah yang dianggap cukup terlindung adalah perairan semi tertutup seperti teluk sehingga
perairan yang ada didalamnya relative aman dari terjangan ombak dan badai yang cukup keras (Santika,
1985).
Wilayah perairan yang cukup sering mendapatkan terpaan ombak dan gelombang setiap tahun
kurang sesuai untuk dipilih sebagai areal budidaya rumput laut. Pada kondisi perairan seperti ini akibat yang
pat ditimbulkan berupa kerugian material atau usaha yang kurang menguntungkan. Bahkan pada kondisi
yang lebih parah dpat mengakibatkan kehilangan seluruh fasilitas budidaya.
2) Keamanan
Masalah pencurian dan sabotase mungkin saja dapat terjadi pada lokasi tertentu, sehingga upaya
pengamanan baik secara perorangan maupun secara kelompok harus dilakukan. Upaya pendekatan dan
hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar lokasi perlu dilakukan. Lokasi budidya rumput laut di
tablolong dan pasir panjang sesuai hasil survey di lapangan dan hasil wawancara di jelaskan bahwa di kedua
lokasi tersebut jarang terjadi pencurian dan sabotase karena kebanyakan pemilik usaha budidya rumput
tersebut bermukim disekitar areal usaha budidaya sehingga proses pengotrolan dan pengawasan dapat terus
dijalankan.
3) Konflik Kepentingan
Pemilihan lokasi sebaiknya tidak menimbulkan konflik dengan kepentingan lain. Beberapa kegiatan
perikanan (penangkapan ikan, pemasangan bubu, bagang, dll) dan kegiatan non perikanan (parawisata,
perhubungan laut, industri, taman laut, dan lain-lain) dapat berpengaruh negatif terhadap aktivitas usaha
rumput laut.
4) Aspek Peraturan dan Perundang-Undangan
Untuk menguatkan keberlanjutan usaha budi daya rumput laut, maka pemilihan lokasi harus tidak
bertentangan dengan peraturan pemerintah serta harus mengikuti tata ruang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah setempat.
Pemilik usaha budidaya rumput laut cenderung memilih lokasi yang berdekatan dengan tempat
tinggal, sehingga kegiatan monitoring pertumbuhan dan penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan
mudah. Kemudian lokasi diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena akan mempermudah dalam
pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, hasil panen dan pemasarannya. Hal tersebut akan mengurangi
biaya pengangkutan.

KEGIATAN PEMBELAJARAN .6

Mengidentifikasi kegiatan pembibitan rumput laut (media, indukan, metode, pemeliharaan, dan
sebagainya)
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui faktor pendukung
rekayasa pembibitan rumput laut, cara memilih bibit, memperbaharui bibit rumput laut serta cara
memelihara rumput laut..

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Menganalisis cara pengadaan bibit rumput laut
2. Menerapkan cara pemilihan bibit rumput laut
3. Menerapkan cara penanaman bibit rumput laut
4. Menentukan metode penanaman bibit rumput laut
5. Mengelola rekayasa pembibitan rumput laut
C. Uraian Materi
a. Pengadaan Bibit Rumput Laut
Dalam kegiatan produksi, pemilihan bibit merupakan kegiatan pertama dan utama dalam
budidaya karena mempengaruhi metoda budidaya yang digunakan. Pemilihan bibit dimulai dari pengadaan
bibit dan pemilihan bibit.
1) Pengadaan bibit
Bibit rumput laut dapat berasal dari alam dan dari hasil budidaya. Keuntungan bibit alam adalah
pengadaan bibit mudah dan cocok dengan persyaratan pertumbuhan, karena bibit diambil pada areal
perairan budidaya. Sedangkan kerugiannya adalah bibit sering tercampur dengan jenis tanaman rumput laut
lain. Keuntungan bibit dari hasil budidaya adalah bibit yang diperoleh murni satu jenis tanamanan rumput
laut (monospesies) dan telah memiliki berat rumput laut yang diinginkan. Sedangkan kerugiannya adalah
untuk pengadaannya pada awal kegiatan budidaya, umumnya sangat sulit karena jarak areal budidaya
dengan sumber bibit dan penanganan selama proses pengangkutan bibit.
2) Pemilihan bibit
Mengingat kualitas dan kuantitas produksi rumput laut ditentukan oleh bibit, maka cara pemilihan
bibit yang baik sebagai berikut :
a) Bibit diperoleh dari hasil reproduksi rumput laut.
Di alam, rumput laut jenis Eucheuma spp diambil dari daerah pantai terumbu karang (reef).
Rumput laut ini banyak melekat pada substrat yang selalu terendam air berupa karang mati, karang
hidup, batu gumping dan cangkang moluska. Pada pengambilan rumput laut hasil budidaya, jenis
Eucheuma spp dan Gracilaria spp telah dipelihara selama 6-8 minggu dengan berat 500 - 600
g/individu.
b) Berasal dari satu jenis rumput laut (monospesies).
Perbedaan jenis tanaman rumput laut menyebabkan perbedaan kandungan pada masing-masing jenis
tanaman tersebut, seperti pada masing-masing jenis Eucheuma spp mempunyai kandungan klorofil
dan karoten yang berbeda yang menyebabkan kandungan sulfur E. muricatum (E. symosum), E.
cottonii dan E. serra berbeda yakni 6,1% : 9,5% : 9%.
c) Bibit tanaman tampak dari thallusnya yang masih muda, bersih dan segar.
Bibit tanaman rumput laut yang masih muda terdiri dari sel dan jaringan
muda. Bibit yang bersih, bebas dari lumpur/tanah, organisme penempel dan kotoran lain. Bibit yang
segar tampak dari thallusnya yang keras dengan wama yang cerah.
d) Tidak terdapat gejala serangan hama penyakit.
Serangan hama penyakit terhadap rumput laut dapat terlihat dari bercak putih dan luka pada
thallusnya. Serangan hama penyakit dapat disebabkan oleh ikan herbivora, bulu babi (Echinotrix spp),
landak laut (Diadema spp) dan penyu. Dalam pemilihan bibit jenis Eucheuma spp dan Gracilaria spp,
ada beberapa ciri-ciri umum yang dapat membantu membedakannya dari jenis tanaman rumput laut
lain. Ciri - ciri umum jenis Eucheuma spp adalah:
- Thallus (kerangka tubuh tanaman) bulat silindris atau gepeng)
- Berwama merah, merah coklat dan hijau kuning,
- Bercabang berselang tidak teratur, dichotomous atau trikhotomous.
- Memiliki benjolan-benjolan (blunt nodule) dan duri-duri atau spines.
- Substansi thallus "gelatmus" dan/atau "kartilagenus" (lunak seperti tulang rawan).
- Termasuk dalam alga merah.
Metode pembibitan dengan fragmentasi termasuk kedalam reproduksi
aseksual (tanpa perkawinan dimana terjadi perbanyakan suatu individu-individu baru yang memiliki
pertumbuhan yang mewarisi aslinya, melalui pemotongan thallus rumput laut dengan ukuran tertentu
untuk dijadikan bibit. Di Indonesia metode pembibitan dengan fragmentasi ini banyak dilakukan dalam
kegiatan budidaya, karena murah peralatannya dan mudah melaksanakannya dalam waktu cepat.
Jenis-jenis rumput laut yang telah berhasil dibibitkan dengan metode fragmentasi adalah jenis Eucheuma
spp dan Gracilaria spp.
Membibitkan rumput laut jenis Eucheuma spp dan Gracilaria spp diperlukan syarat lokasi yang
sesuai dengan ekologi (tempat hidup) rumput laut tersebut. Lokasi yang memenuhi syarat untuk
pembibitan jenis Eucheuma spp adalah sebagai berikut:
- Perairan tidak tercemar oleh limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah pertanian. Rumput
laut dapat menyerap polutan (bahan pencemar) dari perairan dan terakumulasi dalam jaringan
tanaman rumput laut dan tidak dapat terbebas/ dipisahkan pada proses ektraksi pengolahan dan
terbawa dalam produk industri sehingga akan membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya.
- Perairan dilalui arus dengan kecepatan 20-40 cm/detik. Dengan adanya arus, memberi penambahan
oksigen (O2), penambahan makanan/hara secara tetap, terhindar dari akumulasi lumpur/tanah (silt),
organisme penempel dan kotoran lain.
- Kisaran salinitas perairan antara 28-34 ppt (optimum 30 ppt) dengan suhu perairan 27-30 °C dengan
fluktuasi harian 4°C dan pH air 7-9.
- Substrat terdiri atas campuran kerang mati, karang hidup dan pasir.
- Jauh dari aliran sungai. Air yang mengalir dari sungai sering membawa bahan pencemar dan
penyebab fluktuasi suhu dan salinitas diperairan.
- Kedalaman perairan pada surut terendah antara 30-60 cm. Perairan yang dangkal/rendah dapat
menyebabkan rumput laut mari atau memutih terkena sinar matahari.
3) Penanaman bibit rumput laut
Langkah kerja dalam membibitkan rumput laut jenis Eucheuma spp dan Gracilaria spp dengan
metoda fragmentasi adalah sebagai berikut :
- Tentukan lokasi perairan yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan pembibitan dengan
mengukur parameter kualitas air (suhu, salinitas, pH, dasar perairan, kecepatan arus, kedalaman perairan
dan bahan pencemar)
- Bersihkan lokasi pembibitan dari rumput laut pengganggu dan hewan predator.
- Buatlah tempat penampungan benih (seed bin) dari kerangka besi berjaring kawat atau dari rotan, dengan
ukuran bervariasi 2 × 2 × 1,5 m.
- Masukkan benih unggul hasil seleksi yang akan dijadikan bibit ketempat penampungan.
- Siapkan peralatan untuk melaksanakan metoda pembibitan dengan fragmentasi antara lain adalah
ember,pisau, timbangan, mistar dan kantong rajut.
- Ambil benih dari tempat penampungan dan dikumpulkan dalam ember/wadah lain yang berisi air laut.
- Pilih thallus dari rumpun rumput laut dari jenis Eucheuma spp dan Gracilaria spp dan lakukan
pemotongan thallus menggunakan pisau.
- Timbang rumput laut hasil pemotongan sampai mencapai ukuran 30-150 g/individu perajut.
- Masukkan kedalam rajut diikat pada tali-tali rafia.
- Bawalah ke areal budidaya untuk dipelihara selama 6-8 minggu.
- Menumbuhkan bibit berarti mengawasi bibit hasil fragmentasi terus menerus sehingga dapat hidup
dan berkembang dengan baik.
- Pengawasan bibit meliputi pembersihan kotoran yang menempel dan organisme predator yang
mengganggu pertumbuhan rumput laut.
Jenis Gracilaria spp yang ditanam di tambak, diperlukan pengontrolan setelah penebaran bibit,
terutama bibit yang mengumpul di satu tempat pada permukaan air tambak akibat angin, serta pergantian air
yang menjamin oksigen terlarut dan nutrisi yang dibawa oleh air. Pengawasan ini rutin dilakukan sampai
tanaman siap untuk ditebar/ditanam.
Penanaman bibit pada media tumbuh yang dilakukan di laut ada beberapa tahap yaitu sebagai berikut
:
- Pengambilan bibit hasil fragmentasi (pemotongan thallus) berukuran 10-15 cm dengan berat 150 - 300 g.
- Bibit dimasukan kedalam kantong rajut atau diikat dengan tali rafia yang telah dihubungkan pada tali
rise.
- Percabangan bibit atau ujung thallus mengarah kebawah (berlawanan dengan sinar matahari).
- Setelah seluruh bibit diisi kedalam kantong rajut atau telah diikat ketali rafia, bibit segera ditanam/ditebar
diareal pembibitan.
- Penanganan selama pengambilan sampai penanaman diareal pembibitan, bibit harus selalu
dipertahankan tetap segar sehingga bibit dapat tumbuh dengan baik.
- Bibit dipelihara seriap hari. Bila bibit mengalami serangan hama penyakit segera dibuang.
- Bibit dipelihara selama 1,5 - 2 bulan
Penanaman bibit Gracilaria pada media tumbuh yang dilakukan di tambak melalui beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut:
- Tambak terlebih dahulu dikeringkan selama 3 hari dan dilakukan perbaikan pintu air serta
perbaikan pematang tambak, kemudian dilakukan pengapuran dan dibiarkan selama 7 hari,
selanjutnya pemasukan air sampai ketinggian 60-80 cm.
- Pengambilan bibit hasil fragmentasi dan ditebar dengan merata diseluruh permukaan air tambak
dengan padat penebaran 800-1000 kg/ha.
- Penanganan bibit dari pengambilan sampai penebaran diareal pembibitan, bibit harus selalu
dipertahankan tetap segar.
- Bibit dipelihara setiap hari dan bibit yang rusak/terdapat gejala serangan hama penyakit segera
dibuang.
- Bibit dipelihara selama 2- 2,5 bulan

b. Metode Budidaya Rumput Laut


Teknik penanaman rumput laut umumnya menggunakan sistem dasar, lepas dasar dan apung. Letak
tanaman diusahakan selalu terendam dalam air. Diantara ketiga teknik penanaman tersebut, yang banyak
dilakukan oleh sistem lepas dasar dan apung dengan rakit, dengan bobot bibit awal sekitar 50-100 g
(Kadidan Atmadja, 1988).
2) Metode Lepas Dasar Sistem Patok
Sistem lepas dasar dengan cara mengikat bibit dengan raffia pada tali plastik yang direntangkan
beberapa cm di atas dasar perairan dengan patok kayu atau bambu. Konstruksi dan sarana budidaya dengan
metode lepas dasar dapat dilakukan sebagai berikut:
- Siapkan dua buah patok kayu dengan diameter ± 5 cm dan panjang ± 1 m. Tancapkan kedua patok kayu
tersebut dengan jarak satu dengan lainnya adalah 15-25 m sejajar dengan arah arus.
- Selanjutnya proses pemasangan patok di sebelah patok yang sudah terpasang. Pasang lagi patok-patok
berikutnya di sebelahnya dengan sejajar berjarak ±50 cm. Ikat dan hubungkan antar patok dengan tali
PE diameter 6 mm atau 8 mm. Ikatkan tali PE diameter 2 mm atau tali rapiah untuk pengikat bibit (tali
coban) pada tali bentangan PE diameter 4 mm dengan jarak ± 20 cm antar pengikat bibit.
- Bentangkan tali PE diameter 4 mm yang sudah ada bibit rumput laut pada kedua patok tersebut (dari
patok A ke patok B).
Gambar 2.25. Metode lepas dasar system patok (Sumber: WWF, 2014)

3) Metode Apung (Rakit)


Pada sistem apung, biasanya digunakan rakit bambu yang direntangi tali dan bibit diikat pada tali
tersebut. Letak rakit dari permukaan air diatur dengan pemberat sehingga rumput laut tidak muncul dari
permukaan air pada saat tanaman menjadi besar.

Gambar 2.26. Metode apung system rakit (Sumber: WWF, 2014)


Konstruksi dan sarana budidaya dengan metode rakit dapat dilakukan sebagai berikut:
- Pasang bambu bulat (diameter ± 10 cm) dan tidak pecah membentuk persegi empat ukuran ± 25 x 25 m
atau sesuai panjang bambu.
- Pasang jangkar atau pemberat ± 50 kg (karung berisi pasir atau batu) pada setiap sudut. Pemberat
dipasang agak keluar agar rakit tetap berbentuk segi empat.
- Pasang palang bambu pada setiap sudut untuk mempertahankan rakit tetap berbentuk segi empat.
- Pasang tali bentang PE diameter 4 mm dengan jarak 50 cm pada rakit, sejajar dengan arah arus. Ikatkan
tali PE kecil diameter 2 mm atau tali rapiah untuk pengikat bibit (tali coban) pada tali bentangan
dengan jarak ± 20 cm antar pengikat bibit.
- Sediakan pelampung botol 500 ml yang dipasang pada tali bentangan dengan jarak 2 m setiap botol.
Gambar 2.27. Kerangka Budidaya Rumput Laut Metode apung system rakit

4) Metode Apung (Longline)


Dalam metode apung selain metode rakit, juga terdapat metode longline yakni menggunakan tali
panjang. Bahan dan cara pemasangan sarana budidaya metode longline adalah sebagai berikut:
- Tali utama terdiri dari tali PE diameter 12 mm dan 8 mm. Tali PE diameter12 mm dipasang
bertentangan dengan arus, sedangkan tali PE diameter 8 mm dipasang sejajar dengan arus. Pasang tali
utama PE diameter 12 mm dan 8 mm membentuk persegi empat ukuran ± 25 x 50 m, atau 50 x 50
matau menyesuaikan dengan kondisi perairan dan ketersediaan bahan. Pasang jangkar ± 50 kg (karung
berisi pasir atau batu) pada setiap sudut. Jangkar dipasang ke arah sudut luar agar tali tertarik keluar.
- Pasang 3 jangkar pada setiap sudut (10-15 kg, 20 kg dan 10-15 kg). Jangkar dipasang dengan tali PE
diameter 12 mm ke arah sudut luar agar tali tertarik keluar. Pemberat dapat berupa karung berisi pasir
atau batu atau berasal dari cor semen. Pada perairan perairan dengan dasar berlumpur dapat digunakan
patok kayu sebagai pengganti jangkar.
- Panjang tali jangkar minimal 3 kali kedalaman perairan.
- Jangkar 5-10 kg juga dipasang pada tali utama pada setiap jarak 7 m.
- Pasang pelampung bola atau jerigen volume 50 l pada setiap sudut.
- Setiap jarak 10-15 m, tali utama dipasangi pelampung bola atau jerigen atau botol air mineral.
- Pasang tali bentang PE diameter 4 mm dengan jarak 50 cm pada tali utama, sejajar dengan arah arus.
Ikatkan tali PE diameter 2 mm atau tali rapiah untuk pengikat bibit (tali coban) pada tali bentangan
dengan jarak antar pengikat bibit ± 20 cm.
- Ikatkan pelampung botol plastik volume 500 ml pada tali bentang setiapjarak 2 m.
Gambar 2.28. Metode apung system longine (Sumber: WWF, 2014)

3. Mengelola rekayasa pembibitan rumput laut

a) Pola Reproduksi
Salah satu pembatas produksi rumput laut budidaya adalah ketersediaan bibit (initial stock), baik
jumlah maupun mutunya. Bibit umumnya langka pada awal musim tanam, setelah terjadi kasus penyakit
atau kegagalan produksi akibat musim tidak menguntungkan. Penyediaan bibit mutlak diperlukan untuk
menjaga keberlanjutan usaha budidaya. Untuk mendapatkan bibit yang baik maka perlu dilakukan seleksi
bibit. Bibit rumput laut hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang unggul
yang masih muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan.

Gambar 2.29. Reproduksi seksual dan aseksual Alga (Sumber: www.sridianti.com)

b) Penyediaan Bibit
c) Sumber Bibit
Sumber bibit sedapat mungkin dekat dengan lokasi budidaya. Sumber bibit dapat berasal dari
alam maupun dari budidaya yang telah ada. Sumber bibit yang dekat dengan lokasi budidaya akan
mengurangi permasalahan pengangkutan dan penyimpanan serta penurunan mutu bibit. Bibit harus
tersedia pada saat dibutuhkan dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan luas area penanaman. Penyediaan
bibit sebaiknya dilaksanakan segera setelah konstruksi untuk budidaya rumput laut telah terpasang dan
sumber perolehan bibitnya sudah ada. Pada petakan budidaya dengan metode lepas dasar seluas 100m2
diperlukan bibit sekitar 240 kg dan pada rakit berukuran 2,5x5 m2 diperlukan sekitar 30 kg. Kebutuhan
bibit Gracillaria di tambak antara 800-1000 kg/ha.
Bibit tanaman harus mono spesies, mudah dan segar. Bibit yang berasal dari stok alam sering
tercampur dengan jenis rumput lain, sedangkan bibit yang berasal dari budidaya hanya terdiri dari satu
jenis atau mono spesies. Bibit tanaman yang muda, bersih dan segar akan memberikan pertumbuhan yang
optimal. Tanaman yang muda terdiri dari sel dan jaringan muda. Bibit tanaman yang bersih (bebas dari
debu dan kotoran lain) dapat melaksanakan penyerapan makanan dan fotosintesis dengan baik, sehingga
tanaman dapat tumbuh optimal. Tanaman yang segar tampak dari thalusnya yang keras dan warna yang cerah.
Sebaliknya tanaman yang layu thallusnya terlihat lembek dan berwarna pucat.
Bibit rumput laut sebaiknya berasal dari kebun bibit. Apabila rumput laut yang dibudidayakan sudah
mulai menurun pertumbuhannya, maka sebaiknya dilakukan pembaharuan bibit yang dapat diperoleh dari
kebun bibit. Bibit yang dikembangkan dalam kebun bibit dapat berasal dari hasil seleksi varietas atau dari
galur murni yang diperoleh dari balai/lembaga penelitian milik pemerintah (WWF Indonesia, 2014).

Gambar 2.30. Bibit Eucheuma cottonii (Sumber: alitadisanjaya.blogspot.com)

1) Seleksi Bibit
Bibit rumput laut yang baik untuk dibudidayakan adalah mono spesies, muda, bersih, dan segar.
Selanjutnya, pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan bibit harus dilakukan dalam keadaan lembab
serta terhindar dari panas, minyak, air tawar dan bahan kimia lain (Kolang, et al., 1996). Kualitas dan
kuantitas produksi budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh bibit rumput lautnya, maka kegiatan
penyediaan bibit harus direncanakan dan memperhatikan sumber perolehan.
Pemilihan bibit dalam budidaya rumput laut merupakan hal yang sangat penting. Ciri-ciri bibit
rumput laut yang bagus diantaranya adalah:
- Umur rumput laut untuk bibit adalah 25-30 hari.
- Bercabang banyak atau rimbun.
- Tidak ada bercak, tidak mengelupas dan tidak berlendir.
- Segar dan lentur (tidak layu).
- Tidak terserang penyakit.
- Mulus (tidak terluka) dan tidak patah-patah.
- Bau yang alami (segar).
- Tidak ditumbuhi lumut atau tanaman penempel.
- Terdapat banyak calon thallus / anakanrumput laut.
Pada Gracilaria tanaman yang dipilih untuk bibit adalah Gracilaria yang pada usia panennya
memiliki "kandungan agar-agar" yang cukup tinggi dan memiliki "kekuatan gel" yang tinggi pula.
Pemeriksaan di laboratorium oleh pakar sebelum tanaman dijadikan bibit dapat membantu memilih
bibit yang baik dan dapat mencegah menyebarnya bibit yang berkualitas rendah. Bagian tanaman yang
dipilih untuk bibit adalah thallus yang relatif masih muda dan sehat, yang diperoleh dengan cara
memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan panjang sekitar 5-10 cm. Dalam memilih bibit
rumput laut Gracilaria perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Thallus yang dipilih masih cukup elastis
- Thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya lebih besar dari cabangnya
- Ujung thallus berbentuk lurus dan segar
- Bila thallus digigit/ dipotong akan terasa getas (britel); 5) bebas dari tanaman lain (epipit) dan kotoran
lainnya.

Pemilihan bibit rumput laut yang akan ditanam harus dilakukan agar terpilih bibit dengan mutu
terbaik dan menghasilkan produk rumput laut yang baik pula. Persiapan bibit di lokasi tambak sebaiknya
dilakukan sehari sebelum kegiatan penanaman yaitu setelah pengambilan bibit langsung dari area tambak
yang kemudian dilakukan penyortiran. Setelah dilakukan penyortiran, bibit ditampung dalam kardus
kemudian disimpan dalam gudang agar siap tebar di hari selanjutnya.

2) Proses Pengadaan Bibit


Bibit rumput laut yang akan digunakan dapat diperoleh dari hasil pembibitan petani lain ataupun
dari hasil panen sebelumnya yang telah disortasi. Pengadaan bibit ini dapat dengan memanfaatkan sifat-
sifat reproduksi vegetatif dan generatif.
- Vegetatif dan Generatif
Ambil bagian ujung-ujungnya dan potong kira-kira sepanjang 10-20 cm. Dipilih bagian ujung
tanaman karena bagian ini terdiri dari sel danjaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang
optimal. Ada juga petani/nelayan yang tidak perlu susah-susah mengadakan bibit. Mereka mendapatkan
tanaman baru dari sisa panen yang ditinggalkan di tempat budidaya. Jadi, mereka memungut hasil dengan
cara memotong rumput laut tanpa membuka ikatan. Dan menyisakanbagian tanaman tetap dalam ikatan di
lokasi budidaya. Akan tetapi, caraini akan didapat keraginan yang lebih sedikit karena bibit berasal dari
tanaman tua.
Di samping kedua cara di atas, ada cara lain dalam pengadaan bibit ini, yaitu dengan memanfaatkan
sifat reproduksi generatif tanaman. Mula-mula dipilih tanaman dewasa yang sehat dan segar. Tempatkan
tanaman ini dalam bak yang berisi air laut dan kulit kerang, balok semen, jaring, atau benda padat lain yang
dapat berfungsi sebagai bahan substrat. Dari tanaman ini akan keluar spora yang selanjutnya menempel pada
substrat. Setelah spora menjadi tanaman kecil, maka substrat harus dipindahkan ke lokasi budidaya.

Gambar 2.22. Bibit Rumput Laut


- Jumlah bibit yang diperlukan
Bila sumber perolehan bibit sudah ada dan konstruksi untuk budidaya sudah siap di lokasi budidaya,
maka bibit harus sudah tersedia dan siap ditanam. Bibit yang disediakan harus cukup, sesuai dengan luas
areal budidaya. Untuk metode lepas dasar, luas tiap petakan budidaya adalah satu hektar (100 m2) dengan
bibit sekitar 240 kg. Sementara untuk metode rakit, rakit berukuran 2,5 x 5 m2 memerlukan bibit sekitar 30
kg. Sedangkan budidaya rumput laut di tambak setiap hektarnya memerlukan bibit Gracilaria sp antara 800
- 1000 kg.
3) Penanganan Bibit
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan bibit rumput laut adalah:
- Apabila jaraknya dekat dengan lokasi pembibitan, maka bibit rumput laut dapat diangkut dengan
menggunakan sampan namun harus ditutup dengan menggunakan terpal untuk menghindari sengatan
panas matahari, sehingga akan lebih baik bila diangkut pada pagi atau sore hari.

Gambar 2.31. Pengangkutan Bibit Rumput Laut Dengan Sampan


(Sumber: konsultantokoonline.com)
- Biarkan bibit selalu basah dengan cara menyiramnya dengan air laut.
- Jangan biarkan bibit terkena air hujan, minyak atau bahan kimia lainnya.
- Setelah tiba di lokasi, segera dimasukkan ke dalam kandang bibit yang telah disiapkan.
- Apabila bibit diangkut dalam jarak yang cukup jauh, sebaiknya dimasukkan ke dalam kantong plastik,
bibit ditumpuk 3 hingga 4 lapis, dan diantara tumpukan rumput laut tersebut diberi kapas atau bahan
lain yang sejenis dan dapat menyimpan air.
- Setelah siap, kantong plastik diikat dengan tali lalu dimasukkan ke dalam kotak karton, setiap 3 jam
bibit di siram dengan air laut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemanenan diantaranya proses pengangkutan
dan juga penanganan bibit rumput laut, menurut WWF Indonesia, 2014, proses penanganan sebagai berikut:
- Usahakan menggunakan bibit dari budidaya sendiri atau dari lokasi terdekat karena bibit sudah cocok
dengan lokasi tersebut dan waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan tidak lama (kurang dari 4 jam).
- Pada saat mengangkut bibit, hindari panas (sinar matahari langsung) dan usahakan bibit selalu dalam
keadaan basah oleh air laut. Gunakan penutup jika sinar matahari terik. Buatlah lubang pada penutup
sehingga terjadi sirkulasi udara (untuk pengangkutan jarak jauh).
- Bibit tidak boleh terkena air tawar. Hindari mengangkut bibit pada saat hujan atau gunakan terpal untuk
melindungi rumput laut.
- Pada pengangkutan jarak dekat, usahakan pengangkutan bibit pada pagi hari agar bisa langsung diikat
pada tali bentangan dan ditanam di laut.
- Pengangkutan bibit jarak jauh diusahakan dilakukan pada malam hari dan penanaman bibit dilakukan
pada pagi hari berikutnya.
- Jangan membuang/melempar atau membenturkan bibit karena dapat menyebabkan bibit patah atau
luka.
- Tempatkan bibit pada tempat teduh dan langsung diikat, agar tidak layu kering.
- Jika bibit diangkut dari jarak jauh (maksimal 4 jam), biarkan rumput laut beberapa saat di tempat yang
teduh kurang lebih 30 menit kemudian percikkan air dan rendam kembali dengan air laut sebelum
diikat.
- Apabila pengangkutan bibit dilakukan pada jarak jauh (>12 jam) maka pengepakan dilakukan dengan
sistem tertutup.
Langkah-langkah pengepakan rumput laut untuk pengangkutan diatas atau lebih dari 12 jam,
diataranya sebagai berikut:
Gambar 2.24. Proses pengepakan rumput laut > 12 jam (WWF Indonesia, 2014)
c. Rekayasa Pembibitan Rumput Laut
1) Rekayasa (pembaruan) bibit dengan cara membuat galur murni (kultur jaringan)
Bibit rumput laut yang selama inidiambil dari hasil budidaya tidak diketahui lagi berapa umurnya.
Bibit tersebut hanya pucuk muda dari thallus, tetapi sel-sel rumput laut sudah tua sehingga kualitasnya akan
semakin menurun. Untuk mendapatkan bibit rumput laut dengan sel-sel muda (induk), maka harus
dilakukan pengembangbiakan (breeding) atau melalui kultur jaringan. Proses pengembangbiakan sampai
mendapatkan bibit baru membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.Cara melakukan pengembangbiakan:
- Ambil thallus ±5 cm yang memilikiCystocarp (kantong spora), yaituberupa tonjolan pada batang
rumputlaut, tetapi bukan bakal pucuk baru.
- Simpan thallus tersebut pada cawanpetri atau wadah kaca khusus, dandimasukkan dalam toples kaca
yangberisi air laut. Kualitas air laut harusdikontrol sesuai batas optimumpertumbuhan rumput laut.
Berikanaerasi untuk suplai oksigen air lautdalam toples.
- Setelah 1-3 hari, Cystocarp akanmengeluarkan Carpospora (thallusrenik) yang hanya bisa
diamatidengan mikroskop.
- Setelah lebih dari 3 bulan,Carpospora ini akan tumbuh menjadithallus muda.
- Thallus muda yang telah tumbuhbesar dan berukuran 100 g lebih,sudah dapat ditanam sebagai
bibitbaru.
- Pengembangbiakan ini dapatdilakukan dalam jumlah yang cukupbanyak untuk dijadikan induk (WWF
Indonesia, 2014)
Gambar 2.23. Calon anakan rumput laut dapat dilihat pada gambar yang dilingkari

2) Pembaruan Bibit Dengan Seleksi Varietas


Langkah-langkah untuk melakukan seleksi varietas, diantaranya adalah:
- Pada tahap awal dilakukan seleksi bibit rumput laut dari areal pembudidayaan yang telah berumur 25
hari dengan kriteria antara lain bibit rumput laut tumbuh lebih cepat dari rumpun yang lain, sehat
(bebas dari penyakit tidak luka), memiliki thallus yang kuat, besar dan banyak serta memiliki warna
cerah. Bibit tersebut dipotong dari percabangan pada batang utama, kemudian ditanam pada areal
khusus. Setelah 25 hari pemeliharaan, dilakukan seleksi lanjut dengan mengambil sekitar 20-30% dari
populasi dengan kriteria seleksi sepertitersebut diatas. Hasil dari perlakuanini adalah bibit F2.
- Bibit F2 hasil seleksi pada tahap I tersebut kemudian ditanam dan ditumbuhkan selama 25 hari,
selanjutnya di panen dan diseleksi sekitar 20-30% yang memenuhi kriteria keunggulan sebagaimana
tersebut diatas, sehingga dihasilkan bibit F3.
- Bibit F3 hasil seleksi tahap II selama 25 hari, selanjutnya di panen dan dilakukan seleksi sekitar 20-
30% yang memiliki keunggulan sesuai kriteria tersebut diatas, sehingga didapatkan bibit F4.
- Bibit F4 biasanya telah memiliki keunggulan yang relatif stabil, selanjutnya bibit unggul tersebut
ditanam di areal kebun bibit. Setelah 25 hari dari penanaman bibit F4 tersebut akan dihasilkan bibit
rumput unggul yang siap ditanam di areal pembudidayaan. Diupayakan, agar panen rumput laut untuk
bibit secara konsisten dilakukan pada waktu bibit berumur 25 hari, sehingga akan terpelihara
ketersediaan bibit rumput laut unggul secara berkesinambungan. Apabila rumput laut yang ditanam di
kebun bibit tersebut tidak ada pihak yang membutuhkannya (untuk dipelihara di areal pembudidayaan),
maka tetap di panen ketika umur 25 hari, kemudian ditanam kembali dikebun bibit tersebut.
Sebagian bibit rumput laut ungguldari kebun bibit tersebut ditanam kembali di kebun bibit sebagai
penghasil bibit untuk periode berikutnya. Apabila suatu saat bibit rumput laut yang dihasilkan tersebut
mengalami kemunduran mutu, maka ulangi proses seleksi varietas dari tahap (a) sampai dengan (d) tersebut
diatas.
KEGIATAN PEMBELAJARAN. 7
Mengidentifikasi media Pemeliharaan Bibit Rumput Laut
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui media pemeliharaan
bibit yang tepat sesuai jenis bibit dan lingkungannya

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Menerapkan cara persiapan pemeliharaan bibit rumput laut di tambak
2. Menerapkan cara persiapan pemeliharaan bibit rumput laut di laut
3. Menerapkan cara pengontrolan bibit rumput laut
C. Uraian Materi

a. Pemeliharaan budidaya rumput laut di tambak


Persiapan penanaman ditambak meliputi persiapan, pemilihan bibit yang baik, pengepakan bibit dan
penanganan bibit selama pengangkutan, kemudian penanaman rumput laut, serta perawatannya. Konstruksi
tambak memegang peranan penting dalam berbudidaya. Tambak harus dibuat sedemikian rupa sehingga
mampu menampung air dengan kedalaman yang diinginkan dan tidak bocor. Persiapan tambak meliputi
pengeringan dan mengurangi ketebalan lumpur sekitar 10-15 cm. Apabila diperlukan, semprot dengan
saponin 40-45 kg/ha agar dapat membunuh hewan yang dapat mengganggu budidaya. Kemudian keringkan
lagi 1-2 hari, setelah itu tambahkan air ke tambak setinggi 50 cm.
Penyediaan bibit yang baik merupakan salah satu kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan
suatu usaha budidaya rumput laut. Penyediaan bibit rumput laut dapat berasal dari alam, budidaya dan
pembenihan baik secara vegetatif maupun generatif. Untuk mendapatkan pertumbuhan rumput laut yang
optimal, bibit yang akan digunakan harus berkualitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi bibit. Bibit
yang digunakan merupakan thallus muda yang bercabang banyak, rimbun dan berujung runcing, bibit
tanaman harus sehat dan tidak terdapat bercak, luka atau terkelupas seperti akibat terserang penyakit bercak
putih atau terkena polutan seperti minyak, bibit terlihat segar dan berwarna cerah yaitu coklat cerah atau
hijau cerah, bibit harus seragam dan tidak tercampur dengan bibit jenis lain.
Bibit yang akan diangkut antar lokasi sebaiknya dikemas dengan baik supaya tidak mengalami
kerusakan. Pada transportasi jangka pendek (kurang dari 12 jam), pengepakan cukup dilakukan dalam
karung goni atau karung lain yang dapat menyerap air. Sebelum digunakan, karung sebaiknya direndam
dengan air laut agar selama pengangkutan, rumput laut dapat sampai di tujuan dalam keadaan masih lembab.
Untuk pengangkutan jangka panjang (lebih dari 12 jam), pengepakan rumput laut dilakukan dengan cara
dimasukkan kedalam kantong plastik yang telah dilubangi dengan paku, kemudian kantong plastik tersebut
dimasukkan ke dalam kotak karton atau kardus besar. Bibit harus tetap memiliki ruang udara dan dijaga agar
tetap lembab meskipun tidak sampai membasahi kardus. Apabila harus ditumpuk, penumpukan kardus
sebaiknya tidak lebih dari tiga tumpukan.
Penanganan bibit selama pengangkutan dari tempat asal ke lokasi tujuan dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, yaitu bibit harus lembab atau basah selama pengangkutan; tidak terkena air
tawar, air hujan, embun, minyak dan kotoran lain yang merusak bibit; bibit tidak boleh terkena sinar
matahari secara langsung; serta bibit diletakkan pada daerah yang jauh dari sumber panas seperti mesin
mobil atau perahu. Setelah sampai di lokasi budidaya, rumput laut harus segera dikeluarkan dari kantong
dan disiram air. Apabila penanaman rumput laut berada dalam jangka waktu yang lama, maka rumput laut
harus direndam terlebih dahulu dalam air kolam.
Pada penanaman pertama, bibit rumput laut harus memiliki kualitas yang sangat baik, untuk
penanaman selanjutnya bibit rumput laut dapat diambil dari hasil panen. Apabila kondisi salinitas dan alam
mendukung, rumput laut tadi akan tumbuh optimal dan menghasilkan spora. Spora akan tumbuh menjadi
rumput laut. Selama 4 minggu pertama, bila sudah terlihat adanya rumpun yang sangat padat, maka harus
dilakukan penyebaran ulang dengan cara mengangkat bongkahan rumpun tersebut dan merobek-robek
kemudian disebarkan.
Rata-rata penebaran bibit rumput laut pada awal penanaman sekitar 1-1,5 ton untuk luas areal 1 ha.
Apabila pada panen pertama laju pertumbuhan perhari (DGR) tidak kurang dari 3%, atau hasil panen basah
sekitar 4 kali berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman kedua dapat ditebar dengan kepadatan
menjadi 2 ton per hektar. Kedalaman air dalam tambak harus diatur, sehingga dapat menunjang
pertumbuhan tanaman dan juga meningkatkan isi kandungan rumput laut yang ditanam.
Perawatan pada 4 minggu pertama, air dalam tambak supaya dipertahankan pada kedalaman sekitar
30-50 cm, dengan tujuan agar pertumbuhan cabang lebih cepat. Pada minggu kelima sampai minggu
keenam atau ketujuh air dipertahankan pada kedalaman sekitar 50-80 cm dengan tujuan memperlambat
pertumbuhan cabang sehingga tanaman dapat meningkatkan isi kandungan. Pada musim kemarau suhu air di
dasar tambak diusahakan supaya tidak terlalu tinggi dan apabila suhu air di atas normal maka kedalaman air
di dalam tambak perlu ditambah, sehingga suhu di dasar tambak dapat dipertahankan pada kondisi normal.
Pemupukan diperlukan pada budidaya rumput laut gracilaria untuk memepertahankan dan memacu
pertumbuhannya. Pupuk diperlukan untuk mencukupi kebutuhan unsur-unsur hara seperti nitrogen,
phosphat dan kalium. Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kesuburan lahan
tambak dan kualitas nutrisi di dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas tanah
tambak dan kualitas air tambak untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa
tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan. Pada prinsipnya, pada
empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu
sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat. Kendala yang dihadapi dalam
pemupukan adalah seringnya perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk dalam bentuk pelet relatif
lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara bertahap. Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga
hijau, maka hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup.
Untuk kegiatan ini dianjurkan pada 4 minggu pertama diperlukan penambahan pupuk sekitar 10
kg/ha yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk 2-3 minggu
berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak mengandung phosphat yang ditebar secara
bertahap. Penebaran lebih tepat dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.
Pemeliharaan/ Perawatan/ Pengawasan tanaman rumput laut dilakukan dengan melakukan monitoring pada
salinitas dan suhu air tambak. Untuk mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan pergantian
air. Penggantian air tambak dilakukan minimal dua kali seminggu.
Gambar 2.33. Gracilaria yang dipelihara 6 minggu di tambak
(Sumber: anggangnugroho92.blogspot.com)
Pada musim kemarau pergantian air supaya dilakukan lebih sering untuk menghindari salinitas
terlalu tinggi sebagai akibat dari penguapan air. Sedangkan pada musim hujan pergantian air harus diatur
untuk menjaga salinitas dalam tambak tidak terlalu rendah. Karena itu pada saat pergantian air perlu
diperhatikan salinitas air pada saluran utama. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan membersihkan
tanaman yang tertimbun lumpur, membuang tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta kotoran lainnya
dari dalam tambak supaya tidak mengganggu pertumbuhan rumput laut gracilaria.
Ikan bandeng dapat membantu mengontrol ephipyt dan jenis alga hijau lainnya. Laju pertumbuhan
yang dianggap menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat per hari. Laju pertumbuhan dapat
dihitung berdasarkan model eksponensial pertambahan berat per hari, yaitu perawatan seminggu setelah
penanaman, bibit yang ditanam harus diperiksa dan dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur
dan kontinyu.
Dalam usaha budidaya atau pembibitan rumput laut, perawatan instalasi bangunan budidaya dan
penanaman memerlukan memerlukan banyak tenaga kerja. Kegiatan pemeliharaan akan mudah dikerjakan
apabila dilakukan secara teratur setiap hari. Pekerjaan pemeliharaan terdiri dari membersihkan tanaman dari
tumbuhan penempel atau benda-benda lainnya. Apabila kegiatan ini dilakukan setiap hari maka kerusakan-
kerusakan berat dapat dihindari sehingga kerugian yang lebih besarpun tidak akan terjadi (www.fao.org).
Selain itu, hal-hal yang harus dilakukan selama masa pemeliharaan adalah sebagai berikut :
- Pengawasan terhadap air di tambak, khususnya terhadap ketinggian air, suhu dan salinitas.
- Mengusahakan kedalaman tanaman dari permukaan air sekitar 30 – 50 cm pada musim hujan, dan 40-
80 cm pada musim kering.
- Pada musim kemarau pergantian air harus sering dilakukan untuk menghindari terjadinya peningkatan
salinitas yang terlalu tinggi akibat penguapan.
- Melakukan pengambilan sampel/contoh tanaman setiap minggunya untuk memeriksa apakah tanaman
terserang penyakit, serta untuk mengetahui laju pertumbuhan rumput laut tersebut.
b. Pemeliharaan budidaya rumput laut di laut
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan
generatif. Untuk sifat “vegetatif”, diambil bagian ujung rumput laut dan dipotong sepanjang 10-20 cm.
Dipilih bagian ujung tanaman karena bagian ini terdiri dari sel dan jaringan muda sehingga akan
memberikan pertumbuhan yang optimal. Sedangkan untuk sifat “generatif”, yaitu dengan memanfaatkan
sifat reproduksi generatif tanaman. Mula-mula dipilih tanaman yang sehat dan segar. Tempatkan tanaman
ini dalam bak yang berisi air laut dan kulit kerang, balik semen, jaring atau benda padat lain yang dapat
berfungsi sebagai susbtrat. Dari tanaman ini akan keluar spora yang selanjutnya menempel pada substrat.
Setelah spora menjadi tanaman kecil, maka substrat harus dipindahkan ke lokasi bududaya (Indriani dan
Suminarsih, 2004).
Penyediaan bibit Eucheuma sp relatif mudah, karena tersebar di sepanjang perairan pantai dan dapat
diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Di dalam usaha budidaya bibit yang baik merupakan suatu
persyaratan yang harus dipenuhi, karena akan menyangkut segi pemasaran dan kelangsungan usaha
budidaya itu sendiri, sehingga tidak akan merugikan petani/nelayan karena kandungan biota Carragenan
yang rendah diperlukan persyaratan bibit sebagai berikut :
- Mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang
menguntungkan.
- Keadaan biologi yang baik sehingga mempunyai kadar kandungan yang karagenan yang tinggi yang
nantinya akan merupakan jaminan pemasaran yang baik.
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan
generatif. Untuk mendapatkan bibit yang baik maka perlu dilakukan:
- Bibit hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang unggul yang masih
muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan
- Ciri-ciri jenis unggul bercabang banyak warna sesuai jenisnya dan pertumbuhannya cepat.
- Untuk metode lepas dasar, luas tiap petak rakit budidaya 100 m2 memerlukan bibit 240 kg.
Penanaman rumput laut berarti suatu kegiatan dimasukkannya bibit rumput laut ke dalam air lokasi
budidaya. Penanaman dilakukan pada saat bibit masih segar (Indriani dan Suminarsih, 2004). Bibit yang
ditebar adalah bagian thallus yang masih muda, yang diperoleh dengan jalan membuang bagian-bagian
pangkalnya. Sedangkan bagian ujungnya ditebar ke dalam tambak, karena bibit yang berasal dari bagian
ujung lebih baik dibandingkan yang berasal dari bagian pangkal (Aslan, 1998).
Padat penebaran untuk 1 hektar berkisar antara 2-3 ton. Penebaran harus dilakukan pada keadaan
teduh (bukan mendung), sekitar pagi atau sore hari menjelang malam (sekitar pukul 06.00 pagi atau pukul
17.00-18.00 sore) (Aslan, 1998).
Pada metode dasar perawatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan cara:
- Menyingkirkan semua bulu babi yang terdapat di sekitar ataupun pada tanaman
- Mengusahakan tanaman bersih dari pengaruh dasar seperti pasir maupun karang-karang kecil.
- Mengganti tanaman yang hilang dengan tanaman yang baru.
Sedangkan pada metode lepas dasar dan apung, pengawasan yang harus dan sebaiknya kita lakukan
selama masa pemeliharaan adalah: Selalu dijaga agar tali maupun jaring tetap baik. Perbaiki jaring maupun
tali yang rusak (bila putus harus disambung sehingga tidak mengganggu pertumbuhan. singkirkan semua
duri atau binatang lainnya. gantilah tanaman yang hilang atau kurang sehat. Kegiatan pengawasan dilakukan
selama pemeliharaan minimal seminggu sekali. Bila kondisi perairan kurang baik, seperti ombak yang keras.
Angin serta suasana perairan yang banyak dipengaruhi kondisi musim (hujan/kemarau) perlu pengawasan 2-
3 hari sekali. Hal lain yang mungkin perlu dilakukan adalah apabila menghadapi serangan predator yang
cukup besar dapat dikuatirkan menimbulkan kerugian, maka dapat dilakukan pemagaran dengan memakai
jaring, asalkan biaya memungkinkan.
Setelah masa pemeliharaan kurang lebih 1 bulan bibit-bibit rumput laut yang telah berkembang
dapat dilakukan pemanenan. Dalam pemanenan dapat menggunakan rakit atau sampan untuk menampung
hasil panen adapun cara penanganan dan pengangkutan bibit sebagai berikut:
- Bila jaraknya dekat dengan lokasi pembibitan, maka bibit rumput laut dapat diangkut dengan
menggunakan sampan namun harus ditutup dengan menggunakan terpal untuk menghindari sengatan
panas matahari, sehingga akan lebih baik bila diangkut pada pagi atau sore hari.
- Biarkan bibit selalu basah dengan cara menyiramnya dengan air laut.
- Jangan biarkan bibit terkena air hujan, minyak atau bahan kimia lainnya.
- Setelah tiba di lokasi, segera dimasukkan ke dalam kandang bibit yang telah disiapkan.
- Apabila bibit diangkut dalam jarak yang cukup jauh, sebaiknya dimasukkan ke dalamk kantong plastik.
- Bibit ditumpuk 3 hingga 4 lapis, dan diantara tumpukan rumput laut tersebut diberi kapas atau bahan
lain yang sejenis dan dapat menyimpan air.
- Setelah siap, kantong plastik diikat dengan tali lalu dimasukkan ke dalam kotak karton, setiap 3 jam
bibit di siram dengan air laut.
Dalam pengangkutan, harus diperhatikan agar bibit tidak terkena sinar matahari secara langsung,
selalu basah, tidak terkena air tawar atau minyak bahan bakar dan terhindar dari sumber panas. Bila
pengangkutan dilakukan dengan perahu atau sampan, bibit tanaman cukup ditaruh di dasar perahu dan
ditutup agar tidak terkena sinar matahari. Bila diperlukan pengangkutan dengan kendaraan darat maka bibit
dapat dimasukkan ke dalam kotak karton dengan lapisan plastik agar airnya tidak merembes keluar.
Diperlukan lapisan kapas yang dibasahi dengan air laut agar tanaman tetap basah. Dalam keadaan demikian
bibit tanaman dapat tahan sampai 2 x 24 jam (www.fao.org).

c. Panen dan Pasca Panen


Rumput laut sudah dapat dipanen dengan cara total (full harvest) setelah berumur 45-60 hari sejak
tanam (www.iptek.net.id). Sedangkan menurut Indriani dan Suminarsih (2004), menyatakan bahwa rumput
laut dapat dipanen setelah mencapai umur 6-8 minggu setelah tanam dengan berat ikatan sekitar 600 g. Cara
memanennya adalah dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan
lebih lanjut. Panen pertama dapat dilakukan pada umur 2-2,5 bulan sesudah penanaman.
Pengeringan rumput laut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat
pengering (oven) atau secara alami dengan sinar matahari selama 2-3 hari, tergantung kondisi panas
matahari. Dalam penjemuran ini harus menggunakan alas seperti para-para, terpal plastik, dan lain-lain
untuk menghindari kontaminasi tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir, kerikil
dan lain-lain. Setelah kering dan bersih dari segala macam kotoran, maka rumput laut dimasukkan ke dalam
karung plastik untuk kemudian siap dijual atau disimpan di gudang. Pada waktu penyimpanan hindari
kontaminasi dengan minyak atau air tawar. Proses penjemuran dan penyimpanan ini sangat perlu mendapat
perhatian, karena meskipun hasil panennya baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik
maka akan mengurangi kualitas rumput laut (www.iptek.net.id).
KEGIATAN PEMBELAJARAN. 8
Mengidentifikasi Hama dan Penyakit bibit rumput laut

A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui jenis Hama dan
Penyakit yang menyerang bibit rumput laut dan cara penanganannya

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Menganalisis jenis-jenis hama pada bibit rumput laut
2. Menganalisis jenis-jenis penyakit pada rumput laut.
3. Menentukan cara penanganan yang tepat pada kejadian hama dan penyakit rumput laut
4. Menghitung kebutuhan

C. Uraian Materi
Lingkungan, Biota Air, Penyakit dan Kesehatan Rumput Laut Dalam Proses Budidaya
c.

1. Penyakit dan Budidaya Rumput Laut


Perubahan yang ekstrim dalam media budidaya atau pemeliharaan akan menyebabkan organisme
budidaya menjadi stress. Keadaan ini menyebabkan dampak negatif terhadap kondisi fisiologisnya
yang berimplikasi pada status kesehatannya. Hama dan penyakit dalam budidaya rumput laut
sering menjadi penyebab gagalnya budidaya. Adanya berbagai kasus hama dan penyakit sangat
terkait dengan pemilihan lokasi dan daya dukung lingkungan yang diantaranya dipengaruhi oleh
musim, tata ruang, habitat, predator dan lainnya.
Hama yang biasa menyerang bibit rumput laut adalah ikan baronang, penyu, bulu babi, dan
tumbuhan pengganggu lain. Belum ditemukan cara yang tepat untuk mengatasi serangan hama
tersebut. Penelitian untuk mengembangkan teknik budidaya yang mampu melawan predator
perusak tersebut atau cara-cara efektif untuk mengatasinya perlu segera dimulai.

Penyakit yang biasa menyerang rumput laut adalah ice-ice. Penyakit ini merupakan akibat dari
perubahan lingkungan dan kondisi ekstrim perairan seperti rendahnya salinitas akibat banjir atau
sering hujan dengan curah hujan tinggi, suhu air yang terlalu tinggi (>31°C) atau lebih rendah
(<26°C). kondisi semacam ini disebabkan oleh sifat budidaya rumput laut yang bersifat water-
based aquaculture disuatu perairan yang bersifat open access sehingga perubahan lingkungan
perairan akibat pencemaran limbah industry atau rumah tangga secara langsung akan
mengakibatkan kegagalan dalam produksi rumput laut basah.
2. Proses Terjadinya Penyakit
Secara umum dapat dinyatakan, bahwa timbulnya penyakit infeksi pada organisme
budidaya/yang melibatkan organisme patogen didahului oleh terjadinya stres. Keadaan ini secara
fisiologis menyebabkan meningkatnya energi untuk pemulihan diri dalam mencapai kembali
homeostasis tubuh. Kondisi ini pada akhirnya mengakibatkan gangguan keseimbangan hubungan
parasit-inang yang akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, sehingga organisme
budidaya menjadi sakit.
Timbulnya penyakit infeksi termasuk diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan interaksi
inang, patogen dan lingkungan media hidup organisme budidayanya. Dari interaksi tersebut, jelas
terlihat terjadinya penyakit pada ikan terdiri dari penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi
bersifat menular, yang berarti dapat menginfeksi individu lain dalam populasi. Sebaliknya
penyakit non infeksi tidak bersifat menular ke individu lainnya dalam populasi. Penyakit infeksi
pada ikan disebabkan oleh patogen yang selalu ada dalam media hidup organisme budidaya.
Gambar . di bawah ini memperlihatkan interaksi ketiganya yang menimbulkan penyakit
infeksi atau non infeksi baik pada organisme budidaya atau di perairan umum air tawar, payau dan
marine.

Gambar .Interaksi organisme budidaya (I), Patogen (P), Lingkungan (L) PI = Penyakit
Infeksi; PNI = Penyakit Non Infeksi

Penyakit bakterial hewan akuatik antara lain penyakit septicemia bakterial, vibriosis,
myxobacteriosis, penyakit insang bakterial. Penyakit cendawan pada organisme budidaya antara
lain Saprolegniasis dan insang hitam. Ichthyopthirius, Trichodina, Myxobolus, Vorticella,
Zoothamnium dan Epistylis merupakan protozoa yang sering me-nimbulkan gangguan kesehatan.
Beberapa jenis cacing yang tergolong trematoda monogenea (seperti Dactylogyrus dan
Gyrodactylus) dan Lernea juga dapat menginfeksi.
Beberapa penyakit non infeksi misalnya diakibatkan perubahan suhu, pH perairan,
intoksikasi, malnutrisi dan tumor dapat terjadi pada populasi organisme budidaya. Meskipun tidak
menular, penyakit inipun mempengaruhi produksi dan keberhasilan panen.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit
Organisme budidaya hidup dalam ekosistem akuatik yang terdiri dari komponen biotik dan
abiotik yang berinteraksi satu dengan lainnya. Komponen abiotik terdiri dari faktor fisik, kimia
dan komponen biotik berperan menimbulkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan.
a. Faktor Fisika-Kimia Lingkungan Akuatik
Komponen abiotik yang berkaitan dengan timbulnya penyakit organisme budidaya
meliputi kondisi fisika-kimia lingkungan akuatik. Kondisi fisika -kimia itu misalnya suhu, pH
(keasaman), salinitas, senyawa-senyawa dan garam-garam kimia yang terlarut atau terikat pada
sedimen misalnya senyawa yang mengandung unsur P, N, S, Cl dan logam (Na, K, Ca, Mg, Hg,
Cd, Pb) dan garam-garamnya organik atau inorganik.
Kondisi fisika-kimia air terutama pada perairan pantai, estuaria dan kolam budidaya cepat
berubah kualitasnya, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan homeostasisnya. Dalam
keadaan demikian ini, organisme budidaya berada dalam cekaman stress, selanjutnya patogen
akuatik opportunistik dan mikroflora akan mudah berkembang dalam tubuhorganisme budidaya
dan pada akhirnya akan menyebabkan sakit.
b. Suhu Perairan
Suhu perairan mempengaruhi kehidupan organisme budidaya dan komponen lingkungan
media hidupnya. Karenanya perubahan suhu mempunyai dampak terhadap proses fisiologis dan
biokimia organisme budidaya, kelarutan ok sigen dan kelimpahan plankton. Di samping itu, suhu
perairan juga mempengaruhi keseimbangan ionik dalam sistem akuatik tersebut.
Timbulnya penyakit pada organisme budidaya akibat perubahan suhu berkaitan dengan
terganggunya respon imunitas organisme tersebut. Peran suhu dalam hal ini mempengaruhi laju
biosintesa produksi respon imunitas. Terbentuknya respon imun optimal organisme budidaya
perairan hangat terjadi padasuhu 20 -30oC, sedang perairan dingin pada suhu 10-15oC.

Pada suhu tinggi laju metabolisme or ganisme budidaya termasuk konsumsi oksigen
meningkat, namun kelarutan oksigen rendah. Kondisi ini menyebabkan organisme budidaya dalam
keadaan hipoksia, sehingga organisme budidaya menjadi stres yang memudahkan organisme
tersebut mendapat infeksi. Kondisi ini dapat diketahui dengan melihat banyaknya organisme
budidaya bergerombol pada saluran inlet atau organisme budidaya terlihat berenang di permukaan
air. Sebaliknya pada suhu rendah, laju metabolisme organisme budidaya menurun. Keadaan ini
dapat diketahui dengan berkurangnya respon makan organisme budidaya dan pertumbuhannya.
Mengingat keadaan ini frekuensi pemberian pakan sebaiknya dise suaikan
dengankandungan oksigen terlarut yang ada. Selain suhu, fluktuasi oksigen dalam perairan juga
dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesa fitoplankton. Aktivitas fotosintesa ini berkaitan dengan
intensitas cahaya yang masuk. Kondisi ini mengakibatkan kandungan oksigen tinggi terutama pada
tengah hari, yang mungkin menimbulkan blooming(melimpah ruah) alga yang dapat
mengakibatkan tertutupnya permukaan perairan dan liberasi bahan toksik alga yang
membahayakan organisme budidaya. Keadaan ini ditunjukkan oleh warna dan bau perairan,
perubahan tingkah laku organisme budidaya. Sedangkan proses lanjut dari bloomingini, akan
terjadi penurunan kandungan oksigen terlarut sebagai akibat proses dekomposisi. Hal ini akan
menyebabkan organisme budidaya mengalami hipoksia. Keadaan ini dapat diketahui dengan
warna dan bau perairan dalam ekosistem tersebut dan organisme budidaya sering muncul ke
permukaan air
Selain suhu, pH perairan juga berpengaruh terhadap status kesehatan organisme budidaya.
Perairan dengan pH rendah antara lain disebabkan oleh terjadinya hujan asam sebagai akibat
antropogenik dalam kegiatan industri dan proses-proses kimiawi dan mikrobial dalam ekosistem
akuatik. Kondisi ini mempengaruhi keseimbangan sistem buffer kalsium dan bikarbonat dan
rendahnya pH berkaitan dengan kalsium, bikarbonat, karbonat, sodium dan magnesium.
Dampak negatif pH rendah terhadap kondisi fisik organisme budidaya adalah gangguan
os-moregulasi dan fungsi respirasi insangproduksi mukus yang berlebihan, terjadinya fusi lamella
insang yang akhirnya mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan kematian.

Kematian ikan akibat pengaruh perairan yang masam itu disebabkan terjadinya gangguan
ion dalam plasma, dalam hal ini terjadi asidosis darah. Akibat lainnya yang terjadi pada organisme
budidaya adalah terbentuknya katekolamin yang berdampak negatif terhadap osmoregulasi, sistem
sirkulasi dan respirasi serta terhadap terbentuknya tanggap kebal. Keadaan pH perairan yang
rendah ini dapat diketahui melalui per-ubahan tingkah laku renang ikan. Produk mukus yang
berlebihan terutama dapat terlihat di insang.
d. Faktor Biotik
Sebagai salah satu komponen biosinosanya, mikroba akuatik dapat hidup sebagai makhluk
bebas, terikatpada sedimen sebagai epibion atau bersimbiosa dengan organisme akuatik lainnya
dan beberapa jenis dapat menimbulkan penyakit. Beberapa patogen tersebut bersifat obligat dan
lainnya bersifat opportunistik, atau fakultatif seperti tercantum pada tabel1. Patogen obligat
menunjukkan, bahwa patogen selalu berasoasiasi dengan organisme budidaya, sedang patogen
fakultatif mudah ditemukan dalam media hidup organisme budidaya.
4. Pengendalian Penyakit
Sebagaimana telah diketahui, berjangkitnya penyakit pada hewan akuatik merupakan
interaksi antara inang, patogen dan lingkungan. Karena itu, pengendalian penyakit harus
memperhatikan komponen biota yang dibudidayakan dan air sebagai media dan lingkungan
budidaya. Pengendalian penyakit ini dilakukan sebagai bagian dalam kegiatan budidaya.
Dalam pelaksanaannya, pengendalian penyakit meliputi tindakan pencegahan dan
pengobatan. Tindakan ini didasarkan atas perkembangan kejadian timbulnya penyakit. Tindakan
pencegahan dimaksudkan untuk melindungipopulasi dan individu biota yang dibudidayakan dari
serangan penyakit, yang berarti sebagai upaya mencegah terjadinya penyakit dan menghambat
perluasan penyakit. Sedangkan tindakan pengobatan dimaksudkan untuk memulihkan status
kesehatan yang terganggu akibat sakit kembali ke kondisi sehat.
a. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan penyakit dilakukan dengan memperhatikan organisme budidaya
sebagai biota yang dibudidayakan dan air sebagai media dan lingkungan bu didaya. Karenanya
tindakan pencegahan dilakukan terhadap wadah, air dan biota.
1) Air (Penyediaan Air)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah cukup tersedianya suplai air yang bebas dari
polusi pestisida dan industri, kecukupan oksigen, dihindari peningkatan kadar amoniak dan
karbonat yang mempengaruhi keseimbangan ionik dalam ekosistem perairan dan fluktuasi suhu
yang ekstrim yang menimbulkan stres pada ikan. Penyediaan air yang bersih untuk mencukupi
kebutuhan (kuantitas dan mutu) dapat dilakukan melalui penggunaan kolam reservoir air, kolam -
kolam pengendapan, penyaringan, ozonisasi dan radiasi ultraviolet.
2) Tanah (Perlakuan Tanah Dasar)
Perlakuan tanah dasar kolam yang mengandung komponen yang membahayakan
kehidupan organisme budidaya. Perlakuan diberikan secara fisik dengan pelumpuran dan
membuangnya keluar dari kolam, pembalikan tanah dasar, pengeringan dan penjemuran dasar
kolam dengan sinar matahari. Secara biologis dengan menggunakan bakteri pengurai (dikenal juga
sebagai organisme probioticbioremediasi), secara kimiawi melalui pemakaian bahan kimia
(pestisida, mollusida, kapur).
3) Organisme budidaya (Tindakan pencegahan)
Tindakan pencegahan yang dilakukan terhadap organisme budidaya sebagai biota budidaya
adalah dengan memperhatikan kualitas benih yang dibudidayakan, padat penebaran, kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan, pemuliaan organisme bu didaya, kemo dan imunoprofilaksis serta
tindakan karantina. Disamping itu perlu dilakukan monitoring status kesehatan organisme
budidaya dari waktu ke waktu, agar diperoleh informasi dini tentang kemungkinan terjadinya
peledakan penyakit.
4) Kualitas benih
Kualitas benih yang dibudidayakan berkaitan dengan status kesehatannya dapat diamati
melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, seleksi atau screening umum dan spesifik
terhadap patogen. Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan memperhatikan morfologi anatomi
melalui pemeriksaan secara visual dan perabaan. Pemeriksaan mikroskopik berhubungan dengan
pencarian patogen eksternal dan internal yang kemungkinan menginfeksi benih.
5) Padat penebaran
Padat penebaran terkait dengan ukuran awal tebar dan luasan lahan budidaya. Daya dukung
lahan, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan juga perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
kegiatan budidaya.

6) Pemuliaan organisme budidaya

Pemuliaan organisme budidaya dimaksudkan mendapatkan benih organisme budidaya yang


unggul, ditinjau dari aspek kesehatan, aspek nutrisi dan aspek pertumbuhan. Upaya ini dapat
dilakukan secara konvensional melalui persilangan antara galur yang menghasilkan organisme -
organisme budidaya hibrid atau secara rekayasa genetik yang menghasilkan organisme-organisme
budidaya transgenik.
7) Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis berkaitan dengan upaya pencegahan dengan memakai bahan kimia
tertentu dan preparat antibiotika (perhatikan dosis pemakaian dan waktu pemberian). Sedangkan
immuno-profilaksis berhubungan dengan ketahanan organisme budidaya dilakukan dengan vaksin
dan bahan imunostimulan seperti glukan, dextran sulfat, LPS, levamisol dan vitamin C. Apabila
hal-hal tersebut dapat dilakukan, kemungkinan terjadinya peledakan penyakit dapat dihinda ri.
Dengan demikian, produksi budidaya secara optimal dapat dicapai dengan memperhatikan daya
dukung lahan yang ditunjang dengan perencanaan tahap kegiatan produksi.
b. Penyakit pada Rumput Laut
Semangun (1996) menjelaskan penyakit tumbuhan bila ditinjau dari sudut biologi adalah
sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan bagian tubuh tidak dapat melakukan
kegiatan fisiologi yang biasa. Sementara itu dari sudut ekonomi penyakit adalah ketidakmampuan
tumbuhan untuk memberikan hasil yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Jasad renik
(mikroba) tidak langsung menjadi penyebab suatu penyakit, tapi keadaan luar telah melemahkan
tumbuhan terlebih dahulu, sehingga jasad dapat masuk atau juga oleh penyebab -penyebab yang
bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama. Penyakit hanya akan terjadi jika patogen yang
virulen, dan lingkungan yang sesuai. Penyakit tidak akan terjadi jika patogen yang virulen bertemu
dengan bagian tubuh yang rentan, tetapi lingkungan tidak mendukung. Lingkungan seperti
kelembaban, suhu, sinar matahari dan unsur hara sangat mempengaruhi proses tersebut.
1) Penyakit ice-ice
Penyakit pada tanaman rumput laut pertama kali diketahui pada tahun 1974 di Filipina
dengan gejala yang dilaporkan adanya bercak pada thallus yang terinfeksi selanju tnya berwarna
putih dan mati kemudian hancur. Penyakit ini menyerang Eucheuma spp, terutama disebabkan
oleh adanya perubahan lingkungan arus, suhu, kecerahan, dll. Di lokasi budidaya dan berjalan
dalam waktu yang cukup lama. Penyakit pada rumput laut ini t erjadi di daerah-daerah dengan
kecerahan tinggi dan dikenal sebagai ice-ice dengan gejala timbulnya bercak-bercak pada bagian
thallus, lama kelamaan akan kehilangan warna sampai menjadi putih dan terputus. Bila dikaitkan
dengan penyakit tumbuhan, maka penyakit ice-ice pada tanaman rumput laut terjadi karena infeksi
mikroba pada saat tanaman menjadi rentan. Kondisi ini disebabkan karena adanya perubahan
lingkungan yang ekstrim dan tidak dapat ditolerir, sehingga tanaman menjadi lemah (tidak sehat).
Rumput laut yang terkena penyakit ice-ice ini sebelumnya memerlihatkan adanya gejala
pertumbuhan yang lambat, permukaan thallus menjadi kasar dan pucat.
Sebagaimana tentang “aging effect” pada rumput laut yang ditandai dengan penurunan
pertumbuhan per satuan waktu. Tanda-tanda ini nampak sebulan atau beberapa waktu setelah
penanaman yang ditandai dengan cabang-cabang tanaman sedikit, keseluruhan tanaman menjadi
pucat dan permukaan thallus menjadi kasar. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka akan terjadi
kekeroposan thallus sebagai ciri dari penyakit ice-ice yang mengakibatkan kegagalan panen.
Bercak putih (ice-ice) merupakan penyakit yang timbul pada musim laut tenang dan arus lemah
diikuti dengan musim panas yang dapat merusak areal tanaman sampai mencapai 60 -80% dan
lamanya 1-2 bulan (Sulistijo, 2002)

Gambar 6.2. Penyakit Ice-ice yang Telah Menyerang Rumput Laut


Pada beberapa penelitian yang dilakukan dengan diawali pengamatan pada area budidaya
tampak bahwa hampir seluruh bagian tanaman yang terinfeksi ice-ice ditandai oleh memutihnya/
memudarnya warna batang (thalli), berlendir yang diselimuti oleh kotoran seperti tepung putih,
kulit luar atau epidermisnya terkelupas pada yang terinfeksi sehingga terlihat jaringan
dalam/medulla pada thalli. Terinfeksinya pada thalli dimulai dari bagian tertentu antara lain :
- Infeksi bermula dari bagian luka pada pangkal stek akibat dari pemetikan/pemotongan.
- Infeksi dimulai dari bagian yang luka pada bekas gigitan predator ikan.
- Infeksi dimulai dari bagian yang luka karena gesekan/terlalu erat mengikat ru mpun rumput
laut.
- Infeksi akibat tertularnya bagian batang yang sehat oleh bagian batang yang terinfeksi dari
satu rumpun atau berasal dari rumpun yang lain.
Darmayanti et al., (2001) menyebutkan bahwa hampir seluruh sampel rumput laut yang
diambil dari budidaya Kappaphycus alvarezii, baik yang sakit atau yang sehat ditemukan bakteri
kelompok vibrio dari jenis Aeromonas sp. Kemudian pada hal yang sama mendapatkan jenis
Vibrio sp, Aeromonas sp, dan Pseudomonas sp (rumput laut yang sehat) di pantai Takalar,
Sulawesi. Largo et al., (1995) dala penelitian rumput laut pada budidaya marga Kappaphycus
maupun Eucheuma di Filipina menemukan bakteri kelompok vibrio dan Cyatophaga-
Flavobakterium yang lebih dominan. Selain dari kelompok terebut juga menemukan bakteri
Aeromonas pada (Sargassum dan Thalassia). Dari hasil penelitian tersebut ada suatu kompetisi
antar bakteri pada kondisi tertentu di lingkungannya yang dapat menyebabkan penyakit. Uyen co
et al., (1981) mengemukakan bahwa penyakit ice-ice timbul karena menurunnya substansi
pelindung intraseluler pada saat rumput laut mengalami tekanan lingkungannya. Largo et al.,
(1995) menyebutkan bahwa timbulnya penyakit pada rumput laut karena adanya perubahan
lingkungan yaitu menurunnya salinitas dan intensitas cahaya. Yulianto dan Hatta (1996)
mengamati penyakit ice-ice yang menyerang pada budidaya Eucheuma striatum di Maluku
Tenggara bahwa munculnya penyakit ice-ice terjadi pada saat awal musim barat (pergantian
musim Timur ke Barat)
Dengan mengacu dari hasil penelitian-penelitian tentang penyakit ice-ice, maka gagalnya
musim panen di duga dapat disebabkan karena:
- Tidak adanya antisipasi pergantian musim yang dapat memicu terjangkitnya penyakit ice-ice.
- Bibit yang digunakan selama bertahun-tahun tidak diganti dengan bibit yang segar dari luar
daerah, sehingga bakteri dapat mudah beradaptasi dengan kondisi fisiologis rumput laut.
- Nelayan tidak menghentikan sementara kegiatan budidayanya pada saat penyakit mewabah
- Banyaknya predator ikan herbivor yang ukurannya relatif kecil (5 -10 cm) seperti ikan marga
Siganus sp dan Pomacentris sp pada saat rumput laut mengalami stress. Ikan-ikan tersebut
memakan tunas-tunas yang tumbuh pada thalli serta memakan bagian thalli dan kerugian yang
diakibatkan tidak cukup berarti, namun pada bagian yang luka pada musim yang tidak
menguntungkan mudah terinfeksi oleh bakteri ice-ice.
- Sanitasi lingkungan yang tidak bersih (banyak sampah) juga merupakan salah satu kontribusi
melimpahnya bakteri di sekitar budidaya.
Ice-ice merupakan penyakit yang banyak menyerang rumput laut yang ditandai dengan
timbulnya bintik/bercak-bercak merah pada sebagian yang lama kelamaan menjadi kuning pucat
dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah putus. Gejala
yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna menjadi pucat
dan pada beberapa cabang menjadi putih, thallus menjadi putih dan membusuk.
Stress yang diakibatkan perubahan kondisi lingkungan yang mendadak yaitu perubahan
salinitas, suhu air danintensitas cahaya, merupakan faktor uta ma yang memacu,timbulnya penyakit
ice-ice. Ketika rumput laut mengalami stress akan memudahkan infeksi patogen. Pada keadaan
stress, rumput laut (misalnya: Gracilaria, Eucheuma atau Kappaphycus) akan membebaskan
substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah
di sekitarnya. Kejadian penyakit ice-ice bersifat musiman dan menular.
Faktor predisposisi atau pemicu lain adalah serangan hama seperti ikan baronang (Siganus
spp.), penyu hijau (Chelonia midas), bulu babi (Diadema sp.) dan bintang laut (Protoneostes)
menyebabkan luka pada thallus. Luka akan memudahkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.
Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian tersebut menjadi putih dan rapuh.
Selanjutnya, pada bagian tersebut mudah patah, dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri
penyakit ice-ice. Infeksi ice-ice menyerang pangkal thallus, batang dan ujung thalus muda,
menyebabkan jaringan menjadi berwarna putih. Pada umumnya penyebarannya secara vertikal
(dari bibit) atau horizontal melalui perantaraan air.Infeksi akan bertambah berat akibat serangan
epifit yang menghalangi penetrasi sinar matahari sehingga tidak memungkinkan rumput laut
melakukan fotosintesa (Gambar 6.3).

Bakteri yang dapat diisolasi dari rumput laut dengan gejala ice-ice adalah Pseudoalteromonas
gracilis, Pseudomonas sp., dan Vibrio sp . Agarase dari bakteri merupakan salah satu faktor
virulen yang berperan terhadap infeksi ice-ice Kompetitor filament alga. Faktor lain yang
pengaruhnya sama merugikan adalah alga filament yang penempel tanaman inang, dimana
pengaruhnya dapat menyebabkan kematian tanaman secara perlahan -lahan. Pada
umumnya alga filament muncul setelah periode terinfeksi ice-ice, dimana alga ini menutupi thalli
tanaman inang yang masih bertahan hidup karena penyakit, sehingga akan menghalangi tanaman
untuk memperoleh makanan/zat hara maupun mendapatkan cahaya matahari untuk proses
fotosintesa, akibatnya rumput laut semakin lama semakin kurus, layu dan akhirnya mati. Alga ini
sulit dibersihkan karena menempel erat pada thalli/batang, sehingga pada saat dibersihkan banyak
thalli yang patah atau terluka. Fenomena ini muncul pada akhir dari musim pancaroba menuju ke
musim kemarau atau awal musim kemarau.
Gambar .Thallus Eucheuma yang Terinfeksi Ice-ice
B. Pengembangan Konsep Keseimbangan Lingkungan, Biota Air dan Penyakit Dalam
Budidaya Rumput Laut
1. Pengendalian Hama dan Penyakit Rumput Laut
Pengendalian hama dan penyakit rumput laut dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
sebelum rumput laut yang dibudidayakan terserang hama atau penyakit. Atau dapat pula berupa
upaya penanggulangan akibat hama atau penyakit yang sudah menyerang rumput laut yang
dibudidayakan. Upaya pengendalian hama dan penyakit rumput laut dapat disesuaikan denga n
metode penanaman rumput laut yang digunakan dalam proses budidaya serta karakteristik hama
dan penyakit yang menyerang.
Permasalahan utama yang muncul pada alat budidaya rumput laut longline dan rakit saat
ini adalah tingginya intensitas penyerangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi
rumput laut masyarakat sampai 40-50% dari total produksi. Hama yang sangat sering menyerang
rumput laut adalah hama ikan Siganus sp. yang bergerombol banyak dan sangat menyukai rumput
laut sebagai makanan utama. Disamping itu juga banyaknya penempelan lumut dan crustacea yang
cukup sering di beberapa tempat pemeliharaan dekat muara. Penyebab utama dari munculnya
penyakit ice-ice adalah desain metode penanaman dan letak konstruksitanam masyarakat biasanya
terlalu dekat dengan permukaan yang sangat rentan terhadap perubahan salinitas dan suhu sebagai
pemacu utama kemunculan penyakit ice-ice.
Pengobatan pada rumput laut yang telah dimangsa oleh hama tidak dapat dilakukan secara
optimal karena membutuhkan biaya yang mahal dan tidak efisien. Sehingga sebaiknya dilakukan
upaya pencegahan, beberapa upaya pencegahan yang ramah lingkungan dan ekonomis terhadap
hama pemangsa (grazer) rumput laut antara lain :
- Menghindari, penanaman rumput laut sebaiknya dilakukan di area yan g tidak terdapat hama
yang akan merugikan rumput laut. Penggeseran letak unit penanaman ke lokasi yang lebih
aman juga dapat dilakukan. Pergeseran posisi penanaman menghindari daerah terumbu karang
dapat menghindari pemangsaan ikan beronang
- Menanam rumput laut dengan melimpah sehingga grazer akan tertekandengan jumlah
biomassa yang tinggi, meskipun akan terjadi kerugian namun jika penanaman dalam jumlah
yang besar maka kerugian yang dialami karena pemangsaan relatif ringan, karena rumput laut
tetap akan mendapatkan biomassa yang besar jumlahnya. Penanaman rumput laut dengan
merapatkan jarak tanam juga dapat menurunkan serangan hama penyu hijau.
- Upaya lain dapat menggunakan jaring penghalang pada area budidaya atau menggunakan
metode kantong sehingga rumput laut yang ditanam akan terlindung dari serangan grazer.
- Menghindari masa tanam pada musim tertentu, hal ini juga banyak dilakukan untuk
menghindari grazer. Pada saat populasi grazer meningkat penanaman rumput laut dihentikan
lebih dulu untuk mengurangi kerugian yang dihasilkan.
- Menangkap grazer sebisa mungkin untuk mengurangi populasi grazer di perairan.
Penangkapan grazer berupa ikan baronang telah banyak dilakukan, ikan baronang juga telah
menjadi salah satu ikan yang digemari untuk di konsumsi oleh masyarakat pesisir.
- Penanggulan penyakit pada rumput laut berupa ice-ice dapat dilakukan dengan cara
menurunkan posisi tanaman lebih dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar
matahari. Cara lain juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk nitrogen, akan tetapi upaya
tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut.
Perlunya perhatian dalam menghadapi timbulnya penyakit ice-ice dapat melalui beberapa
cara, yaitu hindari budidaya rumput laut satu sampai dua minggu menjelang musim kemarau
(musim dimana penyakit mulai muncul setelahnya algae blooming) dan istirahat selama 1-2 bulan
untuk membersihkan tali atau rakit, setelah itu baru menanam. Kemudian perhatikan juga waktu
tanam/ bulan tanam yang ideal yaitu pada akhir musim hujan.
Penyegaran bibit dari luar daerah, artinya bibit lokal jangan digunakan lagi setelah bibit
yang diambil dari hasil panen tiga kali berturut-turut. Perhatikan juga lokasi budidaya, termasuk
didalamnya salinitas, kecerahan/kebersihan, predator, unsur hara, arus dan bebas dari ombak yang
besar. Dalam jangka panjang juga perlu adanya penelitian bibit unggul secara biomolekuler agar
memperoleh tanaman yang cepat tumbuh, habitusnya besar, mutu fikokoloidnya baik dan tahan
terhadap goncangan lingkungan maupun penyakit.
Cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan memonitor adanya perubahan-perubahan
lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan. Di samping itu dilakukan
penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahayasinar matahari.
Menambah kedalaman konstruksi tanam pada perairan juga dapat dijadikan salah satu upaya
penanganan ice-ice pada rumput laut. Permukaan perairan memiliki karakter perairan yang tidak
stabil, terutama salinitas dan intensitas cahaya matahari. Perubahan lingkungan yang drastis ini
mampu memacu stres rumput laut.
Beberapa petani rumput laut melakukan upaya perendaman bibit rumput laut ke dala m
larutan PK terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penyakit ice-ice pada rumput laut. PK juga
bermanfaat dalam mencegah terserangnya bakteri yang berpotensi menempel pada luka
pemotongan pangkal bibit.
Ada beberapa teknik pengendalian anatar lain :
- Bibit Rumput Laut
Kualitas bibit sangat menentukan produktivitas, kualitas produk dan ketahanan terhada p
penyakit. Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian
penyakit ice-ice. Philiphina telah memiliki bibit unggul, yaitu Kappaphycus striatum galur saccol
yang tahan terhadap ice-ice.
- Desinfeksi Bibit
Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara dicelupkan pada larutan PK (potasium
permanganat) dengan dosis 20 ppm.
2. Manajemen Kesehatan Rumput Laut
a. Lokasi
Parameter penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi dalam kaitannya
dengan manajemen kesehatan rumput laut antara lain:
- Suhu 20-28oC. Kecepatan arus 20-40cm/detik.
- Dasar Perairan karang dan berpasir
- Kedalaman Air minimal 2 m saat air surut terendah, maksimum 15 m.
- Salinitas 28-35 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt.
- Kecerahan perairan, sinar matahari harus dapat mencapai posisi rumput laut.
- Lokasi bebas dari cemaran.
b. Teknik Budidaya
Teknik budidaya yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lingkungan perairan. Pada
perairan yang relatif tenang, metode budidaya rakit, long line, dan pancang dapat diterapkan. Pada
perairan yang bergelombang relatif besar metode budidaya yang tepat adalah metode kantong
(Metode Cidaun). Pembersihan terhadap kotoran yang melekat pada thallus dan biofouling harus
dilakukan secara rutin. Pembersihan dilakukan sesering mungkin ( sebaiknya setiap hari) dengan
cara digoyang-goyang di dalam air sampai kotoran lepas.
c. Musim Tanam
Penanaman rumput laut untuk metode rakit, long line dan pancang sebaiknya dilakukan
bukan pada musim gelombang. Untuk lokasi di pantai barat sebuah pulau, penanaman sebaiknya
dilakukan pada musim angin timur. Sebaliknya untuk lokasi di pantai timur sebuah pulau
penanaman, dilakukan pada musim angin barat. Penanaman rumput laut dengan metode kantong
dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh musim. Pada saat musim kurang baik
penanaman rumput laut hanya ditujukan untuk penyediaan bibit.
C. Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Dalam Budidaya Rumput Laut
Hama dan penyakit dapat menyebabkan rusaknya tanaman rumput laut, hal ini karena hama
rumput laut bersifat grazer sehingga tanaman rumput laut dikonsumsi oleh hama yang ada dilokasi
budidaya. Ada juga hama rumput laut yang sifatnya menempel pada thallus rumput laut, hal ini
menyebabkan thallus rumput laut tidak dapat menerima nutrien dan oksigen yang tersedia di
perairan dengan optimal karena permukaannya tertutupi oleh hama penempel. Hama yang sifatnya
epifit merupakan hama yang menempel dan mengambil nutrien dari thallus rumput laut untuk
bertahan hidup, seperti benalu.
1. Jenis hama dan gejala serangan pada rumput laut
Hama rumput laut umumya memangsa rumput laut sehingga akan menimbulkan kerusakan
fisik terhadap thallus, dimana thallus akan mudah terkelupas, patah ataupun habis dimakan hama.
Hama penyerang rumput laut dibagi menjadi dua menurut ukurannya, yaitu :
a. Hama Mikro
Hama mikro merupakan organisme parasit yang umumnya mempunyai panjang kurang
dari 2 cm. hama mikro umumnya hidup menumpang pada rumput laut, hama mikro yang sering
menyerang rumput laut antara lain :
- Larva bulu babi (Tripneustes sp.) yang bersifat planktonik, melayang-layang didalam air dan
kemudian menempel pada tanaman rumput laut.
- Larva teripang (Holothuria sp.) yang mula-mula menempel dan menetap pada thallus rumput
laut, kemudian tumbuh menjadi besar. Larva yang sudah besar tersebut dapat memakan thallus
rumput laut secara langsung dengan cara menyisipkan ujung -ujung cabang rumput laut
kedalam mulutnya.
- Lumut Kutu, berwarna coklat kehitaman dengan ukuran yang kecil seperti rambut, biasanya
menempel dan menembus jaringan thallus rumput laut menyebabkan terhambatnya penetrasi
cahaya matahari sehingga thallus rumput laut membusuk dan rontok. Tingkat Penyebarannya
cepat dan menjadi penyebab kerusakan masal pada budidaya rumput laut.
- Epifit, hama mikro juga dapat berupa epifit atau jenis rumput lau t lain yang secara tidak
sengaja spora dari rumput laut lain terbawa arus sehingga dapat menempel dan menetap pada
thallus yang dibudidayakan. Epifit ini juga dapat mengurangi penetrasi cahaya yang diterima
oleh rumput laut budidaya sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan
rumput laut yang dibudidayakan. Rumput laut yang ditempeli epifit, thalusnya akan menjadi
lembek, pucat, kurus hingga akhirnya hancur.
- Kumpulan telur, hama mikro lain yang ditemukan pada rumput laut dapat jugaberupa
kumpulan dari telur organisme lain yang ditempelkan di tanaman rumput laut yang
dibudidayakan atau ada juga organisme lain yang menjadikan rumput laut sebagai shelter atau
tempat berlindung sehingga menyimpan makanan di tanaman rumput laut tersebut.

15
Gambar. Hama mikro pada rumput laut (a) Sphacelaria sp. (b) Neosiphonia sp. (c)
Zoocanthid dan (d) kumpulan telur hewan laut atau Bryozoans
b. Hama Makro
Hama makro merupakan organisme parasit yang berukuran lebih dari 2 cm yang terdapat
dilokasi budidaya itu sendiri dan sudah dalam bentuk ukuran besar/dewasa. Beberapa hama makro
yang sering dijumpai pada budidaya rumput laut antara lain :
1) Ikan Baronang (siganus spp),
Ikan Baronang merupakan hama perusak terbesar pada budidaya rumput laut. Benih ikan
beronang mempunyai sifat bergerombol merupakan hama yang paling serius penyerangannya.
Ikan ini menyerang seluruh thallus bagian luar, akibatnya rumput laut hanya tertinggal
kerangkanya saja. Serangan ikan beronang bersifat musiman terutama pada musi m benih, sehingga
di setiap daerah waktu serangannya pun berbeda. Ikan beronang memakan ujung -ujung thallus
Gracilaria sp. Tanda pada rumput laut yang termakan ikan beronang adalah terdapat bekas
potongan kecil pada ujung thallus, tidak semua thallus termakan habis dan rumput laut tidak
mengalami pembusukan. Ikan beronang tidak memakan seluruh thallus. Thallus yang dimakan
hanya percabangan yang paling muda. Biota ini menjadi salah satu pengganggu pada budidaya
rumput laut karena sifat makannya yang bergerombol dan mencari tumbuhan hijau. Ikan beronang
mempunyai mulut yang kecil. Biota ini juga tidak memakan rumput laut sebagai makanan utama.
Sehingga rumput laut yang dimakan hanya cabang thallus yang baru tumbuh atau yang muda saja
Berbeda dengan thallus yang dimakan penyu, ujung thallus yang termakan penyu akan mudah
tumbuh lagi.

16
Gambar. Sekelompok Ikan yang Menyerang Rumput Laut
2) Penyu Hijau (Chelonia midas)
Penyu Hijau merupakan hama yang merusak tanaman budidaya rumput laut yang paling
ganas. Penyu hijau biasanya menyerang pada malam hari. Hama ini dapat memangsa habis
tanaman budidaya pada areal yang tidak terlalu luas. Tanda-tanda tanaman rumput laut terserang
penyu hijau adalah tanaman hanya tertinggal pada ikatan tali saja dan tampak bekas seperti
dipotong benda tajam.

Gambar 6.6. Penyu Hijau Salah Satu Hama Rumput Laut


3) Bulu Babi (Diadema),
Bulu babi merupakan hama yang merusak bagian tengah thallus. Serangan bulu babi dapat
mengakibatkan bagian cabang-cabang utama thallus terlepas dari tanaman induk. Larva bulu babi
yang masih bersifat planktonis juga dapat menempel pada bagian -bagian thalus rumput laut, hal
ini dapat menyebabkan terhalangnya thallus rumput laut dalam menerima cahaya matahari,
sehingga secara tidak langsung dapat mengganggu proses fotosintesis pada thallus rumput laut.
Serangan bulu babi pengaruhnya relatif kecil dan tidak terasa terutama pada areal budidaya yang
cukup luas.Hama bulu babi tidak menyerang rumput laut yang jauh dari dasa r perairan.
4.Bintang laut

Bintang laut merupakan hama yang mempunyai kemampuan memanjat pada tanaman rumput
laut dan dapat menutupi cabang-cabangnya. Cabang yang ditutupi/ditempeli oleh bintang laut akan
mati serta banyak percabangan yang patah. Larva bintang laut sama dengan larva bulu babi yang
memiliki sifat planktonis, sehingga dapat menempel pada thallus rumput laut yang secara tidak
langsung dapat mengganggu proses fotosintesis. Serangan bulu babi pengaruhnya relatif kecil
dan tidak terasa terutama pada areal budidaya yang cukup luas. Hama bintang laut tidak
menyerang rumput laut yang jauh dari dasar perairan.

Gambar . Bintang laut sebagai hama rumput laut (a) bintang laut yang menyerang
Caulerpa sp dan (b) larva bintang laut yang bersifat plantonis
5) Teritip
Teritip yang mempunyai ukuran lebih besar menempel pada thallus yang tua sedangkan
teritip ukuran kecil menempel pada thallus muda. Penempelan teritip biasanya diikuti dengan
tumbuhnya lumut di sekitar thallus yang ditempeli. Sedangkan kerusakan yang timbul adala h
thallus yang ditempeli lama kelamaan akan berwarna putih. Tanda - tanda rumput laut yang di
tempeli oleh teritip di antaranya yaitu terdapat bekas potongan pada percabangan dan ujung
thallusnya serta adanya pembusukan akibat potongan tersebut. Sedangkan k erusakan yang
disebabkan oleh adanya penempelan teritip pada rumput laut adalah timbulnya lumut di sekitar
thallus.
6) Siput
Siput merupakan salah satu hama yang banyak menyerang rumput laut yang dibudidaya
ditambak seperti Gracilaria. Hama yang berasal dari jenis siput ini keberadaannya cukup
merugikan bagi rumput laut tersebut. Siput ini akan memakan bagian ujung dari rumput laut yang
masih muda dan bagian yang akan tumbuh dan berkembang. Tunas Gracilaria biasanya berbentuk
silindris sampai pipih dengan tek stur seperti tulang rawan, percabangan banyak, ada yang
sederhana tetapi ada pula yang rumit dan rimbun. Setelah percabangan biasanya thallus menjadi
lebih kecil. Gracilaria mempunyai pertumbuhan uniaxial, dengan sel tunggal yang tumbuh ditiap
ujung tali. Kumpulan cabang dichotomous Gracilaria verrucosa mempunyai panjang hampir 30 -
40 cm. Thalii dapat berwarna hijau kecoklatan, merah, pirang merah kecoklatan merah tua, merah
muda dan sebagainya. Jika bagian thallus ini dimakan oleh siput, maka rumput laut ti dak akan
tumbuh dan berkembang, dan bahkan lama -lama akan habis dimakan oleh siput tersebut.
7) Alga Ectocarpus
Ectocarpus sp. merupakan salah satu jenis dari ganggang cokelat ( Phaeophyceae).
Ganggang cokelat umumnya terdapat di laut, melekat pada batu -batuan dan seringkali terdampar
di pantai. Bentuk tubuhnya menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki alat yang mirip
akar, batang dan daun. Panjang thallusnya dapat mencapai 10 meter. Ganggang ini berwarna
kecoklatan karena selain mengandung klorofil juga mengandung pigmen fukosantin yang
merupakan pigmen dominan dan karoten serta santofil. Cara kita mengenali tumbuhan ini di pantai
adalah dengan mengamati ciri-cirinya, berupa thallus berwarna cokelat yang mempunyai
gelembung-gelembung udara. Adanya gelembung udara ini menyebabkan ganggang cokelat dapat
mengapung dalam air laut. Gelembung udara juga mengandung cadangan udara untuk bernapas.
Ganggang cokelat berkembangbiak secara vegetatif dengan fragmentasi dan
berkembangbiak secara generatif dengan ooga mi yaitu peleburan spermatozoid dan ovum
membentuk zigot. Kemudian zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi ganggang cokelat
dewasa. Alga ini jika tumbuh berdampingan dengan rumput laut budidaya akan menyebabkan
persaingan dalam hal pemanfaatan nutrisi dan oksigen terlarut. Hama ini banyak ditemukan pada
budidaya di tambak.
h) Alga Enteromorpha.

Enteromorpha sp. berasal dari kata enteron yang berarti usus dan morphe yang berarti
bentuk. Sel bagian tengah dan ujung berisi satu pirenoid di setiap selnya. Klor oplasnya sering
memiliki bentuk seperti mangkuk yang tampak di bagian permukaan dengan ukuran yang berbeda
panjangnya pada masing-masing sel. Bentuk dan susunan selnya seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi. Alga ini berukuran kecil dan sering membentuk rumpun. Thallusnya berbentuk tabung dan
di dalamnya terdapat ruang silinder. Siklus hidupnya mengalami pergantian keturunan yang
isomorfik, tetapi beberapa spesies hanya menggunakan zoospora dalam reproduksinya. Zoospora
dibebaskan melalui lubang lateral pada dinding sel. Alga ini digunakan untuk makanan ikan
(Aslan, 1991). Alga ini juga banyak ditemukan pada budidaya Gracilaria ditambak, sebagai
pesaing nutrisi dan oksigen terlarut.
Gejala kerusakan rumput laut yang diakibatkan oleh pemangsaan dapat dikelompokkan
berdasarkan ciri-cirinya untuk mengidentifikasi hama yang menyerang rumput laut tersebut.
Pengelompokkan berdasarkan ciri-cirinya adalah :
- Gouging (lecet) adalah luka kecil pada thalus rumput laut, lapisan pigmen sedikit terkelupas
seolah-olah tidak terjadi kerusakan. Serangan ini dapat disebabkan oleh siput atau larva
bintang laut
- Planing, menunjukkan kerusakan yang berupa kerusakan di salah satu sisi thallus dengan
bentuk seperti gesekan. Hal ini disebabkan karena serangan benih bintang laut yang berukuran
lebih besarStripping adalah luka dan goresan yang lebih dalam pada thallus dan menyebabkan
luka yang serius. Sehingga menyebabkan lapisan korteks thalus hilang
- Tip nipping (bekas gigitan) menunjukkan kerusakan pada ujung thalusyang digigit, namun
bagian bekas gigitan tersebut tumbuh kembalitunas baru. Hal ini dapat disebabkan oleh ikan
herbivora seperti ikanberonang, surgeon fish atau parrot fishTotal damage (kerusakan total)
rumput laut secata keseluruhan rusakakibat gigitan, terutama dibag ian thallus mudaRumput
laut rusak bahkan sebagian besar hilang, hal ini dapatdisebabkan oleh penyu hijau
2. Jenis penyakit dan gejala serangan pada rumput laut
Semangun (1996) menjelaskan penyakit tumbuhan bila ditinjau dari sudut biologi adalah
sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan bagian tubuh tidak dapat melakukan
kegiatan fisiologi yang biasa, sementara dari sudut ekonomi penyakit adalah ketidakmampuan
tumbuhan untuk memberikan hasil yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Jasad renik
(mikroba) tidak langsung menjadi penyebab suatu penyakit, tapi keadaan luar telah melemahkan
tumbuhan terlebih dahulu, sehingga jasad dapat masuk atau juga oleh penyebab -penyebab yang
bekerja terus menerus dalam waktu yang lama. Penyakit hanya akan terjad i jika pathogen yang
virulen, dan lingkungan yang sesuai. Penyakit tidak akan terjadi jika pathogen yang virulen
bertemu dengan bagian tubuh yang rentan, tetapi lingkungan tidak mendukung. Lingkungan
seperti kelembaban, suhu, sinar matahari dan unsur hara sangat mempengaruhi proses tersebut.
Penyakit pada rumput laut terjadi akibat serangan sekunder, yang berasal dari lingkungan.
Penyakit rumput laut juga dapat diawali dari luka atau lecet yang terdapat pada thallus. Luka atau
terkelupasnya thallus rumput laut dapat disebabkan pada penanganan thallus yang kurang baik,
luka akibat pemotongan bibit/fragmentasi bibit atau dapat juga berasal dari bekas gigitan hama.
Luka atau pengelupasan thallus jika terpampang dengan perairan yang kurang bersih atau kurang
optimal maka akan menyebabkan perubahan fisiologis pada rumput laut yang akhirnya akan
mempermudah rumput laut terserang penyakit yang ada di perairan. Penyakit utama yang
menyerang rumput laut adalah ice-ice yang ternyata setelah diteliti lebih dalam, ditemukan infeksi
bakteri pada ice-ice tersebut.
Ice-ice diketahui pertama kali menginfeksi Eucheuma di Philipina pada tahun 197 4 (Aji
1992 dalam Santoso, 2008; Sulistiyo, 1988), merupakan penyakit yang banyak menyerang rumput
laut pada saat musim hujan (Oktober-April) (Doty, 1975; Doty 1979; Mintardjo, 1990). Ice-ice
merupakan penyakit dengan tingkat infeksi cukup tinggi di negara Asia penghasil Eucheuma
(Philips, 1990).
Dalam keadaan stres, rumput laut (misalnya: Gracilaria, Eucheuma atau Kappaphycus)
akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan diduga merangsang
banyak bakteri tumbuh di sekitarnya (Kaas and Perez, 1990). Laminaria juga terinfeksi penyakit
yang mirip ice-ice disebabkan karena tinggi Hidrogen Sulfida (H 2S) yang diproduksi oleh bakteri
saprofit (Wu et al.,1976 dalam Yuan, 1990). Kejadian penyakit ice-ice bersifat musiman dan
menular.
Penyakit ini terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi, biasanya dikenal sebagai
ice-ice dengan gejala timbulnya bintik -bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus, namun lama
kelamaan akan menyebabkan kehilangan warna sampai menjadi putih dan mudah terputus.
Penyakit ini menyerang Kappaphycus alvarezii atau Eucheuma spp. terutama disebabkan oleh
adanya perubahan lingkungan (arus, suhu, kecerahan, dll.) di lokasi budidaya dan berjalan dalam
waktu yang cukup lama.
Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus tersebut menjadi putih
dan rapuh. Selanjutnya, pada bagian tersebut mudah patah dan jaringan menjadi lunak. Infeksi ice-
ice menyerang pada pangkal thallus, batang danujung thallus muda, menyebabkan jaringan
menjadi berwarna putih. Pada umumnya penyebarannya secara vertikal (dari bibit) atau horizontal
melalui perantara air. Infeksi akan bertambah berat akibat serangan epifit yang menghalangi
penetrasi sinar matahari karena thallus rumput laut tidak dapat melakukan fotosintesa.
Darmayanti et al., (2001) juga menjelaskan bahwa dari sampel rumput laut yang diambil
dari budidaya Kappaphycus alvarezii, baik yang sakit atau yang sehat ditemukan bakteri kelompok
vibrio dari jenis Aeromonas sp. Largo et al., (1995) dalam penelitian rumput laut pada budidaya
marga Kappaphycus maupun Eucheuma di Filipina menemukan bakteri kelompok vibrio dan
Cyatophaga-Flavobakterium yang lebih dominan. Selain dari kelompok terebut juga menemukan
bakteri Aeromonas pada (Sargassum dan Thalassia). Dari hasil penelitian tersebut ada suatu
kompetisi antar bakteri pada kondisi tertentu di lingkungannya yang dapat menyebabkan penyakit.
Uyenco et al., (1981) mengemukakan bahwa penyakit ice-ice timbul karena menurunnya
substansi pelindung intraseluler pada saat rumput laut mengalami tekanan lingkungannya.
Beberapa peneliti menyebutkan bahwa timbulnya penyakit pada rumput laut karena adanya
perubahan lingkungan yaitu menurunnya salinitas dan intensitas cahaya. Pada umumnya penyakit
ice-ice yang menyerang pada budidaya Eucheuma striatum di Maluku Tenggara bahwa munculnya
penyakit ice-ice terjadi pada saat awal musim barat (pergantian musim timur ke barat).

Gambar 6.8. Penyakit yang menyerang budidaya rumput laut


Kepadatan bakteri pada rumput laut yang sakit tersebut 10-100 kali lebih banyak dibanding
kepadatan bakteri pada K. alvarezii yang sehat. Largo et. al. (1999) juga menjelaskan mekanisme
terinfeksinya, dimana bakteri vibrio menempel pada thallus rumput laut yang stres, selanjutnya
berkembang biak pada dinding sel dengan memanfaatkan polisakarida (karagenan) sebagai
medianya atau sumber karbonnya. Setelah 2 – 3 harivibrio masuk ke dalam jaringan sampai pada
lapisan medula dengan cara menghidrolisa enzim karaginase (Lin dalam Weinberger 2007),
akibatnyabudidaya makro algae Kappaphycus alvarezii warna thallus menjadi pucat/putih,
jaringannya lembek serta thallus mudah terputus.
Tanaman budidaya akan lebih cepat terinfeksi apabila terdapat banyak bekas luka karena
akan menjadi jalan masuk bagi bakteri patogen. Infeksi bakteri penyebab penyakit ice ice pada
thallus dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu terinfeksi pada luka bekas pemotongan (stek untuk
bibit), luka akibat gigitan ikan, luka akibat ikatan bibit terlalu erat dan masuk melalui pori -pori
thallus.
Amiludin (2007) menerangkan bahwa pada beberapa penelitian yang dilakukan dengan
diawali pengamatan pada area budidaya tampak bahwa hampir seluruh bagian tanaman yang
terinfeksi ice-ice ditandai oleh memutihnya/memudarnya warna batang (thalli), berlendir yang
diselimuti oleh kotoran seperti tepung putih, kulit luar atau epidermisnya terkelupas pada yang
terinfeksi sehingga terlihat jaringan dalam/medulla pada thalli. Terinfeksinya pada thalli dimulai
dari bagian tertentu antara lain :
- Infeksi bermula dari bagian luka pada pangkal stek akibat dari pemetikan/ pemotongan
- Infeksi dimulai dari bagian yang luka pada bekas gigitan predator ikan
- Infeksi dimulai dari bagian yang luka karena gesekan/terlalu erat mengikat rumpun rumput
laut
- Infeksi akibat tertularnya bagian batang yang sehat oleh bagian batang yang terinfeksi dari
satu rumpun atau berasal dari rumpun yang lain.
Gambar 6.9. Penyakit ice-ice yang diawali dari infeksi thallus (a)pangkal thallus akibat
pemotongan (b) gigitan ikan (c) gesekan pengikatan yang terlalu kuat (d) tertular oleh thallus lain
Bakteri yang ditemukan pada ice-ice yang menyerang rumput laut antara lain :
- Pseudomonas cepacia
Bakteri ini berbentuk batang dan gram positif, mampu menghidrolisis arginin,
dekarboksilase lysine, tidak dapat mendekarboksilase ornithine, serta mampu memproduksi
senyawa H2 S, memproduksi urea,deaminase triptophane, memiliki enzim gelatin, mengoksidasi
glukosa, mengoksidasi manitol, mengoksidasi sucrose, mengoksidasi cytochrome, motil, dapat
tumbuh pada media MacConkey, serta dapat memfermentasi dan mengoksidasi glukosa.
Pseudomonas cepacia merupakan bakteri yang berada pada lingkun gan perairan dan tanah
(Pandamme and Dawindt 2011).
- Flavobacterium meningosepticum
Bakteri ini berbentuk batang dan gram positif, mampu menghidrolisis arginin,
dekarboksilase lysine, tidak mampu memanfaatkan citrate sebagai sumber karbon, deaminase
triptophane, memiliki enzim gelatin, mengoksidasi glukosa, mengoksidasi manitol, mengoksidasi
sorbitol, pada uji O/F tidak memproduksi enzimurase, tidak membentuk nitrit, dan tidak
mengasamkan sukrosa. Koloni bakteri berbentuk bulat, licin, cembung dan pigmen kekuningan.
Dari hasil isolasi dan identifikasi, bakteri ini terdapat pada thallus dan media budidaya yang
terserang ice-ice yang mempunyai koloni berpigmen kuning.
- Plesiomonas shigelloides
Bakteri ini berbentuk batang dan gram positif, memiliki enzim ß -galactosa, mampu
menghidrolisis arginin, dekarboksilase lysine, deaminase triptophane, memproduksi indole,
memiliki enzim gelatin, mengoksidasi glukosa, mengoksidasi manitol, mengoksidasi sorbitol,
mengoksidasi sucrose, mengoksidasi melibiosa, mengoksidasi amigladin, mengoksidasi
arabinosa, motil, dapat tumbuh pada media MacConkey, serta dapat memfermentasi dan
mengoksidasi glukosa. Plesiomonas shigelloides merupakan bakteri yang terdapat di lingkungan
perairan laut (Rey et al. 2004).
- Pseudomonas diminuta
Bakteri ini berbentuk batang dan gram positif, mampu menghidrolisis arginin,
dekarboksilase lysine, dekarboksilase ornithine, serta tidakmampu memproduksi senyawa H2S,
tidak mampu memproduksi urea, deaminase triptophane, mampu memproduksi acetoin, memiliki
enzim gelatin, mengoksidasi glukosa, mengoksidasi manitol, mengoksidasi sucrose, mengok sidasi
cytochrome, motil, dapat tumbuh pada media MacConkey, serta dapat memfermentasi dan
mengoksidasi glukosa. Pseudomonas diminuta merupakan bakteri yang dapat meningkatkan
produksi koenzim Q10, CoQ10 yang berfungsi sebagai sistem transport elektron pada prokariota
dan eukariota (Bule and Rekha 2009).
- Vibrio alginolyticus
Motil dan mampu memanfaatkan nitrat, glukosa, triptophane, mannitol, memiliki enzim
gelatin, mengoksidasi cytochrome, dan bersifat motil. Vibrio alginolyticus merupakan salah satu
bakteri dari genus Vibrio yang berada pada lingkungan pantai dan estuary yang bersifat zoonosis
melalui produk perikanan (Austin 2010). Vibrio alginolyticus dapat menyebabkan penyakit akut
pada kondisi tekanan suhu budidaya ikan kerapu Epinephelus coioides (Cui et al. 2010). Vibrio
alginolyticus merupakan bakteri laut heterotropik yang memiliki ketersediaan Fe kompleks yang
dapat memproduksi catecholate siderophores (Poorvin et al. 2011). Vibrio alginolyticus
merupakan bakteri yang memiliki tingkat patogenitas tertinggi terhadap rumput laut.
Penyakit bakterial lain juga disebabkan oleh Macrocystis pyrifera dan Micrococcus
umumnya menyerap pada budidaya Laminaria. Selain penyakit ice-ice, rumput laut juga dapat
terserang penyakit bakterial dan jamur. Penyakit jamur yang disebabkan oleh Hydra thalassiiae
menyerang bagian gelembung udara rumput laut Sargassum sp. Penyakit “ice-ice” (sebagian orang
menyebutnya sebagai white spot) merupakan kendala utama budidaya rumput laut Eucheuma yang
terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan. Kecerahan air
yang sangat tinggi dan rendahnya kelarutan unsur hara Nitrat dalamperairan juga merupakan
penyebab munculnya penyakit tersebut. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa telah diisolasi
beberapa jenis bakteri pada thallus tersebut dimana bakteri tersebut hanya merupakan penyebab
kedua (secondary impact). Beberapa faktor abiotik yang dilaporkan dapat menjadi penyebab
munculnya penyakit ice-ice pada budidaya Eucheuma di Filipina adalah kurangnya densitas
cahaya, salinitas kurang dari 20%, dan temperatur mencapai 33-35°C (Largo et al., 1995).
Penyakit pada rumput laut ini terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi dan dikenal
sebagai ice-ice dengan gejala timbulnya bercak-bercak pada bagian thallus, lama kelamaan akan
kehilangan warna sampai menjadi putih dan terputus. Kondisi ini disebabkan karena adanya
perubahan lingkungan yang ekstrim dan tidak dapat ditolerir, sehingga tanaman menjadi lemah
(tidak sehat). Bila keadaan ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan kegagalan
panen. Bercak putih (ice-ice) merupakan penyakit yang timbul pada musim laut tenang
dan arus lemah diikuti dengan musim panas. Penyakit ini dapat merusak areal
tanaman sampai mencapai 60 -80% dan lamanya 1-2 bulan (Sulistijo, 2002)
Dari beberapa hasil penelitian tentang penyakit ice-ice, maka gagalnya
musim panen di duga dapat disebabkan karena;
- Nelayan tidak menghentikan sementara kegiatan budidayanya pada saat
penyakit mewabah
- Banyaknya predator ikan herbivore yang ukurannya relatif kecil (5-10 cm)
seperti ikan Siganus sp. dan Pomacentris sp. pada saat rumput laut mengalami
stress. Ikan-ikan tersebut memakan tunas-tunas yang tumbuh pada thalli serta
memakan bagian thalli, kerugian yang diakibatkan tidak cukup berarti, namun pada
bagian yang luka pada musim yang tidak menguntungkan mudah terinfeksi oleh
bakteri ice-ice.
- Sanitasi lingkungan yang tidak bersih (banyak sampah) juga merupakan salah satu
kontribusi melimpahnya bakteri di sekitar budidaya.
- Tidak adanya antisipasi pergantian musim yang dapat memicu terjangkitnya
penyakit ice-ice.
- Bibit yang digunakan selama bertahun-tahun tidak diganti dengan bibit yang
segar dari luar daerah, sehingga bakteri dapat mudah beradaptasi dengan kondisi
fisiologis rumput laut
KEGIATAN PEMBELAJARAN. 9
PEMANENAN BIBIT RUMPUT LAUT
Pengetahuan mengenai jenis rumput laut yang akan dibudidayakan perlu dipahami
oleh pembudidaya dalam upaya mengoptimalkan pertumbuhan rumput laut, serta meminimalkan
terjadinya kegagalan dalam usaha budidaya rumput laut. Pemilihan lokasi yang sesuai,
penyiapan sarana-prasarana yang memadai, pemilihan bibit yang berkualitas, penanaman bibit
yang benar, penentuan teknik budidaya yang tepat, perawatan yang bagus, pengendalian
hama dan penyakit yang rutin, serta panen dan penanganan pasca panen yang benar adalah
merupakan rangkaian faktor keberhasilan yang harus dikuasai secara menyeluruh dalam
melaksanakan usaha budidaya rumput laut (Parenrengi et al. 2007 dan Pongmasak et al. 2011).
Panen merupakan langkah akhir dalam suatu kegiatan budidaya rumput laut sebelum
dipasarkan. Panen dari penanganan hasil panen yang tidak sempurna akan menurunkan kualitas
produksi rumput laut yang dihasilkan khususnya kandungan karaginan, air dan kotoran. Dalam
pemanenan, selain mempertimbangkan umur pemeliharaan, panen sebaiknya juga
mempertimbangkan kondisi cuaca agar kualitas rumput laut yang dihasilkan akan terjamin.
Panen sebaiknya dilakukan pada cuaca yang cerah. Panen dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara selektif atau parsial dan secara keseluruhan.
Panen sebagian dipergunakan untuk bibit yaitu pada saat umur pemeliharaan 20-25 hari
karena pada saat itu rumput laut belum cukup tua, dilakukan dengan cara dipetik atau
memotong sebagian thallus. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan pisau atau gunting
potong yang tajam agar bidang potong sisa tanaman dapat tumbuh dengan percabangan baru
yang baik. Panen total dilakukan saat tanaman rumput laut mencapai umur 30-60 hari. Dimana
keseluruhan panen menggunakan bantuan mesin ataupun secara manual.
Proses pemanenan yang dilakukan adalah rumput laut yang ada di dasar tambak
langsung diambil menggunakan tangan kemudian diangkat dan di letakkan di atas perahu
angkut untuk diangkut ke tempat pengeringan. Terdapat dua macam panen yang dilakukan,
yakni panen kering dan panen basah. Panen kering adalah panen dimana rumput laut
dikeringkan untuk diambil rendemen dan dijual ke pabrik. Panen basah adalah pengambilan
rumput laut untuk kemudian dijadikan bibit oleh petani lain. Semakin banyak bibit maka akan
semakin cepat panen.
Pemanenan pertama dapat dilakukan pada saat usia tanaman mencapai enam bulan,
pemanenan kedua dilakukan pada saat usia tanaman mencapai 45 hari dan pemanenan
berikutnya disesuaikan dengan pihak pemesan rumput laut. Panen dapat pula dilakukan pada
saat rumput laut berumur 45-60 hari. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Nakula (2008) yaitu
panen dapat dilakukan setelah tanaman berusia antara 45-60 hari atau dengan memilih tanaman
yang dianggap sudah cukup matang untuk dikeringkan. Sedangkan untuk tanaman yang masih
belum matang atau bagian tanaman masih muda dipetik kemudian ditanam kembali sebagai
bibit baru.
Bentuk rumput laut yang dipanen dengan bentuk rumput laut awal tebar sangat berbeda.
Rumput laut yang dipanen memiliki banyak cabang dan sangat rimbun, batang thallus pun kian
menebal serta warna rumput laut semakin gelap.
Pemanenan dilakukan Setelah mencapai umur 14-20 hari, maka r.bibit umput laut siap dipanen.
Proses pemanenan dan tindakan pasca panen harus dilakukan dengan hati-hati, hal-hal yang
harus diperhatikan selama proses pemanen, diantaranya sebagai berikut:

- Pemanenan dilakukan setelah bibit rumput laut berumur 2 minggu .


- Panen bibit rumput laut sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar penjemuran langsung bisa
dilakukan atau pada saat surut untuk metode patok dasar.
- Sebelum pemanenan dilakukan dengan cara melepas tali bentang, sebaiknya bibit rumput
laut digoyang-goyang untuk melepaskan kotoran yang menempel.
- Lakukan cara panen yang benar sehingga kualitas rumput laut tetap bagus, yaitu dengan
cara melepaskan rumput laut satu-satu dari tali bentang.
- Simpan hasil panen dalam wadah (perahu, keranjang, karung) atau diangkat langsung.
Jangan menyeretnya agar rumput laut tidak kotor atau patah-patah.
- Hindari panen pada saat hujan karena akan menurunkan kualitas rumput laut.
- Khusus untuk Spinosum, panen dapat dilakukan pada saat rumput laut berumur 25-30 hari,
karena kualitas dan kandungan karaginannya optimal pada umur tersebut.

(A) (B)
Gambar (A) Proses pemanen dengan sampan, (B) Proses pemanenan dengan langsung.
Kegiatan Pembelajaran. 10
Mengembangkan Produksi dan Teknik Pemeliharaan Bibit Rumput Laut

A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui persiapan
yang harus dilakukan sebelum melakukan budidaya serta cara penanaman dan pemiliharaan
bibit rumput laut.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menganalisis faktor-faktor pendukung pengembangan produksi bibit rumput laut
2. Menentukan sarana prasarana pengembangan produksi pemeliharaan bibit rumput laut
3. Menentukan metode pemeliharaan untuk pengembangan produksi bibit rumput laut
(metode dasar, lepas dasar, apung)
4. Menganalisis parameter keberhasilan pengembangan produksi bibit rumput laut
5. Mengevaluasi hasil pengembangan produksi bibit rumput laut
6. Melaporkan hasil pengembangan pemeliharaan bibit rumput laut

C. Uraian Materi
1. Faktor-faktor pendukung pengembangan produksi bibit rumput laut
a. Pengembangan Rumput Laut
Rumput laut adalah salah satu komoditas unggulan perdagangan dunia dan Indonesia
merupakan kawasan penyedia bahan baku rumput laut bagi negara-negara industri.
Meningkatnya permintaan rumput laut ini didorong oleh beberapa kebutuhan industri seperti
industri makanan, farmasi, kedokteran, kosmetik, dan kertas.
Budidaya rumput laut merupakan salah satu kegiatan budidaya laut yang mempunyai
peluang untuk dikembangkan. Komoditas rumput laut juga merupakan salah satu komoditas
yang masuk dalam program revitalisasi perikanan. Dua alasan penting rumput laut tersebut
menjadi pilihan, pertama, pasar produk derivatif dalam bentuk food grade dan nonfood
grade sangat bervariasi dan permintaan pasar dunia terhadap produk ini cukup tinggi
(Anggadiredja, 2007); kedua, penguasaan teknologi budidaya (sistem rakit atau long
line) mudah diadopsi oleh pembudidaya (Sukadi, 2007).
Sejak berabat-abad yang lalu, rumput laut atau alga telah dimanfaatkan penduduk
pesisir Indonesia sebagai bahan pangan dan obat-obatan. Saat ini, pemanfaatan rumput laut
telah mengalami kemajuan yang pesat. Selain digunakan untuk pengobatan langsung, olahan
rumput laut kini juga dapat dijadikan agar-agar, algin, karaginan, dan furselaran yang
merupakan bahan baku penting dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, dan lain-lain
(Ghufran, 2010).
Pada industri makan, olahan rumput laut digunakan untuk pembuatan roti, sup, es
krim, serbat, keju, puding, selai, susu, dan lain-lain. Pada industri farmasi, olahan rumput
laut digunakan sebagai obat peluntur, pembungkus kapsul obat biotik, vitamin, dan lain-lain.
Pada industri kosmetik, olahan rumput laut digunakan dalam produksi salep, krim, lotion,
lipstik, dan sabun. Disamping itu lahan rumput laut juga digunakan oleh industri tekstil,
industri kulit dan industri lainnya untuk pembuatan plat film, semir sepatu, kertas, serta
bantalan pengalengan ikan dan daging (Ghufran, 2010).

b. Aspek Sosial Ekonomi


Budidaya rumput laut tidak memerlukan teknologi yang tinggi, investasi cenderung
rendah, menyerap tenaga kerja yang cukup banyak serta menghasilkan keuntungan yang relatif
besar. Pengembangan usaha tersebut diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran (pro
job), meningkatkan pendapatan masyarakat (pro growth) serta pada gilirannya nanti dapat
menekan angka kemiskinan (DKP, 2006).
Seiring dengan kebutuhan rumput laut yang semakin meningkat, maka cara terbaik
untuk tidak selalu menggantungkan pada persediaan di alam adalah dengan kegiatan budidaya
rumput laut. Budidaya adalah langkah yang tepat alam usaha meningkatkan buidaya
rumput laut, sehingga diharapkan suplai dapat lebih teratur baik dalam jumlah maupun
mutunya. Menurut Restiana dan Diana (2009), peluang budidaya rumput laut didorong
beberapa faktor :
- Rumput Laut yang dikeringkan dengan proses yang berbeda-beda mempunyai
komposisi nutrisi yang berbeda pula.
- Rumput laut banyak mengandung zat-zat nutrisi penting yang diperlukan bagi tubuh
manusia, seperti protein, karbohidrat, energi dan serat kasar.
- Kandungan lemaknya yang rendah dan serat kasarnya yang cukup tinggi menyebabkan
rumput laut baik untuk dikonsumsi sehari-hari.
Aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh apa yang akan terjadi dengan adanya
perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat tempatan dan bidang sosial
kemasyarakatan. Setiap usaha yang dijalankan akan memberikan dampak positif dan negatif
bagi berbagai pihak. Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi memberikan
peluang untuk meningkatkan pendapatan, sedangkan bagi pemerintah akan memberikan
pemasukan berupa pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dampak yang ditimbulkan dengan berdirinya sebuah perusahaan melalui kaca mata
ekonomi dan Sosial yaitu sebagai berikut :
1) Dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui :
- Terbukanya kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekaligus mengurangi
angka pengangguran.
- Tersedianya sarana dan prasarana umum yang kelak akan dbisa berguna untuk
masyarakat banyak juga pemerintah berupa : jalan raya, listrik, sekolah,masjid dan lain-
lain.
- Tersedianya beragam produk barang dan jasa di masyarakat, sehingga meningkatkan
persaingan dalam menciptakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
2) Menggali, mengatur dan menggunakan ekonomi sumber daya alam melalui :
- Penggunaaan lahan yang efisien dan efektif
- Peningkatan nilai tambah sumber daya alam
- Membangkitkan lahan tidur
3) Meningkatkan perekonomian pemerintah yaitu:
- Menambah peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat.
- Pemerataan pendistribusian pendapatan.
- Meningkatkan devisa negara.
- Memperoleh pendapatan berupa pajak dari sumber-sumber yang dikelola oleh
perusahaan.
4) Pengembangan wilayah
- Meningkatan pemerataan pembangunan( dengan prioritas daerah tertentu).
- Membuka isolasi wilayah dan cakrawakala pemikiran masyarakat dengan masuknya
pembangunan.

Selain aspek ekonomi, faktor utama penunjang keberhasilan budidaya rumput laut adalah aspek
lingkungan ekologis dan pertumbuhan rumput laut ditentukan kondisi ekologi setempat.
Penentuan lokasi yang telah ditetapkan harus sesuai dengan metode yang akan digunakan.
Penentuan lokasi yang salah akan berakibat fatal bagi usaha yang dilakukan (Winarno, 1990).
c. Aspek ekologi meliputi Fisika, Kimia, dan Biologi Lingkungan yang Mempengaruhi
Budidaya Rumput Laut
Keberhasilan budidaya rumput laut dengan pemilihan lokasi yang tepat merupakan
salah satu faktor penentu. Gambaran tentang biofisik air laut yang diperlukan untuk budidaya
rumput laut penting diketahui agar tidak timbul masalah yang dapat menghambat usaha itu
sendiri dan mempengaruhi mutu hasil yang dikehendaki.
Lokasi dan lahan budidaya untuk pertumbuhan rumput laut jenisEucheuma di wilayah
pesisir dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologioseanografis yang meliputi parameter
lingkungan fisik, biologi dan kimiawiperairan (Puslitbangkan, 1991):
1. Kondisi Lingkungan Fisika
- Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya maupun rumput lautdari pengaruh
angin topan dan ombak yang kuat, maka diperlukan lokasiyang terlindung dari
hempasan ombak sehingga diperairan teluk atauterbuka tetap terlindung oleh karang
penghalang atau pulau di depannyauntuk budidaya rumput laut (Puslitbangkan, 1991).
- Dasar perairan yang paling baik untuk pertumbuhan Eucheuma cottoniiadalah yang
stabil terdiri dari patahan karang mati (pecahan karang) danpasir kasar serta bebas dari
lumpur,dengan gerakan air (arus) yang cukup20-40 cm/detik (Ditjenkan Budidaya,
2005).
- Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan Eucheuma cottonii adalahantara 2-15 m
pada saat surut terendah untuk metode apung. Hal ini akanmenghindari rumput laut
mengalami kekeringan karena terkena sinarmatahari secara langsung pada waktu surut
terendah dan memperoleh(mengoptimalkan) penetrasi sinar matahari secara langsung
pada waktu airpasang (Ditjenkan Budidaya, 2005).
- Kenaikan temperatur yang tinggi mengakibatkan thallus rumput laut menjadi pucat
kekuning-kuningan yang menjadikan rumput laut tidak dapat tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu suhu perairan yang baik untuk budidaya rumput laut adalah 20-28°C
dengan fluktuasi harian maksimum 4°C (Puslitbangkan, 1991). Menurut Kadi dan
Atmaja (1988) suhu yang dikehendaki pada budidaya rumput laut E. Cottonii berkisar
antara 27-29 ºC. Sedangkan Ditjenkanbud (2005) melaporkan bahwa pada kisaran
suhu 27-29 ºC Eucheuma memberikan laju pertumbuhan rata-rata di atas 5 %.
- Tingkat kecerahan yang tinggi diperlukan dalam budidaya rumput laut.Hal ini
dimaksudkan agar cahaya penetrasi matahari dapat masuk kedalamair. Intensitas sinar
yang diterima secara sempurna oleh thallus merupakanfaktor utama dalam proses
fotosintesis. Kondisi air yang jernih dengantingkat transparansi tidak kurang dari 5
meter cukup baik untuk pertumbuhan rumput laut (Puslitbangkan, 1991).
2. Kondisi Lingkungan Kimia
- Rumput laut tumbuh pada salinitas yang tinggi. Penurunan salinitasakibat air tawar
yang masuk akan menyebabkan pertumbuhan rumputlaut menjadi tidak normal.
Salinitas yang dianjurkan untuk budidayarumput laut sebaiknya jauh dari mulut muara
sungai. Salinitas yangdianjurkan untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii
adalah 28-35 ppt (Ditjenkan Budidaya, 2005).
- Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan rumput
laut (Luning, 1990). Menurut Kadi dan Atmaja (1988), derajat keasaman (pH) yang
baik bagi pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma sp. berkisar antara 7-9 dengan
kisaran optimum 7,3-8,2
- Mengandung cukup makanan berupa makro dan mikro nutrien.Menurut Joshimura
dalam Wardoyo (1978) bahwa kandungan fosfatsangat baik bila berada pada kisaran
0,10-0,20 ppm sedangkan nitratdalam kondisi berkecukupan biasanya berada pada
kisaran antara 0,01-0,7 ppm. Dengan demikian dapat dikatakan perairan tersebut
mempunyai tingkat kesuburan yang baik dan dapat digunakan untuk kegiatan
budidaya laut.
3. Kondisi Lingkungan Biologi
Sebaiknya untuk perairan budidaya Eucheuma dipilih perairan yang secara alami
ditumbuhi oleh komonitas dari berbagai makro algae seperti Ulve, Caulerpa, Padina,
Hypnea dan lain-lain, dimana hal ini merupakan salah satu indikator bahwsa perairan
tersebut cocok untuk budidaya Eucheuma. Kemudian sebaiknya bebas dari hewan air
lainnya yang besifat herbivora terutama ikan baronang/lingkis (siganus. spp), penyu laut
(Chelonia midos} dan bulu babi yangdapat memakan tanaman budidaya (Puslitbangkan,
1991).
4. Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Persyaratan ekologis untuk lokasi budidaya rumput laut secara tersirat tertuang dalam
ketentuan mutu tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut yang dikeluarkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup.
Tabel 3.1. Persyaratan ekologis untuk lokasi budidaya rumput laut Euchema cottonii menurut
Kep. Men.02/MenKLH/I/1988 tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut.
No Parameter Satuan Diperbolehkan Diinginkan
A. Oseanografi
1 Kedalaman m 5-40 7 –15
2 Arus m/detik 0.15 -0.50 0.25-0.35
3 Substrat Dasar - Pasir Karang
4 Keterlindungan - Terlindung Sangat terlindung
B. KualitasAir
o
1 Suhu C alami Alami
2 Salinitas ±10%o Alami
3 pH mg/l 6-9 6.5-8.5
4 TSS - 80 <25
Sumber: Kementerian KLH (1988)
Adapun bobo menurut Aslan (1988) dan Ditjekanbud (2005), bahwa kecerahan,
salinitas, nitrat dan fosfat memperoleh nilai bobot (12%), sedangkan arus, keterlindungan, suhu,
kedalaman, gelombang, substrat dan pencemaran nilai bobotnya (8%) (Tabel 3.2).
Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput laut diperoleh dari beberapa literatur
hasil penelitian. Besarnya bobot yang diberikan masing-masing parameter berbeda, karena
pembobotan dilakukan berdasarkan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing
parameter.
Tabel 3.2. Matriks KesesuaianLokasi Untuk Budidaya Rumput Laut
Skor (S) Bobot (%)
Parameter Satuan Tidak sesuai Sesuai Sangat sesuai
1 2 3 5
Arus cm/detik <10 atau>40 10-20 atau30-40 20-30 8
Kecerahan M <3 3-5 >5 12
Keterlindungan - Terbuka Agakterlindung Terlindung 8

Suhu o <20 atau>30 20-24 24-30 8


C
Kedalaman M <2 atau >15 1-2 2-15 8
Gelombang Cm >30 10-30 <10 4
Salinitas Ppt <28 atau>37 34-37 28-34 12
Nitrat mg/l <0,01atau>1,0 0,8-1,0 0,01-0,07 12
Phosfat mg/l <0,01atau>0,30 0,21-0,30 0,10-0,20 12

Substrat - lumpur Pasir berlumpur pasir 8

Pencemaran - - Sedang tidakada 8


Jumlah 100
Sumber: Aslan (1988)
Menurut Aslan (1988) dan Ditjenkanbud (2005), bahwa pemberian bobot untuk matrik
kesesuaian budidaya rumput laut tergantung dari pengaruhnya terhadap pengembangan
budidaya rumput laut, artinya bobot yang tinggi diberikan apabila parameter tersebut sangat
diutamakan untuk keberhasilan budidaya rumput laut. Sedangkan bobot yang rendah diberikan
sebagai pelengkap saja, namun semuanya saling melengkapi.
Tabel 3.3 Matriks Kesesuaian Lokasi Untuk Budidaya Rumput Laut
Parameter Satuan Bobot (%) Nilai (Value)
30 20 10
Morfologi 15 Terlindung Cukup Terlindung Terbuka
Kedalaman M 15 1-10 11-15 <1&>15
Arus cm/dtk 10 20-30 31-40 <20&>40
Substratdasar 10 Pasir dan Pasir Lumpur
Pecahan Berlumpur

Kecerahan M 10 >3 1-3 <1


Salinitas Ppt 10 28-31 32-34 <28&>34
Pencemar 10 Tidakada Sedang Tinggi
Hewan Ekor 5 Tidakada Sedang Tinggi
Herbivore
Keamanan 5 Aman Agak aman Tidakaman
Keterjangkauan 5 Mudah Agak sulit Sulit
Tenaga kerja 5 Mudah Agak sulit Sulit
Jumlah 100
Sumber: Radiarta et al. (2005)
Untuk parameter yang lain misalnya gelombang, suhu, DO, pH, substrat dasar, biota
pengganggu, keamanan, keterjangkauan, dan tenaga kerja merupakan parameter penunjang,
namun saling melengkapi artinya tanpa parameter penunjang tidak mungkin suatu usaha
budidaya rumput laut dapat berhasil.
Tabel 3.4 Matriks Kesesuaian Lokasi Untuk Budidaya Rumput Laut
Bobot Nilai(Value)
Parameter Satuan
(%) 4 3 2 1
Agak Terlindung Tidak
Morfologi 0,1 Terlindung
terlindung sesaat terlindung
Pasir dan Pasir Pasir Pasir
Substrat dasar 0,1 pecahan sedikit berlumpur berlumpur
karang berlumpur sedang banyak
Kecerahan % 0,1 80-100 70-79 60-69 <60
Logam berat Ppm 0,1 <0,01 0,01-0,04 0,03-0,06 >0,06
Arus cm/s 0,09 20-30 31-40 41-50 <20&>50
Kedalaman M 0,09 5-10 11-15 16-20 <5&>20
Salinitas Ppt 0,09 31-35 28-30 25-27 <25&>35
Sangat
Hewan air 0,08 Tidakada Kurang Banyak
banyak
Keterjangkaua Cukup Kurang Tidak
0,07 Lancar
n Lancar lancar lancer
Cukup Kurang Tidak
Tenaga kerja 0,06 Banyak
tersedia tersedia tersedia
Cukup Tidak
Keamanan 0,06 Aman Insidentil
Aman aman
Cukup Kurang Tidak
Pemasaran 0,06 Lancar
Lancar lancar lancar
Sumber: Mubarak, et al. (1990) dalam Utojo, et al. (2007)
Dari kelima matrik yang disusun oleh para peneliti tersebut diatas dapat diperoleh suatu
gambaran bahwa parameter utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan usaha budidaya
rumput laut di suatu lokasi adalah kedalaman, kecerahan, salinitas, morfologi, arus, nitrat dan
fosfat.

d. Aspek Pertumbuhan Rumput Laut


Pertumbuhan adalah perubahan ukuran suatu organisme yang dapat berupa berat atau
panjang dalam waktu tertentu. Faktor internal (jenis, bagian thallus dan umur) dan faktor
eksternal (keadaan fisik dan kimiawi perairan) sangat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut.
Selain kedua faktor tersebut, faktor lain yang sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan dari
rumput laut adalah pengelolaan yang dilakukan oleh manusia (Syahputra, 2005).
Pertumbuhan rumput laut akan terus meningkat sampai suatu saat pertumbuhan tersebut
terhenti. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan dan pembesaran sel sudah sampai pada batas
tertinggi pada kondisi optimumnya (Neish, 2005).
Pertumbuhan merupakan salah satu aspek biologi yang harus diperhatikan. Ukuran bibit
rumput laut yang ditanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan bibit.Thallusyang
berasal dari bagian ujung akan memberikan laju pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan
thallus dari bagian pangkal. laju pertumbuhan rumput laut yang dianggap cukup
menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat/hari (Poncomulyo, et al., 2006).
Pengetahuan tentang pola pertumbuhan musiman dan kadar karaginan dapat membantu
dalam perencanaan suatu siklus produktif karena periode pertumbuhan yang rendah dapat
dikompensasikan dengan kadar karaginan yang lebih tinggi. Kemampuan untuk mengurangi
penurunan pertumbuhan musiman merupakan langkah penting dalam menghasilkan laju
pertumbuhan sepanjang tahun dan kadar karaginan yang tinggi (Ask and Azanza, 2002).
2. Sarana prasarana pengembangan produksi pemeliharaan bibit rumput laut
a. Sarana transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia, hewan, atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau
mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Sarana transportasi yang paling sering digunakan dalam usaha pembibitan rumput laut
adalah mobil sepeda motor, perahu maupun sampan. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sarana ini tentu dibutuhkan prasarana lainnya berupa jalan dan jembatan.
Jalan dan Jembatan, adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air.
Jalan maupun sarana dan prasarana lainnya diharapkan mampu memudahkan mobilitas
kegiatan budidadaya atau pembibitan rumput laut, karena jika kondisi jalan kurang memadai,
maka akan menyulitkan kita dalam memindahkan barang, rumput laut atau lainnya dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
Jalan dan jembatan termasuk sebagai suatu prasarana pasif yang yang mendukung
lancarnya transportasi di suatu daerah. Daerah pedesaan, masih sangat terbatas dalam
ketersediaan maupun kelancaran sarana dan prasarana transportasinya. Pada dasarnya,
transportasi merupakan suatu tolak ukur interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting
peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Selain itu, transportasi juga
berperan menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan
perekonomian masyarakat, tak terkecuali di daerah pedesaan.
Sarana dan prasarana transportasi memiliki beberapa dampak yang secara langsung
maupun tidak langsung dalam masyarakat. Ketersediaan dan lancarnya sarana dan prasarana
transportasi menghapuskan perisolasian suatu daerah serta aksesibilitas pun semakin meningkat.
Peningkatan ini membuka suatu peradaban baru bagi daerah pedesaan tersebut. Sehingga
kemajuan dan modernisasi yang berasal dari daerah pusat pemerintahan dapat dengan mudah
masuk.
Hal ini dapat dilihat dari segi ekonomi, yang mana dengan lancarnya sarana
transportasi, pemasaran hasil usaha pun semakin mudah. Selain dipermudah dalam hal
pengangkutannya juga dipermudah dalam menciptakan pasar dan penyediaan sarana produksi
pertanian atau sarana produksi suatu usaha. Selain dari segi ekonomi, dapat juga dilihat dari segi
pendidikan. Keterbukaan suatu daerah membuat mudahnya masuk tenaga pengajar ataupun
sarana untuk peningkatan pendidikan. Sedangkan dalam bidang kesehatan, seperti yang terlihat
pada masyarakat menjadi semakin cepat dalam mencapai rumah sakit atau tenaga medis,
sehingga pertolonganpun dapat segera didapatkan. Hal–hal di atas membuktikan bahwa dengan
lancarnya sarana dan prasarana transportasi dapat meningkatkan pembangunan suatu desa, baik
itu dari beberapa dan termasuk juga kedalam segi fisik maupun dari segi manusianya.

b. Sarana Komunikasi
Dalam dunia pemasaran, komunikasi yang efektif dan efisien menjadi aspek penting
ketika perusahaan hendak menyampaikan pesan merek kepada khalayak sasaran mereka dan
mencapai kesuksesan, apalagi ketika teknologi komunikasi semakin berkembang cepat. Dalam
keseharian, kita dapat melihat perusahaan menggunakan berbagai bentuk atau media
komunikasi pemasaran seperti papan iklan, spanduk, iklan televisi, tenaga penjualan, dan
lainnya. Bauran pemasaran (marketing mix) meliputi elemen-elemen seperti product, price,
place, promotion yang termasuk juga komponen promosi. Tujuan yang dikehendaki dari
kegiatan-kegiatan komunikasi pemasaran yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan
perubahan tindakan.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang merupakan gagasan atau informasi
yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Pemasaran adalah proses
pemenuhan kebutuhan dan keinginan melalui suatu pertukaran antara penjual dengan
pelanggan. Dari kedua unsur pokok tersebut, komunikasi pemasaran yaitu kegiatan pemasaran
yang memadukan teknik-teknik komunikasi agar terjadi proses pembelian dan loyalitas
pelanggan terjaga.
Dalam mengembangkan strategi komunikasi pemasaran, perusahaan harus mampu
mengenali dan menyeimbangkan kelemahan dan kelebihan berbagai media untuk menghasilkan
program komunikasi yang efektif. Hal tersebut dikenal dengan istilah komunikasi pemasaran
terpadu (integrated marketing communication).
Menurut Don Schultz, definisi IMC yaitu komunikasi pemasaran terpadu adalah proses
bisnis strategis yang digunakan untuk merencanakan, mengembangkan, mengeksekusi, dan
mengevaluasi program komunikasi merek yang terkoordinasi, dapat diukur, persuasif secara
berkelanjutan dengan konsumen, pelanggan, prospek, karyawan, asosiasi, dan audiens internal
dan eksternal yang relevan lainnya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan baik keuntungan
finansial jangka pendek dan nilai merek dan shareholder jangka panjang.
Dalam perkembangan komunikasi pemasaran, terjadi beberapa perubahan lingkungan
komunikasi. Pertama, ketika pasar telah terpecah, maka pemasar mulai membidik pasar yang
lebih sempit atau tersegmentasi. Kedua, perkembangan teknologi informasi mempercepat proses
pemasaran tersegmentasi. Berbeda dengan masa lalu, kini dunia pemasaran modern
mengintegrasikan berbagai macam media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan merek
dan menunjang suksesnya tujuan pemasaran. Hal itu ditandai dengan makin banyaknya aktivitas
promosi penjualan, pemasaran langsung, dan public relations yang menantang peran dominan
periklanan.

c. Ketersediaan Bibit
Keberhasilan usaha budidaya rumput laut sangat tergantung pada kesediaan bibit
rumput laut yang bermutu. Ketersediaan bibit dengan kualitas yang baik sangat diperlukan
dalam peningkatan produksi dan kualitas rumput laut. Pemenuhan kebutuhan bibit rumput laut
sebagian besar masih diperoleh dari hasil budidaya. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan
bimbingan teknis bagi para pembibit maupun pembudidaya untuk menjaga dan
mempertahankan kualitas bibit rumput laut tersebut.
Peluang pasar rumput laut sangat potensial, sehingga kualitas bibit perlu mendapat
perhatian untuk menjaga kualitas rumput laut yang dihasilkan. Bibit dengan kualitas yang baik
diharapkan dapat menghasilkan rumput laut dengan kualitas bermutu. Kualitas rumput laut akan
berpengaruh terhadap harga jual rumput laut. Oleh sebab itu, perlu terus di dorong
mengembangkan teknologi yang inovatif dan aplikatif, untuk mendukung peningkatan produksi
perikanan budidaya. Pengembangan bibit rumput laut Eucheuma cottonii melalui kultur jaringan
dan bibit Gracilaria, adalah bagian dari upaya untuk menyediakan bibit rumput laut yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup.
Rumput laut kultur jaringan menawarkan berbagai keunggulan seperti mempunyai
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan rumput laut lokal, lebih tahan terhadap penyakit,
kandungan karagenan lebih tinggi, dan bibit rumput laut kultur jaringan ini setiap saat bisa
diproduksi, tidak mengenal musim karena pembibitannya melalui laboratorium.
Rumput laut lokal umumnya memiliki laju pertumbuhan hariannya (LPH) sekitar 4-5%.
Sementara, LPH rumput laut kultur jaringan berkisar 7%-11%. Jadi, jika dikalkulasi, hasil panen
rumput laut kuljar lebih banyak daripada rumput laut lokal. Bila rumput laut lokal bisa dipanen
sebanyak 7-10 ton/4.000 m2, produksi rumput laut kultur jaringan mampu mencapai 10-15 kali
lipatnya. Hasil uji multilokasi di beberapa tempat di Lampung Selatan misalnya, rumput laut
kultur jaringan lebih tahan terhadap gangguan penyakit bulu kucing yang dua-tiga tahun terakhir
marak menyerang rumput laut lokal. Rumput laut lokal yang sudah terkena penyakit biasanya
memiliki laju pertumbuhannya hanya 2-3%. Satu sudah terkena, bisa massal kena semua. Kalau
rumput laut kultur jaringan sampai sekarang ini belum kena penyakit. Kalaupun kena cuma
sedikit, mungkin di bawah 1%.
Disamping itu,rumput laut kultur jaringan pertumbuhannya lebih cepat dan tahan
penyakit. Thalusnya lebih panjang, lebih rimbun. Masa pemeliharaan sama tapi bobot yang
dihasilkan lebih banyak. Rumput laut kultur jaringan mengandung karagenan 44%, lebih tinggi
dari pada rumput laut lokal yang sebesar 32%. Karagenan digunakan pada industri makanan
sebagai bahan pengental, pembuat gel, dan pengemulsi.
Pada perairan yang subur, hasil panen bibit rumput laut kultur jaringan bisa mencapai
400 g/rumpun. Sedangkan bibit rumput laut lokal dalam 30 hari pemeliharaan hanya mencapai
200-300 g/rumpun. Namun deikian, bibit rumput laut ini sebaiknya dibatasi penggunaannya
sebanyak 5-6 kali siklus budidaya untuk menjaga sifat unggulnya.
Kegiatan Pembelajaran. 11
Menganalisa kelayakan usaha pembibitan rumput laut

A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami tahapan
perencanaan dalam usaha pembibitan rumput laut, menganalisis aspek-aspek dalam penyusunan
kelayakan usaha yang meliputi aspek teknis, aspek keuangan, aspek pasar, dan aspek hukum,
serta mampu menganalisis kelayakan suatu usaha pembibitan rumput laut dan membuat
laporannya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menganalisis tahapan-tahapan perencanaan usaha pembibitan rumput laut
2. Menganalisis aspek teknis produksi bibit rumput laut
3. Menganalisis aspek pemasaran bibit rumput laut
4. Menganalisis aspek keuangan, biaya produksi, pendapatan usaha, dan sistem keuangan
5. Mengintegrasikan berbagai aspek dalam menilai kelayakan usaha pembibitan rumput laut
6. Evaluasi hasil analisa kelayakan usaha
7. Menyusun laporan hasil analisa kelayakan usaha pembibitan rumput laut

C. Uraian Materi
1. Perencanaan Usaha Pembibitan Rumput Laut
Perencanaan adalah fungsi mana-jemen yang berhubungan dengan pemilihan visi, misi
dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran. Dari kedua pengertian
di atas sekarang dapat didefinisikan arti perencanaan usaha yaitu sebagai proses penentuan visi,
misi dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran yang diperlukan
untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis tertentu.

a) Pendekatan dan fungsi perencanaan


Empat macam pendekatan utama dalam pembuatan suatu perencanaan, antara lain
sebagai berikut:
- Pendekatan atas bawah (Top down)
Perencanaan dengan ini dilakukan oleh pemimpin organisasi. Unit organisasi di bawah
nya hanya melaksanakan hal-hal telah direncanakan. Untuk perusahaan yang
menganut sistem desentralisasi, pimpinan puncak memberikan pengarahan dan
petunjuk kepada pemimpin cabang atau sejenisnya untuk menyusun rencana yang
pada tahapannya akan ditinjau dan dikoreksi oleh pimpinan puncak sebelum disetujui
untuk direalisasikan.
- Pendekatan bawah atas (Bottom-up)
Perencanaan dengan pendekatan dengan cara pemimpin puncak memberikan
gambaran situasi dan kondisi yang dihadapi organisasi termasuk mengenai misi,
tujuan, sasaran dan sumber daya yang dimiliki. Langkah selanjutnya memberikan
kewenangan kepada manajemen di tingkat bawahnya untuk menyusun perencanaan
- Pendekatan campuran
Dalam kenyataan, relatif sulit menemukan proses perencanaan yang murni atas-bawah
atau bawah-atas. Yang sering ditemukan adalah kombinasi di antara keduanya
walaupun dengan persentase yang relative. Dengan pendekatan ini pemimpin
memberikan petunjuk perencanaan organisasi secara garis besar sedangkan petunjuk
perencanaan diorganisasi secara garis besar sedangkan perencanaan detailnya
diserahkan kepada kreativitas unit perusahaan di bawahnya dengan tetap mematuhi
aturan yang ada
- Pendekatan kelompok
Perencanaan dibuat oleh sekelompok tenaga ahli dalam perusahaan, oleh karena itu di
dalam perusahaan dibentuk semacam biro atau bagian khusus seperti biro perencanaan
Fungsi Perencanaan dalam suatu organisasi ada enam fungsi utama, antara lain
sebagai berikut:
- Penerjemah kebijakan umum
- Berupa perkiraan yang bersifat ramalan
- Berfungsi ekonomi
- Memastikan suatu kegiatan
- Alat koordinasi
- Alat/ sarana pengawasan

b) Macam Perencanaan berdasarkan waktu


Macam-macam Perencanaan, Dilihat dari sisi jangka waktu perencanaan dibedakan
atas:
- Perencanaan jangka panjang, waktu sekitar 20-30 tahun ke depan, Negara kita
menggunakan waktu 25 tahun untuk setiap tahap perencaan jangka panjangnya.
- Perencanaan jangka menengah, waktu sekitar 3-5 tahun ke depan. Negara kita
menggunakan waktu 5 tahunan untuk setiap perencaaan jangka menengah yang
disebut dengan pembanguna lima tahun.
- Perencanaan jangka pendek, menjangkau waktu paling lama satu tahun
Dari sisi tingkat manajemen perencanaan dibedakan atas:
- Perencaan strategis, lebih berfokus pada bagaiman manajemen puncak menetukan visi,
misi, falsafah dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka
panjang
- Perencanaan operasional, berfungsi untuk memperjelas makna suatu strategi utama
dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik dan berjangka pendek, yang
memiliki program-program kerja yang diimplementasikan dalam brntuk kegiatan
usaha sehari-hari.

c) Anggaran
Anggaran adalah rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan
dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk periode
tertentu di masa yang akan datang. Dalam perencaan anggaran dikenal 4 macam sistem
yaitu:
1) Sistem Anggaran Tradisional
Sistem anggaran tradisional disusun berdasarkan jenis pengeluarannya. Macam-
macam anggaran yang umum dengan menggunakan sistem anggaran tradisional dalam
suatu perusahaan kecil dalam bidang manufaktur:
- Anggaran produksi
- Anggaran bahan baku
- Anggaran tenaga kerjaanggaran biaya overhead pabrik ( BOP)
- Anggaran variable
- Anggaran modal
- Anggaran piutang
- Anggaran kas
2) Sistem anggaran hasil karya
Disusun berdasarkan sasaran yang ingin di capai. Dalam komponen biaya ini, telah
diperhitungkan biaya-biaya seperti gaji, sewa gedung dan pembelian bahan baku
3) Sistem anggaran PPBS (Planning Programming Budgerting System)
Biasanya diterapkan pada perusahaan besar dan modern, termasuk dalam APBN yang
dikelola pemerintah. Sistem ini merupakan system terpadu dan berorientasi pada
program untuk membantu pimpinan membuat keputusan mengenai alokasi sumber-
sumber yang serba terbatas melalui cara pemilihan alternative berdasarkan skala
prioritas dan berupaya untuk pencapaian tujuan yang sudah ditentukan, komponen
yang perlu diperhatikan:
- Tujuan/sasaran yang harus dicapai
- Kelangkaan/keterbatasan sumber daya
- Cara/metode yang akan di tempuh
4) Sistem anggaran ZBB (Zero Base Budgeting)
Merupakan pengembangan system PPBS yang mengacu kepada pendekatan
manajemen berdasarkan sasaran

d) Proses Tahapan Perencanaan usaha


Perencanaan usaha adalah sebagai suatu proses, maka membuat suatu perencanaan
usaha dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu. Adapun langkah-langkah yang
dimaksud dapat diragakan sebagai berikut:

Gambar…. Proses perencanaan usaha

1) Mengidentifikasi peluang usaha


Pada umumnya, suatu produk berpotensi untuk laku dijual dan menguntungkan apabila
penawaran untuk produk tersebut masih lebih kecil dari permintaannya. Peluang usaha muncul
ketika permintaan pasar lebih besar dari penawa-rannya. Jadi peluang usaha dicirikan oleh
masih adanya permintaan pasar untuk produk tersebut.
Salah satu bidang aquaculture (budidaya perairan) yang berkembang dewasa ini adalah
budidaya rumput laut (seaweed culture) terutama budidaya rumput laut jenis Eucheuma
Cottonii. Indonesia memiliki potensi areal budidaya rumput laut seluas 1,2 juta Ha, dengan
potensi produksi rumput laut kering rata-rata 16 ton per Ha. Apabila seluruh lahan bisa
dimanfaatkan maka akan dapat dicapai 17.774.400 ton per tahun dengan harga Rp.4,5 juta per
ton. Dengan kisaran jumlah produksi dan tingkat harga tersebut, akan diperoleh nilai Rp.79,984
triliun. Namun dari potensi area yang sangat luas ini, Indonesia saat ini hanya mampu
mengusahakan 3% dari potensi lahan yang ada (BEI News Maret-April, 2005).

2) Menentukan jenis usaha yang akan dijalankan


Berdasarkan langkah indentifikasi akan diperoleh berbagai alternative jenis usaha yang
mungkin dipilih. Dari sejumlah alternatif yang ada selanjutnya dilakukan penilaian awal untuk
menentukan jenis usaha yang paling memungkinkan dan dipandang paling menguntungkan.
Tentunya dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin menjadi pendukung
maupun penghambat usaha. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:
- Jumlah modal dan sumber modal yang diperlukan.
- Ketersediaan bahan baku baik secara kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya.
- Ketersediaan tenaga kerja yang diperlukan.
- Prospek pemasaran produk yang dihasilkan.
- Cara-cara pendistribusian.
- Daya beli masyarakat terhadap produk yang dihasilkan.
- Selera konsumen.
3) Melakukan studi kelayakan usaha
Pengertian studi kelayakan bisnis menurut Kasmir dan Jakfar (2003) adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang akan
dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan. Tujuan utama
dilakukan studi kelayakan bisnis ini tentunya yang akan berdiri bisa berjalan sesuai harapan
baik dalam jangka pendek atau panjang serta untuk mengukur seberapa besar potensi usaha
tersebut baik dalam situasi mendukung maupun situasi yang tidak mendukung.
Menurut wikipedia pengertian dari studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang
menyangkut berbagai aspek, baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya,
dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan
untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan
bahkan tidak dijalankan.
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya
menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara
rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
Faktor yang membuat studi kelayakan bisnis ini mengalami kesalahan diantaranya: data dan
informasi yang didapat kurang lengkap,tidak teliti, salah perhitungan, pelaksanaan pekerjaan
salah, kondisi lingkungan sekitar maupun unsur sengaja oleh pembuatnya. Beberapa persiapan
sebelum menjalankan studi kelayakan bisnis:
- Pengumpulan data dan informasi
- Pengolahan data
- Analisis data
- Pengammbilan keputusan
Manfaat studi kelayakan bisnis, diantaranya sebagai berikut:
- Pihak Investor:
Sebelum menanamkan modalnya di perusahaan yang akan dijalankan investor akan
mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, karena investor memiliki
kepentingan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan modal yang
akan ditanamkan.
- Pihak Kreditor:
Sebelum memberikan kredit pihak bank perlu mengkaji studi kelayakan bisnis dan
mempertimbangkan bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimilliki.
- Pihak Manajemen Perusahaan
Sebagai leader manajemen perusahaan juga memerlukan studi kelayakan bisnis untuk
mengetahui dana yang dibutuhkan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana
pendanaan dari investor dan kreditor.
- Pihak Pemerintah dan Masyarakat
Perusahaan yang akan berdiri harus memperhatikan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah agar dapat diprioritaskan untuk dibantu oleh pemerintah.
- Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi
Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya
yang ditimbulkan proyek terhadap perekonomian nasional, karena sedapat mungkin proyek
dibuat demi tercapainya tujuan-tujuan nasional. Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu
dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang ditimbulkan proyek terhadap
perekonomian nasional, karena sedapat mungkin proyek dibuat demi tercapainya tujuan-
tujuan nasional.

4) Tahapan studi kelayakan bisnis


Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis ada beberapa tahapan studi yang
hendaknya dikerjakan, berikut beberapa tahapannya:
a) Penemuan Ide
Agar dapat menghasilkan ide proyek yang dapat menghasilakan produk laku untuk
dijual dan menguntungkan diperlukan penelitian yang terorganisasi dengan baik serta dukungan
sumber daya yang memadai. Jika ide proyek lebih dari satu, dipilih dengan memperhatikan:
- Ide proyek sesuai dengan kata hatinya
- Pengambil keputusan mampu melibatkan diri dalam hal-hal yang sifatnya teknis
- Keyakinan akan kemampuan proyek menghasilakan laba.
Misalnya beberapa ide proyek yang lolos setelah dipilih adalah ide mengenai bisnis
rental gaun pengantin, rental motor, rental computer.
b) Tahap Penelitian
Setelah ide proyek terpilih, dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan metode
ilmiah:
- Mengumpulkan data
- Mengolah data
- Menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data
- Menyimpulkan hasil
- Membuat laporan hasil
Misalnya: berdasarkan contoh diatas telah ditentukan 3 macam ide proyek. Selanjutnya,
ketiga ide proyek dikaji melalui aspeknya secara cukup luas dan mendalam untuk mendapatkan
masukan untuk mengevaluasi ide-ide tersebut.
c) Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi yaitu membandingkan sesuatu dengan satu atau lebih standar atau
kriteria yang bersifat kuantitatif atau kualitatif.hal yang dibandingkan dalam evaluasi bisnis
adalah seluruh ongkos yang akan ditimbulkan oleh usulan bisnis serta manfaat atau benefit yang
diperkirakan akan diperoleh. Ada 3 macam evaluasi:
- mengevaluasi usaha proyek yang akan didirikan
- mengevaluasi proyek yang akan dibangun
- mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan secara rutin
Setelah dilakukan evaluasi terhadap ketiga ide proyek diatas, misalnya, ternyata hanya
dua ide proyek yang dianggap fisibel, yaitu rental motor dan rental computer. Dalam evaluasi
bisnis yang akan dibandingkan adalah seluruh ongkos yang akan ditimbulkan oleh usulan bisnis
serta manfaat atau benefit yang akan diperkirakan akan diperoleh.
d) Tahap Pengurutan Usulan yang Layak
Jika terdapat lebih dari satu usulan rencana bisnis yang dianggap layak, perlu dilakukan
pemilihan rencana bisnis yang mempunyai skor tertinggi jika dibanding usulan lain berdasar
kriteria penilaian yang telah ditentukan. Dilakukan evaluasi terhadap kedua ide proyek, ternyata
pengambilan keputusan hanya mampu mengerjakan satu ide proyek, misalkan ide proyek rental
motor.
e) Tahap Rencana Pelaksanaan
Setelah rencana bisnis dipilih perlu dibuat rencana kerja pelaksanaan pembangunan
proyek. Mulai dari penentuan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga perencana,
ketersediaan dana dan sumber daya lain serta kesiapan manajemen. Misalnya, setelah yang
dipilih adalah rencana bisnis rental motor, maka pelaksanaan untuk membangun proyek bisnis
rental motor serta rencana operasional rutinnya perlu disiapkan.
f) Tahap Pelaksanaan
Dalam realisasi pembangunan proyek diperlukan manajemen proyek. Setelah proyek
selesai dikerjakan tahap selanjutnya adalah melaksanakan operasional bisnis secara rutin. Agar
selalu bekerja secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan laba perusahaan, dalam
operasional perlu kajian-kajian untuk mengevaluasi bisnis dari fungsi keuangan, pemasaran,
produksi dan operasi. Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai feedback bagi perusahaan untuk
mengkaji ulang proses bisnis ini secara terus-menerus.

5) Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis


Proses analisis setiap aspek saling keterkaitan antara satua spek dan aspek lainnya
sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi. Sebagai misal, ketika seorang
peneliti tengah menganalisis aspek keuangan, hendaknya dia memanfaatkan hasiol analissis
aspek-aspek lain, walaupun tetap dimungkinkan mencari data yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutahannya langsung dari lapangan. Untuk lebih jelas lihat gambar berikut:
Studi kelayakan usaha (SKU) atau feasibillity studi adalah cara yang ditempuh untuk
menentukan layak tidaknya suatu gagasan usaha dilaksanakan. Maksud layak di sini dilihat dari
berbagai aspek sebagai berikut:
a. Aspek pasar dan pemasaran
Kelayakan usaha dilihat dari aspek pasar dan pemasaran ditunjukkan oleh ada tidaknya
peluang pasar untuk diraih. Suatu jenis usaha layak dilaksanakan apabila jenis usaha
tersebut memiliki peluang pasar yang relatif tinggi. Peluang pasar ditunjukkan oleh
ekses permintaan. Ekses permintaan terjadi jika jumlah permintaan melebihi jumlah
penawarannya.
b. Aspek produksi
Kelayakan usaha dilihat dari aspek produksi diantaranya berkenaan dengan lokasi usaha
yang direncanakan, fasilitas dan peralatan produksi, pasokan bahan baku, serta
ketersediaan tenaga kerja.
c. Aspek finansial
Kelayakan usaha dilihat dari aspek finansial berkenaan dengan manfaat yang mungkin
diperoleh oleh investor atau pengusaha. Manfaat ini disebut sebagai laba bisnis atau
laba usaha (business profit), yaitu pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha. Dilihat dari aspek finansial,
suatu jenis usaha layak dilakukan apabila jenis usaha tersebut mampu memberikan laba
usaha yang memadai kepada investor dan/atau kepada pengusaha yang menja-lankan
usaha tersebut.
d. Aspek organisasi dan manajemen
Kelayakan usaha dilihat dari aspek organisasi dan manajemen berke-naan dengan
struktur kepemilikan usaha, struktur organisasi, serta tim manajemen yang mengelola
jenis usaha yang direncanakan.
e. Membuat proposal usaha
Langkah terakhir dalam proses perencanaan usaha adalah membuat proposal usaha.
Proposal usaha adalah dokumen tertulis dari perencanaan usaha.

Gambar 4.2. Proses analisis Studi Kelayakan

2. Aspek Teknis Produksi


Menurut Umar (1997), kelayakan usaha dimaksudkan sebagai perkiraan tentang laba
rugi yang terkait dengan pengoperasian usaha. Secara umum aspek yang dikaji dalam studi
kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, pemasaran dan keuangan.
Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah makro algae yang secara alami hidup di
dasar laut dan melekat pada substrat. Sebagai tumbuhan, rumput laut membutuhkan cahaya
matahari dan hara (nutrien) untuk membangun biomasa melalui aktifitas fotosintesis. Oleh
karena itu, salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan budi daya rumput laut
adalah pemilihan lokasi, sehingga sering dikatakan kunci keberhasilan budi daya rumput laut
terletak pada ketepatan pemilihan lokasi.
Menurut Sudradjat (2008), penentuan lokasi harus memperhitungkan beberapa faktor
penting, antara lain: (1) Terlindung dari gelombang besar dan badai, sebab rumput laut mudah
patah apabila terus menerus dihantam gelombang; (2) Terlindung dari ancaman predator,
seperti ikan buntal, ikan beronang, bintang laut, bulu babi, penyu dan ikan besar lainnya serta
burung laut; (3) Terlindung dari ancaman pencemaran seperti dekat muara sungai, buangan
limbah industri, aktivitas pertanian dan limbah rumah tangga; dan (4) Terlindung dari hilir
mudik lalu lintas kapal karena selain akan menimbulkan riak-riak gelombang juga buangan
kapal (minyak, solar, dan lain-lain) akan mencemari area pemeliharaan. Selain faktor tersebut,
ketersediaan bibit alami rumput laut, dasar perairan yang berupa pecahan- pecahan karang dan
pasir kasar, kedalaman sekitar 2-15 m, salinitas 28-34 ppt dengan nilai optimum 33 ppt,
kecerahan lebih dari 1.5 m (Akma et al. 2008).
Metode budi daya rumput laut yang dikenal secara umum adalah: 1) metode lepas dasar
yang dilakukan di atas dasar perairan yang berpasir atau pasir berlumpur dan terlindung dari
hempasan gelombang besar; 2) metode rakit apung yang dilakukan dengan cara mengikat
rumput laut pada tali dan diikatkan pada rakit apung yang terbuat dari bambu; 3) metode rawai
dan dikenal dengan istilah longline yang menggunakan tali panjang yang dibentangkan; dan 4)
metode jalur yang merupakan kombinasi antara metode rakit apung dengan rawai (Sudradjat
2008). Metode rawai pada prinsipnya hampir sama dengan metode rakit tetapi tidak
menggunakan bambu sebagai rakit, tetapi menggunakan tali plastik dan botol minuman bekas
sebagai pelampungnya.
Menurut Afrianto dan Evi (1993), saat ini hampir di semua perairan Indonesia cocok
untuk budi daya menggunakan metode rawai dan diterapkan pembudi daya rumpul laut.
Umumnya pembudi daya telah beralih dari sistem rakit ke sistem rawai yang lebih
memberikan harapan peningkatan produksi lebih besar. Sistem rawai memungkinkan
pemanfaatan ruang lebih luas pada kedalaman yang sangat bervariasi antara 5-50 m. Hal ini
dikuatkan oleh Anggadiredja et al. (2006), bahwa metode rawai merupakan cara yang paling
banyak diminati petani rumput laut karena disamping fleksibel dalam pemilihan lokasi, juga
biaya yang dikeluarkan relatif murah.
Keuntungan dari metode ini adalah tanaman terbebas dari hama bulu babi,
pertumbuhannya lebih cepat dan lebih murah ongkos materialnya. Metode ini
dimasyarakatkan karena selain lebih ekonomis juga dapat diterapkan di perairan yang agak
dalam. Keuntungan metode rawai antara lain: tanaman cukup menerima sinar matahari,
tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air, terbebas dari hama yang biasanya
menyerang dari dasar perairan, pertumbuhannya lebih cepat, cara kerjanya lebih mudah,
biayanya lebih murah, dan kualitas rumput laut yang dihasilkan baik. Metode budi daya yang
diterapkan oleh pembudi daya rumput laut di Karimunjawa dilakukan dengan penggunaan
metode rawai yang telah disesuaikan dengan kondisi geografi lokasi budi daya, yaitu dengan
mengikat rumput laut pada tali yang direntangkan di atas atau diantara tanaman karang.
Bibit rumput laut harus berasal dari bibit unggul dan kriteria bibit yang baik adalah
rumpun bercabang banyak dan rimbun, tidak terdapat bercak putih dan tidak terkelupas,
warna spesifik, segar, sehat, masih muda, umur 25-35 hari, memberikan indikasi pertumbuhan
yang baik dengan laju pertumbuhannya 3-5%/hari dan berat bibit 50-100 g/ikatan dengan jarak
tanam tidak kurang dari 25 cm. Kepadatan penanaman bibit rumput laut tergantung dari jenis
dan metode budi daya yang digunakan.
Penanaman dilakukan segera setelah selesai pengikatan, dengan tujuan agar bibit masih
segar dan tidak lama berada di darat. Menurut Sudradjat (2008), penanganan bibit selama
pengangkutan juga harus dijaga. Hal ini dilakukan agar bibit tetap lembab/basah tetapi tidak
sampai meneteskan air, diusahakan tidak terkena air tawar, hujan, embun, minyak dan kotoran
lain karena dapat merusak bibit, tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung dan
diletakkan pada daerah yang jauh dari sumber panas seperti mesin perahu/mobil.
Menurut Syaputra (2005), rumput laut merupakan organisme laut yang memiliki syarat-
syarat lingkungan tertentu agar dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Semakin sesuai kondisi
lingkungan perairan dengan areal yang akan dibudi dayakan akan semakin baik
pertumbuhannya dan juga hasil yang diperoleh. Menurut DJPB KKP (2004), kegiatan
pemeliharaan meliputi: pembersihan tali dan tanaman dari kotoran, tumbuhan dan hewan
pengganggu; menyulam/menyisip tanaman yang mati atau terlepas dari ikatan pada minggu
pertama setelah rumput laut ditanam; mengganti tali, patok, pelampung yang lapuk/rusak;
menguatkan tali ikatan dan tali jangkar yang sudah goyah; menggoyang atau membersihkan
lumpur yang melekat pada tanaman dan tali; serta pemantauan pertumbuhan rumput laut secara
berkala.
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi budi daya dan
tanaman. Pemeliharaan dilakukan saat ombak besar maupun saat air laut tenang. Kerusakan
patok, jangkar, tali ris, tali ris utama dan pelampung disebabkan oleh ombak besar atau
daya tahan rumput laut menurun sehingga harus segera diperbaiki. Bila ditunda berakibat
makin banyak yang hilang sehingga kerugian semakin besar.
Menurut Sudradjat (2008), hama dalam usaha budi daya rumput laut antara lain ikan
baronang, bintang laut, bulu babi dan penyu. Pengendalian hama terutama ikan dan penyu
dengan cara penempatan lokasi di kawasan luas dan menghindari masa migrasi ikan tersebut.
Penyakit ice-ice merupakan kendala utama budi daya rumput laut. Gejala yang terlihat
antara lain perubahan warna rumput laut menjadi pucat atau tidak cerah bahkan menjadi putih
dan membusuk serta pertumbuhan lambat. Penyakit tersebut terutama disebabkan oleh
perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan. Pengendaliannya dengan cara
pemindahan lokasi budi daya yang lebih baik kondisi airnya.
Menurut DJPB KKP (2004), pengelolaan kualitas air bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang optimal. Oleh karena itu, penempatan rawai harus memperhatikan arah arus
agar sirkulasi oksigen dan makanan dapat menyebar secara merata. Di samping itu, perlu
diperhatikan pembuangan limbah atau pencemaran rumah tangga atau industri.
Mutu rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh teknik atau metode budi dayanya
saja, pemanenan juga merupakan hal terpenting dalam menentukan mutu rumput laut seperti
penentuan umur panen, cara panen dan keadaan cuaca pada saat pemanenan. Panen dapat
dibedakan berdasarkan tujuannya yaitu untuk bibit dan untuk produksi. Panen untuk bibit
dilakukan pada saat rumput laut berumur 25-35 hari dengan memperhatikan persyaratan bibit
yang berkualitas baik, sedangkan panen untuk produksi dilakukan pada umur 45 hari agar
kandungan karagenannya bernilai optimum (DJPB KKP 2004).
Menurut Sudradjat (2008), panen sebaiknya dilakukan pada cuaca cerah agar
kualitas rumput laut yang dihasilkan lebih terjamin, sebaliknya apabila saat mendung dapat
mengakibatkan fermentasi sehingga mutunya menurun. Panen dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara selektif atau parsial dan secara keseluruhan. Panen secara selektif dilakukan dengan
cara memotong tanaman secara langsung tanpa melepas ikatan tali ris. Keuntungan cara ini
adalah penghematan tali rafia pengikat rumput laut tetapi memerlukan waktu kerja yang relatif
lama. Sementara itu, cara panen keseluruhan dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman
hasil pemeliharaan dan dibawa ke darat sehingga waktu kerja yang diperlukan relatif lebih
singkat dibanding cara panen selektif.
Penanganan hasil panen ini juga harus disesuaikan dengan kegiatan pengolahan
selanjutnya. Kegiatan pengolahan ditujukan untuk menciptakan suatu produk yang lebih bernilai
ekonomis daripada bahan mentahnya. Dalam arti, produk olahan apa yang akan dihasilkan dari
jenis rumput laut yang dipanen. Hal ini tentu saja agar mutu rumput laut yang dihasilkan
sebagai bahan baku sesuai dengan standar produksi industri pengolahannya dan menghasilkan
produk olahan yang berkualitas baik. Budidaya rumput laut di Indonesia kini semakin
digalakkan, dengan menggunakan lahan-lahan yang ada (Aslan, 1999). Produksi rata-rata
selama 5 tahun (1995-1999) sebesar 38.000 ton/tahun di panen dari lahan seluas kurang lebih
2500 ha (tambak dan laut). Dengan demikian, baru termanfaatkan sebesar 9,7 % dari potensi
lahan yang ada (Jana, 2006).
Keberhasilan budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh lokasi pembudidayaannya.
Hal ini dikarenakan produksi dan kualitas rumput laut dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi
yang meliputi kondisi substrat perairan, kualitas air, iklim dan geografis dasar perairan.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya sebagai lokasi pembudidayaan rumput laut yaitu
factor kemudahan, resiko (keamanan), serta konflik kepentingan.

3. Aspek Pasar dan Pemasaran


a. Pengertian Pasar
Pengertian pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian ini mengandung arti pasar memiliki
tempat atau lokasi tertentu. Namun dalam praktiknya pengertian pasar dapat lebih luas lagi.
Artinya pembeli dan penjual tidak harus bertemu disuatu tempat untuk melakukan transaksi,
tetapi cukup melalui sarana elektronik seperti, faksimili atau melalui internet. Pengertian lain
yang lebih luas tentang pasar adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu
produk. Pasar nyata maksudnya adalah himpunan konsumen yang memiliki minat, pendapatan,
dan akses pada suatu produk atau jasa tertentu.
Menurut Kotler dan Susanto (1999) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial
dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan,
menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Pemasaran merupakan
sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang dituju untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dalam pasar ini konsumen melakukan transaksi, hal ini disebabkan konsumen didukung
dengan minat atau keinginan untuk membeli serta memiliki pendapatan atau akses. Jika masih
merupakan keinginan dan suatu saat apabila telah memiliki pendapatan dan ada akses merekan
akan membeli, kelompok ini merupakan pasar potensial. Pasar juga dapat diartikan pula sebagai
mekanisme yang terjadi antara pembeli dan penjual atau tempat pertemuan antara kekuatan
permintaan dan penawaran. Permintaan adalah jumlah barang yang diminta konsumen pada
berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu.
Pemahaman konsep pemasaran mendukung manajemen perusahaan untuk mengadaptasi
setiap perubahan pasar dan pesaing melalui perencanaan strategi. Menurut Kotler dan
Amstrong (2001) tercapainya tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada
yang dilakukan oleh pesaing. Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga,
persaingan dan peluang pasar serta proyeksi pemasaran produk.
Aspek pasar dan pemasaran oleh Gitinger diistilahkan sebagai aspek komersil
merupakan rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan
input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dalam aspek pasar dan pemasaran terdapat dua sudut pandang yaitu sudut
pandang output dan sudut pandang input. Dari sudut pandang output, analisis pasar untuk hasil
proyek adalah sangat penting untuk
meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan efektif pada tingkat harga yang
menguntungkan. Aspek pasar dan pemasaran dari sudut pandang output setidaknya mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
- Kemana produk akan dijual?
- Apakah pasar cukup luas untuk dapat menampung produksi baru tanpa mempengaruhi
harga?
- Jika harga menunjukkan indikasi akan terpengaruh, lalu berapa besarnya?
- Apakah proyek masih dapat terus berjalan pada tingkat harga yang baru?
- Berapa besar porsi (share) keseluruhan pasar yang akan dikuasai proyek ?
- Apakah tersedia fasilitas-fasilitas yang cocok untuk menangani produk baru tersebut?
Kajian mengenai aspek pasar dan pemasaran dari sudut pandang input setidaknya harus
mampu menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini:
- Apakah saluran pasar untuk input tersedia? dan apakah mempunyai kapasitas yang cukup
untuk menyediakan input tersebut tepat pada waktunya ?
- Bagaimana pembiayaan (financing) bagi penyedia (supplier) input ?
- Haruskan saluran baru dibuat oleh proyek atau haruskah rencana-rencana khusus dibuat
dalam menyediakan saluran pemasaran untuk input tersebut?
Aspek pasar merupakan salah satu aspek yang berkenaan mengenai kondisi pasar dari
bidang usaha yang di jalankan, dan merupakan urutan pertama bila akan menyusun suatu
laporan studi kelayakan bisnis. Oleh karena itu, terdapat beberapa pertanyaan yang mendasar
mengenai aspek pasar pada bisnis atau usaha yang akan di jalankan. Pertanyaan yang mendasar:
- Berapa market potensial yang tersedia.
Untuk mengetahui berapa market potensial yang tersedia, maka dapat menggunakan
informasi yang telah lalu, dengan kata lain sang pemilik usaha sebelum membuka usahanya
harus terlebih dahulu melakukan perbandingan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan usaha yang akan akan dilakoninya.
- Berapa market share yang tersedia dari seluruh pasar potensial.
Untuk mengetahui hal ini, maka dapat melakukan pengamatan siapa saja yang bisa atau
mungkin dapat membeli produk yang dihasilkan, dengan mengetahui perbandingan yang ada di
dalam market potensial.
- Strategi pemasaran yang akan di gunakan.
Untuk melakukan strategi pemasaran dapat menggunakan strategi Marketing Mix yang
di titik beratkan kepada Product Life Cycle atau keberlangsungan hidup produk yang dihasilkan,
hal ini ditujukan karena bila sebuah usaha sudah menjadi dominan, maka tidak berarti tidak ada
pesaing, justru sebaliknya, pasti akan ada pesaing, dan kalau pesaing ini dibiarkan, maka jika
terdapat kesalahan dalam pemasokan dari perusahaan yang dominan sempat mengalami
keterlambatan atau hambatan, pangsa pasar yang kecil itu akan dimanfaatkan oleh pesaing
sebagai senjata untuk merebut market potensial dari usaha yang sudah dominan tersebut.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemasaran


1) Tingkat Permintaan (Demand)
Orang yang punya gaji dan tunjangan besar dia dapat membeli banyak barang yang dia
inginkan, tetapi jika pendapatannya rendah maka seseorang mungkin akan mengirit pemakaian
barang yang dibelinya agar jarang beli.
- Perkiraan harga di masa depan
Barang yang harganya diperkirakan akan naik, maka orang akan menimbun atau membeli
ketika harganya masih rendah misalnya seperti bbm/bensin.
- Banyaknya/intensitas kebutuhan konsumen
- Perilaku konsumen/selera konsumen
- Ketersediaan dan harga barang sejenis pengganti dan pelengkap
- Pendapatan/penghasilan konsumen
2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penawaran (Suply)
- Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
Jika biaya pembuatan/produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan membuat
produk lebih sedikit dengan harga jual yang mahal karena takut tidak mampu bersaing
dengan produk sejenis dan produk tidak laku terjual. Dengan adanya teknologi canggih
bisa menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga memicu penurunan harga.
- Tujuan Perusahaan
Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan
menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual jadi tinggi.
Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan menetapkan
harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan
rendah untuk menarik minat konsumen.
- Pajak
Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual jadi lebih tinggi sehingga perusahan
menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen yang turun.
- Ketersediaan dan harga barang pengganti/pelengkap
Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan
ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan permintaan,
akhirnya penawaran pun dikurangi.
- Prediksi/perkiraan harga di masa depan
Ketika harga jual akan naik di masa mendatang perusahaan akan mempersiapkan diri
dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa menawarkan/menjual lebih
banyak ketika harga naik akibat berbagai faktor.
c. Struktur Pasar
Struktur pasar yang digunakan untuk mengetahui jumlah permintaan dan penawaran
serta jenis barang yang ada di pasar saat ini yaitu :
- Pasar persaingan sempurna
Suatu pasar di mana terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli, sehingga tindakan
penjual secara individu tidak mempengaruhi hargan barang dipasar. Produk yang
dihasilkan produsen relatif sama (homogen). Dalam pasar ini setiap produsen adalah
pengambil harga (price taker). Promosi tidak begitu diperlukan dan untuk mencari
keuntungan perusahaan harus mampu menentukan berapa tingkat produksi yang akan
dihasilkan.
- Pasar persaingan monopolistic
Suatu pasar di mana terdapat banyak penjual atau perusahaan dan memiliki ukuran-ukuran
yang relatif sama besarnya. Produk yang dihasilka berbeda corak. Perusahaan mempunyai
sedikit kekuatan dalam menentukan dan mempengaruhin tingkat harga, sehingga untuk
memperoleh penjualan yang tinggi memerlukan promosi yang sangat besar.
- Pasar oligopoly
Sebuah struktur pasar yang hanya terdapat sedikit penjual. Barang yang dihasilkan adalah
barang standar dan barang berbeda corak. Hambatan untuk memasuki industri ini sangat
sulit, hal ini disebabkan modal yang diperlukan relatif besar. Peran iklan sangat dominan
untuk meningkatkan penjualannya. Perusahaan dalam pasar ini jarang bersaing mengenai
harga, tetapi bersaing pada faktor lain seperti kualitas atau desain.
- Pasar monopoli
Struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual saja. Barang yang dihasilkan tidak
mempunyai barang pengganti yang mirip. Sangat sulit memasuki industri ini karna ada nya
hambatan penguasaan bahan mentah yang strategis oleh pihak-pihak tertentu, terdapat
skala ekonomi, dan peraturan pemerintah. Untuk memperoleh kentungan yang maksimal
perusahaan harus mampu menentukan tingkat harga dan jumlah produk yang harus dijual
secara bersamaan.
Pemasaran dapat pula diartikan sebagai upaya untuk menciptakan dan menjual produk
kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha menciptakan dan
mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen di pasar. Kelompok pasar
terdiri dari :
- Pasar konsumen
- Pasar industrial
- Pasar resseler dan
- Pasar pemerintah
d. Segmentasi Pasar, Pasar sasaran, dan Posisi Pasar
1) Segmentasi pasar (Market Segmentation)
Segmentasi pasar artinya membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang
berbeda yang mungkin memerlukan produk atau marketing mix yang berbeda pula. Untuk
melakukan segmentasi pasar terdiri dari beberapa variabel yang harus diperhatikan agar
segmentasi yang telah dilakukan tepat sasaran. Variabel untuk melakukan segmentasi terdiri
dari segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar industrial.
2) Pasar Sasaran (Market Targeting)
Secara umum pengertian menetapkan pasar sasaran adalah mengevaluasi keaktifan
setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani.
Kegiatan menetapkan pasar meliputi:
- Evaluasi segmen pasar
- Ukuran dan pertumbuhan segmen seperti data penjualan terakhir, proyeksi laju
pertumbuhan, dan margin laba dari setiap segmen.
- Struktural segmen yang menarik dilihat dari segi profitabilitas.
- Sasaran dan sumber daya perusahaan.
Memilih segmen, yaitu menentukan satu atau lebih segmen yang memilki nilai tinggi
bagi perusahaan, menentukan segmen mana dan berapa banyak yang dapat dilayani.
- Pemasaran serbasama. Melayani semua pasar dan tawaran pasar dalam arti tidak ada
perbedaan.
- Pemasaran serba aneka, merancang tawaran untuk semua pendapatan, tujuan atau
kepribadian. Seperti beda desain untuk industri mobil.
- Pemasaran terpadu, khusus untuk sumber daya manusia yang terbatas.
3) Posisi Pasar (Market Positioning)
Menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atas suatu pasar. Tujuan penetapan
posisi pasar (martket positioning) adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan
keunggulan bersaing produk yang dihasilkan ke dalam benak konsumen. Penentuan posisi pasar
bagi produk barang dari sebuah perusahaan adalah sangat penting. Menentukan posisi pasar
yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk pasar. Produk diposisikan pada posisi
yang diinginkan oleh konsumen, sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membeli
produk yang ditawarkan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menentukan di mana posisi yang
ingin ditempati dalam segmen tersebut.
Menurut Kotler dalam Gunawan (2000), mengemukakan bahwa posisi pasar adalah
sebagai berikut :
- Dapat diperoleh posisi bersaing yang lebih baik bagi produk yang bersangkutan.
- Mendapatkan posisi yang lebih efektif dan lebih menarik dalam pasar yang terbatas.
- Memisahkan dua atau lebih merk perusahaan yang sama untuk meminimisasi
kanibalisasi.
- Mendapatkan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan untuk pemasaran produk baru
atau merk lain.
- Mengidentifikasi konsumen baru yang potensial.
- Meningkatkan kemampuan strategi pemasaran.
Kemudian oleh Kasmir (2004), mengemukakan bahwa untuk menentukan posisi pasar
janganlah dilakukan secara sembarangan, akan tetapi perlu dilakukan strategi yang benar,
sehingga posisi pasar yang diinginkan tepat sasarannya. Adapun tahapan dalam melaksanakan
strategi penentuan posisi pasar adalah sebagai berikut:
- Identifikasi keunggulan kompetitif
Didalam suatu produk terdapat berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan produk
pasaing. Tujuan manajemen mengidentifikasi keunggulan tersebut adalah meng-identifikasi
keunggulan tersebut sebanyak dan selengkap mungkin. Hal ini dilakukan dengan
mengadakan perbedaan, yaitu diferensiasi produk, diferensiasi personil pemasaran dan
diferensiasi citra.
- Memilih keunggulan kompetitif yang tepat
Setelah diidentifikasi keunggulan-keunggulan kompetitif, lalu dipilih yang paling
memberikan keunggulan yang paling banyak. Pertimbangannya adalah berapa banyak
perbedaan dipromosikan dan perbedaan mana yang dipromosikan.
- Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi yang dipilih
Posisi pasar yang telah dipilih sebaiknya diwujudkan, kemudian dikomunikasikan ke
berbagai pihak yang membutuhkan termasuk pihak intern perusahaan.
e. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
1) Strategi produk
Pihak perusahaan terlebih dahulu harus mendefenisikan, memilih, dan mendesain suatu
produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang akan dilayani. Produk
dapat berupa barang (benda berwujud) dan jasa (tidak berwujud). Strategi produk yang
dilakukan oleh perusahaan dalam mengembangkan suatu produk adalah sebagai berikut :
- Penentuan logo dan motto.
- Menciptakan merek.
- Menciptakan kemasan.
- Keputusan label.
3) Strategi harga
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga merupakan
salah satu penyebab laku tidaknya produk yang ditawarkan. Salah dalam menentukan harga
akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan dan berakibat tidak lakunya produk
tersebut di pasar. Ada tiga, yaitu :
- Skimming pricing, harga awal produk yang ditetapkan setinggi-tingginya dengan tujuan
bahwa produk atau jasa memiliki kualitas tinggi.
- Penetration pricing, dengan menetapkan harga yang serendah-rendahnya mungkin
dengan tujuan untuk menguasai pasar.
- Status quo pricing, harga ditetapkan sesuai dengan harga pesaing.
4) Strategi Lokasi Dan Distribusi
Penentuan lokasi dan distribusi beserta sarana dan prasarana pendukung menjadi sangat
penting, hal ini disebabkan agar konsumen mudah menjangkau setiap lokasi yang ada serta
mendistribusikan barang dan jasa. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan
penentuan lokasi adalah dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Dekat dengan kawasan industri.
- Dekat dengan lokasi perkantoran.
- Dekat dengan lokasi pasar.
- Dekat dengan pusar pemerintahan.
- Dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat.
- Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada di suatu lokasi.
- Sarana dan prasarana (jalan, pelabuhan, listrik dan lain-lain).
5) Strategi Promosi
Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Dalam kegiatan ini
perusahaan berusaha untuk mempromosikan seluruh produk atau jasa yang dimilikinya baik
langsung maupun tidak langsung. Paling tidak ada empat macam sarana promosi yang
digunakan oleh setiap perusahaan dalam mempromosikan baik produk maupun jasanya.
Keempat macam sarana promosi itu adalah:
- Periklanan (advertising)
- Promosi penjualan (sales promotion)
- Publisitas (publicity)
- Penjualan pribadi (personal selling)
f. Peramalan di Masa yang Akan Datang
Peramalan merupakan pengetahuan dan seni untuk memperkirakan apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang pada saat sekarang. Peramal harus mencari data dan informasi
masa lalu. Data dan informasi masa lalu merupakan perilaku yang terjadi di masa lalu dengan
berbagai kondisi pada saat itu. Kondisi yang menyebabkan perilaku data dan informasi tersebut
bisa dijadikan acuan bagi kondisi sekarang dan di masa yang akan datang. Hal ini perlu
dilakukan mengingat di masa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian. Untuk melakukan
peramalan permintaan di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Survei niat pembeli
- Gabungan pendapat tenaga penjual
- Pendapat ahli
- Metode tes pasar analisis deret waktu
- Analisis permintaan secara statistik.
1) Langkah-Langkah Peramalan
Agar peramlan memberikan hasil yang memuaskan, maka haruslah mengikuti prosedur
atau langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam peramalan. Dengan mengikuti setiap langkah
yang telah ditetapkan paling tidak dapat menghindarai kesalahan, sehingga hasil ramalan tidak
perlu diragukan. Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam peramalan sebagai
berikut:
- Mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan selengkap mungkin untuk beberapa periode. Pengumpulan data
bisa dilakukan dengan pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai
sumber seperti perpustakaan, majalah, serta laporan lainnya dan pengumpulan data primer,
data yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan observasi, wawancara atau dengan
menyebarkan kuesioner.
- Mengolah data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dibuat tabulasi data sehingga akan diketahui pola
data yang dimiliki dan memudahkan untuk melakukan peramalan melalui metode
peramalan yang ada
- Menentukan metode peramalan
Peramalan yang diinginkan adalah dengan menggunkan metode yang paling tepat.
Pemilihan metode peramalan adalah dengan mempertimbangkan faktor horizon waktu,
pola data, jenis peramalan, faktor biaya, ketepatan dan kemudahan penggunaannya.
- Memproyeksikan data
Agar dapat meminimalkan penyimpangan terhadap perubahan maka perlu dilakukan
proyeksi data dengan pertimbangan faktor perubahan seperti perubahan ekonomi, politik,
sosial atau perubahan kemasyarkatan lainnya untuk beberapa periode.
- Mengambil keputusan
Hasil peramalan yang telah dilakukan digunkan untuk mengambil keputusan untuk
membuat berbagai perencanaan seperti perencanaa produksi, keuangan, penjualan dan
perencanaan lainnya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
2) Jenis-jenis Metode Peramalan
a) Deret Waktu (Time Series)
Analisis time series merupakan hubungan antara variabel yang dicari (independent)
dengan variabel yang memengaruhinya (dependent variable), yang dikaitkan dengan waktu
seperti mingguan, bulan, triwulan, caturwulan, semester atau tahun. Dalam analisis time
series ini yang menjadi variabel adalah waktu. Metode peramalan ini terdiri dari :
- Metode Smooting, jenis peramalan jangka pendek seperti perencanaan persediaan,
perencanaan keuangan.
- Metode Boy Jenkins, merupakan deret waktu dengan menggunakan metode matematis
dan digunakan untuk peramalan jangka pendek.
- Metode proyeksi tren dengan regresi, metode yang digunakan baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Metode ini menggunakan data minimal 2 tahun dan semakin
banyak semakin baik.
b) Sebab Akibat (causal methods)
Metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara variabel yang diperkirakan
dengan variabel lain yang memengaruhinya tetapi bukan waktu. Metode peramlan ini terdiri
dari:
- Metode Regresi dan korelasi, metode yang digunakan baik untuk peramalan permintaan
maupun penjualan.
- Metode Input-Ouput, metode yang digunakan untuk ramalan jangka panjang yang
biasanya digunakan untuk menyusun tren ekonomi jangka panjang. Data yang
digunakan biasanya lebih dari sepuluh tahun.
- Metode ekonometri, peramalan ini didasarkan pada sistem pemasaran regresi yang
diestimasi secara simultan. Data yang digunakan biasanya data kuartalan.
g. Cara Mengestimasi Pasar
Untuk mengetahui besarnya pasar nyata, potensi dasar dan total pasar dalam suatu
wilayah perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu. Penelitian dilakukan untuk memperoleh
data, baik dengan metode yang relevan seperti melalui survei, kuesioner atau dengan
mengumpulkan data skunder dari berbagai sumber. Kemudian untuk mengetahui pasar nyata
dan pasar potensi dapat digunakan beberapa metode antara lain metode pendapat, metode
eksperimen dan metode survei.
Pertumbuhan penduduk dan transportasi masyarakat juga menjadi pertimbangan,
misalnya kehadiran perumahan atau perkantoran di suatu lokasi juga sangat menunjang.
Demikian juga adanya penambahan jalur transportasi serta meningkatnya pendapatan
masyarakat juga harus menjadi pertimbangan lebih lanjut.

4. Aspek Keuangan
Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan
keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Aspek keuangan juga merupakan muara dari
semua aspek sebab keuangan implikasi dari seluruh program proyek yang harus diperhitungkan.
Berbagai hal yang menyangkut keuangan perlu dibahas mulai dari awal perencanaan, periode
persiapan, pelaksanaan pembangunan proyek dan periode operasi ketika usaha berjalan. Kita
bedakan periode tersebut menjadi dua yaitu periode persiapan dan periode operasi. Implikasi
keuangan periode persiapan akan terkafer dalam kebutuhan dana investasi, sedangkan dalam
masa operasi tercermin pada proyeksi rugi-laba, proyeksi neraca, proyeksi arus kas dan proyeksi
kemampuan melunasi pinjaman serta tingkat pengembalian.
Studi keuangan akan lebih memberikan pendalaman ke arah bagaimana dana akan
dialokasikan. Secara umum, pengalokasian dana tersebut dapat dilakukan ke dalam dua
bentuk, yaitu untuk aktiva tetap (fixed assets), dan untuk modal kerja (working capital).
Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu bisnis dapat
dijalankan atau tidak. Akhir-akhir ini, telah banyak berkembang berbagai lembaga keuangan
maupun non-keuangan yang telah bersedia untuk mendanai suatu aktivitas bisnis, tentu saja
dengan persyaratan tertentu.
Menurut Carter dan Usry (2004) biaya adalah: nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan
untuk memperoleh manfat. Biaya seringkali sinonim dengan beban. Biaya-biaya dapat dibagi
dalam kategori (diklasifikasi) menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi, biaya tidak
langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biaya produk, biaya periode, biaya
bersama (joint cost), biaya estimasi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost), dan biaya tunai.
Untuk lebih jelasnya kita bahas aspek keuangan meliputi hal sebagai berikut :
a. Biaya Pra-operasi
Dalam membangun sebuah usaha perlu diawali dengan pembuatan gagasan, penelitian
tentang produk, pasar dan aspek-aspek lain yang dipertimbangkan untuk diambil sebuah
keputusan. Guna keperluan tersebut mempunyai konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan kita
sebut biaya pra-operasi. Penggunaan biaya tersebut keperluan penelitian, perencanaan, studi
kelayakan, perancangan (design), biaya konsultan dan biaya pemasaran sebelum produk siap
diluncurkan ke pasar. Biaya-biaya tersebut sudah harus dikeluarkan sebelum diambil keputusan
untuk melaksanakan proyek yang dikelompokkan sebagai sunk cost atau investasi yang nilainya
tetap dan telah dikeluarkan semuanya tidak mempunyai sisa. Biaya tersebut dikeluarkan baik
usaha tersebut jadi dijalankan atau batal. Sun cost tidak dimasukkan dalam perhitungan NPV
karena biaya tersebut diluar perhitungan studi kelayakan usaha.

b. Rencana Kebutuhan Investasi


Investasi membutuhkan permodalan dan besar-kecilnya modal bergantung pada skala
dan luas usaha yang akan dikerjakan. Modal sebagai salah satu fungsi investasi dapat
diperoleh dari pinjaman atau modal sendiri. Investasi yang memberikan pengembalian
modal tinggi dan jangka waktu pengembalian yang relatif pendek menjadi harapan
setiap investor. Sebaliknya, jika pengembalian modal rendah apalagi jika lebih rendah
dibandingkan tingkat bunga yang berlaku, investor akan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan.
Keputusan dividen ditentukan dari jumlah keuntungan perusahaan setelah pajak
(earning after tax). Oleh karena itu tujuan memaksimumkan keuntungan yang dibagikan
kepada pemegang saham (dividen) dengan kendala memaksimumkan laba ditahan untuk
diinvestasikan kembali sebagai sumber dana internal, dengan kata lain semakin banyak jumlah
laba ditahan berarti semakin sedikit uang yang tersedia bagi pembayaran dividen.
Jika investor menggunakan modal pinjaman dengan pengembalian modal yang lebih
rendah daripada suku bunga bank, berarti investor akan mengalami kerugian akibat
membayar selisih kekurangannya. Jika ternyata proyek yang dijalankan mengalami
kegagalan atau berhenti di tengah jalan, berarti kerugian yang terjadi akan lebih besar lagi.
Investasi selalu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, sebelum melakukan
investasi, sudah selayaknya dilakukan analisis kelayakan usaha secara mendalam.
Rencana kebutuhan investasi bisa diperhitungkan diawal perencanaan usaha yang
meliputi seluruh pengeluaran pembangunan proyek dengan dikelompokkan sebagai berikut :
1) Biaya pembangunan Fisik (Harta Tetap):
Biaya pembangunan fisik adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan sarana dan
prasarana seluruh kebutuhan proyek yang meliputi pembelian tanah, pembangunan gedung,
pembelian mesin-mesin, alat kantor, furnitur dan kendaraan.
2) Biaya-biaya Trial Run:
Trial Run adalah uji coba kelancaran operasi seluruh unit produksi hingga terwujudnya
sebuah produk yang akan dipasarkan. Kegiatan tersebut membutuhkan waktu tertentu yang
membutuhkan biaya antara lain beli bahan baku, bahan bantu lainnya, honor tenaga kerja,
beli bahan bakar dan lain-lain sehingga tampak kegiatan pabrik beroperasi sepenuhnya.
Produk yang dihasilkan bukan untuk dijual secara profit akan tetapi untuk keperluan
evaluasi mutu, perbaikan design dan promosi awal. Apabila produk sudah dapat dijual
maka pendapatannya masuk pada perhitungan biaya trial run. Sisa produk yang dihasilkan
dalam trial run dapat dijadikan persediaan awal barang jadi pada awal periode operasi.
Biaya trial run bisa dimasukkan sebagai harta tak berwujud akan disusutkan dalam waktu
tertentu.
3) Modal Kerja:
Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk operasi perusahaan sehari-hari dalam
membuat produk yang meliputi kebutuhan dana yang tertanam lancar dalam bentuk piutang
usaha, persediaan bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi, bahan bakar dan bahan
bantu produksi lainnya. Termasuk sejumlah kas minimum untuk kebutuhan tak terduga
atau transaksi.
Suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung
oleh ketersediaan dana yang baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat
memenuhi permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah dan kriteria pelanggan
dikarenakan bisnis tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses
produksinya, maka sudah dapat dipastikan usaha bisnis tersebut akan terancam gagal.
Dalam menentukan besarnya dana yang akan diperlukan untuk menjalankan suatu
aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan (forecasting) yang baik. Peramalan atau taksiran
ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis proyek. Pada umumnya, taksiran dana yang
dibutuhkan tersebut tergantung pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri,
misalnya penentuan lokasi bisnis yang bergantung kepada harga tanah. Semakin mahal harga
tanah maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut. Di samping itu,
terdapat pula faktor-faktor biaya yang akan dikeluarkan selama umur bisnis tersebut.

c. Sumber Dana
Sumber dana dari lembaga-lembaga itu sering disebut sebagai modal asing (modal
pinjaman). Sumber dana yang digunakan untuk belanja usaha bisa berasal modal sendiri dan
pinjaman bank.
1) Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang dimiliki oleh pemegang saham, yang dinyatakan
dalam akte pendirian perusahaan. Umumnya jumlah dana yang tercantum dalam akte pendirian
tersebut masih jauh dari cukup untuk antisipasi kebutuhan dana investasi keseluruhan.
2) Pinjaman
Guna penguatan kebutuhan modal kerja dan membeli harta tetap dibutuhkan pinjaman
dari bank atau lembaga keuangan lainnya. Ketentuan besaran pinjaman, periode penarikan,
cicilan, tingkat bunga, jatuh tempo pelunasan dan biaya administrasi lainya dicantumkan dalam
perjanjian kontrakkredit yang disepakati antara pihak perusahaan dan bank.
Sumber dana bisa juga didapat dari modal asing yaitu sumber dana yang didapatkan
dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank,
perusahaan leasing, dan lain sebagainya. Sumber dana dari modal asing biasanya berwujud
hutang, baik hutang jangka panjang, maupun hutang jangka pendek.

d. Proyeksi Harga Pokok Produksi/Penjualan


Proyeksi harga pokok penjualan harus didukung oleh volume proyeksi dan volume
penjualan. Biaya produksi per unit adalah total biaya produksi dibagi dengan volume produksi.
Sedangkan harga pokok penjualan per unit adalah total harga pokok penjualan dibagi dengan
volume penjualan.

e. Proyeksi Rugi-Laba
Proyeksi rugi-laba adalah gambaran keuntungan operesasi usaha beberapa tahun
kedepan. Untuk membuat proyeksi rugi-laba harus dihitung terlebih dahulu proyeksi nilai
penjualan, biaya produksi dan biaya operasi. Biaya operasi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan operasional kantor dan pemasaran produk. Biaya-biaya produksi dan operasi dapat pula
dikelompokkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.

f. Proyeksi Arus Kas


Proyeksi arus kas bergna untuk penyusunan proyeksi neraca. Arus kas merupakan
catatan atas penerimaan (arus kas masuk) dan pengeluaran (arus kas keluar) kas dalam satu
periode. Sedangkan selisih antara keduanya (masuk dan keluar) disebut arus kas bersih.

g. Aliran Kas Proyek (Cash Flow Proyek)


1) Beberapa Pertimbangan dalam Menaksir Aliran Kas.
Dalam analisis keputusan investasi, ada beberapa langkah yang akan dilakukan:
- Menaksir aliran kas dari investasi tersebut
- Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang
- Mengevaluasi investasi tersebut dengan kriteria investasi seperti Payback period, NPV, dan
IRR
- Mengambil keputusan, apakah investasi diterima atau tidak.
Cash flow (aliran kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk
sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari
aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap
periode. Sedangkan pengertian Arus Kas Proyek ialah arus kas yang mencakup prakiraan
Penerimaan dan Pengeluaran dana yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek selama jangka
waktu kontrak. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga
kelompok yaitu:
- Aliran Kas Awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan
pengeluaran untuk kegiatan investasi. Misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya
pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow)
- Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan
dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab
itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar
(cash out flow).
- Aliran Kas Akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan nilai
sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan
peralatan proyek.
2) Kriteria Penilaian Investasi
a) Konsep Nilai Waktu Uang
Investasi pada umumnya memerlukan jangka waktu yang panjang, untuk itu perlu
dinilai apakah investasi tersebut dapat memberikan seberapa besar kelayakannya. Untuk itu
perlu konsep nilai waktu uang ”time value of money ” dan beberapa metode penilaiannya. Nilai
waktu uang pada dasarnya membahas tentang bunga ”interest ” menurut Riggs et al. yang
dikutip Robert J.K. (1997) ada dua macam bunga, yaitu bunga biasa ”simple interest ” dan
bunga majemuk ”compount interest ”
- Bunga Biasa
Bunga biasa adalah perhitungan bunga yang sederhana dengan menggunakan formula
sebagai berikut :
I=pin
Keterangan :
P = jumlah atau nilai sekarang
F = jumlah atau nilai yang akan datang
i = tingkat bunga pada suatu periode
n = waktu
Bila seseorang meminjam sejumlah uang P dengan bunga i maka uang yang
harus dikembalikan adalah:
F (harga yang akan datang) = P + i = P + P i n
= P (1 + i n )
- Bunga Majemuk
Bunga yang didapat pada suatu periode dibungakan lagi sehingga berlipat (majemuk)
b) Nilai Sekarang
Nilai sekarang ”present value ” menunjukkan berapa nilai uang pada saat ini untuk nilai
tertentu di masa yang akan datang. Apabila sejumlah uang yang diinginkan A pada waktu 1
tahun lagi dan PV menunjukkan jumlah uang yang ditabung serta i merupakan tingkat bunga
c) Metode Penilaian Investasi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai suatu investasi, yaitu NPV,
IRR dan PI.
- Metode ”Net Present Value”
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal aliran kas) di masa yang
akan datang bernilai positif
- Metode ”Internal Rate of Return ”
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan
nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa yang akan datang. Apabila
tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga yang relevan (tingkat keuntungan yang
disyaratkan ”MARR”)
- Metode ”Profitability Index ”
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas
bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Kalau PI lebih besar dari 1, maka
proyek diterima atau layak.
d) Menilai Proyek Dengan Metode NPV
- Pemilihan Aktiva
Seringkali perusahaan dihadapkan pada masalah penggunaan aktiva yang mempunyai
karakteristik yang berbeda. Pemilihan ini timbul karena adanya dua atau lebih aktiva yang
bias memberikan pelayanan yang sama tapi dengan harga, usia ekonomis, dan biaya
operasi yang berbeda.
- Penggantian Aktiva
Penggantian aktiva dapat dilakukan dengan melalui banyak pertimbangan. Untuk aktiva
dengan pengganti yang sama ataupun yang lebih baik dapat dilakukan dengan
memperhitungkan NPV terlebih dahulu. Kunci dalam menghitung NPV suatu proyek
adalah pertama menaksiralirankas, dan kedua menentukan tingkat bumga yang layak.
- Pengaruh Inflasi
Pengaruh inflasi atau disinflasi harus dimasukkan ke dalam NCF, karena tingkat
keuntungan yang disyaratkan sudah dimasukkan inflasi yang diharapkan. Jika inflasi
menggunakan tingkat inflasi per sektor perekonomian akan lebih baik jika menggunakan
tingkat inflasi. Perubahan harga yang tidak disebabkan inflasi atau kurangnya permintaan
dan penawaran, akan mempengaruhi aliran kas masuk, sebaiknya dimasukkan dalam
analisis.
h. Pembelanjaan Hutang
Hutang yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan dapat dibagi dua,
yaitu:
- Hutang jangka pendek (short term debt)
- Hutang jangka panjang (long term debt)
1) Hutang Jangka Pendek
Menurut Warren, Reeve & Fess, (2005), such liabilities that are to be paid out of
current assets and are due within a short time, usually one year, are called current
liabilities. Artinya: hutang jangka pendek akan dikembalikan dalam tempo waktu kurang dari 1
tahun. Hutang jangka pendek ini hanya dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka
pendek pula, misalnya: pembiayaan aktiva lancar atau modal kerja. Pendanaan hutang jangka
pendek dapat berasal dari:
a) Pinjaman dari lembaga keuangan
Lembaga keuangan biasanya akan memiliki beberapa penilaian tentang layak atau
tidaknya suatu bisnis menerima pinjaman investasi. Penilaian tersebut berkenaan dengan faktor-
faktor sebagai berikut:
- Rencana penggunaan pinjaman perusahaan.
- Kondisi keuangan bisnis perusahaan.
- Peramalan tentang industri atau lingkungan di sekitar bisnis perusahaan.
- Adanya jaminan dari perusahaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan
pinjaman.
Persyaratan-persyaratan tersebut akan menentukan jumlah pinjaman, jangka waktu
pinjaman, jaminan terhadap pinjaman, dan tingkat suku bunga pinjaman. Contoh: suatu
perusahaan membeli bahan baku secara kredit. Bunga dari kredit tersebut sebesar 20%,
tingkat pajak penghasilan (tax rate) 30%, maka biaya hutang setelah pajak sebesar:
kt = kb (1- t) = 0,20 (1- 0,30) = 0,14 =14%
b) Menerbitkan surat dagang
Surat dagang misalnya surat hutang wesel dan surat hutang lainnya dengan tingkat suku
bunga yang menarik.
c) Kredit dagang
Kredit dagang adalah surat hutang yang memiliki kekuatan hukum lebih lemah
dibandingkan surat dagang.
d) Sumber keuangan lainnya
Misalnya pegadaian, masyarakat pemodal (kreditor), dan sebagainya. Biaya hutang
yang ditanggung oleh perusahaan yang menggunakan dana hutang tidak lain adalah sebesar
tingkat keuntungan yang telah disyaratkan oleh investor. Pada dasarnya pengunaan hutang
jangka panjang (cost of debt) yang biasanya berasal dari obligasi (cost of bond) dapat dihitung
dengan cara perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus metode
singkat dan metode present value.
2) Hutang Jangka Panjang
Menurut Warren, Reeve, & Fess (2005), liabilities that will be due for a long time
(usually more than one year) are called long-term liabilities. Artinya hutang jangka panjang
akan diharapkan dibayarkan kembali dalam kurun waktu lebih dari 1 tahun, misalnya obligasi
(bonds), hipotik (mortage), dan sebagainya. Hutang jangka panjang dapat digunakan untuk
pembiayaan modal kerja ataupun membiayai aktiva tetap.
Banyak perusahaan besar yang umumnya membutuhkan dana yang besar, memilih
memperoleh dana dari obligasi, yaitu merupakan surat hutang jangka panjang yang dibeli oleh
para investor dari negara. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga obligasi yang relatif lebih
rendah dibandingkan pinjaman terhadap lembaga keuangan lainnya. Ketika sebuah perusahaan
berencana akan menerbitkan obligasi, maka perusahaan tersebut akan membuat suatu indent
document (dokumen inden).
Dokumen inden adalah suatu dokumen resmi yang menerangkan atau menjamin
kesanggupan perusahaan untuk membayarkan hutang kepada pemegang obligasi. Dokumen
inden memberikan hak kepada perusahaan penerbit obligasi untuk melakukan pembelian
kembali obligasi yang telah diterbitkan sebelum jatuh temponya obligasi tersebut. Ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan pendanaan hutang untuk membelanjai
aktivitas usaha suatu bisnis, yaitu:
- Biaya
- Risiko
- Syarat-syarat yang ditetapkan kreditor
- Tingkat inflasi
- Kemampulabaan
- Posisi likuiditas
- Keamanan usaha

i. Pembelanjaan Modal Sendiri


Pembelanjaan yang akhir-akhir ini umumnya dipakai oleh banyak aktivitas bisnis
adalah pembelanjaan modal sendiri. Pembelanjaan modal sendiri disebut juga sebagai
pembelanjaan atau pendanaan ekuitas, yang digunakan untuk waktu yang tidak terbatas.
Artinya pendanaan tersebut akan digunakan selama perusahaan tersebut berdiri. Di dalam
pendanaan ekuitas, terdapat 2 hal yang penting, yaitu:
1) Laba Ditahan
Perusahaan akan memilih menahan laba daripada mendistribusikannya
langsung kepada pemilik untuk memperoleh pendanaan ekuitas, misal untuk tujuan
memperluas ekspansi perusahaan. Perusahaan besar biasanya akan menahan sebagian labanya
untuk dividen, dan sebagian lagi untuk ditahan. Sementara perusahaan kecil akan menahan
sebahagian besar labanya untuk tujuan tertentu.
2) Penerbitan Saham
Pendanaan ekuitas, biasanya akan sering menggunakan saham pada perseroan terbatas
sebagai sumber pendanaannya, atau pada persekutuan komanditer (CV) dan firma (Fa)
digunakan modal sekutu. Sementara untuk perusahaan perseorangan, pembelanjaan sendirinya
menggunakan modal pribadi. Sedangkan untuk PT biasanya menerbitkan saham. Saham
adalah sebuah tanda bukti keikutsertaan seseorang atau suatu pihak akan kepemilikan suatu
perusahaan atau suatu bisnis. Saham akan diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan
pendanaan ekuitas.
Saham yang akan diterbitkan dibagi menjadi dua, yaitu: saham biasa dan saham
preferen. Saham biasa adalah sekuritas yang mewakili sebagian kepemilikan dari perusahaan
tertentu. Saham memiliki nilai nominal, dan dibukukan berdasarkan pada nilai nominalnya.
pemegang saham preferen adalah merupakan partner yang diam karena mereka tidak
mempunyai hak suara dalam menentukan manajemen perusahaan
Di dalam perusahaan perseroan terbatas, yang menggunakan pendanaan ekuitas, akan
terdapat suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di dalam RUPS tersebut, hanya para
pemegang saham biasa yang memiliki suara di dalam mengambil keputusan- keputusan perusahaan.
Sementara pemegang saham preferen akan memiliki prioritas utama di dalam penerimaan dividen,
apabila sebuah perusahaan tidak membayarkan dividen selama periode tertentu.
Dividen adalah balas jasa yang diterima oleh pemegang saham (stock holder’s) berupa
bunga dividen atas investasi yang dilakukan oleh mereka. Besarnya dividen yang dibayar, dapat
ditentukan berdasarkan per lembar saham atau persentase. Dividen yang diterima oleh para
investor, akan ditentukan berdasarkan suatu kebijakan perusahaan di dalam RUPS. Produk
kebijakan tersebut disebut juga devidend payout ratio, yang besarnya antara 0–100% dihitung
dari pendapatan yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earnings available to common
stock holder’s). Saham preferen juga memiliki hak klaim yang utama terhadap aktiva
perusahaan bila perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.
Saham diperdagangkan pada pasar modal (capital market). Harga dari saham yang
dijual oleh perusahaan (emisi saham) akan menghadapi tiga kemungkinan:
- Harga pasar (market price) > nilai nominal
Apabila hal ini terjadi, maka proyek dinyatakan surplus. Para pemegang saham yang bebas
memperdagangkan sahamnya, akan memperoleh pendapatan modal (capital gain).
- Harga pasar = nilai nominal
Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi suatu kondisi Break Event Point (BEP).
Artinya: para pemegang saham berada pada titik impas.
- Harga pasar < nilai nominal
Apabila hal ini terjadi, maka proyek dikatakan akan mengalami kerugian atau sering
disebut defisit. Sementara para pemegang saham, akan mengalami kerugian modal (capital
loss).

j. Pembelanjaan Campuran
Seperti dijelaskan sebelumnya, di dalam menjalankan usahanya, suatu entitas bisnis
diharapkan harus memiliki modal yang cukup untuk melakukan pembiayaan terhadap aktivitas-
aktivitas bisnisnya dalam rangka pemenuhan atas barang ataupun jasa terhadap kepuasan
konsumen. Dari aktivitas pembiayaan tersebut, diharapkan suatu perusahaan mampu menghasilkan
laba.
Untuk memenuhi modal yang cukup tersebut, perusahaan akan melakukan kegiatan
pencarian modal. Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Dalam
kenyataannya, jumlah kredit atau hutang di dalam kegiatan permodalan suatu perusahaan untuk
membelanjai proyek selalu terbatas.
Semakin tinggi peranan hutang di dalam pembiayaan aktivitas bisnis suatu perusahaan,
maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk mencapai kemampulabaan modal sendiri
yang tinggi dari perusahaan tersebut, diikuti semakin tingginya risiko, namun keamanan yang
dijamin akan semakin rendah. Sebaliknya, bila peranan modal sendiri yang semakin tinggi,
maka risiko yang dihadapi perusahaan akan lebih rendah, sementara keamanan akan lebih
tinggi, dan sekaligus pula kemampulabaan akan modal sendiri semakin rendah.
Karena faktor-faktor di atas, banyak pimpinan proyek selalu menggunakan pembelanjaan
campuran di dalam mendanai kegiatan bisnisnya. Pembelanjaan campuran (financing mix) adalah
penggunaan pembelanjaan dengan mengkombinasikan antara pembelanjaan modal sendiri dan
pembelanjaan hutang/kredit. Dengan pembelanjaan campuran, diharapkan perusahaan dapat
menghasilkan laba dengan cara yang efektif. Pertimbangan di dalam memilih penggunaan
pembelanjaan campuran adalah dengan melihat faktor kemampulabaan (return on equity) dan
risiko serta keamanan.

k. Risiko dan Kemampulabaan (Return on Equity)


Tujuan untuk menentukan biaya penggunaan modal adalah dalam rangka penentuan
investasi yang terbaik. Kalau berinvestasi menggunakan modal sendiri, maka cut off rate-nya
adalah biaya modal sendiri. Kemampulabaan atau Return on Equity (ROE) adalah merupakan
tingkat pengembalian perusahaan bisnis terhadap investasi yang diberikan oleh para kreditor.
Sedangkan risiko adalah: tingkat perbedaan antara nilai yang diharapkan (expected value),
dengan nilai yang sebenarnya akan diterima (actual value) di masa depan.
Tingkat pengembalian investasi adalah balas jasa dari risiko. Artinya semakin besar
risiko suatu proyek, maka akan semakin besar pula ROE yang diharapkan akan diterima di
masa depan. Sebaliknya, semakin kecil risiko suatu proyek, akan semakin rendah pula tingkat
ROE yang diharapkan akan diterima. Van Horne (2005) untuk menganalisis risiko biasanya
dilakukan dengan mengukur secara operasional suatu standar deviasi. Standar deviasi adalah:
ukuran lebar dispersi titik tengah distribusi probabilitas.
Risiko yang muncul dari kegiatan pendanaan adalah risiko ekonomi (economic risk),
dan risiko keuangan (financial risk). Risiko ekonomi berhubungan dengan faktor permintaan
dan faktor penawaran. Risiko keuangan berkaitan erat dengan penggunaan kredit untuk
aktivitas pembiayaan itu sendiri, yang sering digambarkan dengan tingkat bunga dan
keamanan pembayaran kembali (repayment).

l. Keamanan
Setiap penanam modal/investor tentunya menanamkan modalnya, dengan tujuan ingin
memperoleh kompensasi tambahan lebih dari modal yang akan ia tanamkan pada suatu
perusahaan. Namun, meskipun demikian, kompensasi atau tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor di masa depan, tentunya tidak selamanya akan sesuai dengan harapan
si pemegang saham. Sebab masa depan penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu tingkat keamanan dari perusahaan yang dapat digambarkan dari laporan
keuangan dan analisis pengembalian modal dari perusahaan yang bersangkutan.
Keterkaitan antara keamanan dengan analisis keuangan, terutama kegiatan
pembelanjaan campuran, yaitu: semakin lama jangka waktu (validitas) jatuh tempo suatu dana
yang digunakan dalam aktivitas pendanaan perusahaan, maka akan semakin aman pula
aktivitas pendanaan tersebut digunakan untuk membiayai proyek. Sehingga dapat kita
simpulkan, dana yang paling aman digunakan untuk membelanjai aktiva adalah dari modal
sendiri. Sebab modal sendiri dapat digunakan untuk membiayai proyek selama umur proyek,
Artinya dana modal sendiri memiliki probabilitas pembayaran kompensasi nilai lebih
besar dibandingkan dengan hutang/kredit. Dan dana yang paling tidak aman untuk
diinvestasikan adalah yang bersumber dari hutang lancar, karena hutang lancar akan dilunasi
dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.

5. Analisis Kelayakan Usaha


Analisis kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak suatu
gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan
suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun
sosial benefit. Penentuan layak atau tidaknya suatu usaha adalah dengan cara membandingkan
masing-masing nilai kriteria kelayakan dengan batas-batas kelayakannya (Kadariah et al. 1999).
Analisis keuangan dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut
layak atau tidak dengan melihat lima kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP) dan
Break Even Point (BEP). Pendekatan analisis keuangan yang digunakan, yaitu:
a. Analisis Keuntungan
Komponen biaya total terdiri dari biaya variabel (biaya tidak tetap) dan biaya tetap.
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara proporsional dengan perubahan
aktivitas, dengan kata lain biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh
jumlah produksi yang dihasilkan, akan tetapi biaya variabel per unit sifatnya konstan.
Sedangkan biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas
(Garrison dan Noreen
2001).
π = TR – TC
Keterangan:
π = Keuntungan
TR = Penerimaan total usaha
TC = Biaya total usaha

b. Analisis Finansial
1) Net Present Value (NPV)
Analisis aliran kas dilakukan untuk mengetahui besarnya arus kas yang diperoleh dari
selisih penerimaan dan biaya. Arus penerimaan bersih sekarang (NPV) menunjukkan
keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan
arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu
tertentu. Notasinya sebagai berikut:

Kriteria NPV yaitu:


- NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan
- NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tetapi juga tidak rugi (manfaat diperoleh hanya
cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan sehingga pelaksanaan proyek
berdasarkan penilaian subyektif pengambilan keputusan)
- NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan
NPV merupakan sebuah metode penilaian atas sebuah investasi yang akan dilakukan
dengan menitik beratkan pada Present Value Pengeluaran dibandingkan dengan Present Value
Penerimaan. Misalkan saat sekarang ini kita membeli sebidang tanah dengan harga Rp. 50juta.
Selesai kita bayar, datanglah sebuah perusahaan menghubungi kita dan mengatakan akan
membeli tanah tersebut seharga Rp. 60juta tahun depan. Apakah kita dapat mengatakan bahwa
kita telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 10juta? Tentu saja tidak. Untuk menguji atas
hal tersebut, maka kita akan membandingkan pengeluaran kita dengan penerimaan yang akan
kita peroleh dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga yang relevan.
Berikut ini adalah ulasannya: jika kita akan mendapatkan atau menerima Rp. 60juta satu
tahun yang akan datang, berapa sebenarnya nilai sekarang (present value) penerimaan tersebut?
kalau kita mempertimbangkan bahwa tingkat bunga yang relevan adalah 15%, maka present
value (PV) adalah :
PV = 60/(1+0,15)
= Rp. 52.17juta
Dengan demikian selisih antara PV penerimaan dengan PV pengeluaran (disebut dengan NPV,
Net Present Value) adalah :
NPV = Rp. 52,17juta – Rp. 50.00jt
= Rp. 2,17juta
NPV yang positif memberikan gambaran bahwa Investasi yang akan dilakukan adalah
Feasible atau layak untuk dilakukan, begitu pula sebaliknya, jika nilai NPV adalah Negatif
maka adalah tidak layak untuk dilakukan atau Unfeasible. Oleh karena itu, dalam menghitung
NPV perlu untuk menaksir arus kas dan menentukan tingkat suku bunga yang relevan.
2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah PV net benefit yang positif dengan jumlah
PV net benefit yang negatif. Jumlah Present value positif sebagai pembilang dan jumlah
present value negatif sebagai penyebut.
Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh
dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang
akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka
proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan. Net B/C ratio
merupakan manfaat bersih tambahan yg diterima proyek dari setiap 1 satuan biaya yg
dikeluarkan.
Menurut Gittinger (1996), Net B/C menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat
pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Dapat juga dikatakan untuk mengetahui sejauh
mana hasil/penerimaan yang diperoleh dari penggunaan biaya usaha selama periode tertentu.
Notasinya
sebagai berikut:
RUMUS:

Keterangan:
- B t = Manfaat penerimaan tahun ke-t (Rp)
- C t = Biaya yang dikeluarkan tahun ke-t (Rp)
- N = umur ekonomis usaha (tahun)
- I = tingkat suku bunga (%)
- t = periode investasi (i = 1,2,...n)
Kriteria kelayakan pada metode ini adalah:
- Net B/C> 1, usaha dianggap layak
- Net B/C = 1, merupakan titik impas
- Net B/C < 1, usaha tidak layak.
Kelebihan menggunakan Net B/C dalam menganalisa sebuah proyek adalah lebih
mencerminkan berapa rasio keuntungan yang akan didapat karena manfaat yang didapat telah
dikurangi dengan biaya. Selain itu, Metode ini telah memperhitungkan aliran kas selama umur
proyek investasi. Sedangkan kekurangannya adalah proses penghitungan akan lebih lama karena
setelah mengidentifikasi semua biaya, kita akan mengurangkannya dengan manfaat untuk setiap
tahun selama umur proyek. Dalam perhitungan Net B/C biaya tiap tahun dikurangkan dari
benefit tiap tahun untuk mengetahui benefit netto yg positif dan negatif. Kemudian jumlah
present value positif dibandingkan dengan jumlah present value yang negatif.
Berikut ini sebuah contoh untuk lebih mudah memahami perhitungan Net B/C ratio:
Diketahui suatu proyek besar menghasilkan estimasi biaya dan manfaat sebagai berikut:

- Umur proyek 6 tahun


- Tingkat DF yang berlaku 10 %
- Biaya Investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar Rp
500 jt dan Rp 400 jt kemudian biaya operasioanal tiap tahunnya sebesar Rp 50 jt.
- Manfaat yang diterima mulai tahun ke-2 sampai tahun ke-6 masing-masing sebesar Rp
100 jt, Rp 200 jt, Rp 300 jt, Rp 400 jt, dan Rp 500 jt
Tabel 4.1. Contoh Perhitungan Net B/C Ratio
(Sumber: http://hasyimibnuabbas.blogspot.co.id)
Tahun Cost Benefit Net Benefit DF 10% PV
1 500 (500) 0,909 (454,5)
2 400 100 (300) 0,826 (247,8)
3 50 200 150 0,751 150,2
4 50 300 250 0,683 204,9
5 50 400 350 0,620 248
6 50 500 450 0,564 282
Net B/C ratio untuk contoh proyek diatas adalah:
Jadi Net B/C ratio dalam proyek tersebut adalah 1,074. 1,074>1 artinya proyek go (Layak
dijalankan)
3) Internal Rate of Return (IRR)
Tingkat pengembalian internal (IRR) merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat
dibayar oleh kegiatan usaha untuk sumber daya yang digunakan dan ditunjukkan dengan
persentase serta menunjukkan tolok ukur keberhasilan proyek (Gittinger 1996). IRR adalah
tingkat bunga yang membuat arus penerimaan bersih sekarang (NPV) sama dengan nol
(Kadariah et al. 1999). Notasinya sebagai berikut:
NPV1
IRR = I1 + ----------------------- x ( I2 - I1 )
( VPV1 - NPV2 )
Keterangan :
- NPV1 = Nilai NPV yang positif (Rp)
- NPV2 = Nilai NPV yang negatif (Rp)
- i1 = tingkat suku bunga nilai NPV yang positif (%)
- i2 = tingkat suku bunga nilai NPV yang negatif (%)
- i* = IRR (%)
Kriteria IRR yaitu :
- IRR > tingkat suku bunga, berarti usaha layak dilaksanakan
- IRR < tingkat suku bunga, berarti usaha tidak layak dilaksanakan.
4) Pay Back Period (PBP)
Payback period adalah suatu metode dalam penentuan jangka waktu yang dibutuhkan
dalam menutupi initial investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash inflow yang
dihasilkan dari proyek tersebut. Semakin pendek payback period dari periode yang disyaratkan
perusahaan maka proyek investasi tersebut dapat diterima. Rumus payback period adalah
sebagai berikut :
Metode payback period memiliki kelebihan yaitu mudah dan sederhana bisa di hitung
untuk menentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi. Selain itu, kelebihan metode
payback period ini adalah bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin
pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya, serta dapat pula
digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang
sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila
payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.
Sedangkan kelemahan metode payback period tidak memperhitungkan time value of
money (nilai waktu akan uang), dan tidak mempedulikan cash flow yang diperoleh setelah
payback period, serta tidak memperhatikan pula keuntungan yang diperoleh setelah payback
period.
Penghitungan PBP untuk mengetahui jumlah periode (tahun) yang diperlukan untuk
mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu
(Giyatmi et al. 2003). Perhitungan PBP ini menggunakan rasio keuntungan dan biaya dengan
nilai sekarang. Jika nilai perbandingan keuntungan dengan biaya lebih besar atau sama
dengan 1, proyek tersebut dapat dijalankan (Umar 1997). Notasinya sebagai berikut:
Nilai Investasi
Payback Period = -------------------------
Proceed
Apabila periode payback kurang dari suatu periode yang telah ditentukan proyek
tersebut diterima, apabila tidak proyek tersebut ditolak. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh proyek
investasi tersebut juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi.
5) Break Even Point (BEP)
Break-Even Point (BEP) atau titik impas adalah merupakan tingkat penjualan di mana
laba bersih sama dengan nol. Dengan kata lain, titik di mana penjualan sama dengan biaya
variabel total ditambah biaya tetap total, dan margin kontribusi yang sama dengan biaya tetap.
BEP juga dapat dikatakan sebagai cara untuk dapat menetapkan tingkat produksi dimana
penjualan sama dengan biaya-biaya. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan
produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung, sehingga
proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil
penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini, maka proyek yang bersangkutan tidak dapat
memberikan laba (Kadariah et al. 1999)
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah yang
menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut, berarti dalam
padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga
dikala penjualan permisi lewat melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran
analisis BEP tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada. Dalam
kondisi lain, analisis BEP pun digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses
dengan mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu
volume harapan. Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan
lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk kapasitas produksi
yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan antara penggunaan untuk produk tunggal dan atau
untuk beberapa produk sekaligus. Rumus BEP yang pertama adalah
menghitung break even point yang harus diketahui adalah jumlah total biaya tetap,
biaya variabel per unit atau total variabel, hasil penjualan total atau harga jual per unit.
Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1) Break even point dalam unit.

Keterangan :
- BEP : Break Even Point
- FC : Fixed Cost
- VC : Variabel Cost
- P : Price per unit
2) Break even point dalam rupiah.

Keterangan :
- BEP : Break Even Point
- FC : Fixed Cost
- VC : Variabel Cost
- P : Price per unit
- S : Sales Volume

c. Analisis Sensitifitas
Analisis sensitivitas adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh- pengaruh yang
akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Pada bidang pertanian, bisnis
sensitive berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk,
keterlambatan pelaksanaan usaha, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.
Analisis sensitivitas dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya
dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi
atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV
sama dengan nol (NPV = 0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku
bunga dan Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa usaha yang
akan dijalankan mentoleransi peningkatan Rumus BEP yang pertama adalah
harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger,1986).
Analisis sensitifitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh proyek dapat dilaksanakan
mengikuti perubahan harga, baik biaya produksi maupun harga jual produk atau kelemahan
estimasi hasil produksi. Parameter yang biasanya berubah dan perubahannya dapat
mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat
pajak dan sebagainya. Analisis sensitifitas juga dilakukan apabila terjadi suatu kesalahan
pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat (Pramudya, 2002). Berikut ini disajikan salah satu
contoh analisa usaha budidaya/pembibitan rumput laut jenis Eucheuma cottoni Eucheuma
cottoni yang dibudidayakan di laut.

CONTOH: ANALISA USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT


TAHUN ANGGARAN 2010 (Sumber: BBAP Takalar, 2007)

Harga
No. Uraian Volume Satuan Jumlah Biaya Keterangan
Satuan (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
I. BIAYA INVESTASI :

1. Tali No. 10 (Tali Induk) 1.0 roll 450,000.0 450,000.0

2. Tali No. 5 (Tali Bentangan) 50.0 roll 75,000.0 3,750,000.0 400 Jalur

3. Tali No. 2 (Tali Ris) 1.0 roll 37,500.0 37,500.0 50 gr/titik

4. Tali No. 8 (Tali Jangkar) 2.0 roll 300,000.0 600,000.0 120 titik

5. Bibit Rumput laut (bibit awal) 2,400.0 kg 3,000.0 7,200,000.0 2,400.0 kg

6. Karung Jangkar 360.0 lembar 2,000.0 720,000.0

7. Botol Pelampung aqua 1,200.0 buah 550.0 660,000.0

8. Pelampung Jergen 60.0 buah 15,000.0 900,000.0

9. Karung Panen 50.0 lembar 2,000.0 100,000.0


10. Patok kayu 100.0 batang 500,000.0
5,000.0
11. Para-para 2.0 unit
a). Terpal / Tenda Penjemuran 8
x 10 m 2.0 Lbr 168,000.0 336,000.0

b). Bambu 100.0 batang 15,000.0 1,500,000.0

c). Waring Hitam 2.0 Pish 350,000.0 700,000.0

d). Balok 5 x 10 cm 30.0 batang 85,000.0 2,550,000.0


TOTAL BIAYA INVESTASI 20,003,500.0
II. BIAYA PRODUKSI :

1. Bibit Rumput laut (bibit awal) 2,400.0 kg 3,000.0 7,200,000.0

2. Jasa untuk pembibit 1,400.0 bntangan 2,000.0 2,800,000.0

3. Jasa pembuatan tali bentangan 1,000.0 bntangan 2,000.0 2,000,000.0


TOTAL BIAYA PRODUKSI 12,000,000.0
TOTAL BIAYA INVESTASI
32,003,500.0
+ PRODUKSI
III. PENDAPATAN
1. Jual Bibit
2,400.0 kg 3,000.0 7,200,000.0
Rumput laut kering(konversi 1:8
2. dari 8,400 kg) 1,050.0 kg 10,000.0 10,500,000.0
TOTAL PENDAPATAN 17,700,000.0
IV. KEUNTUNGAN (Pendapatan - Biaya Produksi) 5,700,000.0

V. BEP Harga = total biaya produksi/total produksi


Total Biaya Produksi Rp. 12,000,000.0
Total Produksi Rp. 1,050.0 Kg rumput laut kering
BEP Harga Rp. 11,428.6

Artinya titik impas usaha penjualan tercapai pada harga jual rumput laut kering Rp. 11,428.6 / kg

VI. BEP Produksi = total biaya produksi/harga


Total Biaya Produksi Rp. 12,000,000.0
Harga Rp. 10,000.0
BEP Produksi Rp. 1,200.0

Artinya titik impas usaha penjualan tercapai pada jumlah produksi 1,200.0 kg rumput laut kering

VII. Pengembalian Modal (PM)

Pengembalian Modal (PM) = total biaya (investasi + produksi) / keuntungan


Total Biaya (Investasi + Produksi) Rp. 32,003,500.0
Keuntungan Rp. 5,700,000.0
Pengembalian Modal (PM) Rp. 5.61
Artinya modal usaha penjualan akan kembali dalam 6 kali periode produksi rumput laut kering
(dibulatkan)

Tabel…. Contoh analisa usaha budidaya rumput laut


6. Aspek Hukum
Aspek hukum menkajii tentang legalitas usulan proyek yang akan dibangun dan
dioperasikan, ini berarti bahwa setiap proyek yang akan didirikan dan dibangun di wilayah
tertentu haruslah memenuhi hukum dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut. Berikut
ini disajikan jenis data, sumber data dan cara memperoleh data dan cara menganalisis data yang
terkait dengan aspek hukum
a. Jenis data dan sumber data
Jenis data yang diperlukan secara umum yaitu data kuantitatif yang mencakup tentang
bentuk badan usaha, ijin usaha dan ijin lokasi pendirian proyek atau bisnis. Semua ini dapat
diperoleh dari sumber ekstern seperti notaries, pemda, departemen terkait maupun pemerintah
setempat.
b. Cara memperoleh dan menganalisis data
Untuk memperoleh gambaran kelengkapan data dasar dan data yang harus
dipenuhi tentang ijin usaha dan ijin lokasi pendirian dapat digali dengan teknik wawancara dan
dokumentasi. Kelengkapan atas data ijin usaha, meliputi:
- Akte pendirian usaha dari notaris setempat apakah berbentuk badan usaha PT, CV,
perseorangan, dan lain-lain.
- NPWP (nomer pokok wajib pajak)
- Surat tanda daftar perusahaan
- Surat ijin tempat usaha yang dilakukan oleh pemda setempat
- Surat rekomendasi dari kadin setempat
- Surat tanda rekanan dari pemda setempat
- SIUP setempat
- Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh kanwil departemen penerangan
Sementara itu kelengkapan data ijin lokasi pendirian,meliputi:
- Sertifikat (akte tanah)
- Bukti pembayaran PBB yang terakhir
- Rekomendasi dari RT/RW
- Rekomendasi dari kecamatan dan
- KTP dari pemrakersa proyek atau bisnis
Setelah kelengkapan data tersebut terpenuhi, selanjutnya dilakukan penganalisisan.
Teknik analisis yang digunakan untuk menilai apakah proyek atau bisnis yang akan didirikan
layak dari aspek hukum adalah teknik kualitatif (judgement). Dalam teknik ini tolak ukurnya
adalah kelengkapan dari data yang disyaratkan oleh aparat pemerintah dan diterbitkannya surat-
surat ijin tersebut.

7. Laporan Studi Kelayakan


Pada dasarnya setiap laporan studi kelayakan mencakup keseluruhan aspek - aspek dari
suatu proyek, disertai dengan lampiran-lampiran yang berupa keterangan tambahan yang
memperjelas dan ringkasan dari keseluruhan isi laporan disini saya akan memberikan contoh
elemen dalam laporan studi kelayakan secara sederhana.item yang setidaknya terkandung dalam
laporan studi kelayakan adalah sebagai berikut:
a. Ringkasan dan Kesimpulan (ikhtisar)
b. Latar belakang proyek dan pemrakarsa
c. Aspek Pasar
- Pasar Potensial
- Pertumbuhan Permintaan dan Proyeksi
- Persaingan
- Market share
- Kebijaksanaan pemasaran khususnya saluran distribusi
d. Aspek Teknik:
- Lokasi dan Lahan Usaha
- Luas Produksi
- Lay out
- Teknologi mesin dan equipment
- Schedule kerja
e. Aspek Menejemen
- Kebutuhan tenaga kerja
- Sumber Tenaga Kerja
- Balas Jasa Tenaga Kerja
f. Aspek Finansial
- Biaya investasi (aktiva tetap dan modal kerja)
- Struktur finansial
- Estimasi penjualan
- Estimasi biaya produksi
- Cash flow
- Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi
- Kriteria investasi, termasuk analisa break event point
- debt service coverage
g. Aspek Ekonomi
- National income benefit
- Penyerapan tenaga kerja
- Penambahan devisa
- Keuntungan transfer pengetahuan/teknologi
h. Kesimpulan dan Saran
- Kesimpulan (pemrakarsa dan aspek proyek)
- Saran (feasible, tidak feasible, feasible dengan catatan)
e. Lampiran
Kegiatan Pembelajaran 12.
Memasarkan Rumput Laut

A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami bagaimana
menganalisis kebutuhan pasar rumput laut, merencanakan pemasaran rumput laut, memprediksi
keuntungan yang akan diperoleh serta resiko kerugian dan factor-faktor yang
mempengaruhinya, kemudian melakukan evaluasi terhadap hasil pemasaran produk sehingga
dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan teknik pemasarannya dan inovasi-inovasi dalam
pemasaran.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran ini, antara lain
sebagai berikut:
1. Menganalisisa kebutuhan pasar rumput laut
2. Merencanakan pemasaran rumput laut
3. Menentukan segmen pasar
4. Menentukan kebutuhan pemasaran rumput laut
5. Memprediksi laba rugi pemasaran rumput laut
6. Memasarkan produk rumput laut
7. Evaluasi pemasaran produk rumput laut
8. Menyusun laporan pemarasan produk rumput laut

C. Uraian Materi
1. Kebutuhan Pasar
Seiring bertambahnya permintaan dunia terhadap komoditas rumput laut sekarang
ini, menjadikan Pemerintah Indonesia untuk selalu mendorong budidaya serta industrialisasi
rumput laut tersebut. Potensi dan kualitas rumput laut Indonesia serta produk turunannya
sangatlah luar biasa itu juga yang menjadikannya diminati oleh berbagai negara di dunia.
Hampir kurang lebih 555 jenis rumput laut di Indonesia dan sebagian besar produk-produk
rumput laut telah diekspor sebagai rumput laut kering maupun olahan.
Permintaan komoditas rumput laut di Indonesia semakin mencuri perhatian pasar
internasional saat ini. Terbukti, saat ini ada tiga negara di Asia yang memborong rumput laut
produksi dalam negeri, nilai kontraknya hingga US$58 juta atau senilai Rp782,71 miliar. Ketiga
importir terbesar di Asia tersebut adalah China, Malayasia, dan Singapura. Dunia mengakui
kualitas rumput Indonesia. Dari total ekspor rumput laut dunia, Indonesia menjadi pemasok
utama rumput laut dunia dengan pangsa pasar sebesar 26,50 persen dari total US$ 1,09 miliar
permintaan dunia.
Jenis rumput laut asal Indonesia yang paling diminati adalah produk rumput laut kering.
Karena, rumput laut kering mampu diolah menjadi bahan-bahan penting pengganti pangan di
antaranya diolah menjadi bahan baku makanan, makanan hewan peliharaan, bahan makanan
tambahan, hingga pengendalian pencemaran. Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi pelaku
usaha rumput laut untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kualitas rumput laut
Indonesia.
Pemerintah akan terus mendukung pengembangan peta jalan (roadmap) pembangunan
sektor rumput laut nasional sehingga nilai tambah yang dihasilkan bagi petani semakin
dirasakan, namun peran serta asosiasi juga sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut.
Karena itu, koordinasi dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri perlu terus
dilakukan. Hal tersebut dilakukan guna mendorong pengembangan industri tersebut dari huli
hingga ke hilir. Kerja sama antara Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) dengan Seaweed
Industry Association of The Phillipones (SIAP) akan menjadikan ASEAN sebagai basis
produksi dan memaksimalkan pemenuhan pasar rumput laut.
Sebagai negara dengan perairan yang luas, kekayaan hasil laut Indonesia dinilai tidak
terbatas dan produksi rumput laut yang melimpah ini harus dimanfaatkan oleh industri dalam
negeri. Transaksi pembelian rumput laut kering ini dibeli oleh tiga importir asal Tiongkok,
yakni Green Fresh Foodstuff Co. Ltd, Xiamen DSC Import & Export Co. Ltd, dan Fujian
Province LVQI Food Colloid Co. Ltd dari PT Phoenix Jaya dengan total nilai kontrak sebesar
US$24,6 juta. Selain itu, pembelian dari Shanghai Brilliant Gum Co. Ltd atas produk rumput
laut PT Rika Rayhan Mandiri sebesar US$24 juta. Sementara perusahaan Singapura Gills &
Fins Pte. Ltd melakukan melakukan kontrak kerjasama dengan PT Jaringan Sumber Daya
senilai US$500 ribu. Perusahaan lain yang tercatat melakukan penandatangan kontrak
pembelian rumput laut diantaranya adalah, PT Sumber Makmur sebesar US$ 5 juta, PT Agro
Niaga sebesar US$ 3,4 juta, dan PT Simpul Distribusi sebesar US$ 1 juta.
Rumput Laut banyak digunakan sebagai produk makanan dan kesehatan. Tidak
hanya itu, tumbuhan ini juga digunakan sebagai pupuk taman dan pertanian. Untuk
pengembangan selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan bio diesel. Jika melihat segi
pemasaran, produk added value rumput laut dapat berupa makanan, pupuk, bahan makanan
tambahan, pengendalian pencemaran dan bahan kecantikan.
Dari beragam jenis rumput laut tersebut, yang dibudidayakan, dikembangkan dan
diperdagangkan secara luas di Indonesia adalah jenis karaginofit, (di atarannya eucheuma
spinosium, eucheuma edule, eucheuma serra, eucheuma cottonii, dan eucheuma spp),
agarofit (gracilaria spp, gelidium spp dan gelidiella spp), serta alginofit (sargassum spp,
laminaria spp, ascophyllum spp dan macrocystis spp), yang merupakan bahan baku berbagai
industri karena merupakan sumber keraginan (tepung rumput laut), agar-agar dan alginate.
Rumput laut Indonesia dikenal dengan kualitasnya yang baik dan banyak diminati
oleh industri karena mengandung sumber keraginan, agar-agar dan alginate yang cukup
tinggi dan cocok digunakan sebagai bahan baku industri makanan, pelembut rasa,
pencegah kristalisasi es krim dan obat-obatan. Selain itu, rumput laut di Indonesia juga
dapat digunakan sebagai bahan baku benang jahit operasi (sea cut-gut), dekorasi porselen
(pengikat warna dan plasticizer), industri kain (pengikat warna), industri kertas (lackuer
dan penguat serta pelican kertas), industri fotografi (pengganti gelatin), bahan campuran
obat (obat penyakit: gondok/basedow, rheumatic, kanker, bronchitis kronis/emphysema,
scrofula, gangguan empedu/kandung kemih, ginjal, tukak lambung/saluran cerna, reduksi
kolestrol darah, anti hipertensi, menurunkan berat badan, anti oksidan), bahan bakar bio
fuel dan lain sebagainya.
Kualitas baik yang dimiliki oleh rumput laut tersebut, selain pembudidayaannya
dilakukan dengan cara yang baik dan benar, iklim dan geografis Indonesia (sinar matahari,
arus, tekanan dan kualitas air serta kadar garam) sesuai dengan kebutuhan biologis dan
pertumbuhan rumput laut. Sebab, rumput laut mampu menyerap sinar matahari dan
nutrisi air laut secara optimal dan menghasilkan rumput laut yang kaya akan poliskarida
(agar-agar da n lemak), phaeophyceae (alginat), chlorophyceae (kanji & lemak).
Produk olahan rumput laut yang memiliki pangsa pasar didunia dengan kuantitas
permintaan ekspor yang besar adalah:
- Karaginan (Carragenan)
Pangsa pasar dunia rumput laut yang mengandung carragenan rata-rata mencapai
130.000 ton per tahun, sedangkan pasar carragenan mencapai 15.000-20.000 ton/tahun. Pasar
terbesar di Eropa (35%), Asia Pasiflk (25%), Amerika Utara (25%), dan Amerika Selatan
(15%). Perusahaan-perusahaan yang mendominasi pasar rumput laut penghasil carragenan
adalah FMG (Amerika), QPF (Denmark), dan France Setia (Perancis). Perdagangan rumput laut
bersifat oligopolistik dimana petani pembudidaya atau produsen hanya dapat menjual kepada
sejumlah kecil pembeli. Industri karaginan dunia mengalami pertumbuhan yang
menggembirakan, khususnya produk yang konvensional Semi Refined Products (SRC). Hal ini
disebabkan karana banyaknya indutri hilir seperti industri daging dan dairy di pasar Amerika
Serikat yang membutuhkan karaginan (PPIP, Badan Agribisnis, 1996).
- Agar-agar
Perdagangan Internasional agar-agar sebagai bahan mentah dan sebagai penghasil
produk jadi terus meningkat. Kebutuhan dunia diperkirakan sebesar 10.000 ton bahan mentah
agar-agar dan 3.500 ton produk jadi pertahun. Jepang adalah Negara konsumen utama agar-agar
dengan volume kebutuhan sekitar 2.000 ton per tahun. Industri pengolahan agar Jepang sudah
begitu maju sehingga Jepang hanya mengimpor ramput laut penghasil agar dengan kualitas A.
Kebutuhan Amerika Serikat mencapai 1000 ton/tahun (80 % dipenuhi impor). Negara pembeli
agar-agar lainnya adalah Jerman sebesar 210 ton/tahun, Italia mencapai 100-400 ton/tahun dan
Thailand, Singapura dan Malaysia masing-masing sekitar 200 ton per tahun.
- Alginat
Negara pesaing utama Indonesia dalam menghasilkan rumput laut kering adalah
Philipina. Sedangkan negara pesaing produk olahan rumput laut adalah Chili, Canada, Perancis,
Spanyol, dan Jepang. Dilihat dari kondisi alam, seharusnya Indonesia dapat memproduksi
rumput laut lebih banyak dari Negara Philipina. Hal ini dapat dilakukan bila persyaratan sistem
manajemen budidaya, dan pengolahan diperbaiki.
Hal ini merupakan tantangan dan sekaligus peluang pemasaran rumput laut Indonesia.
Pasar utama produk rumput laut Indonesia adalah adalah Jepang, Hongkong dan Denmark vane
diperkirakan dapat menyerap sebesar 71% dari total produksi rumput laut Indonesia. Seandainya
Indonesia dapat memperbaiki kualitas bahan baku dan produk rumput laut peluang pasar ke
negara-negara lain masih terbuka lebar.
Perdagangan internasional rumput laut mengalami peningkatan rata-rata 6% dari sisi
demand dan 5% dari sisi supply. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan harga rumput laut
yang akan meningkat. Eksportir terbesar rumput laut adalah China yang memproduksi 27%
rumput laut dunia. Pertumbuhan produksi rumput laut di China didorong oleh permintaan dalam
negeri yang meningkat pesat, terutama dalam bentuk makanan dan farmasi. Selain itu
permintaan dari Jepang akan rumput laut China yang meningkat 25% pada tahun 2004 juga
menjadi pemicu peningkatan produksi rumput laut China. Korea juga memiliki tingkat produksi
rumput laut yang cukup tinggi didorong oleh kebutuhan industri kosmetik dan farmasi dalam
dan luar negeri.
2. Perencanaan Pemasaran
a. Konsep Perencanaan Pemasaran
Apakah Anda baru saja membuka usaha atau berbisnis untuk waktu yang lama, setiap
bisnis membutuhkan rencana pemasaran. Kabar baiknya adalah sementara ada cara formal
untuk menciptakan rencana pemasaran, namun ada rencana pemasaran dasar yang dapat
dilakukan oleh siapa saja. Berikut cara membuat rencana pemasaran dengan cepat dan akurat:
- Review produk atau jasa yang akan dibuat
Setiap perusahaan biasanya menjual baik produk atau jasa. Beberapa perusahaan mungkin
menjual kombinasi dari keduanya. Langkah pertama yang perlu Anda ambil dalam
membuat rencana pemasaran adalah menuliskan semua produk dan/jasa. Selanjutnya,
jelaskan bagaimana masing-masing produk atau jasa yang Anda tawarkan berbeda dari
pesaing Anda. Setelah mengambil informasi ini, doronglah imajinasi Anda sedikit lebih
jauh dan bertanya pada diri sendiri bagaimana Anda bisa membuat produk dan/jasa yang
ada menjadi lebih baik atau apa produk dan/jasa tambahan yang bisa memenuhi kebutuhan
pelanggan.
- Pikirkan harga yang Anda tetapkan untuk produk
Apakah harga Anda kompetitif? Apakah ada sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk
memotong biaya produksi? Tuliskan daftar cara yang mungkin dapat menarik pelanggan
baru dengan menawarkan promosi. Tambahkan ke daftar ini semua cara yang Anda bisa
mendorong pelanggan kembali dengan menawarkan diskon khusus, program loyalitas atau
insentif lainnya.
- Pikirkan tentang bagaimana produk didistribusikan
Apakah Anda menjual secara online? Apakah Anda memiliki sebuah toko? Pikirkan
tentang bagaimana Anda mungkin dapat menciptakan proses yang lebih efektif dan efisien
untuk menjangkau pelanggan. Pikirkan rencana distribusi baru dalam hal menjangkau
pelanggan baru dan menjangkau pelanggan saat ini.
- Promosikan produk Anda
Anda dapat memiliki produk atau jasa terbesar di dunia, tetapi jika tidak ada yang tahu
tentang hal ini maka Anda tidak akan melakukan penjualan. Bagaimana Anda saat ini
menyebarkan berita tentang perusahaan Anda sekarang? Apakah ada cara yang mungkin
dapat menambah atau mengubah cara-cara yang Anda mencapai pelanggan potensial?
Apakah ada cara-cara baru yang mungkin dapat menjangkau target Anda? Tuliskan
jawaban Anda untuk pertanyaan-pertanyaan ini dan mulai untuk mengevaluasi perubahan
yang mungkin diperlukan dalam promosi bisnis.
- Tinjau dan revisi daftar Anda
Setelah Anda telah menulis semua informasi ini, baca kembali apa yang telah ditulis. Ketika
Anda melakukan ini, Anda akan memikirkan item untuk menambah atau menghapus. Ini
adalah proses untuk membantu menciptakan pedoman pemasaran bagi perusahaan Anda
selama enam sampai 12 bulan berikutnya.

b. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah proses menentukan bagaimana organisasi bias mencapai tujuannya.
Perencanaan adalah proses menentukan dengan tepat apa yang dilakukan organisasi untuk
mencapai tujuannya. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai perkembangan sistematis dari
program tindakan yang ditujukan pada pencapaian tujuan bisnis yang telah disepakati dengan
proses analisa, evaluasi, seleksi diantara kesempatan-kesempatan yang diprediksi terlebih
dahulu. Perencanaan dapat pula diartikan sebagai proses mengantisipasi hal-hal yang mungkin
terjadi di masa datang dan menentukan strategi yang harus digunakan untuk mencapai sasaran
di masa depan.
Dalam proses perencanaan dapat dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain:
- Menganalisa situasi yakni manejemen membuat suatu analisa yang teliti tentang situasi
perusahaan, termasuk : pasarnya, persaingannya, produk, saluran distribusi dan program
promosi.
- Penentuan tujuan
- Pemilihan strategi dan taktik untuk mencapai tujuan tersebut.
- Penilaian hasil operasinya secara periode.
1) Tujuan perusahaan
Penetapan tujuan perusahaan merupakan titik awal perencanaan pemasaran. Tujuan ini
sangat penting dan harus ditetapkan sebelum mengambil suatu strategi, tanpa adanya tujuan
yang pasti perusahaan tidak akan dapat beroperasi dengan baik meskipun memiliki kesempatan
yang baik. Pada dasarnya tujuan perusahaan ini dapat dibedakan atas 2 yaitu:
- Tujuan umum
Kebanyakan perusahaan menetapkan untuk mencari laba sebagai tujuan yang hendak
dicapai. Sebenarnya laba itu sendiri merupakan suatu akibat dari hasilnya perusahaan dalam
mencapai tujuannnya. Namun laba yang diinginkan tersebut bukanlah sekedar dari hasil
penjualan saja, tetapi harus dapat memberikan kepuasan kepada pembeli dengan memperhatikan
lingkungannya.
- Tujuan khusus
Tujuan khusus diperlukan sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Kegunaan tujuan khusus ini adalah untuk menentukan peranan
setiap individu didalam organisasi, mempertahankan adanya keseimbangan dalam pengambilan
keputusan dari beberapa manajer, dapat dipakai sebagai dasar dalam perencanaan khusus,
mendorong pelaksanaan kegaiatan dan untuk dijadikan dasar dalam mengambil tindakan koreksi
dan pengawasan. Adapun tujuan khusus ini diantaranya adalah:
- Meningkatkan kualitas produk
- Memperluas pasar
- Mendapatkan laba untuk jangka pendek dan sebagainya.
2) Konsep Perencanaan Pemasaran
Perencanaan sangat diperlukan untuk mengikuti perkembangan di masa mendatang.
Tanpa perencanaan, sebuah organisasi kemungkinan akan mengambil cara-cara ekstrim untuk
menghindari kerugian atau untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya penurunan
penjualan misalnya akan memaksa perusahaan untuk mengambil tindakan secara darurat, dan
tindakan yang harus diambil menyangkut pertimbangan-pertimbangan tentang masalah
lingkungan. Untuk mengambil beberapa pendekatan kita perlu mengetahui lebih dalu tentang
persiapan organisatoris yang dipakai untuk membuat dan mengendalikan program pemasaran.
Perencanaan dapat mencakup suatu periode waktu yang panjang atau periode waktu
yang pendek. Perencanaan jangka panjang untuk 3,5,10 bahkan 25 tahun biasanya melibatkan
peranan dari top manejemen maupun staf khusus. Masalah yang dihadapinya sangat luas, seperti
masalah perluasan pabrik, pasar dan produk.
Pada perencanaan jangka pendek, periode waktunya relatif pendek, yaitu satu tahun atau
kurang. Biasanya perencanaan jangka pendek ini dilakukan oleh pelaksana bawah dan
menengah. Masalah-masalah yang dapat dimasukkan dalam perencanaan jangka pendek antara
lain:
- Kampanye periklanan untuk periode yang akan datang
- Pembelian pada musim yang akan datang
- Menyangkut daerah operasi dari tenaga penjualannya.
Dalam hal ini kita harus mengetahui dan dapat membedakan ketiga macam konsep
perencanaan, yaitu:
a) Perencanaan perusahaan secara keseluruhan
Perencanaan perusahaan secara keseluruhan mencakup penentuan tujuan umum
perusahaan dalam jangka panjang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Tujuan dan strategi
jangka panjang ini kemudian menjadi suatu kerangka untuk mengembangkan rencana-rencana
yang tercakup didalamnya. Masalah-masalah utama yang ada dalam perencanaan perusahaan ini
adalah:
- Keuangan
- Produksi
- Kebutuhan tenaga kerja
- Riset dan pengembangan
- Penentuan sasaran pasar dan program pemasarannya.
Pertimbangan pemasaran ini lebih cenderung mempengaruhi kebijakan dalam
perusahaan baik kebijaksanaan jangka pendek maupun kebijaksanaan jangka panjang. Oleh
karena itu, perencanaan perusahaan dan perencanaan pemasaran sering dijadikan satu.
b) Perencanaan pemasaran jangka panjang
Perencanaan pemasaran mencakup pengembangan program jangka panjang untuk
masalah-maslah yang luas dalam marketing mix (produk, struktur harga, sistem distribusi dan
kegiatan-kegiatan promosi). Perencanaan pada masing-masing variable harus dikoordinir dan
ditangani dengan baik, sebab setiap variable marketing mix tersebut selalu mengadakan
interaksi dengan variable lainnya. Perencanaan pemasaran dapat mencakup upaya mendesain
kegiatan yang berhubungan dengan sasaran pemasaran dan perubahan lingkungan pemasaran
sehingga perencanaan pemasaran merupakan dasar untuk semua strategi dan keputusan
pemasaran. Rencana pemasaran juga dapat berarti dokumen tertulis yang berlaku sebagai buku
petunjuk atas semua kegiatan pemasaran yang harus dijalankan oleh manajer pemasaran.
c) Rencana pemasaran tahunan
Rencana pemasaran tahunan mencerminkan proses perencanaan yang berjalan untuk
satu periode waktu. Dalam hal ini, manejemen akan mengembangkan suatu rencana induk yang
mencakup kegiatan pemasaran setiap tahunnya. Perhatiannya dapat lebih dicurahkan pada
rencana tahunan ini, karena rencana tersebut menunjang rencana induk jangka panjangnya.
Sebagai contoh, perencanaan pemasaran jangka panjang menentukan tujuan untuk
memperkenalkan produk-produk baru. Rencana pemasaraan tahun berikutnya, bagaimanapun
harus dapat membuat keseimbangan dalam persediaan dengan cara mempromosikan jenis
produk yang sedang mengalami tahap kemunduran dalam siklus kehidupan produknya. Ini
dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan produk tersebut sehingga persediaannya dapat
seimbang.
3) Karekteristik Rencana Pemasaran
Rencana pemasaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga Kriteria tertentu
dipenuhi. Beberapa karekteristik yang penting yang haris ada pada rencana pemasaran efektif
adalah sebagai berikut:
- Rencana pemasaran hendaknya memberikan strategi untuk mencapai tujuan atau misi
perusahaan
- Rencana pemasaran hendaknya didasarkan pada fakta dan asumsi valid
- Rencana pemasaran hendaknya memungkinkan penggunaan sumber daya yang ada.
4) Merumuskan Rencana Pemasaran
Manejer perlu mengembangkan rencana-rencana tertulis dalam bentuk sasaran, anggaran
dan penentuan tugas. Ini merupakan taktik untuk mewujudkan tujuan tertentu. Jika manejer
sudah menetapkan untuk mencapai suatu tingkat penjualan tertentu, baru kemudian dibuat
keputusan-keputusan dibidang pemasaran, produksi, keuangan dan personalia. Masalah-masalah
pokok yang digunakan untuk mengembangkan rencana pemasaran adalah sebagai berikut:
- Target penjualan
- Anggaran pemasaran
- Alokasi marketing mix
- Penetapan harga
- Alokasi anggaran pemasaran pada produk.
a) Target penjualan
Rencana pemasaran itu dimulai dengan penentuan target penjualan pada setiap bagian
yang ada didalam perusahaan. Target penjualan tersebut ditetapkan berdasarkan analisa
berbagai kemungkinan strategi pemasaran yang menguntungkan. Untuk itu perlu diadakan
alokasi target penjualan pada daerah penjualan dan masing-masing salesmen dengan
memperhatikan penjualan masa lampau serta perkiraan potensinya. Biasa ini disebut kuota
penjualan.
b) Anggaran pemasaran
Untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan pemasaran, perlu disusun anggaran
pemasaran yang menyeluruh. Biasanya anggaran pemasaran yang menyeluruh ini biasanya
ditetapkan berdasarkan suatu prosentase (%) dari tarif penjualan. Perusahaan perlu menganalisa
tugas pemasaran yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tingkat volume penjualan
tertentu atau market share tertentu. Baru kemudian menetapkan besarnya biaya yang diperlukan
pada masing-masing tugas tersebut. Dengan demikian dapatlah disusun anggaran pemasaran
yang dinginkan.
c) Alokasi Marketing Mix
Perusahaan haarus menetapkan bagaimana cara mengalokasi anggaran pemasaran untuk
suatu produk ke berbagai alat pemasaran seperti periklanan, promosi penjualan dan personal
selling. Meskipun alat-alat tersebut sudah ditetapkan pada saat membauat strategi pemasaran,
namun masih ada kemungkinan terjadi konflik di anatar setiap kegiatan di dalam pemasaran.
Hal ini disebabkan karena setiap tugas itu selalu ada kaitannya dengan jumlah uang yang
diperlukan.
Sebagai gambaran dapat dilihat pada contoh berikut ini: Menejer perusahaan
berpendapat bahwa perusahaan akan lebih baik menambah seorang salesmen dari pada
memasang iklan setiap tahunnya. Tetapi seorang manejer riset pemasaran mempunyai
pendapat, lebih baik uang tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan
langganan daripada dipakai untuk menambah salesmen dan untuk memasang iklan.
d) Penetapan Harga
Penetapan harga ini merupakan satu elemen yang menghasilkan laba didalam rencana
pemasaran. Faktor-faktor yang mendasari penetapan harga harus dipertimbangkan pada saat
permulaan bersama-sama dengan penyusunan strategi pemasaran. Perusahaan harus menetapkan
harga dan daftar harga sebelum memberikan potongan serta penghargaan. Dalam hal ini, bagian
pemasaran perlu mempertimbangkan 3 elemen yang terdapat pada permintaan yaitu: Tingkat,
Saat; Sifat. Selain itu juga harus mempertimbangkan factor biaya dan persaingan dalam
menetapkan harga yang direncanakan.
e) Alokasi anggaran pemasaran pada produk
Kebanyakan perusahaan itu tidak hanya menghasilkan satu macam produk saja, tetapi
beberapa macam. Setiap tahun perusahaan tersebut harus menghitung banyaknya uang yang
dialaokasikan pada masing-masing produknya. Dalam menentukan produk mana yang
memerlukan tambahan anggaran pemasaran, dan produk mana yang perlu dikuarngi
anggarannya, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
adalah:
- Jumlah produk line
- Banyaknya produk mix
- Jenis produk yang mempunyai permintaan cukup banyak baik pada saat sekarang maupun
pada saat yang akan datang.
- Jenis produk yang permintaannya sedikit.
5) Tekhnik Menyusun Rencana Pemasaran
Dalam kondisi lingkungan bisnis yang senantiasa berubah dan tingkat persaingan dalam
merebut pangsa pasar semakin ketat. Upaya pemasaran produk merupakan salah satu kunci
keberhasilan suatu organisasi bisnis. Kegiatan pemasaran dapat menjadi sumber kegagalan
perusahaan atau menjadi tempat pemborosan jika tidak direncanakan dengan baik. Suatu
rencana pemasaran pada umumnya berisi delapan bagian yakni:
a) Ringkasan Eksekutif.
Ringkasan eksekutif merupakan ikhtisar dari seluruh rencana pemasaran yang telah dibuat,
sehingga dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal pokok isi rencana pemasaran
tersebut.
b) Analisa Situasi.
Analisa situasi biasanya menyajikan data dan informasi mengenai situasi pemasaran
meliputi:
- Situasi pasar
Data dan informasi mengenai besar dan pertumbuhan pasar selama beberapa tahun dan
kecenderungannya pada beberapa tahun mendatang, serta kecenderungan perubahan
persepsi dan perilaku konsumen
- Situasi Produk
Situasi produk biasanya menyangkut data perkembangan penjualan, tingkat harga, marjin,
kontribusi dan keuntungan.
- Situasi Persaingan
Data pesaing menyangkut, kapasitas, pangsa pasar, tujuan dan strategi, mutu produk, dan
berbagai karekteristik pesaing yang relevan.
- Situasi Distribusi
Jenis, jumlah, wilayah dan peranan saluran distribusi berupa sumber informasi, sarana
promosi, berusaha menanbah pembeli, melalukan penyesuaian, melakukan negosiasi harga
dan cara pembayaran, melakukan distribusi fisik saja, melakukan pembiayaan distribusi
dan atau turut menanggung resiko.
c) Analisa SWOT dan Analisis Masalah
Melakukan identifikasi analisis terhadap peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi
oleh perusahaan sebagai hasil interaksi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Pengaruh hasil interaksi lingkungan internal perusahaan juga perlu diidentifikasi
dan dianalisis berupa kekuatan dan kelemahan. Dengan demikian, setelah analisis SWOT
dilakukan, dirumuskanlah masalah-masalah pokok yang harus dijadikan dasar dalam penentuan
sasaran, strategi dan rencana aksi/taktik
d) Sasaran
Mendefiniskan sasaran (tujuan) yang ingin dicapai, baik sasaran keuangan maupun
sasaran pemasaran. Sasaran keuangan antara lain adalah ROI, arus kas dan keuntungan. Sasaran
pemasaran antara lain target dan pertumbuhan penjualan, pangsa pasar, jangkauan pemasaran,
jumlah saluran distribusi, tingkat harga dan lain-lain.
e) Startegi Pemasaran
Strategi pemasaran dirumuskan berdasarkan SWOT dan sasaran yang ingin dicapai, dan
penetapannya terutama didasarkan pada pertimbangan biaya dan manfaat, serta kemampuan
sumber daya untuk melaksanakannya.
1) Menganalisis Kekuatan dan Kelemahan
Penting bagi wiraswstawan untuk mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan
produk pada pasar yang dituju. Kelemahan berhubungan dengan kapasitas produk yang dibatasi
oleh ruang dan peralatan. Di samping itu, perusahaan mempunyai sistem distribusi produk/jasa
yang tidak memadai dan harus bergantung pada perwakilan perusahaan. Kurangnya dana untuk
mendukung usaha promosi besar-besaran bisa diindentifikasi sebagai kelemahan.
2) Penetapan Tujuan dan Sasaran
Sebelum keputusan strategi pemasaran bisa diuraikan, wiraswastawan harus
menetapkan tujuan dan sasaran pemasaran realitis dan spesifik. Sasaran dan tujuan tersebut
harus menguraikan kemana perusahaan diarahkan dan menspesifikasi hal-hal seperti pangsa
pasar, laba, penjualan (menurut wilayah dan daerah), penetrasi pasar, jumlah distributor, tingkat
kesadaran, peluncuran produk barn, kebijakan penentuan harga promosi penjualan dan
dukungan periklanan. Contoh, wiraswastawan mungkin menetapkan tujuan untuk tahun pertama
sebagai berikut: 10 persen penetrasi pasar, 60 persen sampel pasar, distribusi 75 persen dari
pasar. Semua tujuan harus bisa diterima dan layak sesuai dengan situasi bisnis yang ada. Semua
tujuan tersebut bisa dikuantifikasi dan bisa diukur untuk tujuan pengawasan. Akan tetapi, tidak
semua tujuan harus dikuantifikasi. Perusahaan atau pengusaha bisa menetapkan sasaran atau
tujuan, seperti riset sikap pelanggan terhadap produk, penetapan program pelatihan, perbaikan
kemasan, perubahan nama produk, atau menemukan distributor baru. Perlu pula dibatasi tujuan
dan sasaran karena terlalu banyaknya tujuan yang harus dipenuhi akan mempersulit pengawasan
dan monitor.
3) Mendefinisikan Strategi Pemasaran dan Usaha yang Dilakukan
Sekali tujuan dan sasaran pemasaran ditetapkan, wiraswastawan bisa mengembangkan
strategi untuk tujuan tersebut. Strategi tersebut merespons pertanyaan,” Bagaimana kita akan
kesana? Penting sekali bahwa strategi dan tindakan yang diambil bersifat spesifik dan terperinci.
Contoh strategi yang baik dan buruk adalah sebagai berikut. Strategi yang buruk. Kita
akan meningkatkan penjualan produk kita dengan menurunkan harga. Strategi yang baik, kita
akan meningkatkan penjualan produk hingga 6-8% dengan (1) menurunkan harga 10%, (2)
menghadiri pameran perdagangan, dan (3) mengadakan pengiriman pos kepada 5.000 pelanggan
potensial.
4) Perancangan Tanggung Jawab Implementasi
Penulisan rencana pemasaran hanya merupakan awal dari proses pemasaran. Rencana
harus diimplementasikan dengan efektif untuk memenuhi semua tujuan yang diinginkan.
Seseorang, dan biasanya adalah wiraswastawan, harus bertanggung jawab bagi implementasi
tiap-tiap strategi dan tindakan yang diambil dalam rencana pemasaran.
5) Penganggaran Strategi Pemasaran
Keputusan perencanaan efektif harus mempertimbangkan biaya-biaya dalam
implementasi keputusan tersebut. Jika wiraswastawan mengikuti prosedur perincian strategi dan
program untuk memenuhi tujuan dan sasaran yang diinginkan, biaya-biaya harus jelas. Jika
asumsi diperlukan, asumsi tersebut harus dinyatakan dengan jelas sehingga siapa pun yang
menelaah rencana pemasaran memahami implikasi tersebut.
6) Memonitor Kemajuan Usaha Pemasaran
Monitoring rencana melibatkan penjajakan hasil-hasil tertentu dari usaha pemasaran.
Data penjualan menurut produk, daerah, perwakilan penjualan, dan tempat penjualan adalah
hasil tertentu yang harus dimonitor. Apa yang dimonitor tergantung pada tujuan dan sasaran
tertentu yang diuraikan pada rencana pemasaran. Suatu tanda-tanda dari proses monitor akan
memberikan peluang pada wiraswastawan untuk mengarahkan kembali atau memodifikasi
usaha pemasaran sekarang untuk memungkinkan perusahaan mencapai tujuan dan sasaran
awalnya.
7) Membuat dan Melaksanakan Rencana Pemasaran
Perencanaan strategis merupakan proses manajerial untuk menghasilkan dan
mempertahankan kesesuaian antara sasaran dan sumber daya organisasi dengan peluang pasar
(market oportunities) yang timbul. Tujuan perencanaan strategis adalah menghasilkan laba dan
pertumbuhan jangka panjang. Suatu pengambilan keputusan strategis (strategis decisions)
membutuhkan komitmen atas sumber daya secara jangka panjang. Kesalahan dalam membuat
strategi dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Sebaliknya, perencanaan strategis
yang baik dapat membantu melindungi sumber daya perusahaan memproteksi sumber dayanya
terhadap desakan persaingan. Hakikat perencanaan strategis adalah memahami pentingnya
marketing strategi dan mengetahui garis besar rencana pemasaran.
a) Mengapa Membuat Rencana Pemasaran ?
- Rencana pemasaran dapat menjadi dasar bagi pihak manajemen guna melakukan
perbandingan antara kinerja yang diharapkan dengan kinerja nyata yang telah dicapai.
- Rencana pemasaran tertulis menjelaskan semua kegiatan yang membantu para karyawan
dalam memahami dan bekerja sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama.
- Rencana pemasaran memudahkan kita untuk mengkaji tentang lingkungan pemasaran
(marketing environment) serta cara kerja karyawan perusahaan.
- Setelah rencana pemasaran dibuat, bisa dijadikan sebagai acuan bagi keberhasilan aktivitas
perusahaan di masa mendatang.
- Rencana pemasaran memudahkan manajer pamasaran untuk masuk ke pasar dengan
kesadaran akan berbagai kemungkinan dan masalah yang mungkin dihadapi.
b) Unsur-unsur Rencana Pemasaran
Perusahaan memerlukan rencana pemasaran karena ruang lingkup rencana pemasaran
sangat luas dan kompleks. Tiga elemen yang terdapat dalam semua rencana pemasaran:
- Penentuan misi dan sasaran perusahaan
- Melakukan analisis situasi
- Menggambarkan pasar yang dituju dan menetapkan komponen-komponen bauran
pemasaran.
Elemen-elemen yang mungkin termasuk dalam rencana pemasaran adalah:

- Anggaran

- Jadwal pelaksanaan

- Upaya-upaya penelitian pemasaran yang diperlukan

- Elemen-elemen dari perencanaan pemasaran

c) Penulisan Rencana Pemasaran


Pembuatan dan penerapan suatu rencana pemasaran yang lengkap akan membuat
organisasi mampu mencapai sasaran pemasaran dan akhirnya sukses. Akan tetapi, rencana
pemasaran hanya akan bermanfaat sebatas informasi yang terkandung di dalamnya serta upaya,
kreativitas, dan pemikiran yang ada di dalam pembuatan rencana tersebut. Contoh Penulisan
Rencana Pemasaran Ringkas menyangkut:
- Misi Perusahaan
- Sasaran Pemasaran
- Analisis Situasi (SWOT) meliputi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness),
peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats)
- Pemilihan pasar yang dituju
- Bauran Pemasaran (Produk, Harga, Distribusi, Promosi)
- Implementasi.

d) Melakukan Analisis Situasi


Sebelum aktivitas pemasaran tertentu didefinisikan, para pemasar harus: memahami
lingkungan yang ada saat ini maupun lingkungan potensial di mana suatu produk dan jasa akan
dipasarkan; latar belakang sejarah perusahaan, latar belakang penjualan dan keuntungannya.
Analisis situasi biasa disebut sebagai analisis SWOT di mana dalam hal ini perusahaan harus
mengidentifikasi dari sisi:
- Internal, berupa kekuatan (Sthrength) (S) dan kelemahan (Weaknesess) (W)
- Eksternal, berupa peluang (Opportunities) (O) dan ancaman (Threats) (T)
1) Sisi Internal
Dalam mengkaji kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, manajer pemasaran
harus memusatkan perhatian pada sumber daya organisasi seperti :
- Biaya produksi
- Citra perusahaan atau citra merk
- Ketrampilan pemasaran
- Kemampuan karyawan
- Sumber keuangan
- Tersedianya teknologi
a) Sisi Eksternal
Pada saat menganalisis peluang dan ancama eksternal, manajer pemasaran harus
menganalisis aspek-aspek lingkungan pemasaran yang disebut pemindaian lingkungan
(environment scanning) yaitu pengumpulan dan penafsiran informasi mengenai factor-faktor,
kejadian-kejadian dan hubungan dalam lingkungan eksternal yang mungkin berpengaruh pada
masa depan organisasi atau implementasi rencana pemasaran. Pemindaian lingkungan
membantu mengidentifikasi peluang maupun ancaman pasar dan memberikan arahan dalam
mendesain strategi pemasaran.Ada enam faktor lingkungan makro yang paling sering dipelajari,
yaitu faktor :

- Sosial
- Teknologi
- Demografi
- Politik dan hukum
- Ekonomi
- Persaingan

3. Menentukan Segmentasi Pasar


a. Pengertian Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah pengelompokkan pasar menjadi kelompok-kelompok
konsumen yang homogen, dimana tiap kelompok (bagian) dapat dpilih sebagai pasar yang
dituju (ditargetkan) untuk pemasaran suatu produk. Agar segmentasi pasar atau
pengelompokkan pasar dapat berjalan dengan efektif maka harus memenuhi syarat-syarat
pengelompokkan pasar sebagai berikut :
- Measurability yaitu ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu pembeli harus dapat diukur atau dapat
didekati.
- Accessibility yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dapat secara efektif memusatkan
(mengarahkan) usaha pemasarannya pada segmen yang telah dipilih.
- Substantiability yaitu segmen pasar harus cukup besar atau cukup menguntungkan untuk
dapat dipertimbangkan program-program pemasarannya.
- Substantiability yaitu segmen pasar harus cukup besar atau cukup menguntungkan untuk
dapat dipertimbangkan program-program pemasarannya.
Pada hakekatnya setiap pengusaha atau perusahaan yang menjual barang dan jasa
hendaknya perlu melakukan segmentasi pasar (market segmentation). Lalu timbul suatu
pertanyaan. Apa definisi atau pengertian segmentasi pasar (market segmentation)? dan apa pula
tujuan segmentasi pasar (marketing segmentation) itu? Morrison memberikan definisi atau
pengertian tentang market segmentation (segmentasi pasar) dengan mengatakansebagai berikut :
“Market segmentation is the division of the overall market for a service into groups with
common characteristics” Atau dalam terjemahan bebasnya (bahasa Indonesia) dikatakan bahwa
segmentasi pasar (market segmentation) merupakan pembagian dari keseluruhan pasar untuk
suatu pelayanan dalam kelompok-kelompok dengan karakteristik umum.
Segmentasi pasar (marketing segmentation) merupakan suatu langkah awal pemasaran
(marketing) untuk membagi-bagi berbagai macam konsumen yang ada di pasar dan memilih
salah satu bagian dari segmen tersebut yang akan dijadikan target pemasaran (Marketing
Target). Target pemasaran (Marketing Target) sendiri adalah jenis konsumen yang dipilih
merupakan tujuan pemasaran (marketing goals) paket outbound tour. Tujuan utama segmentasi
pasar (Market Segmentation) adalah untuk merangsang semua pelanggan yang berpotensial.
Pemasaran (marketing) yang tidak memiliki target adalah sia-sia, karena ada banyak kelompok
pelanggan yang mungkin tidak tertarik untuk membeli jasa yang dijual. Inti dari suatu
pemasaran (marketing) yang baik adalah mengambil satu segmen yang paling menarik dalam
pelayanan yang spesifik dan mengaplikasikan unsur-unsur pemasaran terhadap segmen tersebut.
Segmentasi (segmentattion) mencakup beberapa analisis sebagai berikut, segmen pasar (market
segment) mana yang menjadi target pasar (market target)? Apa yang pelanggan inginkan dari
jenis pelayanan yang dijual? Bagaimana cara terbaik untuk menyusun unsur-unsur pemasaran
dalam memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan mereka? Di mana pelayanan tersebut
dipromosikan? Dan kapan pelayanan itu dipromosikan?. Pembagian segmen pasar sebagai
berikut:
- Segmentasi pasar konsumen yaitu membentuk segmen pasar dengan menggunakan ciri-ciri
konsumen (consumer characteristic), kemudian perusahaan akan menelaah apakah segmen-
segmen konsumen ini menunjukkan kebutuhan atau tanggapan produk yang berbeda.
- Segmentasi pasar bisnis yaitu membentuk segmen pasar dengan memperhatikan tanggapan
konsumen (consumer responses) terhadap manfaat yang dicari, waktu penggunaan, daan
merek.
Evaluasi terhadap segmen pasar adalah adanya pertumbuhan segmen, daya tarik struktur
segmen secara keseluruhan dan SDM, serta tujuan dan sumber daya perusahaan apakah
perusahaan berinvestasi dalam segmen tersebut atau tidak. Penentuan target pasar konsentrasi
segmen tunggal adalah perusahaan memilih berkonsentrasi pada segmen tertentu. Hal itu
dilakukan karena dana yang terbatas, segmen tersebut tidak memiliki pesaing, dan merupakan
segmen yang paling tepat sebagai landasan untuk ekspansi ke segmen lainnya.

b. Spesialisasi selektif
Spesialisasi selektif yaitu perusahaan memilih sejumlah segmen pasar yang menarik dan
sesuai dengan tujuan serta sumber daya yang dimiliki. Spesialisasi pasar
yaitu perusahaan memusatkan diri pada upaya melayani berbagai kebutuhan dari suatu
kelompok pelanggan tertentu. Spesialisasi produk yaitu perusahaan memusatkan diri pada
pembuatan produk tertentu yang akan dijual kepada berbagai segmen pasar.
Pelayanan penuh (full market coverage) yaitu perusahaan berusaha melayani semua
kelompok pelanggan dengan semua produk yang mungkin dibutuhkan. Hanya perusahaan besar
yang mampu menerapkan strategi ini, karena dibutuhkan sumber daya yang sangat besar.

c. Positioning
Pengertian Positioning berhubungan dengan upaya identifikasi, pengembangan, dan
komunikasi keunggulan yang bersifat khas serta unik. Dengan demikian, produk dan jasa
perusahaan dipersepsikan lebih superior dan khusus (distinctive) dibandingkan dengan produk
dan jasa pesaing dalam persepsi konsumen.
Fokus utama positioning adalah persepsi pelanggan terhadap produk yang dihasilkan
dan bukan hanya sekedar produk fisik. Keberhasilan positioning sangat ditentukan oleh
kemampuan sebuah perusahaan untuk mendeferensiasikan atau memberikan nilai superior
kepada pelanggan. Nilai superior sendiri dibentuk dari beberapa komponen.Sedangkan kunci
utama keberhasilan positioning terletak pada persepsi yang diciptakan dari: persepsi perusahaan
terhadap dirinya sendiri, persepsi perusahaan terhadap pesaing, persepsi perusahaan terhadap
pelanggan, persepsi pesaing terhadap dirinya sendiri, persepsi pesaing terhadap perusahaan,
persepsi pesaing terhadap pelanggan, persepsi pelanggan terhadap dirinya sendiri, persepsi
pelanggan terhadap perusahaan, dan persepsi pelanggan terhadap pesaing.

d. Pengertian Deferensiasi
Deferensiasi yang kompetitif adalah tindakan merancang satu perbedaan yang berarti
untuk membedakan penawaran perusahaan dari lawan/pesaing. Deferensiasi bisa berdasarkan
"produk" yang ditawarkan dengan berbagai keistimewaan, penambahan pelayanan, peningkatan
kualitas, kemudahan pelanggan, dll. Deferensiasi "personil" dengan cara mempekerjakan atau
melatih orang-orang yang lebih baik dari pesaing mereka. Sedangkan deferensiasi "saluran"
yaitu perusahaan mencapai deferensiasi dengan cara membentuk saluran distribusi, terutama
jangkauan, keahlian, dan kinerja saluran tersebut. Diferensiasi "citra" adalah persepsi
masyarakat terhadap perusahaan atau produk.
e. Manfaat dan Kelemahan Segmentasi
Banyaknya perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar pengelompokkan
variabel tertentu. Dengan menggolongkan atau mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat
dikatakan bahwa secara umum perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan
meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam
jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991). Manfaat yang lain dengan
dilakukannya segmentasi pasar, antara lain:
- Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai kecenderungan-
kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah.
- Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
- Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.
- Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat bagi segmen
yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
- Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau periode-periode
dimana reaksi pasar cukup besar.
Gitosudarmo (2000) menambahkan manfaat segmentasi pasar ini, sebagai berikut:
- Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen lainnya.
- Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen.
- Dapat digunakan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling besar.
- Dapat digunakan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan pasar sasaran.
Sekalipun tindakan segmentasi memiliki sederetan keuntungan dan manfaat, namun
juga mengandung sejumlah resiko yang sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari
tindakan segmentasi itu sendiri, antara lain:
- Biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses produksi lebih pendek.
- Biaya penelitian/ riset pasar akan bertambah searah dengan banyaknya ragam dan macam
segmen pasar yang ditetapkan.
- Biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak menyediakan
diskon.
- Kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa.
Bahkan mungkin akan terjadi persaingan yang tidak sehat, misalnya kanibalisme sesama
produsen untuk produk dan segmen yang sama.

f. Cara Segmentasi Pasar beroperasi


Studi segmentasi pasar direncanakan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan
berbagai kelompok spesifik, sehingga barang dan jasa khusus dapat dikembangkan dan
ditingkatkan untuk memuaskan kebutuhan setiap kelompok. Studi segmentasi juga digunakan
untuk menuntun perancangan ulang atau pengaturan ulang posisi produk tertentu atau
penambahan segmen baru. Riset segmentasi digunakan oleh para pemasar , berbagai stasiun TV
dan radio sampai surat kabar dan majalah untuk:
- Menutup kesenjangan produk
- Mengenali media yang paling cocok untuk menempatkan iklan,
- Menentukan karakteristik pemirsa dan pendengar serta mengumumkan temuan-temuan
untuk menarik para pemasang iklan yang mencari pendengar yang serupa.

g. Dasar Segmentasi Pasar


Dalam menyusun strategi segmentasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memilih dasar yang paling tepat untuk membagi pasar. Sembilan kategori utama karakteristik
konsumen yang menjadi dasar untuk melakukan segmentasi adalah:
1) Segmentasi Geografis
Pada segmentasi geografis, pasar dibagi menurut tempat. Teori dalam strategi ini adalah
bahwa orang yang tinggal di daerah yang sama memiliki kebutuhan dan keinginan yang serupa,
dan bahwa kebutuhan dan keinginan ini berbeda dari kebutuhan dan keinginan orang-orang
yang tinggal di daerah-daerah lain..
Segmentasi geografis merupakan strategi yang berguna bagi banyak pelaku pemasaran.
Menemukan berbagai perbedaan berdasarkan geografis relative mudah untuk berbagai produk.
Di samping itu, segmen-segmen geografis dapat dicapai dengan mudah melalui media local,
yang mencakup surat kabar, TV, radio, dan majalah.
2) Segmentasi Demografis
Karakteristik demografis yang paling sering digunakan sebagai dasar untuk segmentasi
pasar antara lain:
- Usia
- Gender (jenis kelamin)
- Status perkawinan
- Pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan, dsb.
Demografis membantu menemukan pasar target atau sasaran. Informasi demografis
merupakan cara yang paling efektif dari segi biaya dan paling mudah diperoleh untuk mengenali
target. Data-data demografis lebih mudah diukur daripada berbagai variabel segmentasi lain.
Berbagai variabel denografis mengungkapkan kecenderungan yang memberikan isyarat
berbagai peluang bisnis, seperti pergeseran usia, jenis kelamin, dan distribusi penghasilan.
3) Segmentasi Psikologis
Karakteristik psikologis merujuk ke sifat-sifat diri atau hakiki konsumen perorangan.
Strategi segmentasi konsumen sering didasarkan pada berbagai variabel psikologis khusus.
Misalnya, para konsumen dapat dibagi menurut motivasi, kepribadian, persepsi, pengetahuan,
dan sikap.
4) Segmentasi Psikografis
Bentuk riset konsumen terapan ini biasa disebut analisis gaya hidup. Profil psikografis
salah satu segmen konsumen dapat dianggap sebagai gabungan berbagai kegiatan (activities),
minat (interests), dan pendapat (opinions) (AIO) konsumen yang dapat diukur. Dalam bentuk
yang paling umum, studi psikografis AIO menggunakan serangkaian pernyataan (daftar
pernyataan psikografis) yang dirancang untuk mengenali berbagai aspek yang relevan mengenai
kepribadian, motif membeli, minat, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai konsumen.
5) Segmentasi Sosial Budaya
Berbagai variabel sosiologis (kelompok) dan antropologis (budaya) yaitu variabel sosial
budaya menjadi dasar-dasar lebih lanjut bagi segmentasi pasar. Sebagai contoh, berbagai pasar
konsumen telah berhasil dibagi lagi menjadi berbagai segmen berdasarkan tahap dalam siklus
kehidupan keluarga, kelas sosial, nilai-nilai budaya inti, keanggotaan subbudaya, dan
keanggotaan lintas budaya.
6) Segmentasi Terkait Pemakaian
Bentuk segmentasi ini sangat popular dan efektif dalam menggolongkan konsumen
menurut karakteristik produk, jasa, atau pemakaian merek, seperti tingkat pemakaian, tingkat
kesadaran, dan tingkat kesetiaan terhadap merek. Segmentasi tingkat pemakaian membedakan
antara pemakai berat, pemakai menengah, pemakai ringan, dan bukan pemakai produk, jasa,
atau merek khusus.
7) Segmentasi Situasi Pemakaian
Para pemasar memfokuskan pada situasi pemakaian sebagai variabel segmentasi
disebabkan oleh kesempatan atau situasi sering menentukan apa yang akan dibeli atau
dikonsumsi para konsumen.
8) Segmentasi Manfaat
Berubahnya gaya hidup memainkan peran utama dalam menentukan manfaat produk
yang penting bagi konsumen, dan memberikan peluang bagi pemasar untuk memperkenalkan
produk dan jasa baru. Segmentasi manfaat dapat digunakan untuk mengatur posisi berbagai
merek ke dalam golongan produk yang sama.
9) Segmentasi Gabungan
Tiga pendekatan segmentasi gabungan (hybrid segmentation approach) adalah:
- Profil Psikografis-Demografis
Profil psikografis dan demografis merupakan pendekatan yang saling melengkapi yang
akan memberikan hasil maksimal jika digunakan bersama.
- Segmentasi Geodemografis
Jenis segmentasi gabungan ini didasarkan pada pendapat bahwa orang yang hidup dekat
dengan satu sama lain mungkin mempunyai keuangan, selera, pilihan, gaya hidup, dan
kebiasaan konsumsi yang sama.
- VALS 2
System VALS secara lebih tegas memfokuskan pada usaha menjelaskan perilaku membeli
konsumen. Untuk menjadi target yang efektif, maka segmen pasar tertentu haruslah:
 Dapat diidentifikasi,
 Mencukupi (dari sudut ukuran),
 Stabil atau bertumbuh,
 Dapat dimasuki (dapat dijangkau) dari sudut media maupun biaya.

h. Melaksanakan Strategi Segmentasi


Strategi Pemasaran yang Berbeda (Differential Marketing) adalah menentukan target
beberapa segmen dengan menggunakan bauran pemasaran individual. Strategi Pemasaran
Terpusat (Concentrated Marketing) adalah menentukan target hanya satu segmen dengan satu
bauran pemasaran unik. Kontrasegmentasi adalah usaha untuk mengetahui kebutuhan yang
lebih umum dan karakteristik konsumen yang akan diterapkan kepada anggota dua segmen atau
lebih, dan menggabungkan kembali segmen-segmen itu ke dalam satu segmen yang lebih luas.
Sementara itu, untuk komoditas rumput laut segmentasi pasarnya umumnya adalah
untuk pasar ekspor dengan tujuan ekspor negara-negara Asia, Eropa, Amerika serta negara-
negara lainnya. Hal ini terjadi karena industri dalam negeri belum mampu menyerap seluruh
hasil produksi rumput laut.
Total ekspor rumput laut Indonesia di tahun 2014 mencapai USD 226,23 juta. Nilai ini
mengalami peningkatan sebesar 39,25% terhadap ekspor tahun 2013 yang tercatat sebesar USD
162,45 juta. Sementara ekspor rumput laut pada periode Januari - Mei 2015 tercatat mencapai
USD 75,73 juta, atau menurun 12,88% dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Trend
ekspor komodit ini ke dunia selama lima tahun terakhir (2010-2014) mengalami peningkatan
sebesar 11,06%. Lima negara tujuan ekspor terbesar rumput laut adalah China dengan pangsa
ekspor 72.06%; Filipina dengan pangsa 5,82%, Chile (4,89%); Korea (4,39%) dan Vietnam
(2,05%).
Rumput laut merupakan bagian dari potensi keanekaragaman hayati yang sudah banyak
dibudidayakan di Indonesia. Rata-rata produksi mencapai 46,73 ton per tahun dan dimanfaatkan
sekitar 0,7 juta ton per tahun untuk bahan makanan, pakan ikan, cat, keramik, kosmetik, pasta
gigi, shampo dan farmasi (obat-obatan).
Sesuai data yang diperoleh di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulawesi Selatan,
misalnya sampai dengan Oktober 2014 ekspor rumput laut mencapai 95.462ton dengan nilai
dalam dollah mencapai USD 114,718. Pencapaian tersebut dapat terus meningkat hingga akhir
tahun mencapai USD 120 juta, bahkan dapat memenuhi target pencapaian hingga USD 180 juta.
Dari besaran ekspor tersebut, daerah terbesar pemberi kontribusi berada di Ambon, Nusa
Tenggara Timur (NTT) dan di seluruh wilayah Sulawesi. Dengan besarnya daerah penghasil
rumput laut di kawasan Indonesia timur semakin membuat ekspor Sulawesi selatan meningkat
hingga USD 300 juta pada 2018 mendatang, dimana target tersebut melampau dari yang
diprediksi sebelumnya.Tahun 2013 lalu komoditas rumput laut Sulawesi Selatan mencapai 2,4
juta ton dan tahun 2014 diharapkan produksi mencapai 3 juta ton Segmentasi pasar rumput laut
Indonesia saat ini meliputi negara Cina, Eropa, Jepang, Korea, Filipina dan masih banyak lagi.
Berdasarkan sasaran produksi Budidaya Perikanan Sulawesi Selatan tahun 2014-2018
sesuai target Rencana Pemerintah Jangka Menengah (RPJMD), maka untuk produksi rumput
laut Eucheuma Cottoni dan gracillaria ditargetkan mencapai 2,3 juta ton, kemudian tahun 2015
sebanyak 2,5 juta ton dan di 2016 capaiannya 2,6 juta ton hingga 2018 mencapai 3 juta ton.
Jenis Gracillaria produksinya hanya pada jenis kering atau dicuci, dan rata-rata dibawa ke Jawa
untuk diolah karena belum ada pengolahan rumput laut jenis Gracillaria di Sulawesi Selatan.
Sedangkan, untuk rumput laut jenis Eucheuma Cottoni masih diolah di Makassar di beberapa
pabrik, seperti di Maros, dua pabrik di Kawasan Industri Makassar (KIMA), dan Kabupaten
Takalar. Harga pokok produk (HPP)nya dihitung sekitar Rp. 7.000-8.000 dengan harga jual Rp.
12.000 untuk jenis Eucheuma Cottoni dan untuk jenis gracillaria HPPnya hanya Rp. 4.000-
5.000 dijual dengan harga Rp. 8.000-9.500/kg.
Berdasarkan negara tujuan ekspor, Indonesia memiliki pasar ekspor bervariasi di setiap
negara. Seperti misalnya di Jepang sebagai importir terbesar rumput laut dunia, ternyata negara
tersebut menjadi negara ke-13 sebagai tujuan ekspor apabila dilihat dari volume ekspor
Indonesia ke negara tujuan. Amerika sebagai importir terbesar ke-3 dunia, hanya menjadi
negara tujuan ke-6 Indonesia. Demikian juga dengan Francis, sebagai importir ke-4 hanya
menempati posisi ke-8 sebagai negara tujuan ekspor berdasarkan volume ekspornya.
Berdasarkan volume ekspor, Indonesia lebih banyak mengekspor rumput laut ke China,
Hongkong, Philippines (Philippina), Spain (Spanyol), Denmark, USA, South Korea (Korea
Selatan), France (Francis), dan United Kingdom (Inggris). Selengkapnya negara tujuan
eskpor Indonesia berdasarkan volume ekspor dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5.1. Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut Indonesia diurutkan berdasarkan Volume
Ekspor Terbesar
Negara Tujuan Volume Ekspor per Tahun (dalam Ton) Total
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
China 806 1,212 1,603 4,187 9,337 13,785 24,926 35,834 91,690
Hongkong 6,857 9,157 7,809 7,164 7,867 9,214 8,385 15,674 72,127
Philippines 1,205 140 1,523 1,472 4,574 5,302 8,060 11,145 33,421
Spain 3,451 3,838 4,359 4,700 3,364 4,716 4,736 4,431 33,595
Denmark 3,148 2,574 3,954 3,948 4,499 6,294 3,754 2,125 30,296
USA 2,299 980 1,662 1,804 2,128 1,750 1,065 5,751 17,439
South Korea 1,335 639 605 229 1,510 1,152 5,143 3,843 14,456
France 3,572 1,217 1,617 1,833 1,355 1,575 2,919 604 14,692
UK (Inggris) 370 806 714 499 400 395 832 848 4,864
Taiwan 710 621 479 407 422 749 505 535 4,428
Negara lain 1,331 1,890 3,549 2,316 4,706 6,078 8,901 14,798 43,569
Total Ekspor Ind 25,084 23,074 27,874 28,559 40,162 51,010 69,226 95,588 360,577
Rasio* 94.69 91.81 87.27 91.89 88.28 88.08 87.14 84.52 87.92
Sumber : DKP, 2008, dalam Rajagukguk (2009)

Pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata 86.41 persen ekspor rumput laut
Indonesia ditujukan untuk negara-negara tersebut. Artinya negara- negara tersebut di atas
menjadi konsumen yang sangat penting bagi industri dan ekspor rumput laut Indonesia. Data
pada Tabel 5.1 juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prioritas negara tujuan ekspor
yang berbeda dengan negara tujuan ekspor (importir) dunia seperti telah dijelaskan di atas. Hal
ini menjadi sebuah indikator bahwa pangsa pasar rumput laut Indonesia di pasar dunia masih
relatif rendah yang berdampak pada daya saing yang lemah. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih
jauh mengenai pangsa pasar Indonesia di pasar dunia, khususnya di negara tujuan ekspor
Indonesia.
Kondisi yang berbeda ditemukan juga pada data negara tujuan ekspor rumput laut
Indonesia apabila dilihat dari nilai ekspornya berdasarkan data yang diperoleh dari DKP
(2008). Seperti misalnya Jepang, berdasarkan volume ekspor Jepang bukanlah termasuk 10
negara tujuan ekspor utama karena hanya menempati posisi ke-13 sebagai negara tujuan
ekspor. Tetapi, Jepang memberikan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan negara
lain yang mengimpor lebih banyak. Demikian juga dengan negara lain, seperti Taiwan.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya volume ekspor ternyata tidak secara
langsung dapat memberikan nilai ekspor yang besar pula. Hal ini sangat terkait dengan posisi
tawar yang lemah di negara tujuan ekspor seperti Jepang. Secara lengkap, data negara tujuan
ekspor berdasarkan nilai ekspor terbesar dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut Inonesia berdasarkan Nilai Ekspor Terbesar
Negara Tujuan Nilai Ekspor per Tahun (dalam Ribu US$)
Ekspor 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
China 349 337 452 2,553 3,139 4,010 7,613 12,876 11,180
Hongkong 2,594 3,272 3,451 2,103 3,052 2,659 2,261 4,606 8,037
Philippines 454 86 1,209 748 2,447 3,370 4,292 6,052 7,080
Japan 3,530 3,014 2,697 2,005 2,258 1,945 2,305 3,617 4,090
Spain 2,387 2,400 1,618 2,351 1,768 2,404 2,207 1,749 2,242
Denmark 1,868 1,619 2,007 2,132 2,644 4,208 2,699 834 787
USA 1,293 461 821 1,077 1,083 1,398 1,296 3,843 3,017
South Korea 1,280 611 352 89 989 610 2,930 2,281 3,404
UK (Inggris) 538 1,379 1,024 575 479 451 1,851 2,416 2,025
France 828 428 331 600 398 297 805 549 1,243
Negara lain 1,163 2,064 3,268 1,553 2,254 3,944 7,296 10,763 14,419
Nilai Ekspor Ind 16,284 15,671 17,230 15,786 20,511 25,296 35,555 49,586 57,524
Sumber : DKP, 2008 dalam Rajagukguk (2009)
Pada Tabel 5 . 2 menunjukkan bahwa negara tujuan ekspor prioritas berbeda dengan
data sebelumnya. Berdasarkan nilai ekspor terbesar, China masih tetap menjadi negara tujuan
ekspor utama Indonesia dengan total nilai ekspor mencapai 42,59,000 US $ selama kurun waktu
1999 hingga 2006. Penerimaan Indonesia melalui nilai ekspor rumput laut ke negara tujuan
ekspor menunjukkan trend positif, dan hal ini sekaligus menjadi indikator yang menunjukkan
peluang peningkatan penerimaan yang semakin besar.
Analisis tentang posisi daya saing dapat ditunjukkan dengan menilai menurut volume
ekspor, perkembangan hasil dan jumlah yang diekspor, serta share atau sumbangan ekspor
rumput laut Indonesia terhadap total ekspor rumput laut dunia. Berdasarkan data dari FAO tahun
2008, China masih menjadi pemasok (eksportir) terbesar rumput laut dunia. Selang tahun 1999
sampai 2006, China mampu menyumbang 20.42 persen terhadap ekspor rumput laut dunia.
Diikuti oleh Indonesia sebesar 16.28 persen.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indonesia cukup memiliki kemampuan
dalam memperebutkan pangsa pasar rumput laut dunia. Tetapi, terkait dengan harga ekspor
dapat dikatakan bahwa posisi tawar Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan
produsen lain. Dan hal ini sangat berkaitan dengan daya saing Indonesia di pasar
internasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor rumput laut Indonesia ke
negara-negara tujuan, baik faktor internal maupun faktor eksternal, dan bagaimana pengaruhnya
perlu diketahui dengan baik.
4. Memasarkan Produk
Didalam menjalankan sebuah bisnis atau usaha, ada beberapa hal yang dirasa lebih
penting dibandingkan menghasilkan sebuah produk dan pemasaran produk menjadi hal yang
penting manakala produk telah dihasilkan.
Minimal terdapat lima hal penting yang merupakan strategi pemasaran yang umumnya
diterapkan oleh berbagai pengusaha atau perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk
barang atau jasa yang dihasilkan:
a. Menganali Pelanggan
Pertama, Kenali target pasar yang akan dibidik, lalu dilakukan identifikasi. Bisa melalui
survey atau pengamatan dan yang lainnya, semisal bisnis yang dijalani berkecimpung dalam
bidang pemasaran rumput laut atau lainnya, maka perlu diusahakan agar pasar yang dibidik
adalah kalangan para konsumen yang akan menggunakan rumput laut termasuk pengusaha yang
bergerak dalam bidang pengolahan rumput laut atau penggunaan rumput laut dalam berbagai
bentuk yang memiliki kepentingan dan merasa membutuhkan.
Ketepatan identifikasi sangat membantu mempermudah didalam menyusun strategi
pemasaran yang efektif dan efisien serta menghindari pembengkakan biaya dan waktu yang bisa
melelahkan, tentu sangat sulit bagi anda jika anda menjual rumput laut pada daerah-daearh yang
merupakan sentra produksi rumput laut kecuali menjualnya kepada pedagang pengumpul atau
pedagang perantara bahkan kepada pedagang yang lebih besar.
b. Melakukan Promosi
Untuk memasarkan produk rumput laut sedikit berbeda dengan produk lainnya seperti
makanan dan minuman misalnya yang membutuhkan banyak promosi. Untuk produk rumput
laut, jika produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik serta harga yang bersaing maka
akan dicari pembeli karena hingga saat ini kebutuhan rumput laut masih sangat besar
dibandingkan dengan produksi yang ada saat ini. Namun demikian, promosi masih perlu
dilakukan agar lebih memperbanyak peluang untuk penjualan atau pemasarannya, bahkan perlu
dilakukan promosi yang konsisten, dan jangan lupa, perlu diamati kerja para kompetitor,
bagaimana mereka melakukan promosi produknya kepada konsumen. apa yang mereka
terapkan, lalu kita bisa memodifikasi lalu menerapkannya juga dengan cara yang lebih dari para
pesaing.
Namun jangan pernah mengekor, karena itu hanya akan membuat kesuksesan produk
kita juga akan mengekor. Menjalankan ide secara orisinil lebih diutamakan dan hasilnya akan
jauh lebih efektif dan efisien dari sekedar mengekor. Satu lagi cara memasarkan produk yang
bisa dilakukan, mengusahakan promosi gaya dari mulut ke mulut. Sebuah cara yang banyak
pihak menyatakan kuno, ya bisa jadi. namun jika berhasil membuat suatu program dimana
sukses menyebabkan masyarakat membicarakannya terus menerus dari mulut kemulut
mengenai produk yang dihasilkan, maka ini akan menjadi viral dan masif dipromosikan dengan
biaya yang relatif kecil, efektif dan tentu juga efisien
c. Memilih Lokasi Strategis
Pemilihan lokasi yang strategis memegang peranan yang sangat penting, karena rumput
laut tidak dapat diproduksi jika lokasi tidak mendukung, misalnya untuk memproduksi rumput
laut jenis Eucheuma cottoni harus dibudidayakan di laut dengan kualitas perairan yang sesuai
kebutuhan tumbuh dan berkembang jenis rumput laut ini. Demikian pula untuk
membudidayakan rumput laut jenis Gracilaria di tambak, dibutuhkan suatu kondisi yang sesuai
dengan kebutuhan hidup dan tumbuh jenis rumput laut tersebut.
Pertimbangan lain adalah lokasi pembibitan dan budidaya sebaiknya jaraknya tidak
terlalu jauh agar memudahkan proses pengangkutan bibit. Disamping itu, lokasi budidaya tidak
jauh dari lokasi pemasaran rumput laut.
d. Menggunakan Media Internet Marketing
Kata-kata Internet Marketing sudah menghiasi keseharian kita paling tidak setengah
windu belakangan ini. Internet marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang sedang
naik pamor saat ini. Media sosial menjadi ladang pemasaran baru, dengan jejaring sosial,
manajemen pemasaran bisa mengetahui apa saja yang dibutuhkan konsumennya, sudah banyak
jasa jasa internet marketing, tool-tool internet marketing bisa digunakan untuk mengetahui
kebutuhan konsumen yang bagaimana yang perlu disasar. Internet sudah menjadi kebutuhan
pokok bagi sebagian masyarakat, bisa dibayangkan sehari tanpa koneksi internet? khususnya
pemuda pemudi? anda tentu bisa bayangkan sendiri, betapa begitu besarnya pangsa pasar dari
dunia maya yang bisa digarap saat ini.
Dunia sedang berubah, konsumen cenderung lebih ingin berbelanja tanpa harus capek,
ribet dan langsung menuju tempat dimana dia membutuhkan sesuatu tanpa tahu apakah ditempat
yang dituju, barang yang dia inginkan tersedia atau tidak. akan mengorbankan banyak waktu
dan melelahkan harus memecah keramaian dalam perjalanan. Internet adalah solusinya.
Website, jejaring sosial, fanspage atau teknis teknis detail lainnya dalam dunia internet seakan
menjadi kebutuhan khusus dalam strategi pemasaran. Internet marketing bisa memunculkan
interaksi secara langsung dengan pelanggan tanpa ada batas ruang dan waktu
Gambar 5.1. Pemasaran Menggunakan Media Internet
(Sumber: http://nichonotes.blogspot.co.id)
e. Menjalin Ikatan Baik Terhadap Konsumen
Sudah pasti pernah mendengar istilah "Konsumen Adalah Raja", maka perlakukanlah
konsumen layaknya seorang raja untuk menjaga kelangsungan bisnis. Menjalin hubungan yang
erat dengan konsumen, semisal menghubungi hanya untuk sekedar menanyakan pendapatnya
atas produk, testimoni atas produk yang dikeluarkan dan promo promo yang dijalankan.
Konsumen memerlukan produk dan perusahaan memerlukan konsumen. Simbiosis mutualisme
ini harus diterapkan, mempertahankan konsumen bukanlah perkara mudah, menjalin ikatan
dengan konsumen akan memudahkan ini. Menjalin ikatan dengan konsumen secara baik adalah
kunci yang cukup ampuh dalam kesuksesan penjualan produk, termasuk produk rumput laut.

5. Laporan Pemasaran
Program kerja, anggaran, kesiapan SDM marketing dan target penjualan merupakan
kesatuan dari kebijakan marketing termasuk penjualan atau pemasaran rumput laut. Tidak ada
anggaran disetujui tanpa program kerja terarah, sebaliknya program kerja terarah sia-sia kalau
tidak didukung anggaran memadai. Di tangan tenaga marketing andal, target penjualan yang
didukung anggaran dan program kerja pintar masuk akal diraih. Soal lainnya tinggal bagaimana
cara membuat laporan kerja marketing agar mudah dievaluasi.
Memahami kegiatan marketing sepotong-sepotong sebagaimana terjadi di usaha
pembudidaya atau pembibitan rumput laut kebanyakan sungguh tidak membantu. Makin
menjauhkan marketing dari pencapaian target saja. Masih sering dijumpai pengusaha
pembudidaya rumput laut hanya suka membicarakan target tanpa melihat utuh dua aspek
marketing; anggaran dan program kerja.
Pada kondisi lain, kalau hanya berbekal anggaran dan program kerja saja tanpa
didukung oleh strategi pemasaran yang baik, hasilnya pun tidak akan maksimal. Respon
melimpah calon konsumen bisa didapat akibat adanya program kerja gencar tetapi keberhasilan
closing penjualan rendah. Karena kita gagal menangkap hasil buruan yang dihasilkan program
kerja massif secara jitu. Mencapai target penjualan idealnya dimulai dari melakukan pola
terintegrasi antara program kerja, kesiapan SDM penjualan, anggaran dan evaluasi kerja terukur.
Misalnya target penjualan pada semester I awal tahun program tercapai maksimal, tetapi
menguras anggaran di atas 50% dari budget anggaran 1 tahun, tentu pencapaian ini patut
diwaspadai. Potensial menimbulkan ketimpangan penjualan pada semester berikutnya karena
anggaran telah hampir habis terpakai.
Cara sederhana agar kegiatan marketing bisa dilakukan adalah dengan mengevaluasi;
form check list rencana kerja, laporan penggunaan anggaran, laporan realisasi program kerja,
laporan penjualan, dan membuat laporan analisa serta rekomendasi atas semua kegiatan
marketing perumahan persemester.
a. Form Check List Rencana Kerja
Buatlah form check list rencana kerja penjualan sesuai tema dasar kegiatan pemasaran
rumput laut yang bakal dilakukan. Saat menyusun terencana kerja, fator utama yang harus
diperhatikan adalah menyasar segmentasi pasar. Masing-masing rencana kegiatan dibuat
terperinci dan terpisah satu sama lain selengkap-lengkapnya. Jumlah rencana item kerjanya
seharusnya bisa mencapai ratusan bila semua ditulis lengkap. Saat melakukan evaluasi item
kerja, bakal terlihat berapa item kerja terlaksana dan mana item kerja belum terlaksana. Lalu
buatlah prosentase dari total rencana kerja, berapa persen yang mampu terealisasi. Buat pula
catatan di halaman paling bawah sebagai penjelasan. Apa hambatan di lapangan kalau ada, atau
faktor pendukung mengapa program dimaksud bisa terlaksanan baik. Intinya mesti ada
interpretasi atas item kerja yang terlaksana dan item kerja yang terhambat.
b. Laporan Penggunaan Anggaran
Membuat laporan penggunaan anggaran cukup disebut angka global saja, jumlah
terpakai, kronologi penggunaan berstandar akuntasi biasa. Soal real pelaporan rinci berbentuk
kwitansi dan bukti pengeluaran sebaiknya dibuat terpisah karena ada bagian administrasi
keuangan yang membuatnya. Perlihatkan berapa banyak dan prosentasikan dari jumlah terpakai
berbanding anggaran yang tersedia.
c. Laporan Penjualan
Isi form laporan penjualan rumput laut berikut data administrasi yang menyertainya.
Data prinsip laporan penjualan dapat berisi harga pembelian dari konsumen, data konsumen,
jumlah permintaan, dan cara pembayaran. Dari laporan penjualan yang dibuat akan tampak
perbandingan antara proyeksi cash in bakal diterima dengan real cash out yang telah
dikeluarkan. Jika berimbang, dalam pengertian uang yang dikeluarkan bakal menghasilkan cash
in lebih banyak sebagaimana jumlah dan jadwal yang dibuat di forecast keuangan, maka
kegiatan penjualan atau marketing dianggap berhasil. Ukuran gampangnya, dalam 3 bulan
pertama marketing harus mampu membukukan setidaknya 20% penjualan berbanding omzet
keseluruhan.
d. Analisa dan rekomendasi
Setelah tersaji semua laporan program kerja, laporan penggunaan anggaran dan laporan
penjualan tahap akhir dari laporan kerja penjualan/marketing ialah membuat analisa dan
rekomendasi kebijakan. Dokumen analisa dan rekomendasi kebijakan sangat diperlukan sebagai
dasar untuk membuat program marketing selanjutnya. Bercermin dari pelaksanaan dan hasil
kerja sebelumnya, maka budget anggaran dan sasaran program kerja dianggap telah memiliki
referensi aktual. Akan tampak program kerja terlaksana berkatagori bagus atau tidak setelah
dilakukan evaluasi menyeluruh per bulan. Jika buruk, tak sepadan dengan target penjualan
maka evaluasinya apa, jika bagus apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan. Rekomendasi
berisi permohonan dukungan manajemen untuk meningkakan kinerja. Tetapi perlu diingat,
basisnya harus data, tidak boleh selera alias.
EVALUASI

Dalam penyusunan materi ini dilengkapi dengan soal latihan, maka jawablah soal-soal
latihan tersebut dengan baik dan benar. Jika jawaban Anda belum sesuai dengan kunci jawaban,
maka jangan berputus asa, lakukan kembali pendalaman tentang isi materi serta tambalah
pengetahuan Anda dengan materi dari sumber lain. Jika mengalami kesulitan, jangan ragu untuk
bertanya kepada kawan, instruktur atau tanyakan bagian yang belum dipahami pada saat
instruktur memberikan materi tersebut.
Semoga Anda sukses dalam mempelajari dan mendalami isi materi PKB guru Budidaya
Rumput Laut Grade 9 ini.
DAFTAR PUSTAKA

Akma., R . Sugeng dan Ilham. 2008. Teknologi Manajemen Budidaya Rumput Laut
(Kapphaphycus alvarezii). Takalar

Amiluddin, NM. 2007. Kajian Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii yang Terkena Penyakit Ice-Ice di Perairan Pulau Pari
Kepulauan Seribu. Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Anonim. 2005a. Petunjuk Praktikum Biologi Laut. Jurusan Perikanan. UGM. Yogyakarta

Anonim. 2005b. Alga Hijau, Alga Merah, Alga Coklat (http://www.iptek.net.id/biola/Pi -


UGM//).

Aditya, T.W. , P. Yuwan dan Sudjiharno, 2001, Pemilihan Lokasi Teknologi Budidaya
Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii). Petunjuk Teknis Departemen Kelautan dan
Perikanan. Direktorat Jenderal Perikana Budidaya. hlm 16-22.

Afrianto E dan Evi L. 1993. Budidaya Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta

Afrianto E., dan Liviawaty, E., 2003. Budidaya Laut dan Cara Pengolahannya. Bharata.
Jakarta. 84 hal.

Aini, Q.A., 2009. Taman Vertikultur Pamer Lokasi Tanaman di Lahan Sempit.
www.sittibelajar.com&ref. Diakses Jumat, 28 Juni 2013. 3 hlm

Anjas, R., dan A . Julianti. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut
Sulawesi Selatan Periode Tahun 1999-2009. Skripsi. Prodi Ilmu Ekonomi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Hasanuddin.

Anggadiredja JT, A Zatnika, H Purwoto, S. Istini. 2006. Rumput Laut:


Pembudidayaan,Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan
Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta. 147hal

Anggadiredja, J.T. 2007. Potential and Prospect of Indonesia Seaweed Industry


Development. The Indonesia Agency for the Assessment and Application of
Technology-Indonesia Seaweed Society. Jakarta

Anggadiredja, J.T., Zatnika, A. Istini. S,. 2009. Rumput Laut Pembudidayaan Pengelolaan dan
Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.147 Hlm.

Armita, D. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air di Daerah Budidaya Rumput Laut
Dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut, di Dusun Malelaya, Desa
Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Skripsi. Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar
Arsyad S., 2009. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii dengan Menggunakan Metode Lepas Dasar (off Bottom Method). Skripsi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari. 57 hlm.

Ask E.L and Azanza R.V., 2002. Advances in cultivation technology of commercial
eucheumatoid species, a review with suggestions for future research. Aquakultur. 206:
257-277.

Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Cetakan I. Kanisius. Yogyakarta.

Aslan LM. 1998. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius. 97hal

Aslan, M., 1999. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.

Aslin, L., 2009. Pengaruh Lama Perendaman yang Berbeda dengan Menggunakan Pupuk
Organik Cair Lengkap Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
pada Sistem Longline. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu.
Kendari. 51 hal.

Asmawati, 2010. Pengaruh Jarak Tanam Bibit Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Karaginan Rumput Laut Varietas Cokelat (Kappaphycus alvarezii) dengan Metode
Long Line Di Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari.72 Hlm

Asnawati, S., 2010. Pengaruh Jarak Kedalaman Tali Ris Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan
dan Kadar Rumput Laut Varietas Merah (Kappaphycus alvarezii) dengan Metode Long
Line Di Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasmeeto Kabupaten Konawe. Skripsi.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari. 55 Hlm
Aslan, L.M., Rahman, A., Lailah, S., 2011. Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam
yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Karaginan Rumput Laut Kappaphycus
alvareziiVarietas Hijau dengan Menggunakan Metode Vertikultur. Laporan Penelitian.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. 54 hal.

Atmadja, dkk., 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi-
LIPI. Jakarta.

Atmadja, W., S. 2007. Apa Rumput Laut itu sebenarnya? Divisi Penelitian dan Pengembangan
Seaweed. Kelompok Studi Rumput Laut Kelautan. UNDIP. Semarang. 8 hlm.

Ayubi, A. L. 2014. Sekilas Tentang Budidaya Rumput Laut. Mahasiswa Hoelea Kupang.
http://mahasiswaleuhoe.blogspot.co.id/2014/03/sekilas-tentang-budidaya-rumput-
laut.html

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. 2008. Jepara dalam Angka. Jepara

Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2008. Statistik Balai Taman Nasional


Karimunjawa tahun 2008. Semarang

Bazzar, ., dan D. Prasetyo. 2011. Eucheuma cottonii. Tugas paper ekologi laut. Program studi
ilmu kelautan. Jurusan ilmu kelautan. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas
diponegoro, semarang. http://danarprasetyo-
scientific.blogspot.co.id/2011/11/eucheuma-cottoni.html

Bold, H.C. dan M.J. Wynne. 1978. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction.
New Delhi : Prentice Hall Of India.

Boyd, C.E., 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn University. Alabama.
USA.

Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds For Aquaculture, Alabama Agricultural Experiment
Station. Auburn University. Alabama. 482 p.

BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, 2010. Eksistensi Rumput Laut
Indonesia. http://www.bppt.go.id/eksistensi-rumput-laut-indonesia. Diakses Tanggal 19
November 2010.

David FR. 2004. Konsep Manajemen Strategis. Penerjemah: Hamdy Hadi. Edisi VII.
Prenhallindo, Jakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara. 2008. Buku Saku. Jepara

(DJPB KKP) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan danPerikanan.


2004a. Pedoman Umum Budidaya Rumput Laut di Laut. Jakarta

(DJPB KKP) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2004b. Strategi Pengembangan Potensi Rumput Laut Nasional untuk Mendukung
Usaha Pembudidayaan dan Pengolahan Hasil Rumput Laut. Jakarta

(DJPHKA) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.


Keputusan Nomor: SK.79/IV/Set-3/2005 tanggal 30 Juni 2005 tentang
Revisi Mintakat/Zonasi Taman Nasional Kepulauan Karimunjawa. Jakarta
Dahuri, Rokhimin. 2003. Keanekargaman Hayati Laut. PT. Gramedia Pustaka . Jakarta

Dawes, C. J. 1990. Marine Botany A Wiley Interscience. Publication John Wiley & Sons. New
York

Dodge, J. D. 1973. The Fine Structure of Algae Cells. Academic Press. London.

Djai, S., 2010. Pengaruh Jarak Tanam Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Karaginan Rumput Laut Varietas Hijau Kappaphycus alvarezii dengan Menggunakan
Metode Long Line di Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasmeeto Kabupaten Konawe.
Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari. 50 Hal

DKP, 2006a. Petunjuk Teknis Budidaya Laut Rumput Laut Eucheuma spp.. Direktorat Produksi
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.

DKP. 2006b. Panduan Mata Pencaharain Alternatif Volume 2. PT. Bina Marina Nusantara.
Jakarta. 24 hlm.

Eldewa, F. 2013. Laporan KKL di Cangar Batu Malang. my blogger.


http://farieseldewa.blogspot.co.id/

Effendie, H., 2000. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB. Bogor.

Effendie, H., 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB. Bogor. Hlm 257.

Fahri, M. Perencanaan Usaha Budidaya Rumput Laut. SMKN 1 Bima NTB

Freile-Pelegrin Y, Robledo D, Azamar J.A. 2006. Caragenan Of Eucheuma Isiforme


Conditions. Botanica Marina 49:65-71.

Garrison RH dan EW Noreen. 2001. Akutansi Manajerial. Salemba Empat. Jakarta

Gittinger JP. 1996. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (Terjemahan).Jakarta: UI


Press. 579hal

Giyatmi, AH Purnomo, M Hubeis. 2003. Analisis Produk Unggulan Agroindustri Perikanan


Laut di Kabupaten Rembang. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia; 9 (6): 75 – 87
Hubeis M. 2008. Materi 8: Pengelolaan Industri. Bahan Kuliah PS MPI, SPS IPB,
Bogor.

Ghufran, M.H.K.K. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-
obatan. Lily Publisher. Yogyakarta.

Hung, D.L., Kanji, H., H. Q. Nang., T. Kha., L.T. Hoa. 2008. Seasonal Changes in Growth
Rate, Carrageenan Yield And Lectin Content in The Red Alga Kappaphycus alvarezii
Cultivated in Camranh Bay, Vietnam. Journal Appl Phycol. 21:265–272
Hurtado, A.Q., R.F. Aqbayani, R. Sanares, M.R. de Costro – Mallare. 2008. The Seasonality
and Economic Feasibility of Cultivating Kappaphycus alvarezii in Panagaton, Cays,
Caluya, Antique, Philippines . Aquaculture 199: 295-310.

http://trustbe.blogspot.co.id/2012/12/makalah-sarana-dan-prasarana.html

http://biologilautbootani.blogspot.co.id/2012/03/rumput-laut.html

http://www.digitalpromosi.com/smart/peluang-usaha/2325-budidaya-rumput-laut-dan-potensi-
bisnisnya-yang-tinggi

http://ke-laut-an.blogspot.co.id/2013/06/praktikum-rumput-laut-seaweed.html

http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-di-
2015#ixzz3xH94iwI8

http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-di-
2015#ixzz3xH9PvTJH
http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-di
2015#ixzz3xH8lbBPp

http://rezrahmann.blogspot.co.id/2013/09/rumpur-laut-hypnea-musciformis.html

http://rumputlautkerings.blogspot.co.id/2014/02/klasifikasi-euchema-cottonii.html

http://www.cvamarizmitrayasa.com/2014/02/mengenal-rumput-laut-eucheuma-cottonii.html

http://andrian-deri-alviana.blogspot.co.id/2013/04/identifikasi-spesies-alga-merah.html

http://www.fao.org/docrep/field/003/ab882e/AB882E15.htm

http://rumputlautindonesia.blogspot.co.id/

http://www.sinarharapan.co/news/read/140829053/budidaya-rumput-laut-indonesia-akan-
ungguli-tiongkok

http://fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/Ebook/Biologi%20Laut%20Jilid%202/bab_6.df

http://e-journal.uajy.ac.id/372/3/2BL01029.pdf

http://www.bitebrands.co/2013/11/pengertian-dan-bentuk-bentuk-komunikasi.html

http://arsal-arsenal.blogspot.co.id/2014/06/budidaya-rumput-laut-di-tambak-air-payau.html

http://wicaramina.blogspot.co.id/2015/05/pengapuran-tambak.html

http://www.univer-science.com/2014/10/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34197/3/Chapter%20II.pdf

http://www.indopos.co.id/2015/07/kultur-jaringan-mempercepat-produksi-rumput
laut.html#sthash.RBykiVpR.dpuf

http://radensanopaputra.blogspot.co.id/2013/10/aspek-aspek-dalam-studi-kelayakan-bisnis.html

http://iqbalfawaidfikri.blogspot.co.id/2013/04/aspek-teknik-dan-teknologi.html

http://iqbalfawaidfikri.blogspot.co.id/2013/04/aspek-teknik-dan-teknologi.html

http://webmantab.blogspot.co.id/2012/10/aspek-pemasaran-pasar-didefinisikan.html

http://kumpulantugasmakalahekonomi.blogspot.co.id/2014/09/aspek-pasar-dan-pemasaran-
dalam-studi.html

http://niia1993.blogspot.co.id/2012/12/aspek-pasar-dan-pemasaran-dalam-studi.html

http://www.asarychae.com/2012/07/aspek-pasar-dan-pemasaran.html

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=16097&val=989

http://faithgun.blogspot.co.id/2011/05/studi-kelayakan-bisnis-aspek-keuangan.html

http://usupress.usu.ac.id/files/Studi%20Kelayakan%20Bisnis_2_Final_normal_bab%208.pdf

http://nisyara.blogspot.co.id/2012/10/aspek-finansial-pada-studi-kelayakan.html

http://siska-hiablog.blogspot.co.id/2013/06/makalah-aspek-ekonomi-dan-sosial.html

http://miftahuljuaharifahmi.blogspot.co.id/2012/05/makalah-aspek-ekonomi-dan-sosial-
dan.html

http://ekasyaefatulhuda.blogspot.co.id/2015/05/pendahuluan-merintis-atau-memulai.html

http://www.bappebti.go.id/media/docs/info-komoditi_2015-06-30_10-11-
34_Analisis_Bulanan_Rumput_Laut-Mei.pdf

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwj9096
zvanKAhUWBI4KHSwDCV4QFggkMAE&url=http%3A%2F%2Fetd.repository.ugm.a
c.id%2Fdownloadfile%2F81443%2Fpotongan%2FS3-2015-324563-
chapter1.pdf&usg=AFQjCNEeh5yTtlqQJ1gY_uRb9Fxki4siGQ&sig2=ZrdELvbq_1SDJ
UDJzG2QuQ
http://www.kompasiana.com/aniskurniawan/rumput-laut-sebagai-sumber-pendapatan-alternatif-
potret-dari-4-daerah-di-sulsel_567f6fe0727e6192123cfd27

http://www.agrina-online.com/redesign2.php?rid=10&aid=4665

http://putrajatim.blogspot.co.id/2012/02/pengenalan-studi-kelayakan-bisnis.html

http://www.kemendag.go.id/id/news/2015/08/03/rumput-laut-indonesia-laris-manis-di-pasar-
internasional

http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-di-
2015http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-cerah-
di-2015

http://marufkasim.blog.com/2012/12/26/pengembangan-budidaya-rumput-laut-bagi-masyarakat-
pesisir/

http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/272/MEWUJUDKAN-KEDAULATAN-
RUMPUT-LAUT-NASIONAL/?category_id=13

http://kkp.go.id/index.php/pers/komoditas-rumput-laut-kian-strategis/?print=pdf

http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/6201390367517.pdf

http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/6201390367517.pdf

http://www.jasuda.net/beritadtl.php?ID=161

http://kenshuseidesu.tripod.com/id49.html

http://aryacorrec.blogspot.co.id/2011/06/rumput-laut.html
http://www.univer-science.com/2014/10/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria.html

http://www.univer-science.com/2014/10/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria.html

http://docplayer.info/333364-Posisi-tanam-rumput-laut-dengan-modifikasi-sistem-jaring-
terhadap-pertumbuhan-dan-produksi-eucheuma-cottonii-di-perairan-pantura-
brebes.html

http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera33-Zqlepyi0cuUJFcijpDKR7J5Ui.pdf

http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewFile/4176/3161
http://budidayaperairanq.blogspot.co.id/2013/07/budidaya-rumput-laut-jenis-k.html

Hung, D.L., Kanji, H., H. Q. Nang., T. Kha., L.T. Hoa. 2008. Seasonal Changes in Growth
Rate, Carrageenan Yield And Lectin Content in The Red Alga Kappaphycus alvarezii
Cultivated in Camranh Bay, Vietnam. Journal Appl Phycol. 21:265–272

Hurtado, A.Q., R.F. Aqbayani, R. Sanares, M.R. de Costro – Mallare. 2008. The Seasonality
and Economic Feasibility of Cultivating Kappaphycus alvarezii in Panagaton, Cays,
Caluya, Antique, Philippines . Aquaculture 199: 295-310.

Ismail T, Laili I, Nanik DJ. 2009. Etanol dari Molases Menggunakan Zymomonas Mobilis yang
Dimobilisasi dengan k-Karaginan dengan Faktor Tertentu. Prosiding Seminar Nasional
XIV Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS. Surabaya

Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

Kadi, A., Atmadja WS. 1988. Rumput Laut Jenis Algae. Reproduksi, Produksi, Budidaya dan
Pasca Panen. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. Jakarta: Pusat
penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 101
hlm.

Kamlasi Y. 2008. Kajian Ekologi dan Biologi untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut
(Eucheuma cottoni) di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten
Kupang Propinsi Nusa Tenggra Timur. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.

Kasijan Romimohtarto, Sri Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengantar Tentang Biologi
Laut. Jakarta : Djambatan.
Kasry, A. dkk. 2010. “Ekologi Perairan”. Universitas Riau. Pekanbaru.

Khamdiyah, Nur. 2010. “Pembuatan Etanol dari Alga Merah (Euchema spinosum) dengan
Sakarifikasi dan tanpa Sakarifikasi pada Variasi Lama Fermentasi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Khasanah, U. 2013. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut
Eucheuma cottoni di Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo. Skripsi.
Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Makassar

Kotler P dan AB Susanto. 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,


Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat, Jakarta.

Kotler P dan G Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran (Terjemahan). Erlangga.


Jakarta.

Kurniastuty, P. Hartono dan Muawanah, 2001. Hama dan Penyakit Rumput Laut. Dep.
Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut.
Lampung. 55Hlm.

Kordi, M., G. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik dan Obat-obatan.
Lily Publisher. Yogyakarta. 87 hlm.

Marine, A. P. 2010. Rumput Laut jenis Gracilaria. Semua Tentang Ilmu Kelautan. Prodi. Ilmu
Kelautan Universitas Sriwijaya. http://ayumarine07.blogspot.co.id/2010/11/rumput-
laut-jenis-gracilaria.html

Muhtarudin, D. 2014. Prospek Komoditas Rumput Laut Masih Cerah di 2015.


@jitunews.http://www.jitunews.com/read/3208/prospek-komoditas-rumput-laut-masih-
cerah-di-2015#ixzz3xH9j4PL2

Nazmi, R. 2011. Rumput laut Euchema spinosum. Biologi Laut Rumput Laut Euchema
spinosum. Teknologi hasil perikanan. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas
Riau. Pekanbaru. http://ryannazmi.blogspot.co.id/2011/07/rumput-laut-euchema-
spinosum.html

Neish., I., C. 2005. The Eucheuma Seaplant Handbook Vol I. Agronomi, Biology and Culture
System. Seaplantnet Technical Monograph. 36 Hlm.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa : Dr. H.
Muhammad Eidman Msc.dkk. Jakarta : PT Gramedia.

Parenrengi A, Sulaeman, E Suryati, A Tenriulo. 2006. Karakteristik Genetika Rumput Laut


Kappaphycus alvarezii yang Dibudidayakan di Sulawesi Selatan. Jurnal Riset
Aquakultur; 1(1): 1 – 11
Paula, E.J Pereira, R.T.L. 2003. Factors Affecting Growth Rates of Kappaphycus
alvarezii (Doty) Doty Ex P. Silva (Rhodophyta Solieriaceae) Sobtropical
Sobtropical Waters of Sao Paulo State, Brazil. Proceedings Of The XVIInternational Se
aweed Symposium. Oxford University Press. New York. 381-388

Pong-masak R., 2010. Panen 10 Kali Lipat Dengan Metode Vertikultur. Majalah TROBOS
Edisi Juni. 2010.

Pong-Masak, P.R., Tjaronge, M., dan Rachmansyah. 2011. Perbaikan BibitRumput Laut
Melalui Metode Seleksi Klon. Makalah yang Dipresentasekan pada Acara Sosialisasi
dan Temu Konsultan Teknologi Budidaya dai Balitbang Kelautan dan Perikanan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya , BRPBAP, Maros di Hotel Horizon-
Kendari, 17 Maret 2011.

Prasetyarto dan Suhendar. 2010. Materi Tentang Laut dan Pesisir. Jakarta.

Probisnis. NET. 2015. Potensi Bisnis Budidaya Rumput Laut di Indonesia.


http://probisnis.net/potensi-bisnis-budidaya-rumput-laut-di-indonesia/

Prihanigrum, A., M. Meiyana dan Evalawati. Tahun 2001, Biologi Rumput Laut; Teknologi
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii). Petunjuk Tekhnis. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut.
Lampung. 66 Hlm.

Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

Rasjid, F., Firdaus, M., Pudu, S., Dahya., Idris., Herman Subandi., 2000. Budidaya Rumput
Laut (Eucheuma cottonii) Dengan Sistem Rakit Cara Tanam Legowo 6. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Kendari. hlm 5-6.
Restiana, W.A dan R. Diana. 2009. Analisa Komposisi Nutrisi Rumput Laut (Euchema
cottoni) Di Pulau Karimunjawa Dengan Proses Pengeringan Berbeda. Disertasi Program
Studi Budidaya Universitas Diponegoro, Semarang
Romimohtarto, K., dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta. 326 hlm.

Sadhori, S.N.1990. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta. p.17-21
Said, Rosiana, 2011. Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kadar Karaginan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezi) Varietas
Merah dengan Metode Vertikultur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Unhalu. Kendari. 95 Hlm.

Safitri, A.S,. 2009. Pengaruh Umur Panen Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Karaginan Kappaphycus alvarezii Dengan Metode Longline. Skripsi Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari. 57 Hlm

Setiadi, A., dan Budihardjo, U. 2000. Rumput Laut Komoditas Unggulan. Penerbit PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Setyaningsih, H. 2011. Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
Dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannyadi Perairan Karimunjawa.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setyobudiandi. T., Seokendarsi. E., Jauriah. M., Bahtiar., Hari. H., 2009. Rumput Laut
Indonesia Jenis dan Upaya Pemanfaatannya

Sirajuddin M., 2009. Analisa Ruang Ekologi untuk Pengelompokan Zona Pengembangan
Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottoni) di Teluk Waworanda Kabupaten Bima.
Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Soediarto. 1990.Budidaya Rumput laut. Djambatan . Jakarta

Soeharto, I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Elangga.

Sudradjat A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Jakarta: Penebar


Swadaya. 171p

Supriyadi dan Tim Lentera. 2008. Mewaspadai dan Menanggulangi Penyakit pada Lou
Han. Penerbit Agromedia Wisata. Halaman 8 – 9
Sutomo B. 2006. Manfaat Rumput Laut, Cegah Kanker dan Antioksidan.
http://budiboga.blogspot.com/2006/05/manfaat-rumput-laut-cegah-kanker- dan.html (23
Juli 2009)

Syahrani, D. 2013. Biologi rumput laut. http://aquaculture28.blogspot.co.id/

Syahputra, Y. 2005. Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Budidaya Rumput Laut Euchema
cottonii pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda dan Perlakuan Jarak Tanam di Teluk
Lhok Seudu. Tesis (tidak dipublikasikan). Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 102 hlm

Sudjiharno, 2001. Teknologi Budidaya Rumput Laut. Balai Budidaya Laut. Lampung. 91 hlm.

Sudradjat, A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar Swadaya, Jakarta.


153 hlm.

Sujatmiko, W., Angkasa W. I., 2004. Teknik Budidaya Rumput Laut dengan Metode Tali
Panjang. BPPT, Jakarta. Hal 18.

Sukadi, F. 2007. Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Makalah disampaikan


pada Seminar Kebijakan Investasi Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan 5 Juli 2007. Ditjen P2HP. DKP.

Taurino Poncomulyo., Maryani.H., Kristiani. L., 2006. Budidaya dan Pengelolaan Rumput Laut.
PT. Agromedia Pustaka. Surabaya.

Tiar, S. 2012. Pengaruh Jarak Tanam yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Karaginan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Dengan Metode Long Line Di Desa
Toli-Toli Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Skripsi.Universitas Haluoleo. Kendari.

Umar H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganalisa Kelayakan Rencana Bisnis
Secara Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Utojo, Rahmansyah, Abdul Mansyur, A. Marsambuana Pirzan, dan Hasnawi. 2007. Identifikasi
Kelayakan Lokasi Budidaya Rumput Laut Euchema sp. Di Perairan Teluk Tamiang,
Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 1 (3). 401-534.

Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan.


Jakarta.

Yusuf, M.I., 2004. Produksi, Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut
Kappaphycus alvareziiyang Dibudidayakan dengan Sistem Air Media dan Thallus
Benih yang Berbeda. (Disertasi) Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin.
Makassar. 59 Hlm.

Anda mungkin juga menyukai