PENGANTAR......................................................
BAB I. Sejarah Perkembangan
Bahasa Indonesia.................................
BAB II. Penulisan Huruf, Kata,
dan Tanda Baca...................................
BAB III. Analisis Kesalahan
Kalimat .................................................
BAB IV. Paragraf dan Pengembangannya.........
BAB V. Topik dan Pembatasannya....................
BAB VI. Kerangka Karangan dan Pengembangannya
BAB VII. Kutipan dan Daftar Pustaka
BAB VIII.Tata Persuratan
BAB IX. Penulisan Esai
1
PENGANTAR
Agustus 2006
2
Penyusun
BAB I.
SEJARAH PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan
bahasa Indonesia.
Indikator
1) Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan
bahasa Indonesia
2) Mahasiswa dapat menerapkan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD)
Materi
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
1.1 Bahasa Melayu Dikukuhkan sebagai Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia bersumber dari bahasa
Melayu. Bahasa Melayu yang digunakan sebagai
sumber bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau.
Bahasa Melayu dikukuhkan sebagai bahasa persatuan
diikrarkan pada peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928 di Jakarta.
Untuk mengembangkan bahasa Indonesia,
bahasa Indonesia menyerap kosa kata dari bahasa
daerah maupun bahasa asing. Penyerapan itu
dikarenakan dalam bahasa Indonesia tidak ada
padanannya.
Bahasa Melayu dikukuhkan sebagai bahasa Nasional
1.2pada tanggalBahasa
Kongres 28 Oktober 1928 pada peristiwa Sumpah
Indonesia
Pemuda
3
Dalam pembinaan bahasa Indonesia dilakukan
adanya kongres bahasa Indonesia yang dilakukan
pertama di Solo tahun 1938, kongres Bahasa
Indonesia yang kedua di Medan tahun 1954, kongres
bahasa Indonesia yang ketiga di Jakarta tahun l968,
kongres bahasa Indonesia keempat tahun 1973 di
Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia yang kelima tahun
1978, kongres bahasa Indonesia yang keenam tahun
1983, kongres bahasa Indonesia yang ketujuh tahun
1993, kongres bahasa Indonesia yang kedelapan
tahun 1998, dan kongres bahasa Indonesia yang
kesembilan tahun 2003 di Jakarta.
Pelaksanaan kongres Bahasa Indonesia dari tahun
1938 s.d. 2003
2
1.3 Ejaan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mengalami beberapa kali
penerapan ejaan yaitu ejaan Van Opuysen 1902
sampai dengan 1947, Ejaan Soewandi (Ejaan
Republik) tahun 1947 sampai dengan 1972, dan Ejaan
yang Disempurnakan tahun 1972 sampai dengan
sekarang.
4
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional, berfungsi sebagai (1) lambang
kebanggaan nasional, (2) lambang jatidiri (identitas)
nasional, (3) alat pemersatu berbagai masyarakat yang
berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya,
dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
negara, berfungsi sebagai (1) bahasa resmi negara,
(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan, (3) bahasa resmi dalam perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan,
dan (4) bahasa resmi di dalam pembangunan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.
5
Kebudayaan). Selain itu dalam ketetapan MPR no 983
tahun 1978 dinyatakan, “Pendidikan dan pengajaran
bahasa Indonesia perlu makin ditingkatkan dan
diperluas sehingga mencakup semua lembaga
pendidikan dan menjangkau masyarakat luas”. Dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1988
diarahkan bahwa usaha pembinaan bahasa Indonesia
akan ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal dan
non formal. Maka dari itu, pemerintah akan
meningkatkan usaha pemasyarakatan Pedoman Ejaan
Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Selain itu akan meningkatkan
kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia
yang baik dan benar di kalangan petugas pemerintah,
khususnya yang berhubungan dengan masyarakat
(GBHN: Bab 21).
DAFTAR PUSTAKA
6
Arifin, E Zaenal, dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo.
Halim, Amran. Editor. 1976a. Politik Bahasa Nasional.
Jilid 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Halim, Amran. 1982. “Pembinaan Bahasa Indonesia”.
Makalah dalam Pertemuan Bahasa dan Sastra.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Saadie, Ma’mur, H.M. Idris Suryana, dan Eddy
Sapardi.1997/1998. Bahasa Bantu. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-
III
Widagdho, Djoko. 1997. Bahasa Indonesia :
Pengantar Kemahiran bahasa di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Manajemen PT Raja Grafindo
Persada.
7
Jawab:
Jawab:
6
d. Jelaskan kekuatan hukum yang menyangkut
kedudukan, pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia!
8
Jawab:
e. Jelaskan Slogan dalam Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa dan berikan contohnya!
Jawab:
9
BAB II.
PENULISAN HURUF, KATA,
DAN TANDA BACA
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menuliskan huruf, kata, dan
tanda baca dengan benar, sesuai dengan kaidah ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan sehingga
dapat menyampaikan gagasannya dengan benar pula
dalam memperlancar tugas-tugas perkuliahannya.
Indikator
1) Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan
huruf kapital dan huruf miring dalam sebuah
kalimat.
2) Mahasiswa dapat membedakan penggunaan
kata yang dirangkaikan dan yang dipisahkan
dalam sebuah kalimat.
3) Mahasiswa dapat menggunakan tanda baca
dengan benar dalam sebuah kalimat.
Materi
Penulisan Huruf
Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua
masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar atau huruf
kapital dan (2) penulisan huruf miring.
10
a. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam kalimat yang berupa petikan
langsung.
Misalnya :
1) Adik bertanya, ”Kapan kita pulang?”
2) “Kemarin Engkau terlambat”, katanya.
3) Pak Guru menasihatkan, ”Rajin-rajinlah
belajar agar lulus dalam ujian.”
4) Menko Perekonomian
menyatakan,”Perekonomian dunia kini
belum sepenuhnya lepas dari cengkeraman
resesi dunia.”
5) Archimedes berkata, ”Setiap benda yang
dimasukkan ke dalam zat cair akan
mendapat tekanan ke atas sehingga
beratnya berkurang seberat zat cair yang
dipindahkannya.”
Dalam karya ilmiah, khususnya dalam ucapan terima
kasih, contohnya.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada abah yang selalu memompa semangat
penulis dengan ucapan, “Mengapa orang bisa, kita
tidak?”.
Catatan:
Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah
tanda koma (,), bukan titik dua (:). Tanda baca
akhir (tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya)
dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.
12
2) Seorang presiden akan diperhatikan oleh
rakyatnya.
Akan tetapi, jika mengacu kepada orang
tertentu, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu
dituliskan dengan huruf kapital.
Misalnya:
1) Pagi ini Menteri Perdagangan terbang ke
Nusa Penida. Di Nusa Penida Menteri
meresmikan sebuah kolam renang. Pada
sore hari beliau kembali ke Jakarta.
d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu
yang digunakan sebagai nama orang, tetap
ditulis dengan huruf kecil, kecuali kata-kata itu
terletak pada awal kalimat.
Misalnya:
1) Tanam Paksa di Indonesia
diselenggarakan oleh Van den Bosch.
2) Perdagangan rempah-rempah itu
dipimpin oleh Mursid bin Hatim.
Catatan:
Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr.
(doktor dituliskan dengan D kapital dan r kecil
jadi Dr., sedangkan dokter, yang memeriksa
penyakit dan mengobati orang sakit,
singkatannya ditulis dengan d dan r kecil, jadi
dr).
15
Samsi bertanya kepada ibunya, “Pagi tadi Ibu
menjemput siapa di pelabuhan?”.
Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai
kata ganti atau sapaan, kata penunjuk
hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf
kecil.
Misalnya:
Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.
B. Penulisan Kata
a. Kita mengenal bentuk kata
dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata
ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis
sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan,
sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan
kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya
mendapat awalan atau akhiran saja, awalan atau
akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang
bersangkutan saja.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
beritahukan beri tahukan
memberitahu memberi tahu
18
mengandung arti penuh, hanya muncul dalam
kombinasi, haruslah dituliskan serangkai dengan
unsur lainnya.
Misalnya:
21
l. Penulisan kata bilangan yang
mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut.
1) A. A. Navis adalah pujangga angkatan 60-an.
2) Saya menukar uang dengan lembaran 1.000-
an.
3) Meskipun keluaran tahun 80-an, mesin mobil
ini masih bagus.
Misalnya:
1) DPR
2) SMA Negeri 1 Palembang
3) Sekjen Depdagri
4) tilang
2. Tanda Koma
a. Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan. Jika
perincian itu hanya terdiri dari dua unsur, sebelum
kata dan tidak perlu dibubuhi tanda koma.
Misalnya:
1) Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan itu
adalah pena, kertas, dan tinta.
2) Satu, dua, …. tiga.
3) Kegiatan itu hanya membutuhkan tenaga dan
pikiran.
26
2) Jadi, hak-hak sipil di Indonesia belum
sepenuhnya dilindungi.
3) Namun, kita harus tetap waspada.
27
2) Abdan Syakuron, Jalan Musyawarah,
Griya Mitra 2 Tahap 4 Blok B No. 007,
Bukit Lama, Palembang, Sumatera
Selatan
3) Palembang, 30 Agustus 2006
6. Tanda Pisah
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar
bangun kalimat, menjelaskan adanya aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal
yang berarti 'sampai dengan' atau di antara dua nama
kota yang berarti 'ke' atau 'sampai'.
Misalnya:
1) Buku itu—menurut hemat saya—akan terbit
dalam waktu dekat ini.
2) Universitas Sriwijaya berada di Jalan Raya
Palembang—Prabumulih km 32.
30
3) Acara itu berlangsung tanggal 1—2
September 2006 di Indralaya.
7. Tanda Petik
Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan
langsung, judul syair, karangan, istilah yang
mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Misalnya:
1) Ia memakai celana "cutbrai".
2) Sajak "Aku" karya Chairil Anwar itu telah
mendunia.
DAFTAR PUSTAKA
31
Tugas dan Latihan
Latihan: Tulislah kembali kalimat berikut dengan benar!
1. buku itu dikarang oleh prof dr ir h m iskandar
msc
32
7. harga formulir caleg parpol itu rp. 10000000
perlembar
34
19. pasien itu terpaksa di rumah sakitkan karena
terjangkit penyakit menular
35
23. surat itu dialamatkan kepada simatupang
mahasiswa unsri jalan raya palembang
prabumulih indralaya ogan ilir sum-sel
36
Tugas:
1. Klipinglah sebuah berita di dalam surat kabar
terbitan Palembang!
37
2. Kemukakanlah kesalahan penulisan huruf, kata, dan
tanda bacanya!
3. Buatlah perbaikannya!
38
KUNCI JAWABAN
39
20. Perahu itu sudah dua hari terdampar di Sungai
Sekanak.
21. Penyusun Undang-Undang Dasar 1945
mengamanatkan agar kekayaan negara
dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk
kepentingan rakyat.
22. Kongres Bahasa Indonesia ke VII di Jakarta
berlangsung dengan tertib.
23. Surat itu dialamatkan kepada Simatupang,
mahasiswa Unsri, Jalan Raya Palembang—
Prabumulih, Insralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
24. Kita bersyukur atas rahmat-Nya berupa hujan yang
datang secara tiba-tiba.
25. Walaupun soal ini sulit, kami harus
menyelesaikannya dengan benar.
40
BAB III.
ANALISIS KESALAHAN KALIMAT
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menyusun kalimat bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
Indikator
Mahasiswa dapat menerapkan struktur kalimat bahasa
Indonesia dalam ragam formal.
Materi
1. Struktur Kalimat
1.1 Pola Struktur Bahasa Indonesia
Ketika calon penutur ingin menyampaikan
pesan melalui suatu kalimat, maka penutur harus
mampu mengidentifikasikan apakah kalimat yang
disusunnya sudah memenuhi syarat pola struktur
kalimat bahasa Indonesia: ( S - P ), ( S - P - O ),
atau ( S - P - O - K ). Pesan atau informasi
yang disampaikan tidak banyak membantu mengetahui
apakah kalimat tersebut sudah memenuhi pola kalimat
baku.
1.2 Kalimat yang Berpola Struktur ( S - P )
Apabila suatu pernyataan terdiri lebih dari satu
kelompok, berarti pernyataan tersebut telah memiliki
lebih dari satu fungsi. Setiap kelompok akan
menduduki satu fungsi yang kemudian di antara
kelompok atau fungsi tersebut memungkinkan untuk
dipermutasikan, sedangkan pernyataan yang hanya
terdiri dari satu kelompok tidak bisa dipermutasikan
karena distribusinya yang tetap. Contoh berikut akan
memperjelasnya.
42
Fungsi
Pola struktur kalimat ragam formal, minimal
memiliki unsur S - P atau P - S. Pernyataan yang
masih berupa frase dapat juga dikenali melalui
intonasi. Frase berintonasi datar dan tidak ada jeda
perhentian diantara frase itu sendiri, dari suku pertama
sampai suku terakhir berintonasi 2. Hanya suku kedua
dari belakang berintonasi 3. Lihat contoh berikut:
43
Preposisi dalam bahasa Indonesia jumlahnya
cukup banyak dan frekuensi pemakaiannya pun cukup
tinggi. Kesalahan pemakaian preposisi tampaknya
cukup banyak. Ketidakpahaman tentang preposisi
merupakan faktor utama terjadinya kesalahan.
1.6 Preposisi sebagai Penanda Frase
Eksosentrik
Preposisi sebagai penanda frase eksosentrik
berarti kehadirannya selalu bervalensi dengan
unsurnya, dengan kata lain kehadirannya wajib, tidak
bersifat mana suka, dan letaknya selalu di awal frase.
Lihat contoh:
44
kata tentang pada kalimat 3a harus dihilangkan karena
kata membicarakan adalah verba transitif sehingga
bisa langsung diberi objek masalah.
45
pemakaian kata kepada kalimat 1a bila dilihat unsur
yang mengikutinya berupa kategori “bernyawa /
manusia” bisa dikatakan benar. Akan tetapi kata
kepada tidak bisa diganti ke karena ke harus diikuti
oleh kategori yang menyatakan “tempat” walaupun ke
dan kepada sama-sama bermakna menyatakan arah
tetapi dilihat dari valensinya berbeda. Lihat kalimat 1b
berikut yang tidak berterima:
46
1.10 Kata Penghubung atau Konjungsi dalam
Bahasa Indonesia
Konjungsi termasuk salah atu jenis kata yang
bersifat non referensial, maksudnya kata yang tidak
dapat dijalaskan maknanya tanpa kehadiran unsur lain.
Konjungsi meiliki fungsi gramatik menghubungkan dua
klausa / predikat atau lebih.
Ia cantik Ia pelit
S P S P
Penonton histeris
S P
47
Ketika Peterpan naik panggung penonton histeris
S P1 S P2
dan lampu pun menyala dari segala penjuru.
S P3 Ket
Ia mendendangkan lagu 1
S P O
Ia menghentak-hentakkan kakinya
S P O 2
Penonton histeris 3
S P 3
48
Pernyataan 1,2 dan 3 menyatakan hubungan makna
sebab akibat sehingga menggunakan kata sehingga.
DAFTAR PUSTAKA
Jawab:
Jawab:
49
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Jawab:
50
g. Orang tua wajib mengawasi langsung kepada
putra-putrinya.
Jawab:
Jawab:
Jawab:
51
d. Di negeri saya ajaran itu sulit diterima. Dan
sukar untuk dilaksanakan. Sebab menurut
logika orang Jepang ajaran itu tidak logis.
Jawab:
Jawab:
52
g. Bila Max Braddy tidak datang. Lalu saya
mencarinya.
Jawab:
53
BAB IV.
WACANA DAN PENGGOLONGANNYA
Kompetensi Dasar
(1) Mahasiswa dapat menulis bermacam-macam
wacana, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi,
narasi dan deskripsi.
(2) Mahasiswa dapat membedakan berbagai
wacana itu berdasarkan ciri khas tiap-tiap
wacana.
Indikator
(1) Mahasiswa dapat menulis/membuat 5 macam
jenis wacana/karangan, yaitu eksposisi,
argumentasi, persuasi, narasi dan deskripsi.
(2) Mahasiswa dapat membedakan kelima macam
wacana itu berdasarkan ciri khas tiap-tiap
wacana.
Materi
Secara garis besar Keraf (1995) membagi
wacana dalam 2 bagian, yakni wacana ilmiah dan
wacana nonilmiah. Pengertian tulisan/wacana ilmiah
dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut bahasa dan
sudut analisisnya. Dari sudut bahasa, tulisan ilmiah
menggunakan bahasa teknis yang diwarnai dengan
istilah-istilah sesuai dengan bidang garapan/topik yang
dibicarakan. Pilihan kata (diksi) pada wacana ini tidak
mengandung ambiguitas. Dengan demikian, bahasa
yang digunakan pun adalah bahasa yang objektif dan
rasional. Bahasa yang demikian ini, cenderung
memungkinkan dibaca oleh pembaca dengan
pendidikan dan pengetahuan yang tinggi.
54
Dari sudut analisis, tulisan ilmiah harus
menggunakan metode dan teknik analisis berdasarkan
kerangka teori atau acuan tertentu. Penyajiannya pun
harus didukung oleh data yang akurat dan disajikan
secara logis dan sistematis.
Setiap karya ilmiah menuntut penulisnya menguasai
sejumlah syarat, antara lain sebagai berikut.
(1) Menguasai aspek kebahasaan : kosa kata,
tata bahasa, sintaksis, dan gaya bahasa yang
lugas.
(2) Menguasai topik bahasan dengan baik serta
menguasai kerangka acuan atau prinsip ilmiah
sesuai dengan topik dan bidang yang
ditulisnya.
(3) Memiliki kemampuan penalaran yang baik untuk
menganalisis dan memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapi serta mampu
menyusun semua hasil analisis dan pemecahan
masalahnya secara sistematik.
(4) Menguasai kemampuan analisis bidang ilmunya
untuk memecahkan objek garapan secara kritis.
(5) Menguasai dan menerapkan metode-metode
dan teknik pengumpulan dan pengolahan data
secara tepat.
(6) Mengetahui, menguasai, dan menggunakan
konvensi-konvensi pernaskahan yang berlaku,
sehingga dapat menyajikan tulisannya dalam
bentuk dan perwajahan yang menarik.
55
Dari sudut bentuk bahasa atau yang bertalian
dengan hierarki bahasa, yang dimaksud wacana
adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang
mengandung sebuah tema. Satuan bentuk yang
mengandung tema ini biasanya terdiri atas paragraf-
paragraf, bab-bab, atau karangan-karangan utuh, baik
yang terdiri atas bab-bab maupun tidak. Jadi, tema
merupakan ciri sebuah wacana. Tanpa tema tidak akan
ada wacana.
Berdasarkan tujuannya, karangan yang utuh dapat
dibedakan menjadi 5 macam, yakni sebagai berikut.
(1) Eksposisi :
Ditinjau dari sudut penulis wacana ini bertujuan
memenuhi keinginan manusia untuk memberi
informasi kepada orang lain, sedangkan dari sudut
pembaca wacana ini berkeinginan untuk memperoleh
informasi dari orang lain mengenai suatu hal.
(2) Argumentasi
Wacana ini jika ditinjau dari sudut penulis
memiliki tujuan meyakinkan pendengar atau pembaca
mengenai suatu kebenaran dan lebih jauh
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
Sebaliknya, jika dilihat dari pihak pembaca atau
pendengar, mereka ingin mendapatkan kepastian
tentang kebenaran itu.
(3) Persuasi
Wacana persuasif sebenarnya merupakan
sebuah varian dari argumentasi. Wacana ini lebih
cenderung mempengaruhi manusia (sasaran) daripada
mempertahankan kebenaran mengenai suatu objek
tertentu. Walaupun tidak seratus persen
mempertahankan kebenaran, bentuk wacana ini masih
termasuk dalam wacana ilmiah, bukan wacana fiksi.
56
(4) Deskripsi
Penulis atau pembicara dalam wacana ini
berkeinginan untuk menggambarkan atau
menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu
barang atau objek. Selain itu, wacana ini juga
dipergunakan untuk mendeskripsikan cita rasa
sesuatu, menggambarkan peristiwa, atau
mencandrakan suatu bunyi.
(5) Narasi
Dalam wacana ini penulis atau pembicara ingin
menceritakan pada orang lain kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yang dialami
sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain.
Dengan cara ini, penulis/pembicara memenuhi pula
kebutuhan para pendengar atau pembacanya untuk
memperoleh cerita tentang kejadian itu. Perlu dicatat
bahwa ciri khas wacana ini adalah kronologisnya.
Artinya, sebuah cerita dari awal hingga akhir atau
sebaliknya diceritakan secara runut atau dengan
urutan waktu tertentu.
1.2.2. Argumentasi
1.2.2.1. Pengertian Argumentasi
Argumentasi adalah bentuk wacana yang
berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh
dapat dikatakan bahwa sebuah argumentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat
orang lain untuk menerima suatu kebenaran yang
didukung bukti-bukti mengenai objek yang
diargumentasikan itu. Argumentasi dilihat dari sudut
proses berpikir adalah suatu tindakan untuk
membentuk penalaran dan menurunkan simpulan
serta menerapkannya pada suatu kasus, misalnya
perdebatan.
Argumentasi dibedakan dari bentuk wacana
yang lain karena fungsi utamanya adalah
membuktikan. Pertama, metode pembuktian dalam
argumentasi direduksi atau disusutkan hingga menjadi
59
atau berdasarkan suatu ilmu, yang dikenal sebagai
logika.
Kedua, argumentasi sering bertalian dengan
masalah-masalah kebijaksanaan. Masalah
kebijaksanaan dibedakan dari masalah fakta. Artinya,
kebijaksanaan bertalian dengan apa yang seharusnya
dilakukan berdasarkan standar tertentu, bukan pada
apa yang dianggap benar.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
argumentasi adalah bentuk wacana yang bertujuan
mengubah pikiran, sikap, dan pandangan, seseorang
dengan menyodorkan sejumlah data dan bukti .
(1) Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi menarik perhatian
pembaca dengan menyajikan fakta-fakta pendahuluan
untuk memusatkan perhatian untuk memahami
argumentasi yang akan disampaikan nanti dalam isi
karangan.
(3) Simpulan
Penulis harus memperhatikan bahwa
kesimpulan yang diturunkan tetap menjaga
pencapaian tujuan, yaitu membuktikan kebenaran
untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca.
60
1.2.2.3. Contoh Argumentasi
Di pihak lain, kualitas hasil pendidikan kita
mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, dirasakan
sangat rendah. Hal ini, bukan dikarenakan guru dan
dosen kita tidak berkualitas, tetapi intensitas
pengajaran dan perkualiahan kita kurang. Kekurangan
Intensitas ini tidak lain Karena guru dan dosen itu tidak
memberikan waktu cukup didalam pemberian
pengajaran dan perkuliahan, karena mereka terpaksa
mengajar atau bekerja lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Bukan rahasia lagi jika ada guru
yang mengojek, untuk menambah kebutuhannya,
karena dari gaji sebagai guru atau dosen, sulit untuk
hidup mereka bersama keluarganya (Mimbar
Masyarakat, No. 9, Juli 2006).
1.2.3. Persuasi
1.2.3.1. Pengertian dan Dasar Persuasi
Persuasi adalah suatu bentuk wacana yang
merupakan penyimpangan dari argumentasi , dan
khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para
pembaca, agar para pendengar atau pembaca
melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan
persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak
terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Karena
itu, persuasi lebih condong menggunakan atau
memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk
mempengaruhi orang lain.
Argumentasi bertujuan membuktikan suatu
kebenaran, dank arena itu akan berusaha sekuat
tenaga dengan teknik-teknik yang rasional untuk
mempertahankan kebenaran itu. Karena itu sasaran
selanjutnya adalah mencapai persesuaian rasional
mengenai kebenaran itu dengan orang lain.
Sebaliknya, persuasi bertujuan mencapai kesepakatan
61
dengan orang yang dipersuasi dengan menggunakan
pendekatan psikologis.
62
Samudera India. Alam tropis di Chrismas Island
menghadirkan pesona eksotis yang menakjubkan
dan tak dimiliki oleh pulau lainnya. Chrismas Island
Resort, sebuah resort berbintang 5 dengan
kemewahan eksklusifnya, menambah suasana liburan
Anda di Chrismas Island lebih menyenangkan dan
bergairah.
Hanya 45 menit dari Jakarta, berarti kurang
dari satu jam Anda sudah berada di Chrismas
Island melalui jadwal penerbangan 5 kali seminggu
bersama Sempati Air.
Aneka petualangan rekreatif dapat Anda
lakukan sendiri seperti, melakukan kegiatan yang
menantang keberanian Anda: memancing di laut lepas
(game fishing), berolah raga bukit karang sekaligus
menikmati keindahan pemandangan di laut, menyelam
di dasar Samudera India untuk mengagumi pesona
karang dan kekayaan lain miliknya (scuba diving), atau
bersantai dalam kemewahan resort eksklusif bertaraf
internasional (dalam Suparno dan Mohammad Yunus,
2002).
FIF
Motornyo wonk qito
64
1.2.4. Deskripsi
1.2.4.1. Pengertian Deskripsi
Deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian
rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan
mata pembaca, seakan-akan para pembaca melihat
sendiri objek itu. Deskripsi memberi suatu citra
mental mengenai suatu hal yang dialami, misalnya
pemandangan, orang, ruang, atau sensasi.
Deskripsi dibedakan dari eksposisi dalam hal
bahwa fungsi utamanya adalah membuat para
pembacanya seolah-olah melihat, menyaksikan, atau
merasakan suatu benda, orang, keadaan, atau
barang-barang yang digambarkan dalam suatu
wacana.
1.2.5. Narasi
1.2.5.1. Pengertian Narasi
Narasi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga
peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh
pembaca. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
narasi bertujuan menyajikan suatu peristiwa kepada
pembaca, mengisahkan apa yang terjadi, dan
bagaimana kejadian itu berlangsung. Yang perlu
digarisbawahi bahwa untuk membedakan narasi dari
jenis wacana lainnya adalah bahwa narasi ditulis
secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu
tertentu.
66
1.2.5.2. Cara Penulisan Narasi
Cara menulis narasi adalah sebagai berikut.
(1) Menentukan tema dan amanat
(2) Menetapkan sasaran pembaca: dewasa, anak-
anak, atau secara umum
(3) Merancang peristiwa secara kronologis
(4) Membagi peristiwa ke dalam 3 tahap: awal,
perkembangan, dan akhir cerita
(5) Merinci detil-detil peristiwa/kejadian sebagai
pendukung cerita
(6) Menuliskan tokoh, watak, latar, dan sudut pandang
penulisan
67
DAFTAR PUSTAKA
68
Latihan dan Tugas
Latihan
(1) Buatlah sebuah karangan eksposisi dengan
memilih salah satu kata kunci berikut ini:
a) berkebun cabe
rRRR
69
b) memasak nasi goreng
70
c) membuat karangan
71
(2) Secara sepintas tampaknya argumentasi dan
persuasi itu sama. Apakah yang membedakan kedua
wacana itu?
72
(4) Dari kelima wacana itu, manakah wacana yang
cenderung ilmiah dan mana pula yang sebaliknya.
Jelaskan dengan bukti-bukti.
73
Tugas dan Bahan Diskusi
74
75
76
77
78
(2) Amatilah kelima macam contoh wacana yang Anda
temukan itu, lalu carilah perbedaan satu sama lain.
79
BAB V.
TOPIK DAN PEMBATASANNYA
KEGIATAN BELAJAR
Sebelum Anda menuangkan ide atau gagasan
Anda dalam bentuk tulisan, Anda harus melakukan
langkah persiapan atau yang biasa disebut tahap
prapenulisan. Satu di antara tahap prapenulisan itu
adalah menentukan topik tulisan.
Apakah topik tulisan itu? Secara sempit topik
dapat disebut sebagai hal pokok yang dibicarakan.
Secara luas topik dapat dikatakan sebagai hal pokok
yang dituliskan atau diungkapkan dalam karangan.
Oleh sebab itu, topik karangan harus ditentukan
sebelum seorang penulis memulai tulisannya.
Untuk mencari topik tulisan bukan hal yang
mudah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
ketika kita akan menentukan topik tulisan/karangan
kita. Topik karangan harus ditentukan dengan sejumlah
pertimbangan. Apa sajakah yang perlu
dipertimbangkan penulis ketika ia akan menentukan
topik karangan/tulisannya? Setidaknya ada lima hal
80
yang harus kita perhatikan. Kelima hal itu adalah
sebagai berikut.
b. Kemenarikan
Selain bermanfaat, topik yang dipilih juga harus
menarik. Diharapkan topik yang dipilih tidak saja
menarik bagi penulis, tetapi yang lebih penting lagi
adalah bahwa topik itu menarik bagi pembaca.
Kemenarikan ini berkaitan erat dengan kemanfaatan.
Pembaca akan tertarik pada sebuah tulisan jika tulisan
itu dirasakan pembaca bermanfaat bagi dirinya.
Sebagai contohnya, hal yang bermanfaat bagi para
petani di pedesaan adalah cara meningkatkan
produksi pertanian. Dengan adanya manfaat yang
akan diperoleh pembaca, mereka akan tertarik kepada
bacaan/tulisan itu.
c. Keaktualan
Selain bermanfaat dan menarik, topik yang
dipilih juga harus bersifat aktual. Artinya, topik itu
81
merupakan hal yang hangat dibicarakan. Oleh sebab
itu, topik terkini merupkan topik yang harus
dipertimbangkan untuk dipilih.
e. Ketersediaan Bahan
Ketersediaan bahan ini harus diperhatikan
mengingat bahan merupakan hal yang penting dalam
menulis. Ketersediaan bahan memungkinkan penulis
mengembangkan topik itu ke dalam tulisan secara luas
dan dalam. Sebaliknya, jika topik itu tidak didukung
oleh ketersediaan bahan, penulis akan mengalami
kesulitan ketika ia harus mengembangkan topik itu ke
dalam tulisannya.
Ilmu kelautan
Laut sebagai
lapangan kerja LAUT Laut Atlantik
Kehidupan Kandungan
dalam laut kimia air laut
Peranan laut
dalam
hubungan
antarbangsa
Diagram Pohon
83
Lautan
Lautan sebagai
Laut sebagai Kekayaan di
lapangan kerja
sumber energi lautan
yang potensial
fauna
flora mineral
ikan mineral
udang
Kerang mutiara
Pembudiyaannya
Pemasarannya
Piramida
Terbalik
84
laut
Lautan Indonesia
Kekayaan laut
Indonesia
fauna
kerang
Pembudidayaan
kerang mutiara di
Maluku Selatan
85
BAB VI.
PARAGRAF DAN PENGEMBANGANNYA
KOMPETENSI DASAR:
Mahasiswa dapat membuat karangan ilmiah
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Mahasiswa dapat membuat paragraf yang baik
yang memiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
INDIKATOR:
Mahasiswa dapat membuat paragraf yang baik
yang memiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
Mahasiswa dapat menentukan topik suatu
paragraf;
1) mahasiswa dapat menunjukkan letak kalimat
topik suatu paragraf;
2) mahasiswa dapat membedakan paragraf yang
baik dan yang tidak/kurang baik;
3) mahasiswa dapat membuat contoh paragraf
yang baik.
MATERI
PARAGRAF
Istilah ‘paragraf’ sering disejajakan dengan
istilah ‘alenia’. Kedua istilah itu sebenarnya dapat
dibedakan. Paragraf dapat diartikan sebagai sautu
karangan mini, berisi satu kesatuan ide yang
‘dibangun’ dari kalimat atau beberapa kalimat yang
saling berhubungan. Sedangkan alenia adalah
penanda suatu paragraf ada alenia menjorok ke
dalam, alenia menggantung, alenia penuh. Tulisan ini
menggunakan alenia menjorok ke dalam.
86
Berapa panjang paragraf yang baik itu?
Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan mutlak
karena panjang atau pendek paragraf tidak mencirikan
bahwa paragraf itu baik atau tidak. Ada paragraf yang
panjang, baik; dan ada pula paragraf yang panjang tapi
tidak baik. Baik atau tidaknya suatu paragraf
ditentukan oleh syarat-syarat yang harus dipenuhinya.
2) Kepaduan (kohesi)
Kalimat-kalimat yang membangun suatu
paragraf harus padu, adanya kekompakan
hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat
yang lain. Kekompakan hubungan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan penanda kohesi
atau dengan menggunakan keruntutan hubungan
semantis. Beberapa penanda kebahasaan yang
dapat digunakan untuk membangun paragraf
adalah:
(1) Penunjukan, yaitu penggunaan kata
untuk menunjukkan/mengacu atau suatu
acuan yang sudah disebutkan. Misalnya:
kata itu, tersebut, demikian, ini.
87
(2) Penggantian, yaitu penanda hubungan
kalimat yang menggunakan kata yang
lain yang sudah disebutkan sebelumnya.
Misalnya: menggunakan kata ganti orang
(dia, mereka), hal itu, begitu, begini,
sana, sini, itulah.
(3) Pelesapan, yaitu melesapkan/
menghilangkan unsur suatu kalimat pada
kalimat berikutnya karena kehadiran
unsur itu dapat diperkirakan dan untuk
penghematan/ efektifitas.
(4) Perangkaian, yaitu penggunaan kata-
kata perangkai/transisi untuk
menghubungan antarkalimat dalam
paragraf. Misalnya: seperti, sebaliknya,
walaupun demikian, oleh karena itu.
(5) Pengulangan, yaitu mengulangi suatu
kata/bentukan yang terdapat dalam suatu
kalimat pada kalimat selanjutnya.
Tujuannya adalah untuk penekanan atau
pementingan.
3) Kelengkapan
Suatu paragraf yang memiliki satu pokok pikiran
yang dikembangkan harus memiliki kelengkapan,
ada ketuntasan pembicaraan pada paragraf itu.
Suatu paragraf tidak memiliki kelengkapan bila
pada pokok pikiran dinyatakan ada dua masalah
utama pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi
dalam paragraf itu hanya dijelaskan satu masalah.
88
Dunia tumbuhan terbagi atas empat divisi yang
besar, yaitu tumbuhan daun (talofita), lumut (briofita),
paku-pakuan (pteridofita), dan tumbuhan bunga
(spermatofita). Setiap divisi itu terbagi lagi atas kelas,
kelas atas bangsa, bangsa atas marga, dan marga
atas jenis. Setiap jenis mempunyai satu varietas atau
lebih.
(paragraf di atas memiliki kesatuan, kepaduan, dan
kelengkapan)
90
3) Contoh letak kalimat topik di awal dan di akhir
paragraf (paragraf campuran)
Dalam kehidupan tiada satu hewan pun yang
hidup sendiri, mereka selalu bergantung pada
faktor-faktor lingkungan, baik yang biotik
maupun yang abiotik. Sebagian hewan
mempunyai hubungan yang erat dengan musuh-
musuhnya, penyakit, dan saingannya. Seluruh
interaksi antara faktor-faktor itu menimbulkan
jaringan hidup atau keseimbangan alam, termasuk
di dalamnya manusia. Memang semua hewan
yang hidup selalu bergantung pada faktor
lingkungan, baik yang biotik maupun yang
abiotik.
PENGEMBANGAN PARAGRAF
Pengembangan paragraf berkaitan erat dengan
kemudahan pemahaman terhadap paragraf tersebut.
Paragraf yang dikembangkan dengan baik akan
memberikan kemudahan kepada pembaca untuk
memahami maksud/isi paragraf tersebut. Sebaliknya,
pembaca akan mengalami kesulitan memahami
maksud suatu paragraf karena paragraf itu tidak
dikembangkan dengan baik.
Beberapa model pengembangan paragraf,
yaitu: paragraf contoh, paragraf klasifikasi, paragraf
definisi, paragraf perbandingan, paragraf klimaks dan
anti klimak, paragraf deduksi, dan paragraf induksi.
Berikut disampaikan beberapa contoh.
1) Contoh paragraf yang dikembangkan melalui
definisi:
Reaksi redoks adalah gabungan reaksi oksidasi
dan reaksi reduksi yang berjalan secara
bersamaan. Reaksi oksidasi adalah proses
pelepasan elektron oleh sesuatu reaktan sehingga
reaktan tersebut akan mengalami kenaikan nilai
bilangan oksidasinya. Adapun reaksi reduksi adalah
reaksi penangkapan elektron oleh suatu reaktan,
sehingga reaktan tersebut akan mengalami
penurunan bilangan oksidasinya.
92
2) Contoh paragraf yang dikembangkan melalui
perbandingan:
Bila ditinjau dari segi bangunnya, paragraf dan
esai itu memiliki kesamaan. Misalnya, paragraf
diawali dengan kalimat topik. Dalam esai, paragraf
pertama merupakan pendahuluan yang
memperkenalkan bahan bahasan dan menetapkan
fokus topik. Begitu pula tubuh karangan terdiri atas
rangkaian paragraf yang memperluas dan
menunjang gagasan yang dikemukakan dalam
paragraf pendahuluan. Akhir sebuah paragraf dapat
berisi penegasan kembali, kesimpulan, atau
pengamatan. Demikianjuga dengan sebuah
karangan, mempunyai sarana yang memberi
ketuntasan gagasannya, khususnya pada wacana
eksposisi.
DAFTAR PUSTAKA
93
Dra.Hj. Zahra Alwi, M.PD, S. Dardjowidjojo, H.
Lapoliwa, dan A.M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa
Baku
Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
LEMBAR JAWABAN:
95
96
NILAI :
97
Fak. : ...............................
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Jawab:
98
2) a. letak kalimat topik paragraf 1:
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Jawab:
99
3) Analisis paragraf:
Jawab:
Jawab:
Jawab:
100
d. Jenis pengembangan paragraf 4:
Jawab:
Jawab:
101
Jawab:
102
BAB VII.
KERANGKA KARANGAN
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat membuat karangan ilmiah dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
INDIKATOR
Mahasiswa dapat membuat kerangka karangan ilmiah
dengan benar.
103
MATERI
1. Kerangka Karangan
Kerangka karangan (out line) adalah kerangka
tulisan yang menggambarkan bagian-bagian atau
butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis.
Tataannya yang sistematis ini menggambarkan
organisasi isi karangan. Gambaran isi yang demikian
itu menampakkan butir-butir isi karangan dalam
hubungannya dengan butir-butir yang lain. Dalam
kerangka karangan itu akan tampak butir-butir isi
karangan yang menggambarkan (1) sub-subtopik
karangan baik dari segi jumlah maupun dari segi
jenisnya, (2) urutan sub-subtopik isi karangan, (3)
hubungan antarsubtopik dalam karangan: hubungan
logis atau kronologis, dan hubungan setara atau
hubungan bertingkat.
105
Ada empat syarat kerangka karangan yaitu (1)
tema/tesis harus jelas, (2)tiap unit mengandung satu
gagasan, (3) topik-topik disusun secara logis, (4)
sistem penomoran konsisten. Penjelasan yang lebih
rinci diuraikan sebagai berikut.
1) Tema/tesis harus dirumuskan dengan jelas
karena rumusan yang jelas membantu penulis
mengungkapkan gagasan dengan mudah dan
lancar.
2) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya
mengandung satu gagasan yang akan diuraikan
secara tuntas. Rangkaian antara gagasan
sentral dan gagasan bawahan tersusun dengan
baik. Gagasan bawahan harus mengandung
dukungan dan alasan bagi gagasan sentralnya.
Dengan demikian, fakta yang terhimpun dapat
menjelaskan dengan baik gejala/topik yang
ditulis.
3) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus
disusun secara logis. Hanya dengan
penyusunan yang logis, Anda dapat mencapai
tujuan dengan baik. Rangkaian sebab-akibat
harus tersusun dengan baik agar pembaca
mudah menarik kesimpulan.
4) Setiap topik, sub-subtopik harus menggunakan
penomoran yang konsisten, misal I, A, 1, a dan
seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR JAWABAN
110
1. Tempelkan tulisan yang Anda bahas di
bawah ini!
111
BAB VIII.
PENGEMBANGAN KERANGKA KARANGAN
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat membuat karangan ilmiah dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
INDIKATOR
Mahasiswa dapat mengembangkan kerangka
karangan menjadi karangan utuh dengan benar.
MATERI
1. Pengembangan Kerangka Karangan
Kerangka karangan yang sudah dibuat baik
dalam bentuk kerangka topik maupun kerangka
kalimat dapat dikembangkan dalam bentuk paragraf-
paragraf. Bagaimana mengembangkan topik dalam
112
bentuk paragraf-paragraf, Anda dapat menggunakan
materi yang sudah dibahas pada modul 6.
Pengembangan kerangka karangan ilmiah
dapat dibagi menjadi dua yaitu pengembangan
kerangka karangan secara alamiah dan
pengembangan kerangka karangan secara logis
(Utorodewo, dkk. 2004:75).
113
pengembangan perbandingan dan pertentangan,
pengembangan sebab-akibat dan lain-lain.
………………………………………………………………
………………………………………………………………
115
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR JAWABAN
1. Topik
117
2. Kerangka karangan topik
3. Karangan Utuh
Judul
Nama Penulis
118
BAB IX.
119
KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA
Kompetensi Dasar
Menulis kutipan langsung dan tak langsung serta
menulis daftar pustaka
Indikator
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1) membuat kutipan langsung yang kurang dari
40 kata,
2) membuat kutipan langsung yang lebih dari 40
kata,
3) membuat kutipan tidak langsung yang kurang
dari 40 kata,
4) membuat kutipan langsung yang lebih dari 40
kata, dan
5) menulis belbagai jenis daftar pustaka.
Materi
1. Kutipan
Kutipan adalah pengambilan bagian dari
pernyataan, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil
penelitian dari tulisan orang lain atau tulisan penulis
sendiri yang telah terdokumentasi yang bertujuan
untuk memberikan ilustrasi atau memperkokoh
argumen dalam tulisan.
Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah
cuplikan tulisan orang lain tanpa perubahan ke dalam
karya tulis kita. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika
mengutip langsung adalah sebagai berikut.
1) Tidak boleh mengadakan perubahan terhadap
teks asli yang dikutip.
120
2) Harus menggunakan tanda [ sic!] jika ada
dalam teks asli.
3) Menggunakan tiga titik berspasi […] jika ada
bagian dari kutipan yang dihilangkan.
4) Mencantumkan sumber kutipan dengan sistem
MLA, APA, atau sistem yang berlaku sesuai
dengan selingkung bidang. MLA (The Modern
Language Assosiaciation) dan format APA
(American Psychological Association).
Selain itu, dalam mengutip perlu diperhatikan
juga butir-butir ini. Pengutipan atau perujukan
dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan
tahun di antara tanda kurung. Jika ada dua penulis,
perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama
akhir kedua penulis tersebut. Jika penulisnya lebih dari
dua, penulisan rujukan dilakukan dengan cara
menulis nama pertama dari penulis tersebut diikuti
dengan dkk. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang
dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga
yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan,
atau nama koran. Untuk karya terjemahan, perujukan
dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis
aslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih yang
ditulis oleh penulis yang berbeda dicantumkan dalam
satu tanda kurung dengan titik koma sebgaai tanda
pemisahnya.
A. Kutipan Langsung
Kutipan langsung pendek atau kurang dari 4
baris atau ada yang mengatakan kurang dari 40
kata dilakukan cara
1) diintegrasikan dengan teks,
2) diapit oleh tanda petik,
3) diberi berjarak antarbaris yang sama
dengan teks,
4) disebut sumber kutipan.
121
Contoh:
122
Contoh:
123
Contoh:
124
Contoh:
125
1. Baris pertama dimulai pada pias (margin)
sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya
dimulai dengan 3 ketukan ke dalam
2. Jarak antarbaris adalah 1,5 spasi
3. Daftar pustaka diurut berdasarkan abjad
huruf pertama nama keluarga penulis. (Akan
teta[pi, cara mengurutkan daftar pustaka
amat bergantung pada ilmu. Setiap bidang
ilmu memiliki gaya selingkun).
4. Jika penulis yang sama menulis
beberapakarya ilmiah yang dikutip, nama
penulis itu harus dicantumkan ulang.
126
Berikut contoh perbedaan penulisan daftar pustaka
yang menggunakan MLA dan APA.
Jenis
Format MLA Format APA
Rujukan
Arikunto, Suharsimi. Arikunto, S. (1989).
Prosedur Penelitian: Prosedur Penelitian:
Satu Penulis Suatu Pendekatan Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Bina Praktik. Jakarta: Bina
Aksara, 1989. Aksara.
Sumarsono, dan Paina Sumarsono, dan Partana, P.
Partana. (2004). Sosiolinguistik.
Dua Penulis Sosiolinguistik. Jakarta: Bina Aksara.
Yogyakarta: Sabda,
2004.
Akhadiah, Sabarti, Maidar Akhadiah, S., Arsjad, M.G.,
G. Arsjad, dan dan Ridwan, S.H.
Sakura H. Ridwan. (1989). Pembinaan
Pembinaan Kemampuan Menulis
Tiga Penulis Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Erlangga, 1989.
127
ATAU
Keraf, Gorys. Argumentasi
buku dan Narasi. Jakarta:
didasarkan Penerbit Gramedia
abjad. Pustaka Umum, 1982.
128
bekerja sama dengan sama dengan Pusat
Pusat Bahasa, 2003. Bahasa.
ATAU ATAU
Sugono, Dendy, ed. Sugono, D., (ed.). (2003).
Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Menuju Masyarakat Menuju Masyarakat
Madani. Jakarta: Madani. Jakarta:
Penerbit Progres Penerbit Progres bekerja
bekerja sama dengan sama dengan Pusat
Pusat Bahasa, 2003. Bahasa.
Sadie, Stanley, ed. The Sadie, S., (ed.). (1980). The
New Grove Dictionary New Grove Dictionary of
of Music and Music and Musicians.
Musicians. Vol. 15. Vol. 15. London:
London: Macmilan, Macmilan.
1980.
129
Menghargai Mikroba Bangsa.” (1995, 24
Bangsa.” Kompas, 24 Desember). Kompas,
Des. 1995, 11. 11.
130
Selain kedua format di atas, terdapat format lain
selingkung dengan fakultas masing-masing.
Salah satu format yang umum dipakai asalah
sebagai berikut!
Rujukan dari Hitchcock, S., Carr, L.& Hal, W. 1996. A Survey of STM
Internet Online Jornals, 1990-95: The Calm before the Strom,
Berupa (Online), (http://jornal.ecs.uk/survey.html, diakses 121
Karya Juni 1996).
Individual
Rujukan dari Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan
Internet Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan,
berupa (Online), Jilid 5, No. 4, (http://malang.ac.id, diakses 29
artikel dari Januari 2000).
Jurnal
Rujukan dari Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet
Internet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online),
berupa (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22
Bahan November 1995).
Diskusi
Rujukan dari Naga, Dali S. (ikip-jkt@indo.net.id.). 1 Oktober 1997.
Internet Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah
berupa E- (jipsi@mlg.ywen.or.id).
mail Pribadi
Latihan
A. Bacalah teks ”Bahasa Televisi Indonesia” oleh
Sumita Tobing. Buatlah kutipan langsung (kurang
131
dari 4 baris dan lebih 4 baris) dan tidak langsung
(kurang dari 4 baris).
132
B. Buatlah daftar pustaka sesuai dengan lingkup yang
umum!
1. Artikel Nini Hidayat Jusuf yang berjudul
Margueite Duras (1914-1986) pengarang yang
bertualang dalam Novel, Film dan Jurnalisme
muncul di halaman 133-151 dalam buku
berjudul Wanita dalam Kesusastraan Prancis
yang disunting Apsanti Djosujatno dan
diterbitkan Indonesia Tera di Magelang pada
tahun 2003.
133
3. Dalam majalah Biodata Vol. VII, No.2, bulan
Juni 2002, tercetak artikel Rully Adi Nugroho
dan Soenarto Notosoedarmo berjudul
Concentrations of Metals (Cu, Mn, and Zn) in
Terrestrial Slug Parmarion puppilaris Humb.
Sampled from Gintungan, Central Java di
halaman 67-72.
134
BAB X.
TATA PERSURATAN
Kompetensi Dasar
Dengan mempelajari modul ini, mahasiswa
diharapkan dapat memahami konsep-konsep dan
menerapkan dalam menulis surat dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Indikator
Setelah mempelajari modul ini , mahasiswa diharapkan
dapat:
1. memahami arti surat
2. memahami berbagai jenis surat
3. memahami bentuk surat
135
4. memahami bagian-bagian surat dan fungsinya
5. memahami bahasa surat
6. menulis surat dengan mentaati peraturan –
peraturan yang telah ditentukan dan dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
7. menulis surat lamaran kerja.
Uraian
1. Arti, Jenis, dan Bentuk Surat
Arti
Surat adalah alat untuk menyampaikan suatu
maksud secara tertulis kepada pihak lain.Maksud yang
disampaikan melalui surat dapat berupa permintaan,
pertanyaan, pertimbangan, lamaran, dan sebagainya.
Pihak lain yang dimaksud dapat diartikan atas nama
perseorangan (pribadi) dan dapat atas nama jabatan
dalam sustu organisasi.
Bentuk Surat
Yang dimaksud dengan bentuk surat adalah
pola atau patron sebuah surat yang ditentukan oleh
tataletak (layout) bagian-bagian surat. Penempatan
bagian-bagian surat pada posisi tertentu akan
membentuk model (style) yang tertentu pula
Bentuk surat dalam surat-menyurat Indonesia
sangat beragam. Keberagaman itu sangat bergantung
pada hasil kesepakatan (konvensi). Kesepakatan yang
diambil hendaknya mempertimbangkan teknis
pengetikan dan penampilan surat secara keseluruhan.
Oleh karena itu, bentuk surat yang ideal seyogianya
didasarkan atas penalaran seni dan tata ruang
sehingga tercipta kepaduan seni dan kebenaran ilmu.
Bentuk surat harus dibedakan dahulu antara
surat berperihal dan surat berjudul. Yang dimaksud
dengan surat berperihal adalah surat yang memakai
notasi perihal dan tidak berjudul, sedangkan surat
berjudul adalah surat yang memakai judul dan tidak
berperihal.
Jadi, perbedaan antara surat berperihal dan surat
berjudul terletak pada sistem penulisan.
Seluruh surat berperihal harus ditulis dengan
menggunakan tiga bentuk utama, yaitu
1) bentuk resmi Indonesia (official style);
2) bentuk lurus (block); dan
3) bentuk bertakuk (indented style)
Selanjutnya, pada halaman-halaman berikut ini
dapat dilihat gambar bentuk surat berperihal dan
gambar bentuk surat berjudul, masing-masing disertai
uraian singkat tentang posisi bagian-bagian suratnya.
137
2. Bagian Surat, Fungsi, dan Cara Menuliskannya
Setiap surat terdiri atas bagian-bagian. Dari
gabungan bagian surat itulah terbentuk sebuah surat.
Penempatan bagian-bagian surat pada posisi tertentu
akan membentuk model (style) yang tertentu pula.
Bagian-bagian surat resmi pada umumnya adalah:
1. kepala (kop);
2. nomor;
3. tanggal;
4. lampiran;
5. hal/perihal;
6. alamat tujuan;
7. salam pembuka;
8. isi;
9. salam penutup;
10. nama organisasi/unit organisasi yang
mengeluarkan surat;
11. jabatan penanda tangan;
12. tanda tangan dan nama penanggung jawab;
13. tembusan;
14. inisial pengonsep dan pengetik;
15. sifat
(2) Nomor
Setiap surat resmi terutama yang dikirim ke
luar lingkungan organisasi hendaknya diberi nomor
dan kode tertentu. Nomor tersebut adalah nomor
verbal.
Guna nomor surat:
a. untuk mempermudah mencari surat itu kembali
jika sewaktu-waktu dibutuhkan
b. untuk mempermudah penunjukkan dalam surat-
menyurat
c. untuk mempermudah pengarsipan
d. untuk mengetahui jumlah surat yang telah
dibuat
(3) Tanggal
Penulisan tanggal surat hendaklah ditulis dengan
penuh, tidak boleh disingkat dan untuk penulisan bulan
tidak boleh memakai angka, baik angka Arab maupun
Romawi.
Penulisa tanggal surat tidak perlu disertai kota tempat
surat itu ditulis apabila surat itu ditulis pada kertas
yang berkepala surat.
(4) Lampiran
Kata lampiran dapat disingkat Lamp.: dan jika ada
yang dilampirkan. Kata bilangan yang menyatakan
jumlah yang dilampirkan itu ditulis dengan huruf awal
kapital tampa diakhiri tanda baca.
Contoh;
Lampiran: tiga lembar Lampiran: --
Lampiran: satu berkas Lampiran: Satu bundel
(5) Perihal atau Hal:
140
Perihal atau Hal adalah sebagai petunjuk mengenai
pokok isi surat. Perihal sama pengertiannya dengan
judul pada karangan lain.
Cara penulisan perihal dapat dibedakan untuk masing-
masing bentuk surat, yaitu:
a. untuk surat resmi dinas pemerintah penulisan
perihal sesudah lampiran
Contoh:
Nomor : ……………………………..
Lampiran: …………………………….
Perihal : Undangan Lokakarya
Dengan hormat,
………………………………………………………………
……………………………..
………………………………………………………………
………………………………
141
a) Dalam penulisan alamat tujuan, kata kepada dan
sejenisnya tidak wajib ditulis asalkan alamat
tujuan ditempatkan pada posisi yang tepat.
b) Ungkapan yang terhormat (disingkat yth.) juga
tidak selalu dipakai dalam penulisan alamat
tujuan. Ungkapan yth. dipakai:
1. jika surat ditujukan kepada seseorang yang
dihormati; jika seorang bawahan mengirim surat
kepada atasannya; atau jika sebuah
perusahaan mengirim surat kepada relasinya.
2. jika surat ditujukan kepada seseorang dengan
menuliskan nama jabatannya yang diikuti nama
organisasi atau unit organisasi.
Contoh:
I. Yth. Rektor Unsri
II. Yth. Kabag Personalia PT….
III. Yth. Ketua….
IV. Yth. Ibu…..
Tetapi, jika surat ditujukan kepada organisasi,
ungkapan yth. tidak dipakai; dan pada
amplopnya langsung dituliskan nama
organisasi beserta alamatnya.
Contoh :
PT Aero Wisata
Jln. Pemuda No. 53
Medan 15320
Sumatra Utara
c) Pada akhir setiap baris, termasuk setelah baris
terakhir yang biasanya berisi nama kota, nama
daerah, termasuk nama negara, tidak diberi
tanda titik, kecuali bila ada singkatan.
d) Dalam penulisan alamat tujuan dapat dipakai
singkatan yang lazim dengan mengindahkan
ketentuan penulisan singkatan yang berlaku
(lihat pedoman EYD).
142
e) Kode pos hanya ditulis pada alamat luar. Kode
pos perlu dicantumkan untuk memudahkan
petugas pos mengetahui wilayah/lokasi alamat
yang dituju.
Agar lebih jelas, dibawah ini diberikan beberapa
contoh penulisan alamat tujuan.
a. Cara penulisan alamat tujuan pada sampul surat
b. Kepada perseorangan
Yth. Sdr. Wawan Ruswanto
Jln. Persatuan No. 35
Ciputat, Kebayoran Lama
Jakarta 12230
c. Kepada pejabat pemerintah
Yth. Rektor UT
u.p. Kepala Pusat pengujian
Jalan Cabe Raya, Ciputat, Tanggerang 15418
d. Kepada organisasi/perusahaan
Bagian Pemasaran CV Sinar Kemilau
Jln. Jend. Sudirman 10
Ujung Pandang 14250
Sulawesi Selatan
e. Kepada pimpinan organisasi/perusahaan
Yth. Direktur PT Sentosa
Jln. Tunjungan No. 57
Surabaya 17812
f. Kepada pemasang iklan
Yth. Pemasang Iklan
Harian Kompas (Kode: S-01)
d.a Palmerah Selatan 86
Jakarta 11480
g. Alamat yang memakai u.p. (untuk perhatian)
Yth. Direktur Perum Astek
Jln. Letjen Suprapto 139
Jakarta 10530
u.p. Bpk. Suratno, S.H.
h. Kepada kotak pos (P.O. Box)
143
Kotak Pos 247/JKS
Jakarta 12160
146
Yang dimaksud dengan repetisi adalah
pengulangan sebagian unsur alinea sebelumnya untuk
memulai alinea baru ( alinea transisi).
Contoh (i):
alinea awal (alinea pembuka):
Dengan ini kami kabarkan bahwa direktur
kami sedang menderita sakit,
dan kini beliau dirawat di Rumah Sakit Islam,
Jakarta.
alinea lanjutan (alinea transisi):
Karena direktur kami sakit, pertemuan
yang semula dijadwalkan
berlangsung tanggal….. terpaksa ditunda.
Contoh (ii):
alinea awal (alinea pembuka):
Pada kesempatan ini kami
memperkenalkan perusahaan kami PT XYZ.
Kami bergerak dalam bidang jasa asuransi
kerugian, khususnya asuransi kebakaran.
147
padu. Di bawah ini diberikan sebagian contoh frase
transisi.
1) Oleh sebab itu,…..
2) Sehubungan dengan itu,…….
3) Sehubungan dengan hal tersebut,……….
4) Akan tetapi,………….
5) Walaupun demikian,………..
6) Dalam pada itu,…………
7) Di samping itu,…………..
8) Selain itu,……………
9) Berkenaan dengan hal tersebut,………….
10) Berkaitan dengan hal di atas,………….
c)Dengan Bantuan Kata Penghubung
Kata-kata penghubung seperti meskipun,
berhubungan, tetapi, namun, sebaliknya, kemudian,
selanjutnya, dan jadi, dapat dipakai untuk memulai
alinea transisi, asal disesuaikan dengan fungsi masing
–masing kata tersebut.
Contoh (i):
alinea awal (alinea pembuka):
Menurut catatan kami, ternyata Saudara
belum melunasi faktur No.
357/A/90 tanggal 15 Oktober 2005 sebesar Rp.
975.000,00. Utang tersebut sebenarnya sudah
harus Saudara bayar pada akhir bulan Desember
(jatuh tempo tanggal 28 Desember 2005).
alinea lanjutan (alinea transisi):
Meskipun keterlambatan itu mungkin tidak
sengaja, tetapi untuk menjaga kelancaran
perputaran uang kami, kami mengharap agar
Saudara segera melunasi utang tersebut.
Contoh (ii):
alinea transisi:
148
Pada hari tersebut akan diadakan testing
dan wawancara. Untuk itu, kami harap Saudara
membawa ijazah asli dan surat keterangan lain
yang diperlukan.
3. Alinea Penutup
Alinea penutup harus singkat dan tegas serta
tidak berisi basa-basi yang berlebihan. Alinea penutup
harus selaras dengan misi surat. Bunyi alinea penutup
untuk sebuah surat berita dengan sendirinya berbeda
dari bunyi alinea penutup surat-surat nonberita. Di
bawah ini disajikan beberapa contoh alinea penutup
yang pemakaiannya dapat sesuai dengan isi dan sifat
surat yang akan dibuat.
1. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
2. Atas bantuan dan perhatian saudara, kami
ucapkan terima kasih.
3. Demikianlah agar saudara maklum, dan atas
perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
4. Harapan kami semoga kerja sama yang telah kita
bina dapat ditingkatkan terus.
5. Mudah-mudahan bahan pertimbangan yang kami
kemukakan di atas bermanfaat bagi saudara.
6. Kami menunggu kabar lebih lanjut, dan atas
perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
7. Kami harap hal ini mendapat perhatian saudara
sepenuhnya, dan tak lupa kami ucapkan terima
kasih.
8. Perhatian saudara terhadap hal ini sangat kami
hargai
9. Demikian agar instruksi ini dilaksanakan dengan
penuh rasa tanggun gjawab
H. Ali Imron
Direktur Utama
Contoh (ii):
Hormat kami,
Divisi Pemasaran
150
Robby Tumewu
Manajer Pemasaran
Di dalam surat dinas pemerintah, setelah isi
surat langsung dicantumkan nama jabatan penanda
tangan surat. Kadang-kadang saja dicantumkan nama
organisasi yang mengeluarkan surat. Hal ini terjadi
karena dalam surat dinas pemerintah penggunaan
kepala surat sangat banyak variasinya. Hampir setiap
unit organisasi, bahkan proyek-proyek khusus,
menggunakan kertas berkepala surat tersendiri.
Contoh (i):
Wakil Kepala Desa
Asmarani, B.A.
NIP………………..
Contoh (ii):
Kepala Biro Kepegawaian
Rina Rotinsulu
Secretary to Mr. Brown
Cara seperti itulah yang dipakai dalam surat-surat
niaga di Indonesia, terutama dalam penggunaan
bentuk lurus.
151
Contoh:
Hormat kami,
PT Mawar Melati
152
a.n. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
Sekretaris Jenderal
Bahasa Surat
157
aneh, dan tidak umum. Perhatikan salah satu contoh
kalimat penutup surat berikut ini.
6) Ungkapan Tetap
Ungkapan tetap (stam) atau dapat juga disebut
ungkapan idiomatic adalah ungkapan yang unsurnya
terdiri atas dua kata atau lebih yang berpola tetap .
Susunannya baku dan permanent sehingga unsurnya
tidak boleh dipertukarkan, ditambah, atau dikurangi.
Berikut ini contoh ungkapan tetap yang dipakai dalam
surat-menyurat.
berbicara tentang sehubungan dengan,
berdiskusi tentang sesuai dengan,
bergantung pada disebabkan oleh
bertalian dengan terjadi dari
berpasangan dengan terdiri atas
berkaitan dengan sejalan dengan,
160
Jakarta 13420
3 April 1994
Yth. Manajer Personalia
PT Tunas Muda Pratama
Jalan Senarai Raya 16
Jakarta Selatan
Dengan hormat,
Dengan ini saya, Ayu Werawati, 20 tahun,
lulusan Lembaga Pendidikan Keterampilan
Sekretaris YANTI tahun 2005 mengajukan lamaran
pekerjaan sebagai sekretaris.
Saya mampu melaksanakan tugas-tugas
kesekretarisan dengan baik, mengetik 200 HPM,
computer (WS 05, Lotus, dan D-base III), steno 75
KPM, serta akuntansi. Saya juga menguasai
bahasa Inggris dan Mandari baik lisan maupun
tulisan.
Sebagai bahan pertimbangan, saya
lampirkan riwayat hidup, salinan sertifikat
ketrampilan sekretaris, fotocopy KTP, dan dua
lembar pasfoto terbaru.
Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
Ayu Werawati
161
162
DAFTAR PUSTAKA
163
Lembar Tes
Tugas
1) Carilah sebuah surat dinas pemerintah atau surat
bisnis. Tempelkan pada lembaran ini! Kemudian
komentarilah bentuk dan bahasa surat tersebut! Bila
dalam bahasa surat tersebut terdapat kekeliruan,
perbaikilah sehingga menjadi surat yang baik!
1. Tenaga sekretaris
Wanita usia min. 22 tahun
Lulusan SMEA/SMA Jurusan Sosial
Kursus Pembukuan Dasar I & II
Dapat mengoprasikan Komputer (WS & Lotus).
Diutamakan pengalaman kerja min 1 tahun
2. Sales
Pria usia min. 23 tahun
Lulusan SMA/STM.
Pengalaman kerja min. 3-4 tahun (building Material)
3. Estimator
Pria usia max. 25 tahun
Lulusan D3 Komputer
(Manajemen Informatika)
Menguasai Spreadsheed, Database, Windows.
Dapat berbahasa Inggris min. pasif
Pengalaman kerja min. 2 tahun.
165
Jawab:
166
167