Anda di halaman 1dari 167

DAFTAR ISI

PENGANTAR......................................................
BAB I. Sejarah Perkembangan
Bahasa Indonesia.................................
BAB II. Penulisan Huruf, Kata,
dan Tanda Baca...................................
BAB III. Analisis Kesalahan
Kalimat .................................................
BAB IV. Paragraf dan Pengembangannya.........
BAB V. Topik dan Pembatasannya....................
BAB VI. Kerangka Karangan dan Pengembangannya
BAB VII. Kutipan dan Daftar Pustaka
BAB VIII.Tata Persuratan
BAB IX. Penulisan Esai

1
PENGANTAR

Alhamdullillah, kami bersyukur kepada Allah


SWT yang telah mengaruniakan rahmat dan petunjuk-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
menyusun materi Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia
ini. Tugas penyusunan materi ini sebenarnya sudah
pernah dilakukan oleh sebuah tim yang ditunjuk oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah FKIP Unsri sebelum mata kuliah
Bahasa Indonesia dipusatkan di UPT MPK Universitas
Sriwijaya. Akan tetapi, hasik kerja tim tersebut tidak
dapat diterbitkan dalam bentuk buku karena berbagai
kendala teknis. Alhamdulillah melalui Penataran dan
Lokakarya selama dua hari yang dilaksanakan oleh
UPT MPK Universitas Sriwijaya, gagasan penerbitan
buku itu dapat direalisasikan oleh tim sembilan yang
mengikuti penataran dan lokakarya tersebut.
Pada kesempatan yang baik ini, tidak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada Bapak Mulyadi Eko
Purnomo yang telah membantu mengoreksi materi dan
penulisan modul ini. Selain itu, terima kasih kami
sampaikan juga kepada Ketua MPK Universitas
Sriwijaya, Bapak Achmad Burhan yang telah
memfasilitasi tempat dan sarana dan prasarana
sehingga buku ini dapat diterbitkan.
Penyusun mengharapkan adanya masukan dan
kritik dari pembaca, khususnya para pengampu MPK
bahasa Indonesia yang menggunakan modul ini.
Dengan demikian, modul ini dapat diperbaiki lagi.

Agustus 2006

2
Penyusun
BAB I.
SEJARAH PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan
bahasa Indonesia.

Indikator
1) Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan
bahasa Indonesia
2) Mahasiswa dapat menerapkan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD)

Materi
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
1.1 Bahasa Melayu Dikukuhkan sebagai Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia bersumber dari bahasa
Melayu. Bahasa Melayu yang digunakan sebagai
sumber bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau.
Bahasa Melayu dikukuhkan sebagai bahasa persatuan
diikrarkan pada peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928 di Jakarta.
Untuk mengembangkan bahasa Indonesia,
bahasa Indonesia menyerap kosa kata dari bahasa
daerah maupun bahasa asing. Penyerapan itu
dikarenakan dalam bahasa Indonesia tidak ada
padanannya.
Bahasa Melayu dikukuhkan sebagai bahasa Nasional
1.2pada tanggalBahasa
Kongres 28 Oktober 1928 pada peristiwa Sumpah
Indonesia
Pemuda

3
Dalam pembinaan bahasa Indonesia dilakukan
adanya kongres bahasa Indonesia yang dilakukan
pertama di Solo tahun 1938, kongres Bahasa
Indonesia yang kedua di Medan tahun 1954, kongres
bahasa Indonesia yang ketiga di Jakarta tahun l968,
kongres bahasa Indonesia keempat tahun 1973 di
Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia yang kelima tahun
1978, kongres bahasa Indonesia yang keenam tahun
1983, kongres bahasa Indonesia yang ketujuh tahun
1993, kongres bahasa Indonesia yang kedelapan
tahun 1998, dan kongres bahasa Indonesia yang
kesembilan tahun 2003 di Jakarta.
Pelaksanaan kongres Bahasa Indonesia dari tahun
1938 s.d. 2003
2
1.3 Ejaan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mengalami beberapa kali
penerapan ejaan yaitu ejaan Van Opuysen 1902
sampai dengan 1947, Ejaan Soewandi (Ejaan
Republik) tahun 1947 sampai dengan 1972, dan Ejaan
yang Disempurnakan tahun 1972 sampai dengan
sekarang.

Ejaan Van Opuysen Ejaan Suwandi EYD


oe u u
j j y
tj tj c
dj dj j
nj nj ny
‘ ‘ k

Pemberlakuan Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan Van Opuysen (1902 – 1947), Republik
(Soewandi) (1947—1972), dan EYD (1972—sekarang)
1.4 Kedudukan Bahasa Indonesia

4
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional, berfungsi sebagai (1) lambang
kebanggaan nasional, (2) lambang jatidiri (identitas)
nasional, (3) alat pemersatu berbagai masyarakat yang
berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya,
dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
negara, berfungsi sebagai (1) bahasa resmi negara,
(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan, (3) bahasa resmi dalam perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan,
dan (4) bahasa resmi di dalam pembangunan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional


dan sebagai bahasa negara
3

1.5 Kekuatan Hukum Bahasa Indonesia


Pada tahun 1928 bahasa Melayu dikukuhkan
sebagai bahasa Nasional dan pada tahun 1945 secara
konstitusional dikukuhkan sebagai bahasa negara
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV
pasal 36. Untuk pembinaan bahasa Indonesia sejalan
dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) tahun 1966 yaitu “Meningkatkan
penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu
yang ampuh”. Upaya pembinaan bahasa nasional juga
dirumuskan dalam ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1983 yaitu
“Pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia
dilaksanakan dengan mewajibkan penggunaan secara
baik dan benar (MPR 1978 dan 983 Butir 3, bidang

5
Kebudayaan). Selain itu dalam ketetapan MPR no 983
tahun 1978 dinyatakan, “Pendidikan dan pengajaran
bahasa Indonesia perlu makin ditingkatkan dan
diperluas sehingga mencakup semua lembaga
pendidikan dan menjangkau masyarakat luas”. Dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1988
diarahkan bahwa usaha pembinaan bahasa Indonesia
akan ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal dan
non formal. Maka dari itu, pemerintah akan
meningkatkan usaha pemasyarakatan Pedoman Ejaan
Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Selain itu akan meningkatkan
kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia
yang baik dan benar di kalangan petugas pemerintah,
khususnya yang berhubungan dengan masyarakat
(GBHN: Bab 21).

Kekuatan hukum bahasa Indonesia adalah dalam UUD


1945 Bab XV pasal 36 dan keketapan MPRS, MPR ,
UU No. 24 Tahun 2009.

1.6 Slogan Pembinaan Bahasa Indonesia


Pencanangan slogan gunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam upaya
pembinaan bahasa Indonesia mendapat tanggapan
yang positif dari warga Indonesia. Slogan tersebut
berisi anjuran kepada masyarakat untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik sesuai dengan
lingkungan dan keadaan yang dihadapi dan benar
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

6
Arifin, E Zaenal, dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo.
Halim, Amran. Editor. 1976a. Politik Bahasa Nasional.
Jilid 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Halim, Amran. 1982. “Pembinaan Bahasa Indonesia”.
Makalah dalam Pertemuan Bahasa dan Sastra.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Saadie, Ma’mur, H.M. Idris Suryana, dan Eddy
Sapardi.1997/1998. Bahasa Bantu. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-
III
Widagdho, Djoko. 1997. Bahasa Indonesia :
Pengantar Kemahiran bahasa di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Manajemen PT Raja Grafindo
Persada.

Tugas dan Latihan


a. Jelaskan kapan bahasa Melayu dikukuhkan
sebagai bahasa nasional !
Jawab:

b. Jelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai


bahasa negara dan sebagai bahasa nasional !

7
Jawab:

c. Jelaskan berapa kali perubahan Ejaan dan


ejaan apa saja yang digunakan dalam ejaan
bahasa Indonesia dan berikan contoh ejaan
tersebut!

Jawab:

6
d. Jelaskan kekuatan hukum yang menyangkut
kedudukan, pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia!

8
Jawab:
e. Jelaskan Slogan dalam Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa dan berikan contohnya!
Jawab:

9
BAB II.
PENULISAN HURUF, KATA,
DAN TANDA BACA

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menuliskan huruf, kata, dan
tanda baca dengan benar, sesuai dengan kaidah ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan sehingga
dapat menyampaikan gagasannya dengan benar pula
dalam memperlancar tugas-tugas perkuliahannya.

Indikator
1) Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan
huruf kapital dan huruf miring dalam sebuah
kalimat.
2) Mahasiswa dapat membedakan penggunaan
kata yang dirangkaikan dan yang dipisahkan
dalam sebuah kalimat.
3) Mahasiswa dapat menggunakan tanda baca
dengan benar dalam sebuah kalimat.

Materi
Penulisan Huruf
Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua
masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar atau huruf
kapital dan (2) penulisan huruf miring.

1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital


Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam
tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari
kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf
kapital itu adalah sebagai berikut.

10
a. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam kalimat yang berupa petikan
langsung.
Misalnya :
1) Adik bertanya, ”Kapan kita pulang?”
2) “Kemarin Engkau terlambat”, katanya.
3) Pak Guru menasihatkan, ”Rajin-rajinlah
belajar agar lulus dalam ujian.”
4) Menko Perekonomian
menyatakan,”Perekonomian dunia kini
belum sepenuhnya lepas dari cengkeraman
resesi dunia.”
5) Archimedes berkata, ”Setiap benda yang
dimasukkan ke dalam zat cair akan
mendapat tekanan ke atas sehingga
beratnya berkurang seberat zat cair yang
dipindahkannya.”
Dalam karya ilmiah, khususnya dalam ucapan terima
kasih, contohnya.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada abah yang selalu memompa semangat
penulis dengan ucapan, “Mengapa orang bisa, kita
tidak?”.

Catatan:
Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah
tanda koma (,), bukan titik dua (:). Tanda baca
akhir (tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya)
dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.

b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf


pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan
nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf
pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya,
sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan
11
dengan huruf kapital, dirangkaikan dengan
tanda hubung (-). Hal-hal keagamaan itu hanya
terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata
yang menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis,
surga, malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa
meskipun bertalian dengan keagamaan tidak
diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
1) Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.
2) Dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang
menganjurkan agar manusia berakhlak
terpuji.
Kata-kata keagamaan lainnya yang harus
ditulis dengan huruf kapital adalah nama agama
dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu,
Budha, Injil, dan Weda.

c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf


pertama nama gelar (kehormatan, keturunan,
agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama
orang. Akan tetapi, jika di dalam rangkaian
tulisan itu sudah ditafsirkan bahwa penyebutan
yang tanpa nama mengacu kepada orangnya,
gelar atau jabatan itu harus menggunakan huruf
kapital.
Misalnya:
1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus
Salim.
2) Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim
alaihissalam.
Jika tidak diikuti oleh nama orang,
gelar, jabatan, dan pangkat itu harus dituliskan
dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Calon jemaah haji Sumsel tahun ini
berjumlah 525 orang.

12
2) Seorang presiden akan diperhatikan oleh
rakyatnya.
Akan tetapi, jika mengacu kepada orang
tertentu, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu
dituliskan dengan huruf kapital.

Misalnya:
1) Pagi ini Menteri Perdagangan terbang ke
Nusa Penida. Di Nusa Penida Menteri
meresmikan sebuah kolam renang. Pada
sore hari beliau kembali ke Jakarta.
d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu
yang digunakan sebagai nama orang, tetap
ditulis dengan huruf kecil, kecuali kata-kata itu
terletak pada awal kalimat.
Misalnya:
1) Tanam Paksa di Indonesia
diselenggarakan oleh Van den Bosch.
2) Perdagangan rempah-rempah itu
dipimpin oleh Mursid bin Hatim.

e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai


huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
1) Dalam bahasa Sunda terdapat kata
lahan.
2) Kita bangsa Indonesia, harus bertekad
untuk menyukseskan pembangunan.
Seperti contoh di atas, kata bangsa dan
bahasa tetap dituliskan dengan huruf awal kecil.
Akan tetapi, jika nama bangsa, suku, dan
bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, ia harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
Lafal ucapannya masih menampakkan
kesunda-sundaan.
13
Demikian juga, kalau tidak membawa
nama suku, nama itu harus dituliskan dengan
huruf kecil.
Misalnya: petai cina, jeruk bali, dodol garut.

f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai


huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
Pada bulan Agustus terdapat hari yang
sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.

g. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf


pertama nama khas geografi.
Misalnya:
Salah satu daerah pariwisata di Sumatera
adalah Danau Toba.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama
khas geografi, kata-kata seperti selat, teluk,
terusan, gunung, kali, danau, dan bukit ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
Nelayan itu berlayar sampai ke teluk.

h. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf


pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi.
Misalnya:
Program ‘Orang Tua Asuh” dikampanyekan oleh
Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama
resmi, kata-kata seperti itu ditulis dengan huruf
kecil.
Misalnya:
14
Menurut undang-undang dasar kita, semua
warga negara mempunyai kedudukan yang
sama.

i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai


huruf pertama semua kata di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan,
kecuali kata partikel seperti: di, ke, dari, untuk,
dan yang, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma.

j. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam


singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar
dokter.
Misalnya:
Proyek itu dipimpin oleh Dra. Jasika Murni.

Catatan:
Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr.
(doktor dituliskan dengan D kapital dan r kecil
jadi Dr., sedangkan dokter, yang memeriksa
penyakit dan mengobati orang sakit,
singkatannya ditulis dengan d dan r kecil, jadi
dr).

k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai


huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara,
kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai
kata ganti atau sapaan. Kata Anda juga diawali
huruf kapital.
Misalnya:
Surat Saudara sudah saya terima.

15
Samsi bertanya kepada ibunya, “Pagi tadi Ibu
menjemput siapa di pelabuhan?”.
Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai
kata ganti atau sapaan, kata penunjuk
hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf
kecil.
Misalnya:
Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.

2. Penulisan Huruf Miring


a. Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam
tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis
dengan huruf miring ditandai oleh garis bawah satu.
Misalnya:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
menerbitkan majalah Bahasa dan Kesusastraan.
Catatan:
Garis bawah satu, sebagai tanda kata yang dicetak
miring, harus terputus-putus, kata demi kata.
b. Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
c. Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah
atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah,
kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata
penataran untuk kata upgrading?
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata
yang akan dicetak miring diberi satu garis di
16
bawahnya. Sebenarnya, banyak penulisan huruf
miring yang lain ataupun penandaan suatu maksud
dengan memakai bentuk huruf tertentu (ditebalkan
dan sebagainya). Akan tetapi, soal itu lebih
menyangkut masalah tipografi pencetakan.

B. Penulisan Kata
a. Kita mengenal bentuk kata
dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata
ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis
sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan,
sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan
kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya
mendapat awalan atau akhiran saja, awalan atau
akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang
bersangkutan saja.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
beritahukan beri tahukan
memberitahu memberi tahu

Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan


dan akhiran, bentuk kata turunannya itu harus
dituliskan serangkai.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
menghancur leburkan menghancurleburkan
pemberi tahuan pemberitahuan
dianak-tirikan dianaktirikan
menguji-cobakan mengujicobakan

b. Kata ulang ditulis secara lengkap


dengan menggunakan tanda hubung. Pemakaian
angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan,
hendaknya dibatasi pada tulisan cepat atau
17
pencatatan saja. Pada tulisan yang memerlukan
keresmian, kata ulang ditulis secara lengkap.

c. Gabungan kata, termasuk yang


lazim disebut kata majemuk, bagian-bagiannya
ditulis terpisah.
Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku


ibukota ibu kota
tatabahasa tata bahasa
kerjasama kerja sama
lokakarya loka karya
dutabesar duta besar
sepakbola sepak bola

d. Gabungan kata yang sudah


dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku


mana kala manakala
sekali gus sekaligus
bila mana bilamana
dari pada daripada
apa bila apabila
pada hal padahal
barang kali barangkali
mata hari matahari
hulu balang hulubalang
bagai mana bagaimana
sapu tangan saputangan

e. Kalau salah satu unsurnya tidak


dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata yang

18
mengandung arti penuh, hanya muncul dalam
kombinasi, haruslah dituliskan serangkai dengan
unsur lainnya.
Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku


a moral amoral
antar warga antarwarga
antar pulau antarpulau
catur tunggal caturtunggal
dasa darma dasadarma
dwi warna dwiwarna
ekstra kurikuler ekstrakurikuler
maha siswa mahasiswa
kontra revolusi kontrarevolusi
purna bakti purnabakti
purna wirawan purnawirawan
sapta krida saptakrida
sub bagian subbagian
sub sistem subsistem
tuna netra tunanetra
tuna rungu tunarungu
pasca sarjana pascasarjana
poli gami poligami
poli teknik politeknik
non formal nonformal
non muslim nonmuslim
non RRC non-RRC
non Indonesia non-Indonesia
peri bahasa peribahasa
peri laku perilaku
perikemanusiaan peri kemanusaiaan
perikeadilan peri keadilan

f. Penulisan ku, kau, mu, dan nya:


Misalnya:
19
Sepatuku, sepatumu, dan sepatunya boleh
kauambil

g. Kata depan di, ke, dan dari


ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah
padu benar seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
1) Ia terpaksa diungsikan di tempat yang aman
ketika terjadi gempa bumi.
2) Saya akan pergi ke Jakarta untuk menghadiri
wisuda adik bungsu saya.
3) Surat pemberitahuan pengunduran diri itu
sudah saya sampaikan kepada Dekan.
4) Lebih baik menjadi raja di negeri sendiri
daripada menjadi buruh di negeri orang.

h. Partikel pun dipisahkan dari kata


yang mendahuluinya karena pun sudah hampir
seperti kata lepas.
Misalnya:
1) Jika saya berangkat, ia pun ingin berangkat.
2) Siapa pun yang terpilih harus kita dukung.
3) Tidak satu pun orang rela diperkosa haknya.
Akan tetapi, kelompok kata berikut ini, yang
sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai.
Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya dua
belas kata, yaitu adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti
walaupun), sungguhpun, dan walaupun.
Misalnya:
1) Sekalipun rumah kami berdekatan, tak sekali
pun kami bertegur sapa.
2) Bagaimanapun juga akan dicobanya
mengemban amanat berat itu.
20
3) Walaupun tidak mempunyai uang, ia tetap
gembira.
4) Kendatipun hari hujan, ia tetap berangkat
menuju tempatnya bekerja.
5) Biarpun banyak rintangan, mereka tetap
menikah sesuai dengan rencana.

i. Partikel per yang berarti 'mulai',


'demi', atau 'tiap' ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendampinginya.
Misalnya:
1) Harga kain itu Rp10.000,00 per meter.
2) Saya diangkat menjadi pegawai negeri per
Oktober 1987.
3) Calon kepala dan wakil kepala sekolah itu
dipanggil satu per satu.

j. Angka lazim dipakai untuk


menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat dan digunakan juga
menomori karangan atau bagian-bagian
karangan.
Misalnya:
Hotel Swarna Dwipa, Kamar 13
Bab XV, Pasal 26
Surat Ali Imron, Ayat 12

k. Penulisan kata bilangan tingkat


dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Abad XX ini dikenal juga dengan abad
teknologi.
2) Abad ke-20 ini ditandai dengan banyaknya
jumlah perempuan daripada laki-laki.
3) Abad kedua puluh ini diwarnai dengan
adanya perang saudara.

21
l. Penulisan kata bilangan yang
mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut.
1) A. A. Navis adalah pujangga angkatan 60-an.
2) Saya menukar uang dengan lembaran 1.000-
an.
3) Meskipun keluaran tahun 80-an, mesin mobil
ini masih bagus.

m. Lambang bilangan yang dapat


dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambing
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian
atau pemaparan.
1) Dia sudah memesan dua ratus batang
bibit kayu jati.
2) Ada sekitar seribu calon mahasiswa yang
tidak diterima di Unsri.
3) Sriwijaya Post memberitakan 70 perkara
yang terdiri atas 20 perkara pencurian,
25 perkara tanah, dan 25 perkara kawin
cerai.

n. Lambang bilangan pada awal


kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan
kalimat diubah sehingga yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat lagi pada awal kalimat.
1) Dua belas orang menderita luka berat
dalam kecelakaan itu.
2) Sebanyak 150 orang tamu tamu diundang
dalam reoni Unsri itu.
3) Sedikitnya 250 orang meninggal dalam
serangan Israel ke Lebanon Selatan.

o. Kecuali di dalam dokumen resmi,


seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
22
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus. Contoh
berikut salah:
1) Jumlah pegawai di perusahaan itu 12
(dua belas) orang.
2) Di perpustakaan kami terdapat 100
(seratus) judul buku.
3) Sebanyak 350 (tiga ratus lima puluh)
orang perserta mengikuti lomba itu.

C. Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang
Misalnya
1) W. S. Rendra
2) Abdul Hadi W. M.
3) Endang S.
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Munif, M.Sc.Ed.
Sdr. Abdullah Ahmad Nawawi
Kol. Burlian

c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau


ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan
huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf
diberi dua titik, sedangkan singkatan yang terdiri
atas tiga huruf atau lebih hanya diberi satu tanda
titik.
Misalnya:
1) s.d. (sampai dengan)
2) a.n. (atas nama)
3) d.a. (dengan alamat)
4) u.p. (untuk perhatian)
5) dkk. (dan kawan-kawan)
6) dst. (dan seterusnya)
23
d. Tanda titik dugunakan pada angka yang
menyatakan jumlah, untuk memisahkan ribuan,
jutaan, dst.
Misalnya:
1) Tebal buku itu 1.250 halaman.
2) Minyak tanah 2.500 liter tumpah.
3) Jarak dari desa ke kota 30.000 meter.
4) NIP 131694732
5) Dia membuka buku halaman 1250.

e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang


terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata
dan pada singkatan yang dieja seperti kata
(akronim).

Misalnya:
1) DPR
2) SMA Negeri 1 Palembang
3) Sekjen Depdagri
4) tilang

f. Tanda titik tidak dipakai di belakang singkatan


lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang.
Misalnya:
1) Harga kertas kuarto itu Rp30.000,00 per
pak.
2) Cu adalah lambang kuprum.
3) Seorang pialang membeli 10 kg emas
batangan.

g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang


merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi tabel,
dan sebagainya.
Misalnya:
24
1) Acara Orientasi Mahasiswa
2) 1.1 Latar Belakang
3) Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat


pengirim dan tanggal surat dan di belakang nama
dan alamat penerima surat.
Misalnya:
1) Jalan Seduduk Putih I RT 18 Nomor 4
Palembang
2) Palembang, 29 Agustus 2006
3) Yth. Sdr. Eduwar Jaya Kesuma
Jalan R. Soeprapto 13
Palembang

2. Tanda Koma
a. Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan. Jika
perincian itu hanya terdiri dari dua unsur, sebelum
kata dan tidak perlu dibubuhi tanda koma.
Misalnya:
1) Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan itu
adalah pena, kertas, dan tinta.
2) Satu, dua, …. tiga.
3) Kegiatan itu hanya membutuhkan tenaga dan
pikiran.

b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan


kalimat setara yang satu dengan kalimat setara
yang lain yang didahului oleh kata tetapi,
melainkan, dan sedangkan.
Misalnya:
1) Dia bukan mahasiswa Unsri, melainkan
mahasiswa Unpal.
2) Saya bersedia membantu, tetapi Anda
harus berusaha lebih dahulu.
25
3) Ia mempunyai seperangkat komputer,
sedangkan temannya mempunyai
kemampuan mengoperasikannya.

c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan


anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induknya. Jika anak
kalimat tersebut mengikuti induknya, tanda koma
tidak digunakan. Biasanya anak kalimat didahului
oleh kata penghubung seperti: bahwa, karena,
agar, sehingga, walaupun, apabila, jika,
meskipun, dan sebagainya.
Misalnya:
1) Karena sibuk, ia lupa makan.
2) Ia lupa makan karena sibuk.
3) Apabila belajar sungguh-sungguh, ia
akan berhasil.
4) Ia akan berhasil apabila belajar sungguh-
sungguh.
5) Jika tidak hujan, saya akan berangkat.
6) Saya akan berangkat jika tidak hujan.

d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau


ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di
dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun
demikian, dalam hubungan itu, sementara itu,
sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh
sebab itu, sebaliknya, selanjutnya, pertama,
kedua, misalnya, sebenarnya, selain itu, kalau
begitu, kemudian, malah, dan sebagainya.
Misalnya:
1) Oleh karena itu, kita harus menghormati
pendapat orang lain.

26
2) Jadi, hak-hak sipil di Indonesia belum
sepenuhnya dilindungi.
3) Namun, kita harus tetap waspada.

e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata


seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
1) O, kalau begitu saya setuju.
2) Ya, Anda boleh mencobanya lebih
dahulu.
3) Wah, selamat Anda sukses mengelola
kegitan itu.

f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan


langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
1) "Saya sedih sekali," kata paman, "karena
kamu tidak lulus".
2) Kata petugas LLAJ itu, "Anda telah
melanggar Perda No. 18 tahun 2002".
3) "Kami akan mengusut masalah ini
sampai tuntas," kata polisi itu.

g. Tanda koma digunakan untuk memisahkan (1)


nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
1) Keponakan saya kuliah di Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas PGRI Palembang, Jalan
Gotong Royong, 9 Ulu, Palembang.

27
2) Abdan Syakuron, Jalan Musyawarah,
Griya Mitra 2 Tahap 4 Blok B No. 007,
Bukit Lama, Palembang, Sumatera
Selatan
3) Palembang, 30 Agustus 2006

h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian


nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
1) Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
2) Mukmin, Suhardi. 2005. Transformasi
Akhlak dalam Sastra: Kajian Semiotika
Robohnya Surau Kami. Palembang:
Penerbit Universitas Sriwijaya.
3) Mukmin, Suhardi (Ed.). 2006. Puspa
Ragam Bahasa dan Sastra: Seuntai
Tulisan untuk Drs. H. Zainal Abidin
Gaffar. Palembang: Penerbit Universitas
Sriwijaya.

i. Tanda koma digunakan di antara nama orang


dengan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dengan singkatan nama
keluarga atau marga.
Misalnya:
1) Agus Saripudin, M.Ed.
2) Izzah, S.Pd., M.Pd.
3) Surip Suwandi, M.Hum.
j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan
tambahan.
Misalnya:
1) Seorang dosen, yang cantik itu,
disenangi mahasiwa.
28
2) Di Program Studi Bahasa Indonesia,
misalnya, masih ada mahasiswa yang
mengeluhkan nilai akhir semester.
3) Pada tahun ini, kalau saya tidak salah,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
memperoleh PHK A2.

3. Tanda Titik Koma


Tanda tidik koma dapat dipakai untuk
memisahkan kalimat setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya:
Para pemikir mengatur strategi yang harus
ditempuh; para pelaksana melakukan tugas sebik-
baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya
yang diperlukan.

4. Tanda Titik Dua


a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP,
Universitas Sriwijaya mempunyai dua program
studi: Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dan Daerah dan Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau
pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP,
Universitas Sriwijaya mempunyai Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah dan Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris.
29
5. Tanda Hubung
a. Tanda hubung dapat digunakan untuk
memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan.
Misalnya:
1) mesin-potong tangan (mesin potong yang
digunakan dengan tangan)
2) mesin potong-tangan (mesin khusus untuk
memotong tangan)
b. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan
(1) se- dengan kata berikutnya yang didahului
dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka,
(3) angka dengan –an, dan (4) singkatan huruf
kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
1) Lomba baca puisi itu diikuti oleh murid
SD se-Sumatera Selatan.
2) Rakyat sekarang sudah mulai sadar ber-
KTP.
3) Siapa sesungguhnya dalang G-30-S PKI
itu?

6. Tanda Pisah
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar
bangun kalimat, menjelaskan adanya aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal
yang berarti 'sampai dengan' atau di antara dua nama
kota yang berarti 'ke' atau 'sampai'.
Misalnya:
1) Buku itu—menurut hemat saya—akan terbit
dalam waktu dekat ini.
2) Universitas Sriwijaya berada di Jalan Raya
Palembang—Prabumulih km 32.

30
3) Acara itu berlangsung tanggal 1—2
September 2006 di Indralaya.

7. Tanda Petik
Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan
langsung, judul syair, karangan, istilah yang
mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Misalnya:
1) Ia memakai celana "cutbrai".
2) Sajak "Aku" karya Chairil Anwar itu telah
mendunia.

8. Tanda Petik Tunggal


Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau
penjelasan kata atau ungkapan bahasa daerah atau
asing.
Misalnya:
Ia berjaga-jaga pada malam lailatul qodar
'malam bernilai' itu.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat


Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: NSP.

Arifin, E. Zainal dan Farid Hadi. 2000. 1001


Kesalahan Berbahasa. Jakarta: CV
Akademika Pressindo.

Arifin E. Zainal. 2000. Berbahasa Indonesia


dengan Benar. Yogyakarta: NSP.

Supadmo dan Muhammad Yunus. 2002.


Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.

31
Tugas dan Latihan
Latihan: Tulislah kembali kalimat berikut dengan benar!
1. buku itu dikarang oleh prof dr ir h m iskandar
msc

2. terlambat melakukan sesuatu lebih baik dari


pada tidak sama sekali

3. korban banjir itu menerima dua kg. beras dua


m. kain dan dua l. minyak tanah

4. sekalipun rumah berdekatan kami tidak


sekalipun saling mengunjungi

5. cerpen terkenal yang dikarang a a navis


berjudul robohnya surau kami

6. banyak pejabat-pejabat yang dimutasikan mem


PTUN kan atasannya

32
7. harga formulir caleg parpol itu rp. 10000000
perlembar

8. indonesia dan filipina telah menandatangani


perjanjian non agresi

9. apa kabar paman? tanyaku ketika itu

10. beliau menjawab paman akan segera


menikah

11. pak ali dosen kami akan segera menikah

12. 300 ekor ayam potong di musnahkan karena


terjangkit flu burung

13. mahasiswa yang sedang mengikuti ujian tidak


boleh melihat kekiri
33
14. parpol sekarang didominasi oleh mahasiswa
tahun 80 an

15. pada hal banyak gadis-gadis lain yang


memujanya

16. jadi persoalannya tidak semudah itu

17. kita harus menghindari kesimpang siuran


berita

18. mahasiswa unsri berpeluang besar untuk


bekerja di p.t. aman sejahtera

34
19. pasien itu terpaksa di rumah sakitkan karena
terjangkit penyakit menular

20. perahu itu sudah 2 hari terdampar disungai


sekanak

21. penyusun undang undang dasar 1945


mengamanatkan agar kekayaan negara
dimanfaatkan sebanyak banyaknya untuk
kepentingan rakyat

22. kongres bahasa indonesia ke VII di jakarta


berlangsung dengan tertib

35
23. surat itu dialamatkan kepada simatupang
mahasiswa unsri jalan raya palembang
prabumulih indralaya ogan ilir sum-sel

24. kita bersyukur atas rahmatnya berupa hujan


yang datang secara tiba-tiba

25. walau pun soal ini sulit kami harus


menyelesaikannya dengan benar

36
Tugas:
1. Klipinglah sebuah berita di dalam surat kabar
terbitan Palembang!

37
2. Kemukakanlah kesalahan penulisan huruf, kata, dan
tanda bacanya!

3. Buatlah perbaikannya!

38
KUNCI JAWABAN

1. Buku itu dikarang oleh Prof. Dr. Ir. H. M. Iskandar,


M.Sc.
2. Terlambat melakukan sesuatu lebih baik daripada
tidak sama sekali.
3. Korban banjir itu menerima 2 kg beras, 2 m kain
dan 2 l minyak tanah.
4. Sekalipun rumah berdekatan, kami tidak sekali pun
saling mengunjungi.
5. Cerpen terkenal yang dikarang A. A. Navis berjudul
Robohnya Surau Kami.
6. Banyak pejabat yang dimutasikan mem-PTUN-kan
atasannya.
7. Harga formulir caleg parpol itu Rp10.000.000,00 per
lembar.
8. Indonesia dan Filipina telah menandatangani
perjanjian nonagresi.
9. "Apa kabar paman?" tanyaku ketika itu.
10. Beliau menjawab, "Paman akan segera menikah."
11. Pak Ali, dosen kami, akan segera menikah.
12. Tiga ratus ekor ayam potong dimusnahkan karena
terjangkit flu burung.
13. Mahasiswa yang sedang mengikuti ujian tidak
boleh melihat ke kiri.
14. Parpol sekarang didominasi oleh mahasiswa tahun
80-an.
15. Padahal banyak gadis lain yang memujanya.
16. Jadi, persoalannya tidak semudah itu.
17. Kita harus menghindari kesimpangsiuran berita.
18. Mahasiswa Unsri berpeluang besar untuk bekerja
di PT Aman Sejahtera.
19. Pasien itu terpaksa dirumahsakitkan karena
terjangkit penyakit menular.

39
20. Perahu itu sudah dua hari terdampar di Sungai
Sekanak.
21. Penyusun Undang-Undang Dasar 1945
mengamanatkan agar kekayaan negara
dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk
kepentingan rakyat.
22. Kongres Bahasa Indonesia ke VII di Jakarta
berlangsung dengan tertib.
23. Surat itu dialamatkan kepada Simatupang,
mahasiswa Unsri, Jalan Raya Palembang—
Prabumulih, Insralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
24. Kita bersyukur atas rahmat-Nya berupa hujan yang
datang secara tiba-tiba.
25. Walaupun soal ini sulit, kami harus
menyelesaikannya dengan benar.

40
BAB III.
ANALISIS KESALAHAN KALIMAT

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menyusun kalimat bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.

Indikator
Mahasiswa dapat menerapkan struktur kalimat bahasa
Indonesia dalam ragam formal.

Materi
1. Struktur Kalimat
1.1 Pola Struktur Bahasa Indonesia
Ketika calon penutur ingin menyampaikan
pesan melalui suatu kalimat, maka penutur harus
mampu mengidentifikasikan apakah kalimat yang
disusunnya sudah memenuhi syarat pola struktur
kalimat bahasa Indonesia: ( S - P ), ( S - P - O ),
atau ( S - P - O - K ). Pesan atau informasi
yang disampaikan tidak banyak membantu mengetahui
apakah kalimat tersebut sudah memenuhi pola kalimat
baku.
1.2 Kalimat yang Berpola Struktur ( S - P )
Apabila suatu pernyataan terdiri lebih dari satu
kelompok, berarti pernyataan tersebut telah memiliki
lebih dari satu fungsi. Setiap kelompok akan
menduduki satu fungsi yang kemudian di antara
kelompok atau fungsi tersebut memungkinkan untuk
dipermutasikan, sedangkan pernyataan yang hanya
terdiri dari satu kelompok tidak bisa dipermutasikan
karena distribusinya yang tetap. Contoh berikut akan
memperjelasnya.

1a. Saya menangis


41
S P

1b. Dia mahasiswa


S P

1c. Yang bertandatangan di bawah ini dosen FKIP


Satu kelompok Satu kelompok
1 2
S P

Kalimat 1a, 1b, 1c, bisa dipermutasikan menjadi


kalimat 2a, 2b, 2c.

2a. Menangis saya


P S

2b. Mahasiswa dia


P S

2c. Saya dosen FKIP yang bertandatangan di bawah ini


Satu kelompok Satu kelompok
1 2
P S

3a. Kebun percobaan jurusan Biologi FKIP


Satu kelompok

Pernyataan 3a merupakan pernyataan satu kelompok


karena tidak mungkin dipermutasikan, sehingga
kejanggalan itu akan terlihat pada pernyataan 3b, 3c.

3b. Jurusan Biologi FKIP kebun percobaan


3c. FKIP kebun percobaan jurusan Biologi

1.3 Pernyataan yang Hanya Terdiri dari Satu

42
Fungsi
Pola struktur kalimat ragam formal, minimal
memiliki unsur S - P atau P - S. Pernyataan yang
masih berupa frase dapat juga dikenali melalui
intonasi. Frase berintonasi datar dan tidak ada jeda
perhentian diantara frase itu sendiri, dari suku pertama
sampai suku terakhir berintonasi 2. Hanya suku kedua
dari belakang berintonasi 3. Lihat contoh berikut:

1a. Tuti yang memakai ba ju i tu


22 2 2 2 2 2 23 2

Intonasi 1a adalah intonasi frase berbeda dengan


intonasi pada kalimat 1b yang berpola S - P:

1b. Yang berbaju merah itu / Tuti


2 2 2 2 2 2 32 3 1
1.4 Kalimat yang Berverba Transitif
Kalimat yang berpola struktur S – P - O - (K)
dalam bahasa Indonesia ditandai oleh kehadiran objek
yang diisyaratkan oleh verba transitif pengisi predikat.
Contoh:
Tuti membawa payung
S P O
Kita akan menggunakan preposisi tertentu
Verba transitif
S P O
1.5 Preposisi dalam Bahasa Indonesia

43
Preposisi dalam bahasa Indonesia jumlahnya
cukup banyak dan frekuensi pemakaiannya pun cukup
tinggi. Kesalahan pemakaian preposisi tampaknya
cukup banyak. Ketidakpahaman tentang preposisi
merupakan faktor utama terjadinya kesalahan.
1.6 Preposisi sebagai Penanda Frase
Eksosentrik
Preposisi sebagai penanda frase eksosentrik
berarti kehadirannya selalu bervalensi dengan
unsurnya, dengan kata lain kehadirannya wajib, tidak
bersifat mana suka, dan letaknya selalu di awal frase.
Lihat contoh:

1a. Ia marah terhadap saya


2a. Melalui surat ini kami sampaikan salam
sejahtera…

terhadap pada kalimat 1a adalah preposisi yang tidak


bisa dihilangkan sehingga bisa dikatakan kehadirannya
wajib, demikian juga kata melalui. Lihat kalimat 1b di
bawah menjadi tidak berterima;

1b. Ia marah saya

bandingkan kalimat 1a dengan kalimat 3a berikut:

3a. Ia membicarakan tentang masalah ini

44
kata tentang pada kalimat 3a harus dihilangkan karena
kata membicarakan adalah verba transitif sehingga
bisa langsung diberi objek masalah.

1.7 Preposisi sebagai Penanda Hubungan


Makna Tertentu
Setiap preposisi selalu menyatakan makna
tertentu, sedangkan makna yang dimaksud di sini
adalah makna yang muncul dari hubungan antar
unsurnya. Lihat contoh:

1a. Kalender itu terletak di ruang tamu

kalimat 1a menggunakan kata depan di yang


menyatakan makna berada. Kata depan di tidak sama
maknanya dengan kata depan pada, sehingga kalimat
1a tidak bisa diubah menjadi kalimat 1b karena makna
pada menyatakan arah. Lihat di bawah:

1a. Kalender itu terletak pada ruang tamu

1.8 Preposisi Memiliki Valensi Tertentu


Pemakaian preposisi tidak hanya dilihat dari
aspek wajib dan tidaknya serta maknanya saja, tetapi
unsur yang mengikutinya juga harus diperhatikan.
Lihat contoh di bawah:

1a. Ia berbicara kepada saya

45
pemakaian kata kepada kalimat 1a bila dilihat unsur
yang mengikutinya berupa kategori “bernyawa /
manusia” bisa dikatakan benar. Akan tetapi kata
kepada tidak bisa diganti ke karena ke harus diikuti
oleh kategori yang menyatakan “tempat” walaupun ke
dan kepada sama-sama bermakna menyatakan arah
tetapi dilihat dari valensinya berbeda. Lihat kalimat 1b
berikut yang tidak berterima:

1b. Ia berbicara ke saya

1.9 Kehadiran Preposisi di awal Subyek dan


Obyek Selalu Bersifat Opsional
Pola struktur kalimat bahasa Indonesia tidak
selalu dimulai dengan subyek, namun terdapat juga
pola struktur yang diawali keterangan sehingga
dimungkinkan terjadi pola struktur ( K - S - P - O ), ( K
- S - P ). Preposisi biasanya selalu mengawali frase
yang mengisi fungsi keterangan, sehingga
dimungkinkan preposisi di awal kalimat. Lihat contoh
berikut:

1a. Sejak tahun 1994 Indonesia sudah mengalami


krisis ekonomi

1b. Mengenai hal itu saya tidak mengerti

sejak pada kalimat 1a dan mengenai pada kalimat 1b


adalah preposisi di awal kalimat.

46
1.10 Kata Penghubung atau Konjungsi dalam
Bahasa Indonesia
Konjungsi termasuk salah atu jenis kata yang
bersifat non referensial, maksudnya kata yang tidak
dapat dijalaskan maknanya tanpa kehadiran unsur lain.
Konjungsi meiliki fungsi gramatik menghubungkan dua
klausa / predikat atau lebih.

1.11 Fungsi Konjungsi


Kalimat yang memiliki dua klausa/predikat atau
lebih sering dikatakan kalimat luas. Adapun konjungsi
berfungsi untuk menghubungkannya. Lihat contoh
berikut:

Ia cantik Ia pelit
S P S P

Ia cantik tapi pelit


S Predikat Konjungsi Predikat

Peterpan naik panggung


S P

Penonton histeris
S P

Lampu menyala dari segala penjuru

47
Ketika Peterpan naik panggung penonton histeris
S P1 S P2
dan lampu pun menyala dari segala penjuru.
S P3 Ket

Ketika, adalah penghubung antara P1 dan P2, dan


sebagai penghubung P2 dan P3.

1.12 Makna yang Dinyatakan oleh Konjungsi


Kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih
memiliki hubungan makna antar kalusanya, adapun
makna yang dinyatakan olah hubungan antar kalusa
ditandai suatu konjungsi tertentu, lihat contoh berikut:

Ia mendendangkan lagu 1
S P O

Ia menghentak-hentakkan kakinya
S P O 2

Penonton histeris 3
S P 3

Ia mendendangkan lagu sambil menghentak-


hentakkan kaki, sehingga penonton menjadi histeris.

Pernyataan 1 dan 2 menyatakan hubungan makna


kebersamaan. Kata penghubung yang digunakan
yaitu sambil.

48
Pernyataan 1,2 dan 3 menyatakan hubungan makna
sebab akibat sehingga menggunakan kata sehingga.

DAFTAR PUSTAKA

Ramlan, M. 1985. Sintaksis Bahasa Indonesia.


Gadjah Mada Express.
Pusat Bahasa Indonesia. 1985. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia.
Kaswanti, Bambang. 1980. Untaian Sintaksis. Arcan.

Tugas dan Latihan

1. Perbaikilah kalimat-kalimat di bawah ini dengan


menghilangkan kata depan yang terletak di depan
objek!
a. Kami menyarankan untuk tindakan prophylaxis
pasca pada penderita-penderita.

Jawab:

b. Seminar ini akan membahas mengenai


masalah lingkungan hidup.

Jawab:

c. Akhiran –kan mempengaruhi terhadap makna


verba yang dilekatinya.

49
Jawab:

d. Tujuan penelitian ini semata-mata hanya akan


berusaha mendeskripsikan tentang afiks –kan
dalam pemakaian bahasa Indonesia dewasa
ini.

Jawab:

e. Sangatlah tepat apabila pemerintah


memperhatikan mengenai pariwisata.

Jawab:

f. Orang tua wajib mengawasi tentang perilaku


anaknya.

Jawab:

50
g. Orang tua wajib mengawasi langsung kepada
putra-putrinya.

Jawab:

2. Dalam kalimat-kalimat di bawah ini terdapat


kesalahan penggunaan penghubung. Betulkan atau
ganti dengan penghubung yang lebih tepat!

a. Sebuah benturan memang terjadi, tetapi


Glagat Putih harus terdorong dua langkah.

Jawab:

b. Pemimpin kelompok Sidat Macan itu melihat


serangan Glagat putih. Namun ia sama sekali
tidak menghindar.

Jawab:

c. “Sugih tanpa bandha” diberi arti kaya tanpa


harta. Dan “Sekti tanpa pusaka” diungkapkan
dalam bahasa Indonesia sebagai sakti tanpa
pusaka.
Jawab:

51
d. Di negeri saya ajaran itu sulit diterima. Dan
sukar untuk dilaksanakan. Sebab menurut
logika orang Jepang ajaran itu tidak logis.

Jawab:

e. Menurut pendapat saya, ajaran itu merupakan


penegasan, sesungguhnya kekayaan itu tidak
didukung oleh harta. Karena harta itu bersifat
tidak abadi.
Jawab:

f. Lelaki itu menatapku aneh. Serta sulit


dimengerti.

Jawab:

52
g. Bila Max Braddy tidak datang. Lalu saya
mencarinya.

Jawab:

h. Dia seorang pelukis, pula seorang penari.


Jawab:

53
BAB IV.
WACANA DAN PENGGOLONGANNYA

Kompetensi Dasar
(1) Mahasiswa dapat menulis bermacam-macam
wacana, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi,
narasi dan deskripsi.
(2) Mahasiswa dapat membedakan berbagai
wacana itu berdasarkan ciri khas tiap-tiap
wacana.

Indikator
(1) Mahasiswa dapat menulis/membuat 5 macam
jenis wacana/karangan, yaitu eksposisi,
argumentasi, persuasi, narasi dan deskripsi.
(2) Mahasiswa dapat membedakan kelima macam
wacana itu berdasarkan ciri khas tiap-tiap
wacana.

Materi
Secara garis besar Keraf (1995) membagi
wacana dalam 2 bagian, yakni wacana ilmiah dan
wacana nonilmiah. Pengertian tulisan/wacana ilmiah
dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut bahasa dan
sudut analisisnya. Dari sudut bahasa, tulisan ilmiah
menggunakan bahasa teknis yang diwarnai dengan
istilah-istilah sesuai dengan bidang garapan/topik yang
dibicarakan. Pilihan kata (diksi) pada wacana ini tidak
mengandung ambiguitas. Dengan demikian, bahasa
yang digunakan pun adalah bahasa yang objektif dan
rasional. Bahasa yang demikian ini, cenderung
memungkinkan dibaca oleh pembaca dengan
pendidikan dan pengetahuan yang tinggi.

54
Dari sudut analisis, tulisan ilmiah harus
menggunakan metode dan teknik analisis berdasarkan
kerangka teori atau acuan tertentu. Penyajiannya pun
harus didukung oleh data yang akurat dan disajikan
secara logis dan sistematis.
Setiap karya ilmiah menuntut penulisnya menguasai
sejumlah syarat, antara lain sebagai berikut.
(1) Menguasai aspek kebahasaan : kosa kata,
tata bahasa, sintaksis, dan gaya bahasa yang
lugas.
(2) Menguasai topik bahasan dengan baik serta
menguasai kerangka acuan atau prinsip ilmiah
sesuai dengan topik dan bidang yang
ditulisnya.
(3) Memiliki kemampuan penalaran yang baik untuk
menganalisis dan memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapi serta mampu
menyusun semua hasil analisis dan pemecahan
masalahnya secara sistematik.
(4) Menguasai kemampuan analisis bidang ilmunya
untuk memecahkan objek garapan secara kritis.
(5) Menguasai dan menerapkan metode-metode
dan teknik pengumpulan dan pengolahan data
secara tepat.
(6) Mengetahui, menguasai, dan menggunakan
konvensi-konvensi pernaskahan yang berlaku,
sehingga dapat menyajikan tulisannya dalam
bentuk dan perwajahan yang menarik.

1.1. Wacana sebagai Bentuk Bahasa


Pengertian wacana dapat dibatasi dari dua
sudut yang berlainan. Pertama dari sudut bentuk
bahasa dan kedua dari sudut tujuan umum sebuah
karangan yang utuh atau sebagai bentuk sebuah
komposisi.

55
Dari sudut bentuk bahasa atau yang bertalian
dengan hierarki bahasa, yang dimaksud wacana
adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang
mengandung sebuah tema. Satuan bentuk yang
mengandung tema ini biasanya terdiri atas paragraf-
paragraf, bab-bab, atau karangan-karangan utuh, baik
yang terdiri atas bab-bab maupun tidak. Jadi, tema
merupakan ciri sebuah wacana. Tanpa tema tidak akan
ada wacana.
Berdasarkan tujuannya, karangan yang utuh dapat
dibedakan menjadi 5 macam, yakni sebagai berikut.

(1) Eksposisi :
Ditinjau dari sudut penulis wacana ini bertujuan
memenuhi keinginan manusia untuk memberi
informasi kepada orang lain, sedangkan dari sudut
pembaca wacana ini berkeinginan untuk memperoleh
informasi dari orang lain mengenai suatu hal.

(2) Argumentasi
Wacana ini jika ditinjau dari sudut penulis
memiliki tujuan meyakinkan pendengar atau pembaca
mengenai suatu kebenaran dan lebih jauh
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
Sebaliknya, jika dilihat dari pihak pembaca atau
pendengar, mereka ingin mendapatkan kepastian
tentang kebenaran itu.

(3) Persuasi
Wacana persuasif sebenarnya merupakan
sebuah varian dari argumentasi. Wacana ini lebih
cenderung mempengaruhi manusia (sasaran) daripada
mempertahankan kebenaran mengenai suatu objek
tertentu. Walaupun tidak seratus persen
mempertahankan kebenaran, bentuk wacana ini masih
termasuk dalam wacana ilmiah, bukan wacana fiksi.
56
(4) Deskripsi
Penulis atau pembicara dalam wacana ini
berkeinginan untuk menggambarkan atau
menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu
barang atau objek. Selain itu, wacana ini juga
dipergunakan untuk mendeskripsikan cita rasa
sesuatu, menggambarkan peristiwa, atau
mencandrakan suatu bunyi.

(5) Narasi
Dalam wacana ini penulis atau pembicara ingin
menceritakan pada orang lain kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yang dialami
sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain.
Dengan cara ini, penulis/pembicara memenuhi pula
kebutuhan para pendengar atau pembacanya untuk
memperoleh cerita tentang kejadian itu. Perlu dicatat
bahwa ciri khas wacana ini adalah kronologisnya.
Artinya, sebuah cerita dari awal hingga akhir atau
sebaliknya diceritakan secara runut atau dengan
urutan waktu tertentu.

1.2. Jenis Wacana dan Penjelasannya


1.2.1. Eksposisi
1.2.1.1. Pengertian Eksposisi
Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menguraikan suatu obyek sehingga
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
Bentuk wacana ini menyajikan penjelasan yang akurat
dan padu mengenai topik-topik yang mungkin rumit,
menyampaikan pernyataan yang lengkap dan dapat
dipercaya, serta dilengkapi dengan penjelasan tentang
suatu objek.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa
eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan
utamanya memberitahukan atau memberi informasi
57
mengenai objek tertentu. Melalui informasi itu,
pengetahuan para pembaca diharapkan menjadi
bertambah luas. Apakah pembaca menerima semua
informasi yang disampaikan penulisnya atau tidak,
tidak menjadi masalah. Karena itu, jenis wacana ini
sama sekali tidak bermaksud mempengaruhi atau
mengubah sikap dan pendapat orang
lain/pembacanya.
Wacana eksposisi mengandung tiga bagian
utama, yaitu sebuah pendahuluan, tubuh/isi eksposisi,
dan simpulan.

1.2.1.2. Teknik Penulisan Eksposisi


Pada bagian pendahuluan dikemukakan latar
belakang, alasan memilih topik/pentingnya topik itu,
permasalahan, tujuan, dan kerangka acuan yang
digunakan. Selanjutnya, untuk menulis bagian isi/tubuh
eksposisi terlebih dahulu dibuat kerangka karangan
yang berupa pengembangan topik yang dipilih itu.
Setelah itu, penulis menyajikan secara rinci tiap-tiap
bagian dari kerangka karangan. Bagian-bagian ini
ditulis secara sistematis, sehingga informasi yang
diberikan dapat dipahami oleh pembaca.
Penulisan eksposisi dapat menggunakan salah
satu atau perpaduan dari beberapa metode yang
ditawarkan. Beberapa metode itu adalah (1)
identifikasi, (2) analisis (analisis umum, analisis
bagian, analisis kausal, analisis fungsi, dan analisis
proses), (3) klasifikasi, dan (4) definisi
Pada bagian akhir atau simpulan dikemukakan
mengenai hal-hal yang telah disajikan, tidak berisi
saran untuk mempengaruhi pembaca.

1.2.1.3. Contoh Eksposisi


Variabel merupakan karakteristik atau ciri-ciri
dari orang, benda-benda atau keadaan yang
58
mempunyai nilai-nilai yang berbeda, seperti usia,
pendidikan, kedudukan sosial, kedudukan ekonomi,
jenis kelamin.
Ada dua bentuk variabel:
1) Variabel Kategorikal ( Categorical Variable ) yaitu:
Variabel yang membagi responden menjadi dua kategori atau
beberapa kategori. Variabel yang terdiri dari dua kategori
disebut variabel dikotomi sedangkan variabel yang terdiri
dari banyak kategori disebut politomi.
2) Variabel Bersambungan
Variabel yang nilai-nilainya merupakan suatu skala,
baik bersifat ordinal maupun rasio.
Contoh: umur, jumlah pendapatan, jumlah
pengeluaran rumah tangga, tingkata efektifitas,
tingkat prevalensi, kontrasepsi modern, tingkat
sentuhan media masa, tingkat kriminalitas
(Djojosuroto dan M.L.A. Sumaryati:2004).

1.2.2. Argumentasi
1.2.2.1. Pengertian Argumentasi
Argumentasi adalah bentuk wacana yang
berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh
dapat dikatakan bahwa sebuah argumentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat
orang lain untuk menerima suatu kebenaran yang
didukung bukti-bukti mengenai objek yang
diargumentasikan itu. Argumentasi dilihat dari sudut
proses berpikir adalah suatu tindakan untuk
membentuk penalaran dan menurunkan simpulan
serta menerapkannya pada suatu kasus, misalnya
perdebatan.
Argumentasi dibedakan dari bentuk wacana
yang lain karena fungsi utamanya adalah
membuktikan. Pertama, metode pembuktian dalam
argumentasi direduksi atau disusutkan hingga menjadi

59
atau berdasarkan suatu ilmu, yang dikenal sebagai
logika.
Kedua, argumentasi sering bertalian dengan
masalah-masalah kebijaksanaan. Masalah
kebijaksanaan dibedakan dari masalah fakta. Artinya,
kebijaksanaan bertalian dengan apa yang seharusnya
dilakukan berdasarkan standar tertentu, bukan pada
apa yang dianggap benar.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
argumentasi adalah bentuk wacana yang bertujuan
mengubah pikiran, sikap, dan pandangan, seseorang
dengan menyodorkan sejumlah data dan bukti .

1.2.2.2. Teknik Penulisan Argumentasi


Seperti jenis tulisan lainnya, argumentasi selalu
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi
argumentasi, dan simpulan.

(1) Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi menarik perhatian
pembaca dengan menyajikan fakta-fakta pendahuluan
untuk memusatkan perhatian untuk memahami
argumentasi yang akan disampaikan nanti dalam isi
karangan.

(2) Isi Argumentasi


Seluruh isi argumentasi diarahkan kepada
usaha penulis untuk meyakinkan pembaca mengenai
kebenaran dari masalah yang dikemukakan, sehingga
kesimpulannya juga benar.

(3) Simpulan
Penulis harus memperhatikan bahwa
kesimpulan yang diturunkan tetap menjaga
pencapaian tujuan, yaitu membuktikan kebenaran
untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca.
60
1.2.2.3. Contoh Argumentasi
Di pihak lain, kualitas hasil pendidikan kita
mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, dirasakan
sangat rendah. Hal ini, bukan dikarenakan guru dan
dosen kita tidak berkualitas, tetapi intensitas
pengajaran dan perkualiahan kita kurang. Kekurangan
Intensitas ini tidak lain Karena guru dan dosen itu tidak
memberikan waktu cukup didalam pemberian
pengajaran dan perkuliahan, karena mereka terpaksa
mengajar atau bekerja lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Bukan rahasia lagi jika ada guru
yang mengojek, untuk menambah kebutuhannya,
karena dari gaji sebagai guru atau dosen, sulit untuk
hidup mereka bersama keluarganya (Mimbar
Masyarakat, No. 9, Juli 2006).

1.2.3. Persuasi
1.2.3.1. Pengertian dan Dasar Persuasi
Persuasi adalah suatu bentuk wacana yang
merupakan penyimpangan dari argumentasi , dan
khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para
pembaca, agar para pendengar atau pembaca
melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan
persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak
terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Karena
itu, persuasi lebih condong menggunakan atau
memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk
mempengaruhi orang lain.
Argumentasi bertujuan membuktikan suatu
kebenaran, dank arena itu akan berusaha sekuat
tenaga dengan teknik-teknik yang rasional untuk
mempertahankan kebenaran itu. Karena itu sasaran
selanjutnya adalah mencapai persesuaian rasional
mengenai kebenaran itu dengan orang lain.
Sebaliknya, persuasi bertujuan mencapai kesepakatan

61
dengan orang yang dipersuasi dengan menggunakan
pendekatan psikologis.

1.2.3.2. Teknik Penyajian


Yang membedakan persuasi dari argumentasi
adalah teknik penyajiannya. Beberapa teknik penyajian
yang biasa digunakan dalam persuasi adalah
rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas,
kompensasi, penggantian, dan proyeksi. Teknik yang
dipilih tentu harus disesuaikan dengan masalah yang
dihadapi.
Beberapa teknik penyajian persuasi dapat
dibaca pada uraian di bawah ini.
(1) Rasionalisasi
(2) Identifikasi
(3) Sugesti
(4) Konformitas
(5) Kompensasi
(6) Penggantian
Ciri khas persuasi dimulai dari judul yang dibuat
secara provokatif, yang membuat pembaca "tergiur"
untuk melihat, bahkan memiliki dan menggunakan
produk/iklan/promosi tertentu. Selain itu, gaya
penulisan juga mengandung data dan fakta yang
bertujuan supaya pembaca tertarik dan mengikuti apa
yang ditulis. Gaya bahasa ini didukung dengan diksi
yang "menggoda" pembaca. Di samping itu, penulis
juga menampilkan bukti-bukti secara konkret, detil, dan
masuk akal.
1.2.3.3. Contoh Persuasi:

Pesona Pulau Paling Eksotis

Chrismas Island tampak mungil di peta, namun


kenyataannya adalah pulau karang yang kokoh di

62
Samudera India. Alam tropis di Chrismas Island
menghadirkan pesona eksotis yang menakjubkan
dan tak dimiliki oleh pulau lainnya. Chrismas Island
Resort, sebuah resort berbintang 5 dengan
kemewahan eksklusifnya, menambah suasana liburan
Anda di Chrismas Island lebih menyenangkan dan
bergairah.
Hanya 45 menit dari Jakarta, berarti kurang
dari satu jam Anda sudah berada di Chrismas
Island melalui jadwal penerbangan 5 kali seminggu
bersama Sempati Air.
Aneka petualangan rekreatif dapat Anda
lakukan sendiri seperti, melakukan kegiatan yang
menantang keberanian Anda: memancing di laut lepas
(game fishing), berolah raga bukit karang sekaligus
menikmati keindahan pemandangan di laut, menyelam
di dasar Samudera India untuk mengagumi pesona
karang dan kekayaan lain miliknya (scuba diving), atau
bersantai dalam kemewahan resort eksklusif bertaraf
internasional (dalam Suparno dan Mohammad Yunus,
2002).

Melalui contoh di atas, jelas terlihat bahwa


wacana ini tergolong persuasi. Judulnya benar-benar
diplih, sehingga membuat pembaca :tergiur”. Demikian
pula pilihan katanya. Penulis sengaja memilih diksi,
seperti menghadirkan pesona eksotis yang
menakjubkan dan tak dimiliki oleh pulau lainnya,
dengan harapan supaya pembaca makin tergiur
berkunjung ke pulau itu.
Selain itu, pada paragraph kedua sengaja ditulis
Hanya 45 menit dari Jakarta, berarti kurang dari
satu jam Anda sudah berada di Chrismas Island
melalui jadwal penerbangan 5 kali seminggu
bersama Sempati Air. Yang demikian ini, benar-benar
menggiring pembaca untuk sampai ke pulau itu.
63
Contoh lain dalam bentuk iklan berbahasa Palembang
berikut ini.

FIF
Motornyo wonk qito

Lah…keren, Hargo Enteng pulok

DP. 1,5 Juta,


hanya….

( Lah pacak bawa balek motor HONDA )


HADIAH LANGSUNG : Jaket Vinyl Semi Kulit & Potongan Angsuran
s.d. Rp.30.000,-/Bln Via FIF
Hubungi :
,
Tempatnyo….wonk qito

Jl. A. Yani 200-201, 8 Ulu Jl. Lintas Sumatera KM. 32


Palembang Indralaya
Telp. 512551, 511078 Telp. 7084278,
7082702

Di dalam iklan di atas dipromosikan hal-hal


seperti keren, hargo enteng ‘harga enteng’, dengan
membayar hanya Rp700.000,00 motor tersebut dapat
dibawa pulang. Hal-hal yang ditulis ini adalah diksi
yang sengaja dipilih untuk “menjerat” pembaca supaya
membeli produk yang dimaksudkan itu.

64
1.2.4. Deskripsi
1.2.4.1. Pengertian Deskripsi
Deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian
rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan
mata pembaca, seakan-akan para pembaca melihat
sendiri objek itu. Deskripsi memberi suatu citra
mental mengenai suatu hal yang dialami, misalnya
pemandangan, orang, ruang, atau sensasi.
Deskripsi dibedakan dari eksposisi dalam hal
bahwa fungsi utamanya adalah membuat para
pembacanya seolah-olah melihat, menyaksikan, atau
merasakan suatu benda, orang, keadaan, atau
barang-barang yang digambarkan dalam suatu
wacana.

1.2.4.2. Cara Menulis Wacana Deskripsi


Yang paling utama harus dilakukan penulis
untuk menulis wacana deskripsi adalah
mengidentifikasi dan menyusun detil-detil objek atau
sesuatu yang akan dideskripsikan itu. Ada beberapa
macam yang dapat dideskripsikan, yaitu (1) deskripsi
orang yang meliputi fisiknya, keadaan sekitar orang itu,
watak atau tingkah lakunya, dan gagasan-gagasan
orang/tokoh yang dideskripsikan itu. (2) Deskripsi
tempat, yaitu gambaran tentang lingkungan atau ruang
tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-
langkah yang perlu dilakukan dalam penulisan
deskripsi adalah sebagai berikut:
1) Menentukan apa yang akan dideskripsikan
2) Merumuskan tujuan deskripsi (sebagai alat
Bantu karangan eksposisi, argumentasi, narasi,
atau persuasi).
3) Menetapkan bagian apa saja yang akan
dideskripsikan (fisik, watak, dll.)
65
4) Merinci hal-hal apa saja yang harus
dideskripsikan sehingga membuat pembaca
tergambar mengenai apa yang diceritakan
penulis.

1.2.4.3. Contoh Wacana Deskripsi:


Laki-laki itu diam. Dan manakala aku
mengerling baru aku ingat bahwa dia tadinya duduk
di bangku paling belakang, dekat seorang laki-laki
sebayanya yang memakai jaket biru, yang kini sudah
di seberang. Kukira dia sedang mengenangkan
sesuatu, jelas tampak pada air mukanya yang
tenang, bersih, tak berkumis ataupun jenggot., tapi
dikotori debu.
Kata-kataku seperti tak didengarnya. Hanya
kepalanya digerakkannya, meletakkan dagunya
pada belakang tangannya atas besi-besi terali,
sedangkan matanya mamandang lebih tenang ke
bawah (B. Yass dalam Sastrawan Bertanya Siswa
Menjawab, 2006).

1.2.5. Narasi
1.2.5.1. Pengertian Narasi
Narasi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga
peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh
pembaca. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
narasi bertujuan menyajikan suatu peristiwa kepada
pembaca, mengisahkan apa yang terjadi, dan
bagaimana kejadian itu berlangsung. Yang perlu
digarisbawahi bahwa untuk membedakan narasi dari
jenis wacana lainnya adalah bahwa narasi ditulis
secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu
tertentu.

66
1.2.5.2. Cara Penulisan Narasi
Cara menulis narasi adalah sebagai berikut.
(1) Menentukan tema dan amanat
(2) Menetapkan sasaran pembaca: dewasa, anak-
anak, atau secara umum
(3) Merancang peristiwa secara kronologis
(4) Membagi peristiwa ke dalam 3 tahap: awal,
perkembangan, dan akhir cerita
(5) Merinci detil-detil peristiwa/kejadian sebagai
pendukung cerita
(6) Menuliskan tokoh, watak, latar, dan sudut pandang
penulisan

1.2.5.3. Contoh Narasi


Ada dua tengkorak kepala yang sampai saat ini
masih membuat aku harus menghela napas dalam-
dalam. Dua tengkorak kepala manusia yang paling
memberikan arti bagi hidupku.
Aku harus berurusan dengan dua tengkorak
kepala itu. Ini bermula dari telepon interlokal Umi,
ibuku: aku harus segera berangkat ke Lhok Seumawe,
Aceh.
Umi telah dua kali menginterlokalku. Kata
beliau, aku telah diangkat menjadi Ketua Panitia
pemindahan kuburan kakekku. Aku sudah paham
benar, umi jangan sampai menginterlokal yang ketiga
kali. Aku tentu tak mau menjadi anak durhaka.
Kali ini aku memilih pulang kampong lewat jalan
darat. Dalam perjalanan dari Lampung hingga ke Aceh
Selatan, banyak sekali jalan raya yang buruk. Lagi
pula, kota-kota yang kulewati tak memberikan suasana
batin bagiku (Busye dalam Dua Tengkorak Kepala,
2000).

67
DAFTAR PUSTAKA

Djojosuroto, K. dan M. L. A. Sumaryati. 2004. Prinsip-


Prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan
SastraBandung: Nuansa.

Suparno dan Mohammad Yunus. 2002. Keterampilan


Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Keraf, G. 1995. Eksposisi: Komposisi Lanjutan II.


Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Sastrawan


Bicara Siswa Bertanya. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Majalah Mimbar Masyarakat No. 9, Juli 2006. "Dunia


Pendidikan Kita Sekarang".

Busye, M. 2000. "Dua Tengkorak Kepala" dalam


Kumpulan Cerpen Dua Tengkorak Kepala.
Kenedi Nurhan (ed.). Jakarta: Harian Kompas.

68
Latihan dan Tugas
Latihan
(1) Buatlah sebuah karangan eksposisi dengan
memilih salah satu kata kunci berikut ini:
a) berkebun cabe

rRRR

69
b) memasak nasi goreng

70
c) membuat karangan

71
(2) Secara sepintas tampaknya argumentasi dan
persuasi itu sama. Apakah yang membedakan kedua
wacana itu?

(3) Deskripsikanlah salah satu ruang di rumah


Saudara, sehingga pembaca seolah-olah melihat
secara langsung ruang yang digambarkan itu!

72
(4) Dari kelima wacana itu, manakah wacana yang
cenderung ilmiah dan mana pula yang sebaliknya.
Jelaskan dengan bukti-bukti.

73
Tugas dan Bahan Diskusi

(1) Carilah cuplikan atau karangan utuh yang


berbentuk wacana eksposisi, argumentasi, persuasi,
deskripsi, dan narasi.

74
75
76
77
78
(2) Amatilah kelima macam contoh wacana yang Anda
temukan itu, lalu carilah perbedaan satu sama lain.

79
BAB V.
TOPIK DAN PEMBATASANNYA

Modul ini akan berbicara tentang topik yang


dirinci menjadi (1) pengertian topik, (2) hal yang harus
diperhatikan ketika menentukan topik, (3) dan cara
membatasi topik. Setelah Anda mempelajari modul ini
diharapkan Anda dapat:
1. Mengemukakan pengertian topik karangan.
2. Mengemukakan hal yang harus diperhatikan
ketika Anda akan menentukan topik tulisan.
3. Membatasi topik tulisan yang telah Anda
tentukan dengan menggunakan salah satu cara
yang biasa digunakan.

KEGIATAN BELAJAR
Sebelum Anda menuangkan ide atau gagasan
Anda dalam bentuk tulisan, Anda harus melakukan
langkah persiapan atau yang biasa disebut tahap
prapenulisan. Satu di antara tahap prapenulisan itu
adalah menentukan topik tulisan.
Apakah topik tulisan itu? Secara sempit topik
dapat disebut sebagai hal pokok yang dibicarakan.
Secara luas topik dapat dikatakan sebagai hal pokok
yang dituliskan atau diungkapkan dalam karangan.
Oleh sebab itu, topik karangan harus ditentukan
sebelum seorang penulis memulai tulisannya.
Untuk mencari topik tulisan bukan hal yang
mudah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
ketika kita akan menentukan topik tulisan/karangan
kita. Topik karangan harus ditentukan dengan sejumlah
pertimbangan. Apa sajakah yang perlu
dipertimbangkan penulis ketika ia akan menentukan
topik karangan/tulisannya? Setidaknya ada lima hal

80
yang harus kita perhatikan. Kelima hal itu adalah
sebagai berikut.

a. Kemanfaatan dan Kelayakan Dibahas


Ketika Anda akan menentukan topik karangan,
Anda harus memperhatikan pembaca yang akan
membaca tulisannya. Oleh sebab itu, penulis harus
mempertimbangkan manfaat apakah yang dapat
diterima pembaca tulisannya. Dalam hal ini, penulis
tentu saja harus melakukan analisis kebutuhan
pembaca. Sebuah topik akan bermanfaat bagi
pembaca apabila topik itu berkaitan dengan kebutuhan
pembacanya. Sebagai contohnya, jika pembaca tulisan
Anda adalah para remaja, tentu saja topik yang
menarik bagi mereka adalah masalah seputar remaja.
Selain itu, topik yang dipilih harus layak dibahas.
Kelayakan ini baik dipandang dari sudut penulis dan
sudut pembacanya.

b. Kemenarikan
Selain bermanfaat, topik yang dipilih juga harus
menarik. Diharapkan topik yang dipilih tidak saja
menarik bagi penulis, tetapi yang lebih penting lagi
adalah bahwa topik itu menarik bagi pembaca.
Kemenarikan ini berkaitan erat dengan kemanfaatan.
Pembaca akan tertarik pada sebuah tulisan jika tulisan
itu dirasakan pembaca bermanfaat bagi dirinya.
Sebagai contohnya, hal yang bermanfaat bagi para
petani di pedesaan adalah cara meningkatkan
produksi pertanian. Dengan adanya manfaat yang
akan diperoleh pembaca, mereka akan tertarik kepada
bacaan/tulisan itu.

c. Keaktualan
Selain bermanfaat dan menarik, topik yang
dipilih juga harus bersifat aktual. Artinya, topik itu
81
merupakan hal yang hangat dibicarakan. Oleh sebab
itu, topik terkini merupkan topik yang harus
dipertimbangkan untuk dipilih.

d. Dikenal dengan Baik


Topik yang dipilih hendaklah merupakan topik
yang tidak asing bagi penulis. Hal ini menyangkut
penguasaan terhadap topik yang akan ditulisnya.
Dengan dikenalnya topik itu oleh penulis, diharapkan
penulis mengetahui segala sesuatu tentang topik itu.

e. Ketersediaan Bahan
Ketersediaan bahan ini harus diperhatikan
mengingat bahan merupakan hal yang penting dalam
menulis. Ketersediaan bahan memungkinkan penulis
mengembangkan topik itu ke dalam tulisan secara luas
dan dalam. Sebaliknya, jika topik itu tidak didukung
oleh ketersediaan bahan, penulis akan mengalami
kesulitan ketika ia harus mengembangkan topik itu ke
dalam tulisannya.

f. Tidak terlalu luas dan atau terlalu sempit


Topik yang terlalu luas akan menyulitkan
penulis. Konsekwensinya penulis harus memiliki
pengetahuan yang sebanyak-banyaknya tentang topik
itu. Jika tidak, tulisannya menjadi tidak dalam dan
luas.Hal ini akan menyebabkan pembaca menjadi
bosan. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit juga harus
dihindari. Topik yang terlalu sempit akan berakibat
penulis akan membahas topik itu secara berulang-
ulang. Jika hal ini terjadi, pembaca juga akan
mengalami kebosanan.

3. Cara Membatasi Topik


Mengingat topik perlu dibatasi, berikut ini
disajikan beberapa cara yang biasa digunakan untuk
82
membatasi topik karangan. Cara itu adalah sebagai
berikut.

a. Menggunakan Diagram Jarum Jam


Diagram ini disebut diagram jarum jam karena
bentuk pembatasannya menyerupai jarum jam. Cara
ini dilakukan dengan menempatkan topik yang masih
luas sebagai pusatnya. Di sekelilingnya ditempatkan
topik-topik yang merupakan pembatasan topik itu
ditinjau dari berbagai sudut. Penggunaan pembatasan
topik berdasarkan diagram jarum jam ini dapat dilihat
dari contoh berikut.

Diagram Jarum Jam

Ilmu kelautan

Kekayaan di Laut sebagai


lautan sumber energi
masa depan

Laut sebagai
lapangan kerja LAUT Laut Atlantik

Kehidupan Kandungan
dalam laut kimia air laut

Peranan laut
dalam
hubungan
antarbangsa
Diagram Pohon
83
Lautan

Lautan sebagai
Laut sebagai Kekayaan di
lapangan kerja
sumber energi lautan
yang potensial

fauna
flora mineral
ikan mineral
udang
Kerang mutiara

Pembudiyaannya

Pemasarannya

Piramida
Terbalik
84
laut

Lautan Indonesia

Kekayaan laut
Indonesia

fauna

kerang

Pembudidayaan
kerang mutiara di
Maluku Selatan

85
BAB VI.
PARAGRAF DAN PENGEMBANGANNYA

KOMPETENSI DASAR:
Mahasiswa dapat membuat karangan ilmiah
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Mahasiswa dapat membuat paragraf yang baik
yang memiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.

INDIKATOR:
Mahasiswa dapat membuat paragraf yang baik
yang memiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
Mahasiswa dapat menentukan topik suatu
paragraf;
1) mahasiswa dapat menunjukkan letak kalimat
topik suatu paragraf;
2) mahasiswa dapat membedakan paragraf yang
baik dan yang tidak/kurang baik;
3) mahasiswa dapat membuat contoh paragraf
yang baik.

MATERI

PARAGRAF
Istilah ‘paragraf’ sering disejajakan dengan
istilah ‘alenia’. Kedua istilah itu sebenarnya dapat
dibedakan. Paragraf dapat diartikan sebagai sautu
karangan mini, berisi satu kesatuan ide yang
‘dibangun’ dari kalimat atau beberapa kalimat yang
saling berhubungan. Sedangkan alenia adalah
penanda suatu paragraf ada alenia menjorok ke
dalam, alenia menggantung, alenia penuh. Tulisan ini
menggunakan alenia menjorok ke dalam.

86
Berapa panjang paragraf yang baik itu?
Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan mutlak
karena panjang atau pendek paragraf tidak mencirikan
bahwa paragraf itu baik atau tidak. Ada paragraf yang
panjang, baik; dan ada pula paragraf yang panjang tapi
tidak baik. Baik atau tidaknya suatu paragraf
ditentukan oleh syarat-syarat yang harus dipenuhinya.

SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF


Suatu paragraf yang baik yang disebut juga
paragraf efektif harus memenuhi 3 syarat berikut.
1) Kesatuan (unity)
Satu paragraf hanya mengandung satu pokok
pikiran. Paragraf dikatakan memiliki kesatuan bila
seluruh kalimat yang ‘membangun’ paragraf itu
membicarakan hal yang sama, satu pokok pikiran.
Bila dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih ide
pokok, maka paragraf tersebut harus dijabarkan
menjadi dua atau lebih paragraf. Jadi, paragraf
memiliki kesatuan bila paragraf itu memiliki satu
pokok pikiran.

2) Kepaduan (kohesi)
Kalimat-kalimat yang membangun suatu
paragraf harus padu, adanya kekompakan
hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat
yang lain. Kekompakan hubungan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan penanda kohesi
atau dengan menggunakan keruntutan hubungan
semantis. Beberapa penanda kebahasaan yang
dapat digunakan untuk membangun paragraf
adalah:
(1) Penunjukan, yaitu penggunaan kata
untuk menunjukkan/mengacu atau suatu
acuan yang sudah disebutkan. Misalnya:
kata itu, tersebut, demikian, ini.
87
(2) Penggantian, yaitu penanda hubungan
kalimat yang menggunakan kata yang
lain yang sudah disebutkan sebelumnya.
Misalnya: menggunakan kata ganti orang
(dia, mereka), hal itu, begitu, begini,
sana, sini, itulah.
(3) Pelesapan, yaitu melesapkan/
menghilangkan unsur suatu kalimat pada
kalimat berikutnya karena kehadiran
unsur itu dapat diperkirakan dan untuk
penghematan/ efektifitas.
(4) Perangkaian, yaitu penggunaan kata-
kata perangkai/transisi untuk
menghubungan antarkalimat dalam
paragraf. Misalnya: seperti, sebaliknya,
walaupun demikian, oleh karena itu.
(5) Pengulangan, yaitu mengulangi suatu
kata/bentukan yang terdapat dalam suatu
kalimat pada kalimat selanjutnya.
Tujuannya adalah untuk penekanan atau
pementingan.

3) Kelengkapan
Suatu paragraf yang memiliki satu pokok pikiran
yang dikembangkan harus memiliki kelengkapan,
ada ketuntasan pembicaraan pada paragraf itu.
Suatu paragraf tidak memiliki kelengkapan bila
pada pokok pikiran dinyatakan ada dua masalah
utama pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi
dalam paragraf itu hanya dijelaskan satu masalah.

Contoh paragraf yang baik:

88
Dunia tumbuhan terbagi atas empat divisi yang
besar, yaitu tumbuhan daun (talofita), lumut (briofita),
paku-pakuan (pteridofita), dan tumbuhan bunga
(spermatofita). Setiap divisi itu terbagi lagi atas kelas,
kelas atas bangsa, bangsa atas marga, dan marga
atas jenis. Setiap jenis mempunyai satu varietas atau
lebih.
(paragraf di atas memiliki kesatuan, kepaduan, dan
kelengkapan)

Contoh paragraf yang tidak baik:

Hukum memegang peranan sentral dalam


menciptakan dan mempertahankan persaingan yang
sehat dalam berusaha. Peran itu dapat ditentukan
dalam tiga fungsi hukum, yaitu sebagai alat untuk
menciptakan tumbuhnya persaingan yang sehat, dan
alat kontrol terhadap perilaku-perilaku yang
menyimpang. Oleh karena itu, kehadiran peraturan
persaingan yang sehat patut disambut dalam rangka
pembangunan ekonomi nasional, tanpa mengabaikan
kepentingan penegakan hukum. Adapun kredibilitas
suatu peraturan dapat diuji di dalam praktik atau
penegakannya di tengah masyarakat oleh anggota
masyarakat, khususnya para pelaku ekonomi, aparatur
pemerintah, dan penegak hukum. Di sini hukum harus
benar-benar ditegakkan untuk mencapai tujuan hukum.
Demikian peranan hukum sebagai alat pengendali
perilaku-perilaku curang dalam persaingan.
(paragraf di atas kurang padu dan tidak lengkap)

LETAK KALIMAT TOPIK DALAM SUATU


PARAGRAF
89
Suatu paragraf memiliki topik, penjelas, kalimat
topik, dan kalimat penjelas. Topik suatu paragraf
diletakkan dalam suatu kalimat topik. Letak kalimat
topik dalam suatu paragraf dapat di awal, di akhir, di
awal dan di akhir, di tengah, atau di seluruh paragraf.
1) Contoh letak kalimat topik di awal paragraf
(paragraf deduktif):
Saat ini banyak sekali hewan yang
mendiami bumi dan banyak pula yang hidup
pada zaman yang telah silam. Kekaburan orang
tentang hewan yang hidup di darat dan di laut kini
dapat dihindarkan. Jenis-jenis hewan itu saat ini
sudah dapat ditentukan. Angka yang menyatakan
beberapa jumlah hewan di muka bumi ini peratama
kali dikemukakan oleh Linaeus tahun 1758, yaitu
4.236 jenis. Pada tahun 1859 Agassiz dan Brown
menghitung ada 129.370 jenis dan masih banyak
yang belum diberi nama.

2) Contoh letak kalimat topik di akhir paragraf


(paragraf induktif)
Bulu domba dapat dipakai sebagai sumber
bahan pakaian, benang sutera dari ulat sutera juga
sebagai bahan pakaian. Kelenjar-kelenjar dari alat-
alat hewan merupakan bahan pembuatan hormon
atau obat-obatan lain. Madu tawon, kulit penyu,
spons alam merupakan hasil hewan yang
digunakan manusia. Penyediaan daging,
pengawetan ikan dan daging, pengalengan daging
dan ikan merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan hasil hewan. Memang hewan tidak saja
merupakan sumber protein, tetapi juga sebagai
sumber bahan pakaian atau sumber bahan
keperluan lain.

90
3) Contoh letak kalimat topik di awal dan di akhir
paragraf (paragraf campuran)
Dalam kehidupan tiada satu hewan pun yang
hidup sendiri, mereka selalu bergantung pada
faktor-faktor lingkungan, baik yang biotik
maupun yang abiotik. Sebagian hewan
mempunyai hubungan yang erat dengan musuh-
musuhnya, penyakit, dan saingannya. Seluruh
interaksi antara faktor-faktor itu menimbulkan
jaringan hidup atau keseimbangan alam, termasuk
di dalamnya manusia. Memang semua hewan
yang hidup selalu bergantung pada faktor
lingkungan, baik yang biotik maupun yang
abiotik.

4) Contoh letak kalimat topik di tengah paragraf


Jam meja yang biasanya berdering pukul 04.30
untuk membangunkan saya, sekali ini membisu
karena lupa diputar. Akibatnya, saya terlambat
bangun. Cepat-cepat saya pergi ke kamar mandi,
ternyata sabun mandi habis. Mau sarapan, nasi
hangus. Sial benar nasib saya hari ini. Ditambah
lagi, mau berpakaian, semua baju kotor sehingga
saya terpaksa memakai baju bekas kemarin. Pada
saat naik kendaraan ke sekolah mogok pula.
Ketika turun dari kendaraan, hujan lebat sehingga
badan saya basah kuyup.

5) Contoh letak kalimat topik di seluruh paragraf


(paragraf deskriptif)
Sandal ‘ITB’ adalah sandal yang terbuat dari
ban bekar. ‘ITB’ singkatan dari Ieu tilas ban (ini
bekas ban). Sandal ini sangat menarik karena
dibuat dari ban bekas yang dilengkapi dengan
aksesori yang menarik sehingga memikat hati
pembelinya. Dari satu ban dapat dibuat 10
91
pasang sandal cantik yang laku dijual seharga
Rp10.000,-/pasang.

Sebuah karangan terdiri atas beberapa


paragraf. Jenis paragraf yang dibuat untuk suatu
tulisan/karangan, baik karangan eksposisi,
argumentasi, narasi, deskripsi, maupun persuasi,
dapat dibedakan atas paragraf pembuka, paragraf isi,
dan paragraf penutup

PENGEMBANGAN PARAGRAF
Pengembangan paragraf berkaitan erat dengan
kemudahan pemahaman terhadap paragraf tersebut.
Paragraf yang dikembangkan dengan baik akan
memberikan kemudahan kepada pembaca untuk
memahami maksud/isi paragraf tersebut. Sebaliknya,
pembaca akan mengalami kesulitan memahami
maksud suatu paragraf karena paragraf itu tidak
dikembangkan dengan baik.
Beberapa model pengembangan paragraf,
yaitu: paragraf contoh, paragraf klasifikasi, paragraf
definisi, paragraf perbandingan, paragraf klimaks dan
anti klimak, paragraf deduksi, dan paragraf induksi.
Berikut disampaikan beberapa contoh.
1) Contoh paragraf yang dikembangkan melalui
definisi:
Reaksi redoks adalah gabungan reaksi oksidasi
dan reaksi reduksi yang berjalan secara
bersamaan. Reaksi oksidasi adalah proses
pelepasan elektron oleh sesuatu reaktan sehingga
reaktan tersebut akan mengalami kenaikan nilai
bilangan oksidasinya. Adapun reaksi reduksi adalah
reaksi penangkapan elektron oleh suatu reaktan,
sehingga reaktan tersebut akan mengalami
penurunan bilangan oksidasinya.
92
2) Contoh paragraf yang dikembangkan melalui
perbandingan:
Bila ditinjau dari segi bangunnya, paragraf dan
esai itu memiliki kesamaan. Misalnya, paragraf
diawali dengan kalimat topik. Dalam esai, paragraf
pertama merupakan pendahuluan yang
memperkenalkan bahan bahasan dan menetapkan
fokus topik. Begitu pula tubuh karangan terdiri atas
rangkaian paragraf yang memperluas dan
menunjang gagasan yang dikemukakan dalam
paragraf pendahuluan. Akhir sebuah paragraf dapat
berisi penegasan kembali, kesimpulan, atau
pengamatan. Demikianjuga dengan sebuah
karangan, mempunyai sarana yang memberi
ketuntasan gagasannya, khususnya pada wacana
eksposisi.

3) Contoh paragraf yang dikembangkan


dengan contoh:
Saat ini pelbagai upaya pemerataan itu sudah
dilakukan. Misalnya, program-program inpres,
kemitraaan usaha antara bapak angkat dan anak
angkat, serta penyebaran proyek pembangunan di
semua daerah. Hal yang lebih baru dan mendasar
adalah pengalihan saham dari perusahaan besar
dan sehat-kepada koperasi serta penyediaan
kredit usaha kecil oleh perbankan.

DAFTAR PUSTAKA

93
Dra.Hj. Zahra Alwi, M.PD, S. Dardjowidjojo, H.
Lapoliwa, dan A.M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa
Baku
Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

Arifin, E. Zainal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah


dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:
PT Melton Putra.

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat


Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapres.

Depdikbud. 1995. Bahan Penyuluhan Bahasa


Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Depdikbud. 1997. Petunjuk Praktis Berbahasa


Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Depdiknas. 2000. Ikhtisar Sejarah Ejaan Bahasa


Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Depdiknas. 2002. Pedoman Umum Ejaan Bahasa


Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai
Pustaka

Halim, Amran. 1988. Politik Bahasa Nasional. Jakarta:


Depdikbud, PPPB.

Keraf, Goris. 1988. Komposisi. Ende, Flores: Nusa


94
Indah.
Sugono, D. 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.
Jakarta: Gramedia.

Zakaria, Syofyan. 1998. Wisata Bahasa:Kapita Selekta


Bahasa Indonesia. Bandung: Humaniora Utama
Press.

TUGAS DAN LATIHAN

1. Silakan Saudara mengkliping 4 contoh


paragraf dari koran atau majalah, bacalah
paragraf tersebut kemudian:
1) tentukan dan tuliskan topik dari
setiap paragraf;
2) tuliskan letak kalimat topik dari
setiap paragraf;
3) analisislah paragraf tersebut, sudah
memilikikesatuan, kepaduan dan
kelengkapankah?
4) Tuliskanlah jenis pengembangan
paragraf tersebut!
2. Buatlah 2 contoh paragraf yang baik, dapat
Saudara kembangkan dari hasil 1.4!

LEMBAR JAWABAN:

1.Tempelkan paragraf yang dikliping di sini!

95
96
NILAI :

NAMA : ............................... DOSEN :


NIM : ...............................

97
Fak. : ...............................

1) a. Topik paragraf 1 adalah:

Jawab:

b. Topik paragraf 2 adalah:

Jawab:

c. Topik paragraf 3 adalah:

Jawab:

d. Topik paragraf 4 adalah:

Jawab:

98
2) a. letak kalimat topik paragraf 1:

Jawab:

b. letak kalimat topik paragraf 2:

Jawab:

c. letak kalimat topik paragraf 3:

Jawab:

d. letak kalimat topik paragraf 4:

Jawab:

99
3) Analisis paragraf:

Paragraf Kesatuan Kepaduan Kelengkapan


1
2
3
4

4) a. Jenis pengembangan paragraf 1:

Jawab:

b. Jenis pengembangan paragraf 2:

Jawab:

c. Jenis pengembangan paragraf 3:

Jawab:

100
d. Jenis pengembangan paragraf 4:

Jawab:
Jawab:

2. Contoh paragraf yang baik:

101
Jawab:

102
BAB VII.
KERANGKA KARANGAN

KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat membuat karangan ilmiah dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

INDIKATOR
Mahasiswa dapat membuat kerangka karangan ilmiah
dengan benar.

103
MATERI
1. Kerangka Karangan
Kerangka karangan (out line) adalah kerangka
tulisan yang menggambarkan bagian-bagian atau
butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis.
Tataannya yang sistematis ini menggambarkan
organisasi isi karangan. Gambaran isi yang demikian
itu menampakkan butir-butir isi karangan dalam
hubungannya dengan butir-butir yang lain. Dalam
kerangka karangan itu akan tampak butir-butir isi
karangan yang menggambarkan (1) sub-subtopik
karangan baik dari segi jumlah maupun dari segi
jenisnya, (2) urutan sub-subtopik isi karangan, (3)
hubungan antarsubtopik dalam karangan: hubungan
logis atau kronologis, dan hubungan setara atau
hubungan bertingkat.

2. Kegunaan Kerangka Karangan


Penyusunan kerangka karangan sanngat
dianjurkan karena akan menghindarkan penulis dari
kesalahan-kesalahan yan tidak perlu terjadi. Secara
rinci kegunaan kerangka karangan dikemukakan oleh
Suparno dan Yunus (2002:3.8) sebagai berikut.
1) Kerangka karangan memungkinkan Anda dapat
mengarang secara terarah karena isi karangan
sebenarnya mengambarkan arah sebuah
karangan. Arah yang jelas itu akan tampak pada
bab-bab karangan, sub-subbab karangan
beserta isi karangan yang perlu dituliskan,
urutan sub-subbab karangan, dan hubungan
antarisi karangan. Akhadiah (1989:25)
menegaskan bahwa kerangka karangan dapat
membantu penulis menyusun karangan secara
teratur dan tidak membahas satu gagasan dua
kali dan mencegah penulis keluar dari sasaran
yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul.
104
2) Kerangka karangan memungkinkan Anda dapat
memasukkan dan menempatkan materi tulisan
yang baru Anda temukan dalam bab atau
subbab tertentu, bahkan dalam bab atau
subbab yang baru. Dengan demikian, penulis
dapat memperluas isi tulisan jika diperlukan
untuk memperjelas isi tulisan.
3) Kerangka karangan memungkinkan Anda dapat
bekerja lebih feksibel dari segi penyelesaian
bagian karangan. Karangan tidak harus dimulai
dari bagian awal. Anda dapat memulainya dari
bagian tengah, bahkan dari bagian belakang.
Anda juga dapat menulis bagian tertentu tidak
sampai tuntas karena terkendala materi
misalnya. Bahkan karena hanya ingin
melakukan variasi berpikir dalam proses
mengarang, antara lain karena kejenuhan, Anda
dapat menuliskan karangan dengan variasi
pindah ke bagian karangan lain. Dengan
teknologi komputer, fleksibelitas kerja dapat
Anda lakukan dengan mudah dan tanpa resiko
dalam penataan isi karangan.
4) Kerangka karangan akan memperlihatkan
kepada penulis bahan-bahan atau materi yang
diperlukan dalam pembahasan isi karangan
(Akhadiah, 1989:26).
5) Kerangka karangan yang berfungsi sebagai
miniatur atau prototipe tulisan akan
memudahkan pembaca melihat wujud,
gagasan, struktur, serta nilai umum sebuah
tulisan. Kerangka karangan akan menjadi daftar
isi karya ilmiah yang Anda buat (Utorodewo,
dkk. 2004:71).

3. Syarat-syarat Kerangka Karangan

105
Ada empat syarat kerangka karangan yaitu (1)
tema/tesis harus jelas, (2)tiap unit mengandung satu
gagasan, (3) topik-topik disusun secara logis, (4)
sistem penomoran konsisten. Penjelasan yang lebih
rinci diuraikan sebagai berikut.
1) Tema/tesis harus dirumuskan dengan jelas
karena rumusan yang jelas membantu penulis
mengungkapkan gagasan dengan mudah dan
lancar.
2) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya
mengandung satu gagasan yang akan diuraikan
secara tuntas. Rangkaian antara gagasan
sentral dan gagasan bawahan tersusun dengan
baik. Gagasan bawahan harus mengandung
dukungan dan alasan bagi gagasan sentralnya.
Dengan demikian, fakta yang terhimpun dapat
menjelaskan dengan baik gejala/topik yang
ditulis.
3) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus
disusun secara logis. Hanya dengan
penyusunan yang logis, Anda dapat mencapai
tujuan dengan baik. Rangkaian sebab-akibat
harus tersusun dengan baik agar pembaca
mudah menarik kesimpulan.
4) Setiap topik, sub-subtopik harus menggunakan
penomoran yang konsisten, misal I, A, 1, a dan
seterusnya.

4. Bentuk Kerangka Karangan


Bentuk kerangka karangan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu kerangka karangan kalimat dan
kerangka karangan topik. Menurut Suparno dan Yunus
(2002:3.8) dua bentuk kerangka karangan ini
dibedakan berdasarkan redaksi kerangka karangan
tersebut. Kerangka karangan kalimat yaitu kerangka
karangan yang mengunakan kalimat lengkap untuk
106
merumuskan setiap topik, subtopik maupun sub-
subtopik. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Judul Karangan : Pupuk Alam


Kerangka Kalimat :
1. Pupuk Alam dapat dikategorikan menjadi dua
macam yaitu pupuk kandang dan pupuk buatan.
2. Pupuk alam memiliki keuntungan-keuntungan.
3. Pupuk alam lebih murah daripada pupuk buatan.
4. Pupuk alam tidak merusak daya kesuburan tanah.
5. Pupuk alam tidak mematikan organisme di lahan.
6. Pupuk kandang berguna untuk menghamorniskan
sistem ekologi.

Sebaliknya, kerangka karangan topik adalah kerangka


karangan yang diredaksikan dengan kata atau frasa.
Setiap bagian karangan diungkapkan dengan kata
atau frasa. Pada umumnya, kata atau frasa yang
digunakan dalam kerangka karangan adalah kata
benda (nomina) atau frasa benda (frasa nominal).

Perhatikan contoh berikut.


Judul Karangan : Budaya Baca dalam
Masyarakat Modern
Kerangka Topik : 1. Pembinaan Minat Baca
2. Peran Lingkungan
terhadap Budaya Baca
3. Tipe-tipe Membaca
4. Penerapan Strategi
Membaca
5. Pentingnya
Pengembangan Budaya
Baca

Pada umumnya, penulis menggunakan bentuk


kerangka topik karena dua pertimbangan. Pertama,
107
kerangka topik lebih sederhana karena rumusanna
lebih singkat. Kedua, karena kesederhanaannya itu,
kerangka topik lebih mudah dibuat daripada kerangka
kalimat. Namun demikian, Anda dapat memilih kedua
bentuk kerangka karangan ini dalam membuat tulisan
ilmiah yang menurut Anda mudah.
Kerangka karangan harus sudah menunjukkan
sistematika karangan yang akan diwujudkan.
Sistematika itu terwujud dalam kerangka yang
sistematis pula. Dalam kerangka karangan yang
demikian, urutan karangan secara berjenjang akan
tampak pula. Sebagai contoh kerangka karangan topik
berikut menunjukkan jenjang sistematika tataan isi
karangan dengan menambah bagian-bagian yang
memperjelas topik-topik yang akan ditulis.
Judul Karangan : Poses Mengarang
Kerangka Topik : 1. Kegiatan Prapenulisan
1.1 Penentuan Topik
Karangan
1.2 Penentuan Tujuan
Karangan
1.3 Penyusunan Kerangka
Karangan
2. Kegiatan Penulisan
2.1 Penulisan Draf Bagian
Karangan
2.2 Penulisan Draf
Karangan Utuh
3. Kegiatan
Pascapenulisan
3.1 Kegiatan Pemeriksaan
Kesalahan Draf
Karangan
3.2 Revisi Draf Karangan
3.3 Penyuntingan Draf
Karangan
108
3.4 Penulisan Karangan
Utuh

Dengan menggunakan kerangka karangan yang


mengacu pada uraian di atas akan membantu penulis
mengembangkan kerangka karangan yang akan
dibahas pada BAB. VIII.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.


Ridwan. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis.
Jakarta: Erlangga.

Arifin, E. Zainal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah


dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT
Melton Putra.

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat


Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapres.

Depdikbud. 1995. Bahan Penyuluhan Bahasa


Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
109
Pengembangan Bahasa.

Depdikbud. 1997. Petunjuk Praktis Berbahasa


Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Keraf, Goris. 1988. Komposisi. Ende, Flores: Nusa


Indah.

Sugono, D. 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.


Jakarta: Gramedia.

Suparno dan M. Yunus. 2002. Ketrampilan Dasar


Menulis.Jakarta UT.

Utoro Dewo, Felicia N., Lucy R. Montolu, dan L.


Pamela Kawira. 2004. Bahasa Indonesia. Sebuah
Pengantar Penulisan Ilmiah.Jakarta:UI

TUGAS DAN LATIHAN

1. Carilah sebuah tulisan ilmiah dan temukan


topik-topik yang dibahas pada tulisan tersebut!
2. Buatlah kerangka karangan berupa kerangka
topik atau kerangka kalimat!
3. Buatlah kelompok diskusi yang terdiri dari 3 - 5
orang untuk membahas topik yang terdapat
pada tulisan yang Anda baca dan kerangka
karangan yang sudah Anda buat! Pilihlah salah
satu tulisan dari kelompok Anda untuk
didiskusikan!

LEMBAR JAWABAN
110
1. Tempelkan tulisan yang Anda bahas di
bawah ini!

2. Kerangka karangan dari tulisan di atas

111
BAB VIII.
PENGEMBANGAN KERANGKA KARANGAN

KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat membuat karangan ilmiah dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

INDIKATOR
Mahasiswa dapat mengembangkan kerangka
karangan menjadi karangan utuh dengan benar.

MATERI
1. Pengembangan Kerangka Karangan
Kerangka karangan yang sudah dibuat baik
dalam bentuk kerangka topik maupun kerangka
kalimat dapat dikembangkan dalam bentuk paragraf-
paragraf. Bagaimana mengembangkan topik dalam
112
bentuk paragraf-paragraf, Anda dapat menggunakan
materi yang sudah dibahas pada modul 6.
Pengembangan kerangka karangan ilmiah
dapat dibagi menjadi dua yaitu pengembangan
kerangka karangan secara alamiah dan
pengembangan kerangka karangan secara logis
(Utorodewo, dkk. 2004:75).

1) Pengembangan kerangka karangan secara


alamiah.
Pengembangan kerangka karangan secara
alamiah adalah pengurutan pokok pikiran sesuai
dengan kenyataan/apa adanya seperti yang bisa
diamati dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini,
pengembangan kerangka karangan dapat dilakukan
dengan cara (1) pengembangan spasial atau ruang
yaitu pengembangan kerangka tulisan yang berkaitan
dengan lokasi kejadian. Sifat uraiannya lebih deskriptif,
(2) pengembangan kronologis atau waktu adalah
pengembangan kerangka tulisan berdasarkan urutan
kejadian suatu peristiwa atau tahap kejadian, (3)
pengembangan berdasarkan topik yang ada yaitu
pengembangan kerangka tulisan berdasarkan hal-hal
yang sudah diketahui bagian-bagiannya dan dijelaskan
secara berturut-turut dan logis ((Utorodewo, dkk.
2004:75).

2. Pengembangan kerangka karangan secara logis


Pengembangan kerangka karangan secara
logis adalah pengurutan pokok-pokok pikiran yang
sesuai dengan penalaran dan berdasarkan
kepentingan tujuan penulisan. Pengembangan
kerangka karangan secara logis dapat dilakukan
dengan cara pengembangan klimak-antiklimaks,
pengembangan umum-khusus-khusus-umum,

113
pengembangan perbandingan dan pertentangan,
pengembangan sebab-akibat dan lain-lain.

3. Contoh pengembangan topik kerangka karangan


Topik: Perekonomian Sektor Informal
Awal tahun 1970-an, kota-kota di dunia ketiga
ditandai dengan tumbuhnya kegiatan ekonomi sektor
informal yang fenomenal. Kegiatan ekonomi itu muncul
dari inisiatif masyarakat sendiri sebagai respon
terhadap sistem ekonomi yang cenderung birokratis.
Dalam hal ini, era negara maju dominan dalam
mengontrol dan mendinamisasikan kehidupan
ekonomi. Dengan demikian, kelompok masyarakat
yang dapat masuk dan memperbesar skala kegiatan
ekonomi adalah mereka yang mampu membangun
atau telah memiliki relasi dengan birokrasi.
Sebaliknya, kelompok masyarakat, yang tidak
dapat membangun hubungan dengan birokrasi,
merespon dinamika ekonomi dengan cara mereka
sendiri, yakni dengan ‘menciptakan’ kegiatan ekonomi
yang bergerak di luar jalur pengakuan resmi birokrasi
negara. Dengan kata lain, kegiatan sektor informal ini
merupakan strategi dari sebagian warga negara untuk
mengisi peluang yang masih tersisa dari pertumbuhan
ekonomi yang dimotori negara itu.
Melihat kenyataan ini, tidak keliru bila sektor
informal ini diletakkan sebagai kegiatan ekonomi
pinggiran. Mengapa demikian? Karena meskipun
lapangan pekerjaan itu digeluti oleh banyak orang, ia
merupakan usaha kecil-kecilan yang didukung oleh
individu-individu yang memiliki tingkat pendidikan,
keahlian dan keterampilan yang rendah serta modal
usaha kecil.
Apabila dikomparasikan denan kegiatan
ekonomi sektor formal dari segi skala usaha, maka
jumlah produksi, jangkauan pasar, dan pemasukan
114
pajak untuk pemerintah memang tidak sebanding.
Namun bila dilihat dari segi jumlah tenaga kerja yang
diserap, kegiatan ekonomi ini ternyata menyerap
tenaga kerja yang lebih banyak dan dapat memberikan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan subsistem
ekonomi rumah tangga bagi mereka yang
menggelutinya.
Selain itu, sektor informal ini memiliki kaitan
dengan kegiatan ekonomi sektor formal. Untuk pasar
dalam negeri, hasil produksi sektor formal di samping
dipasarkan di supermarket, departemen store, toko-
toko besar lainnya, juga di pasarkan di sektor informal,
meskipun mungkin dengan kualitas barang yang lebih
rendah.
Kemunculan dan pertumbuhan sektor informal
perlu dikorelasikan dengan migrasi desa-kota karena
sektor pertanian di pedesaan telah terbatas dalam
menyerap tenaga kerja akibat dari pertumbuhan
penduduk yang tinggi, kemudian juga dibarengi oleh
pembaruan pertanian dengan mekanisme teknologi
yang mengurangi penyerapan tenaga kerja (labour
displacing). Akibatnya sebagian penduduk pedesaan
yang kehilangan lapangan pekerjaan terdorong (push
factor) bermigrasi ke kota untuk mencari peluang
berusaha dan bekerja.
Kegiatan ekonomi sektor informal ini timbul
sebagai akibat dari transformasi ekonomi di pedesaan,
ditambah dengan kegiatan ekonomi formal di kota
yang juga tidak dapat menyerap tenaga kerja. Dengan
kata lain, ia terbentuk sebagai implikasi dan
keterbatasan situasi dan kondisi ekonomi formal di
pedesaan, sekaligus juga di perkotaan yang tidak
dapat menampung tenaga kerja.

………………………………………………………………
………………………………………………………………
115
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………

………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.


Ridwan. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis.
Jakarta: Erlangga.

Arifin, E. Zainal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah


dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT
Melton Putra.

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat


Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapres.

Depdikbud. 1995. Bahan Penyuluhan Bahasa


Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Depdikbud. 1997. Petunjuk Praktis Berbahasa


116
Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Keraf, Goris. 1988. Komposisi. Ende, Flores: Nusa


Indah.

Sugono, D. 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.


Jakarta: Gramedia.

Suparno dan M. Yunus. 2002. Ketrampilan Dasar


Menulis.Jakarta UT.

Utoro Dewo, Felicia N., Lucy R. Montolu, dan L.


Pamela Kawira. 2004. Bahasa Indonesia. Sebuah
Pengantar Penulisan Ilmiah.Jakarta:UI

TUGAS DAN LATIHAN

1. Carilah sebuah topik tulisan yang akan Anda


kembangkan menjadi tulisan ilmiah!
2. Buatlah kerangka karangan berupa kerangka
topik atau kerangka kalimat berdasarkan topik
yang sudah Anda temukan pada nomor 1!
3. Kembangkanlah kerangka karangan topik yang
sudah Anda buat pada nomor 2
menjadi karangan utuh dan beri judul yang
tepat.

LEMBAR JAWABAN

1. Topik

117
2. Kerangka karangan topik

3. Karangan Utuh
Judul

Nama Penulis

118
BAB IX.

119
KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Kompetensi Dasar
Menulis kutipan langsung dan tak langsung serta
menulis daftar pustaka

Indikator
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1) membuat kutipan langsung yang kurang dari
40 kata,
2) membuat kutipan langsung yang lebih dari 40
kata,
3) membuat kutipan tidak langsung yang kurang
dari 40 kata,
4) membuat kutipan langsung yang lebih dari 40
kata, dan
5) menulis belbagai jenis daftar pustaka.

Materi
1. Kutipan
Kutipan adalah pengambilan bagian dari
pernyataan, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil
penelitian dari tulisan orang lain atau tulisan penulis
sendiri yang telah terdokumentasi yang bertujuan
untuk memberikan ilustrasi atau memperkokoh
argumen dalam tulisan.
Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah
cuplikan tulisan orang lain tanpa perubahan ke dalam
karya tulis kita. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika
mengutip langsung adalah sebagai berikut.
1) Tidak boleh mengadakan perubahan terhadap
teks asli yang dikutip.

120
2) Harus menggunakan tanda [ sic!] jika ada
dalam teks asli.
3) Menggunakan tiga titik berspasi […] jika ada
bagian dari kutipan yang dihilangkan.
4) Mencantumkan sumber kutipan dengan sistem
MLA, APA, atau sistem yang berlaku sesuai
dengan selingkung bidang. MLA (The Modern
Language Assosiaciation) dan format APA
(American Psychological Association).
Selain itu, dalam mengutip perlu diperhatikan
juga butir-butir ini. Pengutipan atau perujukan
dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan
tahun di antara tanda kurung. Jika ada dua penulis,
perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama
akhir kedua penulis tersebut. Jika penulisnya lebih dari
dua, penulisan rujukan dilakukan dengan cara
menulis nama pertama dari penulis tersebut diikuti
dengan dkk. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang
dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga
yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan,
atau nama koran. Untuk karya terjemahan, perujukan
dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis
aslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih yang
ditulis oleh penulis yang berbeda dicantumkan dalam
satu tanda kurung dengan titik koma sebgaai tanda
pemisahnya.

A. Kutipan Langsung
Kutipan langsung pendek atau kurang dari 4
baris atau ada yang mengatakan kurang dari 40
kata dilakukan cara
1) diintegrasikan dengan teks,
2) diapit oleh tanda petik,
3) diberi berjarak antarbaris yang sama
dengan teks,
4) disebut sumber kutipan.
121
Contoh:

Chaer dan Agustina (1995:15) mengatakan


“bahasa adalah sebuah sistem, bahasa itu
dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola
secara tetap dan dikaidahkan”.

“Bahasa adalah sebuah sistem, bahasa itu


dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola
secara tetap dan dikaidahkan” (Chaer dan
Agustina, 1995:15).

Kutipan langsung panjang (lebih dari 4 baris


atau 40 kata) dilakukan dengan cara:
1) ditulis tanpa tanda kutip,
2) terpisah dari teks dengan spasi (jarak
antarbaris) lebih dari teks,
3) diberi jarak rapat antarbaris dalam kutipan,
4) disebut sumber kutipan, dan
5) boleh diapit tanda kutip, boleh juga tidak.

122
Contoh:

Istilah dan cakupan etnografi komunikasi dikemukakan


oleh Hymes (yang dikutip oleh Sumarsono dan Patana,
2004:311) berikut ini.

“Istilah etnografi komunikasi itu sendiri menunjuk-


kan cakupan kajiannya, yaitu etnografis landas-
annya dan komunikatif rentangannya dan jenis
kerumitannya yang terkait. Dalam cakupan kajian,
orang tidak dapat hanya secara terpisah
mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik,
psikologi, sosiologi, etnologi dan menghubung-
hubungkannya.”

Jika kita ingin mengutip sebagian pernyataan


dari suatu teks atau ada sebagian kutipan yang
dihilangkan, kata-kata yang dibuang itu dapat diganti
dengan tiga titik.

123
Contoh:

“Bagi instrumen yang belum ada persediaaan di


Lembaga Pengukuran dan penilaian, peneliti
harus menyusun sendiri, mulai dari
merencanakan, … mencoba, merevisi” (Arikunto,
1989:134)

Apabila ada kalimat yang dibuang, kalimat yang


dibuang diganti dengan empat titik.
Contoh:

“Gerak manipulatif adalah keterampilan yang


memerlukan koordinasi antara mata, tangan, atau
bagian tubuh lain …. Yang termasuk gerak
manipulatif antara lain adalah menangkap bola,
menendang bola, dan menggambar (Asim,
1995:315).

B. Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang
dikemukakan dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Untuk itu, pengutip harus memahami inti sari dari
bagian yang dikutip secara tidak langung. Kutipan tidak
langsung dapat dibuat secara pendek maupun
panjang dengan cara
1) diintegrasikan dengan teks,
2) diberi jarak antarbaris yang sama dengan
teks,
3) tanpa diapit tanda petik, dan
4) dicantumkan sumber rujukan dengan
sistem MLA atau APA.

124
Contoh:

Eriyanto (2001:61) mengemukakan bahwa


analisis paradigmatik kritis menitikberatkan
penginterpretasian teks pada peneliti itu sendiri.

2. Daftar Pustaka (Kepustakaan/Bibliografi) Daftar


Rujukan
Daftar pustaka diletakkan di bagian akhir
sebuah tulisan. Daftar pustaka merupakan rujukan
penulis selama ia melakukan dan menyusun penelitian
atau laporannya. Daftar pustaka berisi buku, makalah,
artikel, atau bahan cetakan lainnya yang dikutip, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Daftar pustaka berfungsi untuk 1) membantu
pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis, 2)
memberi informasi kepada pembaca untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan
mendalam daripada kutipan yang digunakan oleh
penulis, dan 3) membantu pembaca memilih referensi
dan materi dasar untuk studinya.
Daftar pustaka dapat disusun dengan berbagai
format. Ada format yang diuraikan dengan
menggunakan MLA (The Modern Language
Assosiaciation) dan format APA (American
Psychological Association). Akan tetapi, ada
berbagai format daftar pustaka yang berlaku
selingkung bidang ilmu. Misalnya, bahwa format daftar
pustaka untuk bidang ilmu biologi, kedokteran, hukum,
dan lain-lain. Dalam modul ini akan dibahas teknik
penulisan daftar pustaka yang berlaku secara umum
dalam penulisan karya ilmiah di Indonesia.
Teknik penulisan daftar pustaka adalah sebagai
berikut.

125
1. Baris pertama dimulai pada pias (margin)
sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya
dimulai dengan 3 ketukan ke dalam
2. Jarak antarbaris adalah 1,5 spasi
3. Daftar pustaka diurut berdasarkan abjad
huruf pertama nama keluarga penulis. (Akan
teta[pi, cara mengurutkan daftar pustaka
amat bergantung pada ilmu. Setiap bidang
ilmu memiliki gaya selingkun).
4. Jika penulis yang sama menulis
beberapakarya ilmiah yang dikutip, nama
penulis itu harus dicantumkan ulang.

Unsur yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka


adalah:

1) nama penulis ditulis dengan urutan nama


akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa
gelar akademik,
2) tahun penerbitan,
3) judul, termasuk anak judul (subjudul),
4) kota tempat penerbitan, dan
5) nama penerbit.
Jika penulisnya lebih dari satu, cara
penulisan namanya sama dengan penulis
pertama. Nama penulis yang terdiri dari dua
bagian ditulis dengan urutan: nama akhir
diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak
disingkat, tetapi harus konsisten dalam satu
karya ilmiah) diakhiri dengan titik. Apabila
sumber yang dirujuk ditulis oleh tim ( lebih dari
3 penulis), semua nama penulisnya harus
dicantumkan dalam rujukan .*

126
Berikut contoh perbedaan penulisan daftar pustaka
yang menggunakan MLA dan APA.

Jenis
Format MLA Format APA
Rujukan
Arikunto, Suharsimi. Arikunto, S. (1989).
Prosedur Penelitian: Prosedur Penelitian:
Satu Penulis Suatu Pendekatan Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Bina Praktik. Jakarta: Bina
Aksara, 1989. Aksara.
Sumarsono, dan Paina Sumarsono, dan Partana, P.
Partana. (2004). Sosiolinguistik.
Dua Penulis Sosiolinguistik. Jakarta: Bina Aksara.
Yogyakarta: Sabda,
2004.
Akhadiah, Sabarti, Maidar Akhadiah, S., Arsjad, M.G.,
G. Arsjad, dan dan Ridwan, S.H.
Sakura H. Ridwan. (1989). Pembinaan
Pembinaan Kemampuan Menulis
Tiga Penulis Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Erlangga, 1989.

Alwi, Hasan, et al. Tata Alwi, H., et al. (2003). Tata


Bahasa Baku Bahasa Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Ed. ke-3. Indonesia. (Ed.
Jakarta: Balai Pustaka, ke-3). Jakarta:
2003. Balai Pustaka.

Lebih dari Tiga ATAU ATAU


Penulis
Alwi, H., dkk. (2003). Tata
Alwi, Hasan, dkk. Tata
Bahasa Baku Bahasa
Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. (Ed. ke-3).
Indonesia. Ed. ke-3.
Jakarta: Balai Pustaka.
Jakarta: Balai Pustaka,
2003.
Penulis Keraf, Gorys. Komposisi: Keraf, G. (1982).
dengan Sebuah Pengantar Argumentasi dan Narasi.
beberapa buku Kemahiran Berbahasa. Jakarta: Penerbit
Ende, Flores: Gramedia Pustaka
MLA: Penerbit Nusa Indah, Umum
pencantuman 1997.
buku
didasarkan -------. Argumentasi dan Keraf, G. (1997).
urutan tahun Narasi. Jakarta: Komposisi: Sebuah
terbit Penerbit Gramedia Pengantar Kemahiran
Pustaka Umum, 1982. Berbahasa. Ende,
APA: Flores: Penerbit Nusa
pencantuman Indah.

127
ATAU
Keraf, Gorys. Argumentasi
buku dan Narasi. Jakarta:
didasarkan Penerbit Gramedia
abjad. Pustaka Umum, 1982.

------. Komposisi: Sebuah


Pengantar Kemahiran
Berbahasa. Ende,
Flores: Penerbit Nusa
Indah, 1997.

Fakultas Keguruan dan Fakultas Keguruan dan Ilmu


Ilmu Pendidikan Pendidikan
Penulis Tidak Universitas Sriwijaya. Universitas Sriwijaya.
Diketahui/Lem Buku Pedoman FKIP (2005). Buku Pedoman
baga Unsri. Palembang: FKIP Unsri. Palembang:
Percetakan Unsri., Percetakan Unsri.
2005.
Creswell, Jhon W. Creswell, J.W. (2002).
Research Design: Research Design:
Qualitative and Qualitative and
Quantitative Quantitative
Approaches. Terjemahan Approaches.
Angkatan III dan IV KIK- (Terj. Angkatan III dan IV
UI bekerja sama KIK-UI bekerja sama
dengan Nur Habibah. dengan Nur Khabibah).
Eds. Chryshnanda DL Eds. Chrysnanda DL
dan Bambang dan Bambang
Hastobroto. Jakarta: Hastobroto. Jakarta: KIK
KIK Press, 2002 Press.
Buku
Terjemahan
ATAU ATAU
DL, Chrysnanda dan Creswell, J.W. (2002).
Bambang Hastobroto, Research Design:
Eds. Desain Penelitian: Qualitative and
Pendekatan Kualitatif Quantitative
dan Kuantitatif terj. dr. Approaches.
Jhon W Creswell. (Terj. Angkatan III dan IV
Jakarta: KIK Press, 2002 KIK-UI bekerja
sana dengan Nur
Khabibah). Jakarta: KIK
Press.
Buku dengan Sugono, Dendy, peny. Sugono, D., (peny.). (2003).
Penyunting/ Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Editor Menuju Masyarakat Menuju Masyarakat
Madani. Jakarta: Madani. Jakarta:
Penerbit Progres Penerbit Progres bekerja

128
bekerja sama dengan sama dengan Pusat
Pusat Bahasa, 2003. Bahasa.

ATAU ATAU
Sugono, Dendy, ed. Sugono, D., (ed.). (2003).
Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Menuju Masyarakat Menuju Masyarakat
Madani. Jakarta: Madani. Jakarta:
Penerbit Progres Penerbit Progres bekerja
bekerja sama dengan sama dengan Pusat
Pusat Bahasa, 2003. Bahasa.
Sadie, Stanley, ed. The Sadie, S., (ed.). (1980). The
New Grove Dictionary New Grove Dictionary of
of Music and Music and Musicians.
Musicians. Vol. 15. Vol. 15. London:
London: Macmilan, Macmilan.
1980.

Serial/Berjilid ATAU ATAU


Sadie, S., (ed.). (1980). The
Sadie, Stanley, ed. The New Grove Dictionary of
New Grove Dictionary Music and Musicians.
of Music and (Vol. 15, hlm. 3—66).
Musicians. Vol. 15. London: Macmilan.
London: Macmilan,
1980
Indrawati, Sri dan Santi Indrawati, S. dan Oktarina,
Oktarina. S. (2005).
“Pemerolehan “Pemerolehan Bahasa
Bahasa Anak TK: Anak TK: Sebuah
Jurnal Sebuah Kajian Fungsi Kajian Fungsi Bahasa.”
Bahasa.” Lingua: Lingua: Jurnal Bahasa
Jurnal dan Sastra 7, 21—39.
Bahasa dan Sastra 7
(2005): 21—39.
Asa, Syu’bah. “PKS: Asa, S. (2004, 5—11 Juli).
‘Sayap Ulama dan “PKS: ‘Sayap
Sayap Idealis’, Ulama dan Sayap
” Tempo, 5—11 Juli Idealis’,” Tempo, 38—
2004, 38— 39. 39.
Majalah Syifaa, Ika Nurul. “Klub
Profesi, Perlukah Syifaa, I. N. (2004, 22—28
Dimasuki?” Femina, Juli). “Klub Profesi,
No. 30, 22—28 Juli Perlukah Dimasuki?”
2004, 54—55. Femina, No. 30, 54—
55.
Surat kabar Suwartono, Antonius. Suwartono, A. “Keanekaan
“Keanekaan Hayati Hayati Mikroorganisme:
Mikro-organisme: Menghargai Mikroba

129
Menghargai Mikroba Bangsa.” (1995, 24
Bangsa.” Kompas, 24 Desember). Kompas,
Des. 1995, 11. 11.

”Potret Industri Nasional: ”Potret Industri Nasional:


Tak Berdaya Dihantam Tak Berdaya
Impor Komponen dan Dihantam Impor
Disortasi Pasar. Komponen dan
” Kompas, 23 Des. Disortasi Pasar.
1995, 13. ”( 1995, 23
Desember). Kompas,
13.
”Menyambut Terbentuknya ”Menyambut Terbentuknya
Badan Pengurus Badan Pengurus
Kemitraan Deklarasi Kemitraan Deklarasi
Bali.” Tajuk Rencana Bali.” Tajuk Rencana
(editorial). Kompas, 22 (editorial). (1995, 22
Des. 1995, 4. Desember). Kompas, 4.
Biro Pusat Statistik. Biro Pusat Statistik. (1993.)
Struktur Ongkos Usaha Struktur Ongkos Usaha
Dokumentasi
Tani Padi dan Palawija Tani Padi dan Palawija
Pemerintah
1990. Jakarta: BPS, 1990.Jakarta: BPS.
1993.
Ibrahim. M.D., P. Ibrahim. M.D.,
Tjiptopratomo, dan Y. Tjiptopratomo, P., dan
Slameka. “National Slameka Y. (1993).
Network of Information “National Network of
Services in Indonesia: A Information Services in
Design Study.” Makalah Indonesia: A Design
tidak diterbitkan, 1993. Study.” Makalah tidak
diterbitkan.
Budiman, Meilani. “The
Naskah yang
Relevance of Budiman, M. (1996, Maret).
Belum
Multiculturalism to “The Relevance
Diterbitkan
Indonesia”. Makalah of Multiculturalism to
pada Seminar Sehari Indonesia”.
tentang Makalah pada Seminar
Multikulturalisme di Sehari tentang
Inggris, Amerika, dan Multikulturalisme di
Australia, Universitas Inggris, Amerika,
Indonesia. Depok, dan Australia,
Maret 1996. Universitas Indonesia.
Depok,
Rismala. “The Role of Rismala. (2006). “The Role
Paper Tutor in Group of Paper Tutor in
Work to Develeop the Group Work to Develop
Student’s Oral the Student’s Oral
Skripsi, Tesis, Interpersonal Meaning Interpersonal Meaning
Disertasi at Class HI-5 SMPN 41 at Class HI-5
Palembang.” Skripsi SMPN 41 Palembang.”
tidak diterbitkan. Skripsi tidak
Palembang, FKIP Unsri, diterbitkan. Palembang:
2006. FKIP Unsri.

130
Selain kedua format di atas, terdapat format lain
selingkung dengan fakultas masing-masing.
Salah satu format yang umum dipakai asalah
sebagai berikut!

Jenis Format Pusat Bahasa (FKIP


Rujukan Unsri)
Dekker, N. 1992. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa: dari
Satu Buku Pilihan Satu-satunya ke Satu-satunya Asas. Malang:
FPIPS IKIP Malang.
Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembanagan Penelitian
Buku ada
Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.
editor
Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.
Rujukan dari Hanafi, A. 1989. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan
artikel dalam Pengadopsian Inovasi. Forum Penelitian, 1 (1): 33-47.
Jurnal
Gadner, H. 1981. Do Babies Sing a Universal Song?
Rujukan dari Pschology Today, hlm. 70-76.
Artikel dalam
Majalah dan Suryadarma, S.V.C. 1990. Prosesor dan Interface:
Koran Komunikasi Data. Info Komputer, IV(4): 45-48.

Rujukan dari Hitchcock, S., Carr, L.& Hal, W. 1996. A Survey of STM
Internet Online Jornals, 1990-95: The Calm before the Strom,
Berupa (Online), (http://jornal.ecs.uk/survey.html, diakses 121
Karya Juni 1996).
Individual
Rujukan dari Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan
Internet Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan,
berupa (Online), Jilid 5, No. 4, (http://malang.ac.id, diakses 29
artikel dari Januari 2000).
Jurnal
Rujukan dari Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet
Internet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online),
berupa (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22
Bahan November 1995).
Diskusi
Rujukan dari Naga, Dali S. (ikip-jkt@indo.net.id.). 1 Oktober 1997.
Internet Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah
berupa E- (jipsi@mlg.ywen.or.id).
mail Pribadi

Latihan
A. Bacalah teks ”Bahasa Televisi Indonesia” oleh
Sumita Tobing. Buatlah kutipan langsung (kurang

131
dari 4 baris dan lebih 4 baris) dan tidak langsung
(kurang dari 4 baris).

132
B. Buatlah daftar pustaka sesuai dengan lingkup yang
umum!
1. Artikel Nini Hidayat Jusuf yang berjudul
Margueite Duras (1914-1986) pengarang yang
bertualang dalam Novel, Film dan Jurnalisme
muncul di halaman 133-151 dalam buku
berjudul Wanita dalam Kesusastraan Prancis
yang disunting Apsanti Djosujatno dan
diterbitkan Indonesia Tera di Magelang pada
tahun 2003.

2. Sebuah buku yang tebalnya 240 halaman dan


didahului 9 halaman pendahuluan diterbitkan
UI-Press di Jakarta pada tahun 1993 dan ditulis
Koentjoroningrat dengan judul Masalah
Kesubangsaan dan Integrasi Nasional.

133
3. Dalam majalah Biodata Vol. VII, No.2, bulan
Juni 2002, tercetak artikel Rully Adi Nugroho
dan Soenarto Notosoedarmo berjudul
Concentrations of Metals (Cu, Mn, and Zn) in
Terrestrial Slug Parmarion puppilaris Humb.
Sampled from Gintungan, Central Java di
halaman 67-72.

4. Buku penuntun diet anak, terbitan rumah sakit


cipto mangunkusumo dan persatuan ahli gizi
Indonesia yang diterbitkan Gramedia.

134
BAB X.
TATA PERSURATAN

Kompetensi Dasar
Dengan mempelajari modul ini, mahasiswa
diharapkan dapat memahami konsep-konsep dan
menerapkan dalam menulis surat dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Indikator
Setelah mempelajari modul ini , mahasiswa diharapkan
dapat:
1. memahami arti surat
2. memahami berbagai jenis surat
3. memahami bentuk surat
135
4. memahami bagian-bagian surat dan fungsinya
5. memahami bahasa surat
6. menulis surat dengan mentaati peraturan –
peraturan yang telah ditentukan dan dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
7. menulis surat lamaran kerja.

Uraian
1. Arti, Jenis, dan Bentuk Surat
Arti
Surat adalah alat untuk menyampaikan suatu
maksud secara tertulis kepada pihak lain.Maksud yang
disampaikan melalui surat dapat berupa permintaan,
pertanyaan, pertimbangan, lamaran, dan sebagainya.
Pihak lain yang dimaksud dapat diartikan atas nama
perseorangan (pribadi) dan dapat atas nama jabatan
dalam sustu organisasi.

Surat dan jenisnya


Sebagai alat komunikasi tulis, surat sangat
beraneka ragam yaitu:
1 ) Surat menurut wujudnya, yaitu surat bersampul,
kartu pos, warkat pos, telegram dan teleks,
memo dan nota, dan surat tanda bukti.
2) Surat menurut ruang lingkup kegiatannya
adalah:
a. surat intern, yaitu surat yang dipakai untuk
hubungan dalam lingkungan sendiri
atau lingkungan suatu kantor;
b. surat ekstern, yaitu surat yang dipakai
untuk kegiatan-kegiatan ke instansi/pihak-
pihak di luar kantor.
3) Surat menurut pemakaiannya yaitu surat pribadi
(prive) dan surat resmi (resmi dinas pemerintah
dan swasta).
136
4) Surat menurut sifatnya dibagi atas tiga golongan,
yaitu surat biasa, surat konfidensial (terbatas),
surat rahasia. Perbedaan itu didsarkan pada
segi keamanan isinya.

Bentuk Surat
Yang dimaksud dengan bentuk surat adalah
pola atau patron sebuah surat yang ditentukan oleh
tataletak (layout) bagian-bagian surat. Penempatan
bagian-bagian surat pada posisi tertentu akan
membentuk model (style) yang tertentu pula
Bentuk surat dalam surat-menyurat Indonesia
sangat beragam. Keberagaman itu sangat bergantung
pada hasil kesepakatan (konvensi). Kesepakatan yang
diambil hendaknya mempertimbangkan teknis
pengetikan dan penampilan surat secara keseluruhan.
Oleh karena itu, bentuk surat yang ideal seyogianya
didasarkan atas penalaran seni dan tata ruang
sehingga tercipta kepaduan seni dan kebenaran ilmu.
Bentuk surat harus dibedakan dahulu antara
surat berperihal dan surat berjudul. Yang dimaksud
dengan surat berperihal adalah surat yang memakai
notasi perihal dan tidak berjudul, sedangkan surat
berjudul adalah surat yang memakai judul dan tidak
berperihal.
Jadi, perbedaan antara surat berperihal dan surat
berjudul terletak pada sistem penulisan.
Seluruh surat berperihal harus ditulis dengan
menggunakan tiga bentuk utama, yaitu
1) bentuk resmi Indonesia (official style);
2) bentuk lurus (block); dan
3) bentuk bertakuk (indented style)
Selanjutnya, pada halaman-halaman berikut ini
dapat dilihat gambar bentuk surat berperihal dan
gambar bentuk surat berjudul, masing-masing disertai
uraian singkat tentang posisi bagian-bagian suratnya.
137
2. Bagian Surat, Fungsi, dan Cara Menuliskannya
Setiap surat terdiri atas bagian-bagian. Dari
gabungan bagian surat itulah terbentuk sebuah surat.
Penempatan bagian-bagian surat pada posisi tertentu
akan membentuk model (style) yang tertentu pula.
Bagian-bagian surat resmi pada umumnya adalah:
1. kepala (kop);
2. nomor;
3. tanggal;
4. lampiran;
5. hal/perihal;
6. alamat tujuan;
7. salam pembuka;
8. isi;
9. salam penutup;
10. nama organisasi/unit organisasi yang
mengeluarkan surat;
11. jabatan penanda tangan;
12. tanda tangan dan nama penanggung jawab;
13. tembusan;
14. inisial pengonsep dan pengetik;
15. sifat

Beberapa instansi ada yang menambahkan


sifat atau klasifikasi surat, umpamanya sifat biasa,
segera, penting, atau rahasia dalam surat yang
umumnya memakai bentuk resmi Indonesia. Notasi itu
umumnya ditempatkan setelah nomor surat. Pada
bagian akhir sebuah surat, sebelum inisial, dapat
dicantumkan tambahan untuk menambahkan sesuatu
yang mungkin terlupa.Tambahan itu dapat dituliskan
dengan notasi catatan, N.B. (Nota Bene), atau P.S.
(Post Scriptum). Khusus di dalam undangan, pada
bagian akhir surat lazim dituliskan RSVP (Respondes
si’l Vouz Plait). Misalnya, RSVP 4893095 berarti
138
melalui telepon itu orang yang diundang dapat
memberi respon apakah ia akan hadir atau tidak.
Setiap bagian surat mempunyai fungsi
tertentu. Di bawah ini diuraikan fungsi masing-masing
bagian, cara penempatan, dan teknis penulisannya.

(1) Kepala (kop)


Surat resmi umumnya ditulis pada kertas yang
memakai kepala surat. Biasanya kepala surat disusun
dengan tata letak yang menarik, terutama kepala surat
perusahaan.
Pada kepala surat dapat dicetak hal-hal yang
merupakan identitas organisasi, yaitu
a) nama organisasi atau lembaga;
b) alamat kantor pusat dan kantor cabang;
c) nomor telepon;
d) nomor faksimili;
e) nomor kotak pos atau tromol pos;
f) alamat kawat; dan
g) lambang (logo)
Khusus surat perusahaan, pada kepala suratnya juga
sering dicantumkan macam usaha atau bidang
kegiatan dan nama banker sebagai referensi.
Setelah menilik isinya dapat diketahui guna
kepala surat adalah untuk 1) identitas organisasi, 2)
mengetahui nama dan alamat kantor suatu organisasi.
3) memberi informasi atau keterangan tentang
organisasi dan 4) alat promosi (bagi perusahaan)
Harus diingat, kertas berkepala surat hanya
dipakai untuk kepentingan organisasi. Kertas
berkepala surat tidak boleh dipakai untuk keperluan
pribadi, kecuali kertas berkepala surat untuk tujuan
promosi, misalnya kertas surat yang disediakan di
kamar-kamar hotel yang besar. Perseorangan yang
dalam keadaan tertentu akan menggunakan kertas
berkepala surat resmi terlebih dahulu harus mencoret
139
tulisan pada kepala surat tersebut sebagai pertanda
surat itu tidak mewakili organisasi.

(2) Nomor
Setiap surat resmi terutama yang dikirim ke
luar lingkungan organisasi hendaknya diberi nomor
dan kode tertentu. Nomor tersebut adalah nomor
verbal.
Guna nomor surat:
a. untuk mempermudah mencari surat itu kembali
jika sewaktu-waktu dibutuhkan
b. untuk mempermudah penunjukkan dalam surat-
menyurat
c. untuk mempermudah pengarsipan
d. untuk mengetahui jumlah surat yang telah
dibuat

(3) Tanggal
Penulisan tanggal surat hendaklah ditulis dengan
penuh, tidak boleh disingkat dan untuk penulisan bulan
tidak boleh memakai angka, baik angka Arab maupun
Romawi.
Penulisa tanggal surat tidak perlu disertai kota tempat
surat itu ditulis apabila surat itu ditulis pada kertas
yang berkepala surat.

(4) Lampiran
Kata lampiran dapat disingkat Lamp.: dan jika ada
yang dilampirkan. Kata bilangan yang menyatakan
jumlah yang dilampirkan itu ditulis dengan huruf awal
kapital tampa diakhiri tanda baca.
Contoh;
Lampiran: tiga lembar Lampiran: --
Lampiran: satu berkas Lampiran: Satu bundel
(5) Perihal atau Hal:

140
Perihal atau Hal adalah sebagai petunjuk mengenai
pokok isi surat. Perihal sama pengertiannya dengan
judul pada karangan lain.
Cara penulisan perihal dapat dibedakan untuk masing-
masing bentuk surat, yaitu:
a. untuk surat resmi dinas pemerintah penulisan
perihal sesudah lampiran

Contoh:
Nomor : ……………………………..
Lampiran: …………………………….
Perihal : Undangan Lokakarya

b. untuk surat bentuk lurus (block style)


Contoh:
Hal : Lamaran untuk Jabatan Sekretaris

Dengan hormat,
………………………………………………………………
……………………………..
………………………………………………………………
………………………………

(6) Alamat Tujuan


Petunjuk dalam menulis alatmat tujuan, yaitu:

141
a) Dalam penulisan alamat tujuan, kata kepada dan
sejenisnya tidak wajib ditulis asalkan alamat
tujuan ditempatkan pada posisi yang tepat.
b) Ungkapan yang terhormat (disingkat yth.) juga
tidak selalu dipakai dalam penulisan alamat
tujuan. Ungkapan yth. dipakai:
1. jika surat ditujukan kepada seseorang yang
dihormati; jika seorang bawahan mengirim surat
kepada atasannya; atau jika sebuah
perusahaan mengirim surat kepada relasinya.
2. jika surat ditujukan kepada seseorang dengan
menuliskan nama jabatannya yang diikuti nama
organisasi atau unit organisasi.
Contoh:
I. Yth. Rektor Unsri
II. Yth. Kabag Personalia PT….
III. Yth. Ketua….
IV. Yth. Ibu…..
Tetapi, jika surat ditujukan kepada organisasi,
ungkapan yth. tidak dipakai; dan pada
amplopnya langsung dituliskan nama
organisasi beserta alamatnya.
Contoh :
PT Aero Wisata
Jln. Pemuda No. 53
Medan 15320
Sumatra Utara
c) Pada akhir setiap baris, termasuk setelah baris
terakhir yang biasanya berisi nama kota, nama
daerah, termasuk nama negara, tidak diberi
tanda titik, kecuali bila ada singkatan.
d) Dalam penulisan alamat tujuan dapat dipakai
singkatan yang lazim dengan mengindahkan
ketentuan penulisan singkatan yang berlaku
(lihat pedoman EYD).

142
e) Kode pos hanya ditulis pada alamat luar. Kode
pos perlu dicantumkan untuk memudahkan
petugas pos mengetahui wilayah/lokasi alamat
yang dituju.
Agar lebih jelas, dibawah ini diberikan beberapa
contoh penulisan alamat tujuan.
a. Cara penulisan alamat tujuan pada sampul surat
b. Kepada perseorangan
Yth. Sdr. Wawan Ruswanto
Jln. Persatuan No. 35
Ciputat, Kebayoran Lama
Jakarta 12230
c. Kepada pejabat pemerintah
Yth. Rektor UT
u.p. Kepala Pusat pengujian
Jalan Cabe Raya, Ciputat, Tanggerang 15418
d. Kepada organisasi/perusahaan
Bagian Pemasaran CV Sinar Kemilau
Jln. Jend. Sudirman 10
Ujung Pandang 14250
Sulawesi Selatan
e. Kepada pimpinan organisasi/perusahaan
Yth. Direktur PT Sentosa
Jln. Tunjungan No. 57
Surabaya 17812
f. Kepada pemasang iklan
Yth. Pemasang Iklan
Harian Kompas (Kode: S-01)
d.a Palmerah Selatan 86
Jakarta 11480
g. Alamat yang memakai u.p. (untuk perhatian)
Yth. Direktur Perum Astek
Jln. Letjen Suprapto 139
Jakarta 10530
u.p. Bpk. Suratno, S.H.
h. Kepada kotak pos (P.O. Box)
143
Kotak Pos 247/JKS
Jakarta 12160

(7) Salam Pembuka


Salam pembuka hanya dipakai dalam surat
berita. Gunanya agar surat tidak terasa kaku. Secara
teoritis pemakaian salam pembuka sifatnya tidak wajib.
Surat berita tanpa salam pembuka, sama sekali tidak
salah. Namun, dalam praktik pemakaian kita
menemukan fakta bahwa surat pribadi selalu memakai
salam pembuka, surat niaga umumnya memakai
salam pembuka, dan surat dinas pemerintah jarang
memakai salam pembuka.
Khusus tentang pemakaian salam pembuka di
dalam surat dinas pemerintah, ada orang yang
berpendapat bahwa surat dinas pemerintah tidak boleh
memakai salam pembuka. Pendapat yang demikian itu
kiranya perlu diluruskan. Tidak ada ketentuan yang
melarang penulis surat dinas pemerintah
mencantumkan salam pembuka di dalam suratnya.
Inulah beberapa contoh salam pembuka pada surat
resmi.
1. Dengan hormat,
2. Bapak (Pak)….. yang terhormat,
3. Ibu (Bu)…… yang terhormat,
4. Saudara……yang saya/kami hormati,
5. Salam sejahtera,
6. Assalamualaikum Wr. Wb.

(8) Isi Surat


Ditinjau dari segi komposisi, isi surat yang
paling ideal adalah yang terdiri atas tiga macam alinea,
yaitu alinea pembuka, alinea transisi, dan alinea
penutup. Ketiga jenis alinea tersebut akan
menjalankan fungsi tertentu di dalam suatu karangan,
termasuk di dalam surat. Memang isi surat dapat
144
dibuat singkat, terdiri atas dua atau bahkan satu
alinea. Tetapi, sebagai suatu karangan, surat yang
demikian terasa kurang lengkap atau kurang ideal.
1. Alinea Pembuka
Alinea pembuka pada sebuah surat berfungsi
sebagai pengantar bagi pembaca untuk segera
mengetahui masalah pokok surat. Di dalam surat
resmi, alinea pembuka harus telah mengandung
masalah pokok surat. Setelah membaca alinea
pembuka, pembaca surat hendaknya tidak lagi
bertanya-tanya atau merasa heran akan surat yang
diterimanya.
Contoh alinea pembuka untuk memberitahukan,
menanyakan, meminta, melaporkan dan
menyampaikan sesuatu dapat dipergunakan bentuk-
bentuk di bawah ini setelah disesuaikan dengan
maksud suratnya.

1) Kami beri tahukan bahwa……


2) Dengan ini kami kabarkan bahwa…….
3) Dengan sangat menyesal kami beri tahukan……..
4) Pada kesempatan ini kami bermaksud
menanyakan……..
5) Dengan ini kami menanyakan………
6) Kami mohon bantuan saudara untuk……..
7) Perkenankanlah kami melaporkan……..
8) Sebagai tindak lanjut pertemuan kita………
9) Sebagai realisasi perundingan kita……….
10) Bersama ini kami kirimkan daftar……..
11) Sesuai dengan pembicaraan kita minggu yang
lalu………
Jika menjawab atau membalas surat dan
menunjuk surat/iklan tertentu, untuk awal alinea
pembukanya dapat dipergunakan bentuk-bentuk
dibawah ini.
1. Untuk menjawab surat Saudara Nomor………….
145
2. Untuk membalas surat Saudara Nomor………….
3. Sehubungan dengan surat Saudara Nomor………
4. Berkenaan dengan surat Saudara Nomor………..
5. Untuk memenuhi permintaan Saudara melalui surat
Nomor……….
6. Menunjuk surat Anda Nomor……….
7. Setelah membaca iklan perusahaan Bapak dalam
harian………
Sebagai lanjutan dari awal alinea pembuka
yang diperkenalkan di atas dapat dipakai beberapa
pilihan anak kalimat yang sesuai dengan kasus dan
konteks permasalahan. Kenyataan menunjukkan
bahwa anak kalimat itu sering diawali dengan frase
dengan ini atau bersama ini sebagai alternatif.
Misalnya:
i. Sebagai tindak lanjut pertemuan kita tanggal
…….. dengan ini/ bersama ini….(harus dipilih
salah satu frase).
ii. Untuk menjawab surat Saudara
Nomor…….dengan ini/bersama ini….(harus
dipilih salah satu frase).
2. Alinea Transisi
Yang dimaksud dengan alinea transisi adalah
seluruh alinea yang terdapat antara alinea pembuka
dan alinea penutup. Alinea transisi berisi uraian,
keterangan, atau penjelasan tentang masalah pokok
surat yang sudah terdapat dalam alinea pembuka.
Alinea transisi sangat penting karena di dalamnya
terdapat isi surat yang sesungguhnya berupa pesan-
pesan yang ingin disampaikan oleh pengirim surat.
Karena itu, alinea transisi juga sering disebut alinea isi
atau alinea pesan.
Contoh :
a) Dengan cara repetisi

146
Yang dimaksud dengan repetisi adalah
pengulangan sebagian unsur alinea sebelumnya untuk
memulai alinea baru ( alinea transisi).
Contoh (i):
alinea awal (alinea pembuka):
Dengan ini kami kabarkan bahwa direktur
kami sedang menderita sakit,
dan kini beliau dirawat di Rumah Sakit Islam,
Jakarta.
alinea lanjutan (alinea transisi):
Karena direktur kami sakit, pertemuan
yang semula dijadwalkan
berlangsung tanggal….. terpaksa ditunda.
Contoh (ii):
alinea awal (alinea pembuka):
Pada kesempatan ini kami
memperkenalkan perusahaan kami PT XYZ.
Kami bergerak dalam bidang jasa asuransi
kerugian, khususnya asuransi kebakaran.

Alinea lanjutan (alinea transisi):


Asuransi kerugian, khususnya
asuransi kebakaran telah menjadi
spesialisasi kami selama 15 tahun, mulai tahun
1980 sampai sekarang. Kami
telah …..dst.
b)Dengan bantuan Frase Transisi
Frase adalah kelompok kata dengan
konstruksi nonprediktif yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan dalam membentuk kalimat atau
alinea. Salah satu jenis frase yang cukup produktif
pemakaiannya didalam surat-menyurat adalah frase
transisi, yaitu frase penghubung yang berfungsi untuk
mempererat hubungan antaralinea. Dengan bantuan
frase transisi, hubungan antar alinea akan terasa lebih

147
padu. Di bawah ini diberikan sebagian contoh frase
transisi.
1) Oleh sebab itu,…..
2) Sehubungan dengan itu,…….
3) Sehubungan dengan hal tersebut,……….
4) Akan tetapi,………….
5) Walaupun demikian,………..
6) Dalam pada itu,…………
7) Di samping itu,…………..
8) Selain itu,……………
9) Berkenaan dengan hal tersebut,………….
10) Berkaitan dengan hal di atas,………….
c)Dengan Bantuan Kata Penghubung
Kata-kata penghubung seperti meskipun,
berhubungan, tetapi, namun, sebaliknya, kemudian,
selanjutnya, dan jadi, dapat dipakai untuk memulai
alinea transisi, asal disesuaikan dengan fungsi masing
–masing kata tersebut.

Contoh (i):
alinea awal (alinea pembuka):
Menurut catatan kami, ternyata Saudara
belum melunasi faktur No.
357/A/90 tanggal 15 Oktober 2005 sebesar Rp.
975.000,00. Utang tersebut sebenarnya sudah
harus Saudara bayar pada akhir bulan Desember
(jatuh tempo tanggal 28 Desember 2005).
alinea lanjutan (alinea transisi):
Meskipun keterlambatan itu mungkin tidak
sengaja, tetapi untuk menjaga kelancaran
perputaran uang kami, kami mengharap agar
Saudara segera melunasi utang tersebut.
Contoh (ii):
alinea transisi:
148
Pada hari tersebut akan diadakan testing
dan wawancara. Untuk itu, kami harap Saudara
membawa ijazah asli dan surat keterangan lain
yang diperlukan.
3. Alinea Penutup
Alinea penutup harus singkat dan tegas serta
tidak berisi basa-basi yang berlebihan. Alinea penutup
harus selaras dengan misi surat. Bunyi alinea penutup
untuk sebuah surat berita dengan sendirinya berbeda
dari bunyi alinea penutup surat-surat nonberita. Di
bawah ini disajikan beberapa contoh alinea penutup
yang pemakaiannya dapat sesuai dengan isi dan sifat
surat yang akan dibuat.
1. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
2. Atas bantuan dan perhatian saudara, kami
ucapkan terima kasih.
3. Demikianlah agar saudara maklum, dan atas
perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
4. Harapan kami semoga kerja sama yang telah kita
bina dapat ditingkatkan terus.
5. Mudah-mudahan bahan pertimbangan yang kami
kemukakan di atas bermanfaat bagi saudara.
6. Kami menunggu kabar lebih lanjut, dan atas
perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
7. Kami harap hal ini mendapat perhatian saudara
sepenuhnya, dan tak lupa kami ucapkan terima
kasih.
8. Perhatian saudara terhadap hal ini sangat kami
hargai
9. Demikian agar instruksi ini dilaksanakan dengan
penuh rasa tanggun gjawab

(9) Salam Penutup


Seperti halnya salam pembuka, pemakaian
salam penutup di dalam surat sifatnya tidak wajib.
149
Dalam praktik pemakaian, surat pribadi dan surat
niaga selalu memakai salam penutup, sedangkan surat
dinas pemerintah jarang memakai salam penutup.
Contoh:
a. Hormat kami,
b. Salam kami,
c. Salam hormat,
d. Teriring salam,
e. Disertai salam,
f. Salam takzim,
g. Wasalam,

(10) Nama Organisasi yang Mengeluarkan Surat


Dalam surat niaga, setelah salam penutup
masih sering dicantumkan nama organisasi yang
mengeluarkan surat. Hal ini dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa surat yang dikirim mewakili
organisasi, bukan mewakili pribadi. Namun, setelah
ditimbang-timbang manfaatnya, terasa nama
organisasi tidak perlu dicantumkan lagi karena telah
terdapat pada kepala surat. Lain halnya bila surat
menggunakan lebih dari satu lembar kertas. Lembar
kedua, ketiga, dan seterusnya tidak lagi memakai
kertas berkepala surat, cukup memakai kertas polos
saja. Untuk itu, nama organisasi perlu dicantumkan
lagi. Pencantuman itu memang bukan sesuatu yang
wajib karena nama organisasi telah ada pada kepala
surat.
Contoh (i):
Hormat kami,

H. Ali Imron
Direktur Utama
Contoh (ii):
Hormat kami,
Divisi Pemasaran
150
Robby Tumewu
Manajer Pemasaran
Di dalam surat dinas pemerintah, setelah isi
surat langsung dicantumkan nama jabatan penanda
tangan surat. Kadang-kadang saja dicantumkan nama
organisasi yang mengeluarkan surat. Hal ini terjadi
karena dalam surat dinas pemerintah penggunaan
kepala surat sangat banyak variasinya. Hampir setiap
unit organisasi, bahkan proyek-proyek khusus,
menggunakan kertas berkepala surat tersendiri.
Contoh (i):
Wakil Kepala Desa

Asmarani, B.A.
NIP………………..

Contoh (ii):
Kepala Biro Kepegawaian

Dr. Andhika Saputra


NIP…………………

(11) Jabatan Penanda Tangan


Contoh:
Yours Faithfully,

Rina Rotinsulu
Secretary to Mr. Brown
Cara seperti itulah yang dipakai dalam surat-surat
niaga di Indonesia, terutama dalam penggunaan
bentuk lurus.
151
Contoh:
Hormat kami,
PT Mawar Melati

Dewi Sekar Taji


Sekretaris Direksi
Dalam surat dinas pemerintah, di bawah nama
penanda tangan dicantumkan nomor induk pegawai
(NIP).
Contoh:
Kabag Rumah Tangga

Adi Sumitro, S.H.


NIP 130699321

(12) Tanda Tangan dan Nama Penanggung Jawab


a Atas nama
Cara ini dipakai bila pejabat utama melimpahkan
kekuasaan kepada bawahannya untuk
menandatangani surat atas nama pejabat utama.
Pemberian kuasa harus sesuai dengan bidang
tugas rutin dari pejabat yang diberi kuasa, kecuali
untuk hal-hal yang bersifat khusus. Batas
wewenang penandatanganan dan jenis-jenis surat
yang boleh ditandatangani dengan atas nama,
tentu harus diatur dengan jelas dalam ketentuan
tersendiri. Atas dasar ketentuan tersebut, surat
yang ditandatangani pejabat bawahan dengan
mengatasnamakan atasannya tidak perlu lagi
mendapat persetujuan atasan terlebih dahulu
karena atas nama telah mengandung pengertian
mewakili atasan, termasuk kekuasaan dan
tanggung jawab untuk surat yang ditandatangani.
Contoh (i):

152
a.n. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
Sekretaris Jenderal

Dr. Roni Saleh


NIP…………………
Contoh (ii):
a.n. Direktur PT Kencana Bahari

Ahmad Faisal, S.H.


Manajer Pemasaran
b. Untuk beliau
Contoh (i):
a.n. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Kepala Biro Kepegawaian
u.b.
Kepala Bagian Mutasi
Tenaga Edukatif

Bagus Setiawan, S.H.


NIP……………….
13. Tembusan
Sebuah surat akan mempunyai tembusan bila kopi
surat dikirimkan kepada pihak ketiga yang ada
sangkut-paut atau keterkaitannya dengan surat yang
dikeluarkan. Dengan cara itu, orang yang dikirimi
tembusan ikut mengetahui permasalahan surat, dan
orang yang dikirimi
surat juga mengetahui kepada siapa saja surat yang
diterimanya itu ditembuskan.
Notasi tembusan – dapat ditulis tindasan atau
carbon copy (c. c.) –ditempatkan disebelah kiri bawah
kertas surat pada margin kiri, lurus ke atas dengan
nomor surat (pada bentuk lurus)dan lurus ke atas
dengan nomor, lampiran, prihal (pada bentuk resmi).
153
Teknis penulisan tembusan ada 2 macam:
1) tembusan ysng objeknya hanya satu, dituliskan
sebaris atau sejajar dengan notasi
nya.
Contoh:
Tembusan: Kepala Biro Perencanaan
2) Tembusan yang obyeknya lebih dari satu, dituliskan
berderet ke bawah, dan diberi
diberi nomor urut.
Contoh:
Tembusan:
1. Kabag Kepegawayan
2. Kabag Keuangan
3. Kabag Rumah Tangga
Bentuk salah penulisan tembusan
Contoh:
Tindasan: Arsip
atau
C.C: File
Maksudnya tentu mengigatkan kepada pembaca surat
bahwa ada kopi surat tersebut yang disimpan oleh
instansi pengirimnya. Bukankah hal itu sudah
otomatis? Jadi, dengan sendirinya tidak perlu ditulis.
Contoh: tembusan yang salah
Tembusan:
1.KabagUmum
2.KabagTataUsaha
3. Arsip
Tembusan nomor 3 jelas salah. Notasi tembusan
dimaksudkan untuk menyatakan untuk menyatakan
bahwa kopi surat disampaikan kepada pihak lain yang
terkait ikut yang ikut berkepentingan. Tentu arsip dan
pertinggal di sini bukan merupakan pihak yang
dimaksud.
Contoh: tembusan yang salah
Tembusan:
154
1. Direktur (sebagai laporan)
2. Karo Adum (untuk diketahui)
Penambahan kata-kata sebagai laporan atau untuk di
ketahui tidak diperlukan.

Bahasa Surat

Surat berfungsi sebagai sesulih/pengganti diri dari


orang yang menyurati untuk menyampaikan sesuatu
kepada orang yang disurati /dikirimi surat. Oleh karena
itu, bahasa yang digunakan di dalam menulis surat
seyogianya bahasa yang memiliki tingkat kesopanan
yang tinggi dan halus. Sopan berarti santun sehingga
pilihan katanya dalam berbahasa tidak menyinggung
perasaan orang lain. Selain itu, kesopanan berbahasa
kesantunan dalam menggunakan laras atau ragam
bahasa tertentu sebagai sarana komunikasi yang
sesuai dengan adat serta ranah bahasa. Oleh karena
itu, penulis surat hendaknya menggunakan bahasa
yang benar, yang sesuai dengan kaidah bahasa
secara umum dan kaidah bahasa surat secara
khusus. Sebagai suatu karangan, surat juga harus
tunduk pada kaidah komposisi atau kaidah karang-
mengarang pada umumnya.

Ciri-Ciri Bahasa Surat


1) Bahasa yang jelas
Agar informasi yang disampaikan dapat dipahami
dengan tepat, bahasa yang dipakai harus jelas. Jelas
tidak hanya berati mudah dimengeri, tetapi juga bebas
dari kemungkinan salah tafsir. Bahasa yang jelas tidak
taksa, tidak meragukan, tidak kabur sehingga dapat
mengalihkan gagasan kepada pembaca tepat seperti
yang dimaksud oleh penulis.

Contoh bentuk salah


155
a. Bersama ini kami beritahukan …
b. Demikian agar maklum.
Contoh bentuk benar
a. Bersama ini kami kirimkan…
b. Demikian agar Bapak maklum
Kata bersama ini pada (a) dipakai untuk menyatakan
surat sebagai pengantar sesuatu yang disertakan
bersama surat misalnya barang, dokumen dll..Pada (b)
kehilangan subjek.

2) Bahasa yang lugas


Lugas dapat diartikan sederhana bersahaja
(simple0, langsung pada permasalahan (strig to the
poin ) atau (busineeslike), yaitu praktis, cekatan, dan
cepat Kata lugas jika diterapkan dalam kalimat berarti
langsung menunjukkan perssoalan yang pokok-pokok
saja , tidak bertele-tele, dan tidak menimbulkan
penapfsiran ganda.
Contoh:
Lugas Berlebihan
adalah merupakan adalah
merupakan
agar supaya agar
supaya
demi untuk demi
untuk
disebabkan oleh karena disebabkan
oleh karena
keputusan daripada rapat keputusan rapat
membicarakan tentang membicarakan…
sejak dari sejak
dari
seperti misalnya seperti
misalnya

4) Bahasa yang umum


156
Yang dimaksud bahasa umum adalah bahasa
ragam resmi. Kaidah bahasa resmi berlaku pula
dalam surat-menyurat resmi. Hal itu tidak bisa ditawar
lagi. Memang dalam surat-menyurat resmi dipakai
kata-kata atau ungkapan yang khas, tetapi kata-kata
dan ungkapan itu tetap berlaku umum karena dipakai
bersama-sama oleh penulis surat. Karena itulah ragam
bahasa surat tergolong ragam resmi khas surat-
menyura
Jika sesorang akan bergabung ke dalam situasi
pemakaian ragam khas surat-menyurat, ia harus
mengikuti arus artinya ia harus tunduk pada kaidah
bahasa surat, yaitu kaidah yang disepakati oleh
pemakai bahasa surat, termasuk pemakaian
kata/ungkapan khas surat-menyurat. Berikut ini contoh
kata-kata ungkapan yang dimaksud.

bersama ini nota bene (N.B.)


dengan hormat salinan
dengan ini terlampir
dengan alamat (d.a) tembusan
hal/perihal tertanda
hormat kami/hormat saya untuk perhatian (u.p.)
lampiran untuk beliau (u.b.)

Kata-kata dan ungkapan di atas sudah


mendominasi bahasa surat. Bentuk-bentuk tersebut
telah menjadi kesepakatan (konvensi) di kalangan
penulis surat. Para penulis surat harus mengikuti
dengan jalan turut memakai ungkapan khas tersebut.
Dalam pemilihan kata-kata penulis surat peerlu
memperhatikan unsur kelaziman jangan mencoba
menentang arus akan menghadapi resiko yaitu bahasa
suratnya tidak komunikatif. Bahasa surat terasa asing,

157
aneh, dan tidak umum. Perhatikan salah satu contoh
kalimat penutup surat berikut ini.

Kami tunggu balasan Saudara selekasnya, dan


untuk itu sebelumnya kami ucapkan terima kasih.

Pemakaian kata selekasnya dan sebelumnya di


dalam kalimat di atas tidak umum dan tidak lazim
dipakai dalam konteks tersebut. Sehingga perbaikan
kalimat tersebut sebagai berikut:

a) Kami tunggu balasan Saudara secepatnya,


dan untuk itu kami ucapkan terima kasih
b) Kami tunggu balasan Saudara secepat
mungkin, dan…
c) Kami tunggu balasan Saudara segera, dan…

5) Kata yang Baku


Yang dimaksud kata yang baku atau standar
adalah kata yang dianggap paling benar ditinjau dari
segi penulisan dan pengucapannya. Kata yang sudah
dibakukan sepenuhnya menjadi kata bahasa
Indonesia. Berikut ini daftar sebagian kata-kata baku
yang sering dipakai dalam surat-menyurat.

Baku Tidak Baku


Agustus Augustus
a.n. (atas nama) a. n
bertanda tangan bertandatangan
berterima kasih berterimakasih
CV C. V.
Februari Pebruari
d. a. d/a
jadwal jadual
158
Jumat Jum”at
Kuitansi kwitansi

6) Ungkapan Tetap
Ungkapan tetap (stam) atau dapat juga disebut
ungkapan idiomatic adalah ungkapan yang unsurnya
terdiri atas dua kata atau lebih yang berpola tetap .
Susunannya baku dan permanent sehingga unsurnya
tidak boleh dipertukarkan, ditambah, atau dikurangi.
Berikut ini contoh ungkapan tetap yang dipakai dalam
surat-menyurat.
berbicara tentang sehubungan dengan,
berdiskusi tentang sesuai dengan,
bergantung pada disebabkan oleh
bertalian dengan terjadi dari
berpasangan dengan terdiri atas
berkaitan dengan sejalan dengan,

7) Pemakaian Ejaan yang Disempurnakan

Ejaan yang berlaku untuk bahasa Indonesia


sekarang ini adalah Ejaan yang Disempurnakan
(EYD). Ketentuan pemakaian ejaan ini terdapat dalam
buku tersendiri: Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Adapun ruang
lingkupnya meliputi (1) pemakaian huruf , (2)
penulisan huruf capital dan huruf miring, (3) penulisan
kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian
tanda baca. Oleh karena itu, bahasa surat-menyurat
harus tunduk pada kaidah EYD.

Surat Lamaran Kerja


Surat lamaran kerja yaitu surat permohonan
seseorang yang ditujukan kepada instansi untuk
mendapatkan pekerjaan atau jabatan sesuai dengan
kualifikasi yang dimiliki.
159
1. Syarat Penyusunan Surat Lamaran Pekerjaan:
a. Surat lamaran yang ditulis tangan harus ditulis
oleh pelamar sendiri pada kertas yang
berkualitas baik, tidak boleh timbal balik dan
tidak harus pada kertas bergaris
b. Penampilan surat lamaran harus necis, bebas
dari coretan atau koreksian.
c. Isi surat lamaran harus menggambarkan sikap
optimis bahwa pelamar akan mampu bekerja
dengan baik
d. Isi surat lamaran tidak boleh bernada memelas
atau minta dikasihani.
e. Sapaan yang dipergunakan:
1. Bapak/Ibu, jika melamar pada instansi
pemerintah atau perusahaan swasta nasional.
2. Tuan, jika melamar pada perusahaan swasta
asing.
2. Riwayat hidup dan Teknis Penulisan
Isi riwayat hidup dapat dikelompokkan atas
empat sampai lima subjudul, yaitu (1) data pribadi, (2)
pendidikan, (3) pengalaman bekerja, (4) keterangan
lain, dan (5) referensi pribadi. Referensi pribadi dalam
riwayat hidup boleh dicantumkan, boleh juga tidak.
3. Untuk menyusun surat lamaran ada dua cara yaitu:
1. Surat lamaran dijadikan satu dengan daftar
riwayat hidup
2. Surat lamaran terpisah dengan daftar riwayat
hidup

Contoh Surat Lamaran Model Terpisah dengan Daftar


Riwayat Hidup

Jalan Ahmad Yani 12

Kompleks Bina Marga

160
Jakarta 13420

3 April 1994
Yth. Manajer Personalia
PT Tunas Muda Pratama
Jalan Senarai Raya 16
Jakarta Selatan

Hal: Lamaran Kerja sebagai Sekretaris

Dengan hormat,
Dengan ini saya, Ayu Werawati, 20 tahun,
lulusan Lembaga Pendidikan Keterampilan
Sekretaris YANTI tahun 2005 mengajukan lamaran
pekerjaan sebagai sekretaris.
Saya mampu melaksanakan tugas-tugas
kesekretarisan dengan baik, mengetik 200 HPM,
computer (WS 05, Lotus, dan D-base III), steno 75
KPM, serta akuntansi. Saya juga menguasai
bahasa Inggris dan Mandari baik lisan maupun
tulisan.
Sebagai bahan pertimbangan, saya
lampirkan riwayat hidup, salinan sertifikat
ketrampilan sekretaris, fotocopy KTP, dan dua
lembar pasfoto terbaru.
Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima
kasih.

Hormat saya,

Ayu Werawati

161
162
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal. (1996). Penggunaan Bahasa


Indonesia dalam Surat Dinas. Edisi Revisi Ketiga,
Cetakan V. Jakarta: Akademika Pressindo.

Arifin, Zainal dan Farid Hadi. 1991. Aneka Surat


Sekretaris dan Surat Bisnis. Jakarta: Akademika
Pressindo.

Bratawijaya, Thomas wijasa. 1987. Petunjuk Baru


Korespondensi Niaga Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pradnya Paramita.

Finoza, Lahmudin.dkk. 1991. Aneka Surat Sekretaris


dan Surat Bisnis. Jakarta:
Nina Dinamika.

163
Lembar Tes
Tugas
1) Carilah sebuah surat dinas pemerintah atau surat
bisnis. Tempelkan pada lembaran ini! Kemudian
komentarilah bentuk dan bahasa surat tersebut! Bila
dalam bahasa surat tersebut terdapat kekeliruan,
perbaikilah sehingga menjadi surat yang baik!

2) Buatlah surat lamaran kerja atas nama saudara


sendiri berdasarkan iklan di bawah ini.
Tulislah surat lamaran kerja dengan memperhatikan
ketentuan berikut.
a. model bergabung dengan daftar riwayat hidup
b. kaidah surat-menyurat
Lowongan Keja
Perusahaan properti yang sedang berkembang butuh tenaga kerja:

1. Tenaga sekretaris
 Wanita usia min. 22 tahun
 Lulusan SMEA/SMA Jurusan Sosial
 Kursus Pembukuan Dasar I & II
 Dapat mengoprasikan Komputer (WS & Lotus).
 Diutamakan pengalaman kerja min 1 tahun

2. Sales
 Pria usia min. 23 tahun
 Lulusan SMA/STM.
 Pengalaman kerja min. 3-4 tahun (building Material)

3. Estimator
 Pria usia max. 25 tahun
 Lulusan D3 Komputer
(Manajemen Informatika)
 Menguasai Spreadsheed, Database, Windows.
 Dapat berbahasa Inggris min. pasif
 Pengalaman kerja min. 2 tahun.

Kirim lamaran berikut CV ke:


P.O. BOX 7318 JKS PM 12073 JKT
164
Paling lambat 10 hari setelah iklan ini.
Jawab:

4) Saudara, Anda diminta tolong Ketua Jurusan


untuk membuat surat kepada Dekan . Surat itu
berisi permohanan dana akan mengadakan
seminar dalam rangka peringatan Hardiknas.
Saudara ditunjuk sebagai ketua pelaksana.
Tugas Anda sekarang, buatlah sebuah surat
resmi dengan rambu-rambu di yang telah
dipelajari! Kelengkapan surat silahkan tambah
sendiri!Silahkan tempel di sini

165
Jawab:

166
167

Anda mungkin juga menyukai