Anda di halaman 1dari 65

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bayi dan Pertumbuhan Bayi

1. Bayi
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi
sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh
ibunya.
Nursalam, dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan
pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan
masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi
merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami
adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai
berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Notoatmodjo, 2007).
2. Pertumbuhan Bayi
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel,
organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan fisik
merupakan hal yang kuantitatif, yang dapat diukur. Indikator ukuran
pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur
skelet, dan karakteristik seksual (Notoatmodjo, 2007).
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang
bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum,
pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal).
Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih
dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian
bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara
teratur (Notoatmodjo, 2007).

4
3. Ciri- Ciri Pertumbuhan
Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan
mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan proporsi
yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai
dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara
perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada
daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama
masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu,
atau hilangnya refleks tertentu.
4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Hidayat (2008) mengatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu faktor internal seperti biologis, termasuk genetik, dan
faktor eksternal seperti status gizi.
a. Faktor Internal (Genetik)
Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor
bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras
atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi
dengan baik dalam lingkungan, maka pertumbuhan optimal akan
tercapai (Hidayat 2008).
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan
antara lain keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup,
kesehatan lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan
olah raga, status kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal (Hidayat
2008).
Wong, dkk (2008) mengatakan bahwa nutrisi memiliki
pengaruh paling penting pada pertumbuhan. Bayi dan anak-anak
memerlukan kebutuhan kalori relatif besar, hal ini dibuktikan dengan
peningkatan tinggi dan berat badan.
5. Parameter Pertumbuhan Bayi
Parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan biasanya
yang dipergunakan adalah berat badan dan panjang badan (Hidayat,
2008).

5
a. Berat Badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga
dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak
(Hidayat, 2008). Selain itu, berat badan juga dapat digunakan sebagai
dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam
tindakan pengobatan (Hidayat, 2008).
Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami
penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan
waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air
seni yang belum diimbangi dengan asupan yang mencukupi, misalnya
produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada
hari kesepuluh (Hidayat, 2008).
Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami
penambahan 150-210 gram/minggu dan berdasarkan kurva
pertumbuhan yang diterbitkan oleh National Center for Health
Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat dua kali lipat dari
berat lahir pada akhir usia 4-7 bulan (Wong dkk, 2008). Berat badan
lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500
gram dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR),
sedangkan bila lebih dari 3.500 gram dikatakan makrosomia. Pada
masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan fisik dan status gizi. Status gizi erat kaitannya dengan
pertumbuhan, sehingga untuk mengetahui pertumbuhan bayi, status
gizi diperhatikan (Susilowati, 2008).
Di Indonesia, baku rujukan yang digunakan sebagai
pembanding penilaian satus gizi dan pertumbuhan perorangan
maupun masyarakat adalah baku rujukan WHO-NCHS (Hidayat,
2008). Baku rujukan WHO-NCHS ini membedakan antara laki-laki dan
perempuan, agar diperoleh perbedaan yang lebih mendasar.
Pembagiannya dikategorikan menjadi gizi baik, kurang, buruk, dan
lebih (Hidayat, 2008).

6
Tabel 2.1 Pembagian status Gizi berdasarkan Berat Badan
Kategori Ambang Batas
Gizi Baik +2 SD > skor_Z ≥-2 SD
Gizi Kurang -2 SD > Skor_Z ≥ -3SD
Gizi Buruk Skor_Z < -3 SD
Gizi Lebih Skor_ Z ≥ +2 SD

Skor_Z = BBu-BBr
SDr

Keterangan :
BBu = Berat badan
BBr = Berat badan berdasarkan tabel (Median)
SDr = Standar deviasi yang diperoleh dari selisih Median
dengan -1 SD
atau +1 SD dari tabel WHO-NCHS.

Berikut ini tabel rujukan WHO-NCHS untuk anak perempuan dan lakilaki
berdasarkan BB/U :

Tabel 2.2 Rujukan BB/U untuk Anak Perempuan Usia 0-6 Bulan menurut
WHONCHS
Umur Nilai BB (kg)
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 1,8 2,2 2,7 3,2 3,6 4,0 4,3
1 2,2 2,8 3,4 4,0 4,5 5,1 5,6
2 2,7 3,3 4,0 4,7 5,4 6,1 6,7
3 3,2 3,9 4,7 5,4 6,2 7,0 7,7
4 3,7 4,5 5,3 6,0 6,9 7,7 8,6
5 4,1 5,0 5,8 6,7 7,5 8,4 9,3
6 4,6 5,5 6,3 7,2 8,1 9,0 10,0
Sumber:Hidayat, 2008

7
Tabel 2.3 Rujukan BB/U untuk Anak Laki-laki Usia 0-6 Bulan menurut WHO-
NCHS
Umur Nilai BB (kg)
(bulan)
-3 -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
SD
0 2,0 2,4 2,9 3,3 3,8 4,3 4,8
1 2,2 2,9 3,6 4,3 5,0 5,6 6,3
2 2,6 3,5 4,3 5,2 6,0 6,8 7,6
3 3,1 4,1 5,0 6,0 6,9 7,7 8,6
4 3,7 4,7 5,7 6,7 7,6 8,5 9,4
5 4,3 5,3 6,3 7,3 8,2 9,2 10,1
6 4,9 5,9 6,9 7,8 8,8 9,8 10,8
Sumber:Hidayat, 2008

b. Panjang Badan
Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika
anak telentang (Wong dkk, 2008). Pengukuran panjang badan digunakan
untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan
indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan
untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan
lingkar lengan atas (Wong dkk, 2008).
Pengukuran panjang badan dapat dilakukan dengan sangat mudah untuk
menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang badan
bayi baru lahir normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva pertumbuhan
yang diterbitkan oleh National Center for Health Statistics (NCHS), bayi akan
mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya
(Wong dkk, 2008). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang
sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini
akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Wong dkk, 2008).
Kategori untuk panjang badan, dapat dibedakan menjadi kategori sangat
pendek, pendek, normal dan tinggi (Depkes RI, 2012).

8
Tabel 2.4 Pembagian Status Gizi berdasarkan Panjang Badan
Kategori Ambang Batas
Sangat Pendek Skor_Z < -3 SD
Pendek -2 SD > skor_Z ≥-3 SD
Normal +2 SD ≥ Skor_Z ≥ -2SD
Tinggi Skor_Z > +2 SD

Skor_Z = TBu_TBr
SDr
Keterangan :
TBu = Tinggi badan
TBr = Tinggi badan berdasarkan tabel (Median)
SDr = Standar deviasi yang diperoleh dari selisih Median dengan -1 SD atau
+1 SD dari tabel WHO-NCHS

Berikut ini tabel rujukan WHO-NCHS pada anak perempuan dan laki-
laki berdasarkan TB/U :

Tabel 2.5 Rujukan TB/U untuk Anak Perempuan Usia 0-6 Bulan menurut
WHONCHS
Umur Nilai TB (cm)
(bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 43,4 45,5 47,7 49,9 52,0 54,2 56,4
1 46,7 49,0 51,3 53,5 55,8 58,1 60,4
2 49,6 52,0 54,4 56,8 59,2 61,6 64,0
3 52,1 54,6 57,1 59,5 62,0 64,5 67,0
4 54,3 56,9 59,4 62,0 64,5 67,1 69,6
5 56,3 58,9 61,5 64,1 66,7 69,3 71,9
6 58,0 60,6 63,3 65,9 68,6 71,2 73,9
Sumber:Wong dkk, 2008

9
Tabel 2.6 Rujukan TB/U untuk Anak Laki-laki Usia 0-6 Bulan menurut WHO-
NCHS
Umur Nilai TB (cm)
(bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 43,6 45,9 48,2 50,5 52,8 55,1 57,3
1 47,2 49,7 52,1 54,6 57,0 59,5 61,9
2 50,4 52,9 55,5 58,1 60,7 63,2 65,8
3 53,2 55,8 58,5 61,1 63,7 66,4 69,0
4 55,6 58,3 61,0 63,7 66,4 69,1 71,7
5 57,8 60,5 63,2 65,9 68,6 71,3 74,0
6 59,8 62,4 65,1 67,8 70,5 73,2 75,9
Sumber : Wong dkk, 2008

B. Konsep ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI dan ASI Eksklusif


Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI).
ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi
bayi yang sangat sempurna, bersih, serta mengandung zat kekebalan
yang sangat dibutuhkan bayi (Prasetyono, 2009). Sedangkan ASI
eksklusif menurut Roesli (2000) adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur, dan nasi tim. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan
sampai enam bulan.
2. Manfaat ASI Eksklusif
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa ASI adalah
makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono,
2009). Menyusui mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,
masyarakat, dan negara, serta lingkungan. Prasetyono (2009)
menyatakan bahwa ASI memiliki banyak manfaat, diantaranya :
a. Bagi Bayi
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas
maupun kuantitasnya. Manfaat ASI bagi bayi adalah sabagai nutrisi

10
yang memiiliki komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi; meningkatkan daya tahan tubuh bayi
karena mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur;
meningkatkan jalinan kasih sayang; meningkatkan daya penglihatan
dan kepandaian bicara; mengurangi risiko terkena penyakit kencing
manis, kanker pada anak, dan penyakit jantung; menunjang
perkembangan motorik.
b. Bagi Ibu
Memberikan ASI bagi ibu memiliki manfaat besar diantaranya
ibu akan lebih cepat langsing, perdarahan akan lebih cepat berhenti,
mengurangi angka risiko terkena kanker, sebagai cara kontrasepsi
untuk menjarangkan kehamilan, membantu rahim kembali ke ukuran
semula, lebih ekonomis sehingga ibu tidak repot, praktis dan ibu
dapat merasakan kepuasan yang mendalam.
c. Bagi Keluarga
Memberikan ASI lebih ekonomis dan praktis dan menjadikan
bayi lebih sehat sehingga keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya
untuk perawatan kesehatan, waktu dan tenaga keluarga akan lebih
hemat karena ASI selalu tersedia.
d. Bagi Masyarakat dan Negara
ASI juga memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat dan
negara, yaitu bayi yang sehat akan menghemat devisa negara untuk
pembelian susu formula, menghemat pada sektor kesehatan karena
jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan
hidup anak dengan menurunkan angka kematian, menciptakan
generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas, serta
membuat negara lebih sehat dengan memiliki bayi yang sehat.
e. Bagi Lingkungan
ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di
dunia. Dengan memberikan ASI berarti tidak memerlukan kaleng
susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik, dan dot karet. ASI
tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak
memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat

11
transportasi yang juga mengeluarkan asap, juga tidak perlu
menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar.
3. Klasifikasi ASI
Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga,
yaitu kolostrum, foremilk (air susu peralihan), hindmilk (air susu matang).
Penjelasan selengkapnya sebagai berikut (Prasetyono, 2009) :
a. Kolostrum
Kolostrum disekresi oleh kelenjar mamae pada hari pertama
hingga ketiga atau keempat sejak masa laktasi. Pada masa awal
menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh.
Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usus bayi dan
melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan
nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya.
Kolostrum mengandung protein tinggi sekitar 10%, vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A), mineral natrium dan
immunoglobulin (IgA) (Kodrat, 2010). Kolostrum memiliki ciri-ciri yaitu
berupa cairan kental berwarna kuning keemasan atau krem, wujudnya
sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit, bertindak sebagai
laksatif, volume kolostrum sekitar 150- 300 ml/ 24 jam (Prasetyono,
2009).
Adapun manfaat kolostrum bagi bayi adalah sebagai
pembersih selaput usus bayi, yang dapat membersihkan mekonium
sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan,
memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi, mampu melindungi
tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai
enam bulan (Weni, 2009).
b. Foremilk (Air Susu Peralihan)
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk).
Foremilk disekresi sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14
(Roesli, 2000). Air susu ini hanya mengandung sekitar 1- 2% lemak
dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan.
Jumlahnya sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus
pada bayi. Dalam foremilk ini, kadar protein makin rendah sedangkan
kadar karbohidrat dan lemak makin meningkat (Weni, 2009).

12
c. Hindmilk (Air Susu Matang/ Mature)
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui
hampir selesai. Hindmilk merupakan ASI yang dikeluarkan pada
sekitar hari ke-14 dan seterusnya dengan komposisi relatif konstan
(Weni, 2009). Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak
bervitamin. Air susu ini memberikan sebagian besar energi yang bayi.
4. Komposisi ASI
ASI mengandung zat gizi dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh
bayi antara lain LPUFAs (long chain polyunsaturated fatty), protein,
lemak, karbohidrat, laktosa, zat besi, mineral, sodium, kalsium, fosfor dan
magnesium, vitamin, taurin, laktobacillus, laktoferin dan lisosim serta air
(Kodrat, 2010). Oleh karena itu, ASI dalam jumlah cukup dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama enam bulan pertama setelah kelahiran.
a. Karbohidrat
Karbohhidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya
tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak
ketimbang dalam MP-ASI, sehingga ASI terasa lebih manis.
Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan
dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja
sel- sel saraf (Kodrat, 2010). Di dalam usus, sebagian laktosa akan
diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan
bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan
mineral lain (Prasetyono, 2009).
b. Protein
Sistem pencernaan bayi maupun tubuh bayi tidak alergi
terhadap protein yang dihasilkan ASI. Hal ini disebabkan karena
protein dalam ASI mengandung whey yang lunak dan mudah dicerna
oleh sistem pencernaan bayi, mengandung laktoferin untuk kesehatan
usus halus bayi, mengandung lisosim sebagai zat anti mikroba
(Kodrat, 2010).
c. Lemak
ASI lebih banyak mengandung enzim pemecah lemak (lipase).
Kandungan total lemak dalam ASI para ibu bervariasi satu sama lain,
dan berbeda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya. Jenis lemak
dalam ASI mengandung banyak omega- 3, omega- 6, dan DHA yang

13
dibutuhkan dalam pembentukan sel- sel jaringan otak (Prasetyono,
2009). Lemak merupakan zat gizi paling penting yang ada di dalam
ASI, yang dibutuhkan oleh otak dan tubuh bayi (Kodrat, 2010).
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Zat besi dan kalsium
dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap
tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang
terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. ASI juga mengandung
natrium, kalium, fosfor, dan klor meskipun dalam jumlah sedikit tetapi
tetap dapat mencukupi kebutuhan bayi (Prasetyono, 2009).
e. Vitamin
Apabila makanan yang dikomsumsi oleh ibu memadai, berarti
semua vitamin yang diperlukan bayi selama enam bulan pertama
kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Vitamin yang ada dalam ASI
banyak diserap tubuh bayi (Kodrat, 2010).
Kadar gizi yang dihasilkan ASI berbeda dari hari ke hari antara
kolostrum, ASI transisi, ASI mature dan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.7 Perbedaan Kadar Gizi yang Dihasilkan Kolostrum, ASI Transisi, ASI
Mature
Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI Mature
Energi (Kg kal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Ig A (mg/100 ml) - - 119,6
Ig G (mg/100 ml) - - 2,9
Ig M (mg/100 ml) - - 2,9
Lisosim (mg/100 ml) - - 24,3-27,5
Laktoferin - - 250-270
Sumber : Kodrat, 2010

14
C. Penyajian Susu Formula pada Bayi

1. Bersihkan botol susu bayi dengan baik

Hal pertama yang harus Anda perhatikan agar penyajian susu formula
bayi Anda aman adalah selalu jaga kebersihan botol susu bayi Anda. Hal
ini penting karena bakteri bisa saja bersarang di botol susu bayi Anda
yang kurang bersih, terlebih lagi bentuk botol susu biasanya membuat
Anda kesulitan dalam membersihkannya.

Berikut ini merupakan tips dalam membersihkan botol susu bayi, yaitu :

a. Bersihkan botol susu bayi dengan air hangat dan sabun cuci piring.
Gunakan sikat khusus botol agar Anda bisa menjangkau seluruh
bagian botol dengan mudah. Lihat juga kebersihan sikat khusus botol
yang Anda gunakan, bersihkan sikat tersebut terlebih dahulu sebelum
Anda membersihkan botol. Pastikan semua bagian botol sudah Anda
bersihkan. Kemudian, bilas dengan air bersih.
b. Tidak cukup dengan dibersihkan, Anda juga harus mensterilkan
botol susu. Bagaimana caranya? Anda bisa merebus botol susu
yang telah dipisahkan bagiannya (botol, dot, dan tutup botol) di dalam
panci berisi air. Pastikan semua bagian botol terendam air. Namun,
sebaiknya jangan merebus botol sampai air mendidih karena bisa
melepaskan bahan kimia dalam botol. Atau, Anda juga bisa
menempatkan botol di dalam air panas selama lima menit untuk
mensterilkannya dari kuman dan bakteri.
c. Juga, sebaiknya jangan menghangatkan botol di dalam
microwave. Botol dengan bahan plastik tertentu, seperti botol dari
polikarbonat atau botol nomor 7 atau “PC”, dapat melepaskan bahan
kimia bisphenol A (BPA) yang berbahaya.
d. Biarkan botol kering sendiri dengan udara atau Anda bisa
menggunakan tisu jika Anda ingin segera memakainya. Jangan
mengelap botol susu dengan kain lap karena bisa jadi terdapat bakteri
dalam kain lap.

15
2. Menyajikan susu formula bayi dengan aman

Tidak sembarangan saat Anda menyajikan susu formula untuk bayi Anda.
Susu formula harus dibuat dengan baik agar aman diminum oleh bayi,
terlebih jika bayi Anda masih berusia di bawah 2 bulan. Berikut ini
merupakan tahap-tahap dalam menyajikan susu formula.

a. Bersihkan tempat yang Anda gunakan untuk menyajikan susu


formula. Jangan lupa juga untuk membersihkan tangan Anda dengan
air dan sabun sebelum menyajikan.
b. Siapkan botol susu yang sudah dibersihkan dan disterilkan.
c. Rebus air yang akan digunakan untuk menyeduh susu formula bubuk.
Gunakan air hangat (tidak lebih dan tidak kurang dari 70° C) untuk
menyeduh susu bubuk. Hal ini bertujuan untuk membunuh bakteri
Enterobacter sakazakii yang mungkin terkandung dalam susu formula
bubuk. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini sangat jarang
terjadi, tetapi bisa terjadi dalam bentuk yang sangat serius. Selain
diseduh dengan air hangat, susu formula harus segera diminum atau
disimpan dalam kulkas (refrigerator) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri E. sakazakii.
d. Siapkan susu formula yang akan digunakan. Lihatlah tanggal
kedaluwarsa pada kemasan susu tersebut untuk memastikan susu
formula belum kedaluwarsan dan masih aman digunakan. Baca juga
petunjuk penyajian yang tertera dalam kemasan. Berapa sendok susu
bubuk yang harus Anda larutkan ke dalam sebotol air. (Setelah itu,
simpan susu formula bubuk dalam wadah tertutup dan taruh di tempat
yang sejuk dan jauh dari kelembaban (dengan suhu penyimpanan
optimal adalah 13-24° C). Kelembaban dapat membuat susu formula
bubuk menggumpal dan menurunkan kadar nutrisi yang terkandung di
dalamnya).
e. Masukkan beberapa sendok takar susu formula ke dalam air hangat
di dalam botol (sesuai petunjuk penyajian). Setelah itu, aduk rata atau
Anda bisa mengocoknya (pada botol yang sudah ditutup) sampai larut
sempurna.

16
f. Dinginkan botol di bawah air dingin yang mengalir atau tempatkan
botol dalam mangkuk yang berisi air dingin. Setelah itu, keringkan
botol dengan lap bersih.
g. Jika susu tidak lagi panas atau cukup hangat, Anda bisa langsung
memberikannya pada bayi Anda. Periksa suhu susu dengan
meneteskan sedikit susu pada kulit Anda sebelum memberikannya ke
bayi.
h. Buang sisa susu yang tidak dihabiskan bayi jika sudah lebih dari dua
jam sejak waktu penyajian.

C. Konsep MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu)

1. Pengertian
Istilah PASI bermacam- macam yakni makanan pelengkap,
makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan, weaning food,
makanan peralihan, beiskot (istilah dalam bahasa Jerman yang berarti
makanan selai dari susu yang diberikan pada bayi).
MP-ASI diberikan ketika bayi setelah berumur 6 bulan. Bayi
setelah berumur 6 bulan akan membutuhkan lebih banyak zat besi dan
seng. Pada masa inilah bayi memerlukan tambahan gizi yang tidak bisa
dipenuhi oleh ASI sehingga pemberian MP-ASI tepat diberikan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi yang baik. MP-ASI juga dapat
diberikan saat bayi harus dipisahkan dari ibu, misalnya ketika ibu sakit
keras atau menderita penyakit menular (Prasetyono, 2009). Menurut
Kodrat (2010) MP-ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang
telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi
kebutuhan zat gizi bayi.
Depkes RI (2012) mengatakan bahwa makanan tambahan atau
makanan pendamping ASI (MP- ASI) adalah makanan yang diberikan
kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI
diberikan mulai umur 6- 24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari
ASI ke makanan keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini
dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam
menerima makanan.

17
Pemberian MP-ASI kepada bayi setelah umur 6 bulan (Narendra
dkk, 2008) adalah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan zat
makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan
dan untuk aktivitas seharihari, menunjang tercapainya pertumbuhan yang
optimal, mendidik anak supaya memiliki kebiasaan makan yang sehat,
memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak.
Bayi yang siap menerima makanan padat selain ASI akan
menunjukkan tanda-tanda bahwa bayi akan lebih rewel dari biasanya,
jangka waktu menyusui menjadi lebih sering, bayi terlihat antusias ketika
melihat orang lain sedang makan, sudah mulai memasukkan tangan ke
mulut, bayi bisa didudukkan dan mampu menegakkan kepala serta
kemampuan refleks menelan sudak baik (Sutomo & Anggraini, 2010).
2. Pola Pemberian MP-ASI
MP-ASI yang diberikan harus memiliki mutu artinya bahwa dapat
memberikan semua unsur gizi esensial yang diperlukan bayi dalam
pertumbuhannya. Pola pemberian ASI/MP-ASI pada bayi 0-6 bulan
dimulai dengan pemberian ASI sesegera mungkin setelah melahirkan
terutama kolostrum yang sangat bermanfaat untuk bayi. ASI diberikan
setiap kali bayi meminta/menangis tanpa jadwal. Pemberian ASI 8-10 kali
setiap hari termasuk pemberian pada malam hari sudah memenuhi gizi
bayi (Depkes RI, 2012).
Pola pemberian makanan pada bayi dan anak menurut Maria &
Dina, (2011) yaitu :
Tabel 2.8 Pola Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak

Usia bayi Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI dalam Sehari


dan Sari Buah Makanan Makanan Makanan Padat
balita Buah Segar Lumat Lembek Biskuit/telur Makanan
Dewasa
0-6 bulan - - - - - -
6-9 bulan 1-2 - 2 kali 1 kali 1kali -
kali (dilumatkan)
9-12 1-2 - 1 kali 2 kali 1-2kali -
bulan kali (dilumatkan)

18
Sumber : (Maria&Dina, 2011. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita, Jakarta:
Puspa Swara).

3. Jenis-jenis MP-ASI
MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar,
seperti: tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur
mayur dan buah-buahan. Jenis-jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah
(Depkes RI, 2012) :
a. Buah- buahan
Buah- buahan dapat diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dengan
frekuensi 1-2 kali/ hari.
b. Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang berbentuk halus/ setengah cair
seperti bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri yang diberikan
pada bayi usia 6 bulan dengan frekuensi 2 kali/hari dan untuk 9-12
bulan 1 kali/hari.
c. Makanan Lembek
Makanan lembek adalah makanan yang dihancurkan atau disaring
tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lunak
seperti bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/dikerok, pepaya
saring, tomat saring, nasi tim saring, bubur saring yang diberikan
pada bayi usia diatas 6-9 bulan dengan frekuensi 1 kali/hari dan untuk
6-9 bulan 2 kali/hari.
d. Makanan Padat
Makanan padat adalah makanan pendamping berbentuk padat yang
tidak dianjurkan terlalu cepat diberikan pada bayi mengingat usus bayi
belum dapat menerima dengan baik sehingga dapat mengganggu
fungsi usus, misalnya biskuit, telur, dan buah.

Hasil penelitian Widodo (2003) mengatakan bahwa jenis MP-


ASI yang terbanyak diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan
pada umumnya adalah pisang (57,3%), sedangkan Manalu (2008)
mengatakan bahwa MP-ASI terbanyak yang diberikan pada bayi
adalah nasi bubur (92,68%).

19
4. Jadwal Pemberian MP-ASI
Ada baiknya bila ibu membuat jadwal pemberian MP-ASI sesuai
waktunya, yaitu ketika bayi benar- benar membutuhkannya atau setelah
menyusu. Jika ibu tidak membuat jadwal, maka hal ini akan dinilai tidak
efisien, tidak praktis, dan memerlukan tambahan biaya yang cukup besar.
Sementara itu, bayi juga akan mengalami beberapa kerugian. Pertama,
daya tahan tubuh bayi menjadi rentan terhadap penyakit, karena
kekurangan zat antibodi yang dapat meningkatkan risiko infeksi bagi bayi.
Kedua, bayi terancam kekurangan gizi bila MP-ASI diberikan tidak sesuai
ketentuan penggunaan MP-ASI. Ketiga, bayi lebih mudah terserang diare
dan alergi. Keempat, pertumbuhan mulut, rahang dan gigi bayi tidak baik.
Kelima, mengurangi kedekatan hubungan antara ibu dan bayi, yang dapat
menghambat perkembangan mental bayi di masa mendatang
(Prasetyono, 2009).
Sesungguhnya, tidak ada peraturan khusus yang terkait dalam
pemberian MP-ASI. Tetapi kebiasaan mendisiplinkan anak sejak dini
merupakan awal yang baik bagi kehidupannya di masa mendatang.
Selain itu, bayi juga dibiasakan mengikuti irama pemberian makanan
ASI/MP-ASI, sehingga bayi tidak kelaparan bila ibu lupa menyediakan
kebutuhannya. Perinasia (2008) menyatakan bahwa jadwal pemberian
makanan pada bayi antara lain :
Tabel 2.9 Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi
Umur (bulan) Makanan Jumlah/hari
0-6 ASI saja Sesuka bayi
6-9 ASI Sesuka bayi
Buah 2 kali
Bubur susu 1 kali
9-12 Nasi tim saring 2 kali
ASI Sesuka bayi
Buah 2 kali
Nasi tim 3 kali
Sumber : Perinasia, 2008

20
5. Perbedaan ASI dengan MP-ASI
Menurut Kodrat (2010), perbedaan ASI dan MP-ASI adalah sebagai
berikut:
a. ASI: Mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi, seperti faktor
pembentuk selsel otak terutama DHA dalam kadar tinggi, whey lebih
banyak daripada kasein dengan perbandingan 65:35 sehingga protein
ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi.
Susu formula: Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di dalamnya
dapat diserap oleh tubuh bayi, misalnya protein susu sapi karena
mengandung lebih banyak casein dibanding whey yaitu 80:20.
b. ASI: ASI mudah dicerna bayi karena mengandung enzim-enzim yang
dapat membantu proses pencernaan, antara lain lipase, amylase dan
protease. Sisa metabolisme yang akan diekskresikan melalui
ginjal hanya sedikit, sehingga kerja ginjal bayi menjadi lebih ringan.
Susu formula: Sulit dicerna karena tidak mengandung enzim
perncernaan, karena serangkaian proses produksi di pabrik
mengakibatkan enzim-enzim pencernaan tidak berfungsi. Akibatnya,
lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses
metabolisme, yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras.
c. ASI: Komposisi zat gizi ASI sejak hari pertama menyusui berubah dari
hari ke hari. Perubahan komposisi ASI ini terjadi dalam rangka
menyesuaikan diri dengan kebutuhan gizi bayi.
Susu formula: Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali
minum.
d. ASI: Mengandung banyak zat pelindung, antara lain imunoglobulin
dan sel-sel darah putih hidup, faktor bifidus.
Susu formula: Hanya sedikit mengandung imunoglobulin, tidak
mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup
e. ASI: Cita rasa ASI bervariasi sesuai dengan jenis senyawa atau zat
yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi
ibu.
Susu formula: Bercita rasa sama dari waktu ke waktu.
6. Risiko Pemberian MP-ASI terlalu dini

21
Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini berbahaya
karena bayi belum memerlukan makanan tambahan saat ini dan
makanan tersebut dapat menggantikan ASI lebih sedikit, menyebabkan
risiko terjadinya infeksi meningkat, selain itu tidak ditemukan bukti bahwa
pemberian makanan tambahan pada usia empat atau lima bulan lebih
menguntungkan, bahkan mempunyai dampak negatif untuk kesehatan
bayi Kodrat (2010).
Menurut Kodrat (2010), bayi belum siap untuk menerima makanan
semi padat kira-kira berumur 6 bulan, dan makanan itu belum dirasakan
perlu sepanjang bayi tersebut mendapatkan ASI yang cukup. Hal ini
dapat mengakibatkan munculnya berbagai penyakit, seperti gangguan
menyusui, beban ginjal yang terlalu berat dan gangguan terhadap selera
makan.
a. Risiko Jangka Pendek
1) Gangguan Menyusui
Pengenalan makanan selain ASI secara dini akan menurunkan
frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, sehingga risiko untuk
terjadinya penurunan ASI semakin besar.
2) Penurunan absorbsi besi dari ASI
Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat
mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, walaupun
konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah.
3) Penyakit Diare
b. Risiko Jangka Panjang
1) Obesitas
Pemberian makanan pada bayi sejak usia dini dapat
mengakibatkan kegemukan pada bayi. Bayi yang mendapat ASI
dapat mengatur masukan konsumsi sehingga konsumsi makanan
dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.
2) Beban ginjal yang berlebihan dan hiperosmolaris
Makanan padat banyak mengandung kadar Natrium Clorida
(NaCl) tinggi yang akan menambah beban ginjal. Beban tersebut
masih ditambah oleh makanan pendamping lainnya yang
mengandung daging.

22
3) Arteriosklerosis
Peranan faktor diit dalam patogenesis dan penyakit jantung
iskemik tidak dipungkiri lagi. Faktor nutrisi yang terlibat antara lain
diit yang mengandung tinggi energi atau kalori dan kaya akan
kolesterol serta lemak-lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak
tak jenuh rendah.
4) Alergi terhadap makanan
Belum sempurnanya sistem kekebalan usus pada umur yang dini,
dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan
pada masa kanakkanak. ASI kadang-kadang dapat menularkan
penyebab alergi dalam jumlah yang cukup banyak untuk
menyebabkan gejala klinis, tetapi pemberian susu sapi atau
makanan pendamping yang dini menambah terjadinya alergi
terhadap makanan.

D. Perkembangan Bayi

Perkembangan adalah hal-hal yang lebih berkaitan dengan fungsi-


fungsi organ tubuh seperti kepandaian/intelegensia, emosi, perilaku dan
panca indera.

1. Penilaian Perkembangan Anak dengan DDTK


Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita mempermudah petugas
kesehatan yang berada di lapangan pemantauan perkembangan anak
(Nursalam, dkk. 2005)
2. Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini
mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya
penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan
penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor
resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini (Depkes RI, 2012).
Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh
kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,
penyembuhan serta pemulihan
dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses
tumbuh

23
kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur
perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh
kembang yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997).
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal
pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan.
Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur
tersendiri. Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah
penilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan
dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci.
Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk menilai
kecepatan pertumbuhan.

1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan


a. Pemantauan status gizi dengan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat)
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan
utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan padaupaya
pencegahan dan peningkatan keadaan gizi balita. Pemantauan
pertumbuhan merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri; (1)
penilaian pertumbuhan balita secara teratur melalui penimbangan
setiap bulan, pengisian dan penilalan hasil penimbangan
berdasarkan Kartu Menuju Sehat; (2) tindak lanjut setiap kasus
gangguan pertumbuhan berupa (konseling, penyuluhan dan
rujukan); (3) tindak lanjut berupa kebijakan dan program di tingkat
masyarakat, serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakan
keluarga.
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat
kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri
berat badan menurut umur.Dengan KMS gangguan pertumbuhan
atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan
tepat sebelum masalahnya lebih berat.
KMS dibedakan antara KMS anak laki-laki dan KMS anak
perempuan, KMS anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat

24
tulisan untuk laki-laki dan KMS perempuan berwarna dasar merah
muda dan terdapat tulisan untuk perempuan.
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan
ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik
berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil
penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis.
Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk
grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya
akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan
umurnya.

Arah garis pertumbuhan :


1. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah
satu pita warna, atau (N2)
Berat Badan Naik
2. Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita
warna diatasnya. (N1)
3. Garis pertumbuhannya turun (T3)
4. Garis pertumbuhannya mendatar (T2),
Berat badan Tidak Naik
5. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke
pita warna. (T1)

Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan


balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian

25
khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/Rumah
Sakit.
b. Pemantauan status gizi dengan menggunakan Tabel standar
antropometri penilaian status gizi balita sesuai dengan indeks
kategori dan ambang batas (SD) status gizi
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di
semua tingkat pelayanan, pelaksana dan alat yang digunakan
adalah sebagal berikut :

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan


1. Orang tua 1. KMS
2. Kader kesehatan 2. Timbangan / Dacin
Keluarga, masyarakat 3. Petugas PADU,
BKB
4. TPA dan Guru TK.
1. Dokter Bidan 1. Tabel BB/TB
2. Perawat 2. Grafik LK
Puskesmas 3. AhIi gizi 3. Timbangan
4. Petugas ainnya 4. Alat ukur tinggi badan
5. Pita pengukur LK

1) Penentuan umur bayi / balita


Tentukan umur anak dengan cara sebagai berikut “ Umur anak
dihitung dalam bulan penuh” : contoh umur 2 bulan 29 hari
dihitung sebagai umur 2 bulan (Petunjuk sesuai dengan SK
Menkes No. 1995/Menkes/SK/XII/2010)
2) Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan
a) Pengukuran Berat Badan/BB
Menggunakan timbangan bayi :
̵ Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak
sampai umur 2 tahun atau anak masih bisa
berbaring/duduk tenang.
̵ Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak
mudah bergoyang.
̵ Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke
angka 0.

26
̵ Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung
tangan.
̵ Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
̵ Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
̵ Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan
atau angka timbangan.
̵ Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan
jarum, baca angka ditengah antara gerakan jarum ke
kanan dan ke kiri.
Menggunakan timbangan injak :
- Letakkan timbangan di tempat yang datar.
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke
angka 0.
- Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis,
tidak memakai alas kaki topi, jam tengan, kalung, dan
tidak memegang sesuatu.
- Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
- Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
- Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan
atau angka timbangan.
- Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan
jarum, baca angka di tengah antara gerakan jarum ke
kanan dan ke kiri.
b) Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Cara mengukur dengan posisi berbaring :
̵ Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
̵ Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
̵ Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
̵ Petugas 1 : kedua tangen memegang kepala bayi agar
tetap menempel pada pembatas angka 0 (pembatas
kepala).
̵ Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar tetap
lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak
kaki
̵ Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.

27
̵ Ukuran Panjang Badan (PB) digunakan untuk anak
umur 0 sampai 24 bulan yang diukur telentang. Bila
anak umur 0 sampai 24 bufan diukur berdiri, maka
hasil pengukurannya dikoreksì dengan menambahkan
0,7 cm.
Cara mengukur dengan posisi berdiri :
̵ Anak tidak memakaj sandal atau sepatu.
̵ Berdiri tegak menghadap kedepan.
̵ Punggung pantat dan tumit menempel pada tiang
pengukur.
̵ Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di
ubun-ubun
̵ Baca angka pada batas tersebut.
̵ Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur
cli atas 24 bulan yang diukur berdiri. Bila anak umur
diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7
cm.
3) Penggunaan Tabel standar antropometri penilaian status gizi
a) Tentukan umur bayi
b) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai
cara di atas.
c) Siapkan table standar antropometri (Kep.Menkes Nomor.
1995/Menkes/SK/XII/2010)
d) Katergorikan bayi atau balita sesuai dengan kategori dan
ambang batas status gizi sesuai table berikut.

Katergori dan ambang batas status gizi sesuai indeks :


Indeks Kategori status Ambang batas (Z scare)
gizi
Gizi buruk < - 3 SD
(BB/U) - 3 SD sampai dengan < - 2
Gizi kurang
Anak umur 0 – 60 SD
bulan Gizi baik - 2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih > 2 SD

28
Sangat pendek < - 3 SD
(PB/U) atau
- 3 SD sampai dengan < - 2
(TB/U) Pendek
SD
Anak umur 0 – 60
Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD
bulan
Tinggi > 2 SD
Sangat kurus < - 3 SD
(BB/PB) atau
- 3 SD sampai dengan < - 2
(BB/TB) Kurus
SD
Anak umur 0 – 60
Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD
bulan
Gemuk > 2 SD

Contoh :
Anak laki-laki usia 5 bulan dengan berat badan 5,6 kg, maka
anak tersebut termasuk kategori gizi kurang, karena berada
pada ambang batas - 3 SD sampai dengan < - 2 SD.

c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)


Menurut Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
No.:003/Rek/PP IDAI/I/2014 tentang Pemantauan Ukuran Lingkar
Kepala dan Ubun-Ubun Besar “Pengukuran lingkar kepala dan
ubun-ubun besar perlu dilakukan untuk menilai pertumbuhan dan
ukuran otak anak”.

29
1) Pemantauan lingkar kepala
a) Lingkar kepala anak diukur dengan menggunakan grafik
lingkar kepala Nelhaus (1968).
b) Grafik bayi laki-laki cukup bulan dimulai dengan ukuran 32-
38 cm, sedangkan grafik bayi perempuan cukup bulan
dimulai dari ukuran 31-37 cm.
c) Lingkar kepala di bawah -2 SD disebut mikrosefali dan bila
ukurannya di atas +2 SD disebut makrosefali.
d) Lingkar kepala diukur setiap bulan pada tahun pertama,
setiap 3 bulan pada tahun ke dua, dan setiap 6 bulan pada
usia 3 sampai 5 tahun.
2) Pemantuan ubun-ubun besar
a) Pengukuran ubun-ubun besar (fontanel anterior) juga
memegang peranan penting.
b) Ukuran ubun-ubun besar normal pada bayi baru lahir cukup
bulan adalah 2 cm x 2 cm, dengan permukaan agak
cekung.
c) Ukuran ubun-ubun besar ini dapat membesar dalam 3
bulan pertama, kemudian akan mengecil dan menutup
dengan bertambahnya umur bayi.
d) Ukuran ubun-ubun besar yang sangat kecil atau lebih
besar dari 4 cm harus dicurigai adanya gangguan
perkembangan jaringan otak selama kehamilan.
e) Ubun-ubun besar bayi normal umumnya telah menutup
pada usia 19 bulan
f) Ubun-ubun besar bayi normal sekitar 90-95% telah
menutup pada usia 19 bulan. Jika di bawah usia itu sudah
menutup disebut Craniosynostosis. Biasanya gangguan ini
disertai dengan ukuran lingkar kepala yang kecil.
Sebaliknya bila ubun-ubun terlambat menutup bisa
disebabkan karena hidrosefalus, sindroma down,
kekurangan hormon tiroid dan berbagi penyakit lainnya.
3) Cara Membaca Curva Hasil Pengukuran Lingkar Kepala
Setelah mendapatkan hasil dan pengukuran di atas maka
masukkan pada kurva lingkar kepala dari Nelihaus. Pada

30
bagian bawah kurva merupakan usia si anak dalam bulan dan
tahun, dan bagian samping kurva adalah ukuran lingkar kepala
si anak dalam satuan cm.
Misal usia Banggole adalah 4 tahun dan hasil lingkar
kepalanya adalah 50 cm, maka dalarn kurva buatlah titik pada
pertemuan antara usia 4 tahun ke bagian atas dan besar
ukuran kepala 50 cm ke bagian samping kanan.
Jika titik pertemuan berada diantara dua titik putus-putus
maka termasuk lingkar kepala normal. Tapi jika hasil dan
pertemuan titik tersebut berada di luar (bagian atas atau bagian
bawah) garis putus-putus maka dinyatakan tidak normal.
Ukuran kepala sesuai kurva jika berada pada bagian atas
garis titik putus-putus disebut Macrosefal atau lingkar kepala
lebih besar dari ukuran normal. Dan jika hasil ukuran berada di
bawah garis putus-putus bagian bawah maka disebnt
Microsefal atau lengkar kepala lebih kecil dari ukuran lingkar
kepala normal.

31
Kurva Lingkaran Kepala Anak dari Nelhaus (1968)

2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan


a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3,
6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.
Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan
rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kernbali untuk skrining
KPSP pada umur 9 bulan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyal masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan
umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur
skrining terdekat yang Iebih muda.

32
1) Alat instrumen yang digunakan
Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 — 10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah
dicapai anak.
2) Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan
Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 25 cm sebanyak 6 buah,
kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5 - 1 cm.
3) Cara menggunakan KPSP
a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan
umur anak lebih 16 dan dibulatkan menjadi 1 bulan.
c) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
d) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
- Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
dapatkah bayi makan kue sendiri
- Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh:
Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi
duduk.
e) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak
mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
f) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat
jawaban tersebut pada formulir.
g) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh
anak menjawab pertanyaan terdahulu.
h) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
4) Interpretasi hasil KPSP
a) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
b) Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa
atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

33
c) Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh
anak tidak tahu.
d) Jumlah jawaban “Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
e) Jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M).
f) Jumlah jawaban “Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
g) Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
5) Intervensi
a) Bila perkembangan anak sesual umur (S), lakukan tindakan
berikut:
̵ Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan baik.
̵ Teruskan pota asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
̵ Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
̵ lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan I kali dan
setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).
̵ Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan),
anak dapat diikutkanpada kegiatan di Pusat Pendidikan
Anak Dini Usia (PADU), Kelompok Bermain danTaman
Kanak-kanak.
̵ Lakukan pemeriksaan/Skrining rutin menggunakan KPSP
setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampal 72 bulan.
b) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut :

34
̵ Ben petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
̵ Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan atau
mengejar ketertinggalannya.
̵ Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangan.
̵ Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
̵ Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
c) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P).
Lakukan tindakan berikut:
Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus,
bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
b. Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Jadwal TDD adaIah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dan
12 bulan dan setip 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas.
1) Alat/sarana yang diperlukan
a) Instrumen TDD menurut umur anak.
b) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia.
c) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
2) Cara melakukan TDD
a) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur
anak dalam bulan.
b) PiIih daftar pertanyaan TDD yang sesual dengan umur anak.

35
c) Pada anak umur kurang dari 24 bulan :
̵ Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh
anak. Tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena
tidak untuk mencari siapa yang salah.
̵ Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring,
satu persatu berurutan.
̵ Tunggu jawaban dan orang tua / pengasuh anak.
Jawaban YA jika menurut orang tua / pengasuh,
anak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
Jawaban TIDAK jika menurut orang tua / pengasuh
anak tidak pernah / tidak tahu atau tak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
̵ Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua /
pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
̵ Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang
tua / pengasuh.
Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah
orang tua / pengasuh.
Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak
mau melakukan perintah orang tua / pengasuh.
3) Interpretasi
a) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
b) Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi / balita atau
status / catatan medik anak, jenis kelainan.
4) Intervensi
a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
b) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
c. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini
kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan
sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat
menjadi lebih besar.
Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia
pra sekolah umur 36 sampai 72 bulan.

36
1) Alat/sarana yang diperlukan
a) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
b) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
c) Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
d) Alat penunjuk.
2) Cara melakukan tes daya lihat
a) Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan
penyinaran yang baik.
b) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dan poster “E”,
menghadap ke poster “E”.
d) Letakkan sebuah kursi Iainnya di samping poster “E” untuk
pemeriksa.
e) Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan
kanan; sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa.
f) Beri pujian setiap kali anak mau melakukaninya. Lakukan hal
ini sampai anak dapat menarahkan kartu “E” dengan benar.
g) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan
buku/kertas.
h) Dengan alàt penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu
persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris
“E” terkecil yang masih dapat dilihat.
i) Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
j) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara
yang sama.
k) Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas
yang telah disediakan: mata kanan ……. mata kiri : ……....
3) Interpretasi
Anak pra sekolah umumnya tidak mengalami kesulitan
melihat sampai baris ketiga pada poster “E”.
Bila kedua matan anak tidak dapat melihat baris ketiga
poster “E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang

37
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
4) Intervensi
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta
anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa
berikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama,
atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan kedua matanya
rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan mata yang mengalami
gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan /
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental
emosional autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan
intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui,
maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh
pada tumbuh kembang anak.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi
secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak,
yaitu:
1) Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36
bulan sampai 72 bulan.
2) Ceklis autis anak pra sekolah (Checklist for Autism in Toddlers /
CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampal 36 bulan.
3) Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating
Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.
d. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Pra sekolah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan / masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin
setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 buJan. Jadwal ini
sesuai dengan jadwal skrining / pemeriksaan perkembangan anak.

38
Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Mental
Emosional (KMME) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali
problem mental emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
1) Cara melakukan
a) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan
nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME
kepada orang tua/pengasuh anak.
b) Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
2) Interpretasi
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional.
3) Intervensi
a) Bila jawaban YA hanya 1 (satu)
b) Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku
Pedoman Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak.
c) Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan
rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa /
tumbuh kembang anak.
d) Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih :
- Rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa / tumbuh kembang anak.
- Rujukan harus disertal informasi mengenai jumlah dan
masalah mental emosional yang ditemukan.
e. Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis
pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.
Jadwal deteksi dini autis pada anak pra sekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari ibu / pengasuh atau ada
kecurigaan.
1) Cara menggunakan CHAT.
a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tetulis pada CHAT kepada orang tua
atau pengasuh anak.
b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas
pada CHAT

39
c) Catat jawaban orang tua pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali
apakah semua pertanyaan telah dijawab.
2) Interpretasi
a) Risiko tinggi menderita autis : bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A5, A7, B2, B3, dan B4.
b) Risiko rendah menderita autis : bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A7 dan B4
c) Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban
“Tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6;
A8-A9; B1; B5.
d) Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori
1, 2 dan 3.
3) Intervensi
Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, Rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak.
f. Deteksi Dlni Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) pada Anak Prasekolah
Tujúannya adalah untuk mengetahul secara dini anak adanya
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada
anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dan orang tua/pengasuh anak atau ada
kecurigaan.
1) Alat yang digunakan
Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated Conners Ratting Scale).
Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang
tua / pengasuh anak / guru TK dan pertanyaan yang perlu
pengamatan pemeriksa.
2) Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH
a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH.

40
Jelaskan kepada orang tua / pengasuh anak untuk tidak ragu-
ragu atau takut menjawab.
b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesual dengan
pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
c) Keadaan yang ditanyakan / diamati ada pada anak dimanapun
anak berada, missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dli);
setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.
d) Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan.
e) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
3) Interpretasi
a) Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot
nilai berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban
menjadi nilai total.
Nilal 0, jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
Nilai 1, jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada
anak.
Nilai 2, jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
Nilai 3, jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
b) Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
4) Intervensi
a) Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang
anak untuk konsultasi dan lebih lanjut.
a. Bila nilai total kurang dan 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian.
b. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak
(orang tua, pengasuh, nenek, guru, dsb).
3. Manfaat
(a) Mengetahui tahap perkembangan anak
(b) Meningkatkan kesadaran orang tua anak untuk berusaha
menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan anak
4. Alat/Instrumen yang digunakan adalah :
(a) Formulir KPSP menurut umur, formulir ini berisi 9-10 pertanyaan
tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.

41
(b) Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola tenis, kacang
tanah, gelas plastik, pakaian, piring, plastik, sendok.
(c) Buku Petunjuk
5. Cara menggunakan KPSP
(a) Pada waktu pemeriksaan/ skrining, anak harus ada Tentukan umur
anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
(b) Pilih KPSP sesuai dengan umur anak
(c) Observasi langsung pada anak
(d) Persiapan
Persiapan pemantauan
a. Mengkaji kegiatan anak empat sektor
b. Dekat dengan anak
c. Menjelaskan kepada orang tua agar tidak ragu menjawab pertanyaan
d. Lingkungan diatur agar anak merasa nyaman dan aman selama
dilakukan tes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama test :
a. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk memberi
rasa percaya diri dan kepuasan orang tua
b. Memberikan pujian kepada anak walaupun gagal
c. Setiap tugas hanya ada 1 jawaban ya atau tidak. Ya : anak dapat
melakukan. Tidak : anak tidak dapat melakukannya/ tidak yakin anak
dapat melakukan.
d. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua
e. Teliti kembali apakah semua tugas telah dilaksanakan
Interpretasi hasil KPSP
a. Jumlah jawaban ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangannya.
b. Jumlah jawaban ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
c. Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P)
Untuk jawaban “ya” perlu dirinci menurut jenis keterlambatan (gerak
kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

42
Perkembangan anak balita sampai umur 5 tahun
UMUR MOTORIK MOTORIK KOMUNIKASI/ SOSIAL/
KASAR HALUS BICARA KEMANDIRIAN
1 bl Tangan & kaki Kepala Bereaksi Menatap wajah
bergerak aktif menoleh ke terhadap bunyi ibu/pengasuh.
samping kanan lonceng
2 bl Mengangkat dan kiri Bersuara Tersenyum
kepala ketika Spontan
tengkurap
3 bl Kepala tegak Memegang Tertawa/Berteriak Memandang
ketika mainan tangannya
didudukan
4 bl Tengkurap-
terlentang
sendiri
5 bl Meraih, Menoleh ke suara Meraih mainan
menggapai
6 bl Duduk tanpa Memasukkan
berpegangan biskuit ke mulut
7 bl Mengambil Bersuara ma,
mainan dengan ma…
tangan kanan
dan kiri
8 bl Berdiri
berpegangan
9 bl Menjimpit Melambaikan
tangan
10 bl Memukul Bertepuk tangan
mainan di
kedua tangan
11 bl Memanggil Menunjuk,
Mama, Papa meminta
12 bl Berdiri tanpa Memasukkan Bermain
berpegangan mainan ke dengan orang

43
cangkir lain

15 bl Berjalan Mencoret- Berbicara 2 kata Minum dari


coret gelas
1,5 th Lari naik Menumpuk 2 Berbicara Memakai
tangga mainan beberapa kata sendok,
Menendang (mimik, pipis) menyuapi
bola boneka
2 th Menumpuk 4 Menunjuk Melepas
mainan gambar pakaian,
(bola,kucing) Memakai
Menggabungkan pakaian,Menyik
beberapa kata at gigi
2,5 th Melompat (mama pipis) Mencuci
Menunjuk tangan dan
bagian tubuh mengeringkan
(mata, mulut) tangan
3 th Menggambar Menyebutkan Menyebutkan
garis tegak warna benda, nama
menyebutkan temanMemakai
penggunaan baju kaos
benda (gelas
untuk minum)
3,5 th Berdiri 1 kaki Menggambar
4 th lingkaran, Memakai baju
menggambar tanpa dibantu
4,5 th tanda tambah, Bermain kartu,
Menggambar menyikat gigi
manusia(kepala tanpa dibantu
,
badan, kaki)
5 th Menghitung
mainan
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI 2012

44
E. Imunisasi

1. Pengertian

Imunisasi pada dasarnya merupakan upaya memberikan kekebalan


aktif kepada seseorang dengan cara memberikan vaksin. Dengan
Imunisasi, seseorang akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi.

Sebaliknya, jika tidak diimunisasi, seseorang akan mudah terkena


penyakit tersebut.

2. Manfaat Imunisasi
a. Untuk memberikan kekebalan pada tubuh
b. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh
c. Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian
3. Jenis – jenis Imunisasi
a. BCG diberikan untuk mencegah penularan penyakit TBC
(Tuberculosis) yang berat
b. Polio dan IPV diberikan untuk mencegah penularan penyakit polio
yang dapat menyebabkan lumpuh layu pada tungkai dan atau lengan
c. Campak diberikan untuk mencegah penularan penyakit campak yang
dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak, dan
kebutaan
d. Vaksin DTP diberikan pada bayi umur 2 bulan dengan umur minimal 6
minggu. Total pemberian vaksin DPT adalah 5 kali yaitu usia: 2 bulan
, 4 bulan, 6 bulan, 18 – 24 bulan, 5 tahun. Selanjutnya pada usia 10 –
18 tahun, anak diberikan vaksin Td. Vaksin DPT generik disediakan di
Puskesmas dan diberikan secara gratis. Namun vaksin ini
menyebabkan anak anda demam sekitar 3 hari dan biasanya
diberikan penangkal demam. Anak terkadang menjadi rewel dan
menangis terus. Tetapi Anda tidak perlu khawatir, sekarang sudah
ada vaksin DPT yang tidak menyebabkan demam atau jika demam
pun hanya ringan sekali. Tentunya harganya pun lebih mahal. DPT
tanpa demam itu mengandung bakteri pertusis yang aselular, oleh
karena itu singkatannya menjadi DP(a)T.

45
e. Vaksin Kombinasi/ Combo
Vaksin kombinasi adalah vaksin yang terdiri dari bermacam-macam
antigen dalam satu kemasan. Manfaat vaksin kombinasi adalah untuk
mempermudah pemberian vaksin, dan mengejar imunisasi yang
terlewatkan. Untuk mengurangi trauma akibat banyaknya jumlah
suntikan pada satu kunjungan, kami menyediakan vaksin yang telah
mendapatkan lisesi sesuai indikasi dan umur anak. Maka lebih
dianjurkan vaksin kombinasi daripada vaksin terpisah. Imunogenitas
dan keamanan vaksin kombinasi setara dengan vaksin bila diberikan
terpisah.
DPT dikombinasikan dengan Hib (Hemofilus Influenza) penyebab
radang selaput otak pada bayi dan Polio. Kelebihannya polio ini
adaah vaksin mati sehingga tidak ada efek samping menjadi polio di
kemudian hari. Vaksin kombo ini ada beberapa jenis :
a. DPT- Hib (4 vaksin dalam 1 suntikan) dengan merk Tetract Hib &
Infanrix Hib
b. DP(a)T – Hib – IPV (5 vaksin dalam 1 suntikan) dengan merk
Pediacel & Infanrix-Hib-IPV
c. Pengertian dan Keuntungan Vaksin Kombinasi Pentavalen
Vaksin itu sendiri merupakan produk biologis yang berasal dari
virus, atau bakteri penyakit yang telah dilemahkan/dimatikan atau
rekombinan, yang digunakan untuk menangkal penyakit.
Kehadiran vaksin dalam tubuh manusia akan mendorong reaksi
perlawanan terhadap virus atau bakteri dari penyakit yang
bersangkutan. Oleh karena itu, vaksin diberikan sesuai dengan
penyakit yang akan ditangkal.
Walaupun secara prinsip, imunisasi diperlukan semua orang,
namun imunisasi terutama penting dilakukan pada orang dengan
resiko tinggi terkena penyakit; seperti bayi, anak usia balita, anak
sekolah, wanita hamil, wanita usia subur (WUS).
Sampai saat ini terdapat dua cara pemberian imunisasi,
yaitu yang dilakukan secara oral (melalui mulut), dan melalui
penyuntikan dengan menggunakan jarum suntik. Pemberian
imunisasi yang terbaik adalah pemberian yang tepat jadwal.

46
Vaksin Pentavalen Saat ini program pemerintah terbaru terkait
pemberian imunisai adalah penggunakaan vaksin kombinasi yang
dikenal sebagai Vaksin Pentavalen. Vaksin ini merupakan
gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi
ini hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT
Combo). Sesuai dengan kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen
mencegah berberapa jenis penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan
atau batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak
(meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh
kuman Hib (Haemophylus influenzae tipe b).
Haemophillus Influenzae type b (Hib)
Hal ini antara lain disebabkan beberapa kenyataan epidemiologi
berikut :

 Haemophilus Influenzae tipe b (Hib) merupakan suatu bakteri


gram negatif dan hanya ditemukan pada manusia
 Penyebaran melalui percikan ludah (droplet)
 Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi Hib adalah usia
4 – 8 bulan
 Sebagian besar orang yg mengalami infeksi tidak menjadi
sakit, tetapi menjadi karier
 Prevalensi karier cukup tinggi (>3% ), sehingga kemungkinan
kejadian meningitis dan pneumonia akibat Hib, biasanya juga
tinggi.

Vaksin Pentavalen diberikan saat anak berusia 2, 3 dan 4


bulan. Kemudian dilanjutkan ketika anak berusia 1,5 tahun,
yang kita kenal sebagai imunisasi booster
(lanjutan). Sebagaimana imunisasi lainnya, Imunisasi
Pentavalen bisa didapatkan secara gratis di semua Posyandu,
Puskesmas atau fasilitas kesehatan pemerintah
lainnya.Beberapa pertimbangan penggunaan vaksin
Pentavalen tersebut diantaranya:

1. Mengurangi “kesakitan” pada anak: Sebagaimana kita


ketahui, vaksin DPT, HB, dan Hib jika diberikan secara

47
sendiri-sendiri, berarti masing-masing diberikan 3 kali tiap
anak O (keseluruhan taip anak akan menerima 9 kali
imunisasi). Sedangkan jika diberikan imunisasi pentavalen,
hanya akan membutuhkan 3 kali imunisasi (suntikan)
2. Mengurangi kunjungan: Keuntungan pemberian vaksin
kombinasi, selain memberikan kekebalan beberapa
penyakit sekaligus, juga mempersingkat jadwal imunisasi,
yang semula 6 kali ( 3 kali DPT dan 3 kali Hepatitis B ),
menjadi hanya butuh 3 kali kunjungan
3. Mengurangi risiko 6 penyakit sekaligus: Imunisasi
pentavalen (DPT-HB-Hib) merupakan kombinasi dari
vaksin DPT, HB, dan Hib. Vaksin DPT untuk mengurangi
risiko penyakit difteri, pertusis (batuk 100 hari), dan
tetanus, vaksin HB untuk mengurangi risiko penyakit
hepatitis B dan vaksin Hib mengurangi risiko penyakit
seperti meningitis dan arthritis.

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH PENTAVALEN:


1. Difteri
2. Tetanus
3. Hepatitis
4. Radang otak (meningitis)
5. Batuk rejan / batuk 100 hari

4. Tujuan Imunisasi
Salah satu cara untuk menekan angka kematian bayi yang berumur
di bawah lima tahun (balita) adalah dengan memberikan imunisasi.
Tujuan imunisasi adalah untuk membentuk kekebalan terhadap virus dan
penyakit yang umumnya menyerang bayi dan anak-anak, sehingga
mereka memiliki pertahanan terhadap penyakit tersebut. Indonesia sendiri
telah menerapkan imunisasi dasar balita yang wajib dilengkapi.
Sementara saat ini telah diluncurkan program imunisasi dasar terbaru
yaitu imunisasi dengan vaksin pentavalen.
Vaksin pentavalen merupakan gabungan dari lima vaksin untuk
mencegah lima jenis penyakit. Kelima vaksin yaitu vaksin DPT (untuk
Difteri, Pertusis, Tetanus), vaksin HB (untk Hepatitis B) dan vaksin HIB ini

48
lalu digabungkan menjadi satu menjadi vaksin pentavalen. Pemberian
vaksin baru ini diharapkan akan mempermudah pemberian vaksin
sehingga perlindungan terhadap penyakit menular pada balita akan
meningkat.
Vaksin HIB yang masuk ke dalam vaksin pentavalen diharapkkan
bisa menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia dan radang
otak. Menurut Suarjaya, infeksi kuman HIB sangat berbahaya karena
menimbulkan obstruksi saluran napas, septic arthritis sampai nyeri sendi.
Selain itu, menyebabkan infeksi kulit yang biasanya terdapat pada wajah,
kepala atau leher, pneumonia, demam, serta sesak napas.
Adapun tujuan lain dari imunisasi yaitu:
a) Mencegah penyakit difteri
Difteri adalah penyakit yang bermula dari infeksi pada hal ini
terkadang nyaris tanpa disertai radang tenggorokan yang
menyebabkan saluran pernapasan tersumbat, kerusakan jantung dan
kematian. Serta bisa menyebabkan infeksi paru-paru dan kerusakan
otak .
b) Mencegah terjadinya pertussis
Penyakit batuk biasanya banyak terjadi pada anak balita. Penyebab
penyakit ini adalah kuman Haemophylus pertusis. Kuman ini biasanya
berada di saluran pernafasan. Bila anak-anak dalam keadaan daya
tahan tubuhnya melemah, maka kuman tersebut mudah sekali
menyerang dan menimbulkan penyakit. Penularannya melalui cairan
yang keluar dari hidung yang tersembur keluar waktu batuk atau
bersin. Perawatan dan pencegahan penyakit ini tidak terlalu sulit. Bila
anak tidak begitu menderita dan cuaca cukup baik, boleh ia dibawa
keluar agar dapat menghirup udara segar dan bersih. Makanan
sebaiknya diberikan yang ringan-ringan dan cukup bergizi.
Pencegahan penyakit ini dengan imunisasi DPT.
c) Mencegah Tetanus
Tetanus adalah manifestasi sistemik tetanus disebabkan oleh
absorbsi eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan oleh
clostridiumtetani padamasa pertumbuhan aktif dalam tubuh manusia.
Penyebab penyakit iniadalah clostridiumtetani yang hidup anaerob,
berbentuk spora selamadi luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah

49
dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik. Toksin ini dapat
menghancurkan sel darahmerah, merusak leukosit dan merupakan
tetanosporasmin yaitu toksinyang neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot.
d) Mencegah Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Infeksi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada hati
selanjutnya dan menyebabkan kanker hati. Orang-
orang yang terinfeksi virus ini, tidak menyadari kalau
mereka sudah terinfeksi. Pada umumnya di beberapa negara
penyebaran hepatitis B adalah melalui ibu ke anak.
e) Mencegah HIB (Haemophilus influenzae tipe b)
Hib adalah kuman penyebab utama pneumonia (radang paru) dan
meningitis (radang selaput otak) pada anak berumur <5 tahun. WHO
menyatakan bahwa saat ini Hib merupakan penyebab dari 3 juta
kasus di dunia, dengan 400.000 setiap tahunnya. Di Indonesia
dilaporkan bahwa Hib ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis
dan bertanggung jawab terhadap 5-18% kejadian pneomonia. Anak-
anak perlu mendapatkan vaksinasi Hib pada usia 2-6 bulan,12-15
bulan.
5. Cara Pemberian Imunisasi
Disuntikkan secara intramuskuler di anterolateral paha atas pada bayi
dan lengan kanan pada anak usia 1,5 tahun
 Tidak dianjurkan pada : Bagian bokong anak karena dapat
menyebabkan luka saraf siatik.
 Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi lokal.
 Satu dosis adalah 0,5 ml
6. Waktu Pemberian
 Pentavalen TIDAK BOLEH digunakan pada bayi yang baru lahir.
 Pemberian pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar pada
bayi. Diberikan pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan pada
anak usia 1,5 tahun
 Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG,
campak, polio (OPV atau IPV) dan suplemen vitamin A.

50
 Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus
disuntikkan pada lokasi yang berlainan.
 Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG,
campak, polio (OPV atau IPV),yellow fever dan suplemen vitamin A.
Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus
disuntikkan pada lokasi yang berlainan. Vaksin ini tidak boleh
dicampur dalam satu vial atau syringe dengan vaksin lain
7. Jadwal Pemberian
 0-7 hari : HB0
 1 Bulan : BCG,Polio 1
 2 Bulan : DPT-HB-Hib 1, Polio 2
 3 Bulan : DPT-HB-Hib 2, Polio 3
 4 Bulan : DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
 9 Bulan : Campak
 18 Bulan : DPT-HB-Hib
 24 Bulan : Campak
(Kemenkes 2013)
8. Alat Dan Bahan Imunisasi
 Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
 Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es
 Kapas alcohol
 Sarung tangan
9. Prosedur Kerja Imunisasi
 Cuci tangan
 Gunakan sarung tangan
 Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
 Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program /anjuran,
yaitu 0,5 ml
 Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi,
meyangga kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi.
Tangan kanan bayi melingkar ke belakang tubuh ibu dan tangan
kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat).
 Lakukan desinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar yang akan
diinjeksi dengan kapas alcohol
 Regangkan daerah yang akan diinjeksi

51
 Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuskular di
daerah femur
 Lepaskan sarung tangan
 Cuci tangan
 Catat reaksi yang terjadi
10. Keadaan – keadaan yang timbul setelah imunisasi
 BCG, 2 minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan
merah ditempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi
luka parut.
 DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan
imunisasi, tetapi akan turun dalam 1 – 2 hari. Ditempat suntikan
merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya
dan akan sembuh sendiri .
 Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 – 10
hari setelah penyuntikan.
11. Perawatan yang di berikan setelah imunisasi
 BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak
diketiak anjurkan ke Puskesmas.
 DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari
posyandu dan berikan kompres dingin.
 Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu

F. Tanda – Tanda Bayi Sakit

1) Kejang
Tanda dan gejala
a. Adanya riwayat kejang
b. Tremor disertai kesadaran menurun
c. Tangisan melengking
d. Gerakan yang tidak terkendali
e. Gerakan bola mata yang berputar-putar
f. Kaku seluruh tubuh
Penanganan
a. Cegah dehidrasi dengan cara tetap menyusui bayi
b. Suhu bayi dijaga agar tetap hangat

52
c. Segera membawa bayi ke puskesmas atau tenaga kesehatan
terdekat
2) Hipotermi
Tanda dan gejala
a. Seluruh badan teraba dingin disertai gerakan tubuh bayi yang kurang
normal
b. Suhu bayi ≤36oC
c. Bayi mengantuk
d. Ada bagian tubuh yang berwarna merah dan mengeras
Penanganan
a. Jaga agar bayi tetap hangat atau dibungkus dengan kain hangat
b. Beri ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi
c. Cegah infeksi
d. Segera bawa bayi kepuskesmas atau tenaga kesehatan terdekat
3) Diare
Tanda dan gejala
a. Bayi buang air besar >5 kali dalam sehari
b. Adanya darah dan tinja
c. Bayi rewel dan gelisah
d. Mata cekung
e. Cubitan pada kulit perut kembalinya lama
Penanganan
a. Berikan ASI lebih sering dan lama dari biasanya
b. Berikan cairan tambahan seperti oralit dan atau lauran gula garam
(LGG) sebanyak yang bayi kehendaki
c. Jika bayi muntah, tunggulah selama 10 menit kemudian lanjutkan
pemberian ASI kembali, Oralit atau LGG
d. Segera bawa bayi ke Puskesmas atau tenaga kesehatan terdekat
4) Kemungkinan Infeksi Bakteri
Tanda dan gejala
a. Kejang
b. Adanya gangguan nafas
c. Suhu bayi > 37,5oC
d. Bayi mengantuk
e. Gerakan bayi lemah atau kurang dari normal

53
f. Malas sampai tidakmau minum atau menyusu
Penanganan
a. Jaga agar tubuh bayi tetap hangat
b. Berikan ASI sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi
Segera bawa bayi ke Puskesmas atau Tenaga kesehatan terdekat.

G. Pengertian Pijat Bayi

Menurut Roesli (dalam Prasetyono,2013) menyatakan bahwa pijat


bayi adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dikenal sejak
awal manusia diciptakan di dunia serta telah dipraktikkan sejak berabad-abad
tahun silam secara turun-menurun oleh dukun bayi. Yang disebut bayi adalah
anak yang berumur 0-12 bulan.
Pijat bayi adalah terapi sentuhan tertua dan terpopuler yang dikenal
manusia, yang juga merupakan seni perawatan kesehatan dan pengobatan
yang dipraktikkan sejak berabad-abad silam (Prasetyono,2013).
1. Manfaat Pijat Bayi
a. Membuat Bayi Semakin Tenang
b. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi
c. Meningkatkan efektivitas istirahat (Tidur) bayi
d. Meningkatkan daya tahan tubuh
e. Meningkatkan produksi ASI
f. Meningkatkan gerak peristaltik untuk pencernaan
g. Menstimulasi Aktivitas nervus vagus untuk perbaikan pernafasan
h. Mengurangi rasa sakit
2. Persiapan Memijat Bayi
Pijat bayi dapat dilakukan segera setelah bayi lahir. Jadi, dapat
dimulai kapan saja sesuai keinginan. Bayi akan mendapat keuntungan
lebih besar bila pemijatan dilakukan tiap hari sejak lahir sampai usia
enam atau tujuh bulan. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan pemijatan pada si kecil sebagai berikut :
a. Waktu yang tepat
1) Pagi hari
Pemijatan dapat dilakukan pagi hari sebelum mandi, sebab
sisa-sisa minyak pijat akan lebih mudah dibersihkan, selain itu
pemijatan pada pagi hari memberikan nuansa ceria pada bayi.

54
Yang harus diperhatikan, jangan langsung memijat bayi usai ia
makan/disusui. Jangan pula membangunkan bayi hanya untuk
dipijat, atau memijat bayi saat ia sakit, memijat paksa, dan
memaksakan posisi saat memijat.
2) Malam hari
Pemijatan pada malam hari sangatlah baik. Sebab, setelah
pemijatan, biasanya bayi akan santai dan mengantuk, hal ini
berguna untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak.
Yang harus diperhatikan, ketika akan dipijat si bayi harus
dalam keadaan tenang dan nyaman. Jika rewel, jangan
memaksakan untuk memijat. Sebab, bayi akan semakin rewel dan
memberontak. Buatlah bayi ceria, ajak bercanda atau bermain
sampai siap untuk dipijat. Hindari juga memijat ketika bayi dalam
keadaan lapar, hal ini bisa mengakibatkan bayi merasa tidak
nyaman dan berusaha meronta. Sebaiknya pemijatan dilakukan
15 menit setelah si kecil makan.
b. Tangan yang aman untuk memijat
Sebelum memijat, pastikan tangan anda bersih dan hangat,
karena tangan yang kurang bersih dapat menjadi penular kuman,
terutama penyakit kulit, jadi cuci tangan terlebih dahulu lalu pastikan
tangan dalam keadaan kering karena kulit bayi sangat peka dengan
suhu tangan ibu dan tidak nyaman bila tangan yang menyentuhnya itu
dingin.
Periksa kuku dan perhiasan untuk menghindari goresan pada
kulit bayi. Potonglah kuku dan lembutkan (dikikir). Keberadaan cincin,
gelang dan aksesoris lainnya yang terbuat dari logam atau plastik
dapat melukai kulit bayi.
c. Ruang yang nyaman
Ruang yang nyaman untuk melakukan pemijatan adalah :
1) Ruang yang kering dan tidak pengap. Ruangan yang pengap dan
lembab menyebabkan bayi gerah. Selain itu, suasana seperti itu
juga menyebabkan kulit bayi sensitive sehingga bayi merasa
menjadi resah saat dipijat.
2) Ruangan yang hangat tetapi tidak panas. Ruangan yang dingin
atau terlalu banyak angin menyebabkan bayi kedinginan dan

55
masuk angin. Untuk menghangatkan ruangan dapat memasang
lampu yang memberikan rasa hangat.
3) Ruangan yang penerangnya cukup. Ini penting agar tidak terjadi
kesalahan akurasi pada daerah yang dipijat. Penerangan yang
remang-remang atau gelap menyulitkan ibu untuk membedakan
warna kemerahan kulit si kecil bekas pemijatan. Sebab, warna
kemerahan mengindikasi bahwa pemijatan telah cukup.
4) Ruangan tidak berisik. Suara-suara berisik mengganggu
konsentrasi ibu dan bayi. Untuk menciptakan ketenangan,
pastikan suara yang mengisi ruangan adalah suara ibu, ayah,
iringan musik lembuh, seperti memutar music klasik dari Mozart,
dave koz dan sebagainya.
5) Ruangan tanpa aroma menyengat dan mengganggu. Bila ingin
menerapkan aroma terapi cukup dengan aroma yang muncul dari
minyak pijat saja. Tidak dianjurkan menggunakan pewangi
ruangan aerosol atau benda bakar (dupa) karena membuat bayi
alergi (Prasetyono, 2013).
d. Peralatan Yang Harus Disiapkan
Peralatan yang dibutuhkan sebelum melakukan pemijatan antara lain:
1) Alas yang empuk dan lembut
Misalnya kasur atau busa yang dilapisi dengan kain
lembut. Luas alas ini sebesar ukuran bayi agar ibu dapat bergerak
dengan bebas. Alas ini sebaiknya dalam posisi datar.
2) Handuk atau lap, popok dan baju ganti
Handuk atau lap digunakan untuk membersihkan sisa-sisa
minyak yang menempel dikulit bayi. Popok untuk menutup bagian
tubuh bayi setelah dipijat. Menyiapkan popok hendaknya tidak
terlambat (setelah dipijat baru disiapkan popok) sebab, bayi harus
menunggu waktu sehingga kedinginan. Baju ganti untuk
mengganti baju lama usai pemijatan.
3) Minyak untuk memijat
Minyak digunakan sebagai pelumas (lubricant) bersifat
melicinkan permukaan kulit bayi dan tangan ibu sehingga
memudahkan ibu dalam berbagai gerakan urut dan membuat bayi
merasa nyaman. Tujuan pelumas ini adalah merawat kulit si kecil

56
agar tetap lembut dan sehat tanpa terpengaruh oleh bekas
gesekan pijat. Jadi, gunakan minyak ketika memijat untuk
menghindari luka akibat gesekan yang dapat terjadi karena kontak
dengan kulit. Minyak yang cocok adalah minyak zaitun (olive oil),
minyak dara (virgin coconut oil), minyak telon (baby oil), minyak
kelapa (minyak klentik), minyak kelapa sawit, bias juga
menggunakan losion. Hal ini karena sifatnya yang lembut dan
melembabkan. Jangan menggunakan minyak aroma terapi karena
terlalu keras untuk kulit bayi.
4) Air dan waslap
Siapkan air hangat beserta handuk kecil dan washlap
untuk menyeka bayi dari bekas minyak usai pemijatan.

e. Teknik memijat bayi

Berikut beberapa pedoman teknik pemijatan bayi yang dapat


dipergunakan sebagai dasar pijat bayi. Setiap gerakan yang
diberiakan pada masing-masing teknik dapat diulang sebanyak lima
sampai enam kali tergantung kebutuhan, yaitu :

1) Kaki
a) Manfaat : Bagi bayi yang sedang belajar berjalan, pijatan di
bagian ini berguna untuk menguatkan otot dan saraf motorik di
bagian kaki. Selain itu, pijat kaki juga bisa meredakan rasa
pegal usai bayi belajar berjalan.
b) Memerah susu
Dalam teknik ini, peganglah kaki bayi pada pergelangan kaki
seperti memegang tongkat pemukul. Kemudian gerakan
tangan ke pergelangan kaki secara bergantian seperti
memerah susu. Atau, dengan arah yang sama, gunakan
kedua tangan secara bersamaan mulai dari pangkal paha
dengan gerakan memeras, memijat dan memutar kedua kaki
bayi secara lembut (Prasetyono, 2013).
c) Telapak kaki
Untuk memijat telapak kaki bayi,caranya yakni tidak dipijat-
pijat tetapi diurut menggunakan ibu jari secara bersamaan

57
pada seluruh permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-
jari (Prasetyono, 2013).
d) Jari
Ingat bahwa tulang pada ruas jari kaki bayi masih belum kuat,
karena itu pijatan tidak perlu disertai dengan penekanan.
Pijatlah dengan lembut jari-jari kaki satu persatu dengan
gerakan memutar menjauhi telapak kaki dan akhiri dengan
tarikan lembut pada setiap ujung jari (Prasetyono, 2013).
e) Punggung kaki
Gunakan kedua ibu jari untuk membuat lingkaran disekitar
kedua mata kaki sebelah dalam dan luar. Kemudian urutlah
dengan lembut seluruh punggung kaki dengan kedua ibu jari
secara bergantian dari pergelangan kaki ke arah jari. Teknik
lain yakni dengan membuat gerakan yang membentuk
lingkaran-lingkaran kecil dengan kedua ibu jari secara
bersamaan dari daerah mata ke jari kaki (Prasetyono, 2013).
f) Betis
Pada bagian betis kaki dengan salah satu tangan anda,
kemudian remas-remas dari pangkal lutut menuju pergelangan
kaki. Gerakan ini dapat diulang berkali-kali (Prasetyono,
2013).
g) Paha
Pada bagian paha, pemijatan dilakukan dengan cara meremas
dan memutar. Pegang bayi pada bagian pangkal paha dengan
kedua tangan secara bersamaan, kemudian buatlah gerakan
meremas dengan lembut sambil memutarkan kedua belah
tangan yang dimulai dari pangkal paha hingga ke arah mata
kaki (Prasetyono, 2013).
h) Gerakan akhir
Bagian akhir ini semua kaki dipijat, yakni dengan merapatkan
kedua kaki bayi, lalu letakkan kedua tangan secara
bersamaan pada pangkal paha. Kemudian, lakukan usapan-
usapan dengan lembut dan halus pada kedua kaki bayi dari
atas ke bawah (Prasetyono, 2013).

58
2) Perut
a) Untuk pemijatan di daerah perut, hindari pemijatan pada
tulang rusuk. Selain itu, jangan lakukan pemijatan pada bagian
perut ini setelah selesai makan.
b) Manfaat : membantu bayi yang sulit buang air besar dan
mengatasi perut kembung.
c) Mengayuh pedal sepeda
Pemijatan perut ini dilakukan dengan menggerakkan kedua
tangan keatas dan kebawah secara bergantian seperti
mengayuh pedal sepeda. Arah pijatan dimulai dari atas
kebawah perut.
d) Gerakan berikutnya, jepit kedua pergelangan kaki bayi dengan
tangan kiri, lalu angkat kedua kaki tersebut lurus sedikit diatas
perut. Sedangkan untuk tangan kanan bisa langsung
dilakukan gerakan mengusap-usap perut dari atas sampai ke
jari-jari kaki.
e) Terakhir, untuk melemaskan otot-otot perut dan pangkal paha,
kedua lutut ditekuk pelan-pelan dan dengan lembut menuju ke
permukaan perut bayi. Atau, masing-masing tangan anda
memegang pergelanagan kaki, kemudian gerakkan kedua kaki
bayi secara bergantian seperti sedang mengayuh sepeda
(Prasetyono, 2013).
f) Bulan – matahari
Disebut gerakan bulan - matahari karena gerakan yang harus
dibentuk adalah membuat lingkaran dengan ujung-ujung jari
tangan mulai dari perut sebelah kanan bawah (daerah usus
buntu) sesuai arah jarum jam, kemudian kembali ke arah
kanan bawah (seperti bentuk bulan) diikuti oleh tangan kiri
yang selalu membuat bulatan penuh (seperti bentuk matahari).
g) Lakukan kedua gerakan ini secara bersamaan dengan tangan
kiri membuat gerakan lingkaran penuh dan tangan kanan
membuat setengah lingkaran (Prasetyono, 2013).
h) Ibu jari kesamping
Dalam gerakan ini, pertama-tama perut bayi pada bagiannya
tekan masing-masing ibu jari diantara pusar perut. Kemudian,

59
gerakkan kedua ibu jari tersebut menyamping ke arah tepi
perut kanan dan kiri.
Cara lain adalah dengan membayangkan ada gambar jam
pada perut bayi. Perut bayi bagian paling atas dianggap jam
12, bagian perut bawah di anggap jam 6, lalu buat gerakan
berikut: buat lingkatan searah jarum jam dengan tangan kanan
anda dibantu dengan tangan kiri dimulai pada jam 8 (didaerah
usus buntu) (Prasetyono, 2013).
i) Gerakan I love You
Posisikan bayi terlentang dengan bertelanjang dada. Gerakan
pertama membentuk huruf “I” dengan melakukan usapan
mulai dri dada kiri atas turun sampai kerusuk kiri. Gerakan
kedua, bentuk huruf “L” dengan melakukan usapan mulai dari
dada kanan atas turun ke rusuk atas lalu disambung rusuk kiri.
Gerakan ketiga, bentuk huruf “J” dengan usapan dari dada
kanan atas turun kerusuk kanan, disambung sampai rusuk kiri
lalu diteruskan ke dada kiri atas.
j) Hati-hati jika melakukan pemijatan pada daerah dada dan
perut. Jangan sampai terlalu menekan ke perut. Beberapa
dokter tidak menyarankan pemijatan pada bagian perut,
karena bisa mengganggu organ dalam bayi. Perhatikan juga
reaksi yang timbul selama proses. Jika bayi tampak gelisah,
berusahalah memalingkan kepala, memukul jidat, meringis
kesakitan, berontak bahkan menangis, sebaiknya hentikan
dulu. Mungkin dia sedang tidak nyaman karena tekanan yang
terlalu kuat atau sebab lain (Prasetyono, 2013).
k) Gerakan jari berjalan
Dikatakan dengan gerakan jari berjalan karena penekanan
bertumpuk pada pergerakan kelima ujung jari. Namun
demikian, penekanan jari perut dilakukan dengan cara yang
sangat hati-hati. Jangan menekan perut dengan jari-jari terlalu
keras karena akan menimbulkan rasa sakit dan mungkin
berbahaya sekali bila mengenai tulang rusuknya. Berikut cara
memijat dengan teknik jari berjalan pada perut.

60
l) Letakkan ujung-ujung jari pada pada perut bayi bagian kanan
bawah dan buatlah gerakan dengan tekanan sesuai arah
jarum jam dari kiri bawah guna memindahkan gelembung-
gelembung udara yang terselip di balik kulit. Dengan kedua
telapak tangan, buatlah gerakan dari tengah dada ke samping
luar seolah sedang meratakan lipatan kertas (Prasetyono,
2013).
3) Dada
Manfaat : membantu pernapasan bayi, terutama jika bayi sedang
flu atau batuk.
a) Gerakan Jantung
Teknik ini yaitu dengan membuat gerakan yang membentuk
gambar jantung dengan meletakkan ujung-ujung jari kedua
tangan anda di ulu hati, setelah itu, gerakkan tangan ke atas
tulang selangka dan berakhir ke posisi semula dibawah ulu
hati. Gerakan tadi seolah membuat gambar jantung
(Prasetyono, 2013).
b) Menyilang
Gerakan menyilang dimulai dari tangan kanan yang memijat
menyilang dari ulu hati kea rah bahu kiri dan kembali ke arah
ulu hati (Prasetyono, 2013).
c) Lingkaran kecil
Buatlah gerakan lingkaran kecil disekitar putting susu
(Prasetyono, 2013).
4) Tangan
Manfaat : Gerakan ini memperlancar peredaran darah dan
merangsang otot serta saraf motorik tangan bayi.
a) Perahan cara India
Teknik perlahan cara India bermanfaat untuk relaksasi otot
dan arahnya menjauhi tubuh. Caranya, peganglah lengan bayi
dengan kedua telapak tangan mulai dari pundak seperti
memegang gagang senter. Kemudian, gerakkan tangan kanan
dan kiri kebawah secara bergantian dan berulang-ulang
seolah sedang memerah susu sapi. Atau, kedua tangan
melakukan memeras, memijat dan memutar secara lembut

61
pada lengan bayi mulai dari pundak hingga pergelangan
tangan (Prasetyono, 2013).
b) Memijat ketiak
Biasanya wilayah dibagian ketiak ini merupakan wilayah yang
sensitif. Ketika jari menyentuh wiyah ini, bayi akan menolak
bukan karena sakit, tetapi mungkin dia merasa geli dan
senang karena menganggapnya sedang bermain. Gerakan
memijat ketiak ini, pertama angkat tangan bayi dengan salah
satu tangan anda. Kemudian, buatlah gerakan memijat pada
wilayah ini, lalu menurun hingga ke bagian tulang rusuk dan
perut.
c) Yang perlu diperhatikan adalah bila wilayah ketiak ini terdapat
benjolan atau terdapat pembengkakan kelenjar, sebaiknya
jangan memijat pada wilayah ini (Prasetyono, 2013).
d) Pergelangan tangan
Pemijatan pegelangan tangan ini dimulai dari pergelanagn
tangan (siku) kearah pundak. atau, dengan kedua tangan
lakukan gerakan memeras, memutar dan memijit secara
lembut pada lengan bayi mulai dari pergelangan tangan ke
pundak. Pijitan ini berguna untuk mengalirkan darah ke
jantung dan paru – paru (Prasetyono, 2013).
e) Telapak tangan
Dengan kedua ibu jari, pijatlah telapak tangan seolah
membuat lingkaran – lingkaran kecil dari pergelangan tangan
kea rah jari – jemari. Sedangkan keempat jari lainnya memijat
punggung tangan (Prasetyono, 2013).
f) Jari
Pijat jari bayi satu – persatu menuju ujung jari dengan gerakan
memutar. Akhiri gerakan ini dengan tarikan pada tiap ujung
jari. Dalam tarikan ujung jari ini, anda bisa membunyikan suara
“tak” dari lidah, sehingga bila si bayi mendengar suara itu dia
akan tampak gembira (Prasetyono, 2013).
g) Gerakan menggulung
Gerakan ini seperti menggulung sebatang pensil dengan
kedua tangan. Caranya, anda pegang lengan bayi bagian

62
atas/bahu dengan kedua telapak tangan. Kemudian, gerakkan
kedua telapak tangan maju dan mundur seolah sedang
menggulung bergerak naik dimulai dari pangkaal lengan
menuju pergelangan tangan/jari-jari (Prasetyono, 2013).
h) Gerakan akhir
Sama seperti gerakan akhir yang dilakukan pada pemijatan
kaki (Prasetyono, 2013).
5) Muka
Manfaat : Gerakan menekan wajah dan kepala si kecil akan
menghindarkannya dari potensi kerusakan saraf wajah,
membangun kemampuan otot leher untuk menoleh ke kiri dan
kanan, dan memperkuat otot tengkuk. Setiap sentuhan ibu juga
akan membangun stimulus bagi kelancaran sensor saraf
penglihatan, pendengaran, dan penciuman serta membantu si
kecil mengelola otot sekitar mulut agar kemampuan bicaranya
cepat berkembang.
a) Membasuh muka
Tutuplah wajah bayi dengan kedua telapak tangan anda
dengan lembut sambil bicara pada bayi secara halus. Gerakan
kedua tangan anda kesamping pada kedua sisi wajah bayi
seperti gerakan membasih muka. Cara seperti ini dapat
dilakukan sambil bermain “ciluk-ba” (Prasetyono, 2013).
b) Dahi
Arah gerakan memijat dahi seperti arah membasuh muka.
Caranya, letakkan jari-jari kedua tangan anda pada
pertengahan dahi. Tekan dengan lembut bagian ini mulai dari
tengah dahi bayi kearah samping kanan dan kiri. Setelah itu,
gerakan ke bawak ke daerah pelipis dan buatlah lingkaran –
lingkaran kecil di pelipis, kemudian gerakan kearah dalam
melalui daerah bawah pelipis dibawah mata (Prasetyono,
2013).
c) Alis
Memijat bagian alis mata caranya ialah dengan meletakkan
kedua ibu jari anda diantara kedua alis mata. Lalu, pijat bagian

63
ataas mataa/alis mulai dari tengan kesamping searah dengan
bulu rambut alis (Prasetyono, 2013).
d) Dagu
Pijatan pada dagu ini atau rahang bawah, pegang pipi kiri dan
kanan dengan kedua tangan dan kedua ibu jari diletakkan
ditengah dagu bawah mulut.selanjutnya adalah menekan dua
ibu jari pada dagu, lalu kesamping menuju kea rah pipi bawah
atau samping mulut (Prasetyono, 2013).
e) Lingkaran kecil dirahang
Gunakan jari telunjuk kedua tangan anda untuk membuat
lingkaran kecil diseputar wilayahy rahang bayi. Berhati-hatilah,
mungkin diwilayah ini rahang bayi sedikit sensitive menerima
tekanan yang agak sedikit keras. Karena itu, tekanan
hendaknya dibuat selembut mungkin, sehinggga tidak
merasakan sakit (Prasetyono, 2013).
f) Belakang telinga
Dengan tekanan lembut, gerakkan jari-jari kedua tangan anda
mulai dari belakang telinga membentuk lingkaran-lingkaran
kecil diseluruh kepala (Prasetyono, 2013).
6) Punggung
Manfaat : Tubuh bayi, terutama punggung, akan terasa pegal saat
ia terlalu lama digendong atau tidur di kasur dalam posisi yang
sama selama beberapa waktu. Pijat ini bermanfaat untuk
merelaksasi punggungnya dan menghindari perkembangan tulang
belakang bayi yang tidak sempurna.
a) Gerakan maju mundur (kuda goyang)
Bayi ditidurkan tengkurap dengan posisi kepala disebelah kiri
dan kaki disebelah kanan anda. Lalu, pijatlah punggung bayi
hingga ke bawah leher dengan gerakan maju dan mundur
dengan kedua telapak kanan. Lalu kembali dari bawah leher
sampai ke pantat bayi (Prasetyono, 2013).
b) Usapan punggung
Tahan bokong bayi dengan tangan kanan, lalu dipijit punggung
bayi dengan telapak tangan kiri anda mulai dari leher sampai
bokong dimana tangan kanan berada.

64
c) Gerakan selanjutnya, pegang kedua pergelangan kaki bayi
dengan tangan kanan anda, kemudian usap yang dimulai dari
pinggang hingga tumit. (Putri, 2009).

f. Hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan

1) Hal-hal yang boleh dilakukan

a) Terus melakukan kontak mata dengan bayi anda.


b) Nyanyikan lagu atau putarkan musik lembut untuk membantu
anda dan bayi akan merasa rileks.
c) Mulailah dengan sentuhan ringan dan perlahan, tingkatkan
tekanan pijatan saat anda semakin yakin dan bayi anda
terbiasa dipijat.
d) Perhatikan isyarat yang ditunjukkan bayi anda. Jika ia
menangis keras, hentikan pijatan. Mungkin bayi anda ingin
digendong, disusui atau mengantuk.
e) Jika anda menggunakan baby oil, mandikan bayi anda setelah
dipijat.
f) Jauhkan baby oil dari mata bayi anda.
g) Konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapatkan
keterangan lebih lanjut mengenai pemijatan bayi (Maharani,
2009).
2) Hal yang tidak boleh dilakukan
a) Memijat bayi tidak lama setelah ia makan/minum susu.
b) Membangunkan bayi anda untuk dipijat.
c) Memijat bayi anda dalam keadaan sakit.
d) Memijat bayi anda dengan paksa.
e) Memaksa posisi saat memijat bayi anda (Maharani, 2009).

H. Endorphin Massage

Endorphin Massage ini ialah salah satu terapi dengan melakukan


sentuhan ataupun pijatan ringan, yang sangat penting untuk dilakukan
pada wanita yang hamil maupun nifas. Terapi ini dapat dilakukan sebagai
pengelola rasa sakit. Terapi seperti ini dapat digunakan agar mengurangi

65
rasa kurang nyaman pada saat menjalani proses persalinan, serta dapat
meningkatkan relaksasi yang dapat membuat perasaan lebih nyaman
melalui permukaan pada kulit. Terapi sentuhan yang ringan ini juga dapat
menormalkan kembali denyut jantung serta tekanan darah anda. Terapi
ini dapat meningkatkan pelepasan oksitosin dan juga endorphin.
1. Tahap-tahap masase endorphin
a. Sesuai dengan namanya, terapi sentuhan ringan atau endorphin
massage ini dapat memicu keluarnya hormon endorphin. Bukan
hanya itu, hormon oksitosin juga merupakan hormon yang dapat
merangsang terjadinya kontraksi. Maka dari itu wanita yang
sedang hamil dan usia kehamilannya memasuki 36 minggu baru
di perbolehkan untuk melakukan endorphin massage ini.
b. Endorphin massage ini sangat bermanfaat sebab bisa
memberikan kenyamanan, rileks dan juga tenang pada wanita
yang sedang hamil. Selain itu juga, terapi endorphin massage ini
juga bisa mengembalikan denyut jantung juga tekanan darah
pada keadaan yang normal. Hal ini yang membuat terapi ini bisa
membantu serta melancarkan proses pada persalinan.
c. Anda dapat melakukan endorphine massage ini dengan duduk
ataupun berbaring, namun usahakan suami anda berada di
samping anda. Lakukan terapi ini dengan duduk ataupun
berbaring dengan nyaman, tarik nafas secara perlahan kemudian
keluarkan dengan sangat lembut sambil pejamkan mata anda.
Mintalah pada suami anda untuk mengelus permukaan kulit pada
lengan anda dengan lembut menggunakan jari tangan suami
anda. Mulailah pada lengan atas kemudian turun hingga pada
lengan bawah anda. Lakukan hal ini dengan perlahan serta
lembut, dan ganti pada tangan lainnya setelah beberapa menit.
Anda dapat melakukan hal ini pada bagian tubuh yang lainnya
sepeti bahu, punggung, leher, dan juga paha.
d. Ketika anda melakukan terapi ini sebaiknya anda meminta suami
anda mengucapkan kata-kata yang positif, yang dapat
menenangkan hati anda. Pada saat anda telah sesesai
melakukan kegiatan endorphin massage ini sebaiknya anda dan
suami anda melakukan hal yang menyenangkan.

66
I. Teori SOAP

Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP yaitu :


a. Data Subyektif
Data Subyektif ( S ) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan yang diperoleh melalui anamnesis.Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun (Pudiastuti,
Ratna Dewi, 2011).
b. Data Obyektif
Data Objektif ( O ) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidananyang diperoleh melalui hasil observasi dari pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lain
(Pudiastuti, Ratna Dewi, 2011).
c. Assesment
Analysis atau assessment ( A ) merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif.Analysis atau assessment ( A ) merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan mencakup hal-hal berikut
ini : diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau masalah
potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan
tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan,
meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk
klien (Pudiastuti, Ratna Dewi, 2011).
d. Planning
Planning atau perencanaan ( P ) adalah membuat rencana asuhan
saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin
dan mempertahankan kesejahteraannya. Meskipun secara istilah P
adalah Planning atau perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP
ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan
evaluasi(Pudiastuti, Ratna Dewi, 2011).
Adapun SOAP digunakan untuk pendokumentasian karena :

67
1) Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasi
yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan
menjadi suatu rencana asuhan.
2) Metode ini merupakan penyaringan dari intisari proses
penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan
pendokumentasian asuhan.
3) SOAP merupakan urut-urutan yang membantu dalam
mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh
(Pudiastuti, Ratna Dewi, 2011).

68

Anda mungkin juga menyukai