Bab 1
Bab 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Thales (Yunani, 624-546 SM) adalah orang pertama yang menggunakan
akal secara serius. Orang ini memberikan pertanyaan yang aneh, “Apakah
sebenarnya bahan alam semesta ini?”, ia sendiri menjawab, air. Karena itulah dia
dijuluki sebagai Bapak Filsafat. Semakin lama, persoalan yang dipikirkan oleh
manusia semakin luas dan semakin rumit pula pemecahannya.
Heraclitus (Yunani, 500an SM) berkata bahwa sesungguhnya yang
sungguh-sungguh ada, yang hakikat, ialah gerak dan perubahan. Misalnya, bila
orang awam melihat sebuah patung dini hari yang diam, sesungguhnya patung itu
bergerak dan berubah terus, demikian menurut Heraclitus. Sedangkan menurut
Permanides (Yunani) sebaliknya, yang hakikat, yang sungguh-sungguh ada, ialah
diam, tetap, tak berubah, tak bergerak. Jika kita melihat anak panah yang meluncur
bergerak, sesungguhnya anak panah itu tidak bergerak, menurutnya. Indera kitalah
yang tertipu atau menipu.
Zeno (Yunani, 490 SM) yang berhasil membuktikan bahwa ruang kosong
itu tidak ada; Pluralitas itu tidak; gerak tidak ada. Kemunculannya dianggap
menandai pemikiran sofisme. Semua yang mapan dalam pandangan awam ketika
itu menjadi goyah. Inilah salah satu karya akal yang hebat: Kebimbangan.
Puncak kebingungan terlihat pada tokoh sofisme terbesar, Protagoras. Ia
mengatakan bahwa manusia adalah ukuran segala-galanya, “Relativisme”.
Kebenaran telah direlatifkan, yang benar ialah benar menurutku, menurutmu,
kebenaran objektif tidak ada. Tidak ada yang mengetahui pasti tentang
pengetahuan, etika, metafisika, bahkan agama. Ini menjadikan orang Athena saat
itu menjadi orang yang bingung, agama telah digoyahkan, dasar-dasar pengetahuan
telah diguncangkan oleh pemikiran, oleh akal.
Socrates (Yunani, 470-399 SM) adalah orang yang taat beragama dan
meyakini dasar-dasar pengetahuan. Ia meyakini bahwa kebenaran secara objektif
itu ada, dan dapat diyakini. Kebenaran relatif juga ada, yaitu kebenaran pada ciri-
ciri aksidensi. Ia berhasil mengajak pemuda-pemuda kembali kepada agama
menggunakan metode dialektika, bercakap kesana-kemari. Dengan begitu,
kebenaran yang umum dapat dipegang, dan agama pun dianut kembali. Tetapi hasil
tersebut harus ditebus dengan hukuman mati untuk dirinya dengan meminum racun,
melaksanakan keputusan pengadilan Athena.
Plato, teman sekaligus murid Socrates mengangkat esensi pada pengertian
umum gurunya menjadi idea, maka kebenaran secara objektif semakin dikukuhkan,
kegaduhan pertama dalam sejarah penggunaan akal diredakan. Yang relatif
memang ada, tetapi tidak semua kebenaran bersifat relatif, relativisme pun mulai
ditinggalkan.
Resume Buku Filsafat Umum oleh:
Ikbal Hakim (1192090049) Kelas I-B PGMI
Kesimpulan:
Sebagai manusia yang beriman, kita harus menggunakan indera, akal, dan hati
secara utuh, menyeluruh, dan seimbang.