Anda di halaman 1dari 19

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

TINJAUAN YURIDIS PEMBAKARAN DAN/ATAU PENENGGELAMAN


KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING PELAKU
TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN
(Berdasarkan Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan)
Kahfi Bima Kurniawan*, Umi Rozah, Amiek Soemarmi
Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : kahfi_bima@yahoo.com

Abstrak

Sebagai negara kepulauan, indonesia yang memiliki lautan yang luas termasuk negara
maritim. Wilayah perairan laut yang luas ini menjadikan Indonesia kaya dengan sumberdaya alam
khususnya dibidang perikanan. Potensi ini mengundang negara-negara lain untuk ingin
melakukan penangkapan ikan di Wilayah Perairan Laut Indonesia, sehingga banyak sekali kapal
perikanan berbendera asing yang melakukan tindak pidana pencurian ikan (illegal fishing) di
Perairan Laut Indonesia. Penenggelaman dan/atau pembakaran kapal merupakan tindakan khusus
yang diterapkan bagi kapal asing pelaku tindak pidana pencurian ikan yang dianggap menjadi
upaya yang efektif dalam memberantas tindak pidana illegal fishing, sehingga dalam
penerapannya perlu diketahui mengenai peraturan penenggelaman kapal dan prosedur
pelaksanaan terhadap tindakan tersebut.

Kata kunci: Penenggelaman kapal, tindak pidana pencurian ikan, kapal perikanan berbendera
asing.

Abstract

As an archipelagic state, Indonesia,having a vast ocean, is included as a maritime


country. Having vast area of sea, Indonesia is rich with natural resource especially in fisheries.
This situation inevitablyencouragesother countries’ desire to go fishing in Indonesia’s territorial
waters, and therefore there are so manyillegal fishing activities conducted by foreign-flagged
fishing vessels.The sinking and / or burning of vessels isspecial measure applied to those
vesselsfortheir crime.This act is considered to be an effective way to eradicate illegal fishing, so it
needs clear regulations and procedures.

Keywords: The sinking ofvessel, illegal fishing, foreign-flagged fishing vessel.

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN perairan Zona Ekonomi Eksklusif


Negara Republik Indonesia yang (ZEE).
lahir sejak Proklamasi tanggal 17 Nilai strategis kawasan Indonesia
Agustus 1945 sebagai negara yang yang akan kaya sumber daya ikan
merdeka dan berdaulat. Wilayahnya dan alam tersebut mengakibatkan
tergolong luas, mulai dari Sabang kawasan syarat dengan potensi
hingga Marauke yang terdiri dari konflik dan salah satu permasalahan
pulau-pulau besar sampai dengan konflik tersebut adalah tindak pidana
pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, dibidang perikanan atau IUU Fishing
negara ini juga disebut negara (illegal, unreported, unregulated
kepulauan, dengan wilayah yang luas fishing).
serta menyimpan banyak sekali Kasus IUU Fishing masih sulit
kekayaan alam yang sangat untuk diberantas oleh aparat penegak
berlimpah disegala bidang dan aspek hukum, untuk mengatasi masalah
kehidupan baik yang ada di darat seringnya pencurian ikan di perairan
maupun di laut. Hal ini merupakan negara Indonesia dan belum
Anugerah dari Tuhan Yang Maha maksimalnya pemanfaatan potensi
Kuasa yang patut disyukuri dan ikan sebagai penyumbang devisa
dimanfaatkan sebagai modal bagi negara, maka perlu dilakukan
bangsa Indonesia untuk memperoleh langkah konkret untuk menegakkan
kemakmurannya. pengamanan wilayah laut yang
Sebagai negara kepulauan, dilakukan oleh para aparat penegak
Indonesia termasuk negara maritim hukum.
karena memiliki lautan yang luas. Langkah konkret yang dilakukan
Bangsa Indonesia tidak asing lagi salah satunya berupa pembakaran
dengan lautan dan sejak zaman dulu dan/atau penenggelaman kapal
bangsa Indonesia terkenal sebagai perikanan berbendera asing yang
bangsa pelaut. Secara geografis dilakukan oleh aparat penegak
sebagai negara kepulauan, Negara hukum sebagai salah satu langkah
Kesatuan Republik Indonesia untuk membuat efek jera pelaku
(NKRI) terletak disekitar garis yang melakukan tindak pidana
khatulistiwa antara 94◦45’ BT- dibidang perikanan.Landasan hukum
141◦01’ BT dan dari 06◦08’ LU - penenggelaman dan / atau
11◦05’ LS. Secara spasial, wilayah pembakaran kapal perikanan
teritorial Indonesia membentang dari berbendera asing yang melakukan
barat ke timur sepanjang 5.110 km tindak pidana dibidang perikanan
dan dari utara ke selatan 1.888 km. mengacu pada Pasal 69 Ayat (4)
Sekitar 65% dari seluruh wilayah Undang-Undang Nomor 45 Tahun
Indonesia ditutupi oleh perairan 2009 Tentang Perikanan yang
dengan luas total perairan-perairan berbunyi :
Indonesia mencapai 5,8 juta km2, “Dalam melaksanakan fungsi
terdiri dari 3,1 juta km2 wilayah pengawasan dan penegakan hukum
perairan kedaulatan (0,3 juta km2 di bidang perikanan penyidik
Perairan Teritorial, dan 2,8 juta km2 dan/atau pengawas perikanan dapat
Perairan Nusantara) dan 2,7 km2 melakukan tindakan khusus berupa
pembakaran dan/atau

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penenggelaman kapal perikanan Berdasarkan uraian di atas maka


berbendera asing beradasrkan bukti penulis merasa perlu untuk
permulaan yang cukup” melakukan penelitian terhadap
Bukti permulaan yang cukup pelaku tindak pidana pencurian ikan
misalnya kapal perikanan berbendera kapal berbendera asing dalam upaya
asing tidak memiliki Surat Izin penenggelaman dan/atau
Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat pembakaran kapal berbendera asing
Izin Kapal Penangkap Ikan (SIKPI), di Wilayah Perairan Indonesia serta
serta nyata-nyata menangkap Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
dan/atau mengangkut ikan ketika Berdasarkan uraian latar
memasuki wilayah pengelolaan belakang di atas, maka rumusan
perikanan Negara Republik permasalahannya adalah sebagai
Indonesia. Ketentuan ini berikut :
menunjukkan bahwa tindakan khusus 1. Bagaimanakah ketentuan
tersebut tidak dapat dilakukan hukum dalam penenggelaman
sewenang-wenang, tetapi hanya dan/atau pembakaran kapal
dilakukan apabila penyidik dan/atau perikanan berbendera asing
pengawas perikanan yakin bahwa pelaku tindak pidana
kapal perikanan berbendera asing perikanan?
tersebut betul-betul melakukan 2. Bagaimana praktek
tindak pidana dibidang perikanan. penenggelaman dan/atau
Jadi, apabila ada kapal perikanan pembakaran kapal perikanan
berbendera asing yang melakukan berbendera asing yang
tindak pidana dibidang perikanan melakukan tindak pidana
dan adanya bukti permulaan yang perikanan?
cukup maka dapat dilakukan
tindakan khusus tersebut. II. METODE
Menurut Artidjo Alkotsar yang Metode pendekatan yang
merupakan seorang Hakim Agung digunakan dalam penelitian ini
Kamar Pidana Mahkamah Agung adalah socio legal research.
berpendapat bahwa : Pendekatan socio legal bermaksud
“Tindakan khusus Pasal 69 ayat (4) melakukan penjelasan atas
Undang-Undang Nomor 45 Tahun permasalahan yang diteliti dalam
2009 Tentang Perikanan secara hubungannya dengan aspek-aspek
yuridis tidak boleh bertentangan hukum serta mencoba menjelajahi
dengan Pasal 76A Undang-Undang realitas empiris di lapangan. Hukum
Nomor 45 Tahun 2009 Tentang tidak hanya dilihat sebagai suatu
Perikanan yang menyatakan bahwa entitas normatif yang mandiri atau
benda dan/atau alat yang digunakan teoritik, melainkan juga dilihat
dalam dan/atau yang dihasilkan dari sebagai bagian riil dari sistem sosial
tindak pidana perikanan dapat yang berkaitan dengan variabel
dirampas untuk negara atau sosial yang lain. Bahan penelitian
dimusnahkan setelah mendapat didapat dengan penelitian lapangan
persetujuan ketua pengadilan dan penelitian kepustakaan.
negeri.” Penelitian lapangan dilakukan untuk
memperoleh data primer, sedangkan

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penelitian kepustakaan untuk III. HASIL DAN PEMBAHASAN


memperoleh data sekunder.
Spesifikasi penelitian dalam A. Ketentuan Hukum Dalam
penulisan hukum ini adalah Penenggelaman dan/atau
dekriptif- analitis, yaitu Pembakaran Kapal Perikanan
menggambarkan peraturan Berbendera Asing Pelaku
perundangan yang berlaku dikaitkan
Tindak Pidana Dibidang
dengan teori-teori hukum dan
praktek pelaksanaan hukum positif Perikanan.
yang menyangkut permasalahan Praktik IUU Fishing oleh
penenggelaman kapal perikanan nelayan-nelayan menggunakan
berbendera asing pelaku tindak armada kapal ikan asing dan alat
pidana pencurian ikan di Indonesia. tangkap ikan yang dapat merusak
Metode pengambilan sampel ekosistem laut sangat merugikan
yang akan digunakan dalam negara maupun nelayan tradisional.
penelitian ini yakni metode Non Nelayan tradisional yang merupakan
Probability Sampling dengan jenis masyarakat Indonesia, sehingga
Purpose Sampling, yaitu teknik masyarakat pesisir tersebut juga
pengambilan sampel didasarkan atas terkena imbas dari pencurian ikan
tujuan tertentu, artinya sample yang ini. Selain itu, masyarakat lain yang
dipilih betul-betul memiliki kriteria menjadi konsumen juga ikut
dalam penulisan hukum ini. Sample dirugikan karena tidak bisa
dalam penelitian ini terdiri dari menikmati hasil laut di negeri
Satuan Kerja Pengawasan Sumber sendiri. Secara makro, ikan-ikan
Daya Kelautan dan Perikanan Batam, Indonesia yang dicuri lantas diolah
Kejaksaan Negeri Batam, Pengadilan dengan peralatan mumpuni sehingga
Perikanan pada Pengadilan Negeri meningkatkan harga jualnya di luar
Tanjung Pinang yang kedudukannya negeri.
berada di Kepulauan Riau tepatnya Permasalahan IUU Fishing
di Batam dan Tanjung Pinang. terjadi karena disebabkan sedikitnya
Metode analisis data yang dua hal yaitu : Tumpang tindihnya
digunakan dalam penelitian ini peraturan perundang-undangan yang
adalah kualitatif, yaitu dengan cara berujung ketidakjelasan institusi
mengklarifikasikan data yang negara Indonesia mana yang
diperoleh yang telah dinyatakan berwenang dalam mengurus
responden secara tertulis ataupun permasalahan IUU Fishing dan juga
lisan maupun dari pelaku yang nyata konflik kepentingan antar institusi
sesuai dengan kenyataan yang ada, negara dalam mengurus kavlingnya
kemudian dijadikan dasar sebagai masing-masing. Ketidakjelasan
kesimpulan. tersebut menciptakan celah hukum
bagi para pihak pelaku kejahatan
Illegal Fishing.
Kegiatan IUU Fishing yang
sering terjadi di Indonesia, membuat
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti mengambil kebiajakan

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

mengenai penenggelaman kapal tindak pidana perikanan ditinjau dari


berbendera asing pelaku IUU Fishing Peraturan Perundang-Undangan
yang bertujuan untuk memberikan terdapat tiga tahap dalam melakukan
efek jera pada pelaku pelanggaran tindakan tersebut. Tahap pertama
atau kejahatan. Tindakan adalah pada tahap pengawasan di
penenggelaman kapal berbendera laut. Pada tahapan ini, Penyidik
asing pada dasarnya bukan dan/atau Pengawas Perikanan dapat
merupakan kebijakan baru bagi melakukan tindakan berupa
Pemerintah Indonesia, karena penenggelaman dan/atau
kebijakan ini pernah dilakukan pada pembakaran kapal perikanan
masa Pemerintahan Megawati berbendera asing pelaku IUU Fishing
Soekarnoputri. yang mengacu pada Pasal 66C ayat
Kebijakan ini disambut positif (1) huruf k dan Pasal 69 ayat (1) dan
oleh beberapa kalangan, bahkan ayat (4) Undang-Undang Nomor 45
Menteri Susi Pudjiastuti telah Tahun 2009 tentang Perubahan atas
menunjukkan gebrakannya dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun
melakukan tindakan tegas 2004 Tentang Perikanan yang
menenggelamkan kapal ikan asing berbunyi :
ilegal yang terbukti melakukan • Pasal 66C ayat (1) huruf k :
pencurian ikan di perairan Indonesia. “melakukan tindakan khusus
Gebrakan tersebut dibuktikan dengan terhadap kapal perikanan yang
data sebagai berikut: berusaha melarikan diri dan/atau
Berdasarkan diagram di atas, melawan dan/atau membahayakan
jumlah penenggelaman kapal dari keselamatan pengawas perikanan
bulan Oktober 2014 hingga dan/atau awak kapal perikanan”
Desember 2015 berjumlah 121 kapal. • Pasal 69:
Pada bulan Oktober – Desember Ayat (1) :“Kapal pengawas
2014 terdapat 8 kapal yang perikanan berfungsi melaksanakan
ditenggelamkan oleh TNI Angkatan pengawasan dan penegakan hukum
Laut. Pada bulan Januari hingga di bidang perikanan dalam wilayah
Desember 2015 sekitar 113 kapal pengelolaan perikanan Negara
yang ditenggelamkan, diantaranya 53 Republik Indonesia.”
Kapal ditenggelamkan oleh Ayat (4) :“Dalam melaksanakan
Kementerian Kelautan dan Perikanan fungsi sebagaimana dimaksud pada
(KKP), 51 Kapal ditenggelamkan ayat (1) penyidik dan/atau pengawas
oleh TNI Angkatan Laut, dan 9 perikanan dapat melakukan tindakan
Kapal ditenggelamkan oleh KKP dan khusus berupa pembakaran dan/atau
Kepolisian Republik Indonesia penenggelaman kapal perikanan
(POLRI). Pada 3 bulan terakhir 2015 yang berbendera asing berdasarkan
Total keseluruhan 121 Kapal telah bukti permulaan yang cukup.”
ditenggelamkan yaitu dari bulan Merujuk pada Pasal 66C ayat (1)
Oktober 2014 hingga Desember huruf k, Pasal 69 ayat (1) dan ayat
2015. (4) di atas, penyidik dan/atau
Tindakan berupa pengawas perikanan mempunyai
penenggelaman kapal perikanan wewenang untuk melakukan
berbendera asing yang melakukan “tindakan khusus” pada saat

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

melakukan operasi pengawasan di memberikan efek jera bagi pelaku


WPP-RI berupa penenggelaman maka barang bukti kapal yang
dan/atau pembakaran kapal digunakan untuk melakukan
perikanan berbendera asing. kejahatan pencurian ikan di laut
Tindakan khusus ini dilakukan pada dapat di tenggelamkan atau
saat kapal perikanan berbendera dimusnahkan. Disebutkan dalam
asing yang diduga melakukan tindak Surat Edaran Mahkamah Agung
pidana dibidang perikanan dalam Nomor 1 Tahun 2015 pada huruf a
Wilayah Pengelolaan Perikanan berbunyi sebagai berikut :
Republik Indonesia (WPP-RI) dan “Bahwa terhadap Pasal 69 Ayat (4)
pada saat akan ditangkap oleh kapal dalam melaksanakan fungsi
pengawas perikanan (kapal patroli) sebagaimana dimaksud pada Ayat
berusaha ingin melarikan diri atau (1) penyidik dan/atau pengawas
berusaha melakukan perlawanan perikanan dapat melakukan tindakan
yang membahayakan keselamatan khusus berupa pembakaran dan/atau
kapal pengawas perikanan atau awak penenggelaman kapal perikanan
buah kapal perikanan. Disisi lain yang berbendera asing berdasarkan
tindakan khusus ini juga dapat bukti permulaan yang cukup.
dilakukan berdasarkan bukti Terhadap penggunaan Pasal 69 Ayat
permulaan yang cukup yaitu apabila (4) Undang-Undang Nomor 45
kapal perikanan berbendera asing Tahun 2009 Tentang Perubahan atas
tidak memiliki dokumen yang Undang-Undang Nomor 31 Tahun
lengkap seperti tidak memiliki Surat 2004 Tentang Perikanan ini, Ketua
Izin Penangkapan Ikan (SIPI) Pengadilan Negeri tidak mempunyai
dan/atau tidak memiliki Surat Izin kewenangan untuk memberikan
Kapal Penangkap Ikan (SIKPI) serta persetujuan.”
nyata-nyata menangkap dan/atau Penguatan ketentuan hukum dari
mengangkut ikan di WPP-RI. Mahkamah Agung RI termuat
Ketentuan hukum lainnya yang berdasarkan bunyi Surat Edaran
menguatkan tindakan mengenai Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
penenggelaman dan / atau 2015 Tentang Barang Bukti Kapal
pembakaran kapal perikanan Dalam Perkara Pidana Perikanan di
berbendera asing dalam tahap atas, maka penyidik dan/atau
pengawasan di Laut adalah Surat pengawas perikanan mempunyai
Edaran Mahkamah Agung Republik kewenangan untuk melakukan
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tindakan khusus berupa
Tentang Barang Bukti Kapal Dalam penenggelaman dan/atau
Perkara Pidana Perikanan. Pada pembakaran kapal perikanan
prinsipnya Mahkamah Agung RI berbendera asing tanpa harus
mendukung harapan pemerintah meminta persetujuan terlebih dahulu
untuk memberikan hukuman yang kepada Ketua Pengadilan Negeri.
menimbulkan efek jera bagi Hal ini dilakukan untuk efisiensi
terdakwa, perusahaan, pemilik kapal waktu apabila kapal perikanan
yang melakukan tindak pidana berbendera asing tidak dapat dibawa
perikanan di wilayah kedaulatan ke pelabuhan terdekat untuk proses
hukum laut Indonesia, untuk pemeriksaan lebih lanjut karena

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kapal perikanan berbendera asing laut yang telah disita oleh penyidik
mungkin saja rusak berat atau tidak secara sah menurut hukum dan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dijadikan barang bukti maka apabila
apabila dilelang atau kondisi cuaca hendak dimusnahkan atau dilelang,
yang tidak memungkinkan untuk penyidik harus meminta persetujuan
membawa kapal perikanan Ketua Pengadilan Negeri setempat
berbendera asing ke pelabuhan Pasal 76A Undang-Undang Nomor
terdekat, maka penyidik dan/atau 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
pengawas perikanan dapat atas Undang-Undang Nomor 31
melakukan tindakan khusus tersebut Tahun 2004 Tentang Perikanan jo.
dan tidak perlu meminta persetujuan Pasal 38 dan Pasal 45 Undang-
terlebih dahulu kepada Ketua Undang Nomor 8 Tahun 1981
Pengadilan Negeri. (KUHAP).
Tahap kedua adalah Pasal 38 Undang-Undang Nomor 8
penenggelaman dan/atau Tahun 1981 (KUHAP)
pembakaran kapal perikanan Ayat (1) : Penyitaan hanya dapat
berbendera asing pelaku IUU Fishing dilakukan oleh penyidik dengan surat
di Wilayah Pengelolaan Perikanan izin ketua pengadilan negeri
Republik Indonesia (WPP-RI) pada setempat.”
tingkat penyidikan. Pada tahap ini, Ayat (2) : Dalam keadaan yang
ketentuan hukum mengacu kepada sangat perlu dan mendesak bilamana
Pasal 76 A Undang-Undang Nomor penyidik harus segera bertindak dan
45 Tahun 2009 tentang Perubahan tidak mungkin untuk mendapatkan
atas Undang-Undang Nomor 31 surat izin terlebih dahulu, tanpa
Tahun 2004 Tentang Perikanan yang mengurangi ketentuan ayat (1)
berbunyi: penyidik dapat melakukan penyitaan
“Benda dan/atau alat yang digunakan hanya atas benda bergerak dan untuk
dalam dan/atau yang dihasilkan dari itu wajib segera melaporkan kepada
tindak pidana perikanan dapat ketua pengadilan negeri setempat
dirampas untuk negara atau guna memperoleh persetujuannya.”
dimusnahkan setelah mendapat Pasal 45 Undang-Undang Nomor 8
persetujuan ketua pengadilan negeri” Tahun 1981 (KUHAP)
Ketentuan hukum lainnya yang Ayat (1) : Dalam hal benda
mendukung dan menguatkan sitaan terdiri atas benda yang dapat
ketentuan Pasal 76A Undang- lekas rusak atau yang
Undang Nomor 45 Tahun 2009 membahayakan, sehingga tidak
tentang Perubahan atas Undang- mungkin untuk disimpan sampai
Undang Nomor 31 Tahun 2004 putusan pengadilan terhadap perkara
Tentang Perikanan adalah Surat yang bersangkutan memperoleh
Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 kekuatan hukum tetap atau jika biaya
Tahun 2015 Huruf b dan huruf c penyimpanan benda tersebut akan
Tentang Barang Bukti Kapal Dalam menjadi terlalu tinggi, sejauh
Perkara Pidana Perikanan, yang mungkin dengan persetujuan
berbunyi : tersangka atau kuasanya dapat
“Huruf b : Bahwa Kapal yang diambil tindakan sebagai berikut:
terlibat kejahatan pencurian ikan di

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

a. Apabila perkara masih ada dahulu, maka penyidik dapat


ditangan penyidik atau penuntut melakukan penyitaan hanya atas
umum, benda tersebut dapat benda bergerak dan wajib segera
dijual lelang atau dapat melaporkan kepada Ketua
diamankan oleh penyidik atau Pengadilan Negeri setempat untuk
penuntut umum, dengan memperoleh persetujuannya.
disaksikan oleh tersangka atau Benda sitaan cepat rusak atau
kuasanya. membahayakan atau memperlukan
b. Apabila perkara sudah ada biaya perawatan yang tinggi apabla
ditangan pengadilan, maka perkasa masih di tangan penyidik
benda tersebut dapat diamankan atau penuntut umum maka benda
atau dijual lelang oleh penuntut sitaan dapat dijual lelang atau dapat
umum atas izin hakim yang diamankan oleh penyidik atau
penyidangan perkaranya dan penuntut umum dengan disaksikan
disaksikan oleh terdakwa atau oleh tersangka atau kuasanya,
kuasanya. sedangkan apabila perkara sudah
Ayat (2) : Hasil pelelangan ditangan pengadilan maka benda
benda yang bersangkutan yang sitaan dapat dijual lelang atau
berupa uang dipakai sebagai barang diamankan oleh penuntut umum atas
bukti. izin hakim yang penyidangan
Ayat (3) : Guna kepentingan perkaranya disaksikan oleh tersangka
pembuktian sedapat mungkin atau kuasanya. Disamping itu, dalam
disishkan sebagian dari benda ketentuan Surat Edaran Mahkamah
sebagaimana dimaksud dalam ayat Agung Nomor 1 Tahun 2015 huruf c
(1). Tentang Barang Bukti Kapal Dalam
Ayat (4) : Benda sitaan yang Perkara Pidana Perikanan, berbunyi
bersifat terlarang atau dilarang untuk sebagai berikut:
diedarkan, tidak termasuk ketentuan Huruf c : “Apabila perkara
sebagaimana dimaksud dalam ayat telah dilimpahkan ke Pengadilan
(1), dirampas untuk dipergunakan Tingkat Pertama, Banding dan
bagi kepentingan negara atau untuk Kasasi maka persetujuan
dimusnahkan. pemusnahan diterbitkan oleh ketua
Pada tingkat penyidikan, yang bersangkutan, namun apabila
pemusnahan barang bukti kapal perkara telah dilimpahkan Majelis,
perikanan berbendera asing berupa maka persetujuan pemusnahan
penenggelaman dan/atau diterbutkan oleh Majelis Hakim
pembakaran bertujuan agar barang Yang bersangkutan.”
bukti berupa kapal tidak dapat Berdasarkan ketentuan Huruf c
digunakan sebagaimana dengan Surat Edaran Mahkamah Agung
fungsinya. maka dalam hal ini Nomor 1 Tahun 2005 di atas,
penyidik harus meminta persetujuan diketahui bahwa apabila perkara
ketua pengadilan negeri setempat. sudah masuk ke Pengadilan Tingkat
Apabila dalam keadaan sangat perlu Pertama (Pengadilan Negeri),
dan mendesak serta penyidik harus Tingkat Dua atau Tingkat Banding
bertindak dan tidak mungkin (Pengadilan Tinggi), dan Tingkat
mendapatkan surat izin terlebih Kasasi (Mahkamah Agung), maka

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

persetujuan pemusnahan kapal DJPSDKP/2014 Tentang Petunjuk


perikanan berbendera asing Teknis Pelaksanaan Tindakan
dilakukan oleh Ketua Pengadilan Khusus Terhadap Kapal Perikanan
yang bersangkutan. Namun, apabila Berbendera Asing. Adapun Syarat
berkas tersebut telah dilimpahkan ke yang pertama adalah syarat
1
Majelis, maka dalam hal ini tahap subyektif, yang meliputi:
pemusnahan kapal masuk dalam a. Nahkoda dan/atau anak buah
proses pengadilan. Pada tahap ini, kapal perikanan asing
pemusnahan kapal perikanan melakukan perlawanan dan/atau
berbendera asing dilakukan apabila manuver yang membahayakan
sudah ada putusan Majelis Hakim Kapal Pengawas Perikanan dan
yang mempunyai kekuatan hukum awak kapalnya pada saat Kapal
tetap dan ini merupakan cara Pengawas Perikanan
penenggelaman dengan tahap menghentikan, memeriksa
ketiga. Pemusnahan kapal dan/atau membawa kapal ke
berbendera asing ini merupakan pelabuhan terdekat;
sanksi pidana berupa pidana b. Kondisi cuaca tidak
tambahan yang mana hakim dapat memungkinkan untuk menarik
menjatuhkan sanksi pidana tersebut. atau membawa atau mengawal
kapal ke pelabuhan terdekat;
B. Praktek Penenggelaman dan/atau
dan/atau Pembakaran Kapal c. Kapal perikanan berbendera
Berbendera Asing Yang asing mengalami rusak berat
Melakukan Tindak Pidana yang dapat menimbulkan
Pencurian Ikan. bahaya bagi tersangka dan kapal
pengawas perikanan.
B.1. Penenggelaman dan/atau Syarat kedua adalah syarat
Pembakaran Kapal Perikanan obyektif yang terdiri dari syarat
Berbendera Asing Ditingkat kumulatif dan syarat alternatif.
Pengawasan di Laut Adapun syarat kumulatif meliputi:2
Diketahui bahwa tindakan a. Tidak mempunyai dokumen
khusus yang dilakukan oleh perizinan yang sah dari
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Republik Indonesia;
Perikanan dan/atau Pengawas
Perikanan mengacu pada ketentuan
1
Pasal 66C ayat (1) huruf k dan Pasal Pasal 6 Peraturan Direktur Jenderal
69 ayat (4) Undang-undang Nomor Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Nomor 11/PER-DJPSDKP/2014
45 Tahun 2009 Tentang Perikanan.
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Saat melakukan tindakan khusus ada Tindakan Khusus Terhadap kapal Perikanan
2 (dua) syarat dimana tindakan Berbendera Asing.
tersebut dapat dilakukan yaitu 2
Pasal 8 Peraturan Direktur Jenderal
syarat subjektif dan/atau syarat Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
objektif yang diatur dalam Peraturan Perikanan Nomor 11/PER-DJPSDKP/2014
Direktur Jenderal Pengawasan Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Sumber Daya Kelautan Dan Tindakan Khusus Terhadap kapal Perikanan
Berbendera Asing.
Perikanan Nomor 11/PER-

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

b. Nyata-nyata melakukan Undang-Undang Nomor 45 Tahun


penangkapan ikan dan/atau 2009 Tentang Perikanan, tindakan
pengangkutan ikan di WPPNRI; khusus dapat dilakukan apabila
dan kapal perikanan berusaha melarikan
c. Kapal perikanan berbendera diri, melawan dan/atau
asing dengan semua awak kapal membahayakan keselamatan
warga negara asing. pengawas perikanan. Dalam hal ini
Sedangkan syarat alternatif Pasal 66C ayat (1) huruf k Undang-
meliputi : Undang Nomor 45 Tahun 2009
a. Kapal perikanan berbendera Tentang Perikanan masuk ke dalam
asing yang ditangkap tidak syarat khusus atau syarat subjektif
memiliki ekonomis tinggi; untuk melakukan tindakan khusus
dan/atau tersebut.
b. Kapal perikanan berbendera Adapun pada Pasal 69 Ayat (4)
asing tidak memungkinkan Undang-undang Nomor 45 Tahun
untuk dibawa ke pelabuhan 2009 Tentang Perikanan, tindakan
terdekat, dengan pertimbangan: khusus dilakukan apabila
1) Kapal membahayakan berdasarkan bukti permulaan yang
keselamatan pelayaran cukup serta nyata-nyata menangkap
dan/atau kepentingan dan/atau mengangkut ikan di WPP-
karantina; NRI . Dalam hal ini syarat yang ada
2) Kapal mengangkut muatan pada Pasal 69 ayat (4) Undang-
yang mengandung wabah Undang Nomor 45 tahun 2009
penyakit menular dan/atau Tentang Perikanan masuk ke dalam
bahan beracun dan syarat objektif yaitu syarat
berbahaya; kumulatif, dimana untuk melakukan
3) Jumlah kapal yang ditangkap tindakan khusus tersebut minimal
tidak memungkinkan untuk harus ada 2 (dua) syarat kumulatif
di adhock/dikawal ke yang harus dipenuhi.
pelabuhan terdekat; dan/atau Berbicara mengenai tindakan
4) Biaya menarik/membawa khusus berupa penenggelaman
kapal sangat tinggi. dan/atau pembakaran kapal
Berdasarkan ketentuan di atas, berbendera asing, ada serangkaian
dapat diketahui bahwa untuk prosedur atau mekanisme untuk
melakukan tindakan khusus harus melakukan tindakan tersebut.
memenuhi syarat-syarat baik syarat Prosedur tindakan khusus tersebut
subjektif dan/atau syarat objektif. mengacu pada Pasal 9, Pasal 10,
Terdapat kata “dan/atau” yang Pasal 11, dan Pasal 13 Peraturan
berarti kata “dan” merujuk kepada Direktur Jenderal Pengawasan
kedua syarat yaitu syarat subyektif Sumber Daya Kelautan Dan
dan syarat objektif yang harus Perikanan Nomor 11/PER-
dipenuhi, sedangkan disisi lain DJPSDKP/2014 Tentang Petunjuk
terdapat kata “atau” yang berarti Teknis Pelaksanaan Tindakan
salah satu syarat saja yang harus
terpenuhi. Apabila melihat pada
ketentuan Pasal 66C ayat (1) huruf k

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Khusus Terhadap Kapal Perikanan asing yang akan dikenakan


Berbendera Asing sebagai berikut:3 tindakan khusus.
1) Nahkoda Kapal Pengawas d. Mendokumentasikan baik
Perikanan wajib melaporkan menggunakan kamrea
kepada Direktur Jenderal maupun audio visual.
mengenai nama kapal perikanan e. Mencatat posisi kapal
berbendera asing, posisi perikanan terbakar dan/atau
perairan dan koordinat kapal, tenggelam pada jurnal
asal kapal dan bendera kapal.
kebangsaan, kewarganegaraan 3) Setelah Nahkoda Kapal
awak kapal, dugaan pelanggaran Pengawas Perikanan melakukan
dan barang bukti. Bentuk tindakan yang diatur pada point
laporan dapat berupa lisan 2, barulah tindakan khusus
melalui telepon satelit ataupun berupa pembakaran dan/atau
tertulis melalui telegraf atau alat penenggelaman dapat
komunikasi lainnya. Tindakan dilaksanakan. Pelaksanaan
khusus dapat dilaksanakan tindakan khusus tersebut mula-
apabila sudah mendapat mula menentukan jarak tembak
persetujuan dari Direktur yang aman dengan
Jenderal. memperhitungkan arah angin
2) Setelah mendapatkan dan arus serta pertimbangan
persetujuan dari Direktur keselamatan. Kedua,
Jenderal, Nahkoda Kapal penenggelaman dan/atau
Pengawas Perikanan sebelum pembakaran dilakukan dengan
melakukan tindakan khusus menggunakan bahan peledak
berupa pembakaran dan/atau atau mengarahkan penembakan
penenggelaman harus dilakukan ke ruang mesin agar cepat
beberapa tindakan, diantaranya terbakar dan tenggelam.
sebagai berikut: 4) Setelah melakukan tindakan
a. Memberikan peringatan khusus tersebut, Nahkoda Kapal
kepada awak kapal Pengawas Perikanan wajib
perikanan untuk melaporkan kepada Direktur
meninggalkan kapal. Jenderal mengenai posisi
b. Menyelamatkan seluruh koordinat kapal perikanan
anak buah kapal perikanan berbendera asing yang dibakar
berbendera asing. dan/atau ditenggelamkan,
c. Mengupayakan melepaskan kondisi awak kapal perikanan
bendera kapal dari kapal dan awak kapal perikanan
berbendera asing, tujuan
membawa dan menyerahkan
3
awak kapal perikanan
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 13 berbendera asing, dan terakhir
Peraturan Direktur Jenderal Pengawasan
Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan membuat berita acara
Nomor 11/PER-DJPSDKP/2014 Tentang pembakaran dan/atau
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tindakan penenggelaman kapal
Khusus Terhadap Kapal Perikanan berbendera asing.
Berbendera Asing

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

B.2.Penenggelaman dan/atau patroli pengawasan dengan Surat


Pembakaran Kapal Perintah Penangkapan Nomor: 162 /
Berbendera Asing Ditingkat HMC.005.3.1 / PSDKP.3 / KW.330
/ VIII /2015.4
Penyidikan.
Setelah dilakukan penangkapan,
Pada tingkat penyidikan, Pengawas Perikanan membawa KM
Penyidik Pegawai Negeri Sipil BV 75169 TS dengan Surat Perintah
Perikanan (PPNS) dapat melakukan Membawa Kapal Nomor :163 /
penenggelaman dan/atau HMC.005.3.1 / PSDKP.3 / KW.330
pembakaran kapal berbendera asing / VIII /2015dari Perairan Laut Cina
dengan mengacu kepada ketentuan Selatan ZEEI ke Dermaga
Pasal 76A Undang-Undang Nomor Pelabuhan Satuan Kerja PSDKP
45 Tahun 2009 Tentang Perikanan. BATAM untuk proses penyidikan
Penenggelaman dan/atau selanjutnya.
pembakaran kapal perikanan Pada saat sampai di Dermaga
berbendera asing dilakukan apabila Pelabuhan Satuan Kerja PSDKP
sudah mendapatkan persetujuan dari Batam segera dilakukan proses
Ketua Pengadilan Negeri. Adapun penyidikan. Penyidik yang dapat
praktek penenggelaman dan/atau melakukan penyidikan dalam tindak
pembakaran kapal berbendera asing pidana perikanan yang terjadi di
ditingkat penyidikan diambil dari ZEEI yaitu Perwira TNI AL dan
salah satu contoh kasus Illegal Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Fishing yang dilakukan oleh Perikanan. Setelah kapal perikanan
Tersangka Dang Ngoc Quy sebagai berbendera asing sampai di Dermaga
Nahkoda dari Kapal KM BV 75169 Pelabuhan Batam langkah
berkebangsaan Vietnam di Batam. selanjutnya adalah dilakukan
Tindak Pidana Illegal Fishing pemanggilan saksi guna
yang dilakukan tersebut terjadi pada memberikan keterangan lebih lanjut.
hari Sabtu tanggal 01 bulan Agustus Setelah itu Penyidik Pegawai
2015 sekira jam 15.54 WIB oleh Negeri Sipil Perikanan melakukan
Tersangka DANG NGOC QUY penggeledahan dengan Surat Nomor
sebagai Nakhoda KM BV 75169 TS : 11.q / PPNS-Kan / BTM-Sta.2 /
beserta ABK nya telah melakukan PP.520 / VIII / 2015 tanggal 10
penangkapan ikan dengan alat Agustus 2015 dan telah dikeluarkan
penangkapan ikan Pancing Rawai Penetapan Geledah dari Ketua
dan telah melakukan penangkapan Pengadilan Negeri Batam Nomor:
ikan tanpa memiliki surat izin yang 365 /Pen.Pid/ 2015 /
sah di Perairan Laut Cina Selatan PN.BTM5tanggal 27Agustus 2015
ZEEI (WPP-711) perairan terhadap tersangka DANG NGOC
Indonesia. QUY yang berlokasi di kapal KM.
Tersangka ditangkap di Perairan
Laut Cina Selatan ZEEI oleh Kapal
Pengawas Perikanan yaitu KP.HIU 4
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
MACAN 005 karena diduga 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
melakukan tindak pidana perikanan. Acara Pidana (KUHAP)
Penangkapan dilakukan pada saat 5
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
pengawas perikanan melakukan 1981 Tentang KUHAP.

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

BV 75169 TS dan ditemukan barang Batam Nomor : 23.l / PPNS-Kan /


bukti berupa: BTM-Sta.2 / PP.520 / IX /
- 1 (satu) Unit Kapal KM. BV 2015tanggal 14September 2015
75169 TS telah dilakukan penetapan
- 1 (satu) Unit Alat Tangkap pelaksanaan lelang dari Kantor
Pancing Rawai Pelayanan Kekayaan Negara dan
- 1 (satu) Unit Alat Navigasi GPS Lelang (KPKNL) Kota Batam
Furuno GP-32 Nomor : S-1614
- 1 (satu) Unit Alat Komunikasi /WKN.03/KNL.04/2015
Radio Sea Eagle 6900 tanggal14September 2015. Alasan
- 1 (satu) Buah Bendera Vietnam barang bukti ikan sebagian dilelang
- ± 700 (tujuh ratus) Kg Ikan adalah karena barang bukti berupa
campur hasil tangkapan ikan dapat cepat rusak/busuk.
Terhadap barang bukti tersebut Barang bukti berupa Kapal KM.
di atas dilakukan penyitaan oleh BV 7519 TS yang digunakan oleh
Penyidik Perikanan.6 Penyitaan tersangka Dang Ngoc Quy dilakukan
barang bukti yang dilakukan oleh pemusnahan. Pemusnahan barang
PPNS telah mendapatkan bukti tersebut didasarkan pada
persetujuan atau penetapan dari ketentuan Pasal 76A Undang-
Ketua Pengadilan Negeri Batam Undang Nomor 45 Tahun 2009
Nomor :850 /Pen.Pid/2015 Tentang Perikanan yang dilakukan
/PN.BTM tanggal 27Agustus 2015. oleh Penyidik Perikanan dengan
Barang bukti berupa Kapal KM. BV meminta persetujuan kepada Ketua
75169 TS oleh Penyidik dilakukan Pengadilan Negeri Batam.
penyegelan dengan Surat Perintah Permohonan izin khusus untuk
Penyegelan Nomor : SP.Segel.16.q dilakukan pemusnahan barang bukti
/PPNS-Kan/BTM-Sta.2 /PP.520/ dalam perkara tindak pidana
VIII /2015, sedangkan untuk barang perikanan KM. BV 75169 TS
bukti ikan dilakukan penyisihan dilakukan oleh Penyidik Pegawai
dengan Surat Perintah Penyisihan Negeri Sipil Satker PSDKP
Nomor : SP.Sisih.20.q / PPNS- BATAM secara tertulis dalam surat
Kan/BTM-Sta.2 / PP.520 / VIII Nomor : SIM.27.q/PPNS-
/2015. Penyisihan ini dilakukan Kan/BTM-
untuk barang bukti di Pengadilan Sta.2/PP.520/X/2015tanggal
dan sisanya terhadap barang bukti 13Oktober 2015 dan telah
ikan tersebut akan dilakukan dikeluarkan Penetapan Pemusnahan
pelelangan dengan Surat Perintah dari Ketua Pengadilan Negeri Batam
Pelelangan Nomor : SP.Lelang.22.q Nomor : 01/Pen.Pid/2015/PN.BTM
/ PPNS-Kan / BTM-Sta.2 / PP.520 / tanggal 19 Oktober 2015.
VIII / 2015tanggal 10 Agustus 2015 Pemusnahan barang bukti
dan surat permintaan bantuan lelang berupa Kapal KM. BV 75169 TS
kepada Kantor Pelayanan Kekayaan dilakukan dengan cara
Negara dan Lelang (KPKNL) Kota ditenggelamkan. Pertama, Barang
Bukti berupa Kapal KM. BV 75619
6
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 8 Tahun TS dipasang peledak berupa dinamit
1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum dibagian badan kapal. Setelah
Acara Pidana.

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dipasang peledak, Kapal KM BV. gelombang/ombak yang sangat kuat.


75619 TS dibawa ke lokasi Kelima, kapal tersebut tidak
penenggelaman untuk diledakkan. memiliki dokumen kelengkapan
Setelah Kapal KM BV. 75619 TS kapal yang dipersyaratkan. Keenam,
sudah tiba dilokasi penenggelaman, bahwa penyidikan dan penyelesaian
dilakukan rapat terlebih dahulu perkara ini memerlukan waktu yang
sebelum dilakukan penenggelaman relatif cukup lama.
tersebut. Setelah rapat selesai,
rombongan pergi ke dermaga untuk B.3.Penenggelaman dan/atau
menuju ke lokasi penenggelaman. Pembakaran Kapal Perikanan
Setelah tiba dilokasi Berbendera asing Ditingkat
penenggelaman, maka tahap Pengadilan Berdasarkan
selanjutnya adalah persiapan untuk Putusan Pengadilan.
penenggelaman barang bukti berupa
Jika ditingkat penyidikan
Kapal KM. BV 75619 TS yang akan
pemusnahan barang bukti berupa
dilakukan oleh Kementerian
kapal perikanan berbendera asing
Kelautan dan Perikanan yang di
dilakukan setelah mendapat
instruksikan langsung oleh Menteri
persetujuan dari Ketua Pengadilan
Susi Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Negeri setempat, hal ini berbeda
Perikanan yaitu Bapak Akhmadon,
pada tingkat pengadilan dimana
S.Pi., MM dengan menekan
pemusnahan barang bukti berupa
detonator yang sudah disiapkan.7
kapal dilakukan oleh Majelis Hakim
Penenggelaman barang bukti
berupa suatu putusan yang telah
berupa Kapal KM. BV 75169 TS
memperoleh kekuatan hukum tetap.
dilakukan dengan pertimbangan
Ketentuan hukum
bahwa penyidik menyadari bahwa
penenggelaman dan/atau
biaya pemeliharaan kapal yang
pembakaran kapal berbendera asing
sangat tinggi. Kedua menghindari
pada tingkat pengadilan mengacu
kemungkinan kapal tersebut kembali
kepada Surat Edaran Mahkamah
ke pemilik asal dan digunakan untuk
Agung Nomor 1 Tahun 2015 huruf c
melakukan tindak pidana serupa
Tentang Barang Bukti Kapal Dalam
dan/atau tindak pidana lain. Ketiga,
Perkara Pidana Perikanan dimana
pengawasan menjadi sulit dan KM.
apabila perkara telah dilimpahkan
BV 75169 TS mengalami kebocoran
Majelis, maka persetujuan
yang apabila dibiarkan akan
pemusnahan diterbitkan oleh Majelis
tenggelam dan mengganggu alur
Hakim Yang bersangkutan. Adapun
keluar/ masuk ke dermaga Satker
praktek penenggelaman dan/atau
PSDKP Batam atau tempat dimana
pembakaran kapal berbendera asing
kapal berada. Keempat,
pelaku illegal fishing yang diambil
membahayakan pelabuhan dan
dari salah satu contoh kasus
pemukiman penduduk apabila cuaca
berdasarkan Putusan Pengadilan
buruk dimana terjadi hempasan
Perikanan Pada Pengadilan Negeri
7
Tanjung Pinang Nomor
Hilman A. Setyawan, Wawancara,
(Pengawas Perikanan Satker PSDKP Batam),
4/Pid.Sus/Prkn/2014/PN.Tpg yang
3 Februari 2015. dilakukan oleh terpidana Sangwian
Srisom berkebangsaan Thailand.

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Prosedur pemusnahan kapal Dasar pertimbangan hakim


perikanan berbendera asing pelaku dalam menjatuhkan putusan
tindak pidana pencurian ikan yaitu mengenai pemusnahan barang bukti
Kapal Motor Laut Natuna 28 dengan berupa Kapal KM. Laut Natuna 28
Terpidana Sangwian Srisom adalah dengan cara ditenggelamkan, yang
dengan cara ditenggelamkan. pertama adalah dalam aspek
Prosedur penenggelaman tidak ekonomi. Kerugian ekonomis, antara
berbeda jauh dengan penenggelaman lain pemerintah kehilangan nilai
pada tingkat penyidikan. Pertama, ekonomis dari ikan yang dicuri,
Barang Bukti berupa Kapal Motor Pungutan Hasil Perikanan hilang,
Laut Natuna 28 dipasang peledak subsidi BBM dinikmati kapal
berupa dinamit dibagian badan perikanan yang tidak berhak. Selain
kapal. Setelah dipasang peledak, itu, Unit Pengolahan Ikan (UPI)
Kapal Motor Laut Natuna 28 dibawa kekurangan pasokan bahan baku
ke lokasi penenggelaman untuk sehingga melemahkan upaya
diledakkan. Setelah Kapal Motor pemerintah untuk mendorong
Laut Natuna 28 sudah tiba dilokasi peningkatan daya saing produk
penenggelaman, dilakukan rapat perikanan. Yang kedua adalah aspek
terlebih dahulu sebelum dilakukan ekologi atau lingkungan, dengan
penenggelaman tersebut. Setelah adanya kegiatan illegal fishing
rapat selesai, rombongan pergi ke dikhawatirkan adanya kerusakan
dermaga untuk menuju ke lokasi ekosistem yang disebabkan karena
penenggelaman. Setelah tiba mengunakan alat tangkap yang
dilokasi penenggelaman, maka tahap dilarang dan juga bangkai kapal atau
selanjutnya adalah persiapan untuk puing-puing kapal perikanan
penenggelaman barang bukti berupa berbendera asing yang
Kapal Motor Laut Natuna 28 yang ditenggelamkan dapat menjadi
akan dilakukan oleh TNI Angkatan rumah baru bagi biota laut. Yang
Laut yang dikomandoi langsung ketiga adalah sosial, dengan adanya
oleh Menteri Susi.8 Perlu diketahui kegiatan illegal fishing, stok ikan
bahwa pemusnahan kapal asing akan berkurang yang menyebabkan
dengan cara ditenggelamkan yang nelayan lokal akan sulit bersaing
telah memperoleh kekuatan hukum untuk mendapatkan ikan.10
tetap di Wilayah Batam, Jaksa
selaku eksekutor dibantu oleh
Penyidik Perikanan dan TNI AL
dalam hal mempersiapkan fasilitas-
fasilitas untuk dilakukannya
penenggelaman kapal asing Pegawai Negeri Sipil Perikanan), 3 Februari
2015.
tersebut.9 10
Ir. Ahmad Syirfani, MM.,Wawancara,
(Hakim Ad Hoc Pengadilan Perikanan pada
Pengadilan Negeri Tanjung Pinang), 2
8
Hilman A. Setyawan, Wawancara, Februari 2015.
(Pengawas Perikanan Satker PSDKP Batam),
3 Februari 2015.
9
Akhmadon, S.Pi., MM, Wawancara, (Ketua
Satker PSDKP Batam selaku Penyidik

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

IV. KESIMPULAN Asing, sedangkan prosedur atau


Berdasarkan hasil penelitan dan mekanisme penenggelaman
pembahasan maka dapat ditarik kapal perikanan berbendera
kesimpulan sebagai berikut: asing ditingkat penyidikan dan
1. Berdasarkan Undang-Undang setelah putusan pengadilan yang
Nomor 45 Tahun 2009 Tentang telah memperoleh kekuatan
Perubahan Atas Undang-Undang hukum tetap belum ada
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang peraturan yang mengatur
Perikanan maka dapat mengenai mekanisme atau
disimpulkan bahwa ada 3 (tiga) prosedurnya. Akan tetapi,
hal dalam penenggelaman kapal prosedur penenggelaman kapal
perikanan pelaku illegal fishing perikanan berbendera asing
di WPPRI, yaitu penenggelaman disusun tahapan-tahapannya
di laut oleh kapal pengawas oleh TNI AL.
perikianan atau kapal patroli 2. Pada prakteknya penenggelaman
KRI TNI AL mengacu pada kapal perikanan berbendera
Pasal 66C ayat (1) dan Pasal 69 asing di tengah laut oleh
ayat (4); penenggelaman kapal Pengawas dan/atau Penyidik,
yang telah dijadikan barang dan ditingkat penyidikan serta
bukti dimana pidana perikanan berdasarkan putusan pengadilan
masih dalam proses penyidikan yang telah memperoleh kekuatan
yang mengacu pada Pasal 76A; hukum tetap dilakukan oleh
dan penenggelaman kapal yang kerjasama antara Penyidik
telah diperintahkan untuk Pegawai Negeri Sipil Perikanan
dimusnahkan berdasarkan dan TNI AL. Kejaksaan selaku
putusan pengadilan yang telah instansi yang melaksanakan
berkekuatan hukum tetap. eksekusi terhadap suatu putusan
Penenggelaman kapal tersebut yang telah memperoleh kekuatan
juga dikuatkan dengan Surat hukum tetap belum mempunyai
Edaran Mahkamah Agung fasilitas-fasilitas untuk
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang melakukan eksekusi
Barang Bukti Kapal Dalam penenggelaman kapal perikanan
Perkara Pidana Perikanan. berbendera asing tersebut. Disisi
Penerapan penenggelaman lain terdapat hambatan-
kapal perikanan berbendera hambatan untuk dilakukannya
asing pelaku tindak pidana proses penenggelaman, yaitu
pencurian ikan di laut, besarnya anggaran untuk sekali
mekanisme atau prosedurnya dilakukan penenggelaman kapal
mengacu pada Peraturan perikanan berbendera asing.
Direktur Jenderal Pengawasan
Sumber Daya Kelautan dan V. DAFTAR PUSTAKA
Perikanan Nomor 11/PER-
DJPSDKP/2014 Tentang A. Buku
Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Tindakan Khusus Terhadap Abdul Kadir, Muhammad, 2004,
kapal Perikanan Berbendera Hukum dan Penelitian

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Hukum, Bandung : Citra Rozah, Umi, 2015, Asas dan Tujuan


Aditya Bakti. Pemidanaan dalam
Perkembangan Teori
Cevilla, Convelo G. dkk.,1993, Pemidanaan, Semarang :
Pengantar Metode Penelitian, Pustaka Magister.
Jakarta : Universitas
Indonesia. Sudarto, 2011, Hukum Pidana I,
Semarang : Yayasan Sudarto
Chazawi, Adami, 2014, Pelajaran d/a Fakultas Hukum
Hukum Pidana Bagian I Universitas Diponegoro.
Stelsel Pidana, Tindak
Pidana, Teori-Teori ---------, 1995, Metodologi Penelitian
Pemidanaan, Dan Batas Filsafat, Jakarta : Raja Grafindo
Berlakunya Hukum Persada.
Pidana,Jakarta : PT Suharsimi, Arikunto, 1992, Prosedur
RajaGrafindo Persada. Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Supramono, Gatot, 2011, Hukum
Imam Suprayogo, Tobroni, 2001, Acara Pidana & Hukum
Metode Penelitian Sosial Pidana Di Bidang
Agama cet. 1, Bandung : Perikanan,Jakarta : PT.
Remaja Rosdakarya. Rineka Cipta.

Mahmudah, Nunung, 2015, Illegal Supriadi dan Alimuddin, 2011,


Fishing Pertanggungjawaban Hukum Perikanan Di
Pidana Korporasi di Wilayah Indonesia, Jakarta : Sinar
Perairan Indonesia, Jakarta: Grafika.
Sinar Grafika.
Soekanto, Soerjono, 2005,
Mardalis, 1999, Metode Penelitian Pengantar Penelitian
Suatu Pendekatan Proposal, Hukum,Jakarta: Universitas
Jakarta : Bumi Aksara. Indonesia UI- Press.

Nazir, Moh, 2003, Metode Solohin, Akhmad, 2010, Politik


Penelitian, Jakarta : Ghalia Hukum Kelautan dan
Indonesia. Perikanan, Bandung: Nuansa
Aulia.
P.A.F. Lamintang, 2011, Dasar-
Dasar Hukum Pidana Sholehuddin, 2004, Sistem Sanksi
Indonesia, Bandung: PT. Dalam Hukum Pidana Ide
Citra Aditya Bakti. Dasar Double Track System
dan Implementasinya,
Prasetyo, Teguh, 2015, Hukum Jakarta: PT RajaGrafindo
Pidana, Edisi Revisi, Jakarta : Persada.
Rajagrafindo Persada.

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Tribawono, Djoko, 2011, Hukum Teknis Pelaksanaan Tindakan


Perikanan Indonesia, Jakarta: Khusus Terhadap Kapal Perikanan
Citra Aditya Bakri. Berbendera Asing

Wiyanto, Roni, 2012, Asas-Asas


Hukum Pidana
C. Internet
Indonesia,Bandung : CV.
Mandar Maju.
Analisis Data Pokok Kelautan dan
Perikanan 2014, diambil dari website
B. Peraturan Perundang-
http://statistik.kkp.go.id/index.php/ar
Undangan
sip/c/89/Analisis-Data-Pokok-
Undang-Undang Nomor 8 Tahun Kelautan-dan-Perikanan-
1981 Tentang Kitab Undang-undang 2014/?category_id=3,
Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Artidjo Alkotsar (Ketua Hakim
Undang-Undang Nomor 45 Tahun Agung Kamar Pidana Mahkamah
2009 tentang Perubahan Atas Agung), Fungsi Protektif Pidana
Undang-Undang Nomor 31 Tahun Perikanan,
2004 Tentang Perikanan http://print.kompas.com/baca/KOMP
AS_ART0000000000000000010460
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 384,
1982 Tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia Data Rekapitulasi Penenggelaman
Kapal Illegal Fishing perioden
Peraturan Menteri Kelautan dan Oktober 2014 – Desember 2015,
Perikanan Republik Indonesia www.djpsdkp.kkp.go.id,
Nomor 18/PERMEN-KP/2014
Tentang Wilayah Pengelolaan Laporan Singkat Rapat Kerja Komisi
Perikanan Negara Republik III DPR RI dengan Kepolisian
Indonesia Republik Indonesia (Bidang hukum,
Perundang-undangan, HAM dan
Kepmen Perikanan dan Kelautan Keamanan), 9 Februari 2009,
Nomor: Kep.60/Men/2001 Tentang www.dpr.go.id.
Penataan Penggunaan Kapal
Perikanan di Zona Ekonomi Mukhtar, Pengawas Perikanan KKP
Eksklusif Indonesia di Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas Ditjen PSDKP KKP,
Surat Edaran Mahkamah Agung Illegal Fishing di Indonesia, diambil
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang dari websitenya http://mukhtar-
Barang Bukti Kapal Dalam Perkara api.blogspot.co.id/2011/05/illegal-
Pidana Perikanan. fishing-di-indonesia.html,

Peraturan Direktur Jenderal D. Wawancara


Pengawasan Sumber Daya Kelautan
Dan Perikanan Nomor 11/PER- Akhmadon, S.Pi., MM, Wawancara,
DJPSDKP/2014 Tentang Petunjuk (Ketua Satker PSDKP Batam selaku

18
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Penyidik Pegawai Negeri Sipil


Perikanan), 3 Februari 2015.

Hilman A. Setyawan, Wawancara,


(Pengawas Perikanan Satker PSDKP
Batam), 3 Februari 2015.

Ir. Ahmad Syirfani,


MM.,Wawancara, (Hakim Ad Hoc
Pengadilan Perikanan pada
Pengadilan Negeri Tanjung Pinang),
2 Februari 2015.

E. Refrensi Lain :

Asep Burhanudin Direktur Jenderal


Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan, materi presentasi
Kebijakan dan Strategi Ditjen
PSDKP Dalam Penanggulangan
atauuntuk Mewujudkan Indonesia
Sebagai Poros Maritim, Kementrian
Kelautan dan Perikanan, 2015

Sulasi Rohingati, Peneliti Madya


Hukum pada Bidang Hukum Pusat
Pengkajian, Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI) Seketariat Jenderal
DPR Republik Indonesia,
Penenggelaman Kapal Ikan Asing :
Upaya Penegakan Hukum Laut
Indonesia, (Info Singkat Singkat
Hukum Vol. VI, No.
24/II/P3DI/Desember/2014/, hlm. 3.)

Febrian dan Adrian Nugraha, Kajian


Socio Legal Tanggung Jawab Sosial
Lingkungan Hidup Perusahaan
Berdasarkan Persepsi Masyarakat,
(Mimbar Hukum Volume 26, Nomor
3, Oktober 2014, Hlm 409-427).

19

Anda mungkin juga menyukai