04 BAB IV Tanjungrejo 291216
04 BAB IV Tanjungrejo 291216
Ukuran atau penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas permukiman Kondisi Rumah
antara lain:1.Kepadatan penduduk 2.Kerapatan Bangunan 3. Kondisi jalan 4. Sanitasi Persentase rumah permanen
dan pasokan air bersih 5.Kualitas konstruksi perumahan Kepadatan permukiman
Proporsi rumah tangga berpotensi kumuh
Kriteria Permukiman Kumuh menurut BPS Sampah, saluran dan pembuangan limbah
Kondisi sarana dan prasarana lingkungan
Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data bahwa luas kumuh di seluruh
Air bersih
Indonesia adalah 47.393,10 hektar yang terdapat di 10.065 lokasi. Berikut ini adalah
Sanitasi (tempat buang air besar)
kajian lebih lanjut atas data-data tentang kumuh dari BPS.
Energi yang aman
Kriteria BPS terhadap kawasan permukiman kumuh adalah lingkungan hunian dan Sirkulasi (jalan akses)
usaha yang ditandai dengan banyaknya rumah yang tidak layak huni, banyak saluran Fasilitas umum
pembuangan limbah yang macet, penduduk/bangunan yang sangat padat, banyak Sarana ekonomi
penduduk buang air besar tidak di jamban, dan biasanya berada di area marjinal. Ruang terbuka
Kerentanan Status Penduduk
Rumah yang tidak layak huni adalah rumah yang terbuat dari bahan bekas yang Keluarga Pra-Sejahtera dan Sejahtera I
dipertimbangkan tidak cocok untuk bertempat tinggal atau terletak pada areal yang Kesehatan dan lingkungan
diperuntukkan bukan untuk permukiman. Sedangkan area marjinal biasanya terletak Masalah sosial dan keamanan
di bantaran sungai, pinggir rel kereta api, di bawah jaringan listrik tegangan tinggi. Faktor Pendukung
Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari Kepadatan penduduk
tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam (PP No.35 Tahun 1991 tentang Kepadatan bangunan
Sungai).
b. Metoda Penilaian Kekumuhan Daerah
Penentuan suatu kawasan itu kumuh atau tidak, bergantung pada preferensi pecacah.
Tidak ada pedoman yang menunjukkan bahwa untuk disebut kumuh adalah jika Perhitungan Nilai Mutlak (NM)
rumah tidak layak huni sudah mencapai proporsi tertentu dari seluruh rumah.
Nilai mutlak suatu indikator bergantung kepada sifat (nature) dari indikator yang
Kriteria Permukiman Kumuh dalam Studi Penyusunan RENSTRA Peningkatan Kualitas bersangkutan. Apabila tersedia nilai nominal, misalnya 100 unit rumah, 2 km
Lingkungan Permukiman Kumuh 2002-2010 jalan lingkungan, dst, maka nilai nominal tersebut dapat merupakan nilai
mutlak, atau bisa pula mengikuti operasi matematik tertentu seperti nilai
Kriteria permukiman kumuh terdapat dalam Laporan Akhir Penyusunan Rencana proporsi berikut:
Strategis Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh 2002-2010, Direktorat
Jenderal Perumahan dan Permukiman, Depkimpraswil (2002). Kriteria disusun sebagai
alternatif sekaligus melengkapi pengolahan BPS dalam menghasilkan kawasan
1. Kriteria D7a : kondisi penyediaan air bersih memiliki bobot 20% Kawasan kurang bahkan hampir tidak mempunyai nilai ekonomis
2. Kriteria D7b : kondisi jamban keluarga/MCK memiliki bobot 20% komersial. Dalam hal ini kemampuan masyarakat penghuni sebagai
Jumlah penduduk yang terus bertambah mencerminkan pula makin padat jumlah penduduk Dari hasil Pemetaan Swadaya tersebut di atas, dapat diketahui beberapa potensi serta
tiap 1 km2, dapat mempercepat eksploitasi sumberdaya alam dan mempersempit permasalahan yang ada di Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun Kota Malang Provinsi
persediaan lahan hunian dan lahan pakai. Dengan kata lain jumlah penduduk yang terus Jawa Timur ini.
bertambah dan makin padat sangat mengganggu daya dukung dan daya tampung
lingkungan Kekuatan:
Kelurahan Tanjungrejo dilewati jalur alternatif kota yang menjadi magnet
Jumlah penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan, agar tidak menjadi pertumbuhan sektor perdagangan di sepanjang jalur tersebut
beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan Kelurahan Tanjungrejo dialiri oleh beberapa sungai dimana kecenderungan manusia
menimbulkan berbagai dampak banjir, kekurangan air bersih dan minum, penumpukan adalah bermukim di area sumber air
sampah, penurunan kualitas hunian permukiman serta dampak lainnya akibat dari
terlampauinya daya dukung dan daya tampung yang ada, oleh karena itu perlu adanya Kelemahan:
informasi terkait DDDT di Kelurahan Tanjungrejo, wilayah mana saja yang dapat di lihat Daya tamping Kelurahan Tanjungrejo tidak sebanding dengan pesatnya pertumbuhan di
kondisinya, berikut jumlah penduduk dan hasil perhitungan DDDT dapat dilihat pada tabel kawasan tersebut mengakibatkan Kelurahan Tanjungrejo menjadi sebuah kawasan yang
berikut sangat padat, sehingga berdampak timbulnya beberapa indikasi kekumuhan, seperti:
ketidakberaturan tata bangunan karena lahan yang sempit
Tabel 4.15. Status Daya Dukung Daya Tampung tidak mencukupinya volume drainase dalam menampung limpahan air yang sudah
RW ∑ PNDDK STATUS DDDT tidak mungkin lagi terserap tanah
tidak memungkinkannya pembuatan septic tank pribadi karena lahan yang sempit
1 1795 Terlampaui tidak terjaminnya kualitas air minum yang berasal dari sumber mata air setempat
2 1623 Terlampaui akses jalan lingkungan yang sempit
3 807 Terlampaui adanya bahaya rawan bencana banjir dan kebakaran
4 2518 Terlampaui
5 590 Terlampaui Peluang:
6 3014 Terlampaui Kelurahan Tanjungrejo ini berdekatan dengan fasilitas umum kota seperti rumah sakit,
7 1237 Terlampaui sarana pendidikan maupun pusat – pusat perbelanjaan yang berimbas pada adanya peluang
peningkatan perekonomian warga. Salah satu sisi positifnya adalah magnet dari fasilitas –
8 1083 Terlampaui
fasilitas umum kota tersebut berimbas banyak orang ingin tinggal mendekati area tersebut,
9 3023 Terlampaui
mengakibatkan harga lahan di sekitar area tersebut lebih tinggi disbanding kawasan yang
10 1162 Terlampaui
tidak memiliki fasilitas umum kota di sekitarnya.
Dimana permasalah tersebut sebagian besar berada pada RW 07, RW 01, RW 03 dan RW 09.