Anda di halaman 1dari 3

Penyebab Kegagalan Penyusunan Undang Undang Dasar Oleh Konstituante adalah sebagai berikut:

1.

Mengenai dasar negara diantara anggota-anggota

Konstituante terjadi tarik ulur antara partai-partai Islam dan non islam,

dimana partai Islam ingin menjadi Negara

Islam, sedangkan partai non islam ingin menjadikan Pancasila sebagai dasar

negaranya. Dan pada masa itu golongan pendukung Pancasila sebagai dasar Negara lebih

banyak.

2.

Bentuk demokrasi yang akan dilakukan di

Indonesia, antaranya setelah adanya Konsepsi Presiden dan dikemukakannya adanya

gagasan demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno.

3.

Adanya faktor tambahan mengenai hal dwi fungsi

ABRI pada masa itu.

ABRI

yang berfungsi menjalanakn tugasnya sabagai menaja keamanan dan keutuhan bangsa

Indonesia malah ingin berupaya dalam ikut ambil bagian dalam urusan non militer

dan menghendaki ikut serta dalam urusan pemerintahan dan urusan urusan non

militer. Petingi petingi ABRI waktu itu terutama Nasution, menanggapi prestise

yang menanjak sehingga memandang waktu itu adalah waktu yang tepat untuk ABRI
ambil bagian dalam kepemerintahan.

4.

Masing-masing anggota Konstituante lebih

loyal dan sibuk kepada kelompoknya masing masing daripada memikirkan pendapat

pendapat yang konstruktif dalam rangka memecahkan persoalan negara yang makin

pelik.

Sejarah Pemilu 1955, Kegagalan Konstituante Menyusun UUD Baru - Pada masa-masa awal
kemerdekaan, keadaan Indonesia memang masih sangat labil. Gejolak terjadi pada beberapa daerah
dengan beragam masalah yang bisa menjadi pemciunya. Pada tahun 1955, yang merupakan tahun yang
sangat bersejarah karena pada tahun tersebut terselenggara pemilu pertama Indonesia, adalah suatu
moment yang sangat krusial bagi peletakan dasar demokrasi di Indonesia. Meski menggelar pemilu 1955
adalah suatu prestasi besar bagi inegara yang masih baru, namun ternyata Pemilu 1955 adalah hanya
sebuah awal dari perjalanan yang sangat panjang bagi Indonesia. Keadaan pasca Pemilu 1955 sendiri
sebenarnya belum bisa dikatakan sepenuhnya stabil dan bagus karena masih ada beberapa gejolak yang
terjadi pada beberapa lapisan masyarakat.

Pemilihan umum yang bertujuan untuk memilih anggota konstituante dan memilih anggota dewan
perwakilan rakyat. Konstituante yang memiliki tugas untuk merumuskan UUD yang baru sebagai
pengganti UUDS 1950, ternyata belum bisa menyelesaikan tugasnya. Anggota Konstituante mulai
bersidang pada tanggal 10 November 1956, namun sampai ada tahun 1958 anggota Konstituante belum
bisa menunjukkan kemampuan performa yang optimal. Sidang yang digelar oleh anggota Konstituante
selalu diwarnai dengan perdebatan yang panjang dan sengit. Sehingga tentu saja hal ini membuat kinerja
dari konstituante tidak optimal dan kesepakatan dalam merumuskan UUD selalu menemui jalan buntu.
Keadaan seperti ini kemudian membawa

negara dalam situasi krisis politik yang berkepanjangan. Ditambah lagi dengan gejala pemberontakan
yang mulai muncul di beberapa daerah seperti pemberontakan PRRI dan Permesta.
Meski keadaan negara semakin genting, namun kenyataannya konstituante belum akan segera
merampungkan tugasnya. Dewan masih terlalu larut dalam perdebatan mengenai UUD yang akan
diberlakukan di Indonesia dan masalah dasar negara Indonesia. Keadaan pasca Pemilu 1955 ini ternyata
sangat berbahaya untuk keberlangsungan bernegara dan berbangsa bagi Indonesia sendiri. Kemudian,
dalam keadaan yang masih krisis seperti itu, Presiden Soekarno pada tanggal 22 April 1959 mengambil
tindakan dan mengusulkan dalam pidatonya untuk menetapkan UUD 45 menjadi Undang Undang Dasar
Republik Indonesia yang tetap.

KOnstituante pun kemudian tanggap atas usulan dari Presiden Soekarno dan segera mengadakan
pemungutan suara dalam rangka menerima atau menolak usulan tersebut. Namun proses pemungutan
suara pada tanggal 29 Mei 1959 pun kemudian tidak bisa mencapai kuorum karena banyaknya anggota
yang mangkir. Dan keadaan ini tentu membuat sidang konstituante tidak bisa berjalan lagi. Beberapa kali
sidang kerap macet karena jumlah anggota tidak mencapai kuorum, sehingga guna mengatasi
kemacetan, konstituante memutuskan untuk reses. Namun ternyata reses tersebut merupakan reses
selama lamanya, dan keadaan yang semakin berat ini tentu sangat berbahaya bagi negara Indonesia. TNI
melalui Letnan Jenderal A.H. Nasution, mengeluarkan larangan itu dikeluarkan atas nama pemerintah.

Larangan tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Presiden Soekarno dengan mengeluarkan suatu dekrit.
Dekrit Presiden ini kemudian berakibat kepada pembubaran konstituante dan pemberlakuakn kembali
UUD 1945. Tindakan yang diambil oleh Presiden tersebut ternyata mendapat sambutan dari kalangan
militer, semua politisi, dan masyarakat yang telah jenuh dengan tidak kunjung selesainya krisis politik
dan ekonomi. Keadaan pasca pemilu pertama Indonesia memang sebenarnya sangat riskan dan krisis
untuk keberlangsungan bernegara. Jika salah ambil kebijakan dan solusi, maka perpecahan dan
kehancuran Indonesia yang baru saja didapatkan tidak menutup kemungkinan akan hilang begitu saja.

Anda mungkin juga menyukai